0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan18 halaman

1002-Article Text-3674-2-10-20240203

Diunggah oleh

mhmmdrhmat2802
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan18 halaman

1002-Article Text-3674-2-10-20240203

Diunggah oleh

mhmmdrhmat2802
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 18

Saliha: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam

Volume 7 No. 1. Januari 2024


ISSN: 2614-1388; E-ISSN: 2622-7479
DOI: 10.54396/saliha.v7i1.1002

Aktualisasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PAI


di Sekolah Dasar

1RajuSanjani Sihombing, 2Iis Arifudin, 3Syakur Wildan


1UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 3UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta
1rajusanjani62@gmail.com, 2iisarifudin@syekhnurjati.ac.id,

3syakurwildan97@gmail.com

Abstract: Character education is very important because currently there


are many students who cannot practice character in their daily lives, thus
hindering the growth of the quality of students to become useful figures
in society, nation and state. The aim of the research carried out by the
author is to provide an important overview of the character cultivation
that students must have by means of teachers and parents who must work
together to always remind students wherever they are to apply character
in everyday life. Of course, not only reminding, teachers and parents
must also be good examples for all students from their words, deeds and
actions. This type of research is qualitative research with the subject of
research being Islamic teachers as the main topic of discussion. This is
because Islamic teachers are teachers who can require their students to
implement character education. Then data collection techniques use
interviews and observation. The results of this research explain that
character education implemented in the independent curriculum
education unit has been determined in the Pancasia Student Profile which
includes having faith and devotion to God Almighty, global diversity,
mutual cooperation, independence, critical reasoning and creativity. So
teachers of Islamic Religious Education and Character Education subjects
must provide a form of character education in PAI lessons to achieve
success in the learning process. These forms are discipline, devotion,
honesty, self-awareness, responsibility and empathy. Then, there are two
steps that must be used to achieve success in achieving character
education properly and correctly as an effort to form the morality of wise
and wise students.
Keywords: Character Education, Subjects, Islamic Religious Education
and Morals

Abstrak: Pendidikan karakter sangat penting keberadaannya


dikarenakan sekarang ini banyaknya peserta didik yang belum
bisa mengamalkan karakter dalam kehidupan sehari-hari

|Submitted: 19 November 2023 |Accepted: 22 November 2023 |Published: 31 Januari 2024


Raju Sanjani Sihombing

sehingga menghambat tumbuhnya kualitas peserta didik untuk


menjadi sosok yang berguna dalam masyarakat, bangsa, dan
negara. Tujuan penelitian yang dilakukan penulis untuk
memberikan gambaran penting akan penanaman karaker yang
harus dimiliki peserta didik dengan cara guru dan orang tua harus
bekerjasama untuk selalu mengingatkan peserta didik dimanapun
berada agar menerapkan karakter dalam kehidupan sehari-hari.
Tentu tidak hanya mengingatkan saja, guru dan orang tua juga
harus menjadi contoh yang baik untuk semua siswa dari mulai
perkataan, perbuatan, dan tindakannya. Jenis penelitian ini yakni
penelitian kualitatif dengan subjek penelitian guru Agama Islam
yang menjadi pokok pembahasan. Hal itu karena guru Agama
Islam sebagai guru yang bisa menuntut siswanya untuk
menerapkan pendidikan karakter. Kemudian teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.
Hasil penelitian ini menjelaskan pendidikan karakter yang
diterapkan dalam satuan pendidikan kurikulum merdeka sudah
ditetapkan pada Profil Pelajar Pancasia yang memuat didalamnya
yakni mempunyai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri,
bernalar kritis, dan kreatif. Maka guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti harus memberikan
bentuk pendidikan karakter dalam pelajaran PAI untuk mencapai
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Bentuk tersebut yakni
kedisiplinan, ketaqwaan, kejujuran, kesadaran diri, tanggung
jawab, dan empati. Kemudian cara yang dilakukan untuk
mewujudkan keberhasilan dalam mencapai pendidikan karakter
dengan baik dan benar, maka terdapat dua langkah yang harus
digunakan sebagai usaha dalam pembentukan moralitas peserta
didik yang arif dan bijaksana.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Mata Pelajaran, Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendahuluan
Pendidikan merupakan upaya kesadaran akan merencanakan
suasana proses dan sarana pembelajaran agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki secara aktif dan maksimal sehingga
terbentuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlaq, mulia, dan keterampilan yang ada pada diri peserta

ŚALIĤA|Vol. 7 No. 1, Januari 2024 147


Aktualisasi Pendidikan Karakter

didik.1 Hal itu termaktub pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013


tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berisi bahwa pemerintah harus
menyelenggarakan pendidikan dari mulai dasar, menengah, dan atas dengan
regulasi yang mudah sehingga mendapatkan manfaat sebagai bekal dalam
kehidupan bermasyarakat.2
Pendidikan, sebagai salah satu aspek fundamental dalam
pembentukan manusia, memiliki peran yang sangat penting dalam
membangun karakter, keterampilan, dan moralitas peserta didik. Upaya
kesadaran dalam merencanakan suasana proses dan sarana pembelajaran
adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa setiap individu dapat
mengembangkan potensi mereka secara optimal. Pendekatan ini tidak hanya
mencakup aspek kognitif, tetapi juga aspek spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, dan akhlak mulia.3
Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk karakter peserta
didik. Pembentukan karakter tidak hanya berfokus pada aspek akademis,
tetapi juga pada nilai-nilai moral, etika, dan kepribadian yang akan
membimbing peserta didik menjadi individu yang bertanggung jawab dan
berkontribusi positif dalam masyarakat. Pendidikan karakter bertujuan
untuk membekali peserta didik dengan keahlian moral yang membantu
mereka menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan bukan hanya sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi juga
mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masa depan.
Keterampilan kognitif seperti berpikir kritis, analitis, dan kreatif menjadi
fokus utama dalam merespon tuntutan dunia yang terus berubah. Selain itu,
keterampilan sosial seperti kerjasama tim, komunikasi efektif, dan

1 Haudi, Dasar-Dasar Pendidikan (Solok: Insan Cendekia Mandiri,


2020).
2Rizky Rinaldiy Inkiriwang, Refly Singal, and Jefry V Roeroe,
“KEWAJIBAN NEGARA DALAM PENYEDIAAN FASILITAS
PENDIDIKAN KEPADA MASYARAKAT MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDKAN NASIONAL,”
Lex Privatum 8, no. 2 (2020): 144,
http://hpj.journals.pnu.ac.ir/article_6498.html.
3 Nata, A., Rohimat, R., & Rukiyah, R. (2019). "The Implementation

of Character Education in Indonesia: A Review." Journal of Social Studies


Education Research, 10(3), 267-279.

148 ŚALIĤA|Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Raju Sanjani Sihombing

pemecahan masalah juga menjadi bagian integral dari kurikulum


pendidikan. 4
Dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, di mana teknologi
memainkan peran sentral, pendidikan juga harus mempersiapkan peserta
didik dengan keterampilan teknologi informasi dan keahlian digital. Ini
melibatkan integrasi teknologi dalam pembelajaran sehingga peserta didik
dapat mengembangkan keterampilan yang relevan dengan perkembangan
teknologi. Dalam konteks ini, pendidikan karakter tidak hanya menjadi
tanggung jawab sekolah, tetapi juga melibatkan peran keluarga, masyarakat,
dan lingkungan sekitar peserta didik. Dalam mengimplementasikan
pendidikan karakter, perlu dilibatkan kerjasama antara lembaga pendidikan,
orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang kondusif.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia menggarisbawahi pentingnya penyelenggaraan
pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga tingkat atas. Regulasi
yang mudah diakses dan dipahami menjadi landasan untuk
menyelenggarakan pendidikan yang efektif dan merata. Tujuan utama dari
pendidikan adalah memberikan bekal bagi peserta didik agar mampu
berkontribusi secara positif dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks
ini, pendidikan bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan, tetapi juga
membentuk karakter yang berkualitas. Aspek kekuatan spiritual dan
keagamaan menjadi landasan moral bagi peserta didik. Pendidikan tidak
hanya berfokus pada pengembangan kognitif dan keterampilan semata,
tetapi juga mempertimbangkan nilai-nilai yang mengakar pada etika dan
moralitas.5
Selain itu, pengendalian diri merupakan keterampilan yang diajarkan
dalam pendidikan. Kemampuan untuk mengelola emosi, menilai situasi, dan
mengambil keputusan yang tepat adalah aspek-aspek penting yang
diupayakan agar dapat berkembang sejak dini. Kepribadian yang sehat dan
positif juga menjadi target pembentukan karakter peserta didik, sehingga

4 Rahman, F., & Arifin, A. (2018). "The Implementation of Character

Education through Learning Strategy in Elementary School." International


Journal of Instruction, 11(3), 517-530.
5 Wahyuni, E. R. (2015). "Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar:

Konsep dan Implementasinya." Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 21(4), 487-


496.

ŚALIĤA|Vol. 7 No. 1, Januari 2024 149


Aktualisasi Pendidikan Karakter

mereka dapat menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan


berkontribusi dalam kehidupan sosial.
Pendidikan juga membentuk kecerdasan bukan hanya dalam hal
akademis, tetapi juga dalam pemahaman tentang kehidupan, keberagaman,
dan keterampilan sosial. Peserta didik diajarkan untuk berpikir kritis, kreatif,
dan mampu beradaptasi dalam lingkungan yang terus berubah. Akhlaq
mulia menjadi tujuan akhir dari proses pendidikan, di mana peserta didik
diharapkan memiliki moralitas yang baik, etika dalam berinteraksi dengan
sesama, dan rasa empati terhadap kebutuhan orang lain.
Dengan demikian, pendidikan tidak hanya menjadi sarana untuk
mengakumulasi pengetahuan, tetapi juga sebagai wahana pembentukan
karakter yang holistik. Dengan memahami pentingnya pendidikan yang
berfokus pada pengembangan spiritual, moral, dan keterampilan,
masyarakat dapat menciptakan individu-individu yang berdaya, beretika,
dan siap menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan ini sesuai dengan visi Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional yang mengarah pada terciptanya sumber daya manusia yang
unggul dan berkepribadian.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 yang berbunyi “Pendidikan adalah suatu upaya yang direncanakan
dalam memberikan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga
peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya dengan
mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara” 6. Dari Undang-Undang diatas dapat
dikatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan untuk membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangakan potensi pada diri
peserta didik ber iman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Disamping itu
juga, Undang-Undang Sisdiknas diatas sebagai hasil pemikiran yang di
tetapkan sebagai kebijakan pemerintah yang akan mengatur tertang sistem
pendidikan nasional yang diharapkan mampu menyatu dengan masyarakat
dan mempunyai prinsip keadilan tanpa diskriminasi. 7

6Kholis Nur, “PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM DALAM


UNDANG-UNDANG SISDIKNAS 2003,” Jurnal Kependidikan 2, no. 1 (2014):
73, https://eje.bioscientifica.com/view/journals/eje/171/6/727.xml.
7 Matlani and Aan Yusuf Khunaifi, “Analisis Kritis Undang-Undang

Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003” 13, no. 2 (2019): 84.

150 ŚALIĤA|Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Raju Sanjani Sihombing

Karakter adalah suatu perilaku seseorang yang mempengaruhi cara


pandang, pola pikir dan tutur tindak terhadap sesuatu terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Terdapat pokok-
pokok untuk menjadi orang yang mempunyai karakter dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu mempunyai karakter pribadi, sesama manusia, dan
lingkungan sekitarnya. 8 Karakter pada suatu bangsa perlu dibangun dengan
pendidikan yang terdapat proses perubahan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Hal itu menjadi penting keberadaannya karena mempunyai
dampak yang baik bagi lingkungan masyarakat. Pengembangan karakter
melalui pendidikan yang bersifat multidimensional diharapkan dapat
menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan
cita-cita dan tujuan hidup bersama dengan solidaritas kepekaan sosial yang
kuat.9
Pada zaman sekarang banyak sekali fenomena-fenomena yang terjadi
di sekolah terkait rendahnya moral yang disebabkan oleh kurangnya
pengawasan dari orang tua dirumah maupun guru disekolah. Selain itu juga,
perkembangan zaman yang pesat dengan arus modernisasi dan globalisasi
juga membuat tatanan perilaku peserta didik berubah sangat drastis.10
Berdasarkan survei yang dilakukan BKKBN terkait rendahnya moral yang
menyatakan bahwa 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia
melakukan seks pranikah, dan para pelaku seks dini itu menyakini,
berhubungan seksual satu kali tidak menyebabkan kehamilan. Sumber lain
juga menyebutkan tidak kurang dari 900 ribu remaja yang pernah aborsi
akibat seks bebas. Bahkan remaja yang melakukan aborsi tercatat 60% dari
total kasus.11

8 Tia Dita Putri Latifa Yuwono and Sutrisno Sutrisno, “Analisis


Kebijakan Survei Karakter Sebagai Salah Satu Program Merdeka Belajar,”
Jurnal Basicedu 7, no. 1 (2023): 465,
https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i1.4446.
9 Deny Setiawan, “Peran Pendidikan Karakter Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Moral,” Jurnal Pendidikan Karakter 4, no. 1
(2013): 54, https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.1287.
10 Agung Prihatmojo and Badawi, “Pendidikan Karakter Di Sekolah

Dasar Mencegah Degradasi Moral Di Era 4.0,” DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset
Pedagogik 4, no. 1 (2020): 144, https://doi.org/10.20961/jdc.v4i1.41129.
11 Raihan Putry, “Nilai Pendidikan Karakter Anak Di Sekolah

Perspektif Kemendiknas,” Gender Equality: International Journal of Child and

ŚALIĤA|Vol. 7 No. 1, Januari 2024 151


Aktualisasi Pendidikan Karakter

Dari situlah maka jenjang pendidikan dari dasar sampai atas harus
mengedepankan pendidikan karakter sebagai bentuk kepeduliaan kepada
peserta didik. Pendidikan karakter dalam dunia pendidikan yang sangat
penting keberadaannya untuk mengukur perkembangan secara moralitas
peserta didik di sekolah. Hal itu sebagai bekal kelak ketika hidup dalam
lingkungan masyarakat.12 Sejalan demikian, menurut Hunger dan Whelen
mengatakan bahwa setidaknya harus ada strategi dalam meningkatkan
proses pendidikan karakter secara menyeluruh kepada para siswa sehingga
menimbulkan dampak perubahan yang signifikansi. Kemudian ditegaskan
oleh Mulyasa bahwa strategi dalam meningkatkan proses pendidikan
karakter harus diarahkan kepada peserta didik melalui kordinasi dan
kolaborasi perangkat sekolah yang mendukung perubahan akan kualitas
pendidikan karakter peserta didik. 13
Pendidikan karakter dimulai pada cara berfikir dan berperilaku yang
dimiliki setiap individu dalam ruang lingkup kehidupannya sebagai nilai
dalam pemikiran dan perilaku yang mendorong individu memiliki sikap
tanggung jawab atas apa yang telah di perbuat. Maka dari itu, seorang guru
harus menjadi gerbang utama dalam pembentukan karakter peserta didik. 14
Maka dari itu, pendidikan karakter ini menjadi tanggung jawab bersama
antara sekolah, masyarakat dan orangtua. Ukuran keberhasilan pendidikan
karakter ini tentunya tidak dapat dinilai dengan tes formatif atau sumatif
yang dinyatakan dalam skor. Namun, tolak ukur dari keberhasilan
pendidikan karakter adalah terbentuknya peserta didik yang berakhlak,
berbudaya, santun, religius, kreatif, dan inovatif. 15 Disamping itu juga,

Gender Studies 4, no. 1 (2019): 40,


https://doi.org/10.22373/equality.v4i1.4480.
12 Kalfaris Lalo, “Menciptakan Generasi Milenial Berkarakter

Dengan Pendidikan Karakter Guna Menyongsong Era Globalisasi,” Ilmu


Kepolisian 12, no. 2 (2018): 69.
13 Petrus Jacob Pattiasina et al., “Paradigma Baru Pendidikan

Karakter Era Inovasi Disrptif Dan Implementasi Praktisnya Di Era Society


5.0,” Jurnal Pendidikan Dan Konseling 4, no. 5 (2022): 2451.
14 Ratnasari Diah Utami, “Membangun Karakter Siswa Pendidikan

Dasar Muhammadiyah Melalui Identifikasi Implementasi Pendidikan


Karakter Di Sekolah,” Profesi Pendidikan Dasar 2, no. 1 (2016): 32–40,
https://doi.org/10.23917/ppd.v2i1.1542.
15 Fathul Amin, “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan

Agama Islam,” Tadris : Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan Islam 12, no.
2 (2019): 3, https://doi.org/10.51675/jt.v12i2.22.

152 ŚALIĤA|Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Raju Sanjani Sihombing

peranan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang
diajarkan dikelas sebagai bahan acuan untuk membuat penghayatan dan
pengamalan dalam kehidupan sehari-hari terkait peserta didik yang
berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, dan inovatif.16
Sekolah harus memberikan kualitas sistem pengajaran yang baik
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti guna
sebagai alat pelaksana dalam penerapan nilai pendidikan karakter dengan
stabilitas yang baik. Tentu para guru sebagai pembawa nasib peserta didik
kedepan dengan ukuran keberhasilan dalam menjalankan tugasnya untuk
pembentukan karakter peserta didik.17 Adapun tujuan pendidikan karakter
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat menjadikan perubahan
perilaku peserta didik yang berkualitas dan dapat menggapai cita-cita dalam
proses pembelajaran. Selain itu juga, peserta didik dapat menjadi pelopor
dalam penerapan karakter yang baik sehingga dapat ditiru oleh teman
lainnya. Hal itu sangat penting dilakukan setiap hari dengan rutinitas dan
ikhlas supaya menjadi pembiasaan yang baik.18
Oleh karena itu, diharapkan pendidikan karakter bisa memberikan
nilai-nilai karakter dengan proses penanaman dan pengembangan kepada
seseorang secara maksimal supaya dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Maka, peran guru sangat penting bagi kehidupan siswa sebagai
perantara dalam menumbuhkan karakter melalui proses pembelajaran. 19
Selain itu juga, perlunya kesiapan dan dukungan dari komponen pendidikan
khususnya stake holder yang menjadikan indikator keberhasilan dalam tujuan
pengembangan pendidikan karakter. Tentunya juga harus terdapat formula
yang tepat dalam strategi implementasi pendidikan karakter dengan

16 Nur Ainiyah, “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan


Agama Islam,” Jurnal Al-Ulum 13, no. 1 (2013): 30,
https://doi.org/10.34005/tahdzib.v2i2.511.
17 Riowati and Nono H. Yoenanto, “PERAN GURU PENGGERAK

PADA MERDEKA BELAJAR UNTUK MEMPERBAIKI MUTU


PENDIDIKAN DI INDONESIA,” JOEAI (Journal of Education and Instruction)
5, no. 1 (2022): 3.
18 Ainissyifa Hilda, “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif

Pendidikan Islam,” Jurnal Pendidikan Universitas Garut 8, no. 1 (2014): 5,


https://doi.org/10.36840/alaufa.v1i1.217.
19 Azka Salmaa Salsabilah, Dinie Aggraeni Dewi, and Yayang Furi

Furnamasari, “Peran Guru Dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter,” Jurnal


Pendidikan Tambusai 5, no. 3 (2021): 7166,
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/2106/1857.

ŚALIĤA|Vol. 7 No. 1, Januari 2024 153


Aktualisasi Pendidikan Karakter

memunculkan gagasan dan inovasi untuk mewujudkan cita-cita dalam


memajukan karakter peserta didik yang lebih baik lagi.20

Metode Penelitian
Artikel ini mempunyai tujuan dalam prosedur penelitiannya yakni
supaya bisa mengemukakan secara umum tentang gambaran Aktualisasi
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah Dasar. Metode penelitian kualitatif merupakan penggunaan dalam
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal itu karena penelitian ini
berfungsi dalam memberikan penjelasan terhadap sebab fenomena yang
terjadi dalam kasus tertentu dengan sasaran utamanya pada objektivitas,
sistematis, dan sistemik secara mendalam.21 Jenis penelitian kualitatif yang
dilakukan penulis yakni deskriptif dengan menjelaskan fenonema atau gejala
secara terperinci serta menjadi respon bagi subjek penelitian. Observasi dan
wawancara yang menjadi data pokok yang dikumpulkan pada saat penelitian
berlangsung sebagai penguat dalam metode pengumpulan data. Pada
observasi yang digunakan peneliti yakni dengan observasi terbuka.
Observasi terbuka merupakan observasi antara responden dan peneliti
berada ditengah pelaksanaan kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan
wawancara yang digunakan yakni wawancara langsung dengan responden.22
Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti yakni di Sekolah Dasar Negeri
Nanggulan Depok Sleman. Dalam penelitiannya dilakukan pada tanggal 1-6
September 2023 atau satu minggu dengan objek dalam penelitian yakni
peserta didik dari kelas 1 sampai 6. Analisis data yang digunakan peneliti
yakni dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.23

Abdul Jalil, “Karakter Pendidikan Untuk Membentuk Pendidikan


20

Karakter,” Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2016): 183,


https://doi.org/10.21580/nw.2012.6.2.586.
21 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan
PendidikanMetodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2009).
22 Hamid Darmadi, Dimensi-Dimensi Metode Penelitian Pendidikan

Dan Sosial (Bandung: Alfabeta, 2013).


23 Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers,

2016).

154 ŚALIĤA|Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Raju Sanjani Sihombing

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil
Pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan asumsi dasar untuk
penerapan pendidikan karakter dengan harapan mampu dilaksanakan pada
kehidupan sehari-hari tanpa mengenal waktu, tempat, dan usia. Segala usaha
untuk membentuk pola pemikiran dan perilaku yang baik tentu harus
melalui proses bimbingan dari guru mapel untuk bisa memberikan materi
yang mudah dipahami dengan baik melalui kontribusi nyata dan integrasi
dalam hal nilai karakter dalam kehidupan bermasyarakat seperti nilai gotong
royong dan lain sebagainya.24 Selain itu juga, guru Pendidikan Agama Islam
di sekolah harus bisa membuat cara jitu dalam penyampaian materi yang
disampaikan sehingga peserta didik dapat menerapkan pada kehidupan di
lingkungan masyarakat sekitarnya. Maka, perlunya standarisasi dalam
proses mengajar yang berkaitan dengan penguasaan bahan ajar, penggunaan
strategi, pemanfaatan media, dan evaluasi pembelajaran. Hal itu dapat
memberikan dampak dan stabilitas yang sempurna dalam penerapan
pendidikan karakter peserta didik.25
Pendidikan karakter yang diterapkan dalam satuan pendidikan
kurikulum merdeka sudah ditetapkan pada Profil Pelajar Pancasia yang
memuat didalamnya yakni mempunyai keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri,
bernalar kritis, dan kreatif.26 Adapun penjabarannya sebagai berikut:
1. Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Seseorang yang mempunyai iman dan taqwa sejatinya dapat
memberikan kebermanfaatan bagi orang lain dengan menjadi contoh
teladan yang baik. Hal itu perlu diterapkan pada lingkungan sekolah yang
bisa memberikan dampak yang positif bagi perangkat sekolah yang
terdapat didalamnya, khususnya pada guru dan peserta didik.

24 Titin Lestari Solehat and Zaka Hadikusuma Ramadan, “Analisis


Program Penguatan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) Di Sekolah Dasar,” Jurnal Basicedu 5, no. 4 (2021): 2273,
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1202.
25 Afif Syaiful Mahmudin, “Pengembangan Bahan Ajar Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam Oleh Guru Tingkat Sekolah Dasar,”


SITTAH: Journal of Primary Education 2, no. 2 (2021): 100,
https://doi.org/10.30762/sittah.v2i2.3396.
26 Meilin Nuril Lubaba and Iqnatia Alfiansyah, “Analisis Penerapan

Profil Pelajar Pancasila Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di


Sekolah Dasar,” Edusaintek 9, no. 3 (2022): 694.

ŚALIĤA|Vol. 7 No. 1, Januari 2024 155


Aktualisasi Pendidikan Karakter

2. Berkebinekaan Global
Maksud dari berkebinekaan global yakni menumbuhkan rasa saling
menghargai dan membentuk budaya baru yang positif tidak terbentur
dengan budaya luhur bangsa dengan mempertahankan budaya luhur,
lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam
berinteraksi dengan budaya lain. Hal yang paling dasar yang harus
dimiliki adalah kemampuan berinteraksi dengan sesama dan
tangungjawab dengan sikap saling menghormati dan menghargai
terhadap perbedaan yang muncul ditengah-tengah lingkungan
masyarakat.
3. Gotong Royong.
Elemen yang terdapat pada ciri gotong royong antara lain yakni
kolaborasi dan kepedulian. Keduanya sangat berarti dan saling bersatu
untuk mewujudkan kebersamaan dalam cita-cita masyarakat. Jika
dihubungkan dalam lingkungan persekolahan, gotong royong ini sebagai
pembelajaran peserta didik untuk menumbuhkan rasa solidaritas antar
sesama dan saling membantu apabila terdapat kesulitan antar sesama.
4. Mandiri
Sikap mandiri yang harus dilakukan dengan pembiasan-pembiasan
yang sudah dilakukan setiap hari dan menjadi rutinitas yang terus
menerus. Kemandirian ini perlu kesadaran akan pentingnya tujuan yang
ingin dicapai. Seperti halnya peserta didik di sekolah harus mempunyai
cita-cita yang besar dalam belajar serta bertanggung jawab atas proses dan
hasil belajarnya. Hal yang menjadi dasar dalam kemandirian ini yakni
kesadaran akan diri sendiri dengan situasi yang dihadapi beserta regulasi
yang sudah disepakati.
5. Bernalar Kritis
Nalar kritis sebuah anugrah yang diberikan oleh Allah SWT untuk
bisa digunakan dengan baik. Hal itu perlu dilakukan dalam lingkungan
sekolah yakni terkait peserta didik yang harus mampu bernalar kritis
secara objektif memproses infoemasi baik kualitatif maupun kuantitatif,
membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.
6. Kreatif
Munculnya sikap kreatif diawali dengan gagasan baru yang berbeda
dengan gagasan sebelumnya. Maka dapat memberikan model yang
memiliki ciri khas dengan keunikannya. Hal itu jika dihubungkan dalam
lingkungan sekolah seperti halnya peserta didik harus kreatif dengan

