Teori Kognitif Kompleks
Teori Kognitif Kompleks
Teori Kognitif Kompleks
Tugas Makalah
Proses Kognitif Kompleks: Sejarah, Pengertian, dan Karakteristik
A. Syafriyana
NIM 230321817272
Berpikir adalah salah satu proses kognitif yang paling mendasar dalam kehidupan
manusia. Proses ini melibatkan pengolahan, manipulasi, dan transformasi informasi
dalam ingatan yang digunakan untuk berbagai tujuan, seperti membentuk konsep,
bernalar, mengambil keputusan, berpikir kritis, serta menyelesaikan masalah (Eysenck
& Keane, 2015). Dalam konteks pendidikan, kemampuan berpikir memiliki peran
yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Menurut Jean Piaget,
perkembangan kognitif manusia terjadi melalui beberapa tahap yang memungkinkan
seseorang untuk berpikir secara lebih kompleks dan abstrak seiring bertambahnya
usia. Piaget mengidentifikasi tahapan ini sebagai dasar untuk memahami bagaimana
siswa memproses informasi dan konsep yang mereka pelajari (Piaget, 1952).
Proses berpikir pada siswa dapat beragam, mulai dari memikirkan hal-hal konkret
seperti kegiatan sehari-hari hingga konsep-konsep abstrak seperti kebebasan dan
identitas. Kemampuan ini meliputi refleksi terhadap masa lalu, antisipasi terhadap
masa depan, serta evaluasi realitas atau imajinasi (Santrock, 2019). Siswa mungkin
memikirkan tantangan yang akan mereka hadapi di masa depan, atau membayangkan
diri mereka dalam berbagai peran imajinatif, seperti menjadi seorang pemimpin
politik atau ilmuwan. Kemampuan berpikir ini terus berkembang dan dapat diasah
melalui pengalaman belajar dan interaksi dengan lingkungan sosial (Woolfolk, 2016).
Menurut Depdiknas (2003), salah satu kecakapan hidup yang penting untuk
dikembangkan melalui pendidikan adalah kemampuan berpikir, terutama dalam
menghadapi masalah-masalah yang ada di dunia nyata. Kemampuan berpikir ini
menjadi faktor penting dalam keberhasilan hidup seseorang karena tidak hanya
membantu dalam proses pembelajaran tetapi juga dalam menyelesaikan masalah
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru memiliki peran krusial dalam
mengarahkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir melalui berbagai
strategi pengajaran yang memfasilitasi keterlibatan siswa dalam proses kognitif yang
kompleks (Slavin, 2018). Strategi ini tidak hanya membantu siswa memahami
konsep-konsep pembelajaran tetapi juga mentransfer pengetahuan tersebut ke dalam
situasi yang berbeda, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
Dalam konteks pendidikan modern, pentingnya proses kognitif kompleks tidak
bisa diabaikan. Proses ini tidak hanya mencakup kemampuan untuk berpikir kritis dan
logis tetapi juga untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang memerlukan integrasi
informasi dari berbagai sumber. Proses kognitif kompleks, seperti yang dikemukakan
Piaget dalam teori perkembangan kognitifnya, memberikan pemahaman yang lebih
dalam tentang bagaimana individu, terutama siswa, berkembang dalam hal intelektual
dan mental (Gredler, 2009). Pemikiran kompleks mencakup pengambilan keputusan
yang terinformasi, pengolahan informasi tingkat lanjut, serta metakognisi, yaitu
kemampuan untuk merefleksikan dan mengontrol proses berpikir sendiri (Flavell,
1979).
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan teori kognitif Jean Piaget dalam memahami
proses berpikir manusia?
2. Apa pengertian proses kognitif kompleks, dan bagaimana peranannya dalam
perkembangan intelektual siswa?
3. Apa saja karakteristik utama dari proses kognitif kompleks?
c. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan sejarah perkembangan teori kognitif Jean Piaget dan kaitannya
dengan proses berpikir manusia.
2. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian dan karakteristik proses
kognitif kompleks.
B. PEMBAHASAN
a. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang psikolog Swiss yang dianggap sebagai pelopor
dalam bidang psikologi perkembangan. Teorinya tentang perkembangan kognitif
memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami bagaimana anak-anak
berpikir dan belajar. Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif anak tidak
hanya terjadi secara bertahap, tetapi juga melalui proses aktif di mana anak-anak
berinteraksi dengan lingkungan mereka. Dalam pandangannya, perkembangan
kognitif terdiri dari serangkaian tahap yang berkaitan dengan usia dan pengalaman,
yang dikenal sebagai Tahapan Perkembangan Kognitif.
Piaget mengidentifikasi empat tahap utama perkembangan kognitif,
masing-masing memiliki karakteristik unik yang mencerminkan kemampuan
berpikir anak-anak pada usia tertentu, yaitu:
⮚ Tahap Sensorimotor (0-2 tahun):
Pada tahap ini, anak-anak berinteraksi dengan dunia melalui indra dan tindakan
fisik. Mereka belajar tentang lingkungan mereka dengan cara meraba, melihat,
dan mendengar. Pengalaman sensorik ini membantu anak-anak mengembangkan
pemahaman dasar tentang objek dan hubungan di sekitarnya. Pada tahap ini,
anak-anak belum mampu berpikir secara simbolis atau menggunakan bahasa
untuk mengekspresikan ide. Mereka juga belum memiliki pemahaman tentang
objek yang tidak terlihat, yang dikenal sebagai konsep objek permanen.
Misalnya, jika sebuah mainan ditutupi, mereka tidak menyadari bahwa mainan
tersebut masih ada di bawah penutup.Pada tahap ini, anak-anak belajar tentang
dunia melalui pengalaman sensorik dan tindakan fisik. Mereka belum mampu
berpikir secara simbolis atau menggunakan bahasa untuk menyatakan ide.
⮚ Tahap Praoperasional (2-7 tahun):
Dalam tahap ini, anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol (seperti
kata-kata dan gambar) untuk mewakili objek dan pengalaman. Mereka mulai
mengembangkan kemampuan berbahasa dan menggunakan imajinasi. Meskipun
kemampuan simbolik berkembang, anak-anak di tahap ini masih memiliki
keterbatasan dalam berpikir logis. Pemikiran mereka cenderung egosentris,
artinya mereka sulit untuk melihat sesuatu dari perspektif orang lain. Misalnya,
ketika ditanya tentang apa yang dilihat oleh orang lain, mereka seringkali hanya
menggambarkan apa yang mereka lihat sendiri. Anak-anak juga menunjukkan
kesulitan dalam memahami konsep konservasi, yaitu ide bahwa jumlah atau
volume suatu objek tetap sama meskipun bentuk atau tampaknya berubah.
Sebagai contoh, jika air dituangkan dari gelas pendek ke gelas tinggi dan
ramping, mereka mungkin percaya bahwa gelas ramping berisi lebih banyak air.
⮚ Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun):
Pada tahap ini, anak-anak mulai mampu berpikir logis mengenai objek dan
peristiwa nyata. Mereka dapat memahami konsep konservasi dan
mengklasifikasikan objek berdasarkan karakteristik tertentu. Anak-anak di tahap
ini dapat melakukan operasi mental terhadap situasi konkret dan memahami
hubungan sebab-akibat. Mereka juga mulai bisa menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan situasi nyata, seperti menghitung dan mengukur. Namun,
kemampuan berpikir abstrak masih terbatas, sehingga anak-anak di tahap ini
masih kesulitan untuk berpikir tentang ide-ide yang tidak dapat diamati secara
fisik.
⮚ Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas):
Dalam tahap ini, individu mulai mampu berpikir secara logis tentang
konsep-konsep abstrak dan hipotetik. Mereka dapat melakukan pemikiran kritis
dan analitis, serta memecahkan masalah secara sistematis. Siswa di tahap ini
dapat mengembangkan dan menguji hipotesis, serta melakukan deduksi. Mereka
mampu memahami dan menggunakan logika dalam menyusun argumen dan
menjelaskan ide-ide yang kompleks. Kemampuan berpikir ini memungkinkan
siswa untuk terlibat dalam diskusi filosofis dan akademis yang lebih mendalam,
serta untuk memahami konsep-konsep yang lebih kompleks dalam matematika,
sains, dan bidang lainnya.
Referensi
Depdiknas. (2003). Pedoman Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Eysenck, M. W., & Keane, M. T. (2015). Cognitive Psychology: A Student's Handbook. Psychology
Press.
Gredler, M. E. (2009). Learning and Instruction: Theory into Practice. Pearson Education.
LAMPIRAN
Link PPT:
https://docs.google.com/presentation/d/1jUnGkVMz5gXtGxUzd2Pm_J9uG7qxXBzX/edit?us
p=sharing&ouid=101429403757330827643&rtpof=true&sd=true
Link Video:
https://drive.google.com/file/d/1OUKWKnnE56ieWi3Lq2dDnM3WEc8RE4LJ/view?usp=sh
aring
Cek turn:
https://drive.google.com/file/d/1RYcPX1jTFVVcOc6NSKGUOj0ytjhf_E2h/view?usp=sharin
g
Link https://journal.laaroiba.ac.id/index.php/jdi/article/view/3072
Judul Artikel Keterampilan Berpikir sebagai Bagian dari Proses Kognitif Kompleks
Siswa
Tahun Terbit 2023
Materi -
Tujuan mengumpulkan dan menganalisis informasi dari berbagai sumber,
seperti buku dan artikel ilmiah, guna memahami bagaimana
keterampilan berpikir—termasuk berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif—mempengaruhi proses kognitif siswa. Dengan
pemahaman ini, diharapkan dapat memberikan wawasan tentang
pentingnya pengembangan kemampuan berpikir siswa dalam
menghadapi tantangan dan masalah yang kompleks dalam kehidupan
sehari-hari.
Metode telaah terhadap pustaka (library research) untuk mendapatkan data
penelitian dari beberapa sumber bacaan seperti buku dan artikel ilmiah
tentang keterampilan berpikir pada siswa dalam proses kognitif
kompleks, untuk kemudian menghimpun dan mengulasnya
Hasil Penelitian Untuk mendorong berpikir kreatif, siswa disarankan untuk:
1. Menghasilkan ide orisinil.
2. Menggali banyak gagasan.
3. Melakukan penalaran baik induktif maupun deduktif.
4. Menilai hasil karya sendiri.
5. Melihat permasalahan dari berbagai sudut.
Kemampuan berpikir mencakup proses mengatur pengetahuan dalam
otak dan berhubungan dengan perilaku aktif. Piaget menjelaskan
bahwa anak mulai bernalar pada usia 7-11 tahun, dengan penalaran
dibagi menjadi induktif (dari khusus ke umum) dan deduktif (dari
umum ke khusus).
Berpikir kritis melibatkan refleksi dan evaluasi bukti. Guru dapat
mendorong siswa berpikir kritis dengan mengajukan pertanyaan
mendalam dan mendorong diskusi logis. Pengambilan keputusan
melibatkan evaluasi alternatif dan memilih respon terbaik, sedangkan
berpikir kreatif adalah kemampuan menghasilkan solusi baru.
Proses berpikir kreatif terdiri dari beberapa tahap, mulai dari persiapan
hingga elaborasi, yang melibatkan pengembangan ide dan evaluasi
inovasi. Metode pengajaran yang lebih interaktif dibutuhkan untuk
mendukung perkembangan keterampilan berpikir kreatif siswa.
Novelty Novelty dari artikel tersebut dapat diringkas dalam beberapa poin
utama:
1. Artikel ini memperkenalkan integrasi antara teori psikologi
kognitif, seperti teori Gagne dan Piaget, dengan praktik pengajaran
yang konkret. Hal ini memberikan kerangka yang lebih jelas untuk
pendidik dalam menerapkan teori dalam konteks pembelajaran.