0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan14 halaman

Makalah Tablet Bukal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 14

MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLIDA

SEDIAAN TABLET BUKAL

Disusun Oleh :
Kelompok 2 - FA22-3

Ihvan Bahti Yanda Siregar : 220106112


Indah Lestari : 220106115
Kayla Nursyifa Syawaliyah : 220106129
Linda Purnama Sari : 220106140
Mochamad Bintang Prima Philio : 220106156
Monica Julieta : 220106157

Dosen Pengampu : apt. Wahyu Alfath Firdaus, M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Penulisan makalah
yang berjudul "Sediaan tablet bukal" ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah teknologi farmasi sediaan solida.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Hal ini semata-mata disebabkan oleh
keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Mudah-mudahan segala kebaikan
serta jasa yang telah diberikan semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda
dari Allah SWT. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Tulisan ini dapat kami selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan- rekan
Dosen Prodi Farmasi yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan
kelengkapan makalah ini. Semoga makalah yang jauh dari sempurna ini ada
manfaatnya.

Bandung, 27 Juni 2024

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 5
1.3. Tujuan .................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6


BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 12
3.2. Saran ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rute pemberian obat merupakan bagaimana cara obat dimasukkan
dalam tubuh. Rute pemberian obat dikelompokkan menjadi 3 yaitu enteral
(oral, sublingual, rektal), parenteral (intravena, intramuskular, subkutan), dan
rute lainnya (inhalasi, intranasal, intrarektal, topikal, transdermal). Masing-
masing rute pemberian obat mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu
rute pemberian obat yang paling umum dan paling banyak diketahui oleh
masyarakat adalah rute pemberian oral. Bukan tanpa alasan bagi para industri
farmasi untuk tetap menciptakan obat-obatan dengan rute pemberian oral
karena memiliki kelebihan terutama dari sisi keamanan, kenyamanan, non
invasif, dan biaya produksi yang murah. Sementara itu pemberian obat melalui
rute oral tidak selamanya memberikan keuntungan. Menurut (H. Ansel, 2005)
beberapa permasalahan yang umum ditemui yaitu kesulitan menelan seperti
sediaan solida (tablet dan kapsul keras) bagi pasien pediatri (anak-anak) dan
geriatri (pasien lansia) yang berisiko tersedak pada penggunaanya sehingga
tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan berkurang yang mengakibatkan
efek terapi tidak optimal (Muhammad Sultan, 2022).

Sistem penghantar obat (SPO) atau Drug Delivery System merupakan


suatu istilah yang menggambarkan alur bagaimana obat dapat sampai ke tempat
yang dituju atau target penyakit. Tujuan utama dari Sistem Penghantar Obat
ialah obat melepaskan zat aktif hingga sampai ke system peredaran darah
dalam tubuh yang kemudian menghasilkan efek farmakologi yang optimal.
Dalam sistem penghantar obat ini, hal yang terpenting dan berpengaruh yaitu
bentuk sediaan. Berdasarkan tujuan, sistem penghantar obat yang ideal harus
sampai target sasaran agar mencapai efek yang optimal, harus memberikan
onset pendek sehingga tidak perlu membutuhkan waktu lama saat obat masuk
hingga proses pelepasan dan harus memiliki durasi panjang sehingga obat
dapat memiliki efek terapi yang lama (Gita dkk, 2022).

4
Sistem penghantar bukal merupakan suatu sistem penghantar obat yang
ditujukan untuk pemakaian melalui mukosa buccal, dimana obat diletakkan
diantara pipi bagian dalam dan gusi. Pemakaiannya yang mudah karena sediaan
buccal memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan untuk penghantaran obat
sistemik, minimnya timbul efek samping, bioavaibillitas obat baik, daya rekat
kuat saat pemakaian, tidak mengalami first-pass metabolism, mencegah
rusaknya obat akibat pH pencernaan, mudah untuk dihentikan ketika terjadi
toksisitas, mencegah terjadinya iritasi saluran cerna oleh obat yang bersifat
iritatif (Gita dkk, 2022).

1.2. Tujuan
1.2.1 Mengetahui pengertian dari tablet bukal.
1.2.2 Mengetahui alasan pembuatan sediaan tablet bukal.
1.2.3 Mengetahui keuntungan dan kerugian dari sediaan tablet bukal.
1.2.4 Mengetahui bahan dasar dari pembuatan sediaan tablet bukal.
1.2.5 Mengetahui metode yang digunakan dalam pembuatan tablet bukal.
1.2.6 Mengetahui formulasi dari pembuatan sediaan tablet bukal.
1.2.7 Mengetahui evaluasi yang digunakan untuk menguji tablet bukal.
1.2.8 Mengetahui contoh sediaan tablet bukal yang diperjualbelikan di pasaran.

1.3. Rumusan Masalah


1.3.1 Apakah yang dimaksud dengan tablet bukal?
1.3.2 Apa alasan membuat sediaan tablet bukal?
1.3.3 Apa saja keuntungan dan kerugian dari sediaan tablet bukal?
1.3.4 Apa bahan dasar dari pembuatan sediaan tablet bukal?
1.3.5 Apa metode yang dilakukan pada pembuatan sediaan tablet bukal?
1.3.6 Bagaimana formulasi dari pembuatan sediaan tablet bukal?
1.3.7 Apa saja evaluasi dari pembuatan sediaan tablet bukal?
1.3.8 Bagaimana contoh sediaan tablet bukal di pasaran?

5
BAB II
PEMBAHASAN

Tablet merupakan bentuk sediaan yang diperoleh dari campuran serbuk


bahan obat dan bahan tambahan yang dikompresi dalam die untuk menghasilkan
bentuk padat (Parfati & Rani,2018)

Sistem penghantar bukal merupakan suatu sistem penghantar obat yang


ditujukan untuk pemakaian melalui mukosa bukal, dimana obat diletakkan diantara
pipi bagian dalam dan gusi. Pemakaiannya yang mudah karena sediaan bukal
memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan untuk penghantaran obat sistemik,
minimnya timbul efek samping ( Kurnia dkk,2022)

Mukosa bukal merupakan salah satu lokasi mukosa yang mempunyai luas
yang tinggi vaskularisasi dan memungkinkan aliran darah langsung ke jugularis
vena, yang membantu menghindari kemungkinan metabolisme obat oleh jalur
gastrointestinal dan hati. Pengiriman bukal berarti penyerapan obat melalui lapisan
mukosa rongga bukal. Pemberian obat lebih mudah, kemungkinan penghentian
segera dikondisi efek samping dan keadaan darurat yang tidak terduga,
kemungkinan menggabungkan penghambat enzim/peningkat permeasi (Koirala
dkk,2021)

Sediaan tablet bukal mukoadhesif merupakan bentuk sediaan bioadhesif


yang membentuk ikatan dengan membran mukosa yang dapat meningkatkan waktu
tinggal obat sehingga dapat meningkatkan bioavaibilitas untuk menghindari first
pass metabolism. Sediaan tablet dirancang untuk melekat pada lapisan mukosa,
sehingga mengintensifkan retensi obat di tempat aplikasi, sambil memberikan
tingkat pelepasan obat yang terkontrol untuk lebih baik (Koirala,dkk., 2021)

Rute pemberian bukal diperuntukkan untuk obat-obat yang memiliki


metabolisme lintas pertama di hati yang tinggi, dosis kecil, dan nilai logP pada
rentang 1,60 – 3,30 dan ukuran molekul obat yang kecil (Puspitasary,2019).

Alasan membuat sediaan tablet bukal, tablet ini didesain untuk hancur lama
serta dengan kelarutan dan absorpsi yang cepat. Alasan penggunaan bentuk sediaan

6
ini adalah pada obat-obat yang dirusak pada cairan saluran cerna,obat diabsorpsi
lama disaluran cerna dan untuk meningkatkan absorpsi obat (Syukri,2018)

Selain dikembangkan untuk rute penggunaan per oral, tablet juga


dikembangkan untuk rute bukal . Tablet bukal diletakkan diantara pipi dan gusi
dalam rongga mulut, Pengembangan sediaan ini bertujuan untuk menghasilkan
absorpsi obat yang cepat ke dalam sirkulasi sistemik atau memfasilitasi absorpsi
obat secara sistemik pada kondisi pasien yang tidak memungkinkan menggunakan
tablet melalui rute per oral (misalnya mual dan muntah). Pada rute penggunaan ini,
absorpsi obat melintasi mukosa dalam rongga mulut dapat menghindari terjadinya
metabolisme lintas pertama (first pass metabolism) (Parfati & Rani,2018).

Tablet ini pada umumnya mengandung zat khasiat yang akan mengalami
peruraian, atau inaktivasi dalam saluran pencernaan akibat aksi dari enzim
pencernaan ataupun akibat pengaruh keasaman lambung. Tablet ini biasanya
mengandung zat khasiat seperti hormon steroid, gliseril trinitrat yang absorpsinya
lebih cepat di dalam mukosa mulut sehingga ke dua tablet ini digunakan dengan
jalan menyisipkannya di bawah lidah (sub lingual) atau diantara pipi dengan gusi
(bukal) (Syukri,2018).

Bentuk tablet ini biasanya bulat telur atau pipih dengan ukurannya kecil
untuk memudahkan pemakaiannya. Tablet bukal didesain sedemikian rupa
sehingga pembebasan zat khasiat berlangsung secara terkendali oleh karena
absorpsi yang diharapkan dari zat khasiat yang dikandung ke dua tablet ini
berlangsung secara lambat (Syukri,2018).

Penghantaran obat melalui rute bukal adalah alternatif yang baik di antara
beragam rute penghantaran obat. Rute oral lebih disukai pasien. Akan tetapi,
penghantaran obat via oral memiliki kekurangan seperti metabolisme lintas pertama
dan degradasi enzimatik dalam saluran cerna, yang membatasi penghantaran
beberapa kelas obat khususnya peptida dan protein. Pada rongga mulut, daerah
bukal dapat menjadi rute untuk tujuan penghantaran obat sistemik. Mukosa bukal
berjajar di pipi dalam dan formulasi bukal ditempatkan dalam mulut di antara
gingival (gusi) atas dan pipi untuk pengobatan lokal dan sistemik. Rute bukal

7
menyediakan suatu rute potensial untuk dilalui oleh molekul besar, hidrofilik, dan
protein tidak stabil, oligonukleotida, dan polisakarida, sebaik molekul obat yang
kecil (Gotalia,2012).

Keuntungan Sediaan Tablet bukal

1. Perpanjangan waktu tinggal sediaan pada lokasi absorpsi


2. Peningkatan absorpsi dan efikasi terapetik obat Sign in
3. Aksesibilitas sangat mudah dan absorpsi terjadi cepat karena suplai
darah dan aliran darah baik
4. Peningkatan bioavailabilitas karena obat tidak mengalami metabolisme
lintas pertama
5. Menghindari degradasi obat pada saluran cerna sehingga dapat
menghantarkan obat dengan bioavailabilitas buruk via rute oral,
misalnya obat yang tidak stabil terhadap asam lambung atau dirusak
secara enzimatik atau kondisi basa pada usus
6. Mual dan muntah dapat dihindari
7. Dapat digunakan pada pasien yang tidak sadar atau dalam kondisi tidak
kooperatif (Gotalia,2012).

Kerugian Sediaan Tablet Bukal

1. Membran bukal memiliki permeabilitas yang lebih rendah dibandingkan


membran sublingual
2. Luas permukaan absorpsi terbatas. Rongga mulut memiliki total luas
permukaan 170cm² untuk absorpsi obat, hanya 50cm² yang merupakan
jaringan tidak terkeratinisasi, sepanjang membran bukal
3. Saliva yang disekresikan terus menerus (0,5-2 L/hari), dapat
mendilusikan obat
4. Penelanan saliva dapat menyebabkan kehilangan obat yang terlarut atau
tersuspensi pada sediaan obat tanpa disengaja
5. Makan dan minum tidak diperbolehkan
6. Hanya obat dengan dosis kecil yang dapat dihantarkan
7. Obat yang mengiritasi mukosa atau memiliki rasa pahit/tidak enak/bau
tidak enak tidak dapat dihantarkan dengan rute ini

8
8. Obat yang tidak stabil pada pH bukal tidak dapat dihantarkan
(Gotalia,2012)

Formulasi

No. Bahan Jumlah

1. Zat aktif 5-30%

2. Polimer 45%

3. Plastisizer 0-20%

4. Penstimulasi Saliva 2-6%

5. Pemanis 3-6%

6. Flavouring Agent q.s.

BAHAN DASAR PEMBUATAN OBAT

Bahan aktif adalah komponen utama yang memberikan efek terapi.


Contohnya adalah nitrogliserin yang digunakan untuk pengobatan angina pectoris.
Pengisi atau diluen berfungsi untuk menambah volume tablet sehingga mudah
diolah dan ditangani, dengan contoh bahan seperti laktosa, manitol, dan
mikrokristalin selulosa. Pengikat, seperti polivinilpirolidon (PVP), hidroksipropil
metilselulosa (HPMC), dan gelatin, digunakan untuk menyatukan partikel serbuk
menjadi massa yang kompak dan stabil (Nani, 2018).

Penghancur adalah bahan yang membantu tablet untuk hancur dan


terdisintegrasi dengan cepat setelah kontak dengan cairan di rongga mulut,
contohnya kroskarmelosa natrium dan natrium starch glycolate. Pelican, seperti
magnesium stearat dan stearat asam, mengurangi gesekan antara partikel serbuk
dengan peralatan pembuatan tablet sehingga memudahkan proses pencetakan

9
tablet. Glidan, seperti silikon dioksida koloid, membantu meningkatkan aliran
serbuk selama proses pembuatan tablet (Nani, 2018).

Bahan pelapis digunakan untuk melindungi tablet dari lingkungan,


meningkatkan penampilan, atau untuk modifikasi pelepasan obat, dengan contoh
polimer seperti etil selulosa dan akrilik. Pemanis dan pewarna, seperti sakarin dan
aspartam, ditambahkan untuk meningkatkan rasa dan tampilan tablet agar lebih
mudah diterima oleh pasien. Penstabil adalah bahan yang digunakan untuk menjaga
stabilitas bahan aktif dan sediaan selama penyimpanan (Nani, 2018).

METODE PEMBUATAN SEDIAAN

Pembuatan tablet bukal umumnya menggunakan dua metode utama: metode


granulasi basah dan metode granulasi kering. Kedua metode ini membantu dalam
menghasilkan tablet yang memiliki kekerasan, kelarutan, dan stabilitas yang sesuai.
Berikut penjelasan kedua metode tersebut:
1. Metode Granulasi Basah
Langkah-langkah:

1. Pencampuran Bahan: Campurkan bahan aktif dan eksipien (pengisi,


pengikat, penghancur) hingga merata.
2. Penambahan Cairan Pengikat: Tambahkan larutan pengikat (misalnya
larutan PVP dalam air atau etanol) ke dalam campuran bahan.
3. Pembentukan Granul: Campuran bahan dan cairan pengikat diaduk hingga
terbentuk massa yang lembab, kemudian diayak untuk membentuk granul.
4. Pengeringan: Granul yang terbentuk dikeringkan dalam oven atau alat
pengering fluid bed hingga kelembaban mencapai level yang diinginkan.
5. Pengayakan: Granul kering diayak kembali untuk mendapatkan ukuran
partikel yang seragam.
6. Pencampuran Akhir: Granul yang sudah kering dicampur dengan pelicin
dan bahan tambahan lainnya yang tidak tahan terhadap proses granulasi
basah.
7. Pencetakan Tablet: Granul yang sudah homogen dicetak menjadi tablet
menggunakan mesin tablet (Aristha, dkk., 2016).

10
2. Metode Granulasi Kering

Langkah-langkah:

1. Pencampuran Bahan: Campurkan bahan aktif dan eksipien hingga merata.


2. Pembentukan Briket atau Slug: Campuran bahan ditekan menjadi lembaran
(briket) atau tablet besar (slug) menggunakan roller compactor atau mesin
tablet.
3. Penghancuran Briket: Briket atau slug yang terbentuk dihancurkan menjadi
granul menggunakan crusher atau ayakan.
4. Pengayakan: Granul diayak untuk mendapatkan ukuran partikel yang
seragam.
5. Pencampuran Akhir: Granul yang sudah diayak dicampur dengan pelicin
dan bahan tambahan lainnya.
6. Pencetakan Tablet: Granul yang sudah homogen dicetak menjadi tablet
menggunakan mesin tablet.

Pemilihan metode granulasi basah atau kering tergantung pada sifat bahan
aktif dan eksipien, serta kebutuhan proses pembuatan. Granulasi basah biasanya
digunakan jika bahan aktif atau eksipien tidak sensitif terhadap kelembaban dan
panas. Sebaliknya, granulasi kering digunakan jika bahan aktif atau eksipien
sensitif terhadap kelembaban atau suhu tinggi (Aristha, dkk., 2016).

CONTOH FORMULASI SEDIAAN

• Zat aktif (glibenklamid)


• Polimer mukhoadhesif (carbopol 934p, Na-CMC)
• Bahan pelicin (asam oleat, mg stearat)
• Zat khasiat (hormon steroid, nitrogliserin)
• Bahan pengisi (laktosa)
• Bahan pengikat (metil selulosa, gelatin)
• Bahan lubrikan (talkum)
• Bahan pemanis (manitol, sukrosa, aspartam) (Bilal, dkk., 2013).

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tablet bukal merupakan sediaan padat yang dirancang untuk ditempatkan di
antara pipi dan gusi, di mana obat dilepaskan dan diserap ke dalam aliran darah
melalui mukosa mulut. Adapun aspek sediaan tablet bukal diantaranya mulai
dari definisi, jenis, mekanisme pelepasan obat, metode evaluasi, hingga
kelebihan dan kekurangannya. Sediaan tablet bukal menawarkan beberapa
keuntungan dibandingkan dengan bentuk sediaan obat lainnya, seperti
kemudahan penggunaan, onset kerja yang cepat, dan bioavailabilitas yang
tinggi. Namun, sediaan tablet bukal juga memiliki beberapa keterbatasan,
seperti rasa tidak nyaman di mulut dan stabilitas obat yang rendah.

3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini kami harapkan para pembaca dapat menambah
pengetahuan lebih banyak lagi mengenai sediaan tablet bukal guna menambah
wawasan pembelajaran. Guna menambah kesempurnaan makalah ini maka
disarankan :
1. Melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan sediaan tablet
bukal dengan rasa yang lebih baik dan stabilitas obat yang lebih tinggi.
2. Meningkatkan edukasi kepada masyarakat tentang sediaan tablet bukal,
sehingga mereka dapat menggunakan obat ini dengan tepat dan efektif.
3. Mendorong regulasi yang lebih harmonis untuk sediaan tablet bukal di
tingkat global.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aristha, N.P., Teuku N.S., Mimiek, M., (2016). Pengaruh Carbopol 934P, Hydroxy
Propyl Methyl Cellulose, dan Polietilen Glikol Terhadap Swelling Indexs
Pada Sediaan Tablet Bukal Bilayer Simvastatin. Jurnal Pharmascience. 3
(2) : 87 - 98.
Bilal A, Rehman K, Akash M, Hussain K, dan Hussan S. (2013). Development and
Validation of Analitycal Method for Qualitaive and Quantitative
Determination libenclamide in Different Brands of Tablet Dosage form
Using UV-Visible Spectroscopy. Journal of Molecular and Genetic
Medicine. 7 (2) : 80 - 93.
Gita Silpiani Kurnia, Melani Anggraeni, Mikha Ayu Lia Ningsih, Mita Lianastuti,
Qori Putri Suciyanti, Nia Yuniarsih. (2022). Perbandingan Berbagai
Polimer Dan Pengaruhnya Terhadap Penghantaran Sediaan Patch Bukal.
Jurnal Pendidikan dan Konseling. Volume 4 Nomor 6 : 12056- 12065.
Gotalia, F. (2012). Formulasi Film Bukal Mukoadhesif dengan Pragelatinisasi Pati
Singkong Ftalat Sebagai Polimer Pembentuk Film. Skripsi. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Koirala, S., Nepal, P., Ghimire, G., Basnet, R., Rawat, I., Dahal, A., ... & Parajuli-
Baral, K. (2021). Formulation and evaluation of mucoadhesive buccal
tablets of aceclofenac. Heliyon, 7(3).
Kurnia, G. S., Anggraeni, M., Ningsih, M. A. L., Lianastuti, M., Suciyanti, Q. P.,
& Yuniarsih, N. (2022). Review Artikel: Perbandingan Berbagai Polimer
Dan Pengaruhnya Terhadap Penghantaran Sediaan Patch Bukal. Jurnal
Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 12056-12065.
Muhammad Sultan Ramadhan, Uci Ary Lantika. (2022). Kajian Sediaan Orally
Dissolving Film (ODF). Jurnal Riset Farmasi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung, Indonesia.
Nani, P., & Karina, C.R., (2018). Buku ajar sediaan tablet orodispersibel.
Surabaya : Universitas Surabaya Press 1 (1) : 37 - 48.
Parfati,N.,&Rani, K. C. (2018). Buku ajar sediaan tablet
orodispersibel.Surabaya:Universitas Surabaya

13
Puspitasary, K. (2019). OPTIMASI FORMULA TABLET BUKOADHESIF
PIROKSIKAM DENGAN POLIMER KITOSAN, KARBOPOL 940P,
SERTA PENGHANCUR PEG 6000. Jurnal Kesehatan Tujuh Belas (Jurkes
TB), 1(1):31-40
Syukri, Y. (2018). Teknologi sediaan obat dalam bentuk solid.
Yogyakarta:Universitas islam Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai