0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan31 halaman

RAMA_13101_10012682024006_0009067602_0014096907

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 31

1

TESIS

ANALISIS KEBIJAKAN PENDAMPINGAN


PENGURUSAN IZIN EDAR PANGAN BEKU DAN
PERSEPSI IZIN EDAR PADA USAHA
MENENGAH KECIL MIKRO PEMPEK
DI KOTA PALEMBANG

OLEH :
NAMA : YARNIS
NIM : 10012682024006

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S2)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
1
Universitas Sriwijaya
2

TESIS

ANALISIS KEBIJAKAN PENDAMPINGAN


PENGURUSAN IZIN EDAR PANGAN BEKU DAN
PERSEPSI IZIN EDAR PADA USAHA
MENENGAH KECIL MIKRO PEMPEK
DI KOTA PALEMBANG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar (S2)


Magister Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

OLEH :
NAMA : YARNIS
NIM : 10012682024006

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S2)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
2
Universitas Sriwijaya
iii
Universitas Sriwijaya
iv
Universitas Sriwijaya
v
Universitas Sriwijaya
vi
Universitas Sriwijaya
ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Karya tulis ilmiah berupa Tesis
9 Februari 2022
Yarnis, Dibimbing oleh Misnaniarti, Yuanita Windusari

Analisis Kebijakan Pendampingan Pengurusan Izin Edar Pangan Beku dan Persepsi
Izin Edar pada Usaha Menengah Kecil Mikro Pempek di Kota Palembang

ABSTRAK

Latar Belakang : Pandemi Covid-19 di Indonesia membuat hampir seluruh


pemasukan usaha diberbagai sektor terjun bebas, sama halnya dengan pengusaha
kuliner pempek, salah satu UMKM) yang terkena dampak pandemik. Upaya yang
dilakukan dengan membuat kemasan beku kuliner pempek yang diharapkan bertahan
lama dan bisa dikirim ke berbagai daerah dengan kondisi yang masih bagus, namun
pengemasan beku pempek atau yang dikenal dengan Frozen Food, sehingga pelaku
UMKM wajib memiliki izin edar yang dikeluarkan oleh BPOM. Tujuan : Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam Kebijakan Pendampingan
Pengurusan Izin Edar Pangan Beku dan persespsi bagi Usaha Menengah Kecil Mikro
Pempek di Kota Palembang. Hasil: Pendampingan UMKM Pempek di Kota
Palembang sudah berjalan dengan baik sesuai dengan penerimaan izin edar pada
pelaku usaha UMKM Pempek Beku yang mendapatkan pendampingan, Input terdiri
dari SDM, anggaran, sarana dan prasarana dalam pendampingan UMKM Pempek di
Kota Palembang sudah cukup memadai sesuai dengan kebutuhan UMKM. Process
yang terdiri perencanaan, pembinaan dan pengawasan dalam dalam pendampingan
UMKM Pempek sudah dilaksanakan sesuai standar operational procedure (SOP)
yang ada. Ouput berupa rekomendasi BBPOM di Palembang untuk pengurusan Izin
Edar BPOM seluruhnya sudah selesai tepat waktu. Outcome berupa persepsi yang
dirasakan oleh UMKM Pempek yang didampingi di Kota Palembang terkait
penerimaan izin edar BPOM diketahui terdapat sekitar 60,0% pelaku usaha yang
mendukung pentingnya izin edar. Kesimpulan: berdasarkan hasil penelitian bahwa
kegiatan pendampingan terhadap pelaku UMKM sudah berjalan sesuai keinginan
berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan, serta di peroleh juga hasil sebagian
besar pelaku UMKM mendukung dengan adanya izin edar sehingga produk Pempek
Beku yang masuk kategori Pangan Risiko Tinggi layak di pasarkan secara nasional
dan internasional, sehingga UMKM pempek menjadi semakin berkembang. Perlunya
UMKM yang bisa menjadi contoh memotivasi pelaku UMKM yang lain untuk
mengurus izin edar, sehingga UMKM pempek di Kota Palembang menjadi maju.
Kata Kunci : Izin Edar, UMKM, Keamanan Pangan, Pempek Beku dan Frozen
Food.

vii
Universitas Sriwijaya
HEALTH POLICY ADMINISTRATION
MASTER PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SRIWIJAYA
Scientific Paper in the form of Thesis
9 February 2022
Yarnis; Supervised by Misnaniarti, Yuanita Windusari
The Analysis of Assistance Policy in the Processing of Frozen Food Distribution
Permits and its perception on Small and Medium Enterprises in Palembang City

ABSTRACT

Background: In Indonesia, the COVID-19 pandemic has caused almost all business
income in various sectors to plummet, including pempek culinary entrepreneurs, one
of the SMEs that suffered from the pandemic. Efforts have been made to make frozen
pempek culinary packaging, which is expected to last a long time and can be shipped
to various regions in good condition. The frozen pempek packaging is known as
frozen food. In this sector, SME actors are required to have a distribution permit
issued by National Agency of Drug and Food Control of Indonesia (BPOM).
Purpose: This study aims to analyze the assistance policy in the processing of frozen
food distribution permits comprehensively and its perception on small and medium
enterprises (SMEs) in Palembang City. Result: The Pempek SME assistance in
Palembang City has been progressing in accordance with the acceptance of frozen
Pempek SME actors who have received assistance. The input consists of human
resources, budget, facilities, and infrastructure in assisting Pempek SMEs in
Palembang City is sufficient in accordance with the needs of SMEs. The process,
which consists of planning, coaching, and supervising the assistance of Pempek
SMEs, has been carried out in accordance with the existing standard operating
procedures (SOPs). The output, in the form of recommendations from BPOM in
Palembang, for the processing of the distribution permit has all been completed on
time. The perception felt by Pempek SMEs who got assistance in Palembang city
regarding the acceptance of the BPOM distribution permit was found to be around
60.0% of business actors who supported the importance of distribution permits.
Conclusion: Based on the results of the research, mentoring activities for SME actors
have been running as desired based on the results of interviews conducted, and the
results also obtained that most SME actors support the existence of distribution
permits. Hence, frozen Pempek products, which are included in the high-risk food
category, can be marketed nationally and internationally, thereby enabling the
pempek SMEs to thrive. The Pempek SMEs need to be a role model for motivating
other SME actors to process the distribution permits so that Pempek SMEs in
Palembang City become advanced.
Key Words: Distribution Permit, SME, Food Security, Frozen Pempek and Frozen
Food.

viii
Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa karena
berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesiakan Tesis ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari tesis ini adalah “Analisis Kebijakan Pendampingan
Pengurusan Izin Edar Pangan Beku dan Persepsi Izin Edar pada Usaha Menengah
Kecil Mikro Pempek di Kota Palembang”. Tesis ini merupakan salah satu syarat
akademik dalam menyelesaikan kewajiban pembuatan tesis penelitian pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Kajian Utama
Administrasi Kebijakan Kesehatan Universitas Sriwijaya Palembang.
Proses penulisan dan penyelesaian berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H Anis Saggaf, tesis ini dapat berjalan dengan baik karena
adanya dukungan dari M.S.C.E., selaku rektor Universitas Sriwijaya
2. Ibu Dr. Misnaniarti, S.K.M.,M.K.M, selaku dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
3. Ibu Dr. Rostika Flora, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat
4. Ibu Dr. Misnaniarti, S.K.M.,M.K.M,, selaku pembimbing I
5. Ibu Prof. Dr .Yuanita Windusari, S.Si.M.Si, selaku pembimbing II
6. Bapak Drs.Martin Suhendri,Apt.,M.Farm selaku Kepala Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan di Palembang sebagai tempat penelitian
7. Ibu Prof.Dr.Hilda Zulkifli, M.Si., DEA, Bapak Dr.Andries Lionardo, S.IP.,
M.Si., dan Ibu Dr.Haerawati Idris,S.K.M.,M.Kes selaku penguji
8. Rekan-rekan angkatan 2020 Program Studi S2 IKM Universitas Sriwijaya
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan. Sehingga,
penulis mengharapkan masukan bagi tesis ini dan penulis tetap berharap kiranya tesis
ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain.

Palembang, Februari 2022

Yarnis

ix
Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................... i
COVER ........................................................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS.......................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................ v
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 10
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 10
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 10
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 13
2.1 Pangan dan Pangan Olahan serta Izin Edar ....................................................... 13
2.1.1 Definisi Pangan dan Pangan Olahan .......................................................... 13
2.1.2 Izin Edar Pangan Olahan ............................................................................ 14
2.2 UMKM .............................................................................................................. 16
2.2.2 Jenis-Jenis UMKM ..................................................................................... 16
2.3 Keamanan Pangan ............................................................................................. 18
2.3.1 Peran BPOM dalam Pengawasan Keamanan Pagan .................................. 18
2.3.2 Penyelenggaraan Keamanan Pangan di Indonesia ..................................... 19
2.4 Pangan Olahan Beku.......................................................................................... 20
2.4.1 Definisi Makanan Beku .............................................................................. 20
2.4.2 Jenis-Jenis Makanan Beku (Frozen Food) ................................................. 21
2.5 Faktor-Faktor Yang terkait Program Pendampingan ......................................... 22
2.5.1 Sumber Daya Manusia ............................................................................... 22
2.5.2 Sarna dan Prasarana .................................................................................... 22
2.5.3 Sumber Dana (Anggaran) ........................................................................... 23
2.5.4 Pembinaan .................................................................................................. 23
2.5.5 Perencanaan ................................................................................................ 24
2.5.6 Pengawasan ................................................................................................ 24
2.6 Konsep Perilaku ................................................................................................. 24
x
Universitas Sriwijaya
2.7 Persepsi .............................................................................................................. 35
2.8 Kerangka Teori .................................................................................................. 36
2.9 Kerangka Konsep............................................................................................... 37
2.10 Definisi Istilah .............................................................................................. 38
2.11 Definisi Operasional ..................................................................................... 39
2.11 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 48
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 48
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 48
3.3 Informan Penelitian Kualitatif ........................................................................... 49
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian Kuantitatif ...................................................... 50
3.4.1 Populasi ...................................................................................................... 50
3.4.2 Sampel ........................................................................................................ 50
3.5 Jenis Data, Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................................... 50
3.6 Variabel Penelitian Kuantitatif .......................................................................... 51
3.6.1 Variabel Terikat .......................................................................................... 51
3.6.2 Variabel Bebas ............................................................................................ 52
3.7 Pengolahan Data Kuantitatif ....................................................................... 52
3.8 Validasi Data Kualitatif ..................................................................................... 53
3.9 Pengolaha n data Kualitatif................................................................................ 54
3.10 Analsis Data Kuantitatif ............................................................................... 55
3.10.1 Anaslisis Univariat ................................................................................... 55
3.10.2 Analisis Bivariat ....................................................................................... 56
3.10.3 Analisis data Kualitatif ............................................................................. 56
3.11 Etika Penelitian............................................................................................. 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 58
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................................. 58
4.1.1 Visi dan Misi .............................................................................................. 60
4.2 Hasil Penelitian .................................................................................................. 60
4.2.1 Analisis Data Kualitatif .............................................................................. 60
4.2.2 Analisis Data Kuantitatif ............................................................................ 93
4.3 Pembahasna ..................................................................................................... 104
4.3.1 Pembahasan Hasil Kualitatif .................................................................... 104
4.3.2 Pembahasan Hasil Kuantitatif .................................................................. 111
4.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 126
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 126
5.2 Saran ................................................................................................................ 127
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 129
Lampiran ................................................................................................................. 133

xi
Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteritik Informan Penelitian ............................................................... 61


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Penerimaan
Program Pendampingan Umkm Pempek Beku Dalam Pengurusan Izin Edar
Bpom di Palembang Tahun 2021 ............................................................... 93
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan, Pengetahuan,
Kepercayaan Terhadap Pendaping Umkm Pempek Beku Dalam
Pengurusan Izin Edar Bpom di Palembang Tahun 2021 ............................ 94
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemudahan Akses,
Ketersedian Akses, Dukungan Para Pelaku, Dukungan Petugas, Dan
Dukungan Kebijakan Pendaping Umkm Pempek Beku Dalam Pengurusan
Izin Edar Bpom Di Palembang Tahun 2021 ............................................... 94
Tabel 4.5 Penerimaan Program Pendampingan Umkm Pempek Beku Dalam
Pengurusan Izin Edar Bpom di Palembang Tahun 2021 ............................ 95
Tabel 4. 6 Hubungan Variabel Umur Dengan Penerimaan Pentingnya Izin Edar Pada
Pelaku Usaha Umkm Pempek Di Kota Palembang .................................... 95
Tabel 4. 7 Hubungan Variabel Jenis Kelamin Dengan Penerimaan Pentingnya Izin
Edar Pada Pelaku Usaha Umkm Pempek di Kota Palembang ................... 96
Tabel 4. 8 Hubungan Variabel Pendidikan Dengan Penerimaan Pentingnya Izin Edar
Pada Pelaku Usaha Umkm Pempek di Kota Palembang ............................ 97
Tabel 4. 9 Hubungan Variabel Pendapatan Dengan Penerimaan Pentingnya Izin Edar
Pada Pelaku Usaha Umkm Pempek di Kota Palembang ............................ 98
Tabel 4. 10 Hubungan Variabel Pengetahuan Dengan Penerimaan Pentingnya Izin
Edar Pada Pelaku Usaha Umkm Pempek di Kota Palembang ................... 98
Tabel 4. 11 Hubungan Variabel Kepercayaan Terhadap Pendampingan Pengurusan
Izin Edar Dengan Penerimaan Pentingnya Izin Edar Pada Pelaku Usaha
Umkm Pempek di Kota Palembang............................................................ 99
Tabel 4. 12 Hubungan Variabel Kendala Dan Dismotivasi Terhadap Pengurusan Izin
Edar Dengan Penerimaan Pentingnya Izin Edar Pada Pelaku Usaha Umkm
Pempek di Kota Palembang...................................................................... 100
Tabel 4. 13 Hubungan Variabel Kemudahan Akses Pelayanan Pengurusan Izin Edar
BPOM Dengan Penerimaan Pentingnya Izin Edar Pada Pelaku Usaha
Umkm Pempek di Kota Palembang.......................................................... 101

xii
Universitas Sriwijaya
Tabel 4. 14 Hubungan Variabel Ketersediaan Akses Informasi Mengenai Pengurusan
Izin Edar Bpom Dengan Penerimaan Pentingnya Izin Edar Pada Pelaku
Usaha Umkm Pempek di Kota Palembang .............................................. 101
Tabel 4.15 Hubungan Variabel Dukungan Para Pelaku Usaha Dalam
Paguyuban/Perkumpulan/Asosiasi Dengan Penerimaan Pentingnya Izin
Edar Pada Pelaku Usaha Umkm Pempek di Kota Palembang ................. 102
Tabel 4.16 Hubungan Variabel Dukungan Petugas Layanan Publik Bbpom Di
Palembang Dengan Penerimaan Pentingnya Izin Edar Pada Pelaku Usaha
Umkm Pempek di Kota Palembang.......................................................... 103
Tabel 4.17 Hubungan Variabel Dukungan Kebijakan Pemerintah Dengan Penerimaan
Pentingnya Izin Edar Pada Pelaku Usaha Umkm Pempek di Kota
Palembang ................................................................................................ 104

xiii
Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori………………………………………………………...21


Gambar 2.2. Kerangka Pikir ………………………………………………………...22
Gambar 3.1. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif……………….39

xiv
Universitas Sriwijaya
DAFTAR SINGKATAN

BTP : Bahan Tambahan Pangan


UMKM : Usaha Menengah Kecil Mikro
FGD : Focus Group Disscusion
IRT : Industri Rumah Tangga
MD : Makanan Dalam negeri
CPPB-IRT : Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah
Tangga
P-IRT : Pangan Industri Rumah Tangga
IKM : Industri Kecil Menengah
ASPPEK : Asosiasi Pengusaha Pempek
CPPPOBB : Cara Pengolahan dan Penanganan Pangan Olahan Beku yang
Baik
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
BBPOM di : Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Palembang
Palembang
CPPOB : Cara Pembuatan Pangan Olahan yang Baik
UPT : Unit Pelaksana Teknis
PP : Peraturan Pemerintah
UU : Undang-Undang
SDM : Sumber Daya Manusia
Covid-19 : Corona Virus Diseases 19

xv
Universitas Sriwijaya
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan menjelaskan
bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan
konsumsi. Pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada
tingkat nasional maupun daerah secara merata di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber
daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Sebagai negara dengan jumlah penduduk
yang besar dan di sisi lain memiliki sumber daya alam dan sumber Pangan yang
beragam, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan Pangannya secara berdaulat
dan mandiri (Perpres No 18, 2012).
Salah satu pangan yang harus di jaga kualitasnya yaitu pangan olahan beku.
Pangan olahan beku termasuk pangan berisiko tinggi (high risk) karena
memerlukan pengaturan suhu yang tepat selama penanganan, pengolahan, hingga
distribusi dan penyajian di ritel. Selain itu bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi pangan olahan beku sebagian besar berasal dari bahan pangan yang
berisiko tinggi seperti unggas, ikan, dan daging. Hal tersebut menjadi tantangan
bagi UMKM karena mereka dituntut untuk bisa menghasilkan produk yang
memenuhi standar keamanan dan mutu pangan yang berkualitas dan sehat
(BPOM, 2019a).
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang pangan, berbagai
jenis produk pangan berkembang sangat cepat, tak terkecuali pangan olahan beku.
Gaya hidup yang menuntut semuanya berjalan cepat turut mendorong
berkembangnya produk tersebut. Pembekuan pangan membuat penyiapan pangan
1
Universitas Sriwijaya
2

menjadi lebih mudah. Di samping itu, pembekuan diyakini merupakan cara


pengawetan pangan yang aman karena tidak memerlukan penambahan bahan
pengawet (BPOM, 2019)
Berdasarkan Kementerian Koperasi bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM)
mencatat kontribusi sektor UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
meningkat dari 57.84% menjadi 60.34%. Sektor kuliner dianggap paling besar
berkontribusi terhadap PDB yaitu sebesar 209 triliun rupiah atau 32.50%. UMKM
menyerap banyak tenaga kerja hingga mencapai 97.22% dalam 5 tahun terakhir
(Amalyah, 2021) Peran UMKM dalam perkembangan perekonomian berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya dapat mengurangi pengangguran dan terus
bermunculannya penciptaan usaha baru di bidang kuliner sehingga harus
meningkatkan kualitas dan keamanan bagi konsumen (Prasetyo, 2009).
Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga
aman untuk dikonsumsi (PP No 86, 2019).
Berdasarkan Rencana Strategis Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Palembang tahun 2020-2024 permasalahan keamanan pangan yang ada di
Indonesia umumnya didominasi oleh permasalahan yang terkait penerapan prinsip
produksi pangan olahan yang baik, termasuk penggunaan Bahan Tambahan
Pangan (BTP) yang melebihi batas dan penggunaan bahan kimia yang dilarang
karena berbahaya untuk pangan, misalnya formalin, boraks, dan zat pewarna non
pangan, khususnya pada level industri rumah tangga dan UMKM (Asri Silvana
Naiu, 2018). Dalam hal pangan risiko tinggi sudah sebaiknya memperhatikan
Hazard Analytical Critical Control Point (HACCP) (Fais dan Mahasri, 2020).
HACCP merupakan konsep yang bertujuan untuk mencegah hal-hal yang
dapat membahayakan keamanan konsumen berupa kerusakan dan atau
kontaminasi mikroorganisme bahan makanan yang dapat menimbulkan penyakit
misalnya seperti Salmonela, Escherichea coli dan coliform, kontaminasi

Universitas Sriwijaya
3

mikroorganisme dapat terjadi mulai pada tahap awal yaitu dari penerimaan bahan
baku, penanganan, penyimpanan sampai distribusi (Lestari, 2020).
Hal ini terjadi sebagai akibat dari tidak diterapkan teknik sanitasi dan higiene
yang baik sejak awal sampai akhir produksi kerusakan atau kontaminasi
disebabkan karena bahan pembersih, bahan pengawet, wadah tempat meletakan
produk, kondisi pakain dan atribut karyawan, kondisi suhu penyimpanan atau
pengolahan, kecerobohan kerja, serta sarana dan prasarana yang sudah tidak
memenuhi standar serta kebersihan lingkungan kerja yang tidak diperhatikan
sehingga pada prinsipnya tidak memenuhi persyaratan cara produksi yang baik
dan benar (Dwi et al., 2021).
Dalam hal tersebut pemberdayaan UMKM, Badan POM ikut berkomitmen
untuk terus berupaya mengawal pendampingan dan pemberian insentif yang
memberikan kemudahan berusaha bagi UMKM. Tujuan dari upaya yang
dilakukan tersebut adalah untuk terus meningkatkan kapasitas, kualitas serta daya
saing UMKM. Upaya ini tentunya juga sangat sejalan dengan Undang-undang
Cipta Kerja yang menjadi komitmen Pemerintah dalam meningkatkan daya saing
UMKM melalui percepatan perizinan (BPOM RI, 2021)
Menurut (Purwaningsih et al., 2020) kebanyakan UMKM adalah home
industry yang kemudian merangkak menjadi badan usaha dan berbadan hukum.
Kegiatan yang diberikan kepada pelaku UMKM yaitu mendampingi UMKM
dalam membuat merek dagang, juga produk UMKM perlu diberikan sertifikasi
baik ijin edar (NIE) dan P-IRT khusus makanan minuman olahan home industry
maupun dalam bentuk perlindungan kekayaan intelektual dalam hal ini utamanya
merek. Sistem Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak privat (private rights).
Di Kota Palembang terdapat 36.100 UMKM dengan berbagai macam variasi
usaha seperti usaha makanan, kerajinan tangan, furnitur, dan lain sebagainya.
UMKM pempek merupakan salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang
meproduksi makanan khas Palembang. Pempek adalah kuliner khas Palembang
yang tidak hanya ada di kota asalnya, tetapi juga dikenal dan digemari hampir di
seluruh Indonesia. Bisnis pempek dengan menggunakan bahan-bahan yang

Universitas Sriwijaya
4

sederhana, dan mudah di konsumsi oleh para konsumen dan menjadi makanan
sehari-hari oleh masyarakat. Pempek merupakan olahan pangan yang terbuat dari
campuran ikan giling dan sagu serta bahan tambahan lainnya (Farla et al., 2019)
Permasalahn yang sering di hadapi Pelaku UMKM pempe yaitu tidak adanya
izin edar. Jika perizinannya telah dipenuhi, tentunya produk olahan makana yang
dihasilkan akan memiliki jual dan kepercayaan yang tinggi. Namun pelaku
UMKN pempek merasa biaya penggurusan dan sulitnya pengurusannya sehingga
pelaku UMKM masih ada yang tidak melakukan perizinan sehingga sulit untuk di
edarkan ke luar sumtera dan jawa, sesuai dengan(Wiralestari et al., 2018)
menjelaskan bahwa keterbatasan UMKM dalam menjangkau pasar ekspor
dikarenakan SDM UMKM tidak paham mengenai prosedurnya, khususnya
terkait dengan perizinan, pemenuhan sertifikasi dan standardisasi sehingga
berdampak pada kegiatan ekspor UMKM, serta pelaku UMKM memiliki
pengetahuan yang kurang terkait prosedur serta teknologi yang memudahakan
kegiatan tersebut.
Beberapa pelaku UMKM masih belum belum malakukan pembuatan izin edar
hal ini dari hasil jawaban wawancara yang dialakukan bahwa pelaku usaha tidak
memiliki biaya untuk pengurusan, kurangnya pemahaman yang di berikan
petugas pendamping sehingga masih banyak pelaku UMKM yang tidak
mendukung melakukan perizinan edar (Ningtias et al., 2018).Dalam Rencana
Strategis Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Palembang tahun 2020-
2024 disebutkan bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai
peran penting dan strategis dalam pembangunan/pertumbuhan ekonomi nasional
dan penyerapan tenaga kerja. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah, jumlah UMKM yang ada sebanyak 57.895.721 dari jumlah
total industri 57.900.787 atau sebanyak 99,99 %. Permasalahan bagi pelaku
usaha UMKM pangan olahan terutama industri kecil dan mikro termasuk Industri
Rumah Tangga (IRT) adalah: Kurangnya pengetahuan, perilaku dan ketrampilan
pelaku usaha UMKM. Kondisi fasilitas, teknologi, manajemen, akses informasi,
pemasaran,modal yang minim sehingga perlu dibantu. Kesadaran tentang

Universitas Sriwijaya
5

“peningkatan daya saing nasional” perlu ditingkatkan terutama dengan semakin


banyaknya produk impor yang masuk ke Indonesia. Rendahnya pemenuhan
standar dan persyaratan keamanan pangan (higiene sanitasi buruk, penggunaan
bahan berbahaya, penggunaan BTP tidak sesuai aturan). Produk tidak terdaftar,
tampilan label dan kemasan kurang menarik, akses promosi terbatas.
Permasalahan diatas dapat dilihat dari hasil penelitian (Hanif, 2013) “Masih
banyak produk makanan yang belum mempunyai sertifikat ijin P-IRT didalam
industri rumah tangga di Kabupaten Pemalang dan tidak mengetahuinya prosedur
mendapatkan sertifikat PIRT. Hal ini melanggar Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Nomor HK.00.05.5.1639 tetang Pedoman Cara
Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).
Didalam Rencana Strategis Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Palembang menyatakan bahwaTantangan saat ini adalah, Menyelesaikan
permasalahan bagi UMKM pangan olahan sehingga produknya aman dan berdaya
saing. Tingginya jumlah produk pangan olahan yang harus diawasi terutama
UMKM pangan maka pengawasan pre-market harus lebih efisien dan efektif
dalam menerbitkan izin edar melalui terobosan-terobosan terkait registrasi melalui
pengembangan informasi teknologi. Peningkatan pemahaman pelaku UMKM
pangan untuk dapat memenuhi persyaratan safety and quality yang dapat
meningkatkan daya saing produk dalam negeri.
Pemberdayaan UMKM di bidang pangan Pemberdayaan UMKM di bidang
pangan merupakan program bersama pelaku usaha (swasta) dengan difasilitasi
pemerintah yang perlu dilaksanakan secara berkelanjutan, mencakup seluruh
mata rantai di sepanjang rantai produksi pangan (Rahayu WP et al., 2012).
Kota Palembang mempunyai banyak UMKM yang memproduksi makanan
khas seperti pempek dan kerupuk kemplang, yang dianggap produk yang
berdaya saing tinggi dan berbeda dibandingkan produk sejenis lainnya. UMKM
yang ada di Kota Palembang meningkat setiap tahunnya dengan jumlah di tahun
2015 sebanyak 36.411 dengan rata-rata persentase perkembangan 5,32% untuk
usaha Menengah dan 4,80% untuk usaha mikro dan kecil (Oktariyanti, 2021).

Universitas Sriwijaya
6

Produksi pempek merupakan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang


paling banyak diusahakan di Kota Palembang. Hal ini terkait dengan budaya
makan pempek pada masyarakat Palembang yang mengakibatkan realisasi
angka konsumsi ikan di Provinsi Sumsel yang tinggi mencapai 35,31
kg/kap/tahun melebihi realisasi rata-rata angka konsumsi ikan nasional sebesar
33,89 kg/kap/tahun di tahun 2012 (Kementrian Perikanan dan Kelautan, 2019).
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 menyebabkan resesi
perekonomian Indonesia. Berbeda dengan krisis ekonomi pada tahun 1998 dan
2008 di Indonesia, krisis ekonomi pada tahun 2020 ini akibat Pandemi Covid-19
berdampak hampir di seluruh sektor dan mengancam eksistensi UMKM.
(Amaliyah, 2021). Pandemi Covid-19 di Indonesia membuat hampir seluruh
pemasukan usaha diberbagai sektor terjun bebas, sama halnya dengan pengusaha
kuliner pempek, Palembang yang menjadi salah satu Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang terkena dampak pandemik. Pada saat Sosialisasi dan
Pedoman Sertifikasi Industri Pangan Olahan bagi ASPPEK Kota Palembang di
Auditorium Bina Praja Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel dinyatakan
bahwa salah satu inovasi yang dilakukan para UMKM pempek Palembang pada
masa pandemi dimana pendapatan penjualan pempek Palembang menurun
drastis hingga 70%, yaitu dengan membuat kemasan beku kuliner pempek yang
diharapkan bertahan lama dan bisa dikirim ke berbagai daerah dengan kondisi
yang masih bagus selain menggiatkan penjualan dengan media sosial (medsos)
dengan peningkatan penjualan kemasan beku secara online dapat mendongkrak
penjualan sebesar 30% (Ita, 2020).
Pembekuan pangan pada prinsipnya adalah menurunkan suhu produk sampai
di bawah titik bekunya, yang bertujuan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan memperlambat aktivitas enzim dan reaksi kimiawi dalam
pangan akibat suhu yang sangat rendah. Di samping itu, terbentuknya kristal es
akan menurunkan ketersediaan air bebas di dalam pangan sehingga pertumbuhan
mikroorganisme terhambat. Teknologi pembekuan saat ini terus berkembang,
yang memungkinkan produk membeku secara cepat (Siregar, 2021). Pembekuan

Universitas Sriwijaya
7

cepat akan menghasilkan kristal es berukuran kecil sehingga meminimalkan


kerusakan tekstur. Di samping itu dengan pembekuan cepat, pencegahan
pertumbuhan mikroba juga lebih cepat dan aktivitas enzim cepat terhenti;
dengan demikian kerusakan terhadap produk dapat diminimalkan. Teknologi
pembekuan umum digunakan di dalam industri pangan, termasuk Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM). Berdasarkan data yang dihimpun Badan POM
tahun 2015 di wilayah Jabodetabek, ada beberapa jenis pangan yang dihasilkan
oleh UMKM pangan olahan beku. Sekitar 68% pangan olahan beku tersebut
berasal dari bahan baku yang berisiko tinggi seperti unggas (30%), ikan (27%),
dan daging (11%) (BPOM, 2021).
Pengemasan beku pempek atau yang dikenal dengan Frozen Food termasuk
dalam kategori pangan olahan risiko tinggi, sehingga pelaku UKM wajib
memiliki izin edar yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPOM yang tertuang dalam Pasal 1 angka 19 UU No.18 tahun 2012 tentang
Pangan jo Peraturan BPOM No.22/2018 tentang Pemberian Sertifikat Industri
Rumah Tangga (KlikLegal.com, 4 Mei 2020).
Pangan olahan beku termasuk pangan berisiko tinggi (high risk) karena
memerlukan pengaturan suhu yang tepat selama penanganan, pengolahan,
hingga distribusi dan penyajian di ritel. Selain itu bahan baku yang digunakan
untuk memproduksi pangan olahan beku sebagian besar berasal dari bahan
pangan yang berisiko tinggi seperti unggas, ikan, dan daging. Hal tersebut
menjadi tantangan bagi UMKM karena mereka dituntut untuk bisa
menghasilkan produk yang memenuhi standar keamanan dan mutu pangan
(BPOM, 2019) Dalam hal pangan risiko tinggi sudah sebaiknya memperhatikan
Hazard Analytical Critical Control Point (HACCP).
HACCP merupakan konsep yang bertujuan untuk mencegah hal-hal yang
dapat membahayakan keamanan konsumen berupa kerusakan dan atau
kontaminasi mikroorganisme bahan makanan yang dapat menimbulkan penyakit
misalnya seperti Salmonela, Escherichea coli dan coliform, kontaminasi
mikroorganisme dapat terjadi mulai pada tahap awal yaitu dari penerimaan

Universitas Sriwijaya
8

bahan baku, penanganan, penyimpanan sampai distribusi. Hal ini terjadi sebagai
akibat dari tidak diterapkan teknik sanitasi dan higiene yang baik sejak pra-
panen sampai paska panen. Kerusakan atau kontaminasi disebabkan karena
bahan pembersih, bahan pengawet, wadah tempat meletakan produk, kondisi
pakain dan atribut karyawan, kondisi suhu penyimpanan atau pengolahan,
kecerobohan kerja, serta sarana dan prasarana yang sudah tidak memenuhi
standar serta kebersihan lingkungan kerja yang tidak diperhatikan sehingga pada
prinsipnya tidak memenuhi persyaratan cara produksi yang baik dan benar (Dwi
et al., 2021)
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 13
Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Cemaran Mikroba dalam Pangan Olahan
disebutkan bahwa batasan cemaran mikroba untuk ikan dan produk perikanan
termasuk moluska, krustae dan ekinodermata rebus atau kukus yang disimpan
pada suhu beku adalah Angka Lempeng Total (ALT) 104 koloni/g,
Staphylicoccus aureus 103 koloni/g dan Salmonella negatif/25 g. Bahaya
cemaran Staphylococcus aureus dilaporkan pada tahun 2000 terjadi kasus besar
keracunan produk susu yang diproduksi oleh perusahaan besar Snow Brand Milk
Products Co.,Ltd, yang mengakibatkan lebih dari 14.000 orang mengalami
keracunan (Lestari, 2020) Sedangkan untuk bakteri patogen Salmonella tidak
dibolehkan ada dalam produk pangan karena dapat menyebabkan penyakit
Salmonellosis dan Tifus (Zelpina et al., 2020).
Bahaya mikrobiologi yang mungkin terjadi pada produksi pempek beku
dimulai dari bahan baku ikan sampai dengan proses vacum, pembekuan serta
pemantauan kesesuaian suhu beku yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Pada penerimaan bahan baku dikhawatirkan terjadi penguraian
mikroorganisme karena lamanya proses transportasi dan kurangnya pemantauan
suhu saat penyimpanan begitu juga saat penyimpanan produk pemantauan suhu
menjadi hal yang sangat berperan dalam penerapan Good Manufacturing
Practise (GMP) (Tangke, 2021) Makanan beku yang sangat salah penanganan
sebelumnya menjadi benar-benar berbahaya, beberapa pathogen seperti

Universitas Sriwijaya
9

Samonella atau Staphylococcus kehadirannya dalam beberapa makanan


komersial tidak dapat dihindari. (Elliott, 1961).
Dalam kegiatan Bimtek dan Pelayanan Registrasi Pangan Olahan secara
online/virtual pada tanggal 27 Oktober 2020 yang diikuti oleh 96 pelaku usaha
mayoritas adalah produsen pempek disampaikan bahwa Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan di Palembang sampai dengan tahun 2019 yang berhasil
mendapatkan izin edar untuk produk pempek beku baru didapatkan oleh 1
pelaku usaha sedangkan beberapa pelaku usaha yang lain sampai dengan akhir
tahun 2020 masih dalam proses pengurusan izin edar di pusat.
Untuk mendapatkan izin edar BPOM sarana pengolahan pempek serta
produknya harus memenuhi ketentuan Cara Pengolahan Pangan Olahan Beku
yang Baik yang diterbitkan oleh Direktorat Standardisasi Produk Pangan Deputi
Bidang Pengawasan Kemananan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Namun disatu sisi produsen UMKM banyak yang belum
memahami bagaimana cara pengurusan izin edar tersebut dari data sekunder
Subkelompok Substansi Sertifikat sejak tahun 2018 sampai akhir tahun 2021 18
pelaku UMKM yang mengajukan pendaftaran PSB, sebanyak 15 terbit
rekomendasi , dan 8 sarana yang terbit NIE 8 pelaku UMKM Pempek Beku
yang sudah ada izin edar BPOM, dengan target program BPOM pada tahun
2021 sebesar 75% untuk pelaku UMKM yang harus menerima izin edar di Kota
Palembang. Pendampingan UMKM dalam pengurusan izin edar ini merupakan
salah satu jawaban terhadap masalah izin edar BPOM pempek kemasan
beku/frozen yang harus segera diakselerasi untuk mengatasi permasalahan
penurunan omset yang terjadi pada pelaku usaha UMKM Pempek selama masa
pandemi Covid-19 dengan tetap memperhatikan aspek keamanan dan mutu
produk.

Universitas Sriwijaya
10

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah pada penelitian “ Bagaimana Kebijakan Pendampingan
Pengurusan Izin Edar Pangan Beku Dan Persepsi Izin Edar pada Usaha Menengah
Kecil Mikro Pempek Di Kota Palembang”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara mendalam
Kebijakan Pendampingan UMKM Pempek di Kota Palembang dan
(dampaknya) terhadap penerimaan izin edar pada pelaku UMKM pempek
beku yang mendapatkan pendampingan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan di Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis input meliputi SDM, anggaran, sarana dan prasarana
dalam pendampingan UMKM Pempek di Kota Palembang.
2. Menganalisis Process meliputi perencanaan, pembinaan dan
pengawasan dalam dalam pendampingan UMKM Pempek di Kota
Palembang.
3. Menganalisis Output yaitu rekomendasi BBPOM di Palembang untuk
pengurusan Izin Edar Badan POM.
4. Menganalisis outcome yaitu bagaimana persepsi pelaku UMKM
Pempek yang didampingi di Kota Palembang terkait penerimaan izin
edar BPOM beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Manfaat Penelitian


Diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun strategi
kebijakan tentang Pemberian Izin Edar Produk Makanan Beku untuk UMKM
dengan tetap mengutamakan keamanan dan mutu produk UMKM khususnya
pempek beku sebagai perwujudan misi Badan POM yang kedua yaitu

Universitas Sriwijaya
11

memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha obat dan makanan dengan


keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun struktur ekonomi yang
produktif dan berdaya saing untuk kemandirian bangsa serta Visi Badan POM
yaitu Obat dan Makanan Aman, Bermutu dan Berdaya Saing untuk mewujudkan
Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong
royong.
1. Bagi Balai BPOM di Palembang
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Palembang bagaimana strategi
penyempurnaan aksi kebijakan pendampingan UMKM Pempek dalam
penurusan izin edar, khususnya kemasan beku/frozen food di Kota
Palembang.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapakan dapat mencegah dan menurunkan risiko
penyakit akibat mengkonsumsi pangan olahan yang tidak aman dan bermutu
dimana izin edar pangan olahan sebagai jaminan tersedianya pangan yang
telah memenuhi Aspek Cara Pembuatan Pangan Olahan yang Baik (CPPOB)
khususnya untuk pangan beku/frozen food.
3. Bagi Penelitia
Sebagai sarana untuk menambah pengalaman dan pembelajaran dalam
mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan, meningkatkan
pengetahuan serta wawasan dalam bidang administrasi kebijakan kesehatan
dan dapat mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan.
4. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
a. Sebagai wadah untuk membina dan meningkatkan kerjasama antara
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya dengan Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan yang membutuhkan informasi mengenai
kegiatan manajemen serta aspek kebijakan yang diterapkan di Wilayah
Kerja Balai Besar POM di Palembang di Provinsi Sumatera Selatan.
b. Untuk mempelajari dan mengembangkan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sriwijaya
12

mengenai jaminan keamanan pangan dari risiko bahaya terhadap


kesehatan masyarakat dengan penerapan aspek Cara Pembuatan Pangan
Olahan yang Baik.
c. Hasil penelitian dapat memberikan informasi bagi peserta didik dimasa
yang akan datang dan dapat menambah bahan perpustakaan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Universitas Sriwijaya
129

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K., & Tangke, U. (2021). Penerapan HACCP Pada Penanganan Ikan Tuna
( Studi Kasus pada PT . Santo Alfin Pratama PPN Ternate Kecamatan Kota
Ternate Selatan ). Jurnal Biosaintek, 3(1), 1–10.
Agus, P. (2020). Bagaimana Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah mempengaruhi Efisiensi Operasional pada
Satuan Kerja ? https://doi.org/10.31227/osf.io/s9znr
Aisyah Zalmar, N. (2016). Gambaran Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tamangapa Oleh Pemulung di TPA Tamangapa Antang Tahun
2016. In Skripsi Universitas Islam Negeri ALAUDDIN Makassar.
AMALIYAH, R. (2021). Identifikasi Dan Klasifikasi Umkm Pada Masa Pandemi
Covid 19 Di Wilayah Dki Jakarta.
BPOM. (2019). Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 34 Tahun
2019 Tentang Kategori Pangan. Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 1–308.
BPOM. (2021). Pedoman Cara Pengolahan dan Penanganan Olahan Beku Yang Baik.
s. In Badan Pengawas Obat dan Makanan (Issue April).
BPOM RI. (2021). Badan pengawas obat dan makanan republik indonesia. Bpom Ri,
11, 1–16.
De Paula Paseto Fernandes, R., de Alvarenga Freire, M. T., da Costa Carrer, C., &
Trindade, M. A. (2013). Evaluation of physicochemical, microbiological and
sensory stability of frozen stored vacuum-packed lamb meat. Journal of
Integrative Agriculture, 12(11), 1946–1952. https://doi.org/10.1016/S2095-
3119(13)60632-2
Dewi, D. K. R., & Dkk. (2017). http://kbbi.web.id/tingkat, diakses pada 31 Mei 2017.
13. Skripsi IAIN Kediri.
Dwi, L., Nurul, A., Studi, P., Hukum, I., Hukum, F., & Surakarta, U. M. (2021). Pirt
sebagai upaya keamanan pangan bagi umkm guna memperluas peredaran pasar
industri rumah tangga.
ELLIOTT, R. P., & MICHENER, H. D. (1961). Microbiological standards and

Universitas Sriwijaya
130

handling codes for chilled and frozen foods. A review. Applied Microbiology, 9,
452–468. https://doi.org/10.1128/aem.9.5.452-468.1961
Erinda, N. (2011). Hubungan status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif.
Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Fausiah, S. (2016). Efektivitas Pembinaan Usaha Industri Kecil Olahan Pangan Oleh
Dinas Koperasi Umkm Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sigi (Studi
Di Kecamatan Sigi Biromaru). E-Jurnal Katalogis, 4, 68–81.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Katalogis/article/view/6512
Febriandi, S. (2020). Analisis Faktor Predisposing, Reinforcing, dan Enabling
terhadap Perilaku Masyarakat dalam Pemanfaatan Tempat Sampah di Kota
Kendari. Tesis Universitas Negeri Semarang.
Fisika, D., Matematika, F., Ilmu, D. a N., Alam, P., & Utara, U. S. (2016).
Universitas Sumatera Utara - Beranda.
Hanif, A. (2013). Implementasi peraturan BPOM nomor HK.03.1.23.04.12.2205
tahun 2012 tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri
rumah tangga (p-irt) di Kabupaten Pemalang. In Pandecta : Jurnal Penelitian
Ilmu Hukum (Research Law Journal) (Vol. 5, Issue 2).
Ikhsan. (2016). Analisis Teknik Pengendalian Kolaborasi Balai Besar Pom Dan
Dinas Kesehatan Dalam Penerbitan Sertifikat Pangan. 7(July), 1–23.
Kemenkes RI Dirjen P2P. (n.d.). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI, 5(1), 1.
Kementrian Perikanan dan Kelautan. (2019). Prosiding Seminar Nasional Perikanan
dan Kelautan VIII. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Dan Kelautan, 8(1),
159–163. http://prosiding-semnas.fpik.ub.ac.id
Lestari, T. R. P. (2020). Keamanan Pangan Sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan
Hak Masyarakat Sebagai Konsumen. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial,
11(1), 57–72. https://doi.org/10.46807/aspirasi.v11i1.1523
Luo, X., Xu, X., Chen, H., Bai, R., Zhang, Y., Hou, X., Zhang, F., Zhang, Y.,
Sharma, M., Zeng, H., & Zhao, Y. (2019). Food safety related knowledge,
attitudes, and practices (KAP) among the students from nursing, education and

Universitas Sriwijaya
131

medical college in Chongqing, China. Food Control, 95(August 2018), 181–188.


https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2018.07.042
Maiti, & Bidinger. (1981) Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
McLauchlin, J., Aird, H., Amar, C., Barker, C., Dallman, T., Lai, S., Painset, A., &
Willis, C. (2021). An outbreak of human listeriosis associated with frozen sweet
corn consumption: Investigations in the UK. International Journal of Food
Microbiology, 338(July 2020), 108994.
https://doi.org/10.1016/j.ijfoodmicro.2020.108994
Moudy, J., & Syakurah, R. A. (2020). Pengetahuan terkait usaha pencegahan
Coronavirus Disease (COVID-19) di Indonesia. Higeia Journal of Public Health
Research and Development, 4(3), 333–346.
Nathan, A. J., & Scobell, A. (2012). How China sees America. In Foreign Affairs
(Vol. 91, Issue 5, pp. 1689–1699).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Oktariyanti. (2021). Analisis Risiko Dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Pada
Umkm Kerupuk Kemplang Darwati Desa Bayung Lencir Sumatera Selatan.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
Patma, T. S., Muslim, S., & Kecil, U. (2021). Pemberdayaan umkm melalui legalitas
usaha. September, 246–249.
Perpres No 18 2012. (2012). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2012. 262.
Pgri, S. M. P. (2018). Studi dilakukan di SMP PGRI 3 Denpasar.
PP No 86. (2019). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2019
Tentang Keamanan Pangan. Peraturan Pemerintah Tentang Keamanan Pangan,
2019(86), 1–102.
Prasetyo. (2009). Peran UMKM dlm Penanggulangan Kemiskinan & Pengangguran
(Prasetyo, 2008). 2.
Rahayu WP, H, N., P, H., & Novinar. (2012). Peningkatan Daya Saing Usaha.
November, 20–21.

Universitas Sriwijaya
132

Rahman, N., Ira, Nugroho, F., Erlyani, A., NekaLaily, A., Anhar, & VinaYulia, E.
(2018). 9 786024 730406.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun. (2008). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008. 1.
Utomo. (2013). Hubungan Antara Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Usaha
Kesehatan Sekolah Dengan Perilaku Hidup Sehat Siswa Kelas Vi Sd Negeri
Mungkung Kecamatan Kalikajar.
Zelpina, E., Walyani, S., Barbora Niasono, A., Hidayati, F. (2020). Dampak infeksi
Salmonella sp. dalam daging ayam dan produknya terhadap kesehatan
masyarakat. JHECDs, 6(1), 25–34. https://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v6i1.2771

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai