0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan15 halaman

LP Diare Muhammad Adhis Putra Wibowo

Diunggah oleh

Anggita Nafa
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan15 halaman

LP Diare Muhammad Adhis Putra Wibowo

Diunggah oleh

Anggita Nafa
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA DIARE

OLEH:

Muhammad Adhis Putra Wibowo


NIM. C1022148

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS BHAMADA SLAWI
TA. 2023/2024

LAPORAN PENDAHULUAN
Konsep Teori
Pada laporan ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Diare.
1.1 Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk
cair/setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO
(2016) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.

Diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (Bahasa Yunani) yang berarti
mengalir terus, diare merupakan keadaan buang air besar dalam keadaan abnormal
dan lebih cair dari biasanya dan dalam jumlah tiga kali atau lebih dalam periode
24 jam. Diare salah satu penyakit disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (Asda
& Sekarwati, 2020).
1.2 Etiologi
Menurut Arvin Leonard Sumadi Jap, Ariani Dewi Widodo(2021).
1. Diare Akut karena Virus
Virus merupakan patogen tersering penyebab diare akut pada anak dengan
prevalensi tertinggi pada usia antara 3 sampai 24 bulan. Hal ini disebabkan oleh
sistem pertahanan tubuh anak usia 3 hingga 24 bulan masih belum cukup matang.
Berdasarkan spesifisitas antigen dan protein kapsid VP6, ditemukan tujuh grup
berbeda rotavirus (A-G) dan hanya grup A, B, dan C yang menyebabkan diare pada
anak. Rotavirus grup A adalah penyebab utama diare berat pada anak di bawah usia 5
tahun.
2. Diare Akut karena Bakteri
a. Bakteri E.coli merupakan flora normal yang terdapat dalam tubuh manusia
dan berperan sebagai mikrobiota usus. Hanya beberapa jenis E.coli yang
menyebabkan diare. Sampai saat ini ditemukan 5 grup E. coli yang menyebabkan
diare yaitu
1) enterotoxigenic E. coli(ETEC)
2) enterohaemorrhagic(shiga-toxin-producing)E. coli(EHEC/STEC)
3) enteroaggregative E.coli(EAEC),
4) enteropathogenic E.coli(EPEC),
5) enteroinvasive E. coli(EIEC)

b. Shigella spp
Infeksi Shigella menyebabkan demam, diare cair, kram perut, dan
tenesmus.5,11Karakteristikfesesnya adalah berdarah, berlendir, dan ditemukan
banyak leukosit. Infeksi biasanya dapat sembuh sendiri, gejala akan membaik dalam
waktu 48-72 jam setelah gejala pertama timbul.5Antibiotik diberikan
hanya pada anak yang menderita infeksi berat, dengan lini pertama adalah
azithromisin yang diberikan selama 5 hari.
c. Salmonella spp. (non typhoid)
Target utama Salmonella adalah ileum dan sedikit bagian kolon. Salmonella
menghasilkan enterotoksin danmemiliki membran lipopolisakarida yang
mengandung antigen Vi. Enterotoksin akan menyebabkan reaksi inflamasi
sehingga menimbulkan peningkatan sekresi cairan pada usus yang menyebabkan
gejala diare.
d. Vibrio choleraeKolera
Banyak ditemukan di negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Epidemi biasa
timbul pada saat musim panas dan lembab. Prevalensi terbanyak pada anak usia
2-9 tahun, dan gejala yang timbul biasanya berat. Penularan terjadi secara
fekal-oral.
e. Clostridium difficile
Gejala utama infeksi C. difficile adalah diare ringan hingga sedang dan kolitis
fulminan yang disebabkan oleh clostridial glycosylation exotoxins, toksin A
(TcdA) yang merupakan enterotoksin dan toksin B (TcdB) yang merupakan
sitotoksin.
3. Diare Akut karena Parasit
a. Giardia lamblia
Giardia lambliamengenai anak pada usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab
tersering infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh parasit. Penyebaran
terjadi melalui makanan dan air yang terkontaminasi .atau secara fekal-oral.
b. Entamoeba histolytica
Infeksi E. histolyticadapat melalui makanan dan air serta melalui kontak
manusia ke manusia.18Pada siklus hidup E. histolyticamempunyai 3 stadium, yaitu
bentuk histolitika, minuta, dan kista.Stadium histolitika merupakan bentuk
patogen dan dapat hidup di jaringan hati, paru, usus besar, kulit, otak, dan
vagina.
Minuta adalah bentuk pokok. Histolitika dan minuta adalah bentuk
trofozoit. Kista terbentuk di rongga usus besar dan dalam tinja, merupakan bentuk
infektif. Kista memiliki dinding sehingga dapat bertahan hidup di luar tubuh
manusia.
1.3 Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, diare di bagi menjadi:
1. Diare Akut Diare akut sering juga didefinisikan sebagai gastroenteritis, yaitu diare yang
muncul cepat yang dapat disertai dengan beberapa gejala seperti mual, muntah, demam,
dan nyeri abdomen yang berlangsung selama kurang dari 14 hari. Sekitar 80%
disebabkan oleh virus sedangkan infeksi akibat bakteri lebih sering bermanifestasi
sebagai diare berdarah.
2. Diare Kronik Keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Dengan frekuensi buang air
besar yang terus meningkat, konsistensi tinja semakin lembek, atau volume tinja yang
semakin bertambah dalam rentang waktu yang lebih dari 14 hari.
3. Diare Persisten Diare persisten adalah adalah diare yang mula-mula bersifat akut, namun
berlangsung lebih dari 14 hari. Dapat dimulai sebagai diare cair akut atau disentri. Diare
persisten sering disebabkan oleh beberapa bakteri/ parasit yang masuk dalam tubuh
seorang anak.1
1.4 Manifestasi Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis yang muncul pada kasus diare berkaitan erat dengan jenis
pathogen yang menginfeksi dan seberapa besar tingkat infeksi tersebut. Manifestasi
tambahan tergantung pada perkembangan komplikasi (seperti dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit) dan sifat patogen yang menginfeksi. Biasanya, penyerapan
toksin sebelum terbentuk dikaitkan dengan onset mual dan muntah yang cepat dalam waktu
6 jam, dengan kemungkinan demam, kram perut setelah periode inkubasi 8-16 jam dikaitkan
dengan produksi enterotoksin. Clostridium. perfringens dan bacillus cereus memiliki gejala
berupa kram andomial dan diare berair setelah periode inkubasi 16-48 jam dapat dikaitkan
dengan norovirus, beberapa bakteri penghasil enterotoksin.
Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan
atau darah. Warna tinja makin lama makin berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya menjadi lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat,
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah
dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
1.5 Patofosiologi
Sebagai akibat diare baik akut atau kronis akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yangg menyebabkan dehidrasi,
asidosis metabolik dan hipokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau pra-renjatan sebagai
akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi jaringan berkurang
sehingga hipoksia dan asidosis metabolik bertambah berat, gangguan peredaran darah
otak daoat terjadi berupa kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak cepat
diobati dapat berakibat kematian.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah,
terkadang orangtuanya menghentikan pemberian makanan karennna takut bertambahnya
muntah dan diare pada anak atau apabila makanan tetap diberikan dalam bentuk
diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah
menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal berambah berat badan. Sebagai akibat dari
hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapatb mengakibatkan kejang dan koma.

1.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Kyle (2014), pemeriksaan laboratorium dan diagnostic untuk diare


yaitu :
1. Kultur feses: dapat mengindikasikan adanya bakteri.
2. Feses untuk adanya ovum dan parasit: dapat mengindikasikan adanya
parasite.
3. Feses untuk panel atau kultur virus: untuk menentukan adanya rotavirus
atau virus lain.
4. Feses untuk darah samar: dapat positif jika inflamasi atau ulserasi
terdapat di saluran GI.
5. Feses untuk leukosit: dapat positif pada kasus inflamasi atau infeksi.
6. pH feses/mengurangi zat: untuk melihat apakah diare disebabkan oleh
intoleransi karbohidrat.
7. Panel elektrolit: dapat mengindikasikan dehidrasi.
8. Radiografi abdomen (KUB): adanya feses di usus dapat mengindikasikan
konstipasi atau impaksi feses (massa feses yang imobil dan mengeras);
tingkat cairan-udara dapat mengindikasikan obstruksi usus.
1.7 Komplikasi
Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat mengakibatkan berbagai
macam komplikasi, diantaranya komplikasi yang paling sering muncul adalah dehidrasi baik
dehidrasi ringan, sedang, ataupun berat. Komplikasi yang muncul tergantung pada cepat
lambatnya penangan terhadap pasien, pada keadaan lanjut renjatan hipovolemik dapat
terjadi sebagai akibat dari makin berkurangnya volume darah.
Komplikasi lainnya yang sering terjadi adalah hipokalemia, yaitu suatu kedaan dimana
kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala meteorismus (kembung perut karena
pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram. Serta beberapa gejala lainnya seperti
hipoglikemia, Kejang terutama pada hidrasi hipotonik,22 malnutrisi energi protein, karena
selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan (masukan makanan
berkurang,pengeluaran bertambah), intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi
enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
1.8 Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana Pengobatan
Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk
pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit-rumah sakit.
Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi
usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu,
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare
yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,
yaitu:
1. Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut.
3. Air susu ibu dan makanan tetap diteruskan.
4. Antibiotik Jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera.
5. Nasihat pada ibu atau pengasuh Nasihat pada ibu atau pengasuh kembali segera jika
demam, tinja berdarah,berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin
sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
1.9 Pathways
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditegakkan pada kasus anak dengan diare
menurut SDKI (2018), adalah sebagai berikut:
a. Hipovolemia yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yang
berlebihan dari traktur GI ke dalam feses atau muntahan.
b. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi
kelembaban, akibat frekuensi BAB yang berlebihan.
c. Diare yang berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan
pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak beraturan.
d. Defisit nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmamouan mengabsorbsi
nutrien.
e. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare.

C. Intervensi
Intervensi keperawatan menurut SLKI (2018) adalah sebagai berikut:
a. Hipovolemia: Manajemen hipovolemia
a) Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
b) Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah

b. Gangguan integritas kulit: perawatan integritas kulit


a) Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis: perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
b) Terapeutik
- Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitive
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
c) Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis: lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada
diluar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

c. Diare : Manajemen diare


a) Observasi
- Identifikasi penyebab diare (mis: inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, obat-
obatan, pemberian botol susu)
- Identifikasi Riwayat pemberian makanan
- Identifikasi gejala invaginasi (mis: tangisan keras, kepucatan pada
bayi)
- Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses
- Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis: takikardia, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa
kulit kering, CRT melambat, BB menurun)
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
- Monitor jumlah dan pengeluaran diare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
b) Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral (mis: larutan garam gula, oralit,
Pedialyte, renalyte)
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena (mis: ringer asetat, ringer laktat), jika perlu
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
c) Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis:
loperamide, difenoksilat)
- Kolaborasi pemberian antispasmodik/spasmolitik (mis:
papaverine, ekstrak belladonna, mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis: atapugit, smektit,
kaolin-pektin)
d. Defisit nutrisi: manajemen nutrisi
a) Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b) Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi
c) Edukasi
- Ajarkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

e. Risiko ketidakseimbangan elektrolit : pemantauan elektrolit


a) Observasi
- Monitor kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit serum
- Monitor mual, muntah, diare
- Monitor kehilangan cairan, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis: kelemahan otot,
interval QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi
segmen ST, gelombang U, kelelahan, parestesia, penurunan
refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas usus menurun, pusing,
depresi pernapasan)
- Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis: peka rangsang,
gelisah, mual, muntah, takikardia mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P
datar, kompleks QRS tumpul, blok jantung mengarah asistol)
- Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis: disorientasi, otot
berkedut, sakit kepala, membrane mukosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi, penurunan kesadaran)
- Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis:
haus, demam, mual, muntah, gelisah, peka
rangsang, membrane mukosa kering, takikardia,
hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
- Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis: peka
rangsang, tanda Chvostek [spasme otot wajah]
dan tanda Trousseau [spasme karpal], kram otot,
interval QT memanjang)
- Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis:
nyeri tulang, haus, anoreksia, letargi, kelemahan
otot, segmen QT memendek, gelombang T lebar,
komplek QRS lebar, interval PR memanjang)
- Monitor tanda dan gejala hypomagnesemia (mis:
depresi pernapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda
Trousseau, konfusi, disritmia)
- Monitor tanda gan gejala hypermagnesemia (mis:
kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia, depresi
SSP, letargi, koma, depresi)
b) Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Ppni, T. P. S. D. (2022).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1


Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Ppni, T. P. S. D. (2022). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Ppni, T. P. S. D. (2022). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Anggraini, Debie , Olivitari Kumala (2022). Diare Pada Anak, Scientific Journal,
Vol I,No 4, Hal 311-319 , :
Http://Journal.Scientic.Id/Index.Php/Sciena/Issue/View/4.
C. Mona.U. Aman,Et All,(2015). Gambaran Gejala Dan Tanda Klinis Diare Akut
Pada Anak Karena Blastocystis Hominis, Jurnal E-Clinic (Ecl), Volume 3,
Nomor 1
Fikry ,Ahmad Iqbal,Et All,(2022). Pengaruh Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Terhadap
Kejadian Diare Pada Anak Sekolah The Effect Of Clean And Healthy Living Behavior On
The Event Of Diarrhea In School Children, Jurnal Medical Profession (Medpro), Vol. 4
| No. 3 , Hal 271-278.

Indriyani, DPR., Putra,S.. Penanganan terkini diare pada anak: tinjauan


Pustaka. Intisari Sains Medis 2020,vol.11,no.2:928-932.
https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/download/848/622/3339

Anda mungkin juga menyukai