Makalah Tarikh Tasyri' Kel 5 PAI E
Makalah Tarikh Tasyri' Kel 5 PAI E
Makalah Tarikh Tasyri' Kel 5 PAI E
Disusun oleh:
Kishi Fathya Ramadhanti 2108101162
Ribkah Aufa Hudaybiyah 2108101176
Ahmad Shobar Shubhi 2108101187
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat,
ilmu pengetahuan kemudahan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hukum Islam Pada Periode Sahabat Kecil
dan Tabi’in Besar” sebagai tugas kelompok dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Shalawat dan salam tidak lupa pula kita sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Dan juga penulis berterima kasih kepada dosen
pengampu Ibu Umihani, M. Pd. I selaku dosen mata kuliah Tarikh Tasyri’ yang
telah memberikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan ini jauh dari kata
sempurna. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan atau
kesalahan, baik dalam penulisan ataupun pembahasannya, maka penulis sangat
menyadari bahwa semua itu atas keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Penulis
berharap kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada pihak yang telah berperan
dalam pembuatan makalah ini, dan semoga hasil makalah ini dapat memberikan
manfaat dan dapat dijadikan wacana untuk memperluas wawasan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Kondisi Hukum Pada Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in Besar.............3
B. Munculnya Orientasi Hukum Islam Irak dan Hijaz.............................8
C. Pandangan Hukum Islam Menurut Khawarij, Syi’ah, dan Jumhur....14
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan-persoalan yang terdapat dalam masyarakat bervariasi
sepanjang zaman, hal ini perlu dituntaskan dengan segala keputusan yang
tepat dan bijak serta masih berpedoman sesuai syariat. Sepeninggalan Nabi
Muhammad sebagai Otoritas tunggal dalam kepemimpinan baik negara
maupun agama, tidak dapat digantikan segala keputusannya yang muncul
sebagai ijtihad dari dirinya maupun wahyu yang datang padanya,
sebagaimana kita ketahui bahwasannya hal tersebut merupakan mu’zizat
daripadanya.
Tasyri’ pada periode Sahabat kecil dan Tabi’in ini dimulai oleh Bani
Umayyah yang didirikan oleh Mu’awiyah ibn Abi Sufyan pada tahun 41 H.
Hingga timbul berbagai segi kelemahan pada kerajaan Arab pada awal abad
ke 11 H. Mulainya Tasyri’ pada periode ini yaitu awal abad ke-2 H dan
berakhir pada abad ke-4 H. Kurang lebih periode ini berjalan sekitar 200
tahun yang dikenal dengan fase imam-imam Mujtahidin juga pembukuan dan
pembangunan madzhab.
Namun tidak dapat dipungkiri pertumbuhan tasyri’ setelah masa
Rasulullah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut dilalui
secara bertahap di setiap periode atau masa tertentu. Dalam setiap periode,
pertumbuhan tasyri’ memiliki karakter dan alur perkembangan yang berbeda-
beda yang disebabkan oleh kondisi pada setiap periode yang berbeda pula.
Salah satu periode tersebut ialah pada masa sahabat shighor dan tabi’in.
Mereka para sahabat yang hidupnya tak lama bersama nabi mencoba
membuat, menetapkan, membentuk tasyri’ tasyri’ dengan metode-metodenya.
Perkembangan pesat yang dicapai mempengaruhi pertumbuhan
hukum Islam pada saat itu. Asumsi ini didasarkan pada fakta bahwa suatu
hukum yang terbentuk tak lepas dari kondisi (konteks) yang berlangsung pada
saat itu.
1
2
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana kondisi hukum Islam pada masa sahabat kecil dan tabi’in
besar?
b. Bagaimana munculnya orientasi hukum Islam Irak dan Hijaz?
c. Bagaimana pandangan hukum Islam menurut Khawarij, Syi’ah, dan
Jumhur?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana kondisi hukum Islam pada masa sahabat
kecil dan tabi’in besar.
b. Untuk mengetahui bagaimana munculnya orientasi hukum Islam Irak dan
Hijaz.
c. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum Islam menurut
Khawarij, Syi’ah, dan Jumhur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Hukum Islam Pada Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in Besar
1. Hukum Islam Pada Masa Sahabat Kecil
Antara Islam sebagai agama dan Hukum terdapat kaitan
langsung yang tidak mungkin diingkari. Keduanya saling berkaitan,
sehingga pembahasan hukum pasti melibatkan Islam (baca: agama),
karena pemeluk Islam yang disebut muslim memiliki ketentuan sendiri
dalam hukum, yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Sahabat kecil hanyalah sebuah istilah, seperti halnya dengan sahabat
besar, yakni masa pemerintahan Khulafa ar-Rasyidin. Masa Sahabat besar
dimulai pada tahun 11 Hijrah hingga akhir masa pemerintahan Ali bin
Abu Thalib r.a. Selanjutnya masa pemerintahan digantikan oleh
1
Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang dikenal dengan masa Sahabat kecil.
Masa Sahabat kecil dimulai dari pemerintahan Mu’awiyah hingga
awal abad kedua Hijriah. Masa ini dimulai dari tahun jama’ah, yakni
tahun 41 Hijirah yang pada tahun ini umat Islam bersatu (kecuali
Khawarij dan Syi’ah) untuk mengakui Khalifah Mu’awiyah, setelah
Hasan dengan ikhlas turun dari tahta kekhalifahan, yang dengan demikian
tegaklah daulah Bani Umayyah.
Kekuasaan Mu’awiyah yang merupakan awal kekuasaan bani
Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi
monarki (kerajaan turun temurun). Pemerintahan ini diperoleh dengan
cara kekerasan, diplomasi, dan tipu daya, tidak dengan cara pemilihan
2
dari suara terbanyak. Dari sisi sejarah, pada masa ini merupakan salah
satu kemajuan Islam yang pertama, termasuk pada masa Khulafah ar-
Rasyidin.
1
Sahabat kecil diartikan sebagai orang arab yang sudah masuk Islam, tetapi pada saat itu dia
belum baligh. Muhammad Siddiq al-Minsyadi, Qamus Musthalahat al-Hadis an-Nabawy, (ttt. Dār
al-Fadlilah, tt.h), h. 29
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 42
3
4
3
Deddy Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, (Bandung: Tsabita, 2010), h. 254
4
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam; Melacak Akar-akar Sejarah,
Politik, dan Budaya Umat Islam. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004). h. 2
5
kedua, juga disebabkan karena terbatasnya media dan alat, seperti media
transportasi dan alat telekomunikasi.
Akibat dari kurangnya media, para mufti, ulama’, dan hakim, merasa
kesulitan untuk mendapatkan hadis sahih yang menjadi sandaran dalam
berijtihad dan penetapan hukum. Dalam masa ini berkembanglah dua
kelompok yang besar, yaitu ahl al-hadis dan ahl al-ra’yi. Kedua kelompok
ini berbeda dalam menetapkan hukum dari suatu masalah, yang pertama
menggunakan hadis dalam penetapannya, kemudian yang keduan
menggunakan akal dalam penetapan sebuah hukum. 5
Fenomena tentang ijtihad ini sudah ada semenjak khalifah Abu
Bakar r.a atas usul Umar bin Khattab r.a., dengan catatan bahwa yang
menjadi prioritas rujukan utama adalah al-Qur’an. Bahkan ketika zaman
Rasul pun sudah ada tetapi hanya perkara-perkara tertentu yang
disebabkan sulitnya berkonsultasi kepada Rasul. Setelah kekhalifahan
berpindah ke tangan Umar bin Khattab r.a, porsi ijtihad semakin besar.
Bahkan ia berpesan tentang ijtihad ini kepada hakim bernama Suraih,
yang berisi: 6
a. Berpeganglah pada al-Qur’an dalam menyelesaikan kasus
b. Apabila tidak terdapat dalam al-Qur’an, maka berpeganglah kepada
al-Sunnah.
c. Apabila tidak terdapat pada keduanya, maka berijtihadlah.
Pada saat itu sudah terjadi ijtihad terhadap kasus yang tidak terdapat
dalam kedua sumber utama. Pada masa sahabat kecil pun demikian,
karena semakin pelik masalah umat Islam yang dikarenakan wilayah
kekuasaan semakin luas menjadikan hukum Islam harus fleksibel.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pada periode ini umat
Islam terpecah menjadi tiga golongan, yaitu penentang Ali dan
Mu’awiyah (Khawarij), pengikut setia Ali (Syi’ah) dan Jumhur. Dengan
pecahnya umat Islam menjadi tiga golongan tersebut membawa pengaruh
dalam pembinaan hukum Islam, hal ini karena ketiga golongan tersebut
5
Deddy Ismatullah, loc. cit, h. 255
6
Ibid. h. 101
6
7
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), 16
8
‘Umar Sulaiman Al-‘asyqar, Tarikh Al-Fiqh Al-Islami. (Amman: Dar Al-Nafa’is, 1991), 81
9
10
Budhy Munawar Rahman (ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, cet. II,
(Jakarta:Yayasan Paradigma, 1995), p. 238
11
Mun’in A.Sirry, Sejarah Fiqh Islam, Sebuah Pengantar, Cet. II,(Surabaya: Risalah Gusti, 1996),
p.52
11
12
Mun’in A.Sirry, loc cit, p. 67
13
Ahmad Amien, Dhuha al Islam, Juz. II, Cet. X, (Beirut: Darul Kuttab, Arabiyah, 1975), p. 153
14
Ibid, p. 59
12
15
Al-Khudlari Beik, loc cit, p. 158-162
16
Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, alih bahasa:Ahamadie Thaha, Cet. I, (Jakarta: Pustaka
1986), p. 566
13
Seperti khawarij yang selalu cenderung kepada Abu Bakar, Umar dan
orang yang mengikutinya, dan mereka melepaskan diri dari Utsman, Ali dan
Mua’wiyah. Begitupun dengan Syi’ah yang mempunyai kecenderungan
kepada Ali dan Keluarganya, dan mereka hanya menerima dalil dari orang
separtainya saja. Karena itulah mereka tidak berdalil dengan pendapat
seseorang yang bukan dari golongannya. Sedangkan pendukung Muawiyah
atau jumhur Islam mereka lari dari dua golongan itu dan tidak menempatkan
timbangan untuk mereka. Pergolongan ini mempunyai pengaruh yang besar
dalam istimbath.
1. Khawarij (Golongan yang keluar dari Ali dan Muawiyah)
Khawarij adalah golongan orang-orang yang kecewa dengan proses
tahkim (perdamaian) pada masa Ali, akibat dari kejahilan mereka, mereka
mengkafirkan Ali pun juga Muawiyah. Dan mereka berpendapat
bahwasanya wajib untuk melantik seorang khalifah yang taat beragama
versi mereka.
Dibawah ini ada beberapa penempatan hukum islam dari golongan
khawarij.
a. Seorang pemimpin ummat Islam tidak harus keturunan dari quraisy,
dan setiap orang yang beragama Islam berhak menjadi pemimpin, baik
dari kalangan budak maupun merdeka.
b. Sanksi bagi pelaku zina adalah 100x pukulan dan tidak ditambah
dengan ranjam.
c. Menikahi cucu perempuan itu boleh sebab yang diharamkan dalam Al-
Qu’an itu adalah anak bukan cucu.
d. Menikah dengan perempuan yang tidak masuk sekte Khawarij tidaklah
sah karena dianggap kafir.
e. Ketika terjadinya perang antara kelompok khawarij dan ummat islam
bukan khawarij yang boleh dijadikan ghanimah adalah senjata dan
kuda.
2. Syi’ah (Pengikut setia Ali bin Abi Thalib)
16
22
Bik, Hudhari. alih bahasa Drs. Muhammad Zuhri. 1980. Tarjamah Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami
(Sejarah Pembinaan Hukum Islam). Semarang: Darul Ikhya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kami membuat beberapa kesimpulan
berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan. Adapun kesimpulan
tersebut adalah sebagai berikut:
Masa Shahabat kecil dimulai dari pemerintahan Mu’awiyah hingga
awal abad kedua Hijrah. Masa ini dimulai dari tahun jama’ah, yakni tahun 41
Hijrah yang pada tahun ini ummat Islam bersatu (kecuali Khawarij dan
Syi’ah) untuk mengakui Khalifah Mu’awiyah, setelah Hasan dengan ikhlas
turun dari tahta kekhalifahan, yang dengan demikian tegaklah daulah
Amawiyah, Bani Umayah.
Pada masa Tabi’in Besar hukum Islam ditandai dengan munculnya
aliran-aliran politik secara implisit mendorong terbentuknya aliran hukum.
Dari masing-masing aliran memiliki pendapat tersendiri dan memiliki murid
serta pengikut tersendiri. Secara tidak langsung terbentuknya aliran ini
membuktikan bahwa dalam Islam terdapat kebebasan berpikir dan masing-
masing saling bertoleransi/saling menghargai perbedaan. Perbedaan itu tidak
menjadi penghalang dalam kebersamaan dan ukhwah islamiyah. Secara
umum masa tabi’in dalam penetapan dan penerapan hukum mengikuti
langkah-langkah yang telah dilakukan oleh sahabat dalam istinbath al-ahkam.
Pada periode ini ummat Islam terpecah menjadi tiga golongan, yaitu
penentang Ali dan Mu’awiyah (Khawarij), pengikut setia Ali (Syi’ah) dan
Jumhur. Dari ketiga golongan ini membawa pengaruh khusus dalam
pembinaan hukum Islam. Dengan pecahnya ummat Islam menjadi tiga
golongan tersebut membawa pengaruh dalam pembinaan hukum Islam.
17
DAFTAR PUSTAKA
18