156 ŚALIĤA|Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Raju Sanjani Sihombing

mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang, orisinal,


bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Hal yang menjadi dasar dalam
pengembangan kreatif ini yakni dapat menghasilkan gagasan yang
orisinal dan menghasilkan karya.27

Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dari guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang berkaitan dengan bentuk pendidikan karakter dalam
pelajaran PAI yakni kedisiplinan, ketaqwaan, kejujuran, kesadaran diri,
tanggung jawab, dan empati. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan perilaku taat aturan terhadap segala
sesuatu yang menyangkut nilai dan norma yang sudah disepakati
bersama melalui penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik
yang mempunyai jiwa disiplin tinggi mampu memberikan kontribusi
positif dengan melakukan manajemen waktu dan resiko setiap saat
sebelum aktivitas keseharian yang ia kerjakan. Manajemen waktu dan
resiko sebuah tanda bahwa ketika menjalankan aktivitas itu sudah cukup
atau melewati batas yang dilaluinya. Hal itu perlu kesadaran pribadi yang
kuat dan tidak boleh ada sifat egois dalam diri sendiri. Selain itu juga, jika
ada peserta didik yang mampu menerapkan manajemen waktu dan resiko
dengan baik, maka niscaya akan mendapatkan tujuan keberhasilan yang
diinginkan.
2. Ketaqwaan
Ketaqwaan adalah sikap positif yang dilakukan dengan selalu taat
dalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-
larangan-Nya sebagai jalan untuk mencapai keberhasilan melalui proses
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya seorang peserta
didik harus memiliki sikap ketaqwaan dengan mudah dan istiqomah.
Cara yang dilakukan untuk mencapai sikap ketaqwaan yakni yang
pertama harus mengakui kehinaan pada dirinya sendiri, kedua harus

27Sulastri Sulastri et al., “Penguatan Pendidikan Karakter Melalui


Profil Pelajar Pancasila Bagi Guru Di Sekolah Dasar,” JRTI (Jurnal Riset
Tindakan Indonesia) 7, no. 3 (2022): 418,
https://doi.org/10.29210/30032075000.

ŚALIĤA|Vol. 7 No. 1, Januari 2024 157


Aktualisasi Pendidikan Karakter

sadar atas kebaikan yang telah diberikan oleh Alllah SWT, dan ketiga
harus selalu mengingat kematian.
3. Kejujuran
Kejujuran adalah perilaku terbuka pada orang lain dengan tidak
adanya kebohongan, penipuan, dan lain sebagainya. Kejujuran erat
kaitannya dengan aspek karakter, baik moral dan berkonotasi sikap positif
serta berbudi luhur. Seorang peserta didik yang telah belajar tentang
pentingnya akhlak terpuji di sekolah itu harus dapat menerapkan sikap
kejujuran dengan berkelanjutan sehingga perbuatannya dapat ditiru oleh
orang lain.
4. Kesadaran diri
Sikap perilaku sadar diri yang terdapat dalam diri seseorang
memberikan arti bahwa ketika melakukan perbuatan baik akan
berdampak baik, dan ketika melakukan perbuatan buruk akan berdampak
buruk. Begitu pun jika peserta didik yang mempunyai kesadaran diri yang
ada dalam dirinya bisa memberikan rasa evaluasi terhadap apa yang
sudah dikerjakan. Maka, sikap sadar diri harus tetap tertanam dalam jiwa
peserta didik supaya bisa merubah perbuatan buruk menjadi lebih baik
lagi.
5. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalag sikap yang berani menanggung resiko atas
perbuatan yang telah dilakukan. Sikap ini membutuhkan kesadaran
terhadap kewajiban atau perintah yang harus dikerjakan dengan baik. Di
sekolah, peserta didik setidaknya tidak meninggalkan kewajiban yang
menjadi tanggungan dalam dirinya sendiri untuk diselesaikan sesuai
amanah. Hal itu perlu diterapkan pada kehidupan sehari-hari sehingga
perbuatan tanggung jawab tetap dilaksanakan secara maksimal.
6. Empati
Empati adalah sikap yang berasal dari getaran hati untuk melakukan
keinginan untuk tujuan yang akan dicapai. Empati juga memberikan
kesadaran mental dalam memahami keadaan perasaan dan pikiran
individu maupun kelompok. Tentu saja seorang peserta didik harus bisa
menerapkan rasa empati kepada orang lain supaya dapat menimbulkan
kepekaan dan kepeduliaan antar sesama. Hal itu akan berdampak pada
keharmonisan dalam menjalin tali persaudaraan.
Adapun cara yang dilakukan untuk mewujudkan keberhasilan
dalam mencapai pendidikan karakter dengan baik dan benar, maka terdapat
langkah-langkah yang harus digunakan sebagai usaha dalam pembentukan

158 ŚALIĤA|Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Raju Sanjani Sihombing

moralitas peserta didik yang arif dan bijaksana. Langkah tersebut berupa
pembiasaan, pengawasan, evaluasi. Adapun keduanya akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pembiasaan
Untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, seseorang harus melalui
pembiasaan yang rutin supaya dapat menjadi terbiasa dan memudahkan
dalam melakukan kegiatan apapun baik di lingkungan rumah maupun
masyarakat. Selaras juga yang dilakukan oleh peserta didik setiap harinya
di lingkungan persekolahan dengan menjalankan kegiatan yang sudah
menjadi kewajibannya dalam menuntut ilmu.28 Seorang peserta didik
wajib melaksanakan segala aturan tata tertib yang telah disepakati oleh
kepala sekolah seperti dalam menjalankan kegiatan keagamaan dengan
rutinitas yang sudah dijadwalkan pelaksanaannya. Hal itu menuntut para
peserta didik untuk mengikutinya secara khidmah dan ikhlas.
2. Pengawasan
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah perlu
dilakukan pengawasan agar dapat memastikan kegiatan proses
pembelajaran sudah berjalan sesuai harapan atau sebaliknya. Pengawasan
ini untuk mengukur keberhasilan dalam proses kegiatan untuk melihat
perkembangan suatu kegiatan. Kemudian apabila dalam pengawasan
menemukan kendala maka tindakan yang diambil adalah merevisi dan
memperbaiki kembali kegiatan tersebut agar ke depannya berjalan dengan
baik dan efektif.29 Jika proses kegiatan tercapai dengan apa yang
diinginkan, maka praktek pengawasan pun sudah berhasil. Maka dari itu
setiap kegiatan proses pembelajaran khususnya harus diberikan
pengawasan yang ketat untuk keberlangsungan jalannya kegiatan proses
pembelajaran dengan hasil yang maksimal.
3. Evaluasi
Evaluasi sebagai bagian yang sangat penting dalam komponen
pembelajaran untuk memnentukan bahwa proses pembelajaran dapat
berhasil atau tidak berhasil. Tentunya dapat dilihat dari kinerja

28 Moh Ahsanulkhaq, “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik

Melalui Metode Pembiasaan,” Jurnal Prakarsa Paedagogia 2, no. 1 (2019): 25,


https://doi.org/10.24176/jpp.v2i1.4312.
29 Hafizhatul Amanah, Imron Arifin, and Sugeng Utaya,

“Aktualisasi Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan


Pembelajaran,” Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan 5, no. 2
(2020): 262, https://doi.org/10.17977/jptpp.v5i2.13188.

ŚALIĤA|Vol. 7 No. 1, Januari 2024 159


Aktualisasi Pendidikan Karakter

pengawasan yang dilakukan oleh para guru sebagai ukuran dalam


mencapai tujuan dalam pembentukan karakter melalui proses
pembelajaran dikelas.30 Evaluasi diharapkan mampu memberikan
informasi dari sumber yang jelas dengan memahami kondisi yang sudah
terjadi. Dalam proses pembelajaran, evaluasi dapat digunakan dengan alat
bantu berupa kepekaan dalam melihat dan mengamati perilaku peserta
didik secara menyeluruh.

Kesimpulan
Tujuan pendidikan karakter dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dapat menjadikan perubahan perilaku peserta didik yang
berkualitas dan dapat menggapai cita-cita dalam proses pembelajaran. Selain
itu juga, peserta didik dapat menjadi pelopor dalam penerapan karakter yang
baik sehingga dapat ditiru oleh teman lainnya. Hal itu sangat penting
dilakukan setiap hari dengan rutinitas dan ikhlas supaya menjadi
pembiasaan yang baik. Maka guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti harus memberikan bentuk pendidikan karakter dalam
pelajaran PAI untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Bentuk tersebut yakni kedisiplinan, ketaqwaan, kejujuran, kesadaran diri,
tanggung jawab, dan empati. Kemudian cara yang dilakukan untuk
mewujudkan keberhasilan dalam mencapai pendidikan karakter dengan baik
dan benar, maka terdapat langkah-langkah yang harus digunakan sebagai
usaha dalam pembentukan moralitas peserta didik yang arif dan bijaksana.
Langkah tersebut berupa pembiasaan, pengawasan, dan evaluasi.

Daftar Pustaka
Ahsanulkhaq, Moh. “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui
Metode Pembiasaan.” Jurnal Prakarsa Paedagogia 2, no. 1 (2019): 25.
https://doi.org/10.24176/jpp.v2i1.4312.
Ainiyah, Nur. “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.”
Jurnal Al-Ulum 13, no. 1 (2013): 30.
https://doi.org/10.34005/tahdzib.v2i2.511.
Amanah, Hafizhatul, Imron Arifin, and Sugeng Utaya. “Aktualisasi
Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan
Pembelajaran.” Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan

Ibadullah Malawi and Endang Sri Maruti, Evaluasi Pendidikan


30

(Magetan: Media Grafika, 2016).

160 ŚALIĤA|Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Raju Sanjani Sihombing

Pengembangan 5, no. 2 (2020): 262.


https://doi.org/10.17977/jptpp.v5i2.13188.
Darmadi, Hamid. Dimensi-Dimensi Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial.
Bandung: Alfabeta, 2013.
Fathul Amin. “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.”
Tadris : Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan Islam 12, no. 2
(2019): 3. https://doi.org/10.51675/jt.v12i2.22.
Haudi. Dasar-Dasar Pendidikan. Solok: Insan Cendekia Mandiri, 2020.
Hilda, Ainissyifa. “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Pendidikan
Islam.” Jurnal Pendidikan Universitas Garut 8, no. 1 (2014): 5.
https://doi.org/10.36840/alaufa.v1i1.217.
Inkiriwang, Rizky Rinaldiy, Refly Singal, and Jefry V Roeroe. “KEWAJIBAN
NEGARA DALAM PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN
KEPADA MASYARAKAT MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDKAN
NASIONAL.” Lex Privatum 8, no. 2 (2020): 144.
http://hpj.journals.pnu.ac.ir/article_6498.html.
Jalil, Abdul. “Karakter Pendidikan Untuk Membentuk Pendidikan Karakter.”
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2016): 183.
https://doi.org/10.21580/nw.2012.6.2.586.
Lalo, Kalfaris. “Menciptakan Generasi Milenial Berkarakter Dengan
Pendidikan Karakter Guna Menyongsong Era Globalisasi.” Ilmu
Kepolisian 12, no. 2 (2018): 69.
Lubaba, Meilin Nuril, and Iqnatia Alfiansyah. “Analisis Penerapan Profil
Pelajar Pancasila Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di
Sekolah Dasar.” Edusaintek 9, no. 3 (2022): 694.
Mahmudin, Afif Syaiful. “Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Oleh Guru Tingkat Sekolah Dasar.”
SITTAH: Journal of Primary Education 2, no. 2 (2021): 100.
https://doi.org/10.30762/sittah.v2i2.3396.
Malawi, Ibadullah, and Endang Sri Maruti. Evaluasi Pendidikan. Magetan:
Media Grafika, 2016.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Matlani, and Aan Yusuf Khunaifi. “Analisis Kritis Undang-Undang Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003” 13, no. 2 (2019): 84.
Nata, A., Rohimat, R., & Rukiyah, R. (2019). "The Implementation of Character
Education in Indonesia: A Review." Journal of Social Studies
Education Research, 10(3), 267-279.

ŚALIĤA|Vol. 7 No. 1, Januari 2024 161


Aktualisasi Pendidikan Karakter

Nur, Kholis. “PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM DALAM UNDANG-


UNDANG SISDIKNAS 2003.” Jurnal Kependidikan 2, no. 1 (2014): 73.
https://eje.bioscientifica.com/view/journals/eje/171/6/727.xml.
Pattiasina, Petrus Jacob, Dian Aswita, Tuti Marja Fuadi, Anita Noviyanti, and
Emy Yunita Rahma Pratiwi. “Paradigma Baru Pendidikan Karakter
Era Inovasi Disrptif Dan Implementasi Praktisnya Di Era Society
5.0.” Jurnal Pendidikan Dan Konseling 4, no. 5 (2022): 2451.
Prihatmojo, Agung, and Badawi. “Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar
Mencegah Degradasi Moral Di Era 4.0.” DWIJA CENDEKIA: Jurnal
Riset Pedagogik 4, no. 1 (2020): 144.
https://doi.org/10.20961/jdc.v4i1.41129.
Putry, Raihan. “Nilai Pendidikan Karakter Anak Di Sekolah Perspektif
Kemendiknas.” Gender Equality: International Journal of Child and
Gender Studies 4, no. 1 (2019): 40.
https://doi.org/10.22373/equality.v4i1.4480.
Riowati, and Nono H. Yoenanto. “PERAN GURU PENGGERAK PADA
MERDEKA BELAJAR UNTUK MEMPERBAIKI MUTU
PENDIDIKAN DI INDONESIA.” JOEAI (Journal of Education and
Instruction) 5, no. 1 (2022): 3.
Rahman, F., & Arifin, A. (2018). "The Implementation of Character Education
through Learning Strategy in Elementary School." International
Journal ofInstruction, 11(3), 517-530.
Salsabilah, Azka Salmaa, Dinie Aggraeni Dewi, and Yayang Furi
Furnamasari. “Peran Guru Dalam Mewujudkan Pendidikan
Karakter.” Jurnal Pendidikan Tambusai 5, no. 3 (2021): 7166.
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/2106/1857.
Setiawan, Deny. “Peran Pendidikan Karakter Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Moral.” Jurnal Pendidikan Karakter 4, no. 1 (2013): 54.
https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.1287.
Solehat, Titin Lestari, and Zaka Hadikusuma Ramadan. “Analisis Program
Penguatan Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) Di Sekolah Dasar.” Jurnal Basicedu 5, no. 4 (2021):
2273. https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1202.
Sulastri, Sulastri, Syahril Syahril, Nelfia Adi, and Ermita Ermita. “Penguatan
Pendidikan Karakter Melalui Profil Pelajar Pancasila Bagi Guru Di
Sekolah Dasar.” JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia) 7, no. 3 (2022):
418. https://doi.org/10.29210/30032075000.
Utami, Ratnasari Diah. “Membangun Karakter Siswa Pendidikan Dasar

162 ŚALIĤA|Jurnal Pendidikan dan Agama Islam


Raju Sanjani Sihombing

Muhammadiyah Melalui Identifikasi Implementasi Pendidikan


Karakter Di Sekolah.” Profesi Pendidikan Dasar 2, no. 1 (2016): 32–40.
https://doi.org/10.23917/ppd.v2i1.1542.
Wahyuni, E. R. (2015). "Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar: Konsep dan
Implementasinya." Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 21(4), 487-
496.
Yuwono, Tia Dita Putri Latifa, and Sutrisno Sutrisno. “Analisis Kebijakan
Survei Karakter Sebagai Salah Satu Program Merdeka Belajar.”
Jurnal Basicedu 7, no. 1 (2023): 465.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i1.4446.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan PendidikanMetodologi Penelitian
Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

ŚALIĤA|Vol. 7 No. 1, Januari 2024 163

Anda mungkin juga menyukai