Revisi Ujian Tesis Magister Fix 3
Revisi Ujian Tesis Magister Fix 3
Revisi Ujian Tesis Magister Fix 3
TESIS
Oleh
NIM. 217041193
TESIS
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr.dr. Elmeida Effendy, M.Ked., Sp.K.J (K) dr. M. Surya Husada, M.Ked., Sp.K.J
NIP. 19720501 1999903 2 004 NIP. 19800203 200801 1 011
Dr. dr. Dedy Hermansyah, Sp.B (K)Onk. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S(K)
NIP. 19810703 200912 1 003. NIP. 19660524 199203 1 002
Penguji :
Penguji I Penguji II
Dr. dr Mustafa M. Amin, M.Ked., M.Sc., Sp.K.J (K) dr. Nuraiza Meutia, M.Biomed,
PhD
NIP. 19780330 200501 1 003 NIP. 19730911 200102 2 001
Mengetahui,
dr. M. Surya Husada, M.Ked., Sp. K.J. Prof. Dr.dr. Elmeida Effendy, M.Ked, Sp.KJ (K)
NIP. 19800203 200801 1 011. NIP. 19720501 199903 2 004
Telah diuji pada Tanggal :
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Namun demikian besar harapan penulis kiranya tulisan ini dapat bermanfaat dalam
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Studi
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera
3. Bapak Dr. dr. Dedy Hermansyah, Sp.B (K) Onk, selaku Ketua Program Studi
4. Ibu Dr. dr. Cut Adeya Adella, Sp. OG., Subsp. Onk selaku Ketua TKP PPDS-
5. Ibu Prof. Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked., Sp. K.J. (K) selaku Ketua
Utara, juga sebagai guru besar dan pembimbing penulis yang banyak
6. Bapak dr. M. Surya Husada, M.Ked., Sp. K.J. selaku Ketua Departemen
7. Bapak Dr. dr. Mustafa M. Amin, M.Ked., M.Sc., Sp. K.J. (K) sebagai guru
dan pembimbing tesis penulis yang telah banyak memberikan bimbingan,
8. Bapak (Alm) Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. K.J. (K) selaku guru besar yang
9. Ibu dr.Vita Camellia, M.Ked., Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak
10. Bapak (Alm) dr. H. Harun T. Parinduri, Sp. K.J. (K) selaku guru yang
11. Bapak Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. K.J. (K) selaku guru besar yang
penulis.
12. Ibu dr. Nazli M. Nasution, M.Ked., Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak
13. Ibu dr. Dessy Mawar Zalia, M.Ked, Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak
14. Ibu dr. Cindy Chias Arthy, M.Ked, Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak
15. Bapak dr. Freddy Subastian, Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak
17. Bapak dr. Zainal Safri, Sp.PD-KKV, Sp.JP (K) selaku Direktur Utama RSUP
18. Bapak dr. David Luther, M.Ked (OG), Sp.OG (K) selaku Kepala Instalasi
Rawat Jalan Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan.
Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik Medan Sumatera Utara yang telah
20. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, Bapak dr. Yusuf
R. Surbakti, Sp.OG (K) dan alm. Ibu Flory Yenita Sembiring yang penuh
pendidikan dan penyelesaian tesis ini. Keberhasilan dalam hidup penulis tidak
lepas merupakan berkat doa dan dukungan orang tua tercinta. Seluruh
keduanya.
21. Kedua mertua yang sangat penulis hormati dan sayangi, Bapak Feberta
Tarigan Sibero S.E dan Ibu Elvina br Bukit S.E, yang selama ini telah
22. Untuk istri tercinta Kathryn Liza Mentari Sibero S.Ak, terimakasih atas
ikut berlelah membantu dalam segala hal. Tanpa semua itu, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan pendidikan dan tesis ini dengan baik. Terima kasih
pengorbanan d a n atas segala doa dan segala waktu dan kesempatan yang
tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam suka cita dan keriangan.
23. Kepada seluruh keluarga besar penulis yang banyak memberikan semangat
Semoga Tuhan membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah
penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Abstrak
Latar Belakang : Penyakit ginjal kronik adalah suatu gangguan pada ginjal yang
ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung
lebih dari 3 bulan. Menurut Data Perhimpunan Nefrologi Indonesia pada tahun
2012 yaitu prevalensi GGK di Indonesia 12,5% berdasarkan jenis kelamin
prevalensi tertinggi pria (0,3%) sedangkan pada wanita (0,2%), Hemodialisis
adalah metode yang paling banyak digunakan, dibandingkan dengan jenis dialisis
lainnya (16%). Hemodialisis dapat menggantikan fungsi ginjal untuk mengatur
cairan tubuh, elektrolit dan metabolisme. Studi ini ingin menganalisis faktor-
faktor yang berhubungan dengan sindrom depresif pada gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis.
Hasil : Data dari 97 orang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
yang berpartisipasi menunjukkan bahwa didapatkan variabel umur pasien GGK
yang menjalani hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif dengan r = 0,204
terhadap depresi yang berarti semakin tinggi umur pasien GGK yang menjalani
hemodialisis semakin tinggi skor BDI II artinya semakin tinggi depresi pada
pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Variabel jenis kelamin pasien GGK
yang menjalani hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif dengan r = 2,696
yang berarti pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis laki-laki semakin
tinggi skor BDI- II artinya semakin tinggi depresi pada pasien laki-laki yang
menjalani hemodialisis. Variabel lama pasien GGK yang menjalani hemodialisis
memiliki koefisien korelasi negatif terhadap depresi dengan r= - 4,015 yang
berarti semakin lama pasien GGK yang menjalani hemodialisis semakin rendah
skor BDI- II artinya semakin rendah depresi pada pasien GGK yang menjalani
hemodialisis.. Variabel penyakit komorbid pasien GGK yang menjalani
hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif dengan r = 3,270 yang berarti
semakin banyak komorbid pasien GGK yang menjalani hemodialisis semakin
tinggi skor BDI- II artinya semakin tinggi depresi pada pasien GGK yang
menjalani hemodialisis.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara umur dan depresi dengan pasien HD,
terdapat hubungan antara jenis kelamin dan depresi dengan pasien HD, terdapat
hubungan antara lama Pendidikan dan depresi dengan pasien HD, terdapat
hubungan antara lama menjalani HD dan depresi dengan pasien HD, terdapat
hubungan antara penyakit komorbid dan depresi pada pasien HD.
Kata kunci : Gagal ginjal kronik, hemodialisis, depresi, skor BDI, BDI-II
Abstract
Background: Chronic Kidney Disease is a disorder of the kidneys characterized by
abnormalities in kidney structure or function that last more than 3 months. According to
data from the Indonesian Nephrology Association in 2012, the prevalence of CRF in
Indonesia was 12.5% based on gender, the highest prevalence of men (0.3%) while in
women (0.2%), hemodialysis was the most widely used method, compared to other types
of dialysis (16%). Hemodialysis can replace kidney function to regulate body fluids,
electrolytes and metabolism. This study wanted to analyze the factors associated with
depressive syndrome in chronic renal failure undergoing hemodialysis.
Method: This study is a multivariate analytical study with a cross-sectional study
approach. Sampling using non-probability sampling type consecutive sampling technique.
Samples were obtained from 97 patients with chronic renal failure who underwent
hemodialysis at the hospital. H. Adam Malik Medan.
Results: Data from 97 patients with chronic renal failure who underwent hemodialysis
who participated showed that the age variable of CRF patients undergoing hemodialysis
had a positive correlation coefficient with r = 0.204 on depression, which means that the
higher the age of CRF patients undergoing hemodialysis, the higher the BDI II score,
meaning the higher the depression in CRF patients undergoing hemodialysis. The sex
variable of CRF patients undergoing hemodialysis has a positive correlation coefficient
with r = 2.696, which means that in CRF patients undergoing male hemodialysis, the
higher the BDI-II score, meaning the higher the depression in male patients undergoing
hemodialysis. The old variable of CRF patients undergoing hemodialysis has a negative
correlation coefficient of depression with r = - 4.015 which means that the longer CRF
patients undergo hemodialysis, the lower the BDI-II score, meaning the lower the
depression in CRF patients undergoing hemodialysis. The comorbid disease variable of
CRF patients undergoing hemodialysis has a positive correlation coefficient with r =
3.270, which means that the more comorbid CRF patients undergoing hemodialysis, the
higher the BDI-II score, meaning the higher the depression in CRF patients undergoing
hemodialysis.
Conclusion: There is a relationship between age and depression with HD patients, there is
a relationship between sex and depression with HD patients, there is a relationship
between the length of education and depression with HD patients, there is a relationship
between the length of time undergoing HD and depression with HD patients, there is a
relationship between comorbid diseases and depression in HD patients.
Key words: Chronic renal failure, depression, BDI score, BDI-II
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................ 5
1.3. Hipotesis .............................................................................. 5
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
1.4.1. Tujuan Umum .......................................................... 6
1.4.2. Tujuan Khusus ......................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
1.5.1. Teoritis ..................................................................... 8
1.5.2. Aplikatif ................................................................... 8
i
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................42
3.1. Desain Penelitian.......................................................................42
3.2. Tempat dan waktu penelitian.....................................................42
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................42
3.3.1. Populasi..........................................................................42
3.3.2. Sampel dan Cara pemilihan Sampel...............................43
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.....................................................43
3.4.1. Kriteria Inklusi................................................................43
3.4.2. Kriteria Eksklusi.............................................................43
3.5. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel........................43
3.6. Teknik Pengambilan Data..........................................................51
3.6.1. Alat Pengumpulan Data..................................................51
3.6.2. Cara Kerja Penelitian......................................................52
3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen........................54
3.7. Kerangka Kerja..........................................................................55
3.8. Identifikasi Variabel..................................................................56
3.9. Rencana Manajemen dan Analisis Data....................................56
3.10. Etika Penelitian..........................................................................58
BAB V DISKUSI.............................................................................................71
5.1. Prosedur Penelitian...................................................................71
5.2. Skor BDI -II.............................................................................72
5.3. Biological Plausibility..............................................................73
5.4. Persamaan dan perbedaan hasil penelitian...............................76
5.4.1. Umur Pasien GGK yang menjalani hemodialis.............76
5.4.2. Jenis Kelamin Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................76
5.4.3. Status Pekerjaan Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................79
5.4.4. Lama Pendidikan Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................77
5.4.5. Status Pernikahan Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................78
5.4.6. Lama Sakit Pasien GGK yang menjalani
Hemodialisis..................................................................79
5.4.7. Penyakit Komorbid Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................80
ii
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN................................................................82
6.1 Simpulan...................................................................................….83
6.2 Saran…………………………………………………………………….83
DAFTAR PUSTAKA…........................................................................................85
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 2. Normal P-P plot untuk melihat asumsi normalitas dari residu.........69
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
DAFTAR SINGKATAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal yang
lebih dari 3 bulan. Penyakit Ginjal Kronik ditandai dengan satu atau lebih tanda
histologi, struktur ginjal, ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal, juga disertai
penurunan laju filtrasi glomerulus. Secara progresif pasien gagal ginjal kronik ini
yang telah menjadi masalah kesehatan yang serius dan menempati urutan ke-12
maju seperti Amerika, terdapat 30 juta orang dewasa yang menderita Gagal Ginjal
Kronik (GGK).2 Selain itu, National Institute of Diabetes and Digestive and
prevalensi 17,01% dan 15,29%.3 Data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun
2018 melaporkan jumlah penderita GGK di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak
dialisis. Jumlah pasien aktif hemodialisis dari tahun 2015 sampai tahun 2018
mengalami peningkatan dari 30.554 pasien pada 2015 menjadi 132.142 pasien
pada 2018, menurut kelompok umur, sebagian besar pasien yang menjalani
hemodialisis
BAB I
1
2
pada tahun 2012 yaitu prevalensi GGK di Indonesia 12,5% artinya sekitar 18 juta
prevalensi tertinggi pria (0,3%) sedangkan pada wanita (0,2%), sementara pada
tingkatan usia prevalensi terbanyak yaitu usia > 75 tahun (0,6%). 5 Data Riset
GGK berjumlah 0,38% meningkat dari data di tahun 2013 yaitu 0,2%. Prevalensi
Sumatera Utara prevalensi gagal ginjal kronik pada tahun 2018 telah
mencapai 0,33% dari jumlah penduduk sekitar 36410 orang. Data ini
menangani penyakit ini dapat dilakukan berbagai terapi yaitu dengan salah
Pasien yang menderita penyakit ginjal kronik stadium akhir atau end stage
renal desease, yaitu pada Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 15 ml/mnt
transplantasi ginjal.8 Kondisi tubuh pada penderita gagal ginjal yang melemah dan
penderita dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara terus menerus sepanjang
hidupnya. Akibatnya akan menjadi stressor fisik yang berpengaruh pada berbagai
nyaman
3
dari 123 pasien pada stadium akhir sebagian besar pasien (62,6%) menjalani
dibandingkan dengan jenis dialisis lainnya (16%), karena rasio terapi pengganti
lama, mahal serta membutuhkan restriksi cairan dan diet. 13 Gejala yang paling
umum dialami pasien yang menjalani hemodialisis adalah perasaan lelah dan
penurunan energi, kesulitan konsentrasi, kulit kering, nyeri tulang dan sendi, kram
otot, masalah emosional dan gejala yang berhubungan dengan gangguan tidur.
Sehingga memiliki efek negatif pada tingkat kenyamanan dan aktivitas kehidupan
dalam perkawinan, keluarga dan kehidupan sosial serta berkurang atau hilangnya
yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan mengalami gangguan tidur.15
pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. 9 Studi pada
tahun 2022 oleh Shanmukham dan kawan kawan di India melaporkan bahwa
depresi lazim di antara pasien dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani
dialysis dan sekitar 20% hingga 90% pasien hemodialisis mengalami depresi.16
Populasi umum prevalensi depresi adalah sekitar 1,1% - 15% pada laki-
laki dan 1,8% - 23% pada wanita, namun pada pasien hemodialisis prevalensinya
sekitar 20% - 30% bahkan bisa mencapai 47%. Pada pasien hemodialisis
kesedihan, kesepian dan apatis, timbul perasaan untuk menyalahkan diri sendiri,
Studi yang dilakukan poleh Othayq dan kawan kawan pada tahun 2020 di
Arab Saudi terhadap 211 pasien menerangkan bahwa terdapat hubungan antara
status pernikahan dengan depresi pada pasien hemodialisis. Pada studi tersebut
juga didapatkan hubungan antara variabel depresi dengan jenis kelamin pasien
Studi yang yang dilakukan oleh Nagy pada tahun 2023 menerangkan
bahwa terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan depresi dimana pasien
Medan bahwa terdapat hubungan antara lama hemodialisis dan skor depresi pada
hubungan antara skor kualitas tidur dan skor depresi pada orang dengan gagal
ginjal
5
kronik yang menjalani hemodialisis, terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan
skor depresi pada orang dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.19
Utara. Atas dasar itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.
dari studi ini adalah menganalisis faktor apa saja yang berhubungan dengan
sindrom depresif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
1.3. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara umur dan sindrom depresif pada pasien gagal ginjal
2. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan sindrom depresif pada pasien
Medan.
3. Terdapat hubungan antara status pekerjaan dan sindrom depresif pada pasien
Medan.
4. Terdapat hubungan antara lama pendidikan dan sindrom depresif pada pasien
Medan.
5. Terdapat hubungan antara status pernikahan dan sindrom depresif pada pasien
Medan.
Malik Medan.
1.5.1. Teoritis
Jiwa dan Ilmu Penyakit Dalam terkait analisis faktor – faktor depresi
1.5.2. Aplikatif
mendeteksi lebih dini dan mengurangi angka kejadian depresi pada pasien
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi
semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana
fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal
2.1.2. Epidemiologi
cukup tinggi yaitu mencapai 3.8 permil populasi Indonesia menderita penyakit
ginjal kronik yang terdiagnosis dokter. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
prevalensi penyakit ginjal kronik pada tahun 2013 yaitu 2 permil di seluruh
provinsi Sulawesi Barat pada angka 1.8 permil. Penderita penyakit ginjal kronik
tersering berada pada umur 65-74 tahun, lebih banyak terjadi pada laki-laki.
Indonesia juga cukup rendah dimana hanya 19.3% penderita penyakit ginjal
kronik
9
10
merupakan daerah yang paling sering ditemukan penyakit ginjal kronik. Penyakit
ginjal kronik merupakan penyebab dari 956.000 kematian di seluruh dunia pada
tahun 2013. Pada tahun 2016, penyakit ginjal kronik terdapat pada sekitar 753 juta
orang di seluruh dunia yang meliputi 336 juta pada pasien laki-laki dan 417 juta
pada pasien perempuan. Di seluruh dunia terdapat 1,2 juta kematian per tahun
akibat penyakit ginjal kronik, penyebab tersering penyakit ginjal kronik adalah
hipertensi pada 550 ribu pasien, diabetes melitus pada 418 ribu pasien, dan
2.1.3. Etiologi
terlibat:23 Penyakit vaskular, yang dapat melibatkan pembuluh darah besar seperti
bilateral artery stenosis, dan pembuluh darah kecil seperti nefropati iskemik,
glomerulosclerosis
• Nefropati obstruktif yang dapat berupa batu ginjal bilateral dan hiperplasia
prostat
• Penyakit ginjal kronik juga dapat idiopatik yang mempunyai gejala yang
menjadi nekrosis.
2.1.4. Klasifikasi
Global Outcomes (KDIGO) pada tahun 2013 meliputi kriteria penurunan Laju
12
kronik tersebut.21,24
creatinine dengan rumus menggunakan formula LFG MDRD sebagai berikut :24,25
Sumber : KDIGO 2013 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013
serum kreatinin. Kategori menurut KDIGO 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:26
Sumber : KDIGO 2013 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013
Dengan mengkombinasikan kedua kriteria diatas dapat dimasukkan ke
13
cross table untuk mengetahui risiko referal untuk pasien gagal ginjal kronik dan
urgensi penanganan penyakit gagal ginjal kronik. Cross table untuk referral dapat
Sumber : KDIGO 2013 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic
Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013
menggunakan LFG dengan beberapa kriteria tambahan yang dapat dilihat pada
tabel dibawah
Penyakit ginjal kronik secara umum pada stadium awal tidak terdapat
gejala yang khas, namun penyakit ginjal kronik stadium awal hanyak dapat
dideteksi dengan peningkatan serum kreatinin dan proteinuria. Namun jika fungsi
sebagai berikut:27
1. Peningkatan tekanan darah akibat kelebihan cairan dan produksi dari hormone
2. Akumulasi urea pada darah yang menyebabkan uremia, gejala uremia dapat
konsentrasi tinggi dan mengkristal pada kulit yang disebut dengan “uremic
frost”
melalui berkurang.
c. Overload volume cairan yang disebabkan oleh retensi natrium dan cairan
yang
15
f. Asidosis metabolik yang disebabkan oleh akumulasi dari fosfat dan urea.
2.1.6. Patofisiologi
melibatkan
glomerulonefritis, atau pajanan zat toksin pada penyakit tubulus ginjal dan
hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron yang tersisa, nefron-nefron yang utuh hipertrofi
dalam keadaan penurunan LFG. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi ¾ dari nefron-nefron yang rusak. Beban yang harus dilarut menjadi
lebih besar daripada yang diabsorpsi dan berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri. Selanjutnya jumlah nefron yang rusak bertambah, oliguria timbul disertai
retensi produk sisa. Fungsi ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein
Uremia yang bersifat toksik dapat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat
mengenai sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Selain itu sindrom uremia ini
Pada PGK akan terjadi penurunan fungsi insulin, peningkatan produksi lipid,
gangguan sistem imun, dan gangguan reproduksi. Karena fungsi insulin menurun,
maka gula darah akan meningkat. Peningkatan produksi lipid akan memicu
2.1.7. Diagnosis
dibagi berdasarkan durasinya. Jika durasi >3 bulan maka disebut kronik.
Kronisitas
17
ini untuk membedakan PGK dengan penyakit ginjal akut lainnya seperti
pemeriksaan ulang fungsi ginjal dan kerusakan ginjal. Untuk waktu evaluasi
bergantung pada penilaian klinis, dengan evaluasi awal untuk pasien diduga
memiliki GGA dan evaluasi selanjutnya untuk pasien diduga memiliki GGK. Pada
GGA terjadi peningkatan serum kreatinin secara tiba-tiba dengan jumlah yang
tinggi namun pada PGK peningkatan serum kreatinin terjadi secara perlahan dan
kronik.
