4. PLURALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
4. PLURALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
4. PLURALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
Abstaract
Pluralism is a necessity, something that can not be avoided
in almost all aspects of life, religion is also not spared. Al-
Qur‟an has given a view of the attitude and way of dealing
with religious pluralism. Bismillâhirrahmânirrahîm requires us
to apply tolerance. More broadly, the message can be
interpreted in a manner inverted, that every Muslims to
avoid violence. To study the interpretation Tahlilî and
Maudu’i, religious pluralism is essentially personal nature, but
humans are asked to select and establish the religion.
Tolerance is born of an awareness of the importance of
respect for others. But pluralism want to go beyond these
achievements, such as an effort to understand the other
through a constructive understanding. That is, because of
the differences and diversity is the real thing, it‟s necessary to
have a good understanding and full of other things.
1 Syafa‟atun Elmirzanah, et. al., Pluralisme, Konflik dan Perdamaian Studi Bersama Antar
Iman, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 7.
2 Perbincangan pluralisme menurut Amin Abdullah sesungguhnya tak lebih seperti put a
new wine in the old bottle (memasukkan minuman anggur baru dalam kemasan lama). Baca
M. Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural: Pemetaan Atas Wacana Islam Kontemporer,
Bandung: Mizan, 2000), 68.
3 Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur, (Jakarta: Kompas, 2001), 14
4 Sukidi, Teologi, 31
Nahar, 2005), 71
7 Inklusivisme adalah paham yang menganggap bahwa hanya pandangan dan
kelompoknya yang paling benar, sedangkan kelompok yang lain dianggap salah.
8 Bernad Lewis, The Crisis of Islam: Holy War and UnHoly Terror, (London: Weindenfeld,
2003), 112
9 Zuhairi Misrami, Al-Qur’an Kitab Toleransi; Inklusivisme, Pluralisme dan Multikultutalisme,
Nahar, 2005), 92
11 Abdul Husain Sya‟ban, Fiqh, 97
15 Imam al-Zamakhsari, Tafsir al-Kasysâf, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1983), ol. 3, 345
16 Imam al-Zamakhsari, Tafsir, 346
17 Imam al-Zamakhsari, Tafsir, 346
20 Imam al-Qurtubi, al-Jami’ li Ahkâm al-Qur’an, (Mesir: Dâr al-Ilm, 1982), vol. 1, 50.
21 Imam al-Qurtubi, al-Jami’, 50
22 Imam al-Qurtubi, al-Jami’, vol. 3, 54
23 Imam al-Qurtubi, al-Jami’, vol. 3, 56
24 Imam al-Razi, Tafsir al-Kabir wa mafâtih al-Gayb, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1983), vol. 2, 438
25 Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur, (Jakarta: Kompas, 2001), 18
26 Sukidi, Teologi , 20
30 Imam al-Razi, Tafsir al-Kabir wa mafâtih al-Gayb, (Beirut: Dâr al-Fir, 1983), vol. 2, 439
31 Imam al-Razi, Tafsir, 440
32 Imam al-Zamakhsari, Tafsir al-Kasysâf, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1983), vol. 3, 350
33 Imam al-Razi, Tafsir, 440
34 Imam al-Razi, Tafsir al-Kabir wa mafâtih al-Gayb, (Beirut: Dâr al-Fir, 1983), vol. 2, 442
35 Imam al-Razi, Tafsir, 443
Kesimpulan
Pluralisme agama pada dasarnya merupakan sebuah realitas dalam
kehidupan dunia. Al-Qur‟an mengakui secara tegas adanya pluralisme
(keberagamaan) dalam berbagai aspek kehidupan dengan berbagai
argumentasi ayat al-Qur‟an. pluralisme atau dalam bahasa Arabnya, "al-
ta’addudiyyah", tidak dikenal secara popular dan tidak banyak dipakai
dikalangan Islam kecuali sejak kurang lebih dua dekade terakhir abad ke-
20 yang lalu, yaitu ketika terjadi perkembangan penting dalam kebijakan
internasional Barat yang baru yang memasuki sebuah pase yang dijuluki
Muhammad Imarah sebagai "marhalat alijtiyaah" (fase pembinasaan).
Yaitu sebuah perkembangan dalam upaya Barat yang habis-habisan guna
menjajakan ideology modernnya yang dianggap universal, seperti
demokrasi, pluralisme, HAM dan pasar bebas dan mengekspornya untuk
konsumsi luar guna berbagai kepentingan yang beragam.
Dalam hal pluralisme agama, Islam memberikan kebebasan untuk
memilih dan meyakini serta beribadah menurut keyakinan masing-
masing. Pemilihan sebuah keyakinan merupakan pilihan bebas yang
bersifat personal. Meskipun demikian, manusia diminta untuk memilih
dan menegakkan agama. toleransi akan lahir sebuah kesadaran tentang
pentingnya menghargai orang lain. Tapi pluralisme ingin melampui
capaian tersebut, yaitu menjadi sebuah upaya memahami yang lain
memalui sebuah pemahaman yang konstruktif. Artinya, karena
perbedaan dan keragaman merupakan hal yang nyata maka yang
diperlukan adanya pemahaman yang baik dan lengkap tentang hal lain
sehingga tercapainya kehidupan yang damai. Wallahu a’lam bi al-Murâdih