1002-Article Text-3674-2-10-20240203
1002-Article Text-3674-2-10-20240203
Kalijaga Yogyakarta
1rajusanjani62@gmail.com, 2iisarifudin@syekhnurjati.ac.id,
3syakurwildan97@gmail.com
Pendahuluan
Pendidikan merupakan upaya kesadaran akan merencanakan
suasana proses dan sarana pembelajaran agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki secara aktif dan maksimal sehingga
terbentuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlaq, mulia, dan keterampilan yang ada pada diri peserta
Dasar Mencegah Degradasi Moral Di Era 4.0,” DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset
Pedagogik 4, no. 1 (2020): 144, https://doi.org/10.20961/jdc.v4i1.41129.
11 Raihan Putry, “Nilai Pendidikan Karakter Anak Di Sekolah
Dari situlah maka jenjang pendidikan dari dasar sampai atas harus
mengedepankan pendidikan karakter sebagai bentuk kepeduliaan kepada
peserta didik. Pendidikan karakter dalam dunia pendidikan yang sangat
penting keberadaannya untuk mengukur perkembangan secara moralitas
peserta didik di sekolah. Hal itu sebagai bekal kelak ketika hidup dalam
lingkungan masyarakat.12 Sejalan demikian, menurut Hunger dan Whelen
mengatakan bahwa setidaknya harus ada strategi dalam meningkatkan
proses pendidikan karakter secara menyeluruh kepada para siswa sehingga
menimbulkan dampak perubahan yang signifikansi. Kemudian ditegaskan
oleh Mulyasa bahwa strategi dalam meningkatkan proses pendidikan
karakter harus diarahkan kepada peserta didik melalui kordinasi dan
kolaborasi perangkat sekolah yang mendukung perubahan akan kualitas
pendidikan karakter peserta didik. 13
Pendidikan karakter dimulai pada cara berfikir dan berperilaku yang
dimiliki setiap individu dalam ruang lingkup kehidupannya sebagai nilai
dalam pemikiran dan perilaku yang mendorong individu memiliki sikap
tanggung jawab atas apa yang telah di perbuat. Maka dari itu, seorang guru
harus menjadi gerbang utama dalam pembentukan karakter peserta didik. 14
Maka dari itu, pendidikan karakter ini menjadi tanggung jawab bersama
antara sekolah, masyarakat dan orangtua. Ukuran keberhasilan pendidikan
karakter ini tentunya tidak dapat dinilai dengan tes formatif atau sumatif
yang dinyatakan dalam skor. Namun, tolak ukur dari keberhasilan
pendidikan karakter adalah terbentuknya peserta didik yang berakhlak,
berbudaya, santun, religius, kreatif, dan inovatif. 15 Disamping itu juga,
Agama Islam,” Tadris : Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan Islam 12, no.
2 (2019): 3, https://doi.org/10.51675/jt.v12i2.22.
peranan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang
diajarkan dikelas sebagai bahan acuan untuk membuat penghayatan dan
pengamalan dalam kehidupan sehari-hari terkait peserta didik yang
berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, dan inovatif.16
Sekolah harus memberikan kualitas sistem pengajaran yang baik
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti guna
sebagai alat pelaksana dalam penerapan nilai pendidikan karakter dengan
stabilitas yang baik. Tentu para guru sebagai pembawa nasib peserta didik
kedepan dengan ukuran keberhasilan dalam menjalankan tugasnya untuk
pembentukan karakter peserta didik.17 Adapun tujuan pendidikan karakter
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat menjadikan perubahan
perilaku peserta didik yang berkualitas dan dapat menggapai cita-cita dalam
proses pembelajaran. Selain itu juga, peserta didik dapat menjadi pelopor
dalam penerapan karakter yang baik sehingga dapat ditiru oleh teman
lainnya. Hal itu sangat penting dilakukan setiap hari dengan rutinitas dan
ikhlas supaya menjadi pembiasaan yang baik.18
Oleh karena itu, diharapkan pendidikan karakter bisa memberikan
nilai-nilai karakter dengan proses penanaman dan pengembangan kepada
seseorang secara maksimal supaya dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Maka, peran guru sangat penting bagi kehidupan siswa sebagai
perantara dalam menumbuhkan karakter melalui proses pembelajaran. 19
Selain itu juga, perlunya kesiapan dan dukungan dari komponen pendidikan
khususnya stake holder yang menjadikan indikator keberhasilan dalam tujuan
pengembangan pendidikan karakter. Tentunya juga harus terdapat formula
yang tepat dalam strategi implementasi pendidikan karakter dengan
Metode Penelitian
Artikel ini mempunyai tujuan dalam prosedur penelitiannya yakni
supaya bisa mengemukakan secara umum tentang gambaran Aktualisasi
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah Dasar. Metode penelitian kualitatif merupakan penggunaan dalam
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal itu karena penelitian ini
berfungsi dalam memberikan penjelasan terhadap sebab fenomena yang
terjadi dalam kasus tertentu dengan sasaran utamanya pada objektivitas,
sistematis, dan sistemik secara mendalam.21 Jenis penelitian kualitatif yang
dilakukan penulis yakni deskriptif dengan menjelaskan fenonema atau gejala
secara terperinci serta menjadi respon bagi subjek penelitian. Observasi dan
wawancara yang menjadi data pokok yang dikumpulkan pada saat penelitian
berlangsung sebagai penguat dalam metode pengumpulan data. Pada
observasi yang digunakan peneliti yakni dengan observasi terbuka.
Observasi terbuka merupakan observasi antara responden dan peneliti
berada ditengah pelaksanaan kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan
wawancara yang digunakan yakni wawancara langsung dengan responden.22
Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti yakni di Sekolah Dasar Negeri
Nanggulan Depok Sleman. Dalam penelitiannya dilakukan pada tanggal 1-6
September 2023 atau satu minggu dengan objek dalam penelitian yakni
peserta didik dari kelas 1 sampai 6. Analisis data yang digunakan peneliti
yakni dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.23
2016).
2. Berkebinekaan Global
Maksud dari berkebinekaan global yakni menumbuhkan rasa saling
menghargai dan membentuk budaya baru yang positif tidak terbentur
dengan budaya luhur bangsa dengan mempertahankan budaya luhur,
lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam
berinteraksi dengan budaya lain. Hal yang paling dasar yang harus
dimiliki adalah kemampuan berinteraksi dengan sesama dan
tangungjawab dengan sikap saling menghormati dan menghargai
terhadap perbedaan yang muncul ditengah-tengah lingkungan
masyarakat.
3. Gotong Royong.
Elemen yang terdapat pada ciri gotong royong antara lain yakni
kolaborasi dan kepedulian. Keduanya sangat berarti dan saling bersatu
untuk mewujudkan kebersamaan dalam cita-cita masyarakat. Jika
dihubungkan dalam lingkungan persekolahan, gotong royong ini sebagai
pembelajaran peserta didik untuk menumbuhkan rasa solidaritas antar
sesama dan saling membantu apabila terdapat kesulitan antar sesama.
4. Mandiri
Sikap mandiri yang harus dilakukan dengan pembiasan-pembiasan
yang sudah dilakukan setiap hari dan menjadi rutinitas yang terus
menerus. Kemandirian ini perlu kesadaran akan pentingnya tujuan yang
ingin dicapai. Seperti halnya peserta didik di sekolah harus mempunyai
cita-cita yang besar dalam belajar serta bertanggung jawab atas proses dan
hasil belajarnya. Hal yang menjadi dasar dalam kemandirian ini yakni
kesadaran akan diri sendiri dengan situasi yang dihadapi beserta regulasi
yang sudah disepakati.
5. Bernalar Kritis
Nalar kritis sebuah anugrah yang diberikan oleh Allah SWT untuk
bisa digunakan dengan baik. Hal itu perlu dilakukan dalam lingkungan
sekolah yakni terkait peserta didik yang harus mampu bernalar kritis
secara objektif memproses infoemasi baik kualitatif maupun kuantitatif,
membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.
6. Kreatif
Munculnya sikap kreatif diawali dengan gagasan baru yang berbeda
dengan gagasan sebelumnya. Maka dapat memberikan model yang
memiliki ciri khas dengan keunikannya. Hal itu jika dihubungkan dalam
lingkungan sekolah seperti halnya peserta didik harus kreatif dengan
Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dari guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang berkaitan dengan bentuk pendidikan karakter dalam
pelajaran PAI yakni kedisiplinan, ketaqwaan, kejujuran, kesadaran diri,
tanggung jawab, dan empati. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan perilaku taat aturan terhadap segala
sesuatu yang menyangkut nilai dan norma yang sudah disepakati
bersama melalui penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik
yang mempunyai jiwa disiplin tinggi mampu memberikan kontribusi
positif dengan melakukan manajemen waktu dan resiko setiap saat
sebelum aktivitas keseharian yang ia kerjakan. Manajemen waktu dan
resiko sebuah tanda bahwa ketika menjalankan aktivitas itu sudah cukup
atau melewati batas yang dilaluinya. Hal itu perlu kesadaran pribadi yang
kuat dan tidak boleh ada sifat egois dalam diri sendiri. Selain itu juga, jika
ada peserta didik yang mampu menerapkan manajemen waktu dan resiko
dengan baik, maka niscaya akan mendapatkan tujuan keberhasilan yang
diinginkan.
2. Ketaqwaan
Ketaqwaan adalah sikap positif yang dilakukan dengan selalu taat
dalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-
larangan-Nya sebagai jalan untuk mencapai keberhasilan melalui proses
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya seorang peserta
didik harus memiliki sikap ketaqwaan dengan mudah dan istiqomah.
Cara yang dilakukan untuk mencapai sikap ketaqwaan yakni yang
pertama harus mengakui kehinaan pada dirinya sendiri, kedua harus
sadar atas kebaikan yang telah diberikan oleh Alllah SWT, dan ketiga
harus selalu mengingat kematian.
3. Kejujuran
Kejujuran adalah perilaku terbuka pada orang lain dengan tidak
adanya kebohongan, penipuan, dan lain sebagainya. Kejujuran erat
kaitannya dengan aspek karakter, baik moral dan berkonotasi sikap positif
serta berbudi luhur. Seorang peserta didik yang telah belajar tentang
pentingnya akhlak terpuji di sekolah itu harus dapat menerapkan sikap
kejujuran dengan berkelanjutan sehingga perbuatannya dapat ditiru oleh
orang lain.
4. Kesadaran diri
Sikap perilaku sadar diri yang terdapat dalam diri seseorang
memberikan arti bahwa ketika melakukan perbuatan baik akan
berdampak baik, dan ketika melakukan perbuatan buruk akan berdampak
buruk. Begitu pun jika peserta didik yang mempunyai kesadaran diri yang
ada dalam dirinya bisa memberikan rasa evaluasi terhadap apa yang
sudah dikerjakan. Maka, sikap sadar diri harus tetap tertanam dalam jiwa
peserta didik supaya bisa merubah perbuatan buruk menjadi lebih baik
lagi.
5. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalag sikap yang berani menanggung resiko atas
perbuatan yang telah dilakukan. Sikap ini membutuhkan kesadaran
terhadap kewajiban atau perintah yang harus dikerjakan dengan baik. Di
sekolah, peserta didik setidaknya tidak meninggalkan kewajiban yang
menjadi tanggungan dalam dirinya sendiri untuk diselesaikan sesuai
amanah. Hal itu perlu diterapkan pada kehidupan sehari-hari sehingga
perbuatan tanggung jawab tetap dilaksanakan secara maksimal.
6. Empati
Empati adalah sikap yang berasal dari getaran hati untuk melakukan
keinginan untuk tujuan yang akan dicapai. Empati juga memberikan
kesadaran mental dalam memahami keadaan perasaan dan pikiran
individu maupun kelompok. Tentu saja seorang peserta didik harus bisa
menerapkan rasa empati kepada orang lain supaya dapat menimbulkan
kepekaan dan kepeduliaan antar sesama. Hal itu akan berdampak pada
keharmonisan dalam menjalin tali persaudaraan.
Adapun cara yang dilakukan untuk mewujudkan keberhasilan
dalam mencapai pendidikan karakter dengan baik dan benar, maka terdapat
langkah-langkah yang harus digunakan sebagai usaha dalam pembentukan
moralitas peserta didik yang arif dan bijaksana. Langkah tersebut berupa
pembiasaan, pengawasan, evaluasi. Adapun keduanya akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pembiasaan
Untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, seseorang harus melalui
pembiasaan yang rutin supaya dapat menjadi terbiasa dan memudahkan
dalam melakukan kegiatan apapun baik di lingkungan rumah maupun
masyarakat. Selaras juga yang dilakukan oleh peserta didik setiap harinya
di lingkungan persekolahan dengan menjalankan kegiatan yang sudah
menjadi kewajibannya dalam menuntut ilmu.28 Seorang peserta didik
wajib melaksanakan segala aturan tata tertib yang telah disepakati oleh
kepala sekolah seperti dalam menjalankan kegiatan keagamaan dengan
rutinitas yang sudah dijadwalkan pelaksanaannya. Hal itu menuntut para
peserta didik untuk mengikutinya secara khidmah dan ikhlas.
2. Pengawasan
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah perlu
dilakukan pengawasan agar dapat memastikan kegiatan proses
pembelajaran sudah berjalan sesuai harapan atau sebaliknya. Pengawasan
ini untuk mengukur keberhasilan dalam proses kegiatan untuk melihat
perkembangan suatu kegiatan. Kemudian apabila dalam pengawasan
menemukan kendala maka tindakan yang diambil adalah merevisi dan
memperbaiki kembali kegiatan tersebut agar ke depannya berjalan dengan
baik dan efektif.29 Jika proses kegiatan tercapai dengan apa yang
diinginkan, maka praktek pengawasan pun sudah berhasil. Maka dari itu
setiap kegiatan proses pembelajaran khususnya harus diberikan
pengawasan yang ketat untuk keberlangsungan jalannya kegiatan proses
pembelajaran dengan hasil yang maksimal.
3. Evaluasi
Evaluasi sebagai bagian yang sangat penting dalam komponen
pembelajaran untuk memnentukan bahwa proses pembelajaran dapat
berhasil atau tidak berhasil. Tentunya dapat dilihat dari kinerja
Kesimpulan
Tujuan pendidikan karakter dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dapat menjadikan perubahan perilaku peserta didik yang
berkualitas dan dapat menggapai cita-cita dalam proses pembelajaran. Selain
itu juga, peserta didik dapat menjadi pelopor dalam penerapan karakter yang
baik sehingga dapat ditiru oleh teman lainnya. Hal itu sangat penting
dilakukan setiap hari dengan rutinitas dan ikhlas supaya menjadi
pembiasaan yang baik. Maka guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti harus memberikan bentuk pendidikan karakter dalam
pelajaran PAI untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Bentuk tersebut yakni kedisiplinan, ketaqwaan, kejujuran, kesadaran diri,
tanggung jawab, dan empati. Kemudian cara yang dilakukan untuk
mewujudkan keberhasilan dalam mencapai pendidikan karakter dengan baik
dan benar, maka terdapat langkah-langkah yang harus digunakan sebagai
usaha dalam pembentukan moralitas peserta didik yang arif dan bijaksana.
Langkah tersebut berupa pembiasaan, pengawasan, dan evaluasi.
Daftar Pustaka
Ahsanulkhaq, Moh. “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui
Metode Pembiasaan.” Jurnal Prakarsa Paedagogia 2, no. 1 (2019): 25.
https://doi.org/10.24176/jpp.v2i1.4312.
Ainiyah, Nur. “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.”
Jurnal Al-Ulum 13, no. 1 (2013): 30.
https://doi.org/10.34005/tahdzib.v2i2.511.
Amanah, Hafizhatul, Imron Arifin, and Sugeng Utaya. “Aktualisasi
Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik Melalui Kegiatan
Pembelajaran.” Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan