bab1 revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi yang sangat pesat ini telah membawa perubahan

yang sangat signifikan dalam cara perekonomian berfungsi dan Perusahaan

beroperasi. Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan tidak lagi

terbatas pada pasar domestik saja, Namun memiliki peluang untuk

berekspansi secara internasional dan memasuki pasar baru. Untuk

memanfaatkan peluang yang ada ini, Perusahaan sering kali beralih ke pasar

modal untuk mendapatkan pendanaan jangka Panjang bagi perusahaanya.

Menurut (Cahya & Kusuma, 2019) Dengan semakin berkembangnya

teknologi, seperti media internet misalnya, maka diharapkan pasar modal juga

akan semakin dapat berkembang, dengan semakin mudahnya calon investor

untuk dapat berinvestasi di pasar modal, mencari informasi terkait dengan

jenis-jenis investasi dan tata cara berinvestasi di pasar modal. Kemudahan-

kemudahan ini diharapakan akan dapat meningkatkan minat calon-calon

investor untuk berinvestasi. Pasar modal memainkan peranan yang sangat

penting dalam proses globalisasi kerena memiliki dua peranan penting

sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Maryam dan

Sarah:2022).

Pasar modal adalah tempat Dimana bertemunya penjual dan pembeli

dengan resiko untung dan rugi. Menurut (Jogiyanto,2010:29) pasar modal

merupakan sarana Perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka

1
2

Panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Yang artinya

pasar modal merupakan sarana atau tempat Dimana bertemunya antara

pemilik dana dan orang yang membutuhkan dana dengan resiko untung dan

rugi dari hasil penjualan saham maupun pengeluaran obligasi. Pasar modal

berbeda dengan pasar uang/money market yang berkaitan terutama dengan

instrumen keuangan jangka pendek dan merupakan pasar abstrak. Instrumen

yang di gunakan dalam pasar modal pada umumnya antara lain saham,

obligasi, tim right. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam

pengertian fisik yang terorganisasi atau yang di sebut dengan bursa efek

(Maryam dan Sarah:2022).

Adapun menurut (Destina,2020:18) Pasar modal juga memiliki peran

menjembatani hubungan antara pemilik modal (Investor) dengan peminjam

dana (Emiten) dikarnakan tidak semua kegiatan ekonomi mampu memenuhi

kebutuhan investasinya dari tabungan sendiri. Dalam realitanya ada unit-unit

kegiatan ekonomi yang surplus (tabungan > investasi) dan ada unit ekonomi

yang deficit (Tabungan <investasi). Untuk itu dibutuhkan “conduit (saluran)

yang bisa menyalurkan kelebihan dana dari unit yang surplus ke yang deficit.

Dengan menyediakan platform untuk membeli dan menjual sekuritas seperti

saham dan obligasi, Pasar modal membantu menumbuhkan kepercayaan

investor dan menarik investasi dalam maupun luar negri.

Dalam menjalankan usahanya, perusahan memerlukan dana atau

modal yang cukup besar, Dimana salah satu cara popoler yang di lakukan

adalah dengan menerbitkan saham kemudian menjualnya ke pasar modal.


3

Menurut Hadi (2015) dalam (Harpen2023), Saham merupakan alat

pedagangan yang popular di pasar modal untuk di perdagangkan dalam.

Harga saham menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi pada suatu

perusahaan karena harga saham di pengaruhin oleh ekspektasi investor

terhadap perekonomian dan kondisi global. Tentu saja harga saham akan

berfluktuasi naik turun berdasarkan kekuatan supply dan demand. Semakin

banyak investor yang ingin membeli saham maka harga saham akan naik,

sebaliknya jika semakin banyak investor yang ingin menjual saham maka

harga saham akan turun. Pergerakan harga saham dapat di lihat dari indeks

harga saham. Indeks harga saham merupakan ukuran statistik mengenai

seluruh pergerakan harga atas sekumpulan saham sesuai dengan kriteria dan

metodologi tertentu dan dievaluaasi berkala ( ulpiatun , 2023).

Dalam pasar modal, hal terpenting yang harus diketahui oleh investor

adalah harga saham. Harga saham adalah harga suatu saham yang terjadi di

pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan di

tentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar

modal (jogiyanto, 2008:167). Harga saham menentukan kekayaan pemegang

saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi

maksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham dalam suatu waktu

tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima dimasa

depan oleh investor “rata-rata”jika investor membeli saham (Brigham &

Houston, 2010:7). Harga saham juga merupakan salah satu indikator

pengelola perusahaan, keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan


4

memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Banyak faktor yang

mempengaruhi harga saham diantaranya adalah inflasi, nilai tukar dan suku

bunga.

Menurut (Guritno dan Algifari 1998:163) inflasi adalah tingkat

perubahan harga-harga secara umum (terus menerus), Sedangkan (Ali

2001:12) Jika harga satu macam barang naik sedangkan yang lainya tetap

maka belum dapat dikatakan telah terjadi inflasi. Inflasi baru dapat dikatakan

terjadi jika harga barang barang kebutuhan popok seperti beras, gula, minyak

dan sebagainya bergerak naik secara serentak dan menyeluruh di semua

tempat. Oleh karna itu inflasi di anggap sebagi salah satu faktor makro

ekonomi penting yang dapat berdampak pada tren pasar saham. Tingginya

tingkat inflasi mengakibatka menurunnya daya beli masyarakat dan

mengurangi pendapatan riil yang diterima oleh investor. Inflasi merupakan

faktor utama yang mempengaruhi pasar saham. Inflasi akan cenderung

meningkatkan biaya produksi dari perusahaan, sehingga margin keuntungan

dari perusahaan menjadi lebih rendah. Dampak lanjutan dari hal ini adalah

menjadikan harga saham di bursa menjadi turun (nadi dan mahfud dkk:2021).

Ginting (2016) yang meneliti mengenai inflasi terhadap harga saham

pada perusahaan perbankan menyimpulkan Inflasi tidak terdapat pengaruh

yang signifikan terhadap Harga Saham, Hasil yang sama dengan penelitian

Ulpiatun (2023) pada indeks harga saham perusahaan sektor industri barang

dan konsumsi. Berbeda dengan hasil penelitian simbolon dan porwanto

(2018) yang menyimpulkan bahwa inflasi berpengaruh positif signifikan


5

terhadap perusahaan real estate dan property.

Hubungan ekonomi antar negara atau yang melewati batas-batas suatu

negara memerlukan suatu satuan mata uang yang bisa dijadiakn patokan

umum. Patokan atau dasar pertukaran harus kuat dikarenakan setiap negara

mempunyai mata uang yang berbeda. Menurut (Erni dan Danang 2012:119)

nilai tukar setiap mata uang domestik terhadap mata uang asing disebut

dengan kurs atau nilai tukar. Sedangkan menurut Ulpiatun (2023) Kurs atau

nilai tukar mata uang merupakan salah satu alat pengukur yang digunakan

dalam menilai kekuatan suatu perekonomian, kurs menunjukan banyaknya

uang dalam negri yang diperlukan untuk membeli suatu unit valuta asing

tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari suatu mata

uang asing. Bagi investor, rendahnya nilai tukar merupakan pertanda yang

baik, hal ini menunjukan stabilnya perekonomian suatu negara. Semaking

tinggi nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika maka harga saham juga ikut.

Fluktuasi nilai tukar yang tidak stabil dapat menyebabkan perubahan nilai

investasi pada suatu perusahaan. Sebaliknya melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap US dollar dapat menyebabkan perekonomian tidak stabil hinga dapat

memburuk bahkan menjadi krisis moneter (Armansyah & Effendi, 2017).

Ketika kondisi ekonomi memburuk, minat investasi akan terganggu sehingga

pasar modal juga ikut terganggu.

Sitanggang (2023) yang meneliti nilai tukar terhadap harga saham

perusahaan perbankan menyimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap harga saham, hasil yang sama dengan penelitian amin
6

(2012) dan penelitian hamzah dan musnadi (2013) pada indeks harga saham

gabungan. Berbeda dengan Wismantara dan Darmayanti (2017) yang meneliti

mengenai nilai tukar terhadap indeks harga saham gabungan menyimpulkan

bahwa nilai tukar berpengatuh positif signifikan, hasil yang sama dengan

penelitian dari Simbolon dan Purwanto.

Selanjutnya yang diduga dapat mempengaruhi harga saham adalah

tingkat suku buga. Tingkat suku bunga sektor keuangan yang lazim

digunakan sebagai panduan investor disebut juga tingkat suku bunga bebas

resiko (risk free) ), yaitu meliputi tingkat suku bunga bank sentral dan tingkat

suku bunga deposito. Di indonesia tingkat suku bunga Bank sentral di

proxykan pada tingkat suku bunga sertifikat bank indonesia atau SBI (Husan,

2003:21). Penetapan tingkat suku bunga dilakukan oleh Bank Indonesia sesua

UU nomer 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. BI rate adalah suku bunga

dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik

untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal atau stance

kebijakan moneter. Menurut (Boediono 2014:76) tingkat suku bunga

merupakan harga dari penggunaan dana investasi (loanable fund). Tingkat

suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah

seorang akan melakukan investasi atau menabung. Jika pengembalian (rate of

return) investasi lebih kecil dari suku bunga yang harus dibayar maka

investasi tidak menguntungkan dan proyek investasi layak untuk ditolak,

sebaliknya investasi harus diilaksanakan jika tingkat pengembalian modal

lebih besar atau sama dengan tingkat suku bunga (Erni dan Danang 2012:61).
7

Investor cendrung menganalisis ulang strategi investasinya berdasarkan suku

bunga yang berlaku, yang menunjukan adanya korelasi yang kuat antara suku

bunga dan harga saham. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong para

pemilik modal untuk menanamkan modalnya dibank dengan alasan tingkat

keuntungan yang diharapkan. Hal ini berdampak negatif terhadap harga

saham dimana harga saham dipasar modal akan mengalami penurunan secara

signifikan.

Krisna dan Wiranti (2013) yang meneliti tentang suku bunga terhadap

indeks harga saham gabungan menyimpulkan bahwa suku bunga tidak

perpengaruhh signifikan terhadap IHSG, Sedangkan Pritiwi (2023)

menyimpulkan Suku Bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham, hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh hendri

(2022) yang menyimpulkan menunjukan bahwa suku bunga berpengaruh

signifikan terhadap harga saham bank syariah.

Berdasarkan uraian diatas, dan adanya hasil penelitian yang berbeda

sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yang sama tentunya

untuk menguji kembali pengaruh inflasi, nilai tukar dan suku bunga terhadap

harga saham dengan jusdul: “PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR

DAN SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PRIODE 2018-2022”

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:


8

1. Apakah Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap Harga saham pada

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2018-2022?

2. Apakah Suku Bunga berpengaruh secara parsial terhadap Harga saham

pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2018-2022?

3. Apakah Nilai Tukar berpengaruh secara parsial terhadapa Harga saham

pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2018-2022?

4. Apakah Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar berpengaruh secara simultan

terhadap Harga saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI Periode

2018-2022?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui Apakah Pengaruh parsial Inflasi terhadap Harga saham

pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2018-2022

2. Untuk mengetahui Apakah Pengaruh parsial Suku Bunga terhadap Harga

saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2018-

2022

3. Untuk mengetahui Apakah Pengaruh parsial Nilai terhadap Harga saham

pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2018-2022

4. Untuk mengetahui Apakah Pengaruh simultan Inflasi, Suku Bunga, dan

Nilai Tukar terhadap Harga saham pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di BEI Periode 2018-2022

1.4. Manfaat Penelitian


9

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini, yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran

bagi para peneliti-peneliti selanjutnya yang meneliti bidang yang sama

dengan penelitiaan ini dan penelitian ini diharapkan bisa menambah

wawasan dan pengetahuan para peneliti mengenai faktor ekonomi makro

yaitu; inflasi, nilai tukar, suku bunga dalam pengaruhnya terhadap harga

saham. Sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi

dan refrensi terkait sejauh mana ketiga faktor makro ekonomi tersebut

berpengaruh terhadap harga saham. Serta penelitian ini diharapkan dapat

memberikan tambahan akan wawasan terkait pengetahuan serta informasi

aspek apa saja yang mampu mempengaruhi harga saham dalam

perusahaan perbankan.

1.4.2. Manfaat praktis

a. investor

Manfaat bagi para investor penelitian ini diharapkan mampu

memberikan manfaat dan informasi tentang apa saja faktor-faktor yang

ternyata memiliki pengaruh terhadap harga saham yang mempunyai

peran sebagai salah satu dasar yang dapat menjadi pertimbangan pada

saat investor menjalani pengambilan suatu keputusan investasi bahkan


10

sampai saat pengambilan kebijakan dalam berinvestasi serta diharapkan

pula jika informasi dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan yang

dapat memberikan suatu ketertarikan dalam minat investor untuk

melakukan aktivitas investasi.

b. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk

kelangsungan usahanya, serta dapat dijadikan sebagai salah satu

pertimbangan untuk menarik investor agar tertarik melakukan investasi.

c. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang saham dan makro

ekonomi apa saja yang dapat mempengaruhinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Ginting (2016), dengan judul, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai

Tukar dan Inflasi terhadap Harga Saham (Studi pada Sub-Sektor Perbankan

di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. Penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2015.

Teknik pemilihan sampel yaitu dengan menggunakan metode purposive

sampling. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 29

perusahaan perbankan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Teknik

analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel BI

Rate, Nilai Tukar dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham

Perbankan. Secara parsial, variabel BI Rate dan Inflasi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham, sedangkan variabel Nilai

Tukar terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham.

Sitanggang (2023) dengan judul pengaruh inflasi, suku bunga, dan

nilai tukar rupiah terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di bursa efek indonesia periode 2018-2023. Sampel dipilih

menggunakan metode purposive sampling sehingga menjadi 20 perusahaan

yang memiliki kriteria-kriteria pengambilan sampel selama periode 2018-

2021. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

11
12

deskriptif, asumsi klasik, regresi Iinier berganda, dan uji hipotesis dengan

bantuan software SPSS 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

parsial ada pengaruh negatif dan signifikan lnflasi, suku bunga dan nilai

tukar rupiah terhadap harga saham, dan secara simultan mengindikasikan

inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap harga saham.

Pratiwi (2023) dengan judul pengaruh inflasi, suku bunga bank

indonesia, dan nilai tukar rupiah terhadap harga saham pada perusahaan

sektor teknologi tahun 2020-2021 yang terdaftar di bursa efek indonesia.

Populasi dalam penilitian ini adalah perusahaan sektor teknologi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu 35 perusahaan per tahun. data diuji

menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Inflasi (X1) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap harga saham (Y). Suku Bunga (X2) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham (Y). Nilai tukar rupiah (X3) berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap harga saham (Y). Ukuran Perusahaan (X4)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham (Y).

Hendri (2022) dengan judul pengaruh suku bunga, inflasi dan nilai

tukar terhadap harga saham bank syariah periode 2019-2021. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif dengan data skunder yang di dapat dari

bank Indonesia, yahoo finance, dan bursa efek insonesia. Program eviews

10 digunakan untuk melakukan analisis data dengan tahapan uji asumsi

klasik, uji ketetapan model, uji regresi berganda dan uji hipotesis. Hasil
13

penelitian ini menunjukan bahwa nilai prob suku bunga sebesar 0,0000 <

0,05, menunjukan bahwa suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga

saham bank syariah, sedangkan nilai prob inflasi sebesar 0,6144 > 0,05,

menunjukan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham bank

syariah, dan nilai prob nilai tukar sebesar 0,0000 < 0,05, menunjukan bahwa

nilai tukar tersebut berpengaruh signifikan terhadap harga saham bank

syariah.

Ulpiatun (2023) dengan judul pengaruh inflasi, suka bunga dan

nilai tukar rupiah terhadap indeks harga saham (studi empiris pada

perusahaan sektor industry barang konsumsi di bei periode 2018-2022. Jenis

penelitian ini menggunakan motode penelitian kuantitatif. Populasi yang di

gunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perusahaan sektor industry

barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2018-2022.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji regresi linier

berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian uji t

menunjukan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks

harga saham, suku bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga

saham dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.

Hasil penelitian uji f menunjukan bahwa inflasi,suku bunga dan nilai tukar

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.

Krisna dan wiranti (2013) dengan judul “ Pengaruh Inflasi, Nilai

tukar rupiah, Suku Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham Gabungan di

Bursa Efek Indonesia”. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam


14

penelitian ini adalah sampel jenuh dan diperoleh sampel sebanyak 56 bulan

data closing price. Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan inflasi, nilai tukar, dan

suku bunga SBI berpengaruh signifikan pada IHSG. Sedangkan secara

persial inflasi perpengaruh positif signifikan dan nilai tukar rupiah

berpengaruh positif signifikan pada IHSG. Lain halnya dengan suku bunga

SBI berpengaruh negatif tidak signifikan.

Amin (2012) dengan judul “ Pengaruh tingkat Inflasi, Suku bunga

SBI, Nilai Kurs Dolar, (USD/IDR) Dan Indeks Dow Jones (DJIA) Terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan di BEI’’. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian

ini menujukan bahwa simultan semua variabel independen berpengaruh

terhadap indeks harga saham gabungan periode 2008-2011. Sedangkan

secara persial, tingkat inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

IHSG, suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap IHSG, nilai kurs dolar

(USD/IDR) berpengaruh negatif terhadap IHSG, dan indeks Dow Jones

(DJIA) berpenagruh positif terhadap IHSG.

Wismantara dan Darmayanti (2017) dengan judul “Pengaruh Nilai

tukar, Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Harga saham Gabungan di Bursa

efek Indonesia”. Metode pengambilan sampel dalam metode ini adalah

sampel jenuh. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai tukar dan suku bunga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan


15

dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham

gabungan.

Hamzah dan Musnadi (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh

Nilai Tukar, Suku Bunga SBI, Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia”.

Objek penelitian yaitu Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang

digunakan Ordinary Last Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.

Secara persial nilai tukar berpengaruh negatif signifikan, suku bunga SBI

berpengaruh negatif signifigan dan pertumbuhan GDP berpengaruh positif

signifikan terhadap pergerakan IHSG, sedangkan inflasi memiliki pengaruh

positif tidak signifkan terhadap pergerakan IHSG.

Simbolan dan Purwanto (2018) dengan judul “Pengaruh Factor

Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Studi kasus Perusahaan Real Estate

Dan Property”. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara persial

mengungkapkan bahwa tingkat bunga berpengaruh negatif signifikan,

tingkat inflasi berpengaruh positif signifikan, nilai tukar berpengaruh positif

signifikan. Sedangkan secara simultan menunjukan bahwa semua variabel

independen memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan real estate dan property.


16

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Agency Theory (Teori Keagenan)

Menurut Yohana dan Erick (2022) Teori keagenan dapat

menjelaskan mengapa terjadi manajemen laba. Teori agensi menekankan

hubungan antara manajemen dengan investor atau pemegang saham.

Manajemen yang mendapatkan kepercayaan dari investor dalam mengelola

perusahaan tentu memiliki informasi yang cukup komplit, berbeda dengan

pemegang saham yang terbatas informasinya. Ketidakseimbangan informasi

yang terjadi inilah, yang dapat memicu konflik antar pihak. Perbedaan

kepentingan membuat antar pihak mencoba mencari celah untuk

mendapatkan keuntungan untuk mereka masing-masing.. Sedangkan

menurut Supriyono (2018 :63), teori keagenan (agency theory) adalah

konsep yang mendiskripsikan hubungan antara principal (pemberi kontrak)

dan agen (penerima kontrak) principal menerima kontrak agen untuk

berkerja demi kepentingan atau tujuan principal sehingga principal

memberikan wewenang pembuatan kepada agen untuk mencapai tujuan

tersebut.

Teori keagenan memiliki hubungan dengan harga saham karena

dalam pencapaian tujuan dan keberhasilan suatu perusahaan manajemen

tidak dapat dipisahkan dari pemegang saham.

2.2.2. Teori Signal

Menurut Brigham dan Houston (2016:184), menyatakan bahwa

signaling theory (teori signal) adalah suatu sikap manajemen perusahaan


17

dalam memberi petunjuk bagi investor terkait bagaimana perdagangan

manajemen pada prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Signal

ini berbentuk informasi mengenai apa yang telah dilakukan oleh

manajemen untuk merealisasikan kemampuan pemilik. Signal berupa

informasi yang melaporkan jika perusahaan tersebut lebih baik dari

perusahaan lain. Signal ini memiliki hubungan dengan informasi yang

diberikan oleh pihak internal kepada pihak eksternal yang dalam hal ini

berupa gambaran atau catatan-catatan perusahaan baik dimasa lalu, masa

kini, maupun masa yang akan datang. Signal ini dapat digunanakan oleh

para investor dalam mempertimbangkan keputusan untuk berinvestasi

(Fatmi, 2015).

2.2.3. Pasar Modal

a. Pengertian Pasar Modal

Menurut Tandelilin (2017:25), pasar modal adalah tempat pertemua

n antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutu

hkan dana dengan melakukan kegiatan jual beli sekuritas. Dengan demikia

n, pasar modal merupakan pasar yang menjual belikan sekuritas yang pada

umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Sekuritas yang diperjual-be

likan di pasar modal seperti saham, obligasi, dan reksa dana. Menurut Jogi

yanto (2010:29), pasar modal merupakan tempat bertemunya antara pemb

eli dan penjual dengan resiko untung atau rugi. Pasar modal merupakan sar

ana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan me

njual saham atau mengeluarkan obligasi.


18

Di dalam Undang-Undang republik indonesia nomor 8 tahun 199

5, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umu

m dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek ya

ng akan diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal mer

upakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakuk

an transaksi dalam rangka mendapatka modal. Serta pasar modal merupaka

n salah satu lembaga alternatif bagi perusahaan dalam memperjualbelikan

efek yang diterbitkannya dengan resiko untung rugi.

b. Instrumen Pasar Modal

Menurut Harjito dan Martono (2014 :392), instrumen pasar modal

pada prinsipnya merupakan surat-surat berharga (efek) yang secara umu

m diperjualbelikan melalui pasar modal. Dalam melakukan transaksi di p

asar biasanya ada barang atau jasa yang diperjualbelikan kita kenal denga

n istilah instrumen pasar modal.

Instrumen yang diperdagangkan berbentuk surat-surat berharga yan

g dapat diperjualbelikan kembali oleh pemiliknya, baik instrumen pasar

modal yang bersifat kepemilikan diwujudkan dalam bentuk obligasi.

Kasmir (2014: 183-185), adapun masing-masing jenis instrumen pasar m

odal dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Saham (stocks)
19

Saham merupakan salah satu bukti kepemilikan bagian modal bagi

suatu perusahaan. Secara umum saham merupakan surat yang men

yatakan kepemilikan suatu perusahaan.

b. Obligasi

Menurut Tandelilin (2017: 40), obligasi merupakan sekuritas yang

memuat janji untuk memberikan pembayaran menurut jadwal yang

telah ditetapkan.

Obligasi diterbitkan sebagai surat tanda bukti hutang. Berbeda deng

an saham, obligasi tidak mempunyai hak terhadap manajemen dan

kekayaan perusahaan. Artinya perusahaan yang mengeluarkan obli

gasi hanya mengakui mempunyai utang kepada sipemegang obligas

i yang dimilikinya.

c. Option

Menurut Vaithzal Rivai ,dkk (2013:154) opsi adalah kontrak antara

dua pihak yang memberi (pemberi) hak, tetapi bukan kewajiban,

untuk membeli atau menjual sejumlah saham pada harga yang telah

ditentukan pada atau sebelum tanggal yang telah di tentukan. Untuk

memperoleh hak ini, pengambil (pembeli) membayar premi ke

penulis (penjual) kontrak.

d. Waran

Mengutip dari The Busniess Profesor waran atau warrant adalah

sebuah kontrak yang di terbitkan oleh perusahaan. Kontrak ini


20

memberi hak untuk membeli atau menjual lembar saham pada

harga yang telah ditentukan penerbit alias perusahaan.

2.2.4. Saham

a. Pengertian Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan dari suatu perusahaan, jika in

vestor memiliki selembar saham saja itu dapat dikatakan investor pemilik

dari perusahaan, transaksi jual beli dari saham biasanya dilakukan di burs

a efek (BEI). saham juga menjadi salah satu instrumen yang sering kali di

pilih investor untuk kegiatan investasinya. Setiap pemegang saham akan

mendapatkan sertifikat sebagai tanda kepemilikan dari perusahaan. Menu

rut Jogiyanto (2016 : 29), saham merupakan bukti pemilikan sebagian per

usahaan. Sedangkan Menurut Hendy (2008:30), saham merupakan surat

berharga yang menunjukkan kepemilikan seseorang investor di dalam su

atu perusahaan yang artinya jika seseorang membeli saham suatu perusah

aan, itu berarti dia telah menyertakan modal kedalam suatu perusahaan te

rsebut sebanyak jumlah saham yang dibeli.

Sedangkan Menurut Fahmi (2012:81) pengertian saham adalah tan

da bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. Me

nurut Widiatmojo, (2001:91 dalam Rohmah et al, 2017) harga saham dap

at dibedakan menjadi tiga yaitu harga nominal, harga perdana, dan harga

pasar.
21

b. Jenis-Jenis Saham

Saham didefinisikan sebagai surat berharga yang populer dan diken

al luas masyaraka. Menurut Darmaji dan Hendri (2006:7) menjelaskan ba

hwa ada beberapa sudut pandang yang membedakan saham yaitu:

1. Ditinjau dari segi kemampuan hak tagih dan klaim, maka saham terbagi a

tas :

a. Saham biasa (commo stock), yaitu saham menetapkan pemiliknya dala

m posisi paling junior dalam pembagian deviden dan hak atas harta ke

kayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

b. Saham preferen (preferen stock), yaitu saham yang memiliki karastrist

ik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilka

n pendapatan tetap (seperti bunga, obligasi), tetapi bisa juga tidak men

datangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

2. Ditinjau dari peralihannya saham dibedakan menjadi sebagai berikut:

a. Saham atas ujuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak ter

tulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari satu inv

estor ke investor lain. Secara hukum siapa yang memegang saham te

rsebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untu

k ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham atas nama (registered stock) merupakan saham dengan nama

pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui

perosedur tertentu.

2. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:


22

a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu peru

sahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di i

ndustri sejenis, memiliki pendapatan uang stabil, dan konsisten dala

m membayar deviden

b. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten ya

ng memiliki kemampuan membayar pada tahun sebelumnya. Emiten

seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih ting

gi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten tidak suka

menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga s

aham

c. Saham pertumbuhan (growth stock-ewll-known), yaitu saham-saham

dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan tinggi, sebagai p

emimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

d. Saham spekualif (specilative stock), yaitu saham perusahaam yang ti

dak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ketahu

n, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi dimas

a mendatang, messkipun belum pasti adanya.

e. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh

oleh kondisi ekonomi makro maupunsituasi bisnis secara umum. Pad

a saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap lebih tinggi dari masa r

esensi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sang

at dan selalu dibutuhkan masyarakat, seperti rokok dan barang-baran

g kebutuhan sehari-hari (consumer good).


23

c. Indikator

Indikator harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah

harga penutupan (closing price). Closing price merupakan harga

penutupan suatu saham. Closing price suatu saham dalam hari perdagang

an ditentukan pada akhir sesi 2, yaitu pukul 16.00 WIB. Berikut adalah

rumus yang digunakan untuk menghitung harga penutupan:

Harga saham = Harga penutupan (Closing price) akhir tahun.

2.2.5. Inflasi

1. Pengertian inflasi

Menurut Fahmi (2015) inflasi merupakan kenaikan harga barang

secara terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi sangat

berpengaruh terhadap perekonomian suatu Negara, yang mana hal ini

dapat menimbulkan pengaruh besar serta sangat sulit untuk diatasi secara

cepat. Menurut Sukiwaty (2009) inflasi merupakan proses suatu kejadian

dan bukan tinggi rendahya tingkat harga. Inflasi timbul ketika proses

kenaikan harga yang terus menerus serta saling mempengaruhi. Inflasi

yang tinggi akan berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi. Biaya

yang mengalami peningkatan secara terus-menerus akan berpengaruh

terhadap biaya poduktif. Dalam hal ini pemilik modal biasanya enggan

dalam menginvestasikan modalnya.

Ukuran inflasi yang sangat banyak digunakan yaitu “Consumer


24

Price Indeks” atau Indeks Harga Konsumen. Menurut Shim (2004) indeks

harga konsumen adalah rasio dari biaya komsumsi khusus dalam satu

tahun terhadap biaya pos tersebut pada tahun dasar. Indeks harga

konsumen meliputi dari seluruh biaya dasar yang diperlukan oleh

konsumen dalam kehidupan sehari-hari.

Inflasi merupakan peristiwa modern yang sangat penting serta

selalu ditemui hampir di semua Negara. Defenisi sederhana dari inflasi

adalah kenaikan harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-

menerus (Mankiw, 2007). Proses inflasi merupakan proses kompetisi dari

kelompok-kelompok sosial yang ingin mendapatkan hasil yang lebih besar

dari biasanya. Kejadian ini mengakibatkan permintaan lebih besar dari

penawaran sehingga menimbulkan inflasi yang berkepanjangan. Inflasi

yang tidak stabil/fluktuasi akan menciptakan ketidak pastian bagi pelaku

ekonomi dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi yang pada

akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi (BI, 2018).

Berdasarkan teori di atas, maka inflasi dapat diartikan sebagai

kenaikan harga barang ataupun jasa secara terus-menerus dalam jangka

waktu yang cukup lama. Inflasi akan menyebabkan nilai mata uang turun,

hal ini dikarenakan kenaikan harga barang terjadi ketika permintaan yang

meningkat dibandingkan jumlah penawaran.

2. JENIS JENIS INFLASI

Menurut Silalahi (2014) ada beberapa cara untuk

mengklasifikasikan inflasi beserta sudut pandangnya:


25

1. Inflasi menurut tingkat keparahannya

2. Pengelompokan inflasi dari sebab musebabnya

3. Inflasi berdasarkan asal muasalnya

Menurut tingkat keparahannya adalah sebagai berikut:

1. Inflasi ringan, kurang dari 10% per tahun

2. Inflasi sedang, antara 10% - 30% per tahun

3. Inflasi berat, antara 30% - 100% per tahun

4. Hiperinflasi, lebih dari 100% per tahun

Berdasarkan penyebab inflasi dibagi menjadi dua faktor yaitu:

1. menghasilkan/memproduksi barang dan jasa. Tingkat konsumsi

masyarakat yang tinggi menyebabkan harga semakin tinggi karena

jumlah yang tersedia dipasar lebih kecil dibandingkan permintaan.

Pada kondisi ini akan menyebabkan terjadinya inflasi, sehingga dapat

di tarik kesimpulan dari pendapat di atas, bahwa inflasi terjadi ketika

permintaan masyarakat yang terlalu kuat, inflasi seperti ini disebut

demand inflation.

2. Karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan meminta untuk

kenaikan gaji. Apabila kenaikan gaji berlangsung dengan luas maka

akan berpengaruh pada biaya produksi yang akan dikeluarkan suatu

perusahaan, sehingga pada kondisi ini perusahaan akan menaikkan

harga barang untuk membayar biaya produksi tersebut. Dari

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa inflasi yang terjadi

dikarenakan kenaikan biaya produksi, hal ini biasa disebut cost


26

inflation.

Berdasarkan asal muasalnya, inflasi digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Inflasi bersumber dalam negeri (domestic inflation)

Inflasi ini biasanya terjadi akibat dari faktor kondisi yang terjadi

dalam suatu negara, salah satunya kebijakan pemerintah (government

policy) dalam mengeluarkan deregulasi yang akan mempengaruhi

kenaikan harga. Inflasi dalam negeri ini juga dapat dipengaruhi oleh

defisit anggaran belanja yang dibiayai sehingga menyebabkan gagal

pasar.

2. Inflasi bersumber dari luar negeri (inported inflation)

Inflasi ini disebabkan oleh faktor kondisi yang terjadi di luar negeri,

seperti adanya goncangan perekonomian Amerika Serikat yang

menyebabkan naiknya harga barang yang bersumber dari negara

tersebut.

3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

Harga yang terjadi dalam suatu Negara banyak dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Meurut Sukirno (2010), ada lima faktor yang

mempengaruhi inflasi:

1. Tingkat biaya agregat yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan

perusahaan dalam menciptakan barang dan jasa.

2. Pekerja di berbagai kegiatan ekonomi berdasarkan kenaikan upah

3. Tingkat harga barang impor yang semakin naik

4. Bertambahnya penawaran uang yang berlebih akan tetapi tidak di ikuti


27

oleh pertambahan produksi dan penawaran barang

5. Kegaduhan ekonomi dan politik merupakan dampak pemerintah yang

tidak bertanggung jawab.

Bersarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa aspek

yang dapat mempengaruhi harga saham ialah kondisi ekonomi yang

kurang baik serta kenaikan harga barang dan jasa secara terus-menerus.

4. Dampak Inflasi

Inflasi dalam pasar modal umumnya memberikan pengaruh yang

kurang baik, akan tetapi disisi lain jika pengangguran dan inflasi

mengalami adanya trade off dalam jangka pendek, akan menyebabkan

turunnya tingkat pengangguran, dan dengan adanya inflasi akan

mensejahterakan perekonomian masyarakat didalam suatu negara.

Menurut Putong (2008) dampak yang ditimbulkan dari inflasi

dibedakan menjadi dua yaitu dampak positif dan negatif.

Dampak negatif dari inflasi yaitu:

1. Jika harga barang dan jasa meningkat, sehingga masyarakat menjadi

khawatir dan perputarann ekonomi menjadi tidak normal, yang mana

masyarakat yang kelebihan uang akan membeli barang secara

berlebihan sementara masyarakat yang berkekurangan tidak mampu

untuk membeli barang tersebut.

2. Masyarakat yang menarik simpanan untuk membeli barang, sehingga

mengurangi dana yang dimiliki bank .

3. Produsen akan bermain harga dengan tujuan untuk memperoleh


28

keuntungan yang lebih besar pada saat harga barang/jasa mengalami

peningkatan.

4. Adanya penimbunan barang pada saat kenaikan harga oleh masyarakat

yang tidak merata, hal ini dikarenakan mereka yang lebih dekat

dengan sumber prosuksi , serta masyarakat akan mempunyai banyak

uang.

5. Banyak produsen mengalami kebangkrutan dikarenakan harga yang

tinggi sedangkan kemampuan masyarakat untuk membeli rendah.

5. Indikator Inflasi

Cara menghitung inflasi yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen

(IHK). IHK adalah indeks harga rata-rata makanan ,perumahan,aneka

barang, dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di indonesia IHK

digunakan BPS sebagai indikator inflasi.

Berikut adalah rumus menghitung IHK sebagai berikut:

H arga Sekarang
IHK = X 100%
H arga PadaTahun Dasar

2.2.6. SUKU BUNGA

1. PENGERTIAN SUKU BUNGA

Menurut Kasmir (2014) bunga adalah harga yang harus dibayar

terhadap nasabah (yang mempunyai tabungan dengan bank) dan harga

yang harus dibayar oleh nasabah terhadap bank (nasabah yang melakukan

kredit terhadap bank). Bagi perbankan, bunga bank adalah balas jasa yang

diberikan oleh pihak bank terhadap nasabah yang membeli ataupun

menjual produknya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan


29

bahwa, bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang dilakukan oleh

perbankan berdasarkan prinsip konvensional terhadap nasabah yang

membeli atau menjual produknya.

Salah satu aspek yang memberikan pengaruh terhadap permintaan

dan penawaran harga saham serta menjadi pilihan yang tepat untuk

pemilik modal yaitu tingkat suku bunga. Menurut Samsul (2006)

peningkatan suku bunga pinjaman memberikan dampak pada peningkatan

beban bunga kredit, sehingga hal ini akan menurunkan pendapatan bersih

dari perusahaan. Tingkat suku bunga ini akan menyebabkan investor lebih

tertarik untuk menarik modalnya serta memindahkan modalnya ke

deposito. Ketika terjadi kenaikan suku bunga, maka persen value dari

dividen saham akan mengalami penyusutan, hal ini dikarenakan naiknya

biaya-biaya investasi sehingga mengurangi daya tarik para investor di

pasar modal.

1. JENIS JENIS SUKU BUNGA

Suku bunga adalah sejumlah uang yang dibayarkan/balas jasa

akibat dari penggunaan dana. Suku bunga yang berubah adalah perubahan

atas permintaan agregat atau biaya atas investasi. Sebaliknya, suku bunga

yang meningkat menyebabkan naiknya tingkat permintaan agregat.

Menurut Prawironegoro (2014) suku bunga digolongkan sebagai berikut:

1. Bunga rill/ nyata (the real rate of interest)

Bunga rill merupakan bunga keseimbangan yang ditentukan dengan

kedua metode, dimana dalam hal ini para pelaku pasar beranggapan
30

tidak ada perubahan harga di waktu yang akan datang.

2. Bunga nominal (the nominal rate of interest)

Suku bunga ini merupakan tingkat bunga yang benar-benar diamati

melalui sistem keuangan dan sama dengan tingkat bunga nyata, serta

penyesuaian dimana para pemain pasar selalu mengantisipasi

terjadinya perubahan tingkat harga dimasa yang akan mendatang.

Teori kuantitas uang menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan uang

menentukan seberapa banyak tingkat inflasi. Di sisi lain, persamaan

fisher mengemukan supaya tingkat suku bunga rill dapat terjaga maka

tingkat suku bunga nominal harus dihubungkan dengan tingkat inflasi.

Artinya, ketika inflasi terjadi maka bank central harus menurunkan

suku bunga nominal (Natsir, 2014).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga

Secara umum bank dalam kegiatannya adalah menghimpun dana,

membayar bunga terhadap nasabah, menyalurkan dana/ pinjaman, serta

menerima bunga dari nasabah. Oleh karena itu pendapatan bank akan ada

ketika harga kredit (pricing credit) lebih besar dibandingkan dengan beban

bunga (cost of found).

Aspek yang dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat suku bunga

menurut Kasmir (2012) yaitu:

1. Kebutuhan dana

Apabila bank mengalami kekurangan dana sedangkan permintaan

kredit meningkat, maka pihak bank akan menaikkan tingkat suku


31

bunga simpanan agar cepat terpenuhi. Sebaliknya ketika bank

memiliki dana yang berlebih, dimana simpanan lebih banyak

dibandingkan pinjaman, maka bank akan menurunkan tingkat suku

bunga sehingga mengurangi daya tarik nasabah untuk menabung.

Dalam hal ini pihak bank harus menurunkan suku bunga guna

meningkatkan permohonan kredit.

2. Persaingan

Dalam perebutan dana simpanan, pihak bank selalu memperhatikan

bunga yang telah ditawarkan oleh pesaing. Jika persaingan suku bunga

ketat, maka biasanya pihak bank akan menaikkan suku bunganya guna

mempertahankan dana atau menarik dana dari pesaing.

3. Kebijakan lembaga Negara seperti OJK dan LPS

Dalam kondisi tertentu lembaga keuangan ini bisa saja untuk

menetapkan tingkat suku bunga yang boleh ditawarkan oleh pihak

bank. Sebagai contoh, pemerintah menetapkan tingkat suku bunga

melebihi 1% di atas BI-rate. Kebijakan ini dibuat guna menjaga

persaingan suku bunga perbankan sehingga terjadi kenaikan suku

bunga yang tergolong ekstrim.

4. Target laba yang di inginkan

Target laba merupakan bagian terpenting dari bank. Pihak bank akan

menargetkan suku bunga kredit agar margin yang memastikan bahwa

target laba yang telah ditetapkan tercapai.


32

5. Jangka waktu

Semakin lama jangka waktu kredit, maka semakin tinggi pula suku

bunganya, hal ini dikarenakan adanya resiko ketidak pastian dimasa

depan. Sebaliknya, semakin pendek jangka waktu kredit maka tingkat

suku bunga akan semakin rendah.

6. Kualitas agunan

Semakin mudah dicairkan jaminan kredit yang diberikan, maka bunga

kredit yang diberikan akan relatif rendah begitu pula sebaliknya.

7. Produk yang kompetitif

Untuk produk yang kompetitif, bunga yang diberikan relatif rendah

jika dibandingkan dengan produk yang tidak kompetitif, hal ini

dikarenakan produk kompetitif memiliki tingkat perputaran yang

tinggi sehinga tingkat pembayarannya diharapakan lancar.

8. Reputasi perusahaan

Perusahaan yang memiliki nama yang baik kemungkinan resiko kredit

macet relatif rendah di masa yang akan datang. Perusahaan akan

menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan pada

perusahaan tersebut.

9. Hubungan baik

Pihak bank akan menggolonkan nasabah prioritas dan nasabah biasa.

Penggolongan tersebut berdasarkan jumlah tabungan, loyalitas, serta

keaktifan nasabah terhadap bank. Biasanya nasabah prioritas lebih

memiliki hubungan baik dengan bank sehinga suku bunga yang


33

diberikan akan berbeda dengan nasabah biasa.

4. BI-Rate

BI-Rate merupakan suku bunga kebijakan yang menggambarkan

sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia

dan diumumkan kepada masyarakat. Dengan mempertimbangkan aspek-

aspek dalam perekonomian, bank Indonesia biasanya meningkatkan suku

bunga ini jika inflasi kedepannya diperkirakan melebihi target yang telah

ditetapkan, sebaliknya BI- Rate akan diturunkan oleh bank Indonesia

apabila perkiraan inflasi yang telah dibuat berada dibawah sasaran.

Penetapan BI-Rate dilaksanakan setiap bulannya berdasarkan RDG

(Rapat Dewan Gubernur) bulanan dengan ruang lingkup materi bulanan

(BI, 2018).

Menurut Natsir (2014) menyatakan bahwa BI-Rate adalah sinyal

yang berbentuk angka dalam transmisi kebijakan moneter yang

menunjukkan keadaan ekonomi pada saat ini, termasuk gambaran

mengenai tantangan dalam pencapaian target inflasi. Suku bunga adalah

balas jasa yang dilakukan pihak bank berdasarkan prinsip konvensional

terhadap nasabah yang menjual atau membeli prooduknya.

Tingkat suku bunga adalah sejumlah keuntungan yang diperoleh

baik bagi bank maupun nasabah dimana besaran tingkat bunga akan

menentukan laba yang akan diperoleh bank dan bagi nasabah, tingkat

suku bunga akan menentukan keuntungan yang akan diperolehnya

(Dendawijaya, 2017).
34

5. Indikator Suku Bunga

tingkat suku bunga diukur berdasarkan suku bunga yang sudah yang sudah

ditentukan oleh Bank Indonesia atas penrbitan suku bunga Bi rate yang

dinyatakan dalam satuan persen. Satuan ukur yang digunakan adalah

besarnya tingkat suku bunga buulanan periode januari 2019 sampai

desember 2023. Data suku bunga bulanan diperoleh dari

http://www.bi..go.id/.

Menurut soebagio dalam Harpen (2023) tingkat suku bunga dapat

dihitung menggunakan SBI tahunan yang diterbitkan oleh bank indonesia

kemudian dibagi 12 sehingga menghasilkan rata-rata suku bunga SBI per

tahun:

Su ku Bunga SBI tahunan


Suku Bunga SBI (%)=
12

2.2.7 Nilai Tukar/ Kurs

1. Pengertian Nilai Tukar

Kurs merupakan perdagangan antar negara dengan negara lain

melalui alat tukar masing-masing negara, yang mana Negara tersebut

memiliki alat tukarnya tersendiri yang memiliki nilai perbandingan

terhadap uang negara lain (Salvatore, 2008). Menurut Sukirno (2010)

nilai tukar merupakan nilai yang menunjukkan jumlah dari mata uang

suatu negara yang dibutuhkan untuk memperoleh mata uang asing, yang

mana terdapat dua mata uang negara yang berbeda untuk

diperdagangkan. Sebagai contoh, nilai tukar rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat merupakan nilai tukar sejumlah uang rupiah yang


35

dibutuhkan dalam memperoleh satu dollar Amerika Serikat.

Nilai tukar valas (valuta asing) ditentukan oleh pasar valas itu

sendiri, yaitu dimana tempat berbagai mata uang negara yang akan di

perdagangkan. jika suatu negara ingin menukarkan uang dalam suatu

negara dengan mata uang negara lain, maka akan dilakukan berdasarkan

nilai tukar yang berlaku. kenaikan nilai tukar mata uang negara asing

akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai mata uang domestik

atau disebut sebagai depresiasi. Mata uang asing akan turun jika nilai

mata uang domestik meningkat atau biasa disebut apresiasi.

2. Jenis-Jenis Nilai Tukar

Menurut (Agus Budi 2006:22-25) Pada dasarnya system penentuan nilai

tukar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. sistem Kurs Tetap ( fixed exchange rate )

Dalam sistem ini, nilai tukar suatu valuta terhadap valuta yang lain

ditentukan/ “dipatok” oleh Bank Sentral. Nilai tukar suatu valuta di pasar

valuta asing sama dengan nilai tukar yang ditentukan oleh Bank Sentral.

Sehingga untuk menjaga agar nilainya tetap, maka Bank Sentral

melakukan intervensi ( membeli/ menjual valuta ) di pasar valuta asing.

Hal yang perlu diperhatikan adalah kecukupan cadangan devisa yang

dimiliki.

2. Sistem Mengambang Terkendali ( managed floating exchange rate )

Nilai tukar valuta dalam sistem ini ditentukan oleh pasar valuta dan

band intervention yang ditetapkan oleh Bank Sentral. Artinya, nilai tukar
36

ditentukan oleh pasar ( suplly dan demand valuta ) tetapi pergerakannya

dibatasi oleh rentang intervensi yang ditetapkan oleh Bank Sentral.

Sehingga Bank Sentral harus menjaga supaya nilai tukar berada pada

rentang intervensi, apabila nilai tukar bergerak melebihi rentang

intervensi yang ditentukan, maka Bank Sentral akan melakukan

intervensi dengan menambah supply valuta sehingga nilainya dapat

bergerak kembali dalam rentang intervensi. Sebaliknya bila nilai tukar

berada di bawah rentang intervensi, maka Bank Sentral akan menambah

demand valuta.

3. istem Kurs Bebas ( free exchange rate )

Istilah lain yang digunakan adalah floating exchange rate, yaitu nilai

tukar valuta asing ditentukan oleh pasar berdasarkan kekuatan tarik

menarik antara supply dan demand valuta asing. Pada sistem ini Bank

Sentral tidak melakukan campur tangan dalam mempengaruhi nilai

tukar (pada kenyataannya sangat sulit ). Ada dua pengertian dalam

floating exchange rate, yaitu : (1) clean float : nilai tukar sepenuhnya

dibiarkan bebas tanpa campur tangan dari Bank Sentral, (2) dirty float :

pemerintah ikut serta (relatif kecil ) dalam pasar valuta asing, misalnya

dengan mengurangi distors

4. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Berikut aspek yang dapat mempengaruhi nilai tukar menurut Madura

(2008):
37

1.Tingkat inflasi

Perubahan pada tingkat inflasi akan mempengaruhi aktivitas

perdagangan Internasional, dimana hal ini akan berdampak pada

permintaan dan penawaran suatu mata uang sehingga berdampak pada

kurs/ nilai tukar.

2.Suku bunga relative

bunga serta tingkat pengembalian investasi yang rendah akan

berdampak pada modal dalam negeri mengalir keluar negeri. Sedangkan

suku bunga serta tingkat pengembalian yang tinggi, akan menyebabkan

modal luar negeri akan masuk ke dalam negeri.

3.Tingkat pendapatan relative

Pendapatan mempengaruhi nilai tukar karena pendapatan

mempengaruhi permintaan barang yang akan di impor, sehingga

pendapatan dapat mempengaruhi nilai tukar.

4.Pengendalian pemerintah

Pemerintah Negara asing dapat mempengaruhi nilai tukar, karena

pemerintah negara asing dapat membatasi jumlah pertukaran mata uang,

mencampuri mata uang asing, serta tingkat pendapatan, dan suku bunga.

5.Prediksi pasar

Seperti pasar keuangan, pasar mata uang asing juga memberikan

aksi pada berita yang memiliki dampak di masa yang akan datang.

6.Faktor transaksi

Pertukaran uang dalam pasar mata uang asing memberikan


38

fasilitas, baik dari segi arus perdagangan maupun arus keuangan.

Interaksi dari faktor perdagangan dan keuangan seringkali berdampak

pada pergerakan mata uang secara simultan

5. Indikator Nilai Tukar

Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar

rupiah terhadap dollar amerika serikat. Refrensinya dapat diperoleh di

wabsite resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id. Kurs yang dipakai

adalah rata-rata kurs tiap bulan. Variabel kurs diukur dengan

menggunakan rata-rata kurs dollar US terhaap rupiah yang diterbitkan

Bank Indonesia setiap bulan. Rumus menghitung perubahan kurs

adalah sebagai berikut:

Kurs Jual+ Kurs Beli


Kurs Tengah=
2

2.3 Kerangka Konseptual

Suatu penelitian membutuhkan model konsep sebagai

penggambaran suatu permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan teori

yang telah dijelaskan peneliti, maka dapat ditentukan konsep mengenai

variabel makro ekonomi dan variabel harga saham. Berdasarkan latar

belakang, rumusan masalah serta untuk tercapainya penelitian ini dengan

tinjauan teori dan tinjauan empiris di atas maka peneliti mencoba untuk

menguraikan dalam bentuk kerangka konseptual adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

INFLASI (X1)
39

Keterangan :

: Pengaruh Parsial

: Pengaruh Simultan

2.4. Pengembangan Hipotesis

2.4.1. Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham

inflasi merupakan proses suatu kejadian dan bukan tinggi rendahya

tingkat harga. Inflasi timbul ketika proses kenaikan harga yang terus menerus

serta saling mempengaruhi. Inflasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap

perkembangan ekonomi. Biaya yang mengalami peningkatan secara terus-

menerus akan berpengaruh terhadap biaya poduktif. Dalam hal ini pemilik

modal biasanya enggan dalam menginvestasikan modalnya. Ukuran inflasi

yang sangat banyak digunakan yaitu “Consumer Price Indeks” atau Indeks
40

Harga Konsumen. Menurut Shim (2004) indeks harga konsumen adalah rasio

dari biaya komsumsi khusus dalam satu tahun terhadap biaya pos tersebut

pada tahun dasar. Indeks harga konsumen meliputi dari seluruh biaya dasar

yang diperlukan oleh konsumen dalam kehidupan sehari-hari. hasil penelitian

simbolon dan porwanto (2018) yang menyimpulkan bahwa inflasi

berpengaruh positif signifikan terhadap perusahaan real estate dan property.

H1 : Diduga Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap harga

saham.

2.4.2.Pengaruh Suku Bunga Terhadap Harga Saham

Salah satu aspek yang memberikan pengaruh terhadap permintaan dan

penawaran harga saham serta menjadi pilihan yang tepat untuk pemilik modal

yaitu tingkat suku bunga. Menurut Samsul (2006) peningkatan suku bunga

pinjaman memberikan dampak pada peningkatan beban bunga kredit,

sehingga hal ini akan menurunkan pendapatan bersih dari perusahaan.

Tingkat suku bunga ini akan menyebabkan investor lebih tertarik untuk

menarik modalnya serta memindahkan modalnya ke deposito. Ketika terjadi

kenaikan suku bunga, maka persen value dari dividen saham akan mengalami

penyusutan, hal ini dikarenakan naiknya biaya-biaya investasi sehingga

mengurangi daya tarik para investor di pasar modal. Hasil penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh hendri (2022) yang menyimpulkan

menunjukan bahwa suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham

bank syariah.

H2 : Diduga suku bunga berpengaruh secara parsial terhadap harga


41

saham.

2.4.3. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Harga Saham

Menurut Sukirno (2010) nilai tukar merupakan nilai yang menunju

kkan jumlah dari mata uang suatu negara yang dibutuhkan untuk memper

oleh mata uang asing, yang mana terdapat dua mata uang negara yang ber

beda untuk diperdagangkan. Sebagai contoh, nilai tukar rupiah terhadap d

ollar Amerika Serikat merupakan nilai tukar sejumlah uang rupiah yang d

ibutuhkan dalam memperoleh satu dollar Amerika Serikat.

Nilai tukar valas (valuta asing) ditentukan oleh pasar valas itu sendi

ri, yaitu dimana tempat berbagai mata uang negara yang akan di perdaga

ngkan. jika suatu negara ingin menukarkan uang dalam suatu negara den

gan mata uang negara lain, maka akan dilakukan berdasarkan nilai tukar

yang berlaku. kenaikan nilai tukar mata uang negara asing akan lebih ting

gi jika dibandingkan dengan nilai mata uang domestik atau disebut sebag

ai depresiasi. Mata uang asing akan turun jika nilai mata uang domestik

meningkat atau biasa disebut apresiasi. Hal ini sejalan dengan peneliatian

yang dilakukan oleh Hendri (2022) hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H3 : Diduga nilai tukar secara parsial beerpengaruh terhadap Harga

saham.

2.4.4. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Dan Nilai Tukar Terhadap Harga

Saham
42

inflasi merupakan proses suatu kejadian dan bukan tinggi rendahya

tingkat harga. Inflasi timbul ketika proses kenaikan harga yang terus

menerus serta saling mempengaruhi. Inflasi yang tinggi akan

berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi. Biaya yang mengalami

peningkatan secara terus-menerus akan berpengaruh terhadap biaya

poduktif. Dalam hal ini pemilik modal biasanya enggan dalam

menginvestasikan modalnya. Tingginya tingkat inflasi mengakibatka me

nurunnya daya beli masyarakat dan mengurangi pendapatan riil yang dite

rima oleh investor. Inflasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi

pasar saham. Inflasi akan cenderung meningkatkan biaya produksi dari p

erusahaan, sehingga margin keuntungan dari perusahaan menjadi lebih re

ndah. Dampak lanjutan dari hal ini adalah menjadikan harga saham di bu

rsa menjadi turun (nadi dan mahfud dkk:2021).

Menurut Samsul (2006) peningkatan suku bunga pinjaman

memberikan dampak pada peningkatan beban bunga kredit, sehingga hal

ini akan menurunkan pendapatan bersih dari perusahaan. Tingkat suku

bunga ini akan menyebabkan investor lebih tertarik untuk menarik

modalnya serta memindahkan modalnya ke deposito. Ketika terjadi

kenaikan suku bunga, maka persen value dari dividen saham akan

mengalami penyusutan, hal ini dikarenakan naiknya biaya-biaya investasi

sehingga mengurangi daya tarik para investor di pasar modall. Tingkat

bunga yang tinggi juga akan mendorong para pemilik modal untuk

menanamkan modalnya dibank dengan alasan tingkat keuntungan yang


43

diharapkan. Hal ini berdampak negatif terhadap harga saham dimana

harga saham dipasar modal akan mengalami penurunan secara signifikan.

Menurut Sukirno (2010) nilai tukar merupakan nilai yang

menunjukkan jumlah dari mata uang suatu negara yang dibutuhkan untuk

memperoleh mata uang asing, yang mana terdapat dua mata uang negara

yang berbeda untuk diperdagangkan. Sebagai contoh, nilai tukar rupiah

terhadap dollar Amerika Serikat merupakan nilai tukar sejumlah uang

rupiah yang dibutuhkan dalam memperoleh satu dollar Amerika Serikat.

Semaking tinggi nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika maka harga

saham juga ikut. Fluktuasi nilai tukar yang tidak stabil dapat

menyebabkan perubahan nilai investasi pada suatu perusahaan.

Sebaliknya melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar dapat

menyebabkan perekonomian tidak stabil hinga dapat memburuk bahkan

menjadi krisis moneter (Armansyah & Effendi, 2017). Ketika kondisi

ekonomi memburuk, minat investasi akan terganggu sehingga pasar

modal juga ikut terganggu.

Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian terdahulu maka

hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

H4 : Diduga Inflasi, Suku Bunga Dan Nilai Tukar berpengaruh

secara simultan terhadap Harga Saham.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. KasifikasiDan Definisi Oprasional Variabel Penelitian

3.1.1. Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian akan diklasifikasikan menjadi 2 (dua) variabel

yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (var

iabel terikat).

a. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang sering disebut stimulus,

predictor, antecedent atau bisa dikatakan variabel bebas. Variabel beb

as adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perub

ahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2016:3

9). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah

kinerja keuangan. Indikator untuk mengukur kinerja dalam penelitian i

ni adalah Inflasi,Suku Bunga Dan Nilai Tukar

a. Variabel Dependen

Variabel dependen ini sering disebut sebagai variabel output, krite

ria atau bisa dikatakan variabel terikat. Variabel terikat merupakan v

ariabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya va

riabel bebas (Sugiyono, 2016:39). Variabel dependen dalam penelitia

n ini adalah Harga saham.

44
45

3.1.2. Definisi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga variabel independent dan satu variabel

dependen. yang mana variabel independennya adalah inflasi, suku bunga

dan nilai tukar sedangkan variabel dependennya adalah harga saham.

Berikut ini pemaparan umumnya:

a. Inflasi(X1)

Menurut Sa’dah & Suhadak (2019) inflasi adalah kecendrungan dari

harga umum untuk naik secara terus menerus. Bila kenaikan harga hannya

pada barang-barang tertentu saja atau cuman Sebagian barang itu tidak bisa

dikatakan sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada

Sebagian besar dari harga barang lainnya. Tingkat inflasi dihitung

berdasarkan indeks harga yang telah disusun dari harga barang dan jasa

yang di konsumsikan masyarakat atau yang di sebut dengan indeks harga

konsumen (IHK). Rumus menghitung IHK sebagai berikut.

H arga Sekarang
IHK = X 100%
H arga PadaTahun Dasar

Pengukuran inflasi digunakan dalam satuan persen (%) dengan menggunakan

data inflasi bulanan yang diperoleh dari http://www.bi.go.id/

b. Suku Bunga(X2)

BI rate merupakan suku bunga kebijakan yang menggambarkan suatu

sikap atau kebijakan pemerintahan yang di tetapkan oleh bank Indonesia dan di

sampaikan kepada publik kemudian dijadikan sebagai tingkat bunga standar

bagi bank pemerintah maupun bank swasta lainnya. Rumusnya sebagai berikut
46

Su ku Bunga SBI tahunan


Suku Bunga SBI (%)=
12

Satuan ukur yang digunakan adalah besarnya tingkat suku bunga buulanan

periode januari 2019 sampai desember 2023. Data suku bunga bulanan

diperoleh dari http://www.bi..go.id/.

c. Nilai Tukar Rupiah (X3)

Menurut Jannah & Nurfauziah (2018) nilai tukar dipengaruhi oleh

kondisi ekonomi, jika terjadi perubahan yang besar pada kondisi

perekonomian, maka akan berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang dan

akan mengakami perubahan dalam jumlah yang besar. Rumusnya sebagai

berikut

Kurs Jual+ Kurs Beli


Kurs Tengah=
2

Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah

terhadap dollar amerika serikat. Refrensinya dapat diperoleh di wabsite resmi

Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id. Kurs yang dipakai adalah rata-rata kurs tiap

bulan

d. Harga Saham

Harga saham adalah harga yang ditetapkan oleh suatu perusahaan

terhadap entitas lain yang ingin membeli hak kepemilikan saham atas

perusahaan tersebut . Harga saham juga merupakan indikator pengelolaan

perusahaan yang digunakan oleh investor untuk melakukan penawaran dan

permintaan saham. Semakin tinggi saham perusahaan maka semakin baik

pula perusahaan tersebut dalam memberikan keuntungan. Harga saham

yang diguakan dalah harga penutupan (closing price)


47

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis peneli

tian asosiatif dengan bentuk hubungan-sebab akibat (causal). Menurut (su

giyono, 2014:59), jenis penelitian bentuk hubungan-sebab akibat (causal)

adalah jenis penelitian yang dapat memberikan bukti empiris dan dapat me

ngetahui pengaruh makro ekonomi inflasi, nilai tukar, suku bunga terhada

p harga saham.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2013:80), adalah wilayah generalisa

si yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karastrist

ik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di

tarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan per

bankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2019-20

23 yang berjumlah 46 perusahaan.

Adapun populasi dalam peneliian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 b

erikut ini :

Tabel 3.1

Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

NO NAMA PERUSAHAAN KODE Taggal IPO

1. PT Bank Central Asia Tbk BBCA 31 Mei 2000

2. PT Bank Rakyat Indonesia BBRI 10 November 2003


48

3. PT Bank Negara Indonesia Tbk BBNI 25 November 1996

4. PT Bank Mandiri Tbk BMRI 14 Juli 2003

5. PT Bank Syariah Indonesia Tbk BRIS 9 Mei 2018

6. PT Bank Tabungan Negara Tbk BBTN 17 Desember 2009

7. PT Bank KB Bukopin Tbk BBKP 10 Juli 2006

8. PT Bank Raya Indonesia Tbk AGRO 8 Agustus 2003

9. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Ti BJTM 12 Juli 2012


mur Tbk
10. PT Bank BTPN Syariah Tbk BTPS 8 Mei 2018

11. PT Bank Jago Tbk ARTO 12 Januari 2016

12. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Bar BJBR 8 Juli 2010


at
13. PT Bank Neo Commerce Tbk BBYB 13 Januari 2015
49

14. PT Bank MNC Internasional Tbk BABP 15 Juli 2002

15. PT Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 29 November 1989

16. PT Bank Aladin Syariah Tbk BANK 1 Februari 2021

17. PT Bank Capital Indonesa Tbk BACA 4 Oktober 2007

18. PT Bank Danamon Tbk BDMN 6 Desember 1989

19. PT Bank Ganesha Tbk BGTG 12 Mei 2016

20. PT Bank Permata Tbk BNLI 15 Januari 1990

21. PT Bank Panin Dubai Syariah TBk PNBS 15 Januari 2014

22. PT Bank Pembangunan Daerah Banten T BEKS 13 Juli 2001


bk
23. PT Bank Bumi Arta Tbk BNBA 1 Juni 2006

24. PT Bank Maybank Indonesia Tbk BNII 21 November 1989


50

25. PT Bank BTPN Tbk BTPN 12 Maret 2008

26. PT Bank China Constr. Tbk MCOR 3 Juli 2007

27. PT bank Pan Indonesia Tbk PNBN 29 Desember 1982

28. PT Bank Victoria Intl. Tbk BVIC 30 Juni 1999

29. PT Bank Artha Graha Internasional Tbk INPC 23 Agustus 1990

30. PT Bank QNB Indonesia Tbk BKSW 21 November 2002

31. PT Bank Amar Indonesia Tbk AMAR 9 Januari 2020

32. PT Bank Mega Tbk MEGA 17 April 2000

33. PT Bank OCBC NISP Tbk NISP 20 Oktober 1994

34. PT Bank IBK Indonesia Tbk AGRS 22 Desember 2014

35. PT Bank Sinarmas Tbk BSIM 13 Desember 2010

36. PT Bank Oke Indonesia Tbk DNAR 11 Juli 2014


51

37. PT Bank Ina Perdana Tbk BINA 16 Januari 2014

38. PT Bank Nationalnobu Tbk NOBU 20 Mei 2013

39. PT Bank Mayapada Tbk MAYA 29 Agustus 1997

40. PT Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS 11 Juli 2013

41. PT bank Multiarta Sentosa Tbk MASB 30 Juni 2021

42. PT Bank JTrust Indonesia Tbk BCIC 25 Juni 1997

43. PT Bank Bisnis Internasional Tbk BBSI 7 September 2020

44. PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 SDRA 15 Desember 2006


Tbk
45. PT Bank Mestika Dharma Tbk BBMD 8 Juli 2013

46. PT Bank of India Indonesia Tbk BSWD 1 Mei 2002

47. PT Allo Bank Indonesia Tbk BBHI 12 Agustus 2015

Sumber : www.idx.go.id
52

3.3.2. sampel

Sampel menurut (Sugiyono, 2016), adalah bagian dari jumlah dan kar

astristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016:85),

purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbanga

n tertentu. teknik penarikan sampel purposive ini dilakukan dengan cara

memilih sampel dari suatu populasi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Adapun Kriteria yang digunakan adalah perusahaan perbankan milik

pemerintah dan pembangunan daerah.

Berdasarkan Kriteria diatas diperoleh 9 perusahaan yang memenuhi

snyarat untuk dijadikan sampel penelitian. Adapun perusahaan

perbankan milik negara dan pembangunan daerah dapat terlihat pada

tabel 3.3 dibawah ini

Tabel 3.3

Daftar nama perusahaan perbankan yang menjadi sampel penelitian

NO NAMA PERUSAHAAN KODE

1. BEKS

PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk

2. BJBR

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat

3. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tb

k BJTM
53

4. BBRI

PT Bank Rakyat Indonesia

5. BMRI

PT Bank Mandiri Tbk

6. BBNI

PT Bank Negara Indonesia Tbk

7. PT Bank Tabungan Negara Tbk BBTN

8. BRIS

PT Bank Syariah Indonesia Tbk

9. AGRO

PT Bank Raya Indonesia Tbk

Sumber : www.idx.go.id

3.4 Jenis Dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang dapat digunakan dalam penelitaian adal

ah sebagai berikut:

a. Data kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang be

rbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. (Sugiyono, 20

13:14).

b. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gamba

r (Sugiyono, 2013:14).
54

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang dapat memmberikan informasi m

engenai data. Sumber data dibagi menjadi dua sebagai berikut:

a. Data primer adalah merujuk pada jenis data yang dikumpulkan

secara langsung oleh peneliti , bukan dari sumber lain seperti

publikasi, laporan dan catatan (Priyono, 2008:183)

b. Data sekunder adalah merujuk pada jenis data yang dikumpulkan

berupa sumber seperti publikasi, laporan, basis, data dan catatan

yang dikumpulkan sebelumnya oleh peneliti lain dan kemudiam

digunakan oleh penleliti lain dalam bentuk mentah (Priyono,

2008:183)

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data seku

nder. Bentuk datanya berupa penutupan harga saham dan data

inflasi, nilai tukar dan suku bunga bulanan. Data ini diperoleh mela

lui situs resmi Bursa Eek Indonesia (BEI), dengan alamat www.idx.

co.id dan situs resmi BI (Bank Indonesia) dengan alamat

www.bi.go.id.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mendapatkan data dengan

menggunakan alat atau instrument tertentu sesuai dengan karastristik data.


55

Metode pengupulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel berupa catatan, transkip, buku surat kabar, majalah dan

sebagainya (Sugiyono 2014:274). Data diambil dengan cara menelusuri

data historis yang diperoleh dari wabsite Bank Indonesia (www.bi.go.id)

dan bursa Bursa Efek Indonesia.

3.4 Teknik Analisis Data

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2017:207) adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagimana adanya

tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku atau umum

generalisasi. Yang termasuk statistik deskriptif antara lain penyajian

data melalui perhitungan modus, median, mean, perhitungan desil,

persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata

atau standar deviasi

3.6.2 Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2015:261) analisis regresi digunakan untuk

melakukan prediksi seeberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai

variabel independen dimanipulasi (dirubah-ubah). Analisis regresi linier

berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besarnya pengaruh


56

antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel

dependen. Berdasarkan model analisis regresi linier berganda tersebut,

model analisis linier berganda pada penelitian ini adalah:

Y =a+b 1 X 1 +b 2 X 2+ b3 X 3 +e

Keterangan:

Y = Harga Saham

a = kostanta, yaitu Y jika X=0

b = koefesien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan

variabel Y yang didasarkan variabel X

X1 = Inflasi

X2 = Nilai Tukar

X3 = Suku Bunga

e = error (tingkat kesalahan)

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah salah satu uji yang dilakukan sebelum mel

akukan uji regresi. Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah p

ersamaan regresi yang telah ditentukan merupakan persamaan yang dap

at menghasilkan estimasi yang baik. Uji asumsi klasik terdiri dari:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai d

istribusi normal atau tidak. Menurut Priyatno (2012:144), model re

gresi yang baik adalah yang menggunakan uji kolmogorov-smirnov


57

memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Dalam hal

ini untuk mengetahui apakah distrinusiresidual terdistribusi secara

normal atau tidak, dapat dilihat dari data residualberdistribusi norm

al jika nilai signifikasi kolmogorov-smirnov¿ 0 , 05(Priyanto,2012:1

47).

2. Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas adalah keadaan dimana pada model regre

si ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati semp

urna antar variabel independen (Priyanto,2012:151). Model regresi

yang baik dikatakan apabila tidak terjadi korelasi diantara variabel i

ndepenten. Untuk mendeteksi terjadinya multikolineritas atau tidak,

dapat dilakukan dengan melihat tolerance in lactionvactor (FIV). D

engan ketentuan seagai berikut:

a. Jika nilai tolerance adalah < 0,1 dan VIF > 10, berarti terjad

i multikolonieritas

b. Jika nilai tolerance> 0,1 dan VIF < 10, berarti tidak terjadi

multikolonierits

3. Uji Hiteroskedastisitas

Hiteroskedastisitas adalah keadaan dimana dalam model regr

esi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada suatu pengamta

n ke pengamatan yang lain. (Priyatno, 2012:158). Uji ini bertujun u


58

ntuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan vriance d

ari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka di se

but homoskedastisitas dan jika berbeda maka di sebut hetroskedasti

sitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang homosked

astisitas atau tidak terjadi hetroskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya hetroskedastisitas dapat dil

akukan menggunakan uji Glejster, melihat pola titik-titik pada scatt

erplots regresi, atau uji koefesien korelasisperman’srho. Dalam pen

gujian ini menggunakan uji Glejster, dimana uji glejster dilakukan

dengan cara meregresikan antara variabel indevenden dengan nilai

absolut ridualnya. Jika signifikasi antara variabel independen deng

an absolut residualnya lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah h

etroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Menurut Priyanto (2012:175), uji autokorelasi bertujuan unt

uk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi ant

ara residual pada priode t dengan residual priode sebelumnya (t-1).

Autokorelasi muncul karena residual (kesalahan penggangu) tidak

bebas dari satu observasi lainnya.hal ini sering ditemukan pada data

runtun waktu (timeseries). Salah satu uji formal dalam mendeteksi

autokorelasi adalah uji Durbin-Watson, dasar pengambilan keputus

an ada tidaknya gejala autokorelasi (Gozali, 2011:111).

Tabel 3.3
59

Tabel Pengambilan Keputusan Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada
Tolak 0< d< dl
autokorelasi positif

Tidak ada
No desicision dl ≤ d ≤ du
autokorelasi positif

Tidak ada

autokorelasi Tolak 4−dl< d <4

negative

Tidak ada

autokorelasi No desicision 4−du ≤ d ≤ 4−dl

negative

Tidak ada

autokorelasi, positif Tidak ditolak du< d <4−du

atau negative

Sumber : Ghozali 2012:110 dalam Anggreksa 2020

Jika hasil yang didapatkan berada pada du< d <4−du maka

artinya tidak terjadi korelasi antara data yang diurutkan

berdasarkan urutan pada waktu penelitian ini.

3.6.4 Pengujian Hipotesis

3.6.4.1 Pengujian Secara Parsial (uji t-test)

Menurut Priyanto (2012:139), uji t atau koefesien regresi se

cara parsial digunakkan untuk mengetahui apakah secara parsial va

riabel independen berpengruh secara signifikan atau tidak terhadap


60

variabel dependen. Untuk menentukan t tabel, t tabel dicari pada si

gniikasi 0,05/2=0,025 (uji dua sisi) dengan derajat kebebasan df=n-

k-l. Adapun pengujian yang bisa dilakukan sebagai berikut:

a) Membandingkan t hitung dengan t ttabel:

 Jika –t hitung tabel maka Ho diterima, Ha ditolak

 Jika –t hutung < -t tabel maka Ho ditolak, Ha diterima

b) Membandingkan dengan tingkat signifikasi :

 Jika signifikasi < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima

 Jika signifikasi > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak

3.6.4.2 Pengujian Secara Simultan (uji F)

Uji signifikansi simultan (Uji F) digunakan untuk menunju

kkan apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model m

empunyai pengaruh secara bersama-samaan erhadap variabel depen

den (Gozali, 2009). Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikans

i 0,05. Pengujian hipotesis penelitian ini didasarkan pada kriteria pe

ngambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika sig F hitung < 0,05 maka Ha diterima, berarti variabel ind

epen secara keseluruhan atau bersama-sama mempengaruhi

variabel dependen.

b. Jika sig F hitung > 0,05 maka Ha ditolak,, berarti variabel inde

penden secara keseluruhan atau bersama-sama tidak mempe

ngaruhi variabel dependen.


61
62

Anda mungkin juga menyukai