0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan16 halaman

makalah Tugas

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 16

MAKALAH

DASAR-DASAR KEAGAMAN FAHAM KE NU


Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ke Nu’an

DOSEN PENGAMPU
ARIYANTO,.M.PD

DISUSUN
OLEH KLOMPOK TIGA

NAMA / NIM
ANWAR MUZAYYIN
(2462010046)
WANDA

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER


INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS LAMPUNG (ITS)
KAMPUNG BARU, KEDATON, BANDAR LAMPUNG CITY, LAMPUNG
TAHUN 2024-2025

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah tepat pada

waktunya. Penulis menyusun makalah ini berdasarkan sumber yang terpercaya, serta

melalui ilmu yang sudah di serap selama penulis mengenyang pendidikan.

Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh referensi dari

berbagai sumber. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

sumber-sumber yang telah memberikan informasi kepada penulis, khususnya kepada

: Bapak Ariyanto, M.Pd, selaku dosen mata kuliah “Ke N” yang telah memberikan

tugas membuat makalah ini, serta memberi arahan kepada penulis dalam penyusunan

makalah dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis

mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak yang membutuhkan

makalah ini. sebagai akhir kata, penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberi

manfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, 10 Oktober 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1

C. Tujuan Dan Manfaat ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN DASAR KEAGAMAAN NU ...........................................3

A. Sejarah Singkat Berdirinya Nu.......................................................................3

B. Faham Keagamaan .........................................................................................7

C. Peran Nu Di Masyarakat ................................................................................7

D. Dasar Keagamaan Nu.....................................................................................8

BAB III PENUTUP....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NU mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran Islam Alquran, Al

Hadits, Al Ijma’ dan Al Qiyas dalam memahami dan menafsirkan Islam dari

sumbernya tersebut, NU mengikuti Faham Ahlusunnah Wal Jamaah dengan

menggunakan jalan pendekatan (Al Madzhab) di bidang Aqidah NU mengikuti ajaran

yang dipelopori oleh Imam Abu Mansur Al Maturidi, dibidang fiqih NU mengikuti

jalan pendekatan salah satu dariMuhammad bin Idris Assyafii dan Imam Ahmad bin

Hambal, dibidang tassawuf NU mengikuti antara lain Imam Junaidi Al bagdadi dan

Imam Al ghazali serta Imam imam yang lain.

NU mengikuti pendirian bahwa, Islam adalah agama yang fitri, yang bersifat

menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia. Faham keagamaan

yang dianut oleh NU bersifat menyempurnakan nilai nilai yang baik yang sudah ada

dan menjadi ciri-ciri suatu kelompok manusia, seperti suku maupun bangsa dan tidak

bertujuan menghapus nilai nilai tersebut.1

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi sumber dasar NU?

1 Sumber http://agusmr220.blogspot.co.id/2013/12/nu-dan-sikap-sikap-keagamaan.html jam 14:32.


16/3/2016

1
2. Apa arti penting pembentukan NU?

3. Apa itu Ahlussunnah Wal Jamaah?

4. Apa yang menjadi sumber dasar NU?

C. Tuuan Dan Manfaat

A. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengajarkan nilai kebaikan dalam NU.

2. Memperkenalkan apa itu NU.

3. Menjelaskan dasar keagamaan NU.

B. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah :

1. Memberikan ilmu seputar NU.

2. Memperkenalkan faham Ahlussunnah Wal Jamaah.

3. Memberikan penjelasan mengenai sumber dasar NU.

2
BAB II
PEMBAHASAN
DASAR KEAGAMAAN NU

A. Sejarah Singkat Berdirinya NU

Pendiri dari organisasi NU ini adalah KH Hasyim Asy'ari. dilahirkan pada

tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah

1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Beliau

tutup usia pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian dikebumikan di Tebu Ireng,

Jombang.

NU (Nahdlatul Ulama) telah ada dalam bentuk komunitas (jama’ah)

yang diikat oleh aktivitas sosial keagamaan yang memppunyai karakter ASWAJA

(Ahlussunnah Wal Jamaah). Wujud sebagai organisasi tak lain adalah penegas formal

dari mekanisme informal para ulama.