Kebanyakan dari penyakit ginjal tidak memiliki gejala atau temuan dan
hanya terdeteksi ketika sudah kronik. Sebagian PGK tidak dapat disembuhkan
gagal ginjal. Tetapi, dalam beberapa kasus dapat sepenuhnya sembuh, baik secara
1. Penurunan LFG
LFG merupakan salah satu komponen dari fungsi eksresi yang dapat
struktual yang meluas dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang ditandai
LFG <60 ml/min/1.73m2 merupakan LFG setengah dari nilai normal pada
pria dan wanita dewasa dalam selama >3 bulan dapat diindikasi dengan GGK
18
LFG ini dapat dideteksi secara rutin dengan tes laboratorium. LFG ini
dapat dilihat berdasarkan serum creatinin (SCr) tetapi bukan hanya SCr saja yang
2. Kerusakan Ginjal
atau tubulus collecting duct yang paling sering dipakai sebagai penanda dari
a. Proteinuria
protein dalam urin. Proteinuria menyebabkan hilangnya protein plasma akibat dari
dapat menunjukan adanya protein hilang pada ginjal dan saluran kencing bagian
bawah.
b. Albuminuria
dalam urin dengan jumlah sedikit dan jumlah sangat besar pada pasien dengan
dalam urin.
yaitu albumin adalah komponen utama protein urin pada sebagian besar penyakit
hubungan adanya hubungan kuat dari jumlah albumin urin dengan risiko penyakit
Excretion Rate (AER) dan Protein Excretion Rate (PER). Batas AER ≥30mg/24
endapan urin dalam berbagai gangguan ginjal dan saluran kemih, tetapi temuan sel
tubular ginjal, sel darah merah, sel darah putih, granular kasar, wide cast, dan
banyak sel dismorfik sel darah merah adalah patognomik kerusakan ginjal.
yang mendasari. Penyakit lain didapat seperti karena obat atau racun dan biasanya
e. Kelainan Imaging
pembuluh darah atau tubule collecting. Pasien dengan kelainan struktural yang
20
signifikan dianggap memiliki GGK jika kelainan tersebut dapat bertahan > 3 bulan.
peningkatan risiko kematian dan hasil ginjal dibanding dengan populasi umum
2.1.8. Penatalaksanaan
1. Hipertensi
blocker (ARB) untuk tekanan darah ditargetkan sistolik kurang dari 130 mm Hg
2. Diabetes
glukosa plasma puasa 4–7 mmol/L. Kontrol glikemik menjadi strategi intervensi
dengan penyakit ginjal kronik stage 1 atau 2 dengan fungsi ginjal yang stabil dan
tidak berubah selama 3 bulan terakhir. Metfomin dapat dilanjutkan pada pasien
3. Proteinuria
21
penyakit ginjal kronik. ACE Inhibitor dan ARB adalah obat pilihan untuk
dapat menurunkan proteinuria. Diet kontrol protein serta penurunan berat badan
4. Anemia
meresepkan obat ini. Besi oral adalah terapi lini pertama untuk pasien dengan
penyakit ginjal kronik. Pada pasien yang dapat dan tidak mendapatkan
besi untuk mempertahankan ferritin >100 ng/mL dan saturasi transferin >20%.
Pasien dengan target serum ferritin dan saturasi trasnferrin yang tidak mencukupi
atau keduanya saat mengambil besi oral atau tidak mentoleransi bentuk oral harus
dan jika tidak ada hiperkalemia. Jika terdapat hiperkalsemia, dosis calcium-
containing
22
pemberian analog vitamin D jika kadar serum hormon paratiroid >53 pmol/L.
6. Transplantasi ginjal
penurunan status gizi (serum albumin, massa tubuh tanpa lemak). Transplantasi
ginjal tidak boleh dilakukan sampai LFG <20 Ml/min/m2 dan terdapat bukti
a. Berhenti merokok
Orang dengan obesitas Body Mass Index (BMI) >30,0kg/m2 dan kelebihan
berat badan (BMI >25,0 – 29,0 kg/m2) harus didorong untuk mengurangi BMI
karena untuk menurunkan risiko penyakit ginjal kronik dan penyakit ginjal
stadium akhir. Pemeliharaan berat badan yang sehat (18,5-24,9 kg/m 2; lingkar
pinggang < 102cm untuk pria, <88 cm untuk wanita) direkomendasikan untuk
orang yang kelebihan berat badan dengan hipertensi disarankan harus menurunkan
berat badan.
nutrisi.
d. Asupan alkohol
Guideline untuk risiko minum alkohol rendah. Orang dewasa sehat harus
konsumsi tidak boleh lebih dari 14 minumanper minggu untuk pria dan 9
e. Olahraga
dinamis intensitas sedang selama 30-60 menit seperti berjalan, bersepeda atau
cairan berlebih dalam darah. Selama proses berlangsung, darah akan dipompa
memasuki saluran membran dialysis menuju mesin dialysis dimana darah akan
24
pengubahan komposisi solut darah oleh larutan lain (cairan dialisat) untuk
mengeluarkan air yang membawa serta zat terlarut yang tidak diinginkan.31
Pada pasien dengan PGK stadium 4 (LFG <30 mL/min/1,73 m2) dan
hemodialisis. Keputusan untuk memulai dialisis didasarkan pada tanda dan gejala
Rumus cockcrouft-Gault
wanita) 72 x Scr
Keterangan :
kebutuhan dan kondisi pasien. Hemodialisis dibagi menjadi 3 jenis yang berbeda.
Hemodialisis rutin dilakukan 3 kali seminggu, 3-5 jam sehari, hemodialisis jangka
hemodialisis konvensional. Durasi setiap hemodialisis adalah sekali sehari <3 jam.
Hemodialisis malam jenis hemodialisis ini memakan waktu lama dan lebih
lambat, berlangsung 6-8 jam. Program dialisis dikatakan berhasil jika penderita
kembali menjalani hidup normal, penderita kembali menjalani diet yang normal,
jumlah sel darah merah dapat ditoleransi, tekanan darah normal dan tidak terdapat
hemodialisis adalah difusi, konveksi dan ultrafiltrasi. Toksin dan limbah dalam
darah dikeluarkan dengan difusi. Difusi bergerak dari konsentrasi tinggi dalam
difusi molekul besar seperti sel darah merah dan protein. Pengeluaran cairan yang
transportasi massa zat terlarut bersama dengan cairan yang dilarutkannya (air
plasma) dan didorong oleh tekanan hidrostatik yang lebih tinggi dalam
kompartemen darah yang dihasilkan oleh pompa darah. Jumlah zat terlarut yang
26
dihilangkan secara konveksi tidak tergantung pada konsentrasi zat terlarut, tetapi
lebih pada perbedaan tekanan hidrostatik antara kompartemen darah dan dialisat.
hidrostatik maupun tekanan osmotik dimana terjadi aliran konvektif (air dan zat
dalam kompartemen dialisat yang disebut TMP (tekanan trans membran) dan
hipotensi (20-30%), kram otot (5- 20%), mual-muntah (5-15%), sakit kepala
1. Hipotensi
pertama adalah kegagalan untuk menjaga volume plasma pada tingkat optimal dan
dengan gejala seperti kram, mual, muntah, kelelahan yang berlebihan dan
2. Sakit kepala
penyebabnya belum diketahui secara pasti. Faktor pemicu sakit kepala mungkin
tingkat rendah renin plasma, sebelum dan sesudah dialisis nilai Blood Urea
3. Sakit dada
perikarditis.
4. Hipoksemia
tersebut tidak menyebabkan masalah klinis yang signifikan pada pasien yang
5. Gatal-gatal
tidak diketahui, diduga faktor yang menyebabkannya adalah kulit kering , deposit
6. Kram otot
besar terlihat di eksteremitas bawah, tetapi dapat terjadi juga di perut, lengan dan
tangan. Metabolisme otot dibawah normal dianggap sebagai faktor yang paling
7. Anemia
Tidak memiliki cukup sel darah merah dalam darah adalah komplikasi
umum dari gagal ginjal dan hemodialisis. Gagal ginjal mengurangi produksi
merah. Pembatasan diet, penyerapan zat besi yang buruk, tes darah secara sering
atau kehilangan zat besi dan vitamin akibat hemodialisis dapat berkontribusi juga
8. Amiloidosis
pada sendi dan tendon sehingga menyebabkan nyeri, kekakuan dan penumpukkan
cairan pada sendi. Kondisi ini lebih umum terjadi pada orang yang telah menjalani
2.3. Depresi
mengarah ke suasana hati yang rendah, putus asa, dan anhedonia. Pasien depresi
berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan fisik yang serius serta
memainkan peran dalam pengalaman emosi, dimana jalur utama dari sistem
prefrontal
29
merupakan bagian dari patofisiologi depresi. Aktivasi amigdala yang tidak normal
gejala utama mood yang depresif kehilangan minat dan kegembiraan serta
perhatian yang berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan
tentang perasaan bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram
dan tidak berguna, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh
diri, tidur yang terganggu serta nafsu makan yang berkurang yang sekurang-
Depresi atau yang lebih dikenal dengan depresi mayor adalah gangguan
jiwa atau mood (suasana hati) berupa perasaan sedih atau kehilangan
Berdasarkan usia, depresi dapat terjadi pada semua usia, mulai dari anak-
anak sampai manula. Namun depresi paling sering terjadi pada usia 25-44 tahun.
negara maju lebih sering terjadi dan dari penelitian disebutkan bahwa satu dari
tiga
30
Berdasarkan jenis kelamin, depresi dapat terjadi baik pada pria maupun
wanita. Pada wanita, risiko depresi meningkat sejak masa remaja sampai usia 50-
an dengan tingkat kejadian depresi 1,7 – 2,7 kali lebih besar dibandingkan pria.
Pada usia 65-80 tahun, prevalensi depresi pada wanita sebesar 20,4% sedangkan
pria 9,6%.40
depresi. Kejadian ini lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki
keluarga tanpa sejarah depresi, yaitu sebesar 5,6%. Apabila salah seorang dari
orang tua mempunyai riwayat depresi, maka 27% anaknya berpeluang mengalami
gangguan tersebut. Sedangkan bila kedua orang tuanya menderita depresi maka
A. Faktor Biologi
antara norephinefrin dan gangguan depresi adalah bahwa ketika terjadi penurunan
depresi adalah ketika kadar serotonin mengalami penurunan. Pada pasien dengan
percobaan bunuh diri telah diketahui bahwa cairan serebrospinal mereka memiliki
kadar serotonin yang rendah dengan konsentrasi yang juga rendah dari uptake
depresi. Diketahui bahwa pada pasien dengan gangguan depresi, terjadi penurunan
aktivitas dopamin. Hal ini dibuktikan dari penderita parkinson yang mana terjadi
penurunan dari aktivitas dopamin. Salah satu gejala yang dimiliki oleh penyakit
tersebut adalah timbulnya gangguan depresi. Selain itu obat-obat yang dapat
B. Faktor Genetik
terjadinya depresi berat padaorang dewasa datang dari pengaruh genetik. Angka
skizofrenia dan bipolar. Risiko terjadinya depresi meningkat sekitar 2,5 -3 kali
depresi.45,
Terdapat sebuah ilustrasi dari hubungan kompleks antara fungsi otak, gen,
Serotonin
32
aktivasi amigdala yang melibatkan persepsi wajah seperti ketakutan dan marah.
dimana pengalaman lingkungan yang penuh dengan tekanan terjadi pada depresi
mendasari respon terhadap stres melibatkan sistem neuroendokrin dan respon dari
coeruleus norephinefrin (LCNE) yang mencakup sistem limbik dan kortikal yang
glukokortikoid, kortisol, memicu kaskade fungsi yang adaptif dalam fase akut
respon terhadap stres yang biasanya diselesaikan dengan cepat melalui proses
umpan balik penghambatan dalam sumbu HPA. Namun terjadinya kegagalan yang
lebih tinggi
33
dengan orang yang tidak tertekan. Lebih lanjut, pasien yang depresi menunjukkan
pemulihan kadar kortisol lebih lambat sebagai respon terhadap stres psikologis.50
D. Faktor Imunitas
bahwa stres kronik dikaitkan dengan peningkatan level C-Reactive Protein (CRP)
dan depresi. Tingkat interleukin 6 (IL-6) dan CRP meningkat pada individu yang
terpapar stres kronik. Stresorkronik dapat membuat tubuh menjadi lebih prima
dalam merespon stres yang lebih tinggi atau justru dapat mengganggu kapasitas
sistem imun untuk kembali seperti semula setelah menghentikan stresor tersebut.
Respon inflamasi juga dapat berkontribusi pada gejala depresi yang memicu
perubahan nafsu makan, pola tidur, dan aktivitas sosial. Proses ini mungkin dapat
terjadi pada pola depresi umum atau hanya terjadi pada individu-individu dimana
kehidupan negatif yang tidak diinginkan. Banyak bukti telah menunjukkan bahwa
sebagian besar episode depresi dipicu oleh peristiwa kehidupan yang memiliki
banyak tekanan. Sekitar 80% kasus depresi didahului oleh terjadinya peristiwa
negatif. Sebagian besar metode penilaian mensurvei stresor terjadi dalam kurun
waktu 3-6 bulan terakhir dalam kaitannya dengan terjadinya depresi, tetapi pada
34
penelitian lain disebutkan bahwa sebagian besar serangan depresi terjadi dalam
produksi katabolit triptofan yang beracun bagi otak. Sebuah meta analisis
diketahui secara luas. Hal tersebut disebabkan oleh fungsi reseptor glukokortikoid
yang merusak sirkuit umpan balik negatif sumbu HPA. Malfungsi reseptor
digunakan untuk mengukur tingkat depresi pada individu. Pada tahun 1961
instrumen ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr.Aaron T.Beck. Instrumen BDI-
II terdiri dari 21 item pertanyaan yang dirancang utuk mendeteksi adanya depresi
pada remaja dan orang dewasa serta untuk karakteristik sikap dan gejala depresi
terlepas dari bias tertentu. Pertanyaan tersebut berhubungan dengan rasa marah,
berupa :56
1. Perasaan kesedihan
2. Rasa pesimis
5. Perasaan bersalah
6. Perasaan dihukum
10. Menangis
36
17. Sensitivitas
depresi yang dimiliki individu. Hasil penilaian pada instrumen ini memberikan
hasil yang berbeda untuk diagnosis depresi pada populasi umum. Untuk individu
2.5. Faktor yang Berhubungan dengan Sindrom Depresif Pada Pasien Gagal
1. Umur
Studi yang dilakukan oleh Wang dan kawan-kawan pada tahun 2019
37
menerangkan bahwa terdapat hubungan antara umur dan depresi pada pasien
gagal ginjal kronik dengan nilai P<0,001. Prevalensi depresi pada usia lanjut
dengan gagal ginjal kronik dan berkorelasi negatif dengan fungsi ginjal.57
2. Jenis Kelamin
Studi yang dilakukan oleh Mosleh dan kawan – kawan pada tahun 2020
terhadap 122 pasien menerangkan bahwa terdapat 24,6 persen yang mengalami
depresi. Pada pasien dengan gagal ginjal kronik, gejala depresi dilaporkan lebih
3. Status Pernikahan
Studi yang dilakukan oleh Othayq dan kawan kawan pada tahun 2020 di
Arab Saudi terhadap 211 pasien menerangkan bahwa terdapat hubungan antara
4. Status Pekerjaan
Studi yang yang dilakukan oleh Nagy pada tahun 2023 menerangkan
bahwa terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan depresi dimana pasien
5. Lama Pendidikan
Studi yang dilakukan oleh Ganu dan kawan – kawan pada tahun 2018 di
anrtara depresi dengan lama Pendidikan. Studi yang dilakukan oleh Agganis dan
kawan – kawan pada tahun 2010 di Boston terhadap 241 pasien hemodialisis
6. Lama Hemodialisis
Studi yang dilakukan oleh Goyal dan kawan – kawan pada tahun 2018
7. Penyakit Komorbid
Studi yang dilakukan oleh Cha dan kawan – kawan pada tahun 2020 di
hubungan antara penyakit komorbid dengan depresi pada pasien gagal ginjal
kronik dengan nilai p<0,001. Kondisi dan penyakit penyerta yang paling umum di
antara pasien yang menjalani dialisis adalah hipertensi, diabetes, penyakit arteri
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Status
pernikahan
Lama HD
Penyakit
Komorbid
Penyakit Komor
METODE PENELITIAN
linier dengan pendekatan desain cross sectional, Desain dalam penelitian ini
Adam Malik Medan yang beralamat di JL. Bunga Lau No.17 Medan. Penelitian
dimulai setelah Ethical Clearance dari Universitas Sumatera Utara dan izin dari
RSUP H. Adam Malik Medan diterbitkan sampai dengan jumlah sampel terpenuhi
3.3.1. Populasi
September 2023.
42
43
eksklusi.
Pada studi ini terdapat 7 variabel bebas, dan dalam menentukan rumus
besar sampel ini akan dicari hubungan bivariat untuk setiap variabel bebas,
kemudian besar sampel yang paling banyak yang akan menjadi besar sampel pada
studi ini. Variabel bebas berskala kategorik akan digunakan diagnosis penelitian
44
multivariat prediktif numerik satu. kali pengukuran. Cara yang pertama adalah
prediktif numerik satu kali pengukuran. Setelah itu, kita tetap harus menghitung
penentuan besar sampel akan dilihat jumlah besar sampel yang paling banyak.26,27
Langkah Pertama yaitu dengan cara dengan menetapkan kesalahan tipe satu
5 % dan kesalahan tipe dua 20 % untuk hipotesis dua arah serta koefisien
63
determinasi 0,25 adalah 50 subjek.
untuk hubungan bivariatnya untuk setiap variabel bebas, seperti diketahui bahwa
variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari variabel kategorik dan variabel
numerik.64
2
(Zα+Zβ)
n= [ 1+r ] +3
0,5ln ( )
1-r
45
Keterangan:
n = jumlah subjek
Alpha (α) = kesalahan tipe satu ditetapkan 5%
Skor BDI-II
n= [ ] +3
1,96+0,84
1+0,296
0,5 ln( 1-0,296 )
n= [ ] +3
2,8 2
0,5 ln( 1,84 )
n= [ ] +3
2,8 2
0,5x0,609
n = 93,17+3 97 orang
Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan
untuk
Skor BDI-II
)
1+0,409
0,5 ln(
2
1-0,409
n=[ ] +3
2,8
n= [ ]
2,8 2
0,5𝑥0,86
n= 42,3+3 46 orang
Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk variabel lama
terlebih dahulu kita mencari rumus untuk simpang baku gabungan yaitu:63
Sg = [
( ) ]
2
s n -1 + s 2(n 2-1)
2 1 1 2 2
n + n -2
1 2
gabungan), sedangkan yang ditetapkan peneliti adalah Z, Z, dan x1- x2, oleh
Skor BDI-II
Diketahui n1 = 9 s1 = 11,185
n2 = 6 s2 = 2,858
S1 (n1-1)+ S2 (n2-1)
2 2
(Sg)2 = n1+n2-2
11,1852(9-1)+ 2,8582(6-1)
(Sg)2 = 9 +6 - 2
1000,8+40,84
(Sg)2 = 13
Sg = √80,12
Sg = 8,95
n = n =2 (Zα+Zβ)Sg ]
[ x -x
2
1 2
1 2
(2,8) (8,95) 2
n1= n2=2 [ ]
12,6
Skor BDI-II
n2 = 5 s2 = 14,258
(s12(n1-1) + s22(n2-
(Sg)2 =
1))
n1+n2 -2
(7,2302 (10-1)+14,2582(5-1))
(Sg)2 = 13
470,45+813,16
(Sg)2 = 13
Sg = √98,3
Sg = 9,93
(2,8) x
n1= 9,93
n2=2
12,
6
n1= n2=2
[2,2]2 n1=
n2=9,68→10
Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk masing-masing adalah
10 orang
Skor BDI-II
Diketahui n1 = 13 s1 = 8,934
n2 = 2 s2 = 15,556
49
(s12(n1-1) + s22(n2-1))
(Sg)2 = n1+n2 -2
(957,72 + 241,98)
(Sg)2 = 13
Sg = √92,28
Sg = 9,60
2,8 x 9,60 2
n1= n2=2 ]
12,6
[
n1= n2=2
9,60 →10
Skor BDI-II
Diketahui n1 = 11 s1 = 9,778
n2 = 4 s2 = 9,743
(s12(n1-1) + s22(n2-1))
n1+n2 -2
(Sg)2 =
(956,09 + 284,7)
(Sg)2 = 13
50
Sg = √95,45
Sg = 9,76
(2,8) x 9,76
2
n1= n2=2 ]
[ 12,6
Skor BDI
Diketahui n2 = 8 s1 = 9,783
n2 = 7 s2 = 9,947
(s12(n1-1) + s22(n2-1))
(Sg)2 = n1+n2 -2
(669,9 + 593,64)
(Sg)2 = 13
Sg =√97,19
Sg = 9,85
2
(Zα+Zβ)Sg
n1= n2=2 ]
[ x1-x2
(2,8)x 9,85
2
n1= n2=2 ]
[ 12,6
n1= n2=2
[2,18]2 n1=
n2=9,5→10
Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk masing-masing
kelompokadalah 10 orang.
jumlah besar sampel yang terbanyak adalah dari besar sampel Variabel Umur
Pada penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari catatan rekam medis responden. Data primer dalam penelitian ini
adalah lama HD. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil jawaban kuesioner
Data terkait karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari usia,
jenis kelamin, status pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, lama HD,
skala depresi. Instrumen ini terdiri dari 21 item pertanyaan dengan model pilihan
berganda, setiap item terdiri dari 4 skala dengan item mulai dari 0-3. Total nilai
dari jawaban responden antara 0-63, dimana untuk skor nilai 0-19 dikategorikan
penyusunan hasil, analisis hasil, dan penyusunan laporan akhir hasil penelitian.
Persiapan dimulai dari pengurusan izin dari tempat penelitian dan Komite
1. Proposal penelitian yang telah diuji dan disetujui oleh dosen pembimbing
Psikiatri FK USU untuk selanjutnya diberikan surat izin penelitian oleh pihak
fakultas.
meneliti.
6. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan menjadi responden.
10. Setelah dipastikan lengkap, maka pengumpulan data telah selesai dan peneliti
dalam penelitian.
11. Data penelitian dikumpulkan dan diinterpretasikan serta diolah lebih lanjut
(analisis data).
54
dilakukan Ginting et al (2013), dalam penelitian ini, uji reliabilitas dari pernyataan
depresi dengan nilai Cronbach alpha 0,96. Kuesioner Beck Depression Inventory
(BDI) ini juga telah digunakan oleh Waluyo, (2014) dan telah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terhadap 16 responden pasien gagal ginjal kronik dengan
hasil r hitung 0,807-0,842 dan r tabel 0,514, dan nilai α Cronbach 0,653 - 0,822
Analisi Data
komorbid,
Variabel tergantung : skor depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
1. Editing
responden yang dilakukan oleh peneliti. Editing memastikan bahwa seluruh isian
data yang diisi oleh responden benar cara pengisiannya dan sesuai dengan
2. Coding
3. Data Entry
Setelah peneliti memberikan kode untuk setiap jawaban yang ada pada
komputer.
57
4. Tabulasi data
5. Analisis data
regresi linier terpenuhi, adapun syarat regresi linier diantaranya adalah sebaran
dengan deskriptif), tidak ada outlier (dibuktikan dengan case wise diagnostic),
konstan (dibuktikan dengan grafik scatter antara residu dengan variabel bebas),
(dibuktikan dengan uji Pearson dan Uji toleransi) pada variabel bebas, serta
hubungan variabel bebas dan terikat adalah linier (dibuktikan dengan grafik
Langkah-langkah uji regresi linier untuk variabel bebas numerik adalah uji
salah satu dari variabel bebas atau variabel numerik berdistribusi normal, akan
dilakukan uji Pearson, dan apabila kedua variabel tidak berdistribusi normal maka
akan dilakukan uji Spearman. Apabila korelasi variabel bebas mempunyai nilai
p<0.25 maka, variabel bebas tersebut memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam
analisis multivariat regresi linier. Setelah itu, untuk variabel bebas yang
65,66,67
linier untuk dianalisis.
58
2. Analisis bivariat dengan uji t test independent atau uji Mann Whitney
3. Analisis multivariat
4. Resume analisis
5. Melaporkan analisis
3. Analisis multivariat
4. Resume analisis
5. Melaporkan analisis
data atau kerahasiaan responden akan dijamin tetap rahasia oleh pihak peneliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 disajikan untuk menjawab tujuan khusus pertama, yaitu untuk
jumlah (n)
65
dan persentase (%).
Variabel numerik yang dibahas pada tabel 4.1 adalah umur pasien GGK
yang menjalani hemodialisis lama pendidikan pasien gagal ginjal kronik, dan lama
dalam pemusatan (rerata) dan penyebaran (simpangan baku) karena didapati data
60
berdistribusi normal dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan pada studi ini jumlah
sampel adalah n=97, dimana p≥0,05 yaitu variabel umur, lama pendidikan dan
Kolmogorov- Smirnov dan pada studi ini jumlah sampel adalah n=97 dimana
65
p>0,05 untuk setiap variabel.
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa dari variabel jenis kelamin pasien GGK yang
). Berdasarkan lama sakit paling banyak lebih dari 1 tahun bejumlah 50 subjek
(51,5%)
Dari tabel 4.1 juga terlihat bahwa variabel umur pasien GGK yang
Pada studi ini jumlah variabel bebas adalah 7 variabel, oleh karena itu
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda atau analisis linier
untuk analisis regresi linier multivariat adalah deskriptif dan analisis uji
terakhir adalah
61
laporan hasil. Syarat untuk suatu variabel bebas diikutsertakan dalam analisis
regresi multivariat adalah untuk analisis bivariatnya dengan nilai p<0,05. adapun
pada studi ini terdapat 7 variabel bebas, diantaranya adalah 3 variabel bebas
65,67
berskala numerik dan 4 variabel bebas berskala kategorik.
4.2.1.1 Analisis Bivariat Variabel Umur Pasien GGK yang menjalani Hemodialisis
4.2.1.2 Tabel 4. 2. Analisis Bivariat antara umur pasien GGK yang menjalani
Hemodialisis dan skor depresi
Uji Pearson
Pada tabel 4.2 untuk variabel bebas yang berskala numerik yaitu variabel umur
pasien GGK yang menjalani hemodialisis dilakukan uji Pearson karena variabel
berdistribusi normal dan syarat linearitas terpenuhi dengan total skor BDI-II. Hasil dari
uji Pearson didapatkan variabel umur pasien GGK yang menjalani hemodialisis
dengan nilai p=0,000, karena nilai p<0,05 maka variabel umur pasien GGK yang
menjalani hemodialisis dengan skor BDI II memiliki hubungan yang signifikan, dengan
Pada tabel 4.3 untuk variabel bebas yang berskala numerik yaitu lama
karena variabel berdistribusi normal dan syarat linearitas terpenuhi dengan total
skor BDI-
II. Hasil dari uji Pearson didapatkan variabel lama pendidikan pasien GGK yang
menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,044, karena nilai p<0,05 maka variabel
lama pendidikan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan skor BDI II
memiliki hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi positif r=0,227 korelasi
28
cukup.
4.2.2.1. Analisis Bivariat Variabel Jenis Kelamin Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis
Tabel 4. 4. Analisis bivariat antara jenis kelamin pasien GGK yang menjalani
hemodialisis dan skor depresi
Variabel Median (min- max) n p
Jenis kelamin pasien
hemodialisis
-Laki-laki 18(3-33) 44
-Perempuan 23,6(9-41) 53 0,001
Independent t Test
Pada tabel 4.4 untuk variabel bebas yang berskala kategorik yaitu variabel
jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis, terdiri dari hanya 2
63
dengan nilai p=0,001, karena nilai p<0,05 maka variabel jenis kelamin
pasienGGK yang
28
menjalani hemodialisis terhadap skor BDI II memiiki hubungan signifikan.
4.2.2.2 Analisis Bivariat Variabel Status Pernikahan Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis
Tabel 4. 5. Analisis bivariat antara status pernikahan pasien GGK yang menjalani
hemodialisis danskor depresi
Variabel Median (min-max) n p
Status pernikahan pasien
hemodialisis 20(3-41) 80
-Menikah
-Tidak Menikah 22(10-34) 17 0,571
Independent t Test
Pada tabel 4.5 untuk variabel bebas yang berskala kategorik yaitu variabel
salah satu data kelompok tidak berdistribusi normal, Karena data normal maka
GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,571, karena nilai p>0,05
28
memiliki hubungan signifikan dengan skor BDI II.
64
4.2.2.3 Analisis Bivariat Variabel Status Pekerjaan Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis
Tabel 4. 6. Analisis bivariat antara status pekerjaan pasien GGK yang menjalani
hemodialisis danskor depresi
Hasil dari uji T Independent didapatkan variabel status pekerjaan pasien GGK
yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,404, karena nilai p>0,05 maka
variabel status pekerjaan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan skor
4.2.2.4 Analisis bivariat antara lama pasien GGK menjalani Hemodialisis dan skor
depresi
Pada tabel 4.7 untuk variabel bebas yang berskala numerik yaitu lama
sakit pasien GGK yang menjalani hemodialisis dilakukan uji independent t test
karena variabel berdistribusi normal dengan total skor BDI-II. Hasil dari uji t test
dengan
65
nilai p=0,001, karena nilai p<0,05 maka variabel lama sakit pasien GGK yang
menjalani Hemodialisis
Pada tabel 4.8 untuk variabel bebas yang berskala kategorik yaitu variabel
peyakit komorbid pasien GGK yang menjalani hemodialisis, terdiri dari hanya 2
kelompok. Apabila salah satu data kelompok berdistribusi t idak normal, maka
dilakukan uji mann whitney. Hasil dari uji mann whitney didapatkan variabel
p=0,000, karena nilai p<0,05 maka variabel penyakit komorbid pasien GGK yang
apabila telah memenuhi syarat-syarat untuk melakukan uji regresi linier yaitu
syarat dari residu, variabel tergantung, variabel bebas, dan hubungan variabel
tergantung dengan variabel bebas. Ketika melakukan uji multivariat regresi linier
backward, dimana artinya program SPSS akan menyaring data dari variabel bebas
ditemukan model yang paling sesuai secara statistik. Sebelumnya pada data SPSS
66
terlihat bahwa nilai Anova <0,01, yang artinya setidaknya terdapat 1 variabel
bebas yang signifikan secara statistik. Oleh karena itu kita kemudian dapat
28
melanjutkan
untuk melihat model summary dengan satu koefisien determinasi yang terbaik.
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa model 1 merupakan model dengan koefisien
determinasi yang tertinggi yaitu (0,408) atau 40,8% dapat dikatakan bahwa nilai
Residuals Statisticsa
Std.
Minimum
Maximu Mean Deviatio N
m n
Predicted Value 12.41 31.17 21.43 4.530 97
Residual -13.995 12.900 .000 5.743 97
Std. Residual -2.373 2.187 .000 .974 97
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II
Pada tabel 4.11 untuk syarat dari residu adalah sebaran residu harus
normal, rerata residu nol, tidak ada outlier, konstan (homoscedasticity), dan
67
independent.
68
Dari grafik histogram dan plot terlihat bahwa sebaran tersebut memberikan kesan
juga menunjukkan nilai p=0,103 yaitu p>0,05, oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa sebaran residu adalah normal. Dari gambar tabel 4.11 terlihat bahwa rerata
residu adalah 0 oleh karena itu syarat rerata residu 0 sudah terpenuhi. Dari tabel
4.11 juga terlihat bahwa nilai minimum - 2,373 dan nilai maksimum adalah 2,187
dan simpang baku adalah 0,974 oleh karena itu syarat tidak ada outlier juga
terpenuhi yaitu dimana nilai rentang residu didalam simpang baku -3 dan simpang
baku 3. Selain itu dari terlihat bahwa nilai Durbin-Watson pada tabel 4.10 model
summary adalah 1,560 sehingga syarat independent dari residu terpenuhi, yaitu di
sekitar angka 2. Dari data SPSS juga terlihat bahwa grafik scatter antara residu
dengan variabel bebas adalah konstan yaitu tidak membentuk pola tertentu.28
Untuk syarat dari variabel tergantung (skor depresi) telah memenuhi syarat
dilakukan uji regresi linier yakni berdistrubusi normal. Dan pada studi ini telah
Hubungan variabel bebas dengan variabel tergantung juga dengan kesan linier
sehingga syarat ini juga telah terpenuhi. Pada tabel 4.10 terlihat bahwa model 1
nilai koefisien determinasi yang terbaik yaitu model 1 sebesar 0,408 (40,8%). Dari
data SPSS model 1 menunjukkan tidak ada nilai toleransi <0,4, sehingga syarat
regresi linier berdasarkan tabel resume analisis regresi linier, skor depresi
terpenuhi.28
Gambar 4. 2. Normal P-P plot untuk melihat asumsi normalitas dari residu
71
Tabel 4. 12. Faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pasien GGK yang
menjalani hemodialisis
Correlation
Variabel Regresi Multivariat β p
Coefficient
s
Konstan
umur .306 .214 .00
3
jenis_kelamin .184 2.696 .04
2
Status_Pekerjaan .152 2.216 .11
0
Status_Pernikahan -.094 -1.791 .28
3
Lama_Pendidikan .227 .549 .01
0
Lama_Hemodialisis -.276 -4.015 .00
2
Penyakit_komorbid .221 3.270 .02
6
karena itu dari hasil tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang sangat bermakna antara variabel umur pasien GGK yang menjalani
hemodialisis dan depresi dengan nilai p=0,003, terdapat hubungan yang sangat
bermakna antara variabel jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis
dan depresi dengan nilai p=0,042, terdapat hubungan yang sangat bermakna
antara variabel lama pendidikan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan
depresi dengan nilai p=0,010, terdapat hubungan yang sangat bermakna antara
lama menjalani hemodialisis dan depresi dengan nilai p=0,002, dan terdapat
hubungan yang sangat bermakna antara penyakit komorbid pasien GGK yang
BAB V
DISKUS
variabel bebas studi ini merupakan studi multivariat karena variabel bebas pada
studi ini lebih dari satu. Berdasarkan segi waktu penelitian ini merupakan potong
lintang. Diagnosis penelitian untuk pertanyaan utama pada studi ini adalah regresi
linier dengan kerangka konsep prediktif karena studi ini berusaha untuk mencari
hubungan dari beberapa faktor variabel bebas terhadap variabel tergantung, serta
variabel tergantung pada studi ini berskala numerik yaitu skor depresi.65,66
Studi ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan, dimana subjek dari studi ini adalah sebanyak 97 subjek pasien
hemodialisis di instalasi rawat jalan Hemodialisis Rumah sakit Umum Pusat Haji
Studi ini tidak tersedia sampling frame, maka cara pengambilan sampel
karena itu cara pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan cara non
dengan probability sampling. Dimana setiap subjek penelitian yang datang secara
berurutan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta setuju untuk ikut
penelitian setelah diberikan informed consent dimasukkan ke dalam studi ini. Uji
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara umur pasien GGK yang menjalani
73
GGK yang menjalani hemodialisis, status pekerjaan pasien GGK yang menjalani
komorbid pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yang berobat di
instalasi rawat Hemodialisis Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Varibel bebas pada studi multivariat ini yang memenuhi syarat untuk
prediktif adalah variabel umur pasien GGK yang menjalani hemodialisis, jenis
kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis, lama pendidikan pasien GGK
pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan penyakit komorbid pasien GGK
menggunakan metode backward untuk analisis, yang artinya akan dicari suatu
multivariat ini dilakukan dua kali analisis multivariat, karena sudah tercapai suatu
model yang fit, variabel bebas yang tersisa sudah menunjukkan nilai yang
Hasil dari studi terlihat bahwa variabel umur pasien GGK yang menjalani
pasien
74
GGK yang menjalani hemodialisis dan penyakit komorbid pasien GGK yang
menjalani hemodialisis.
Pada hasil studi didapatkan variabel umur pasien GGK yang menjalani
semakin tinggi umur pasien GGK yang menjalani hemodialisis semakin tinggi
skor BDI II artinya semakin tinggi depresi pada pasien GGK yang menjalani
koefisien korelasi negatif terhadap depresi yang berarti semakin lama pasien GGK
yang menjalani hemodialisis semakin rendah skor BDI- II artinya semakin rendah
depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Variabel jenis kelamin
pasien GGK yang menjalani hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif yang
berarti pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis laki-laki semakin tinggi
skor BDI- II artinya semakin tinggi depresi pada pasien laki-laki yang menjalani
komorbid pasien GGK yang menjalani hemodialisis semakin tinggi skor BDI- II
artinya semakin tinggi depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis.
Pada studi ini terlihat bahwasannya variabel umur pasien GGK yang
lama pendidikan GGK yang menjalani hemodialisis, lama pasien GGK yang
hemodialisis berhubungan dengan skor BDI-II pada pasien pasien GGK yang
Depresi dalam hal ini sindrom depresif dapat dikaitkan dengan faktor
Beck Depression Inventory adalah suatu alat ukur self-report yang telah
secara luas digunakan pada berbagai macam studi untuk menilai depresi. Alat
ukur ini terdiri dari 21 butir pertanyaan dengan nilai paling rendah adalah 0 dan
yang paling tinggi adalah 63. Masing-masing butir pertanyaan bernilai 0 sampai
Inventory-II adalah suatu alat ukur depresi yang dapat digunakan pada individu
yang berusia 13 tahun keatas. Salah satu karakteristik utama yang menyebabkan
mampu menyelesaikan 21 item laporan diri dalam waktu 5-10 rentang waktu
menit tetapi agar hal ini terjadi, administrator harus menjaga integritas hasil tes
dan cukup tenang untuk memfasilitasi konsentrasi yang memadai bagi peserta tes.
Umur pasien adalah faktor yang mempengaruhi depresi pada pasien GGK
yang menjalani hemodialisis dengan nilai r=0,361 dan nilai p=0,000. Umur pasien
GGK yang menjalani hemodialisis, semakin kecil usia pasien GGK yang
semakin khawatir
76
karena pasien GGK yang menjalani hemodialisis masih belum bisa berfikir secara
pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai r= - 0,276 dan nilai
Jenis kelamin adalah faktor yang mempengaruhi depresi pasien GGK yang
kelamin laki-laki. Laki-laki memiliki tingkat depresi yang lebih berat daripada
36
perempuan.
yang menjalani hemodialisis dengan nilai r=0,221 dan nilai p=0,026. Depresi
44
cenderung dialami oleh pasien yang mempunyai penyakit komorbid.
Abnormalitas anatomi secara struktural pada individu yang depresi didapati baik
pada grey matter maupun white matter. Secara konsisten dilaporkan, abnormalitas
cingulate cortex dan struktur basal ganglia. Aaron Beck dari perspektif kognitif
terhadap
51
masa depan.
Pada studi ini median (min-maks) dari umur pasien hemodialisis adalah
47(25-72). Pada analisis bivariat didapati hubungan yang sangat bermakna antara
variabel umur pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan depresi pada pasien
GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,003 karena nilai p<0,25 maka
variabel umur pasien dapat dimasukan kedalam analisis multivariat regresi linier
didapati hubungan yang bermakna antara variabel umur pasien dan depresi pada
pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,001 dan r=0,214.
Umur pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis dengan depresi dapat
berpengaruh terhadap kinerja terapi. Pasien dengan usia lebih tinggi dapat
mengalami depresi yang lebih tinggi karena faktor-faktor seperti perubahan fisik,
Pada studi ini untuk jenis kelamin pasien pada pasien GGK yang
44(45,4%).
78
variabel jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan depresi pada
pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,001, karena nilai
p<0,25 maka variabel jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis
konsep prediktif.
Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan Nurfajri dan kawan kawan
pada tahun 2022. Jenis kelamin pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis
melatonin, dan hormon thyroid yang berbeda antara jenis kelamin. asien
perempuan juga dapat lebih mudah mengalami depresi karena faktor-faktor seperti
Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Maria Polikandrioti dan
kawan-kawan pada tahun 2021 di Iran, terhadap 200 pasien hemodialisis terdapat
hubungan antara jenis kelamin pasien hemodialisis dan depresi dengan persentase
pasien hemodialisis pada laki-laki 67,3% dan pada pasien hemodialisis perempuan
32,7%.71
hemodialisis yaitu bekerja 45(46,4%) dan tidak bekerja 52(53,6%). Pada analisis
pekerjaan pasien dan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis
dengan nilai p=0,084, karena nilai p<0,25 maka variabel status pekerjaan
Hal ini tidak sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Vincent J Ganu dan
kawan- kawan pada tahun 2018 terhadap 200 pasien hemodialisis yang
mengatakan bahwa pada bidang pekerjaan, mereka yang aktif bekerja melaporkan
kejadian depresi yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang aktif berkerja
dengan persentase 36,8 % bekerja dan 45,3 % tidak bekerja. Status pekerjaan
depresi. Pasien yang tidak bekerja atau telah tidak bekerja dapat memiliki stressor
Pada studi ini median (min-maks) dari lama pendidikan pasien GGK yang
hemodialisis dan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan
nilai nilai p<0,25 maka variabel lama pendidikan pasien dapat dimasukan
kedalam
analisis multivariat regresi linier dengan kerangka konsep prediktif dan ketika
lama pendidikan pasien dan depresi pada pasien GGK yang menjalani
Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Bedema Cengic dan
kawan- kawan pada tahun 2010 di Sarajevo terhadap 200 pasien hemodialisis
dan tingkat pendidikan dengan p<0,049. Pasien dengan pendidikan formal yang
lebih tinggi juga lebih terdidik tentang penyakit dan Hemodialisis serta lebih
80
patuh terhadap pengobatan. 73
analisis bivariat, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel status
pernikahan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan depresi pada pasien
GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,057 karena nilai p<0,25
maka variabel status pernikahan pasien GGK yang menjalani hemodialisis tidak
hubungan yang bermakna antara variabel status penikahan pasien dan depresi
pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,283 dan r= -
Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Bedema Cengic dan
kawan- kawan pada tahun 2010 di Sarajevo terhadap 200 pasien hemodialisis
yang mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh status pernikahan dengan pasien
hemodialisis dengan p>0,05. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pasien HD
yang sudah menikah memiliki tanggung jawab dan kewajiban terkait cuci darah
Pada studi ini lama sakit pasien GGK yang menjalani hemodialisis median
antara variabel lama sakit pasien dan depresi pada pasien GGK yang menjalani
status
lemah).
dengan depresi.
angka depresi. Lama sakit pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis dapat
yang lama dapat meningkatkan tingkat stres dan depresi, karena faktor-faktor
kelelahan.16
hemodialisis yaitu iya 57(58,8%) dan tidak 40(41,2%). Pada analisis bivariat,
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel penyakit komorbid pasien dan
depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,000,
karena nilai p<0,25 maka variabel penyakit komorbid pasien GGK yang
GGK yang menjalani hemodialisis berhubungan dengan depresi pada pasien GGK
82
yang menjalani hemodialisis karena pada hasil akhir analisis multivariat
Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Afaf Zein dankawan-
kawan terhadap 117 orang pasien hemodialisis dengan p <0,05 terdapat hubungan
yang signifikan antara penyakit komorbid dan tingkat depresi pada pasien.
Penyakit komorbid yang ditemui pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis
BAB VI
6.1. Simpulan
(51,5%).
dan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=
dengan nilai p= 0,042 dan koefisien korelasi positif dengan nilai r=0,184
84
dan depresi pada pasien pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan
nilai p= 0,002 dan koefisien korelasi positif dengan nilai r= - 0,276 yang
dengan nilai p= 0,026 dan koefisien korelasi positif dengan nilai r= 0,221
dengan nilai p = 0,010 dan koefisien korelasi positif dengan nilai r = 0,227
hemodialisis.
hemodialisis.
6.2. Saran
menjalani hemodialisis.
dapat
4. Hasil studi ini dapat menjadi bahan acuan untuk dilakukan studi lain serta
dapat dilanjutkan dengan metode serupa dengan multi centre dan waktu yang
lebihpanjang.
86
DAFTAR PUSTAKA
1. Webster, A. C., Nagler, E. V., Morton, R. L., & Masson, P. (2017). Chronic
Kidney Disease. Lancet (London, England), 389(10075),1238–1252.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)32064-5.
2. Hill, N. R., S. T. F., Oke, J. L., Hirst, J. A., Christopher, O’Callaghan, A., Lasserson,
D. S., & F. D. Richard Hobbs. (2016). Global Prevalence of Chronic Kidney
Disease – A Systematic Review and Meta-Analysis. PLOS One, 67(5), 103–116.
https://doi.org/10.4103/0019-5359.122734.
3. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. (2016).
Hemodialysis NIDDK. [online] Available at: https://www.niddk.nih.gov/health-
information/kidney-disease/kidney-failure/hemodialysis.
4. PERNEFRI. (2018). 11th Report Of Indonesian Renal Registry 2018. Irr, 1–46.
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/IRR 2018.
5. PERNEFRI. 5 th Report Of Indonesian Renal Registry 2012. 2012. PERNEFRI.
Available from: http://www.pernefri- inasn.org/Laporan/5th Annual Report Of
IRR 2012.
6. Kemenkes RI. 2018. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Kementerian
Kesehatan RI.
7. Saragih, Nurlela Petra, et al. “hubungan antara tingkat kecemasan dengan lamanya
hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik (ggk) yang menjalani hd” Jurnal
Penelitian Perawat Profesional Volume 4 Nomor 3, Agustus 2022 e-ISSN 2715-
6885; p-ISSN 2714-9757.
8. Rocco, M., Daugirdas, J. T., Depner, T. A., Inrig, J., Mehrotra, R., Rocco, M. V., ,
P. J. Brereton, L. (2015). KDOQI Clinical Practice Guideline for Hemodialysis
Adequacy: 2015 Update. American Journal of Kidney Diseases, 66(5), 884–930.
https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2015.07.015.
9. Azahra, Mega. Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi pada
Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani hemodialisis. 2012. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
10. Tzanakaki, E., Boudouri, V., Stavropoulou, A., Stylianou, K., Rovithis, M., &
Zidianakis, Z (2014). Causes and complications of chronic kidney disease in
patients on dialysis. Health Science Journal, 8(3), 343–349.
87
11. Ryu. H.J., Jeon. H.J., Sun. H.K., Han. K.H., Whang. C.G., H. S. . (2014).
Repeated education improves diet compliance in maintenance Hemodialysis
Patients. International Journal of Urology and Nephrology, 2(4), 63–68.
12. Wahyuni, P., Miro, S. & Kurniawan, E. (2018). Hubungan Lama Menjalani
Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan
Diabetes Melitus diRSUP Dr. M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas; 7;
480– 485 https://doi.org/10.25077/jka.v7.i4.p480-485.2018.
13. Ahkari S, Moshki M, Bahrami M. Therelationship between social support and
adherence of dietary and fluids restrictions among hemodialysis patients in Iran.
Journal of Caring Science. 2014;3(1):11-9.
14. Moledina, D. G., & Perry Wilson, F. (2015). Pharmacologic Treatment of
Common Symptoms in Dialysis Patients: A Narrative Review. Seminars in
dialysis, 28(4), 377–383. https://doi.org/10.1111/sdi.12378.
15. Almutary, H., Douglas, C., & Bonner, A. (2016). Multidimensional symptom
clusters: an exploratory factor analysis in advanced chronic kidney disease.
Journal of advanced nursing, 72(10), 2389–
2400. https://doi.org/10.1111/jan.12997.
16. Shanmukham B, Varman M, Subbarayan S, Sakthivadivel V, Kaliappan A, Gaur
A, Jyothi L. Depression in Patients on Hemodialysis: A Dilapidated Facet.
Cureus. 2022 Sep 12;14(9):e29077. doi: 10.7759/cureus.29077.
17. Othayq A, Aqeeli A. Prevalence of depression and associated factors among
hemodialyzed patients in Jazan area, Saudi Arabia: a cross-sectional study. Ment
Illn. 2020;12(1):1-5. doi: 10.1108/MIJ-02-2020-0004.
18. Nagy E, Tharwat S, Elsayed AM, Shabaka SAE, Nassar MK. Anxiety and
depression in maintenance hemodialysis patients: prevalence and their effects on
health-related quality of life. Int Urol Nephrol. 2023 Apr 2. doi: 10.1007/s11255-
023-03556-7.
19. Fadhilah I, faktor – faktor yang berhubungan dengan skor depresi pada orang
dengan end stage renal desease yang menjalani hemodialisis di rumah sakit umum
DR. Pirngadi Medan. 2020. Medan. Fakutas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara
20. National Kidney Foundation [Internet]. New York, US: NKF; c2016.
88
https://www.kidney.org/kidneydisease/aboutckd.
21. Kementerian kesehatan 2017 Diagnosis, Klasifikasi, Pencegahan,Terapi Penyakit
Ginjal Kronik,https://p2ptm.kemkes.go.id/.
22. Eknoyan G, Lameire N, Kasiske BL, dkk. Official Journal of The international
Society Of Nephrology. KDIGO 2013 clinical practice guideline for evaluation
and management of CKD. 2013.
23. Indonesian Renal Registry (IRR). 7th Report Of Indonesian Renal Registry. 2014.
Terdapat di: http://www.indonesianrenalregistry.org/.
24. Ganong (2016). "Renal Function & Micturition". Review of Medical Physiology,
25th ed. McGraw-Hill Education. p. 677. ISBN 978-0-07-184897-8.6.
25. Bikbov B, Perico N, Remuzzi G "Disparities in Chronic Kidney Disease
Prevalence among Males and Females in 195 Countries: Analysis of the Global
Burden of Disease 2016 Study". Nephron. 139 (4): 313–318.
doi:10.1159/000489897.
26. Coresh, J., Levey, A., Levin, A. and Stevens, P. (2013). A stable definition of
chronic kidney disease improves knowledge and patient care. BMJ, 347(sep18 1),
pp.f5553-f5553.
27. KDIGO 2013 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013.
28. Teresa K. Chen, et al, Chronic Kidney Disease Diagnosis and Management,
Published in final edited form as: JAMA. 2019 October 01; 322(13): 1294–1304.
doi:10.1001/jama.2019.14745.
29. Zajac, P; Holbrook, A; Super, ME; Vogt, M (March–April 2013). "An overview:
Current clinical guidelines for the evaluation, diagnosis, treatment, and
management of dyspepsia". Osteopathic Family Physician. 5 (2): 79–85.
doi:10.1016/j.osfp.2012.10.005).
30. Levin, A., Hemmelgarn, B. and Culleton, B. (2018). Guidelines for the
management of chronic kidney disease. Canadian Medical Association, 179(11),
pp.1154 - 1162.
31. National Kidney Foundation.(2015). KDOQI clinical practice guideline for
hemodialysis adequacy: 2015 update. Am J Kidney Dis. 2015;66(5):884-930.
32. Daugirdas. T.J, Blake. G.P & Ing. S.T.(2015). Handbook of dialysis, 5th
Edition. Philadepphia: Wolters Kluwer Health.
89
https://doi.org/10.1186/s43045-
020-0018-3
93
Lampiran 1
94
Lampiran 2
Telepon : 081361611852
Email : bernardsurbakti@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Medan
Lampiran 3
Nama :
Alamat :
Pembimbing : 1.
2.
......................
Tanda Tangan
(....................................)
96
Lampiran 4
PENELITIAN
Berhubungan Dengan Sindrom Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
yang termasuk kedalam kriteria inklusi, oleh karena itu peneliti meminta Anda
untuk menjadi sukarelawan dalam penelitian yang akan dilakukan. Jika Anda
bersedia ikut serta dalam penelitian ini, Anda akan diminta untuk mengisi dan
identitas sampel
diri setiap saat. Jika anda tidak mengikuti instruksi yang disampaikan peneliti,
Anda dapat dikeluarkan setiap saat dari penelitian ini. Semua data dalam
identitas hanya akan peneliti gunakan untuk pengolahan data dan setelah
Anda akan diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Sumatera Utara pada nomor
081361611852.
98
Lampiran 5
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
PETUNJUK PENGISIAN
B. Berilah tanda silang (X) pada kotak yang terdapat di samping pernyataan
yang paling sesuai dengan perasaan anda. Pastikan bahwa anda hanya
0. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain
1. Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan / kekeliruan saya
2. Saya menyalahkan diri saya sepanjang waktu atas kesalahan-kesalahan saya
3. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjadi
Lampiran 6
Lampiran SPSS Hasil penelitian
Descriptives
Statistic Std. Error
Skor_BDI_ Mean 21.43 .743
II 95% Lowe 19.96
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 22.91
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 21.35
Median 21.00
Variance 53.498
Std. Deviation 7.314
Minimum 3
Maximum 41
Range 38
Interquartile Range 11
Skewness .253 .245
Kurtosis .198 .485
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti df Sig. Statisti df Sig.
c c
Skor_BDI_ .08 97 .09 .98 97 .52
II 3 9 8 4
a. Lilliefors Significance Correction
104
Descriptives
jenis_kelamin Statistic Std. Error
Skor_BDI_ laki-laki Mean 19.72 .932
II 95% Lowe 17.84
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 21.59
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 19.87
Median 19.50
Variance 39.941
Std. Deviation 6.320
Minimum 3
Maximum 33
Range 30
Interquartile Range 7
Skewness -.198 .350
Kurtosis .855 .688
perempua Mean 22.98 1.099
n 95% Lowe 20.77
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 25.19
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 22.76
Median 23.00
Variance 61.620
Std. Deviation 7.850
Minimum 9
Maximum 41
Range 32
Interquartile Range 10
Skewness .277 .333
Kurtosis -.436 .656
105
Tests of Normality
jenis_kelamin Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
106
T-Test
Descriptives
Status_Pekerjaan Statistic Std. Error
Skor_BDI_I tidak Mean 21.90 1.17
I bekerja 1
95% Lowe 19.55
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 24.25
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 21.73
Median 22.00
107
Variance 68.582
108
Tests of Normality
Status_Pek Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
erjaan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor_BDI_ tidak .087 50 .200 *
.982 50 .654
II bekerj
a
bekerja .108 47 .200* .981 47 .642
109
T-Test
Variabel Status_Pernikahan
Descriptives
Status_Pernikahan Statistic Std.
Error
Skor_BDI_ belum Mean 22.35 1.569
II menika 95% Lowe 19.03
h Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 25.68
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 22.39
Median 22.00
Variance 41.868
Std. Deviation 6.471
Minimum 10
Maximum 34
Range 24
Interquartile Range 10
Skewness .007 .550
Kurtosis -.589 1.063
menikah Mean 21.24 .839
110
111
Tests of Normality
Status_Pernikaha Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
n Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Skor_BDI_ belum menikah .117 17 .200 .978 17 .938
*
II menikah .082 80 .200 .984 80 .444
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
T-Test
Variabel
Lama_Hemodialisis
Case Processing Summary
Cases
Lama_Hemodialisis Valid Missing Total
a N Percent N Percent N
Skor_BDI_ < 1 tahun 47 100.0% 0 0.0% 47
II > 1 tahun 50 100.0% 0 0.0% 50
Descriptives
Lama_Hemodialisis Statistic Std. Error
Skor_BDI_ < 1 Mean 24.02 1.110
II tahun 95% Lowe 21.79
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 26.26
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 23.84
Median 23.00
Variance 57.934
Std. Deviation 7.611
Minimum 10
Maximum 41
Range 31
Interquartile Range 10
Skewness .236 .347
Kurtosis -.463 .681
>1 Mean 19.00 .871
tahun 95% Lowe 17.25
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 20.75
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 19.12
Median 18.00
Variance 37.959
Std. Deviation 6.161
Minimum 3
Maximum 32
Range 29
Interquartile Range 8
Skewness -.227 .337
Kurtosis .484 .662
Tests of Normality
Lama_Hemodialis Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
a Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
< 1 tahun .088 47 .200 .981 47 .621
114
Skor_BDI_ > 1 tahun .124 50 .051 .971 50 .247
II
115
T-Test
Variabel
Penyakit_komorbid
Case Processing Summary
Cases
Penyakit_komorbi Valid Missing Total
d N Percent N Percent N
Skor_BDI_ tidak 32 100.0% 0 0.0% 32
II ya 65 100.0% 0 0.0% 65
Descriptives
Penyakit_komorbid Statistic Std.
Error
Skor_BDI_ tidak Mean 24.00 1.148
II 95% Lowe 21.66
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 26.34
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 23.72
Median 22.00
Variance 42.194
Std. Deviation 6.496
Minimum 15
Maximum 40
Range 25
Interquartile Range 11
Skewness .624 .414
Kurtosis -.392 .809
ya Mean 20.17 .919
95% Lowe 18.33
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 22.01
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 20.06
Median 20.00
Variance 54.893
Std. Deviation 7.409
Minimum 3
Maximum 41
Range 38
Interquartile Range 11
Skewness .284 .297
Kurtosis .360 .586
Tests of Normality
Penyakit_komorbi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
d Statistic df Sig. Statistic df Sig.
117
Skor_BDI_ tidak .152 32 .057 .945 32 .103
II ya .092 65 .200* .988 65 .781
118
T-Test
Correlations
Skor_BDI_
II umur
Skor_BDI_ Pearson 1 .361**
II Correlatio
n
Sig. (2-tailed) .000
N 97 97
umur Pearson .361** 1
Correlatio
n
Sig. (2-tailed) .000
N 97 97
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lama Pendidikan
Correlations
Lama_Pen Skor_BDI_
di dikan II
Lama_Pendidik Pearson 1 .183
an Correlatio
n
Sig. (2-tailed) .073
N 97 97
Skor_BDI_II Pearson .183 1
Correlatio
n
Sig. (2-tailed) .073
N 97 97
Model Summaryc
Adjusted Std. Error Durbin
Model R R Square R of the -
Square Estimate Watso
n
1 .652a .426 .380 5.757
2 .646b .417 .378 5.769 1.79
7
a. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid,
Lama_Pendidikan, jenis_kelamin, Lama_Hemodialisis,
Status_Pernikahan,
Status_Pekerjaan, umur
b. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid,
Lama_Pendidikan, jenis_kelamin, Lama_Hemodialisis,
Status_Pekerjaan, umur
c. Dependent Variable: Skor_BDI_II
115
ANOVAa
Sum of Mean
Model Square df Squar F Sig.
s e
1 Regression 2185.798 7 312.257 9.421 .000b
Residual 2950.017 89 33.146
Total 5135.814 96
2 Regression 2140.389 6 356.732 10.718 .000c
Residual 2995.425 90 33.283
Total 5135.814 96
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II
b. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid, Lama_Pendidikan, jenis_kelamin,
Lama_Hemodialisis, Status_Pernikahan, Status_Pekerjaan, umur
c. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid, Lama_Pendidikan,
jenis_kelamin, Lama_Hemodialisis, Status_Pekerjaan, umur
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions 11
Lama 6
u Status Status _Pen Lama_ Peny
Mo Dimen Eigenval Conditi (Con m jenis_ _ _ didik Hemo a
de si on ue on stant ur k Pekerj Pernik an d kit_k
l Index ) elami a a ialisa o
n an han morbi
d
1 1 7.540 1.000 .00 .0 .00 .00 .00 .00 .00 .00
0
2 .150 7.087 .00 .0 .14 .20 .00 .01 .09 .02
3
3 .087 9.318 .00 .0 .58 .09 .03 .00 .04 .15
2
4 .075 10.035 .00 .0 .08 .13 .02 .05 .81 .00
1
5 .059 11.329 .00 .0 .03 .14 .00 .37 .01 .49
4
6 .054 11.764 .00 .0 .01 .06 .18 .40 .01 .30
5
7 .027 16.776 .00 .5 .04 .11 .66 .06 .00 .00
4
8 .008 31.188 .99 .3 .13 .26 .12 .11 .04 .04
1
2 1 6.584 1.000 .00 .0 .00 .00 .00 .00 .00
0
2 .148 6.670 .00 .0 .17 .19 .01 .08 .02
3
3 .084 8.849 .00 .0 .43 .15 .00 .13 .22
2
4 .073 9.499 .00 .0 .16 .07 .08 .73 .08
1
5 .059 10.592 .00 .0 .03 .16 .45 .01 .40
4
6 .044 12.214 .01 .3 .10 .10 .36 .00 .23
5
7 .008 27.850 .99 .5 .12 .32 .09 .04 .06
4
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II
Excluded Variablesa
Partial Collinearity Statistics
Correla Minimum
Model Beta In t Sig. ti on Tolerance VIF Tolerance
2 Status_Pernik -.099 - .245 -.123 .896 1.11 .714
a han b
1.170 7
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II
b. Predictors in the Model: (Constant), Penyakit_komorbid,
Lama_Pendidikan, jenis_kelamin, Lama_Hemodialisis,
Status_Pekerjaan, umur
117
Residuals Statisticsa
Std.
Minimum Maximu Mean Deviatio N
m n
Predicted Value 10.77 34.76 21.43 4.722 97
Std. Predicted Value -2.259 2.823 .000 1.000 97
Standard Error 1.147 2.256 1.534 .223 97
of Predicted
Value
Adjusted 10.32 35.36 21.44 4.773 97
Predicted Value
Residual -11.589 14.350 .000 5.586 97
Std. Residual -2.009 2.487 .000 .968 97
Stud. Residual -2.072 2.540 .000 1.003 97
Deleted Residual -12.325 14.960 -.006 5.990 97
Stud. Deleted -2.111 2.621 .000 1.011 97
Residual
Mahal. Distance 2.804 13.693 5.938 2.082 97
Cook's Distance .000 .047 .010 .012 97
Centered .029 .143 .062 .022 97
Leverage Value
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II
Charts
118
119
Descriptives
Statistic Std. Error
Unstandardiz Mean .0000000 .5671628
ed Residual 4
95% Lowe -
Confidence r 1.1258093
Interval for Boun
Mean d
Uppe 1.1258093
r
Boun
d
5% Trimmed Mean -.0407154
Median -.1828244
Variance 31.202
Std. Deviation 5.5859061
9
Minimum -11.58920
Maximum 14.34992
Range 25.93912
Interquartile Range 7.95184
Skewness .133 .245
Kurtosis -.391 .485
Standardized Mean .0000000 .0983104
Residual 7
95% Lowe -.1951447
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe .1951447
r
Boun
d
5% Trimmed Mean -.0070575
Median -.0316903
Variance .937
Std. Deviation .96824584
Minimum -2.00884
Maximum 2.48738
Range 4.49622
Interquartile Range 1.37835
Skewness .133 .245
Kurtosis -.391 .485
120
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
121