Strategi Pembelajaran (Widia)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

“STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

E-LEARNING”

“Makalah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas kelompok


pada mata kuliah Strategi Pembelajaran”

Disusun Oleh:
Kelompok VI
Widia
Tania Rara Safitri

Dosen Pengampu :

Ika Maulida Thamimi, M.Pd

PRODI : PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH
MEDAN
T.A 2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul "Strategi Pembelajaran Kooperatif E-
Learning" dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu yaitu Ika Maulida Thamimi, M. Pd pada mata kuliah Strategi
Pembelajaran. Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang strategi pembelajaran
kooperatif e-learning bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 20 November 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................ 1

BAB II : PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................................................................. 2

B. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.......................................................................... 3

C. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 4

BAB III : PENUTUP ................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 9

B. Kritik dan Saran ............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan
pengelolahan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekpresikan ide. Juga berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran.
Menurut beberapa ahli bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep yang sulit, akan tetapi sangat berguna untuk
menumbuhkan berfikir kritis.
Jadi, pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas yang meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru. Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan
pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada
lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan
dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah
kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembelajaran kooperatif?
2. Apa saja karakteristik pembelajaran kooperatif?
3. Apa saja macam-macam model pembelajaran kooperatif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran kooperatif
2. Agar dapat mengetahui karakteristik pembelajaran kooperatif
3. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran kooperatif.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson dan Johnson dalam Isjoni, pembelajaran kooperatif adalah
mengelompokkan siswa didalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat
bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu
sama lain.1
Abdulhak dalam rusman menyatakan pada hakikatnya Koperatif learning sama
dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada
sesuatu yang aneh dalam koperatif learning karena mereka beranggapan telah biasa
melakukan pembelajaran koperatif learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun
tidak semua pembelajaran kelompok dikatakan koperatif learning.2
Slavin dalam Isjoni pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut
Sunal dan Hans dalam Isjoni mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang
untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
Selanjutnya Stahl dalam Isjoni menyatakan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong
dalam perilaku sosial.
Johnson mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur
yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif
(Pembelajaran kooperatif) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling
ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan,
tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok.3

1
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 23.
2
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme guru, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), hal. 203.
3
Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas,
(Jakarta: Grasindo, 2007), hal. 30.

2
B. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Siswa dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerja sama
dalam tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan upaya mereka untuk
menyelesaikan tugas. Pelajaran pembelajaran kooperatif dapat dicirikan oleh sebagai
berikut:
1. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Bila mungkin, tim terdiri dari berbagai budaya, ras, dan jenis kelamin.
3. Sistem pemberian hadiah berorientasi pada kelompok serta individu.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga


tujuan intruksional penting: prestasi akademik, toleransi dan penerimaan keragaman,
dan pengembangan keterampilan sosial.
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai tujuan sosial, juga
bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa pada penting tugas-tugas akademik. Slavin
(1996), salah satu pendiri dari pembelajaran kooperatif, percaya bahwa fokus kelompok
pembelajaran kooperatif adalah perubahan norma-norma budaya anak muda dan
membuatnya lebih diterima untuk unggul dalam tugas-tugas belajar akademik.
Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari
pengalaman mereka dan pasrtisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa
belajar keterampilan sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap
demokrasi dan keterampilan berpikir logis.
Efek penting dari pembelajaran kooperatif adalah toleransi yang lebih luas dan
penerimaan dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, atau
kemampuan. Berikut dikemukakan oleh Allport (1954) pembelajaran kooperatif
memberikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi berbeda untuk
bekerja sama, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Tujuan ketiga dan penting bagi pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Ini adalah keterampilan
yang penting dalam sebuah dunia di mana pekerjaan orang dewasa dilakukan dalam
jumlah besar, organisasi saling tergantung dan masyarakat menjadi dengan beragam
budaya dan global dalam orientasi mereka.
Namun, banyak remaja dan orang dewasa sama tidak memiliki
keterampilan sosial yang efektif. Situasi ini dibuktikan dengan seberapa sering

3
perselisihan kecil antara individu dapat menyebabkan tindak kekerasan dan seberapa
sering orang mengekspresikan ketidakpuasan ketika diminta untuk bekerja dalam
situasi kooperatif. Pembelajaran kooperatif mempromosikan kerjasama karena nilai
dan mempromosikan pengembangan kecerdasan interpersonal, salah satu dari delapan
kecerdasan ganda Gardner.
Robert J. Stahl dalam (Supinah dkk., 2009: 52) mengidentifikasikan ciri-ciri
pembelajaran kooperatif terdiri dari:
1. Belajar bersama dengan teman
2. Selama proses belajar terjadi tatap muka dengan teman
3. Saling mendengarkan pendapat dari anggota kelompok
4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5. Belajar dalam kelompok kecil
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
7. Aktif4

C. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif


1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe make a match
Kooperatif berarti bekerja sama dan pembelajaran berarti belajar, jadi
pembelajaran kooperatif adalah suatu proses belajar yang pelaksanaannya
melalui kegiatan bersama atau kerja kelompok. Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan sebagai suatu sikap atau perilaku dalam
belajar yang dilakukan sacara berkelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih dimana keberhasilan kelompok merupakan keterlibatan dari setiap
anggota kelompok. Maka dapat diartikan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu pembelajaran yang pelaksanaannya dalam bentuk kelompok
sehingga terjadi diskusi yang saling membangun untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah make a match. Model
pembelajaran tipe make a match dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Lie
(2008) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match adalah suatu
model pembelajaran dimana peserta didik bertukar pasangan dengan teknik

4
Richard Arend, Learning To Teach Ninth Edition. (Mc-Graw Hill, 2009), hal. 358.

4
belajar memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan yang
lain. Suyatno (2009) menyatakan bahwa model make a match adalah model
pembelajaran dimana pendidik menyiapkan kartu yang berisi soal atau
permasalahan serta menyediakan kartu berupa jawaban dan peserta didik
mencocokkan pasangan kartu. Maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran make a match adalah suatu model pembelajaran berkelompok
dimana peserta didik mencocokkan soal dengan jawaban pada kartu yang telah
disediakan oleh pendidik.
Model pembelajaran make a match dapat diterapkan pada setiap mata
pelajaran dan pada semua tingkat usia peserta didik. Pada model ini yang harus
mempersiapkan kartu-kartu. Kartu tersebut terdiri dari dua bagian yaitu, kartu
berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu berisi jawaban dari setiap pertanyaan.
Model make a match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial dan
menciptakan sikap saling kerja sama serta melatih keterampilan berpikir peserta
didik.5
b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match
adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi pelajaran dan memberi tugas kepada peserta
didik untuk dipelajari di rumah.
2) Peserta didik dibentuk menjadi dua kelompok yaitu kelompok A dan
kelompok B dan mengatur tempat duduk sehingga bisa duduk saling
berhadapan.
3) Guru membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban
pada kelompok B.
4) Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa mereka harus mencari
atau mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain serta
menyampaikan batasan waktu maksimum untuk mencocokkan.
5) Guru meminta semua kelompok A untuk mencari pasangan dari kelompok
B, jika sudah menemukan pasangan pasangan masing-masing, guru
meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat pasangan yang

5
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme guru, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), hal. 218.

5
telah berhasil mencocokkan kartu soal dan jawaban pada kertas yang telah
disiapkan.
6) Jika waktu sudah habis, mereka diberi tahu bahwa waktu sudah habis.
Peserta didik yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul
sendiri.
7) Guru memanggil satu pasangan untuk persentasi dan peserta didik yang
lainnya memperhatikan dan memberi respon apakah jawaban sesuai atau
tidak.
8) Guru memberikan penjelasan tentang kebenaran atau kecocokan partanyaan
dan jawaban pada kartu yang telah dipersentasikan peserta didik.
9) Guru memanggil pasangan berikutnya sampai semua pasangan peserta.
c. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran make a match.
1) Kelebihan Model Pembelajaran Make a Match.
a) Peserta didik tidak jenuh dalam pembelajaran karena dalam
pembelajaran disertai dengan permainan.
b) Mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
c) Mengajak peserta didik belajar sambal bermain dengan kartu yang
disediakan guru dan mencocokkan pasangan.
d) Membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
e) Penggunaan model lebih efisien dan efektif.
2) Kekurangan Model Make a Match
a) Membutuhkan waktu yang lama.
b) Kelas menjadi gaduh bila guru tidak aktif dalam pembelajaran.
c) Peserta didik sulit dikondisikan.
d) Guru kesulitan mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai
materi
e) Peserta didik ada beberapa kurang paham dalam pelajaran karena
mereka menganggap bahwa proses pembelajaran hanya sekedar
bermain.
f) Membutuhkan biaya untuk membeli kertas dalam membuat kartu dan
diperlukan kreatifitas yang cukup dalam mendesain pertanyaan dan
jawaban.

6
2. Model Pembelajaran Tipe STAD
a. Pengertian model pembelajaran tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) dikembangkan oleh Robert Slavin dkk. di universitas John Hopkin.
Model pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran yang paling
sederhana yang menekankan pada aktivitas dan interaksi antara peserta didik
untuk saling memotivasi dan membantu dalam memahami suatu materi
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yang terapkan untuk menghadapi kemampuan peserta
didik yang heterogen. Model STAD ini sangat mudah diadaptasi dan telah
diterapkan pada bidang subjek seperti Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris,
Teknik, dan pada subjek lainnya pada tingkat sekolah dasar maupun tingkat
universitas.
Menurut Wulandari (2022), model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah suatu model dimana peserta didik belajar dengan bantuan lembar kerja
sebagai pedoman kelompok untuk berdikusi dalam memahami konsep dan hasil
yang benar. Ibrahim (2000) menyatakan model pembelajaran tipe STAD adalah
suatu model pembelajaran yang diterapkan guru dengan membentuk kelompok
beranggotakan empat sampai enam orang secara heterogen dimana guru akan
menyajikan informasi akademik baru kepada peserta didik melalui persentasi
verbal atau teks. Maka dapat disimpulkan model pembelajaran tipe STAD
adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok
beranggotakan empat sampai 6 orang dengan menekankan peserta didik untuk
menemukan jawaban sendiri pada suatu masalah sehingga peserta didik terlatik
untuk berpikir kritis, kreatif dan guru mengontrol pada bagian tertentu dari
pembelajaran. Pada model STAD ini peserta didik dituntut untuk
menyelesaikan suatu masalah dalam proses pembelajaran dan terlibat secara
aktif mendapatkan suatu prinsip yang belum diketahui dalam pembelajaran dan
tercipta suatu motivasi, keterampilan dan saling peduli satu sama lain.6

6
Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Berdasarkan Masalah: Buku Ajar Mahasiswa. (Surabaya: UNS,
2000), hal. 118.

7
b. Langkah-langkal model pembelajaran STAD
1) Guru menyajikan materi
2) Peserta didik bergabung dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat
sampai enam orang anggota kelompok yang dibagi secara heterogen yang
terdiri atas peserta didik dengan beragam latar belakang seperti dari segi
prestasi, jenis kelamin, suku dll.
3) Guru memberikan tugas kepada kelompok melalui lembar kerja siswa dan
membahas suatu topik secara berkelompok.
4) Tes /kuis atau silang tanya antara kelompok dengan maksut untuk
menentukan skor individu dalam menentukan skor kelompok.
5) Penguatan dari guru.
c. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan menyelesikan suatu masalah.
b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
c) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi.
d) Memungkinkan peserta didik untuk lebih memperhatikan peserta didik
sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
e) Peserta didik lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka
lebih aktif dalam diskusi.
f) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
rasa menghargai, menghormati orang lain, dan menghargai pendapat
orang lain.
2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a) Membutuhkan kemampuan khusus peserta didik sehingga tidak semua
guru dapat menerapkan model STAD dalam pembelajaran.
b) Membutuhkan waktu yang lama bagi guru sehingga pada umumnya
guru tidak menggunakan pembelajaran tipe STAD
c) Membutuhkan waktu yang lama untuk peserta didik sehingga sulit
mencapai target kurikulum.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif dapat mengubah
pembelajaran dari teacher center menjadi student centered. Pada intinya konsep dari
model pembelajaran kooperatif adalah guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut

B. Kritik dan Saran


Makalah ini sangat bermanfaat untuk kita pelajari, kita fahami dan kita telaah
untuk menambah ilmu kita dalam memahami strategi pembelajaran kooperatif e-
learning. Bila ada kekurangan dari makalah ini, saya mohon saran dari dosen
pembimbing dan para teman-teman untuk kesempurnaan makalah ini, Terima kasih

9
DAFTAR PUSTAKA

Arend, Richard. 2009. Learning To Teach Ninth Edition. Mc-Graw Hill.


Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah: Buku Ajar
Mahasiswa. Surabaya: UNS.
Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar
Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai