LP Diare Muhammad Adhis Putra Wibowo
LP Diare Muhammad Adhis Putra Wibowo
OLEH:
LAPORAN PENDAHULUAN
Konsep Teori
Pada laporan ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Diare.
1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk
cair/setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO
(2016) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (Bahasa Yunani) yang berarti
mengalir terus, diare merupakan keadaan buang air besar dalam keadaan abnormal
dan lebih cair dari biasanya dan dalam jumlah tiga kali atau lebih dalam periode
24 jam. Diare salah satu penyakit disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (Asda
& Sekarwati, 2020).
1.2 Etiologi
Menurut Arvin Leonard Sumadi Jap, Ariani Dewi Widodo(2021).
1. Diare Akut karena Virus
Virus merupakan patogen tersering penyebab diare akut pada anak dengan
prevalensi tertinggi pada usia antara 3 sampai 24 bulan. Hal ini disebabkan oleh
sistem pertahanan tubuh anak usia 3 hingga 24 bulan masih belum cukup matang.
Berdasarkan spesifisitas antigen dan protein kapsid VP6, ditemukan tujuh grup
berbeda rotavirus (A-G) dan hanya grup A, B, dan C yang menyebabkan diare pada
anak. Rotavirus grup A adalah penyebab utama diare berat pada anak di bawah usia 5
tahun.
2. Diare Akut karena Bakteri
a. Bakteri E.coli merupakan flora normal yang terdapat dalam tubuh manusia
dan berperan sebagai mikrobiota usus. Hanya beberapa jenis E.coli yang
menyebabkan diare. Sampai saat ini ditemukan 5 grup E. coli yang menyebabkan
diare yaitu
1) enterotoxigenic E. coli(ETEC)
2) enterohaemorrhagic(shiga-toxin-producing)E. coli(EHEC/STEC)
3) enteroaggregative E.coli(EAEC),
4) enteropathogenic E.coli(EPEC),
5) enteroinvasive E. coli(EIEC)
b. Shigella spp
Infeksi Shigella menyebabkan demam, diare cair, kram perut, dan
tenesmus.5,11Karakteristikfesesnya adalah berdarah, berlendir, dan ditemukan
banyak leukosit. Infeksi biasanya dapat sembuh sendiri, gejala akan membaik dalam
waktu 48-72 jam setelah gejala pertama timbul.5Antibiotik diberikan
hanya pada anak yang menderita infeksi berat, dengan lini pertama adalah
azithromisin yang diberikan selama 5 hari.
c. Salmonella spp. (non typhoid)
Target utama Salmonella adalah ileum dan sedikit bagian kolon. Salmonella
menghasilkan enterotoksin danmemiliki membran lipopolisakarida yang
mengandung antigen Vi. Enterotoksin akan menyebabkan reaksi inflamasi
sehingga menimbulkan peningkatan sekresi cairan pada usus yang menyebabkan
gejala diare.
d. Vibrio choleraeKolera
Banyak ditemukan di negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Epidemi biasa
timbul pada saat musim panas dan lembab. Prevalensi terbanyak pada anak usia
2-9 tahun, dan gejala yang timbul biasanya berat. Penularan terjadi secara
fekal-oral.
e. Clostridium difficile
Gejala utama infeksi C. difficile adalah diare ringan hingga sedang dan kolitis
fulminan yang disebabkan oleh clostridial glycosylation exotoxins, toksin A
(TcdA) yang merupakan enterotoksin dan toksin B (TcdB) yang merupakan
sitotoksin.
3. Diare Akut karena Parasit
a. Giardia lamblia
Giardia lambliamengenai anak pada usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab
tersering infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh parasit. Penyebaran
terjadi melalui makanan dan air yang terkontaminasi .atau secara fekal-oral.
b. Entamoeba histolytica
Infeksi E. histolyticadapat melalui makanan dan air serta melalui kontak
manusia ke manusia.18Pada siklus hidup E. histolyticamempunyai 3 stadium, yaitu
bentuk histolitika, minuta, dan kista.Stadium histolitika merupakan bentuk
patogen dan dapat hidup di jaringan hati, paru, usus besar, kulit, otak, dan
vagina.
Minuta adalah bentuk pokok. Histolitika dan minuta adalah bentuk
trofozoit. Kista terbentuk di rongga usus besar dan dalam tinja, merupakan bentuk
infektif. Kista memiliki dinding sehingga dapat bertahan hidup di luar tubuh
manusia.
1.3 Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, diare di bagi menjadi:
1. Diare Akut Diare akut sering juga didefinisikan sebagai gastroenteritis, yaitu diare yang
muncul cepat yang dapat disertai dengan beberapa gejala seperti mual, muntah, demam,
dan nyeri abdomen yang berlangsung selama kurang dari 14 hari. Sekitar 80%
disebabkan oleh virus sedangkan infeksi akibat bakteri lebih sering bermanifestasi
sebagai diare berdarah.
2. Diare Kronik Keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Dengan frekuensi buang air
besar yang terus meningkat, konsistensi tinja semakin lembek, atau volume tinja yang
semakin bertambah dalam rentang waktu yang lebih dari 14 hari.
3. Diare Persisten Diare persisten adalah adalah diare yang mula-mula bersifat akut, namun
berlangsung lebih dari 14 hari. Dapat dimulai sebagai diare cair akut atau disentri. Diare
persisten sering disebabkan oleh beberapa bakteri/ parasit yang masuk dalam tubuh
seorang anak.1
1.4 Manifestasi Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis yang muncul pada kasus diare berkaitan erat dengan jenis
pathogen yang menginfeksi dan seberapa besar tingkat infeksi tersebut. Manifestasi
tambahan tergantung pada perkembangan komplikasi (seperti dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit) dan sifat patogen yang menginfeksi. Biasanya, penyerapan
toksin sebelum terbentuk dikaitkan dengan onset mual dan muntah yang cepat dalam waktu
6 jam, dengan kemungkinan demam, kram perut setelah periode inkubasi 8-16 jam dikaitkan
dengan produksi enterotoksin. Clostridium. perfringens dan bacillus cereus memiliki gejala
berupa kram andomial dan diare berair setelah periode inkubasi 16-48 jam dapat dikaitkan
dengan norovirus, beberapa bakteri penghasil enterotoksin.
Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan
atau darah. Warna tinja makin lama makin berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya menjadi lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat,
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah
dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
1.5 Patofosiologi
Sebagai akibat diare baik akut atau kronis akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yangg menyebabkan dehidrasi,
asidosis metabolik dan hipokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau pra-renjatan sebagai
akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi jaringan berkurang
sehingga hipoksia dan asidosis metabolik bertambah berat, gangguan peredaran darah
otak daoat terjadi berupa kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak cepat
diobati dapat berakibat kematian.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah,
terkadang orangtuanya menghentikan pemberian makanan karennna takut bertambahnya
muntah dan diare pada anak atau apabila makanan tetap diberikan dalam bentuk
diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah
menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal berambah berat badan. Sebagai akibat dari
hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapatb mengakibatkan kejang dan koma.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan menurut SLKI (2018) adalah sebagai berikut:
a. Hipovolemia: Manajemen hipovolemia
a) Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
b) Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah