makalah Tugas
makalah Tugas
makalah Tugas
DOSEN PENGAMPU
ARIYANTO,.M.PD
DISUSUN
OLEH KLOMPOK TIGA
NAMA / NIM
ANWAR MUZAYYIN
(2462010046)
WANDA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
waktunya. Penulis menyusun makalah ini berdasarkan sumber yang terpercaya, serta
berbagai sumber. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
: Bapak Ariyanto, M.Pd, selaku dosen mata kuliah “Ke N” yang telah memberikan
tugas membuat makalah ini, serta memberi arahan kepada penulis dalam penyusunan
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis
mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak yang membutuhkan
makalah ini. sebagai akhir kata, penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberi
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits, Al Ijma’ dan Al Qiyas dalam memahami dan menafsirkan Islam dari
yang dipelopori oleh Imam Abu Mansur Al Maturidi, dibidang fiqih NU mengikuti
jalan pendekatan salah satu dariMuhammad bin Idris Assyafii dan Imam Ahmad bin
Hambal, dibidang tassawuf NU mengikuti antara lain Imam Junaidi Al bagdadi dan
NU mengikuti pendirian bahwa, Islam adalah agama yang fitri, yang bersifat
yang dianut oleh NU bersifat menyempurnakan nilai nilai yang baik yang sudah ada
dan menjadi ciri-ciri suatu kelompok manusia, seperti suku maupun bangsa dan tidak
B. Rumusan Masalah
1
2. Apa arti penting pembentukan NU?
A. Tujuan
B. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
DASAR KEAGAMAAN NU
tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah
1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Beliau
tutup usia pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian dikebumikan di Tebu Ireng,
Jombang.
yang diikat oleh aktivitas sosial keagamaan yang memppunyai karakter ASWAJA
(Ahlussunnah Wal Jamaah). Wujud sebagai organisasi tak lain adalah penegas formal
Arti penting dibentuk organisasi ini tidak lepas dari konteks waktu itu, terutama
berkaitan dengan upaya menjaga eksistensi jamaah tradisional berhadapan dengan arus
paham pembaharuan Isalam, yang ketika itu telah terlembagakan, antara lain dalam
Muhammdiayah.
semangat nasionalisme di tengah iklim kolonialisme saat itu. Sulit dibantah bahwa
politik tapi juga keagamaan. Dalam wacana keagamaan itulah peran kepemimpinan
3
ulama menjadi penting (sebut saja Perang Diponegoro 1825-1830, Perang Paderi 1321-
1837, perlawanan rakyat Aceh 1872-1912). Ketika pada abad XX nada perlawanan
para ulama tidak mau ketinggalan. Sepuluh tahun sebelum berdirinya NU, KH Wahab
menum buhkan rasa nasionalisme melalui pendidikan. Organisasi ini adalah langkah
kongkret dari forum diskusi Taswirul Afkar (konsepsi pemikiran) yang sebenarnya
karakteristik organisasi ini lebih berakar di sini. Satu hal perlu dicatat dan proses
kelahiran yang pada hakekatnya merupakan reaksi terhadap arus pembaharuan Islam
dan situasi kolonialisme tersebut, yakni bahwa pola perilaku reaktif semacam itu
sosial keagamaan Islam atau Jam’iyyah Diniyyaah Islamiyyah yang didirikan sebelum
Republik ini lahir. NU sendiri saat ini menjadi salah satu organisasi terbesar yang ada
di Indonesia atau bahkan di dunia.3 NU yang lahir pada tanggal 31 januari 1926 di
4
Surabaya.4 bukan saja bergerak dibidang keagamaan tapi bergerak juga dalam bidang
bumi nusantara yang subur makmur dikuasai oleh Belanda selama ratusan tahun.
“Kebangkitan Nasional”. Gerakan ini direspon oleh kalangan Islam tradisional dengan
Tradisional merasa perlu untuk membentuk organisasi yang mencakup seluruh aspek
dan lebih sistematis yaitu Nahdatul Ulama. Nahdatul Ulama atau Kebangkitan Ulama
Wahabi di Timur Tengah. Hal ini dibuktikan dengan adanya kongres umat Islam di
4 Menurut catatan sejarah Surabaya menjadi basis NU terbesar di Indonesia, selain itu daerah sekitar
seperti Kediri, bojonegoro dan kudus merupakan basis NU. A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan
Rakyat Indonesia (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1994), Hlm. 109.
5 Ahlussunah Wal Jamah atau Aswaja menurut definisi KH. Sirajidin Abbas mempunyai 2 makna,
yaitu Ahluussunah dan Waljamaah. Ahlussunah berarti penganut Sunnah nabi Muhammad SAW;
sedangkan Wal Jamaah adalah penganut I‟tiqad sebagaimana I‟tiqad Jamaah sahabat-sahabat nabi
Muhammad SAW. Menurut Istilah, Kaum Ahlussunah Wal Jamaah adalah kaum yang menganut I‟tiqad
seperti I‟tiqad yang dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dasar gerakan keagamaan
NU sudah jelas, yakni sebagai penganut sunnah Nabi Muhammad SAW dan pemegang teguh sunnah
Sahabat Nabi. Lihat: Siradjudin Abbas, I‟tiqad Ahlussunah Wal Jamaa (Jakarta: Pustaka Tarbiyah,
2002), Hlm.16.
6 KH. Ahmad Siddiq, Khittah Nahddliyyah (Surabaya: Balai Pustaka, 1980), 46.
5
Hindia Belanda dalam merespon kejatuhan tersebut. Isu keruntuhan Kekhalifahan
menjadi isu bersama yang dapat menyatukan umat Islam di Hindia Belanda.7
pembaharu. Perpecahan antar umat Islam ini secara umum dilatarbelakangi dari adanya
tarik ulur kepentingan dalam merespon jatuhnya Turki Utsmani. Perpecahan tersebut
terkait dengan perkembangan kondisi sosial politik pasca runtuhnya Turki Utsmani,
terutama di kawasan Hijaz. Selanjutnya Penandanya yaitu naiknya Ibnu Sa‟ud menjadi
penguasa Mekah. Ibnu Sa‟ud dikenal memiliki reputasi beragama yang radikal,
dogmatis, dan tidak mengenal kompromi. Hal ini membuat kalangan tradisionalis
disampaikan dalam forum resmi komite oleh Abdul Wahab sebagai utusan dari
tujuan Ibnu Saud menyerbu Hijaz adalah untuk memperbaiki tatacara peribadahan
yang sebelumnya kacau, banyak kejahatan serta banyaksuku Arab yang melarikan
diri.8
Hijaz, serta penunjukan delegasi Internasional untuk mewakili umat Islam Hindia
7 M. Ali Haidar, NU dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik( Jakarta: Gramedia
Pustaka, 1994),Hlm. 68.
8 M. Ali Haidar, NU dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994), hlm. 56-57.
6
Belanda dalam kongres, ternyata penunjukan tersebut tidak mewakili kaum
tradisionalis. Hal ini membuat kelompok tradisionalis merasa aspirasi mereka tentang
Hijaz dalam kaitannya dengan klaim khilafah,yang sering disuarakan Abdul Wahab
kalangan ulama golongan tradisional dalam wadah kepanitiaan yang disebut Komite
Hijaz. Rapat ini masih tetap menempatkan masalah Hijaz sebagai pokok pembicaraan
utama. Komite ini nantinya diubah menjadi Nahdhatul Ulama (NU) di Surabaya
tanggal 31 Januari 1926 dan menekankan keterikatannya pada mazhab Syafi‟i serta
di Hindia Belanda. Selain itu mereka pun tidak menghalangi pihak yang tidak mau
mengikuti mazhab Syafi‟i.9 Selain itu factor yang menjadi pengaruh lahirnya NU
9 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1982), h. 243-244. Rapat
Komite Hijaz tersebut menjadi peristiwa sangat bersejarah dan bermakna monumental. Komite Hijaz merupakan
embrio NU. Mulai saat itu ulama tradisional mengorganisasikan kegiatan-kegiatan keagamaan melalui satu wadah.
Kehadiran wadah seperti NU tampaknya sudah dinantikan oleh pengikut paham ahlussunnah wal jamaah yang
menganut salah satu mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hanbali). Hal ini terbukti dari pesatnya
perkembangan organisasi ini, sehingga pada tahun itu pula bisa diselenggarakan muktamar yang pertama. Semua
itu berkat kerja keras dwitunggal, K.H. Abdul Wahhab Chasbullah yang menjadi motor organisasi dan K.H. M.
Hasyim Asy‟ari yang berperan dalam perkembangan organisasi. Empat tahun kemudian NU mendapat pengakuan
dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr A.C.de Graeff, 6 Februari 1930. Keputusan ini kemudian dimuat dalam
De Javasche Courant tanggal 25 Februari 1930.
7
Islam Tradisional, dengan pemikiran agar umat Islam kembali kepada pemurnianajaran
B. Faham Keagamaan
sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan
Syafi’i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-
syariat.
kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan
C. Peran NU di Masyarakat
10. Aboebakar atceh, Sejarah hidup KH A. wachid Hasyim ( Jombang: Pustaka Tebu Ireng, 2015),
Hlm.56.
8
pendidikan, pelayanan kesehatan, pemberdayaan ekonomi dan keagamaan pada
masyarakat tradisional atau pedesaan. Sehingga sebenarnya bisa dikatakan jika menilai
dari bentuk basis masyarakat yang diberdayakan, maka NU memiliki beban lebih berat.
Hal ini tak lepas dari mayoritas penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan yang
dari kekuasaan negara tak melepaskan dari prinsip aqidah ahlusunnah wal
jama’ah (aswaja). Posisi ini tetap akan menjadikan perjuangan NU dalam mewujudkan
pemahaman Islam sebagai agama fitrah dan rahmat bagi semesta alam tentunya tidak
D. Dasar Keagamaan NU
9
1. Al-Qur’an adalah dasar hukum yang pertama dan utama dalam Islam. Karena
itu setiap muslim harus menerima bahwa asas yang pertama dan terkuat untuk
yang sangat penting dan merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
3. Ijma’ Yaitu kesepakatan para ulama’ mujtahid mengenai suatu hukum ijma’
baru dapat dipergunakan sebagai dalil terhadap suatu perkara sesudah ternyata
tidak ditemkan nash Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Ijma’, ada beberapa macam
diantaranya ijma’ sharih, ijma’ sukuni, ijma’ sababy, ijma’ khalifah empat, dan
lain-lainnya.
hukum.
a. Alas, Asal adalah sesuatu yang sudah ada nash hukumnya yang menjadi
c. Hukum asal, yaitu hukum syara’ yang terdapat pada asal dan dimaksudkan
10
d. Illat yaitu sebab yang menggabungkan atau menghubungkan antara asal
13 Sumber http://akmalstainu2015.blogspot.co.id/2015/12/eranan-nu-di-masyarakat-
pendidikan.html jam 14:00. 16/3/2016
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
NU merupakan sebuah organisasi yang tidak seenaknya saja dalam memandang
dan menilai berbagai hal. Mengacu pada sumber seperti Al-Quran, Hadits, Ijma’ dan
Qiyas. Menjadikan NU sebagai organisasi yang lebih mengutamakan sumber yang ada
dalam menilai suatu hal yang terjadi di lingkungan sekitar. Selain itu, NU juga
mengajarkan untuk tidak menilai baik-buruknya suatu perbuatan tanpa di dasari oleh
12
DAFTAR PUSTAKA
Aboebakar atceh, Sejarah hidup KH A. wachid Hasyim ( Jombang: Pustaka Tebu Ireng,
2015)
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1982)
http://agusmr220.blogspot.co.id/2013/12/nu-dan-sikap-sikap-keagamaan.html
http://agusmr220.blogspot.co.id/2013/12/nu-dan-sikap-sikap-keagamaan.html
http://akmalstainu2015.blogspot.co.id/2015/12/eranan-nu-di-masyarakat-
pendidikan.html
M. Ali Haidar, NU dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik( Jakarta:
Gramedia Pustaka, 1994)
Siradjudin Abbas, I‟tiqad Ahlussunah Wal Jamaa (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2002)
Sumber http://akmalstainu2015.blogspot.co.id/2015/12/eranan-nu-di-masyarakat-
pendidikan.html
13