Arti penting dibentuk organisasi ini tidak lepas dari konteks waktu itu, terutama

berkaitan dengan upaya menjaga eksistensi jamaah tradisional berhadapan dengan arus

paham pembaharuan Isalam, yang ketika itu telah terlembagakan, antara lain dalam

Muhammdiayah.

Arti penting lain pembentukan NU adalah berkaitan dengan upaya pemupukan

semangat nasionalisme di tengah iklim kolonialisme saat itu. Sulit dibantah bahwa

perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda tidak hanya membawa wacana

politik tapi juga keagamaan. Dalam wacana keagamaan itulah peran kepemimpinan

3
ulama menjadi penting (sebut saja Perang Diponegoro 1825-1830, Perang Paderi 1321-

1837, perlawanan rakyat Aceh 1872-1912). Ketika pada abad XX nada perlawanan

terhadap penjajah bergeser dari perjuangan bersenjata menjadi pergerakan nasional,

para ulama tidak mau ketinggalan. Sepuluh tahun sebelum berdirinya NU, KH Wahab

Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air) yang berusaha

menum buhkan rasa nasionalisme melalui pendidikan. Organisasi ini adalah langkah

kongkret dari forum diskusi Taswirul Afkar (konsepsi pemikiran) yang sebenarnya

merupakan antisipasi Wahab Hasbullah menghadapi ekses gerakan pembaharuan yang

menjadi ancaman bagi eksistensi tradisi Ahlussunnah wal Jamaah.

Latar belakang lahirnya NU ini perlu memperoleh perhatian, sebab

karakteristik organisasi ini lebih berakar di sini. Satu hal perlu dicatat dan proses

kelahiran yang pada hakekatnya merupakan reaksi terhadap arus pembaharuan Islam

dan situasi kolonialisme tersebut, yakni bahwa pola perilaku reaktif semacam itu

ternyata menjadi inheren dalam dinamika NU selanjutnya. 2

Nahdlatul Ulama atau NU (Selanjutnya disebut NU ) merupakan Organisasi

sosial keagamaan Islam atau Jam’iyyah Diniyyaah Islamiyyah yang didirikan sebelum

Republik ini lahir. NU sendiri saat ini menjadi salah satu organisasi terbesar yang ada

di Indonesia atau bahkan di dunia.3 NU yang lahir pada tanggal 31 januari 1926 di

2 A. Gaffar Karin, Metamorfosis Nu Dan Politisasi Islam Di Indonesia (Pustaka NU Online)


3 https://www.nu.or.id/post/read/22220/nu-organisasi-terbesar-dunia-tapi-belum-terpenting diakses
tanggal16 Januari 2020

4
Surabaya.4 bukan saja bergerak dibidang keagamaan tapi bergerak juga dalam bidang

pendidikan, social dan ekonomi. Awal dibentuknya NU adalah untuk menegakkan

nilai-nilai ahlusunnah waljmaah5 dan sebagai gerakan anti penjajahan.6

Kondisi perpolitikan dalam negeri pada waktu itu sangat menyedihkan,karena

bumi nusantara yang subur makmur dikuasai oleh Belanda selama ratusan tahun.

Merasa tertindas dan teraniaya di negeri sendiri, maka muncullah gerakan

“Kebangkitan Nasional”. Gerakan ini direspon oleh kalangan Islam tradisional dengan

berdirinya Nahdlatul wathon atau Kebangkitan Tanah air padatahun 1916.

Berawal dari banyaknya organisasi dan komite, maka kalangan Islam

Tradisional merasa perlu untuk membentuk organisasi yang mencakup seluruh aspek

dan lebih sistematis yaitu Nahdatul Ulama. Nahdatul Ulama atau Kebangkitan Ulama

didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagai antisipasi terhadap permasalahan-

permasalahan yang terjadi di dalam negeri ataupun luar negeri.

Selain dipengaruhi perpolitikan di dalam Negeri Kelahiran NU ternyata

dipengaruhi juga oleh kejatuhan kekhalifahan Utsmaniyah di Turki dan kemunculan

Wahabi di Timur Tengah. Hal ini dibuktikan dengan adanya kongres umat Islam di

4 Menurut catatan sejarah Surabaya menjadi basis NU terbesar di Indonesia, selain itu daerah sekitar
seperti Kediri, bojonegoro dan kudus merupakan basis NU. A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan
Rakyat Indonesia (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1994), Hlm. 109.
5 Ahlussunah Wal Jamah atau Aswaja menurut definisi KH. Sirajidin Abbas mempunyai 2 makna,
yaitu Ahluussunah dan Waljamaah. Ahlussunah berarti penganut Sunnah nabi Muhammad SAW;
sedangkan Wal Jamaah adalah penganut I‟tiqad sebagaimana I‟tiqad Jamaah sahabat-sahabat nabi
Muhammad SAW. Menurut Istilah, Kaum Ahlussunah Wal Jamaah adalah kaum yang menganut I‟tiqad
seperti I‟tiqad yang dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dasar gerakan keagamaan
NU sudah jelas, yakni sebagai penganut sunnah Nabi Muhammad SAW dan pemegang teguh sunnah
Sahabat Nabi. Lihat: Siradjudin Abbas, I‟tiqad Ahlussunah Wal Jamaa (Jakarta: Pustaka Tarbiyah,
2002), Hlm.16.
6 KH. Ahmad Siddiq, Khittah Nahddliyyah (Surabaya: Balai Pustaka, 1980), 46.

5
Hindia Belanda dalam merespon kejatuhan tersebut. Isu keruntuhan Kekhalifahan

menjadi isu bersama yang dapat menyatukan umat Islam di Hindia Belanda.7

Namun pada perkembangan selanjutnya, jatuhnya Turki Utsmani justru

menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam Hindia Belanda, baik antara

golongan pembaharu dengan golongan tradisional dan antara sesama golongan

pembaharu. Perpecahan antar umat Islam ini secara umum dilatarbelakangi dari adanya

tarik ulur kepentingan dalam merespon jatuhnya Turki Utsmani. Perpecahan tersebut

terkait dengan perkembangan kondisi sosial politik pasca runtuhnya Turki Utsmani,

terutama di kawasan Hijaz. Selanjutnya Penandanya yaitu naiknya Ibnu Sa‟ud menjadi

penguasa Mekah. Ibnu Sa‟ud dikenal memiliki reputasi beragama yang radikal,

dogmatis, dan tidak mengenal kompromi. Hal ini membuat kalangan tradisionalis

mengkhawatirkan Hal ini menjadi kekhawatiran dari kelompok Tradisional yang

disampaikan dalam forum resmi komite oleh Abdul Wahab sebagai utusan dari

golongan Tradisionalis. Kekhawatiran tersebut ditepis oleh golongan pembaharubahwa

tujuan Ibnu Saud menyerbu Hijaz adalah untuk memperbaiki tatacara peribadahan

yang sebelumnya kacau, banyak kejahatan serta banyaksuku Arab yang melarikan

diri.8

Adanya perbedaaan sikap terhadap perkembangan poltik terbaru di kawasan

Hijaz, serta penunjukan delegasi Internasional untuk mewakili umat Islam Hindia

7 M. Ali Haidar, NU dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik( Jakarta: Gramedia
Pustaka, 1994),Hlm. 68.
8 M. Ali Haidar, NU dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994), hlm. 56-57.

6
Belanda dalam kongres, ternyata penunjukan tersebut tidak mewakili kaum

tradisionalis. Hal ini membuat kelompok tradisionalis merasa aspirasi mereka tentang

Hijaz dalam kaitannya dengan klaim khilafah,yang sering disuarakan Abdul Wahab

dalam sidang-sidang Komite Khilafah, terancam tidak diakomodir oleh golongan

pembaharu. Situasi ini mendorong Abdul Wahab berpikir untuk memberangkatkan

aspirasi kalangan tradisionalis dengan menggunakan kendaraan sendiri. K.H. Abdul

Wahhab selanjutnya mengambil inisiatif untuk mengadakan rapat tersendiri di

kalangan ulama golongan tradisional dalam wadah kepanitiaan yang disebut Komite

Hijaz. Rapat ini masih tetap menempatkan masalah Hijaz sebagai pokok pembicaraan

utama. Komite ini nantinya diubah menjadi Nahdhatul Ulama (NU) di Surabaya

tanggal 31 Januari 1926 dan menekankan keterikatannya pada mazhab Syafi‟i serta

memutuskan untuk bersungguh-sunguh menjaga kebiasaan bermazhab di Mekah dan

di Hindia Belanda. Selain itu mereka pun tidak menghalangi pihak yang tidak mau

mengikuti mazhab Syafi‟i.9 Selain itu factor yang menjadi pengaruh lahirnya NU

adalah berkembangnya pemikiran pembaharuan Islam yang menentang segala amaliyah

9 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1982), h. 243-244. Rapat
Komite Hijaz tersebut menjadi peristiwa sangat bersejarah dan bermakna monumental. Komite Hijaz merupakan
embrio NU. Mulai saat itu ulama tradisional mengorganisasikan kegiatan-kegiatan keagamaan melalui satu wadah.
Kehadiran wadah seperti NU tampaknya sudah dinantikan oleh pengikut paham ahlussunnah wal jamaah yang
menganut salah satu mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hanbali). Hal ini terbukti dari pesatnya
perkembangan organisasi ini, sehingga pada tahun itu pula bisa diselenggarakan muktamar yang pertama. Semua
itu berkat kerja keras dwitunggal, K.H. Abdul Wahhab Chasbullah yang menjadi motor organisasi dan K.H. M.
Hasyim Asy‟ari yang berperan dalam perkembangan organisasi. Empat tahun kemudian NU mendapat pengakuan
dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr A.C.de Graeff, 6 Februari 1930. Keputusan ini kemudian dimuat dalam
De Javasche Courant tanggal 25 Februari 1930.

7
Islam Tradisional, dengan pemikiran agar umat Islam kembali kepada pemurnianajaran

Islam yang yang murni yang terlepas dari ikatan mahzab.10

B. Faham Keagamaan

Nahdlatul Ulama (NU), menganut paham Ahlusunnah Wal Jama’ah. Yaitu

sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan

kaum ekstrim (skripturalis).

Dalam bidang Fiqih NU mengikuti empat madzhab, yaitu ; Hanafi, Maliki,

Syafi’i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-

Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan

syariat.

Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting

untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta merumuskan

kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan

kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan

kembali gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.11

C. Peran NU di Masyarakat

Nahdlatul Ulama (NU) organisasi yang sudah memiliki pengalaman dan

sejarah panjang dalan memberikan pelayan terhadap masyarakat Indonesia. NU ikut

mengarsiteki pembangunan sumber daya manusia pada masyarakat melalui

10. Aboebakar atceh, Sejarah hidup KH A. wachid Hasyim ( Jombang: Pustaka Tebu Ireng, 2015),
Hlm.56.

8
pendidikan, pelayanan kesehatan, pemberdayaan ekonomi dan keagamaan pada

masyarakat tradisional atau pedesaan. Sehingga sebenarnya bisa dikatakan jika menilai

dari bentuk basis masyarakat yang diberdayakan, maka NU memiliki beban lebih berat.

Hal ini tak lepas dari mayoritas penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan yang

memiliki mata pencaharian sebagai petani, nelayan, dan buruh adalah

masyarakat menengah kebawah.

Dari aspek tersebutlah peran NU sebagai agen gerakan pemberdayaan

masyarakt sipil harus terus memiliki strategi dalam mengupayakan peningkatan-

peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat. Namun tentunya gaya NU dalam

memberikan pelayanan dan mendampingi masyarakat dalam memperoleh hak-haknya

dari kekuasaan negara tak melepaskan dari prinsip aqidah ahlusunnah wal

jama’ah (aswaja). Posisi ini tetap akan menjadikan perjuangan NU dalam mewujudkan

kebaikan masyarakat (Khoiron Ummah). Apalagi platform yang menjadi landasan

semangat perjuangan sebagai gerakan sosial-keagamaan adalah Islam. Dengan konsep

pemahaman Islam sebagai agama fitrah dan rahmat bagi semesta alam tentunya tidak

hanya mengurusi hubungan masyarakat muslim (ukhwah Islamiyah) tapi juga

hubungan antar manusia (ukhuwah bashariyah).12

D. Dasar Keagamaan NU

NU memiliki dasar keagamaan yang berpedoman pada empat sumber. Keempat

sumber itu adalah :

12 http://nupasrujambe.blogspot.co.id/p/sejaran-tujuan.html jam 15:02, 16/03/2016.

9
1. Al-Qur’an adalah dasar hukum yang pertama dan utama dalam Islam. Karena

itu setiap muslim harus menerima bahwa asas yang pertama dan terkuat untuk

menentukan hukum Islam adalah Al-Qur’an.

2. Al-hadits atau As-Sunnah meliputi sunnah Qauliyan, Fi’liyah, dan sunnah

Taqririyah. Dalam agama Islam al-Hadits atau as-Sunnah mempunyai peran

yang sangat penting dan merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.

3. Ijma’ Yaitu kesepakatan para ulama’ mujtahid mengenai suatu hukum ijma’

baru dapat dipergunakan sebagai dalil terhadap suatu perkara sesudah ternyata

tidak ditemkan nash Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Ijma’, ada beberapa macam

diantaranya ijma’ sharih, ijma’ sukuni, ijma’ sababy, ijma’ khalifah empat, dan

lain-lainnya.

4. Qiyas adalah menyamakan suatu masalah yang belum diketahui hukumnya,

karena diantaranya terdapat kesamaan (illat) yang menjadi dasar penentu

hukum.

5. Berdasarkan pengertian diatas, maka dalam mengqiyaskan suatu hukum harus

diperhatikan empat hal, yaitu :

a. Alas, Asal adalah sesuatu yang sudah ada nash hukumnya yang menjadi

ukuran atau tempat menyerupakan.

b. Far’un, Far’un yaitu sesuatu yang belum diketahui hukumnya dan

dimaksudkan untuk diukur atau diserupakan dengan hukum asal.

c. Hukum asal, yaitu hukum syara’ yang terdapat pada asal dan dimaksudkan

menjadi hukum bagi far’un.

10
d. Illat yaitu sebab yang menggabungkan atau menghubungkan antara asal

(pokok) dengan fa’run (cabang).13

13 Sumber http://akmalstainu2015.blogspot.co.id/2015/12/eranan-nu-di-masyarakat-
pendidikan.html jam 14:00. 16/3/2016

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
NU merupakan sebuah organisasi yang tidak seenaknya saja dalam memandang

dan menilai berbagai hal. Mengacu pada sumber seperti Al-Quran, Hadits, Ijma’ dan

Qiyas. Menjadikan NU sebagai organisasi yang lebih mengutamakan sumber yang ada

dalam menilai suatu hal yang terjadi di lingkungan sekitar. Selain itu, NU juga

mengajarkan untuk tidak menilai baik-buruknya suatu perbuatan tanpa di dasari oleh

hukum dan sumber terkuat.

12
DAFTAR PUSTAKA

A Gaffar Karin, Metamorfosis Nu Dan Politisasi Islam Di Indonesia (Pustaka NU


Online)

Aboebakar atceh, Sejarah hidup KH A. wachid Hasyim ( Jombang: Pustaka Tebu Ireng,
2015)

AK Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia (Jakarta: PT. Dian Rakyat,


1994), Hlm. 109.

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1982)
http://agusmr220.blogspot.co.id/2013/12/nu-dan-sikap-sikap-keagamaan.html

http://agusmr220.blogspot.co.id/2013/12/nu-dan-sikap-sikap-keagamaan.html
http://akmalstainu2015.blogspot.co.id/2015/12/eranan-nu-di-masyarakat-
pendidikan.html

http://nupasrujambe.blogspot.co.id/p/sejaran-tujuan.html jam 15:02


https://www.nu.or.id/post/read/22220/nu-organisasi-terbesar-dunia-tapi-belum-
terpenting diakses tanggal16 Januari 2020

Karin, A. Gaffar, Metamorfosis Nu Dan Politisasi Islam Di Indonesia. Pustaka NU


Online.

KH Ahmad Siddiq, Khittah Nahddliyyah (Surabaya: Balai Pustaka, 1980)


M Ali Haidar, NU dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1994)

M. Ali Haidar, NU dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik( Jakarta:
Gramedia Pustaka, 1994)

Siradjudin Abbas, I‟tiqad Ahlussunah Wal Jamaa (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2002)

Sumber http://akmalstainu2015.blogspot.co.id/2015/12/eranan-nu-di-masyarakat-
pendidikan.html

13

Anda mungkin juga menyukai