0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan150 halaman

Revisi Ujian Tesis Magister Fix 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 150

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SINDROM

DEPRESIF PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI


HEMODIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Oleh

BERNARD KHARISMA SURBAKTI

NIM. 217041193

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2024
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SINDROM
DEPRESIF PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Kedokteran


Jiwa dalam Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

BERNARD KHARISMA SURBAKTI


NIM. 217041193

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK PROGRAM


STUDI KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Analisis Faktor – Faktor Yang


Berhubungan Dengan Sindrom
Depresif Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di RSUP H.Adam
Malik Medan

Nama Mahasiswa : Bernard Kharisma Surbakti

Nomor Induk Mahasiswa : 217041193

Program Magister : Magister Kedokteran Klinis

Bidang : Kedokteran Jiwa

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.dr. Elmeida Effendy, M.Ked., Sp.K.J (K) dr. M. Surya Husada, M.Ked., Sp.K.J
NIP. 19720501 1999903 2 004 NIP. 19800203 200801 1 011

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Kedokteran


Magister Kedokteran Klinik

Dr. dr. Dedy Hermansyah, Sp.B (K)Onk. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S(K)
NIP. 19810703 200912 1 003. NIP. 19660524 199203 1 002

Tanggal Ujian Tesis: 30 April 2024


Telah diuji pada
Tanggal :

Penguji :

Penguji I Penguji II

Dr. dr Mustafa M. Amin, M.Ked., M.Sc., Sp.K.J (K) dr. Nuraiza Meutia, M.Biomed,
PhD
NIP. 19780330 200501 1 003 NIP. 19730911 200102 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ketua Program Studi


Psikiatri FK USU Psikiatri FK USU

dr. M. Surya Husada, M.Ked., Sp. K.J. Prof. Dr.dr. Elmeida Effendy, M.Ked, Sp.KJ (K)
NIP. 19800203 200801 1 011. NIP. 19720501 199903 2 004
Telah diuji pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.dr. Elmeida Effendy, M.Ked, Sp.KJ (K)

Sekretaris : Dr. dr Mustafa M. Amin, M.Ked., M.Sc., Sp.K.J (K)

Anggota : dr. Nuraiza Meutia, M.Biomed, PhD

Tanggal Lulus :
PERNYATAAN

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SINDROM


DEPRESIF PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di

dalam daftar pustaka.

Medan, 30 April 2024

Bernard Kharisma Surbakti


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini disusun untuk melangkapi persyaratan menyelesaikan Pendidikan

Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Namun demikian besar harapan penulis kiranya tulisan ini dapat bermanfaat dalam

menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang

“ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SINDROM

DEPRESIF PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI

HEMODIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN”

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Studi

Magister Kedokteran Klinik bidang Kedokteran Jiwa.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

Program Studi Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.


2. Bapak Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang juga telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk mengikuti Pogram Studi Magister Kedokteran

Klinik dI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. dr. Dedy Hermansyah, Sp.B (K) Onk, selaku Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

yang juga telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

Pogram Studi Pendidikan Magister Kedokteran Klinik di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. dr. Cut Adeya Adella, Sp. OG., Subsp. Onk selaku Ketua TKP PPDS-

1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara juga

sebagai penguji penulis yang banyak membagikan pengetahuan, bimbingan,

dan dorongan kepada penulis.

5. Ibu Prof. Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked., Sp. K.J. (K) selaku Ketua

Program Studi Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, juga sebagai guru besar dan pembimbing penulis yang banyak

memberikan dukungan, pengetahuan, bimbingan, dan dorongan yang sangat

berharga dan berarti kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak dr. M. Surya Husada, M.Ked., Sp. K.J. selaku Ketua Departemen

Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, juga sebagai guru

penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dan

masukan-masukan berharga kepada penulis.

7. Bapak Dr. dr. Mustafa M. Amin, M.Ked., M.Sc., Sp. K.J. (K) sebagai guru
dan pembimbing tesis penulis yang telah banyak memberikan bimbingan,

pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, dan memberi masukan-

masukan berharga kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Bapak (Alm) Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. K.J. (K) selaku guru besar yang

banyak memberikan pengetahuan yang berharga kepada penulis.

9. Ibu dr.Vita Camellia, M.Ked., Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, dan

memberi masukan-masukan berharga kepada penulis.

10. Bapak (Alm) dr. H. Harun T. Parinduri, Sp. K.J. (K) selaku guru yang

banyak memberikan pengetahuan yang berharga kepada penulis.

11. Bapak Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. K.J. (K) selaku guru besar yang

banyak membimbing dan memberikan pengetahuan yang berharga kepada

penulis.

12. Ibu dr. Nazli M. Nasution, M.Ked., Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, dan

memberi masukan-masukan berharga kepada penulis.

13. Ibu dr. Dessy Mawar Zalia, M.Ked, Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, dan

memberi masukan-masukan berharga kepada penulis.

14. Ibu dr. Cindy Chias Arthy, M.Ked, Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, dan

memberi masukan-masukan berharga kepada penulis.

15. Bapak dr. Freddy Subastian, Sp. K.J. selaku guru yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, dan

memberi masukan-masukan berharga kepada penulis.


16. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS–1 Program Studi Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan

masukan serta dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

17. Bapak dr. Zainal Safri, Sp.PD-KKV, Sp.JP (K) selaku Direktur Utama RSUP

Haji Adam Malik Medan Sumatera Utara dimana peneliti melakukan

penelitian yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

18. Bapak dr. David Luther, M.Ked (OG), Sp.OG (K) selaku Kepala Instalasi

Rawat Jalan Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

19. Kepada seluruh pasien hemodialisis yang berobat di Instalasi unit

Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik Medan Sumatera Utara yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

20. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, Bapak dr. Yusuf

R. Surbakti, Sp.OG (K) dan alm. Ibu Flory Yenita Sembiring yang penuh

kesabaran dan kasih sayang mendukung penulis dalam menjalani masa

pendidikan dan penyelesaian tesis ini. Keberhasilan dalam hidup penulis tidak

lepas merupakan berkat doa dan dukungan orang tua tercinta. Seluruh

keberhasilan dalam hidup ini tentu saja penulis persembahkan kepada

keduanya.

21. Kedua mertua yang sangat penulis hormati dan sayangi, Bapak Feberta

Tarigan Sibero S.E dan Ibu Elvina br Bukit S.E, yang selama ini telah

memberikan dorongan, dukungan dan doa kepada penulis.

22. Untuk istri tercinta Kathryn Liza Mentari Sibero S.Ak, terimakasih atas

segala doa dan dukungan, pengertian yang mendalam, pengorbanan, bahkan

ikut berlelah membantu dalam segala hal. Tanpa semua itu, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan pendidikan dan tesis ini dengan baik. Terima kasih

atas segala kasih sayang, c i n t a d a n kesabaran, dan pengertian serta

pengorbanan d a n atas segala doa dan segala waktu dan kesempatan yang

tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam suka cita dan keriangan.

23. Kepada seluruh keluarga besar penulis yang banyak memberikan semangat

dan doa kepada penulis selama menjalani pendidikan di Pogram Studi

Pendidikan Magister Kedokteran Klinik bidang Kedokteran Jiwa.

Semoga Tuhan membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah

membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita penulis. Akhirnya

penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, 30 April 2024

Bernard Kharisma Surbakti

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SINDROM


DEPRESIF PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Bernard Kharisma, Elmeida Effendy, M. Surya Husada
Departemen Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia

Abstrak

Latar Belakang : Penyakit ginjal kronik adalah suatu gangguan pada ginjal yang
ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung
lebih dari 3 bulan. Menurut Data Perhimpunan Nefrologi Indonesia pada tahun
2012 yaitu prevalensi GGK di Indonesia 12,5% berdasarkan jenis kelamin
prevalensi tertinggi pria (0,3%) sedangkan pada wanita (0,2%), Hemodialisis
adalah metode yang paling banyak digunakan, dibandingkan dengan jenis dialisis
lainnya (16%). Hemodialisis dapat menggantikan fungsi ginjal untuk mengatur
cairan tubuh, elektrolit dan metabolisme. Studi ini ingin menganalisis faktor-
faktor yang berhubungan dengan sindrom depresif pada gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis.

Metode : Penelitian ini merupakan studi analitik multivariat dengan pendekatan


cross-sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability
sampling type consecutive sampling. Didapatkan sampel 97 orang pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Hasil : Data dari 97 orang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
yang berpartisipasi menunjukkan bahwa didapatkan variabel umur pasien GGK
yang menjalani hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif dengan r = 0,204
terhadap depresi yang berarti semakin tinggi umur pasien GGK yang menjalani
hemodialisis semakin tinggi skor BDI II artinya semakin tinggi depresi pada
pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Variabel jenis kelamin pasien GGK
yang menjalani hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif dengan r = 2,696
yang berarti pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis laki-laki semakin
tinggi skor BDI- II artinya semakin tinggi depresi pada pasien laki-laki yang
menjalani hemodialisis. Variabel lama pasien GGK yang menjalani hemodialisis
memiliki koefisien korelasi negatif terhadap depresi dengan r= - 4,015 yang
berarti semakin lama pasien GGK yang menjalani hemodialisis semakin rendah
skor BDI- II artinya semakin rendah depresi pada pasien GGK yang menjalani
hemodialisis.. Variabel penyakit komorbid pasien GGK yang menjalani
hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif dengan r = 3,270 yang berarti
semakin banyak komorbid pasien GGK yang menjalani hemodialisis semakin
tinggi skor BDI- II artinya semakin tinggi depresi pada pasien GGK yang
menjalani hemodialisis.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara umur dan depresi dengan pasien HD,
terdapat hubungan antara jenis kelamin dan depresi dengan pasien HD, terdapat
hubungan antara lama Pendidikan dan depresi dengan pasien HD, terdapat
hubungan antara lama menjalani HD dan depresi dengan pasien HD, terdapat
hubungan antara penyakit komorbid dan depresi pada pasien HD.
Kata kunci : Gagal ginjal kronik, hemodialisis, depresi, skor BDI, BDI-II

ANALYSIS OF FACTORS ASSOCIATED WITH DEPRESSIVE SYNDROME IN


CHRONIC RENAL FAILURE PATIENTS UNDERGOING HEMODIALYSIS
AT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Bernard Kharisma, Elmeida Effendy, M. Surya Husada
Department of Psychiatry , Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia

Abstract
Background: Chronic Kidney Disease is a disorder of the kidneys characterized by
abnormalities in kidney structure or function that last more than 3 months. According to
data from the Indonesian Nephrology Association in 2012, the prevalence of CRF in
Indonesia was 12.5% based on gender, the highest prevalence of men (0.3%) while in
women (0.2%), hemodialysis was the most widely used method, compared to other types
of dialysis (16%). Hemodialysis can replace kidney function to regulate body fluids,
electrolytes and metabolism. This study wanted to analyze the factors associated with
depressive syndrome in chronic renal failure undergoing hemodialysis.
Method: This study is a multivariate analytical study with a cross-sectional study
approach. Sampling using non-probability sampling type consecutive sampling technique.
Samples were obtained from 97 patients with chronic renal failure who underwent
hemodialysis at the hospital. H. Adam Malik Medan.

Method: This research is a multivariate analytical study with a cross-sectional study


approach. Sampling using non-probability sampling type consecutive sampling technique.
Samples were obtained from 97 patients with chronic renal failure who underwent
hemodialysis at the hospital. H. Adam Malik Medan.

Results: Data from 97 patients with chronic renal failure who underwent hemodialysis
who participated showed that the age variable of CRF patients undergoing hemodialysis
had a positive correlation coefficient with r = 0.204 on depression, which means that the
higher the age of CRF patients undergoing hemodialysis, the higher the BDI II score,
meaning the higher the depression in CRF patients undergoing hemodialysis. The sex
variable of CRF patients undergoing hemodialysis has a positive correlation coefficient
with r = 2.696, which means that in CRF patients undergoing male hemodialysis, the
higher the BDI-II score, meaning the higher the depression in male patients undergoing
hemodialysis. The old variable of CRF patients undergoing hemodialysis has a negative
correlation coefficient of depression with r = - 4.015 which means that the longer CRF
patients undergo hemodialysis, the lower the BDI-II score, meaning the lower the
depression in CRF patients undergoing hemodialysis. The comorbid disease variable of
CRF patients undergoing hemodialysis has a positive correlation coefficient with r =
3.270, which means that the more comorbid CRF patients undergoing hemodialysis, the
higher the BDI-II score, meaning the higher the depression in CRF patients undergoing
hemodialysis.

Conclusion: There is a relationship between age and depression with HD patients, there is
a relationship between sex and depression with HD patients, there is a relationship
between the length of education and depression with HD patients, there is a relationship
between the length of time undergoing HD and depression with HD patients, there is a
relationship between comorbid diseases and depression in HD patients.
Key words: Chronic renal failure, depression, BDI score, BDI-II
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................ 5
1.3. Hipotesis .............................................................................. 5
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
1.4.1. Tujuan Umum .......................................................... 6
1.4.2. Tujuan Khusus ......................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
1.5.1. Teoritis ..................................................................... 8
1.5.2. Aplikatif ................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 9


2.1. Penyakit Ginjal Kronik ........................................................ 9
2.1.1. Definisi..................................................................... 9
2.1.2. Epidemiologi............................................................ 9
2.1.3. Etiologi..................................................................... 11
2.1.4. Klasifikasi ................................................................ 11
2.1.5. Manifestasi Klinis .................................................... 13
2.1.6. Patofisiologi ............................................................. 15
2.1.7. Diagnosis.................................................................. 16
2.1.8. Penatalaksanaan ....................................................... 20
2.2. Pengertian dan Tujuan Hemodialisis.................................... 23
2.2.1. Indikasi Hemodialisis............................................... 24
2.2.2. Frekuensi dan Lama Hemodialisis........................... 25
2.2.3. Proses Hemodialisis ................................................. 25
2.2.4. Komplikasi Hemodialisis......................................... 26
2.3. Depresi ................................................................................. 28
2.3.1. Prevalensi Depresi ................................................... 29
2.3.2. Etiologi Depresi ....................................................... 30
2.3.3. Faktor Risiko Depresi .............................................. 33
2.3.4. Patofisiologi Depresi................................................ 34
2.4. Alat Ukur ............................................................................. 35
2.5. Faktor yang Berhubungan dengan Sindrom Depresif Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis..............................................................................36
2.6. Kerangka Teori..........................................................................39
2.7. Kerangka Konseptual.................................................................40
2.8. Definisi Operasional..................................................................41

i
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................42
3.1. Desain Penelitian.......................................................................42
3.2. Tempat dan waktu penelitian.....................................................42
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................42
3.3.1. Populasi..........................................................................42
3.3.2. Sampel dan Cara pemilihan Sampel...............................43
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.....................................................43
3.4.1. Kriteria Inklusi................................................................43
3.4.2. Kriteria Eksklusi.............................................................43
3.5. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel........................43
3.6. Teknik Pengambilan Data..........................................................51
3.6.1. Alat Pengumpulan Data..................................................51
3.6.2. Cara Kerja Penelitian......................................................52
3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen........................54
3.7. Kerangka Kerja..........................................................................55
3.8. Identifikasi Variabel..................................................................56
3.9. Rencana Manajemen dan Analisis Data....................................56
3.10. Etika Penelitian..........................................................................58

BAB IV HASIL PENELITIAN.........................................................................59


4.1. Karakteristik Demografik.........................................................59
4.2. Data Bivariat............................................................................61
4.2.1. Data Numerik Bivariat..................................................61
4.2.2. Data Kategorik Bivariat................................................62
4.3. Analisis Multivariat..................................................................65
4.3.1. Analisis Multivariat Pertama........................................65
4.3.2. Analisis Multivariat Kedua...........................................66

BAB V DISKUSI.............................................................................................71
5.1. Prosedur Penelitian...................................................................71
5.2. Skor BDI -II.............................................................................72
5.3. Biological Plausibility..............................................................73
5.4. Persamaan dan perbedaan hasil penelitian...............................76
5.4.1. Umur Pasien GGK yang menjalani hemodialis.............76
5.4.2. Jenis Kelamin Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................76
5.4.3. Status Pekerjaan Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................79
5.4.4. Lama Pendidikan Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................77
5.4.5. Status Pernikahan Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................78
5.4.6. Lama Sakit Pasien GGK yang menjalani
Hemodialisis..................................................................79
5.4.7. Penyakit Komorbid Pasien GGK yang menjalani
hemodialisis..................................................................80

ii
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN................................................................82

6.1 Simpulan...................................................................................….83
6.2 Saran…………………………………………………………………….83

DAFTAR PUSTAKA…........................................................................................85
iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. interpretasi hasil LFG ............................................................... 12

Tabel 2. 2. Kategori menurut KDIGO 2013 ............................................... 12

Tabel 2. 3. Grade penyakit ginjal kronik.................................................... 13

Tabel 4. 1. Gambaran Demografik Pasien GGK yang menjalani


hemodialisis...................................................................................59

Tabel 4. 2. Analisis Bivariat antara umur pasien GGK yang menjalani


Hemodialisis dan skor depresi........................................................61

Tabel 4. 3. Analisis bivariat antara lama pendidikan pasien GGK yang


menjalani hemodialisis dan skor depresi........................................62

Tabel 4. 4. Analisis bivariat antara jenis kelamin pasien GGK yang


menjalani hemodialisis dan skor depresi........................................62

Tabel 4. 5. Analisis bivariat antara status pernikahan pasien GGK yang


menjalani hemodialisis danskor depresi.........................................63

Tabel 4. 6. Analisis bivariat antara status pekerjaan pasien GGK yang


menjalani hemodialisis danskor depresi........................................64

Tabel 4. 7. Analisis bivariat antara lama pasien GGK menjalani


hemodialisis dan skor depresi........................................................64

Tabel 4. 8. Analisis bivariat antara penyakit komorbid pasien GGK yang


menjalani hemodialisis dan skor depresi........................................65

Tabel 4. 9. Model Summary Analisis Multivariat Pertama...............................66

Tabel 4. 10. Model Summary Analisis Multivariat Kedua.................................66

Tabel 4. 11. Statistik Residu Skor Depresi.........................................................66

Tabel 4. 12. Resume analisis regresi linier faktor-faktor yang


berhubungandengan depresi pada pasien hemodialisis..................68

Tabel 4. 13. Faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pasien GGK


yang menjalani hemodialisis..........................................................70

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Prevalensi Penyakit Gagal Ginjal Kronik.......................................10

Gambar 2. 2. Risiko Referal Gagal Ginjal kronik……………………………… 13

Gambar 2. 3. Kerangka Teori.................................................................................39

Gambar 2. 4. Kerangka Konseptual.......................................................................40

Gambar 3. 1. Kerangka Kerja................................................................................55

Gambar 4. 1. Grafik histogram untuk menguji asumsi linearitas..........................69

Gambar 4. 2. Normal P-P plot untuk melihat asumsi normalitas dari residu.........69

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ethical Clearence.

Lampiran 2 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 3 Formulir Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lampiran 4 Lembar Penjelasan kepada Calon Sampel

Lampiran 5 Lembar Kuosioner BDI - II

Lampiran 6 Lampiran SPSS Penelitian

vi
DAFTAR SINGKATAN

ACEI : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors


ACR : Albumin - Creatinin Ratio
AER : Albumin Excretion Rate
AKI : Acute Kidney Injury
ARB : Angiotensin Reseptor Bloker
BMI : Body Mass Index
BDNF : Brain Derived Neutrophic Facor
BDI : Beck Depression Inventory
GGK : Gagal Ginjal kronik
CVD : Cardiovascular Disease
CKD : Chronic Kidney Disease
DASH : Dietary Approaches to Stop Hypertension
DMT2 : Diabetes Melitus Tipe 2
DSM : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
FFA : Free Fatty Acids
FPP : Farnesyl Pyro- Phosphate
GFR : Glomorular Filtration Rate
GEMINI : Glycemic Effects in Diabetes Mellitus : Carvedilol
Metoprolol comparision in hypertensive
GGPP : Geranylgeranylpyrophosphate
GIT : Gastrointestinal Tract
HD : Hemodialisis
IDF : International Diabetes Federation
IMT : Indeks Massa Tubuh
KDIGO : Kidney Disease Improving Global Outcomes
LFG : Laju Filtrasi Glomerulus
MDRD : Modification Of Diet In Renal Disease
MAOI : Mono Amin Oxidase Inhibitor
NCEP-ATP : National Cholesterol Education Program Adult Treatment
Panel
PGK : Penyakit Ginjal Kronik
PER : Protein Excretion Rate
PERNEFRI : Perhimpunan Nefrologi Indonesia
PGTA : Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir
PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
RAAS : Renin Angiotensin Aldosteron System
RBC : Red Blood Cell
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
SCr : Serum Creatinin
SSRI : Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
TCA : Trichloroacetic Acid
WBC : White Blood Cell
WHO : World Health Organization

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal yang

ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung

lebih dari 3 bulan. Penyakit Ginjal Kronik ditandai dengan satu atau lebih tanda

kerusakan ginjal yaitu albuminuria, abnormalitas sedimen urin, elektrolit,

histologi, struktur ginjal, ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal, juga disertai

penurunan laju filtrasi glomerulus. Secara progresif pasien gagal ginjal kronik ini

mengalami masalah metabolisme dan endokrin yang memicu peradangan dan

mengganggu kapasitas kekebalan tubuh.1

Prevalensi penyakit ginjal kronik di dunia telah meningkat sebesar 13,4%,

yang telah menjadi masalah kesehatan yang serius dan menempati urutan ke-12

penyebab kematiandi dunia, dengan angka mortalitas sebesar 31,7%. Negara

maju seperti Amerika, terdapat 30 juta orang dewasa yang menderita Gagal Ginjal

Kronik (GGK).2 Selain itu, National Institute of Diabetes and Digestive and

Kidney Disease atau NIDDK (2016) menyebutkan bahwa orang Afrika-Amerika

dan Meksiko-Amerika memiliki angka penderita GGK yang tinggi dengan

prevalensi 17,01% dan 15,29%.3 Data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun

2018 melaporkan jumlah penderita GGK di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak

98% pasien GGK menjalani terapi hemodialisis dan 2% menjalani peritoneal

dialisis. Jumlah pasien aktif hemodialisis dari tahun 2015 sampai tahun 2018

mengalami peningkatan dari 30.554 pasien pada 2015 menjadi 132.142 pasien

pada 2018, menurut kelompok umur, sebagian besar pasien yang menjalani

hemodialisis
BAB I
1
2

berusia antara 45-64 tahun.4 Data Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI)

pada tahun 2012 yaitu prevalensi GGK di Indonesia 12,5% artinya sekitar 18 juta

orang dewasa di Indonesia mengalami GGK, berdasarkan jenis kelamin,

prevalensi tertinggi pria (0,3%) sedangkan pada wanita (0,2%), sementara pada

tingkatan usia prevalensi terbanyak yaitu usia > 75 tahun (0,6%). 5 Data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 pravelensi warga Indonesia yang mengalami

GGK berjumlah 0,38% meningkat dari data di tahun 2013 yaitu 0,2%. Prevalensi

terbanyak berada di provinsi Kalimantan Utara yaitu sebanyak 0,64%.6

Sumatera Utara prevalensi gagal ginjal kronik pada tahun 2018 telah

mencapai 0,33% dari jumlah penduduk sekitar 36410 orang. Data ini

menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk

menangani penyakit ini dapat dilakukan berbagai terapi yaitu dengan salah

satunya hemodialisis, dengan lamanya menjalani terapi hemodialisis dapat

berdampak terhadap psikologis pasien dan akan mengalami gangguan proses

berpikir serta konsentrasi dan gangguan dalam berhubungan sosial.7

Pasien yang menderita penyakit ginjal kronik stadium akhir atau end stage

renal desease, yaitu pada Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 15 ml/mnt

memerlukan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau

transplantasi ginjal.8 Kondisi tubuh pada penderita gagal ginjal yang melemah dan

ketergantungan pada mesin-mesin dialisis sepanjang hidupnya akan menyebabkan

penderita dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara terus menerus sepanjang

hidupnya. Akibatnya akan menjadi stressor fisik yang berpengaruh pada berbagai

dimensi kehidupan pasien yang meliputi biologis, psikososial, sosiologis dan

spiritual. Perasaan tersebut dapat menimbulkan perasaan tertekan dan tidak

nyaman
3

bahkan dapat berujung pada munculnya gangguan mental seperti depresi. 9

Menurut penelitian yang dilakukan, kejadian penyakit gagal ginjal kronik

dari 123 pasien pada stadium akhir sebagian besar pasien (62,6%) menjalani

terapi Hemodialisis (HD), sementara 37,4% melakukan peritoneal dialysis (PD)10

Hemodialisis (HD) adalah metode yang paling banyak digunakan,

dibandingkan dengan jenis dialisis lainnya (16%), karena rasio terapi pengganti

ginjal mencapai 84%. Hemodialisis dapat menggantikan fungsi ginjal untuk

mengatur cairan tubuh, elektrolit dan metabolisme. Hemodialisis tidak dapat

menyembuhkan, memulihkan, atau sepenuhnya menggantikan fungsi ginjal. Ini

juga mempengaruhi dandapat menyebabkan perubahan besar pada fisiologi pasien

yang menjalani hemodialisis.11

Terapi hemodialisis membutuhkan waktu jangka panjang sehingga dapat

menimbulkan munculnya berbagai komplikasi yang dapat menimbulkan tekanan

fisiologis dan psikologis pasien dialisis.12 Hemodialisis merupakan terapi yang

lama, mahal serta membutuhkan restriksi cairan dan diet. 13 Gejala yang paling

umum dialami pasien yang menjalani hemodialisis adalah perasaan lelah dan

penurunan energi, kesulitan konsentrasi, kulit kering, nyeri tulang dan sendi, kram

otot, masalah emosional dan gejala yang berhubungan dengan gangguan tidur.

Sehingga memiliki efek negatif pada tingkat kenyamanan dan aktivitas kehidupan

sehari-hari.14 Hal tersebut mengakibatkan pasien kehilangan kebebasan, masalah

dalam perkawinan, keluarga dan kehidupan sosial serta berkurang atau hilangnya

pendapatan. Pasien yang menjalani hemodialisis mengalami gejala psikologis

yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan mengalami gangguan tidur.15

Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang sering ditemukan


4

pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. 9 Studi pada

tahun 2022 oleh Shanmukham dan kawan kawan di India melaporkan bahwa

depresi lazim di antara pasien dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani

dialysis dan sekitar 20% hingga 90% pasien hemodialisis mengalami depresi.16

Populasi umum prevalensi depresi adalah sekitar 1,1% - 15% pada laki-

laki dan 1,8% - 23% pada wanita, namun pada pasien hemodialisis prevalensinya

sekitar 20% - 30% bahkan bisa mencapai 47%. Pada pasien hemodialisis

seringkali mengalami gejala-gejala depresi seperti perubahan suasana hati berupa

kesedihan, kesepian dan apatis, timbul perasaan untuk menyalahkan diri sendiri,

keinginan untuk menghukum diri sendiri, adanya perubahan gangguan tidur,

gangguan makan, kehilangan nafsu seksual, serta perubahan terhadap aktivitas,

bahkan sampai berkeinginan untuk bunuh diri.9,11

Studi yang dilakukan poleh Othayq dan kawan kawan pada tahun 2020 di

Arab Saudi terhadap 211 pasien menerangkan bahwa terdapat hubungan antara

status pernikahan dengan depresi pada pasien hemodialisis. Pada studi tersebut

juga didapatkan hubungan antara variabel depresi dengan jenis kelamin pasien

hemodialis dimana jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami depresi.17

Studi yang yang dilakukan oleh Nagy pada tahun 2023 menerangkan

bahwa terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan depresi dimana pasien

yang tidak bekerja semakin meningkatkan depresi pada pasien hemodialisis.18

Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah pada tahun 2020 di Rs Pirngadi

Medan bahwa terdapat hubungan antara lama hemodialisis dan skor depresi pada

orang dengan Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis, terdapat

hubungan antara skor kualitas tidur dan skor depresi pada orang dengan gagal

ginjal
5

kronik yang menjalani hemodialisis, terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan

skor depresi pada orang dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.19

Berdasarkan literatur mengenai prevalensi depresi beserta faktor yang

mempengaruhi depresi di Indonesia masih sangat terbatas khususnya di Sumatera

Utara. Atas dasar itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dari studi ini adalah menganalisis faktor apa saja yang berhubungan dengan

sindrom depresif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

1.3. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara umur dan sindrom depresif pada pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan sindrom depresif pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik

Medan.

3. Terdapat hubungan antara status pekerjaan dan sindrom depresif pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H.Adam Malik

Medan.

4. Terdapat hubungan antara lama pendidikan dan sindrom depresif pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik

Medan.

5. Terdapat hubungan antara status pernikahan dan sindrom depresif pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik


6

Medan.

6. Terdapat hubungan antara lama menjalani hemodialisis dan sindrom depresif

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H.

Adam Malik Medan.

7. Terdapat hubungan antara penyakit komorbid dan sindrom depresif pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam

Malik Medan.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan sindrom depresif

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H.

Adam Malik Medan

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik demografik pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Untuk menganalisis hubungan antara umur dan sindrom depresif pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H.

Adam Malik Medan.

3. Untuk menganalisis hubungan antara jenis kelamin dan sindrom

depresif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di

RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Untuk menganalisis hubungan antara status pekerjaan dan sindrom

depresif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di


7

RSUP H. Adam Malik Medan.

5. Untuk menganalisis hubungan antara lama pendidikan dan sindrom

depresif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis

RSUP H. Adam Malik Medan.

6. Untuk menganalisis hubungan antara status pernikahan dan sindrom

depresif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis

RSUP H. Adam Malik Medan.

7. Untuk menganalisis hubungan antara lama menjalani hemodialisis dan

sindrom depresif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis RSUP H. Adam Malik Medan.

8. Untuk menganalisis hubungan antara penyakit komorbid dan sindrom

depresif pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis

RSUP H. Adam Malik Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan

teoritis dalam memperkaya ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Kedokteran

Jiwa dan Ilmu Penyakit Dalam terkait analisis faktor – faktor depresi

terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

1.5.2. Aplikatif

Untuk dapat mendeteksi dini depresi pada pasien yang menjalani

hemodialisis dan diharapkan dapat memberikan masukan untuk dapat

mendeteksi lebih dini dan mengurangi angka kejadian depresi pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Ginjal Kronik

2.1.1. Definisi

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal

mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali

dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan

cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi

urin.11 Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan-lahan kearah yang

semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana

fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal

ginjal akut dan gagal ginjal kronik.19

2.1.2. Epidemiologi

Angka prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia pada tahun 2017

cukup tinggi yaitu mencapai 3.8 permil populasi Indonesia menderita penyakit

ginjal kronik yang terdiagnosis dokter. Angka ini lebih tinggi dibandingkan

prevalensi penyakit ginjal kronik pada tahun 2013 yaitu 2 permil di seluruh

Indonesia. Prevalensi tertinggi terdapat pada provinsi Kalimantan utara yaitu

sebanyak 6.4 permil sedangkan prevalensi terendah di Indonesia terdapat pada

provinsi Sulawesi Barat pada angka 1.8 permil. Penderita penyakit ginjal kronik

tersering berada pada umur 65-74 tahun, lebih banyak terjadi pada laki-laki.

Persentase penderita penyakit ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisis di

Indonesia juga cukup rendah dimana hanya 19.3% penderita penyakit ginjal

kronik
9
10

menjalani terapi hemodialisis.20

Gambar 2. 1. Prevalensi Penyakit Gagal Ginjal Kronik


Sumber : Kemenkes RI. 2018. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan
RI.

Sebanyak 1 dari 10 orang di dunia mempunyai penyakit ginjal kronik.

Daerah-daerah seperti Afrika, Amerika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara

merupakan daerah yang paling sering ditemukan penyakit ginjal kronik. Penyakit

ginjal kronik merupakan penyebab dari 956.000 kematian di seluruh dunia pada

tahun 2013. Pada tahun 2016, penyakit ginjal kronik terdapat pada sekitar 753 juta

orang di seluruh dunia yang meliputi 336 juta pada pasien laki-laki dan 417 juta

pada pasien perempuan. Di seluruh dunia terdapat 1,2 juta kematian per tahun

akibat penyakit ginjal kronik, penyebab tersering penyakit ginjal kronik adalah

hipertensi pada 550 ribu pasien, diabetes melitus pada 418 ribu pasien, dan

glomerulonefritis pada 238 ribu pasien.21,22


11

2.1.3. Etiologi

Penyebab tersering penyakit ginjal kronik yang diketahui adalah diabetes

melitus, selanjutnya diikuti oleh tekanan darah tinggi dan glomerulonefritis.

Penyebab lainnya dapat berupa idiopatik. Namun penyebab-penyebab dari

penyakit ginjal kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi ginjal yang

terlibat:23 Penyakit vaskular, yang dapat melibatkan pembuluh darah besar seperti

bilateral artery stenosis, dan pembuluh darah kecil seperti nefropati iskemik,

hemolytic- uremicsyndrome, dan vaskulitis.

Kelainan pada glomerulus yang dapat berupa :

• Penyakit glomerulus primer seperti nefritis dan focal segmental

glomerulosclerosis

• Penyakit glomerulus sekunder seperti diabetik nefropati dan lupus nefritis

• Penyakit bawaan seperti penyakit ginjal polikistik

• Nefropati obstruktif yang dapat berupa batu ginjal bilateral dan hiperplasia

prostat

• Infeksi parasit (yang sering berupa enterobiasis) dapat menginfeksi ginjal

dan menyebabkan nefropati

• Penyakit ginjal kronik juga dapat idiopatik yang mempunyai gejala yang

berupa penurunan aliran darah ke ginjal yang menyebabkan sel ginjal

menjadi nekrosis.

2.1.4. Klasifikasi

Klasifikasi penyakit ginjal kronik menurut Kidney Disease Improving

Global Outcomes (KDIGO) pada tahun 2013 meliputi kriteria penurunan Laju
12

Filtrasi Glomerulus (LFG) dan peningkatan rasio albuminuria dan serum

kreatinin. Klasifikasi penyakit ginjal kronik menurut KDIGO bertujuan untuk

menentukan penanganan pasien, dan urgensi penanganan dari penyakit ginjal

kronik tersebut.21,24

Laju Filtrasi Glomerulus merupakan kemampuan glomerulus ginjaluntuk

memfiltrasi darah. LFG dapat dihitung dengan menggunakan jumlah serum

creatinine dengan rumus menggunakan formula LFG MDRD sebagai berikut :24,25

LFG = 186 x Scr -0.830 x age0.230 x 1 (male) / 0.742 (female)

Hasil LFG dapat diinterpretasikan dengan tabel berikut

Tabel 2. 1. interpretasi hasil LFG

Sumber : KDIGO 2013 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013

Selanjutnya dilakukan pengukuran albuminuria dan serum kreatinin untuk

mengetahui katergori penyakit ginjal kronik berdasarkan rasio almbuminuria dan

serum kreatinin. Kategori menurut KDIGO 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:26

Tabel 2. 2.Kategori menurut KDIGO 2013

Sumber : KDIGO 2013 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013
Dengan mengkombinasikan kedua kriteria diatas dapat dimasukkan ke
13

cross table untuk mengetahui risiko referal untuk pasien gagal ginjal kronik dan

urgensi penanganan penyakit gagal ginjal kronik. Cross table untuk referral dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Risiko Referral Gagal Ginjal Kronik

Sumber : KDIGO 2013 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic
Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013

Sedangkan untuk grading penyakit ginjal kronik itu sendiri hanya

menggunakan LFG dengan beberapa kriteria tambahan yang dapat dilihat pada

tabel dibawah

Tabel 2. 3. Grade penyakit ginjal kronik


Grade LFG Kategori Keterangan
1 >= 90 Normal atau sedikit Disertai dengan albuminuria yang
berkurang persisten
2 60-89 Penurunan ringan Disertai dengan peningkatan serum
kreatinin dan albuminuria
3 30-59 Penurunan sedang Evaluasi dan terapi pada komplikasi
4 15-29 Penurunan berat Persiapan untuk terapi ginjal
5 <15 Gagal Ginjal / End Terapi ginjal permanen (hemodialisis) /
Stage Renal Disease transplantasi ginjal
Sumber : KDIGO 2013 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013
2.1.5. Manifestasi Klinis
14

Penyakit ginjal kronik secara umum pada stadium awal tidak terdapat

gejala yang khas, namun penyakit ginjal kronik stadium awal hanyak dapat

dideteksi dengan peningkatan serum kreatinin dan proteinuria. Namun jika fungsi

ginjal terus menerus mengalami penurunan akan menimbulkan gejala-gejala

sebagai berikut:27

1. Peningkatan tekanan darah akibat kelebihan cairan dan produksi dari hormone

vasoaktif yang diekskresikan oleh ginjal melalui sistam Renin-

Angiotensin- Aldosterone-System (RAAS), menyebabkan risiko penderita

penyakit ginjal kronik menderita hipertensi atau penyakit jantung kongestif.

2. Akumulasi urea pada darah yang menyebabkan uremia, gejala uremia dapat

berupa perikarditis, ensefalopati, gastropati. Akibat jumlah urea yang tinggi

dalam darah, urea dapat diekskresikan melalui kelenjar keringat dalam

konsentrasi tinggi dan mengkristal pada kulit yang disebut dengan “uremic

frost”

a. Kalium terakumulasi dalam darah sehingga menyebabkan hiperkalemi

yang mempunyai gejala-gejala seperti malaise, hingga aritmia jantung.

Hiperkalemi dapat terjadi jika LFG dari ginjal mencapai <25

ml/min/1.73mm3 dimana kemampuan ginjal mengekskresikan kalium

melalui berkurang.

b. Penurunan produksi eritropoietin yang dapat menyebabkan penurunan

produksi sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia, eritropoietin

diproduksi di jaringan interstitial ginjal, dalam penyakit ginjal kronik,

jaringan ini mengalami nekrosis sehingga produksi eritropoietin berkurang

c. Overload volume cairan yang disebabkan oleh retensi natrium dan cairan

pada ginjal sehingga dapat menyebabkan edema ringan hingga edema

yang
15

mengancam nyawa misalnya pada edema paru.

d. Hyperphosphatemia yang disebabkan oleh berkurangnya ekskresi fosfat

oleh ginjal. Hyperphospatemia meningkatkan risiko dari penyakit

kardiovaskular, dimana fosfat merupakan stimulus dari kalsifikasi vaskular

e. Hipokalsemia yang disebabkan oleh stimulasi pembentukan FGF-23 oleh

osteosit dibarengi dengan penurunan masa ginjal. FGF-23 merupakan

inhibitor dari enzim pembentukan vitamin D yang secara kronik akan

menyebabkan hipertrofi kelenjar paratiroid, kelainan tulang akibat

penyakit ginjal, dan kalsifikasi vaskular.

f. Asidosis metabolik yang disebabkan oleh akumulasi dari fosfat dan urea.

Asidosis juga dapat disebabkan oleh penuruan kemampuan produksi

ammonia pada sel-sel ginjal.

g. Anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

peningkatan inflamasi yang disebabkan oleh akumulasi urea, penurunan

eritropoietin dan penurunan fungsi sumsum tulang.

2.1.6. Patofisiologi

Penyebab yang mendasari Penyakit Ginjal Kronik bermacam - macam

seperti penyakit glomerulus baik primer maupun sekunder, penyakit vaskular,

infeksi, nefritis interstisial, obstruksi saluran kemih. Patofisiologi PGK

melibatkan

2 mekanisme kerusakan : (1) mekanisme pencetus spesifik yang mendasari

kerusakan selanjutnya seperti kompleks imun dan mediator inflamasi pada

glomerulonefritis, atau pajanan zat toksin pada penyakit tubulus ginjal dan

interstitium; (2) mekanisme kerusakan progresif yang ditandai dengan adanya


16

hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron yang tersisa, nefron-nefron yang utuh hipertrofi

dan memproduksi volume fitrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun

dalam keadaan penurunan LFG. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk

berfungsi ¾ dari nefron-nefron yang rusak. Beban yang harus dilarut menjadi

lebih besar daripada yang diabsorpsi dan berakibat diuresis osmotik disertai

poliuri. Selanjutnya jumlah nefron yang rusak bertambah, oliguria timbul disertai

retensi produk sisa. Fungsi ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein

(yang normalnya diekskresikan di dalam urin) tertimbun di dalam darah. Terjadi

uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.26

Uremia yang bersifat toksik dapat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat

mengenai sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Selain itu sindrom uremia ini

akan menyebabkan trombositopati dan memperpendek usia sel darah merah.

Trombositopati akan meningkatkan risiko perdarahan spontan terutama pada

Gastrointestinal Tract (GIT) dan dapat berkembang menjadi anemia bila

penanganannya tidak adekuat.

Uremia bila sampai di kulit akan menyebabkan pasien merasa gatal–gatal.

Pada PGK akan terjadi penurunan fungsi insulin, peningkatan produksi lipid,

gangguan sistem imun, dan gangguan reproduksi. Karena fungsi insulin menurun,

maka gula darah akan meningkat. Peningkatan produksi lipid akan memicu

timbulnya aterosklerosis, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gagal jantung.26

2.1.7. Diagnosis

Penyakit ginjal dibagi menjadi akut atau kronik. Untuk menentukannya,

dibagi berdasarkan durasinya. Jika durasi >3 bulan maka disebut kronik.

Kronisitas
17

ini untuk membedakan PGK dengan penyakit ginjal akut lainnya seperti

glomerulonefritis akut termasuk Gagal Ginjal Akut (GGA) yang memerlukan

intervensi dan memiliki etiologi dan hasil yang berbeda.

Durasi penyakit ginjal ini dapat didokumentasikan dan disimpulkan

berdasarkan konteks klinis. Untuk diagnosis yang akurat, dianjurkan untuk

pemeriksaan ulang fungsi ginjal dan kerusakan ginjal. Untuk waktu evaluasi

bergantung pada penilaian klinis, dengan evaluasi awal untuk pasien diduga

memiliki GGA dan evaluasi selanjutnya untuk pasien diduga memiliki GGK. Pada

GGA terjadi peningkatan serum kreatinin secara tiba-tiba dengan jumlah yang

tinggi namun pada PGK peningkatan serum kreatinin terjadi secara perlahan dan

kronik.

Kebanyakan dari penyakit ginjal tidak memiliki gejala atau temuan dan

hanya terdeteksi ketika sudah kronik. Sebagian PGK tidak dapat disembuhkan

dengan pengobatan seumur hidup hanya untuk memperlambat perkembangan

gagal ginjal. Tetapi, dalam beberapa kasus dapat sepenuhnya sembuh, baik secara

spontan maupun dengan pengobatan. Pada kasus lain, pengobatan menyebabkan

penyembuhan parsial pada kerusakan ginjal dan peningkatan fungsi ginjal.28

1. Penurunan LFG

LFG merupakan salah satu komponen dari fungsi eksresi yang dapat

dijadikan acuan sebagai keseluruhan indeks dari fungsi ginjal. Kerusakan

struktual yang meluas dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang ditandai

dengan berkurangnya LFG.

LFG <60 ml/min/1.73m2 merupakan LFG setengah dari nilai normal pada

pria dan wanita dewasa dalam selama >3 bulan dapat diindikasi dengan GGK
18

dengan nilai normal LFG yaitu sekitar 125ml/min/1,73m2.

LFG ini dapat dideteksi secara rutin dengan tes laboratorium. LFG ini

dapat dilihat berdasarkan serum creatinin (SCr) tetapi bukan hanya SCr saja yang

sensitive untuk mendeteksi LFG. Penurunan LFG menggunakan SCr dapat di

konfirmasi dengan penggunakan penanda filtrasi alternatif yaitu Cystatin C.

2. Kerusakan Ginjal

Kerusakan ginjal bisa terjadi di dalam parenkim, pembuluh darah besar

atau tubulus collecting duct yang paling sering dipakai sebagai penanda dari

jaringan ginjal. Penanda ini dapat memberikan petunjuk tentang kemungkinan

kerusakan dalam ginjal dan temuan klinis penyebab penyakit ginjal.

a. Proteinuria

Merupakan istilah yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah

protein dalam urin. Proteinuria menyebabkan hilangnya protein plasma akibat dari

peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein, reabsorpsi protein pada

tubular tidak adekuat dan peningkatan konsentrasi plasma protein. Proteinuria

dapat menunjukan adanya protein hilang pada ginjal dan saluran kencing bagian

bawah.

b. Albuminuria

Albumin merupakan salah satu jenis protein plasma yang ditemukan

dalam urin dengan jumlah sedikit dan jumlah sangat besar pada pasien dengan

penyakit ginjal. Albuminuria mengacu pada peningkatan albumin secara abnormal

dalam urin.

Beberapa alasan untuk lebih fokus pada albuminuria dibanding proteinuria

yaitu albumin adalah komponen utama protein urin pada sebagian besar penyakit

ginjal, lalu data epidemiologi penelitian di seluruh dunia menunjukan bahwa


19

hubungan adanya hubungan kuat dari jumlah albumin urin dengan risiko penyakit

ginjal dan Cardiovascular Desease (CVD), dan klasifikasi penyakit ginjal

berdasarkan dari tingkat albuminuria.

Albuminuria merupakan temuan umum namun tidak semuanya mengarah

ke GGK. Adanya albuminuria ini menandakan adanya kerusakan di glomerulus

dimana umumnya muncul sebelum terjadi pengurangan LFG. Albuminuria dapat

dikaitkan dengan hipertensi, obesitas dan penyakit pembuluh darah dimana

penyakit ginjal yang mendasari tidak diketahui.

Tingkat kehilangan albumin dan protein umumnya disebut (Albumin

Excretion Rate (AER) dan Protein Excretion Rate (PER). Batas AER ≥30mg/24

jam yang bertahan selama >3 bulan untuk menunjukkan GGK.

c. Sedimen Urin Abnormal

Temuan seperti sel, kristal dan mikroorganisme dapat muncul dalam

endapan urin dalam berbagai gangguan ginjal dan saluran kemih, tetapi temuan sel

tubular ginjal, sel darah merah, sel darah putih, granular kasar, wide cast, dan

banyak sel dismorfik sel darah merah adalah patognomik kerusakan ginjal.

d. Elektrolit dan kelainan lain akibat gangguan tubular

Abnormalitas elektrolit dapat terjadi akibat kelainan reabsopsi dan sekresi

tubulusginjal. Seringkali penyakit yang bersifat genetik tanpa kelainan patologis

yang mendasari. Penyakit lain didapat seperti karena obat atau racun dan biasanya

dengan lesi patologis tubular yang menonjol.

e. Kelainan Imaging

Tes imaging dapat memungkinkan diagnosis penyakit pada struktur ginjal,

pembuluh darah atau tubule collecting. Pasien dengan kelainan struktural yang
20

signifikan dianggap memiliki GGK jika kelainan tersebut dapat bertahan > 3 bulan.

f. Riwayat transplantasi ginjal

Penerima transplantasi ginjal didefinisikan GGK terlepas dari tingkat LFG

atau adanya penanda kerusakan ginjal. Penerima transplantasi ginjal memiliki

peningkatan risiko kematian dan hasil ginjal dibanding dengan populasi umum

dan mereka memerlukan pengobatan medis khusus.

2.1.8. Penatalaksanaan

1. Hipertensi

Pasien dengan hipertensi diperlukan terapi antihipertensi yang mencakup

Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACEI) atau angiotensin receptor

blocker (ARB) untuk tekanan darah ditargetkan sistolik kurang dari 130 mm Hg

dan diastolik kurang dari 80mm Hg.

2. Diabetes

Target kontrol glikemik harus dicapai dengan aman dan mengikuti

Canadian Diabetes Association Guidelines dengan hemoglobin A1c < 7.0%,

glukosa plasma puasa 4–7 mmol/L. Kontrol glikemik menjadi strategi intervensi

multifaktoral yang membahas kontrol tekanan darah, risiko kardiovaskular dan

dukung pemakaian ACE Inhibitor, ARB, statins, dan acetylsalicylic acid.

Metformin di rekomendasikan untuk pasien dengan diabetes melitus tipe 2

dengan penyakit ginjal kronik stage 1 atau 2 dengan fungsi ginjal yang stabil dan

tidak berubah selama 3 bulan terakhir. Metfomin dapat dilanjutkan pada pasien

penyakit ginjal kronik stabil stage 3.

3. Proteinuria
21

Pasien dewasa dengan diabetes dan albuminuria persistent harus

mendapatkan ACE Inhibitor atau ARB untuk memperlambat perkembangan

penyakit ginjal kronik. ACE Inhibitor dan ARB adalah obat pilihan untuk

menurunkan proteinuria. Pada beberapa pasien, aldosterone-receptor antagonist

dapat menurunkan proteinuria. Diet kontrol protein serta penurunan berat badan

dapat memberikan manfaat dalam mengurangi proteinuria.

4. Anemia

Pasien anemia dengan simpanan besi adekuat, penggunaan erythropoiesis

stimulating agent diperbolehkan apabila hemoglobin dibawah 10g/L. Untuk

pasien yang mendapat erythropoiesis-stimulating agents, target hemoglobin harus

11g/L dengan range hemoglobin normal 10-12g/L. erythropoiesis-stimulating

agent hanya dapat diresepkan oleh spesialis yang mempunyai pengalaman

meresepkan obat ini. Besi oral adalah terapi lini pertama untuk pasien dengan

penyakit ginjal kronik. Pada pasien yang dapat dan tidak mendapatkan

erythropoiesis-stimulating agent dengan hemoglobin < 11g/L, harus diberikan

besi untuk mempertahankan ferritin >100 ng/mL dan saturasi transferin >20%.

Pasien dengan target serum ferritin dan saturasi trasnferrin yang tidak mencukupi

atau keduanya saat mengambil besi oral atau tidak mentoleransi bentuk oral harus

mendapatkan terapi besi intravena.

5. Abnormalitas metabolisme mineral

Pembatasan diet fosfat digunakan terus menerus untuk mengobati

hiperfosfatemia. Terapi menggunakan calcium-containing phosphate binders

harus dimulai jika pembatasan diet gagal untuk mengendalikan hiperfosfatemia

dan jika tidak ada hiperkalemia. Jika terdapat hiperkalsemia, dosis calcium-

containing
22

phosphate binders atau analog vitamin D harus dikurangi. Pertimbangan untuk

pemberian analog vitamin D jika kadar serum hormon paratiroid >53 pmol/L.

terapi harus dihentikan jika hiperkalsemia atau hiperfosfatemia berkembang atau

jika kadar hormon paratiroid <10,6 pmol/L.

6. Transplantasi ginjal

Pasien dengan LFG <20mL/min/m2 memerlukan tranplantasi ginjal jika

ada penyakit berikut : gejala uremia, komplikasi metabolic refraktori seperti

hiperkalemia asidosis, volume berlebih (edema atau hipertensi resisten),

penurunan status gizi (serum albumin, massa tubuh tanpa lemak). Transplantasi

ginjal tidak boleh dilakukan sampai LFG <20 Ml/min/m2 dan terdapat bukti

perkembangan kerusakan ginjal dan irreversible 6-12 bulan sebelumnya.

7. Manajemen gaya hidup

a. Berhenti merokok

Untuk mengurangi risiko perkembangan penyakit ginjal kronik dan

penyakit ginjal tahap akhir dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

b. Penurunan berat badan

Orang dengan obesitas Body Mass Index (BMI) >30,0kg/m2 dan kelebihan

berat badan (BMI >25,0 – 29,0 kg/m2) harus didorong untuk mengurangi BMI

karena untuk menurunkan risiko penyakit ginjal kronik dan penyakit ginjal

stadium akhir. Pemeliharaan berat badan yang sehat (18,5-24,9 kg/m 2; lingkar

pinggang < 102cm untuk pria, <88 cm untuk wanita) direkomendasikan untuk

mencegah hipertensi dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Semua

orang yang kelebihan berat badan dengan hipertensi disarankan harus menurunkan

berat badan.

c. Kontrol diet protein


23

Diet protein terkontrol (0.80-1.0 g/kg/d) direkomendasikan untuk orang

dewasa dengan penyakit ginjal kronik. Pembatasan protein dalam makanan

(0,70g/kg/hari) harus mencakup pemantauan klinis dan biokimiawi dari defisiensi

nutrisi.

d. Asupan alkohol

Konsumsi alkohol pada hipertensi harus sesuai dengan Canadian

Guideline untuk risiko minum alkohol rendah. Orang dewasa sehat harus

membatasi konsumsi alkohol hingga 2 minuman atau kurang perhari dan

konsumsi tidak boleh lebih dari 14 minumanper minggu untuk pria dan 9

minuman per minggu untuk wanita.

e. Olahraga

Untuk mengurangi risiko hipertensi, orang tanpa hipertensi dan dengan

hipertensi (menurunkan tekanan darah) harus didorong untuk melakukan latihan

dinamis intensitas sedang selama 30-60 menit seperti berjalan, bersepeda atau

berenang, dilakukan 4-7 hari per minggu.

f. Diet asupan garam

Untuk mencegah hipertensi, asupan natrium makanan dianjurkan <100

mmol/hari. Pasien dengan hipertensi harus membatasi asupan natrium makanan

mereka hingga 65 - 100 mmol/hari.29

2.2. Pengertian dan Tujuan Hemodialisis

Hemodialisis merupakan proses untuk membuang sisa metabolisme dan

cairan berlebih dalam darah. Selama proses berlangsung, darah akan dipompa

memasuki saluran membran dialysis menuju mesin dialysis dimana darah akan
24

difiltrasi dengan alat dialiser.30

Hemodialisis berperan sebagai ginjal pengganti melalui proses

pengubahan komposisi solut darah oleh larutan lain (cairan dialisat) untuk

mengeluarkan zat terlarut berupa limbah metabolik melalui membran

semipermiabel (membran dialisis) dengan proses difusi dan hemofiltrasi untuk

mengeluarkan air yang membawa serta zat terlarut yang tidak diinginkan.31

2.2.1. Indikasi Hemodialisis

Pada pasien dengan PGK stadium 4 (LFG <30 mL/min/1,73 m2) dan

mereka yang membutuhkan dialisis segera pada saat evaluasi, memulai

hemodialisis. Keputusan untuk memulai dialisis didasarkan pada tanda dan gejala

yang berhubungan dengan uremia (gejala awal seperti anoreksia, mual,

dysgeusia), kelebihan cairan persisten atau kelainan elektrolit (hiperkalemia,

asidosis metabolik). Perhitungan LFG berdasarkan prediksi kreatinin serum, usia

dan berat badan.31

Rumus cockcrouft-Gault

Ccr (ml/min)= (140-usia) x berat badan) x (0,85 jika

wanita) 72 x Scr

Keterangan :

Ccr = Klirens kreatinin

Scr = konsentrasi serum kreatinin (mg/dl) Usia dalam tahun

Berat badan dalam kg


25

2.2.2. Frekuensi dan Lama Hemodialisis

Frekuensi dan lama hemodialisis biasanya dilakukan dengan melihat

kebutuhan dan kondisi pasien. Hemodialisis dibagi menjadi 3 jenis yang berbeda.

Hemodialisis rutin dilakukan 3 kali seminggu, 3-5 jam sehari, hemodialisis jangka

pendek dilakukan seminggu sekali, dan durasinya lebih singkat dibandingkan

hemodialisis konvensional. Durasi setiap hemodialisis adalah sekali sehari <3 jam.

Hemodialisis malam jenis hemodialisis ini memakan waktu lama dan lebih

lambat, berlangsung 6-8 jam. Program dialisis dikatakan berhasil jika penderita

kembali menjalani hidup normal, penderita kembali menjalani diet yang normal,

jumlah sel darah merah dapat ditoleransi, tekanan darah normal dan tidak terdapat

kerusakan saraf yang progresif.30

2.2.3. Proses Hemodialisis

Dalam proses hemodialisis, tiga prinsip yang digunakan dalam proses

hemodialisis adalah difusi, konveksi dan ultrafiltrasi. Toksin dan limbah dalam

darah dikeluarkan dengan difusi. Difusi bergerak dari konsentrasi tinggi dalam

darah ke konsentrasi rendah di dialisat. Difusi adalah mekanisme utama yang

mengeluarkan molekul kecil seperti urea, kreatinin, elektrolit dan untuk

penambahan serum bikarbonat. Membran semipermiabel dapat menghambat

difusi molekul besar seperti sel darah merah dan protein. Pengeluaran cairan yang

berlebih dalam tubuh dikeluarkan melalui proses konveksi. Konveksi mengacu

transportasi massa zat terlarut bersama dengan cairan yang dilarutkannya (air

plasma) dan didorong oleh tekanan hidrostatik yang lebih tinggi dalam

kompartemen darah yang dihasilkan oleh pompa darah. Jumlah zat terlarut yang
26

dihilangkan secara konveksi tidak tergantung pada konsentrasi zat terlarut, tetapi

lebih pada perbedaan tekanan hidrostatik antara kompartemen darah dan dialisat.

Ultrafiltrasi merupakan proses yang diakibatkan oleh adanya perbedaan tekanan

hidrostatik maupun tekanan osmotik dimana terjadi aliran konvektif (air dan zat

terlarut). Karena tekanan hidrostatik dalam kompartemen darah dan kompartemen

dialisat berbeda, pergerakan pelarut (air) melalui membran semi-permeabel.

Tekanan hidrostatik / tekanan ultrafiltrasimemaksa air dari kompartemen darah ke

kompartemen dialisat. Tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif (tekanan

positif) di dalam kompartemen darah dan tekanan negatif (tekanan negatif) di

dalam kompartemen dialisat yang disebut TMP (tekanan trans membran) dan

satuannya adalah mmHg.31

2.2.4. Komplikasi Hemodialisis

Komplikasi yang paling umum selama perawatan hemodialisis adalah

hipotensi (20-30%), kram otot (5- 20%), mual-muntah (5-15%), sakit kepala

(5%), demam sampai meninggal (<1%).32,33

1. Hipotensi

Hipotensi intradialisis merupakan efek samping yang paling umum terjadi

pada saat hemodialisis. Ada dua mekanisme patogensis hipotensi intradialisis,

pertama adalah kegagalan untuk menjaga volume plasma pada tingkat optimal dan

yang kedua adalah kelainan kardiovaskular. Hipotensi intradialisis bisa disertai

dengan gejala seperti kram, mual, muntah, kelelahan yang berlebihan dan

kelemahanatau mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali.

2. Sakit kepala

Keluhan sakit kepala sering ditemukan selama hemodialisis dan


27

penyebabnya belum diketahui secara pasti. Faktor pemicu sakit kepala mungkin

hipertensi, hipotensi, tingkat rendah natrium, penurunan osmolaritas serum,

tingkat rendah renin plasma, sebelum dan sesudah dialisis nilai Blood Urea

Nitrogen (BUN) dan rendahnya tingkat magnesium.

3. Sakit dada

Sakit dada selama prosedur hemodialisis harus dicurigai sebagai

kegawatdaruratan yang berhubungan dengan angina, infark miokard atau

perikarditis.

4. Hipoksemia

Selama hemodialisis, PaO2 turun menjadi sekitar 10-20 mmHg.Penurunan

tersebut tidak menyebabkan masalah klinis yang signifikan pada pasien yang

mengalami oksigenasi normal, tetapi dapat menghasilkan bencana pada mereka

yang memiliki kadar oksigen yang rendah.

5. Gatal-gatal

Pasien yang menjalani hemodialisis mengalami gatal-gatal pada kulit yang

semakin memburuk segera setelah hemodialisis. Walaupun penyebab pastinya

tidak diketahui, diduga faktor yang menyebabkannya adalah kulit kering , deposit

kristal kalsium-fosfor (hiperparatiroidisme), alergi terhadap obat seperti heparin

dan pelepasan histamin dari sel induk.

6. Kram otot

Kram otot selama hemodialisis umum terjadi. Meskipun kram sebagaian

besar terlihat di eksteremitas bawah, tetapi dapat terjadi juga di perut, lengan dan

tangan. Metabolisme otot dibawah normal dianggap sebagai faktor yang paling

penting yang menyebabkan terjadinya kram. Oleh sebab itu, hipotensi,


28

hiponatremia, hipoksia jaringan diduga menyebabkan terjadinya kram otot.

7. Anemia

Tidak memiliki cukup sel darah merah dalam darah adalah komplikasi

umum dari gagal ginjal dan hemodialisis. Gagal ginjal mengurangi produksi

hormon yang disebut eritropoietin, yang merangsang pembentukan sel darah

merah. Pembatasan diet, penyerapan zat besi yang buruk, tes darah secara sering

atau kehilangan zat besi dan vitamin akibat hemodialisis dapat berkontribusi juga

terhadap terjadinya anemia.

8. Amiloidosis

Amiloidosis terkait dialisis terjadi ketika protein dalam darah disimpan

pada sendi dan tendon sehingga menyebabkan nyeri, kekakuan dan penumpukkan

cairan pada sendi. Kondisi ini lebih umum terjadi pada orang yang telah menjalani

hemodialisis selama lebih dari lima tahun.

2.3. Depresi

Depresi dapat terjadi akibat stres yang membebani seseorang dalam

kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidup,

mengarah ke suasana hati yang rendah, putus asa, dan anhedonia. Pasien depresi

berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan fisik yang serius serta

memperburuk prognosis kondisi medis lainnya. Sistem limbik diidentifikasi

memainkan peran dalam pengalaman emosi, dimana jalur utama dari sistem

limbik, menghubungkan sekelompok struktur otak yang mengelilingi batang otak

(girus cingulate, hipokampus, hipotalamus, dan nucleus talamus anterior). Sirkuit

ini berperan dalam pengontrolan emosi dan penyimpanan memori. Korteks

prefrontal
29

bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas emosional dan kerusakannya

merupakan bagian dari patofisiologi depresi. Aktivasi amigdala yang tidak normal

dihubungkan dengan tingkat keparahan depresi. 34,35

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III

(PPDGJ-III) depresi merupakan suatu suasana perasaan (mood) yang mempunyai

gejala utama mood yang depresif kehilangan minat dan kegembiraan serta

berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan

berkurangnya aktifitas, serta beberapa gejala lainnya seperti konsentrasi dan

perhatian yang berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan

tentang perasaan bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram

dan tidak berguna, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh

diri, tidur yang terganggu serta nafsu makan yang berkurang yang sekurang-

kurangnya berlangsung selama 2 minggu.34,36,37

2.3.1. Prevalensi Depresi

Depresi atau yang lebih dikenal dengan depresi mayor adalah gangguan

jiwa atau mood (suasana hati) berupa perasaan sedih atau kehilangan

minat/kesenangan dalam semua aktifitas minimal selama dua minggu. Disertai

dengan gejala-gejala seperti kehilangan berat badan, kesulitan berkonsentrasi, dll.

Depresi terjadi tanpa ada sejarah mania, campuran atau hipomania.38,39

Berdasarkan usia, depresi dapat terjadi pada semua usia, mulai dari anak-

anak sampai manula. Namun depresi paling sering terjadi pada usia 25-44 tahun.

Menurut The National Mental Health Association, kejadian depresi di negara-

negara maju lebih sering terjadi dan dari penelitian disebutkan bahwa satu dari

tiga
30

anak di Amerika menderita depresi.

Berdasarkan jenis kelamin, depresi dapat terjadi baik pada pria maupun

wanita. Pada wanita, risiko depresi meningkat sejak masa remaja sampai usia 50-

an dengan tingkat kejadian depresi 1,7 – 2,7 kali lebih besar dibandingkan pria.

Pada usia 65-80 tahun, prevalensi depresi pada wanita sebesar 20,4% sedangkan

pria 9,6%.40

Depresi juga merupakan penyakit yang diturunkan. Berdasarkan penelitian

disebutkan bahwa 8-18% pasien depresi memiliki keluarga yang mengalami

depresi. Kejadian ini lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki

keluarga tanpa sejarah depresi, yaitu sebesar 5,6%. Apabila salah seorang dari

orang tua mempunyai riwayat depresi, maka 27% anaknya berpeluang mengalami

gangguan tersebut. Sedangkan bila kedua orang tuanya menderita depresi maka

kemungkinannya meningkat menjadi 50-75%. Pada orang kembar, 39% pasien

mengalami depresi karena faktor hubungan darah, sedangkan 61% karena

dipengaruhi oleh lingkungan masing-masing.41

2.3.2. Etiologi Depresi

A. Faktor Biologi

Banyak penelitian yang telah mengungkapkan faktor biologi penyebab

depresi. Salah satunya akibat gangguan pada monoamin neurotransmitter seperti

serotonin, histamin, norepinefrin, serta dopamin. Diketahui bahwa yang paling

berperan dalam gangguan mood adalah norepinefrin dan dopamin.42 Hubungan

antara norephinefrin dan gangguan depresi adalah bahwa ketika terjadi penurunan

sensitivitas ataupun penurunan regulasi dari reseptor α2 adrenergik serta adanya

penurunan respon terhadap antidepresan memiliki peran dalam menyebabkan


31

terjadinya gangguan depresi.43

Sementara itu peran serotonin dalam menyebabkan terjadinya gangguan

depresi adalah ketika kadar serotonin mengalami penurunan. Pada pasien dengan

percobaan bunuh diri telah diketahui bahwa cairan serebrospinal mereka memiliki

kadar serotonin yang rendah dengan konsentrasi yang juga rendah dari uptake

serotonin pada platelet.

Dopamin memiliki pengaruh dalam menyebabkan terjadinya gangguan

depresi. Diketahui bahwa pada pasien dengan gangguan depresi, terjadi penurunan

aktivitas dopamin. Hal ini dibuktikan dari penderita parkinson yang mana terjadi

penurunan dari aktivitas dopamin. Salah satu gejala yang dimiliki oleh penyakit

tersebut adalah timbulnya gangguan depresi. Selain itu obat-obat yang dapat

meningkatkan konsentrasi dopamin seperti amphetamine, bupropion, serta tirosin

dapat menurunkan terjadinya gejala depresi.44

B. Faktor Genetik

Telah diketahui bahwa genetik merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya depresi. Sebuah studi menunjukkan bahwa sepertiga dari risiko

terjadinya depresi berat padaorang dewasa datang dari pengaruh genetik. Angka

tersebut jauh lebih rendah daripada gangguan psikologis lainnya seperti

skizofrenia dan bipolar. Risiko terjadinya depresi meningkat sekitar 2,5 -3 kali

jika memiliki keluarga yang memiliki riwayat depresi. Pengaruh genetik

tampaknya dimodifikasi dengan jenis kelamin dan fase perkembangan terjadinya

depresi.45,

Terdapat sebuah ilustrasi dari hubungan kompleks antara fungsi otak, gen,

dan neurotransmitter dengan menggunakan teknik neuroimaging untuk

mengetahui bagaimana individu dengan polimorfisme yang berbeda dari gen 5-

Serotonin
32

Trannsporter Linked Polymorphic Region (5- HTTLPR) untuk menanggapi tugas

aktivasi amigdala yang melibatkan persepsi wajah seperti ketakutan dan marah.

Ditemukan bahwa individu normal, yang tidak pernah mengalami depresi

memiliki bentuk alel pendek dari gen 5-HTTLPR menunjukkan hiperaktivitas

amigdala dalam menanggapi rangsangan yang membangkitkan emosi

dibandingkan dengan kelompok lain. Hasilnya menunjukkan bahwa polimorfisme

transporter serotonin terkait dengan pemrosesan informasi ancaman emosional

otak. Studi tersebut penting untuk membantu menjelaskan mekanisme neurologis

dimana pengalaman lingkungan yang penuh dengan tekanan terjadi pada depresi

yang dialami oleh sebagian orang.46,47

C. Faktor Fungsi Neuroendokrin

Dalam beberapa tahun terakhir banyak dikatakan bahwa disregulasi yang

mendasari respon terhadap stres melibatkan sistem neuroendokrin dan respon dari

otak. Komponenutama dalam hal ini adalah sumbu Hypothalamus Pituitary

Adrenal (HPA) dan corticotropine releasing hormone (CRH) sertasistem locus

coeruleus norephinefrin (LCNE) yang mencakup sistem limbik dan kortikal yang

saling terhubung melalui berbagai neurotransmitter dan sirkuit hormon.48 Hormon

glukokortikoid, kortisol, memicu kaskade fungsi yang adaptif dalam fase akut

respon terhadap stres yang biasanya diselesaikan dengan cepat melalui proses

umpan balik penghambatan dalam sumbu HPA. Namun terjadinya kegagalan yang

terjadi menyebabkankortisol tetap tinggi dan berkelanjutan sehingga

menghasilkan efek yang buruk dalam perubahan fisiologis.49

Depresi telah dihubungkan dengan peningkatan kortisol dan hormon

terkait lainnya. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tingkat kortisol yang

lebih tinggi
33

dan kelainan regulasi kortikol diantara orang-orang yang tertekan dibandingkan

dengan orang yang tidak tertekan. Lebih lanjut, pasien yang depresi menunjukkan

pemulihan kadar kortisol lebih lambat sebagai respon terhadap stres psikologis.50

D. Faktor Imunitas

Berdasarkan bukti hubungan antara depresi dan penyakit jantung koroner,

dilakukan banyak penelitian mengenai peran potensial dari sistem imun,

khususnya sitokin proinflamasi, terhadap stres dan depresi. Bukti menunjukkan

bahwa stres kronik dikaitkan dengan peningkatan level C-Reactive Protein (CRP)

dan depresi. Tingkat interleukin 6 (IL-6) dan CRP meningkat pada individu yang

terpapar stres kronik. Stresorkronik dapat membuat tubuh menjadi lebih prima

dalam merespon stres yang lebih tinggi atau justru dapat mengganggu kapasitas

sistem imun untuk kembali seperti semula setelah menghentikan stresor tersebut.

Respon inflamasi juga dapat berkontribusi pada gejala depresi yang memicu

perubahan nafsu makan, pola tidur, dan aktivitas sosial. Proses ini mungkin dapat

terjadi pada pola depresi umum atau hanya terjadi pada individu-individu dimana

depresi adalah penyerta dengan kondisi medis seperti penyakit jantung.26,47,48

2.3.3. Faktor Risiko Depresi

Salah satu faktor risiko terjadinya depresi adalah pengalaman peristiwa

kehidupan negatif yang tidak diinginkan. Banyak bukti telah menunjukkan bahwa

sebagian besar episode depresi dipicu oleh peristiwa kehidupan yang memiliki

banyak tekanan. Sekitar 80% kasus depresi didahului oleh terjadinya peristiwa

negatif. Sebagian besar metode penilaian mensurvei stresor terjadi dalam kurun

waktu 3-6 bulan terakhir dalam kaitannya dengan terjadinya depresi, tetapi pada
34

penelitian lain disebutkan bahwa sebagian besar serangan depresi terjadi dalam

bulan pertama setelah terjadi peristiwa kehidupan yang negatif. 27,51

2.3.4. Patofisiologi Depresi

Beberapa mekanisme biologi kemungkinan berperan dalam patofisiologi

terjadinya depresi. Regulasi inflamasi yang terlibat dalam terjadinya depresi

dengan mengurangi produksi monoamin(misalnya, serotonin) dan meningkatkan

produksi katabolit triptofan yang beracun bagi otak. Sebuah meta analisis

menunjukkan bahwa subjek yang mengalami depresi dibandingkan dengan

kontrol memiliki peningkatan kadar interleukin (IL-6) dan C-Reactive Protein

(CRP), serta Tumor Necrosis Factor yang lebih signifikan.

Hiperaktivitas sumbu HPA sebagai faktor penyebab depresi telah

diketahui secara luas. Hal tersebut disebabkan oleh fungsi reseptor glukokortikoid

yang merusak sirkuit umpan balik negatif sumbu HPA. Malfungsi reseptor

glukokortikoid dapat menyebabkan depresi melalui gangguan neurogenesis dan

mengurangi volume hipokampus. Pada individu depresi, kadar kortisol dapat

menentukan risiko dan waktu kambuhnya episode depresi.

Selain itu, rendahnya kadar Brain-Derived Neutrophic Facor (BDNF)

menyebabkan berkurangnya faktor pertumbuhan neutropik otak sehingga

termasuk ke dalam mekanisme penyebab terjadinya depresi. Gagasan ini

didukung oleh salah satu penelitian yang membuktikanbahwa pasien depresi

memiliki tingkat BDNF yang lebih rendah dari kontrol. 52,53,54


35

2.4. Alat Ukur

Beck Depression Inventory-II (BDI-II)

Beck Depression Inventory (BDI) merupakan sebuah instrumen yang

digunakan untuk mengukur tingkat depresi pada individu. Pada tahun 1961

instrumen ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr.Aaron T.Beck. Instrumen BDI-

II terdiri dari 21 item pertanyaan yang dirancang utuk mendeteksi adanya depresi

pada remaja dan orang dewasa serta untuk karakteristik sikap dan gejala depresi

terlepas dari bias tertentu. Pertanyaan tersebut berhubungan dengan rasa marah,

perasaan bersalah, putus asa,merasa lelah, penurunan berat badan, serta

berkurangnya hasrat seksual. Pertanyaan - pertanyaan tersebut diurutkan

berdasarkan peringkat untuk mencerminkan kisaran tingkatkeparahan gejala

depresi dari tingkat netral hingga tingkat keparahan maksimum.55

Gejala-gejala dari depresi yang dapat diketahui dari instrument BDI II

berupa :56

1. Perasaan kesedihan

2. Rasa pesimis

3. Kegagalan masa lalu

4. Kehilangan perasaan senang

5. Perasaan bersalah

6. Perasaan dihukum

7. Tidak suka pada diri sendiri

8. Mengkritik diri sendiri

9. Muncul keinginan bunuh diri

10. Menangis
36

11. Merasa gelisah

12. Hilangnya ketertarikan

13. Kesulitan mengambil keputusan

14. Merasa tidak berdaya

15. Kehilangan energi

16. Perubahan pola tidur

17. Sensitivitas

18. Pola makan

19. Sulit berkonsentrasi

20. Merasa kelelahan

21. Kehilangan hasrat seksual

Total penilaian pada instrumen BDI menunjukkan tingkat keparahan

depresi yang dimiliki individu. Hasil penilaian pada instrumen ini memberikan

hasil yang berbeda untuk diagnosis depresi pada populasi umum. Untuk individu

dengan diagnosis klinis mempunyai interpretasi sebagai berikut :

1. 0-9, tidak ada gejala depresi

2. 10-15, gejala depresi ringan

3. 16-23, gejala depresi sedang

4. 24-63, gejala depresi berat

2.5. Faktor yang Berhubungan dengan Sindrom Depresif Pada Pasien Gagal

Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis

1. Umur

Studi yang dilakukan oleh Wang dan kawan-kawan pada tahun 2019
37

menerangkan bahwa terdapat hubungan antara umur dan depresi pada pasien

gagal ginjal kronik dengan nilai P<0,001. Prevalensi depresi pada usia lanjut

dengan gagal ginjal kronik dan berkorelasi negatif dengan fungsi ginjal.57

2. Jenis Kelamin

Studi yang dilakukan oleh Mosleh dan kawan – kawan pada tahun 2020

terhadap 122 pasien menerangkan bahwa terdapat 24,6 persen yang mengalami

depresi. Pada pasien dengan gagal ginjal kronik, gejala depresi dilaporkan lebih

sering pada perempuan daripada laki-laki.58

3. Status Pernikahan

Studi yang dilakukan oleh Othayq dan kawan kawan pada tahun 2020 di

Arab Saudi terhadap 211 pasien menerangkan bahwa terdapat hubungan antara

status pernikahan dengan depresi pada pasien hemodialisis dengan p<0,010.17

4. Status Pekerjaan

Studi yang yang dilakukan oleh Nagy pada tahun 2023 menerangkan

bahwa terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan depresi dimana pasien

yang tidak bekerja semakin meningkatkan depresi pada pasien hemodialisis.18

5. Lama Pendidikan

Studi yang dilakukan oleh Ganu dan kawan – kawan pada tahun 2018 di

Ghana terhadap 106 pasien hemodialisis menerangkan bahwa terdapat hubungan

anrtara depresi dengan lama Pendidikan. Studi yang dilakukan oleh Agganis dan

kawan – kawan pada tahun 2010 di Boston terhadap 241 pasien hemodialisis

meneranngkan bahwa terdapat hubungan antara depresi dengan lama Pendidikan

dengan nilai p=0,2.59,60


38

6. Lama Hemodialisis

Studi yang dilakukan oleh Goyal dan kawan – kawan pada tahun 2018

terhadap 49 pasien hemodialisis menerangkan bahwa terdapat hubungan antara

depresi dengan durasi hemodialisis dengan nilai p=0,017.61

7. Penyakit Komorbid

Studi yang dilakukan oleh Cha dan kawan – kawan pada tahun 2020 di

Amerika terhadap 250 pasien hemodialisis menerangkan bahwa terdapat

hubungan antara penyakit komorbid dengan depresi pada pasien gagal ginjal

kronik dengan nilai p<0,001. Kondisi dan penyakit penyerta yang paling umum di

antara pasien yang menjalani dialisis adalah hipertensi, diabetes, penyakit arteri

koroner, gagal jantung kongestif, hepatitis B, dan penyakit serebrovaskular.62


39

2.6. Kerangka Teori

Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Status
pernikahan
Lama HD
Penyakit
Komorbid

Gambar 2. 3. Kerangka Teori


40

2.7. Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Umur Pasien GGK yang


Menjalani Hemodialisis

Jenis Kelamin Pasien GGK


yang Menjalani Hemodialisis

Pekerjaan Pasien GGK yang


Menjalani Hemodialisis

Lama Pendidikan Pasien GGK Sindrom Depresif


yang Menjalani Hemodialisis Pasien GGK yang
Menjalani Hemodialisis

Status Pernikahan Pasien


GGK yang Menjalani
Hemodialisis

Lama Hemodialisis Pasien


GGK yang Menjalani
Hemodialisis

Penyakit Komor

Gambar 2. 4. Kerangka Konseptual


41

2.8. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur dan
Cara
Ukur
1. Umur Lama waktu hidup Wawancara Dalam Numerik
pasien dari lahir Tahun
hingga saat ini.
2. Jenis Perbedaan gender Observasi -Laki-laki Nominal
Kelamin sejak dilahirkan. dan -Perempuan
Wawancara
3. Status Aktivitas yang dapat Wawancara -Bekerja Nominal
Pekerjaan menghasilkan uang. -Tidak
bekerja
4. Status Dalam ikatan Wawancara -Menikah Nominal
Pernikahan pernikahan, tidak -Tidak
dalam pernikahan Menikah
(bercerai hidup
ataupun mati) pada
pasien Hemodialisis.
5. Lama Lama Pendidikan Wawancara DalamTahun Numerik
Pendidikan sejauh mana
pasien mengenyam
Hemodialisis pendidikan.
6. Lama Waktu yangdihitung Wawancara 1. < 1 Nominal
menjalani sejak awal pasien dan rekam tahun
Hemodialisis menjalani medis 2. > 1
hemodialisis sampai tahun
saat ini.
7. Penyakit Kondisi dimana Wawancara -Ya Nominal
Komorbid seseorang tersebut -Tidak
Pasien Gagal memiliki dua atau
Ginjal lebih penyakit pada
Kronik saat yang bersamaan
dengan penyakit
lainnya
8. Beck Salah satu alat ukur Kuesioner 0-63 Numerik
Depressio yang digunakan untuk beck
n menilai skor depresi depressio
Inventory- untuk kepentingan n
II klinis dan penelitian. inventory
Alat ukur ini terdiri (BDI)
dari 21 pertanyaan
dengan nilai paling
rendah 0 dan nilai
palling tinggi adalah
63.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian yang analitik multivariat regresi

linier dengan pendekatan desain cross sectional, Desain dalam penelitian ini

menguji hubungan antar variabel baik variabel dependen maupun independen

dengan menggunakan instrument BDI-II.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di unit hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan yang beralamat di JL. Bunga Lau No.17 Medan. Penelitian

dimulai setelah Ethical Clearance dari Universitas Sumatera Utara dan izin dari

RSUP H. Adam Malik Medan diterbitkan sampai dengan jumlah sampel terpenuhi

dengan perkiraan waktu Juli 2023 hingga September 2023.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi target : Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis

di unit Hemodialisis RSUP Adam Malik.

Populasi terjangkau : Seluruh pasien Gagal Ginjal yang menjalani hemodialisis

di RSUP H.Adam Malik Medan dari Juli hingga

September 2023.

42
43

3.3.2. Sampel dan Cara pemilihan Sampel

Sampel Penelitian : Seluruh pasien Gagal Ginjal yang hemodialisis di

RSUP H.Adam Malik Medan dari Juli hingga

September 2023 yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

Cara pengambilan sampel : Non probability sampling tipe consecutive


Sampling.63

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1. Kriteria Inklusi

1. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis

2. Menjalani hemodialisis secara rutin 2 - 3 kali seminggu

3. Mampu membaca dan menulis

4. Bersedia untuk mengisi lembar informed concent

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Memilliki komplikasi yang dapat mengancam nyawa seperti sesak nafas

2. Tidak mampu berkomunikasi dengan baik

3. Tidak mengisi data kuesioner secara lengkap

3.5. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Pada studi ini terdapat 7 variabel bebas, dan dalam menentukan rumus

besar sampel ini akan dicari hubungan bivariat untuk setiap variabel bebas,

kemudian besar sampel yang paling banyak yang akan menjadi besar sampel pada

studi ini. Variabel bebas berskala kategorik akan digunakan diagnosis penelitian
44

analitik komparatif numerik tidak berpasangan dua kelompok satu kali

pengukuran untuk melihat hubungan bivariatnya. Untuk variabel bebas berskala

numerik akan digunakan diagnosis penelitian analitik korelatif numerik-numerik

untuk melihat hubungan bivariatnya.63,64

Terdapat dua langkah sebelum menentukan besar sampel untuk penelitian

multivariat prediktif numerik satu. kali pengukuran. Cara yang pertama adalah

dengan menggunakan tabel besar sampel untuk diagnosis penelitian multivariat

prediktif numerik satu kali pengukuran. Setelah itu, kita tetap harus menghitung

seluruh hubungan bivariatnya antara setiap variabel tergantung. Kemudian

penentuan besar sampel akan dilihat jumlah besar sampel yang paling banyak.26,27

Langkah Pertama yaitu dengan cara dengan menetapkan kesalahan tipe satu

5 % dan kesalahan tipe dua 20 % untuk hipotesis dua arah serta koefisien
63
determinasi 0,25 adalah 50 subjek.

Langkah kedua yaitu Mempertimbangkan berdasarkan rumus besar sampel

untuk hubungan bivariatnya untuk setiap variabel bebas, seperti diketahui bahwa

variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari variabel kategorik dan variabel

numerik.64

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan dengan

menyertakan 15 pasien yang menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Medan.

A. Untuk mencari besar sampel untuk diagnosis penelitian analitik korelatif

numerik numerik, disarankan besar sampel sebagai berikut yakni:64

2
(Zα+Zβ)
n= [ 1+r ] +3
0,5ln ( )
1-r
45

Keterangan:
n = jumlah subjek
Alpha (α) = kesalahan tipe satu ditetapkan 5%

Z = nilai standar alpha = 1.96


Beta (β) = kesalahan tipe dua ditetapkan 20%
Z = nilai standar beta = 0.84
r = koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna

Variabel Umur Pasien Hemodialisis

Skor BDI-II

Diketahui r = 0,296 (korelasi negatif)


2

n= [ ] +3
1,96+0,84
1+0,296
0,5 ln( 1-0,296 )

n= [ ] +3
2,8 2
0,5 ln( 1,84 )

n= [ ] +3
2,8 2
0,5x0,609

n = 93,17+3 97 orang
Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan
untuk

variabel umur pasien Hemodialisis : 97 orang.

Variabel Lama Pendidikan Pasien Hemodialisis

Skor BDI-II

Diketahui r : 0,409 (korelasi negatif)


2
n =[ ] +3
1,96+0,84

)
1+0,409
0,5 ln(

2
1-0,409

n=[ ] +3
2,8

0,5 ln( 2,38 )


46

n= [ ]
2,8 2
0,5𝑥0,86

n= 42,3+3  46 orang

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk variabel lama

pendidikan pasien Hemodialisis : 46 orang.

B. Untuk mencari besar sampel pada diagnosis penelitian analitik komparatif

numerik tidak berpasangan dua kelompok satu kali pengukuran, maka

terlebih dahulu kita mencari rumus untuk simpang baku gabungan yaitu:63

Sg = [
( ) ]
2
s n -1 + s 2(n 2-1)
2 1 1 2 2
n + n -2
1 2

Sg = simpang baku gabungan

Sg2 = varian gabungan

S1 = simpang baku kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

n2 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

S2 = simpang baku kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

n2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

Setelah didapatkan simpang baku gabungan, maka langkah selanjutnya adalah


(Zα+Zβ) Sg
n 1= n 2= 2 [ ]
x1+x2

dimana, parameter yang berasal dari kepustakaan adalah Sg (simpang baku

gabungan), sedangkan yang ditetapkan peneliti adalah Z, Z, dan x1- x2, oleh

karena itu pada penelitian ini ditetapkan bahwa :

Z = nilai standar alfa → 5% = 1,96 → 2 arah

Z = nilai standar beta →20% = 0,84

S = simpang baku gabungan


47

x1-x2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 12,6

Variabel Jenis Kelamin Pasien Hemodialisis

Skor BDI-II

Diketahui n1 = 9 s1 = 11,185

n2 = 6 s2 = 2,858

S1 (n1-1)+ S2 (n2-1)
2 2
(Sg)2 = n1+n2-2

11,1852(9-1)+ 2,8582(6-1)
(Sg)2 = 9 +6 - 2

1000,8+40,84
(Sg)2 = 13

Sg = √80,12

Sg = 8,95

Setelah didapatkan nilai Sg, maka:

n = n =2 (Zα+Zβ)Sg ]
[ x -x
2

1 2
1 2

(2,8) (8,95) 2
n1= n2=2 [ ]
12,6

n1= n2=2 [1,98]2

n1= n2= 7,84 8

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk masing-masing

kelompok adalah 8 orang.


48

Variabel Status Pekerjaan Pasien Hemodialisis

Skor BDI-II

Diketahui n1 = 10 s1= 7,230

n2 = 5 s2 = 14,258

(s12(n1-1) + s22(n2-
(Sg)2 =
1))
n1+n2 -2

(7,2302 (10-1)+14,2582(5-1))
(Sg)2 = 13

470,45+813,16
(Sg)2 = 13

Sg = √98,3

Sg = 9,93

Setelah didapatkan nilai Sg, maka:


2
(Zα+Zβ)Sg
n1= n2=2 ]
x1-x2
[

(2,8) x
n1= 9,93
n2=2
12,
6

n1= n2=2

[2,2]2 n1=

n2=9,68→10

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk masing-masing adalah

10 orang

Variabel Status Pernikahan Pasien Hemodialisis

Skor BDI-II

Diketahui n1 = 13 s1 = 8,934

n2 = 2 s2 = 15,556
49

(s12(n1-1) + s22(n2-1))
(Sg)2 = n1+n2 -2

(8,9342(13−1) + 15,5562(2 −1))


(Sg)2 = 13 + 2 −2

(957,72 + 241,98)
(Sg)2 = 13

Sg = √92,28

Sg = 9,60

Setelah didapatkan nilai Sg, maka:


2
(Zα+Zβ)Sg
n1= n2=2 ]
[ x 1-x 2

2,8 x 9,60 2

n1= n2=2 ]
12,6
[

n1= n2=2

[2,13]2 n1= n2=

9,60 →10

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk masing-masing

kelompok adalah 10 orang.

Variabel Lama Hemodialisis

Skor BDI-II

Diketahui n1 = 11 s1 = 9,778

n2 = 4 s2 = 9,743

(s12(n1-1) + s22(n2-1))
n1+n2 -2
(Sg)2 =

(9,778 2(11−1) + 9,743 2(4 −1))


(Sg)2 = 11 + 4 −2

(956,09 + 284,7)
(Sg)2 = 13
50

Sg = √95,45

Sg = 9,76

Setelah didapatkan nilai Sg, maka:


2
(Zα+Zβ)Sg
n1= n2=2 ]
[ x1-x2

(2,8) x 9,76
2

n1= n2=2 ]
[ 12,6

n1= n2=2 [2,27]2

n1= n2=10,3 →11

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk masing-masing

kelompok adalah 11 orang.

Variabel Penyakit Komorbid

Skor BDI

Diketahui n2 = 8 s1 = 9,783
n2 = 7 s2 = 9,947

(s12(n1-1) + s22(n2-1))
(Sg)2 = n1+n2 -2

(9,7832(8-1) + 9,947 2(7- 1))


(Sg)2 = 8 + 7 -2

(669,9 + 593,64)
(Sg)2 = 13

Sg =√97,19

Sg = 9,85

Setelah didapatkan nilai Sg, maka:


51

2
(Zα+Zβ)Sg
n1= n2=2 ]
[ x1-x2

(2,8)x 9,85
2

n1= n2=2 ]
[ 12,6

n1= n2=2
[2,18]2 n1=
n2=9,5→10
Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk masing-masing

kelompokadalah 10 orang.

Berdasarkan kedua langkah perhitungan besar sampel diatas disimpulkan bahwa

jumlah besar sampel yang terbanyak adalah dari besar sampel Variabel Umur

Pasien Hemodialisis, yaitu sebanyak 97 subjek pasien Hemodialisis.

3.6. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data

yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian

ini data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data

sekunder dan data rekam medis untuk mendapatkan data primer.

3.6.1. Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari catatan rekam medis responden. Data primer dalam penelitian ini

adalah lama HD. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil jawaban kuesioner

yang diisi oleh responden.

Data terkait karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari usia,

jenis kelamin, status pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, lama HD,

dan penyakit komorbid.


52

Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI), digunakan untuk menilai

skala depresi. Instrumen ini terdiri dari 21 item pertanyaan dengan model pilihan

berganda, setiap item terdiri dari 4 skala dengan item mulai dari 0-3. Total nilai

dari jawaban responden antara 0-63, dimana untuk skor nilai 0-19 dikategorikan

menjadi tidak depresi dan skor nilai 20-63 dinyatakan depresi.

3.6.2. Cara Kerja Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan persiapan, pengambilan data,

penyusunan hasil, analisis hasil, dan penyusunan laporan akhir hasil penelitian.

Persiapan dimulai dari pengurusan izin dari tempat penelitian dan Komite

Etik Penelitian Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

Pengambilan dan pengumpulan data penelitian dilaksanakan berdasarkan

tahapan prosedur sebagai berikut:

1. Proposal penelitian yang telah diuji dan disetujui oleh dosen pembimbing

diajukan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis I –

Psikiatri FK USU untuk selanjutnya diberikan surat izin penelitian oleh pihak

fakultas.

2. Setelah mendapatkan persetujuan di fakultas, peneliti mengajukan proposal

untuk ditelaah agar mendapatkan persetujuan Komite Etik Penelitian

Kesehatan Universitas Sumatera Utara untuk ethical clearance.

3. Apabila persyaratan ethical clearance sudah terpenuhi, maka peneliti mulai

menghubungi pihak RSUP. H. Adam Malik Medan untuk memperoleh izin

meneliti.

4. Setelah memperoleh kesepakatan waktu penelitian, peneliti berada di rumah

sakit untuk mengambil data dari subjek penelitian.


53

5. Peneliti membentuk tim untuk melakukan penelitian di unit Hemodialisis

RSUP.H.Adam Malik Medan.

6. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan menjadi responden.

Peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian serta memberikan penjelasan

(informed consent) dan diminta untuk membaca surat keterangan tentang

penelitian secara terperinci dan jelas, kemudian mengisi persetujuan secara

tertulis untuk ikut serta dalam penelitian dan menandatangani surat

persetujuan untuk mengikuti penelitian apabila sudah paham dan setuju.

7. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai pengisian formular biodata

dan kuesioner BDI-II dan memberikan kesempatan bagi subjek penelitian

apabila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti.

8. Peneliti membagikan formular biodata dan kuesioner BDI-II serta

mempersilahkan subjek penelitian untuk mengisi data pada formulir dan

melengkapi isian kuesioner.

9. Apabila kuesioner telah terisi, maka peneliti mulai mengumpulkan kembali

kuesioner penelitian dan memeriksa kelengkapan jawaban.

10. Setelah dipastikan lengkap, maka pengumpulan data telah selesai dan peneliti

mengucapkan terima kasih kepada subjek penelitian atas partisipasinya di

dalam penelitian.

11. Data penelitian dikumpulkan dan diinterpretasikan serta diolah lebih lanjut

(analisis data).
54

3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI) versi Indonesia telah banyak

digunakan untuk penelitian di berbagai kelompok populasi. Salah satunya

dilakukan Ginting et al (2013), dalam penelitian ini, uji reliabilitas dari pernyataan

depresi dengan nilai Cronbach alpha 0,96. Kuesioner Beck Depression Inventory

(BDI) ini juga telah digunakan oleh Waluyo, (2014) dan telah dilakukan uji

validitas dan reliabilitas terhadap 16 responden pasien gagal ginjal kronik dengan

hasil r hitung 0,807-0,842 dan r tabel 0,514, dan nilai α Cronbach 0,653 - 0,822

yang berarti semua item pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel.56


55

3.7. Kerangka Kerja

Pasien GGK yang menjalani


hemodialisis di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan

Persetujuan Setelah Ekslusi


Inklusi
Informed Consent

Wawancara dan mengisi


Kuesioner BDI-II

Analisi Data

Gambar 3. 1. Kerangka Kerja


56

3.8. Identifikasi Variabel

Variabel bebas berskala kategorik : jenis kelamin, status pekerjaan, status

pernikahan, lama menjalani hemodialisis, penyakit

komorbid,

Variabel bebas berskala numerik : umur, lama pendidikan

Variabel tergantung : skor depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan

3.9. Rencana Manajemen dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan setelah diperoleh data dari responden dengan

langkah sebagai berikut:

1. Editing

Proses editing merupakan pengecekan dan perbaikan hasil isian kuesioner

responden yang dilakukan oleh peneliti. Editing memastikan bahwa seluruh isian

data yang diisi oleh responden benar cara pengisiannya dan sesuai dengan

ketentuan yang tertera pada kuesioner.

2. Coding

Setelah kuesioner melalui proses editing, peneliti mengelompokkan data

dan memberikan kode yang dapat berupa angka atau huruf.

3. Data Entry

Setelah peneliti memberikan kode untuk setiap jawaban yang ada pada

kuesioner, peneliti memasukkan data sesuai kode tersebut ke dalam program

komputer.
57

4. Tabulasi data

Data yang sudah dimasukkan ke program komputer, kemudian data

diklasifikasikan kedalam tabel yang telah dipersiapkan.

5. Analisis data

Analisis data pada penelitian menggunakan perangkat lunak Microsoft

Excel dan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).

Analisis regresi linier hanya dapat digunakan apabila syarat-syarat uji

regresi linier terpenuhi, adapun syarat regresi linier diantaranya adalah sebaran

residu normal (dibuktikan dengan grafik histogram), rerata residu=0 (dibuktikan

dengan deskriptif), tidak ada outlier (dibuktikan dengan case wise diagnostic),

konstan (dibuktikan dengan grafik scatter antara residu dengan variabel bebas),

independen (dibuktikan dengan uji Durbin Watson), tidak ada multikolinerity

(dibuktikan dengan uji Pearson dan Uji toleransi) pada variabel bebas, serta

hubungan variabel bebas dan terikat adalah linier (dibuktikan dengan grafik

scatter antara variabel bebas dengan variabel tergantung).65

Langkah-langkah uji regresi linier untuk variabel bebas numerik adalah uji

normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov apabila setidaknya

salah satu dari variabel bebas atau variabel numerik berdistribusi normal, akan

dilakukan uji Pearson, dan apabila kedua variabel tidak berdistribusi normal maka

akan dilakukan uji Spearman. Apabila korelasi variabel bebas mempunyai nilai

p<0.25 maka, variabel bebas tersebut memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam

analisis multivariat regresi linier. Setelah itu, untuk variabel bebas yang

memenuhi kriteria p<0.25 akan dimasukkan kedalam analisis multivariat regresi

65,66,67
linier untuk dianalisis.
58

Untuk analisis variabel bebas kategorik rencana analisisnya adalah:

1. Analisis deskriptif dan uji normalitas

2. Analisis bivariat dengan uji t test independent atau uji Mann Whitney

3. Analisis multivariat

4. Resume analisis

5. Melaporkan analisis

Untuk analisis variabel bebas numerik rencana analisisnya adalah:

1. Analisis deskriptif dan uji normalitas

2. Analisis bivariat dengan uji Pearson atau uji Spearman

3. Analisis multivariat

4. Resume analisis

5. Melaporkan analisis

3.10. Etika Penelitian

Pelaksanaan penelitian diupayakan mengikuti pola dan norma-norma

pelaksanaan penelitian ilmiah yang standar. Pada pihak responden yang

diwawancarai diminta informed consent dengan penyampaian informasi bahwa

data atau kerahasiaan responden akan dijamin tetap rahasia oleh pihak peneliti.

Apabila proposal penelitian disetujui, maka peneliti akan meminta persetujuan

dari Komite Etika Penelitian Universitas Sumatera Utara.


59

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Demografik

Tabel 4. 1. Gambaran Demografik PasienGGK yang menjalani hemodialisis


Rerata±s.b Median (min-maks) n%
Umur Pasien Hemodialisis (Tahun) 47(25-72)
Jenis Kelamin Pasien Hemodialisis
-Laki-laki 44(45,4)
-Perempuan 53(54,6)
Lama Pendidikan Pasien Hemodialisis 12(4-17)
(Tahun)
Status Pernikahan Pasien Hemodialisis
-Menikah 80 (82,5)
-Tidak Menikah 17(17,5)
Status Pekerjaan Pasien Hemodialisis
-Bekerja 48(49,5)
-Belum Bekerja 49(50,5)
Lama Pasien Menjalani
Hemodialisis(Tahun)
<1tahun 47(48,5)
> 1 tahun 50(51,5)
Penyakit Komorbid Pasien Hemodialisis
-iya 57(58,8)
-tidak 40(41,2)
Skor BDI 21,43±7,314

Tabel 4.1 disajikan untuk menjawab tujuan khusus pertama, yaitu untuk

mengetahui gambaran karakteristik demografik pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis. Adapun variabel kategorik yang dibahas di tabel 4.1 adalah

umur,jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan, lama pendidikan, lama

menjalani hemodialisis, dan penyakit komorbid. Data kategorik disajikan dalam

jumlah (n)
65
dan persentase (%).

Variabel numerik yang dibahas pada tabel 4.1 adalah umur pasien GGK

yang menjalani hemodialisis lama pendidikan pasien gagal ginjal kronik, dan lama

menjalani pasien GGK yang menjalani hemodialisis.. Variabel numerik disajikan

dalam pemusatan (rerata) dan penyebaran (simpangan baku) karena didapati data
60

berdistribusi normal dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan pada studi ini jumlah

sampel adalah n=97, dimana p≥0,05 yaitu variabel umur, lama pendidikan dan

selebihnya variabel numerik disajikan dalam pemusatan (median) dan penyebaran

(minimum dan maksimum) karena data berdistribusi normal dengan uji

Kolmogorov- Smirnov dan pada studi ini jumlah sampel adalah n=97 dimana
65
p>0,05 untuk setiap variabel.

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa dari variabel jenis kelamin pasien GGK yang

menjalani hemodialisis yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 53 subjek

(54,6%). Dari variabel status pernikahan pasien GGK yang menjalani

hemodialisis terbanyak adalah menikah sebanyak 80 subjek (82,5%). Dari

variabel status pekerjaan pasien GGK yang menjalani hemodialisis yang

terbanyak adalah tidak bekerja sebanyak 49 subjek (50,5%). Dari variabel

penyakit komorbid pasien GGK yang menjalani hemodialisis yang terbanyak

adalah iya sebanyak 57 subjek (58,8%

). Berdasarkan lama sakit paling banyak lebih dari 1 tahun bejumlah 50 subjek

(51,5%)

Dari tabel 4.1 juga terlihat bahwa variabel umur pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dengan nilai median (min-maks) 47(25-72). Nilai

median(min-maks) dari variabel lama pendidikan pasien GGK yang menjalani

hemodialisis adalah 12 (4–17), nilai median(min-maks)

Pada studi ini jumlah variabel bebas adalah 7 variabel, oleh karena itu

analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda atau analisis linier

multivariat dengan kerangka konsep prediktif. Langkah-langkah yang dilakukan

untuk analisis regresi linier multivariat adalah deskriptif dan analisis uji

normalitas, analisis bivariat, analisis multivariat, resume analisis dan yang

terakhir adalah
61

laporan hasil. Syarat untuk suatu variabel bebas diikutsertakan dalam analisis

regresi multivariat adalah untuk analisis bivariatnya dengan nilai p<0,05. adapun

pada studi ini terdapat 7 variabel bebas, diantaranya adalah 3 variabel bebas
65,67
berskala numerik dan 4 variabel bebas berskala kategorik.

4.2. Data Bivariat

4.2.1. Data Numerik Bivariat

4.2.1.1 Analisis Bivariat Variabel Umur Pasien GGK yang menjalani Hemodialisis

4.2.1.2 Tabel 4. 2. Analisis Bivariat antara umur pasien GGK yang menjalani
Hemodialisis dan skor depresi

Variabel Rerata ±S.D Median (min-maks) n r P


Skor BDI-II 0,000
Umur 47,38±10,443 47 (25-72) 97 0,306

Uji Pearson

Pada tabel 4.2 untuk variabel bebas yang berskala numerik yaitu variabel umur

pasien GGK yang menjalani hemodialisis dilakukan uji Pearson karena variabel

berdistribusi normal dan syarat linearitas terpenuhi dengan total skor BDI-II. Hasil dari

uji Pearson didapatkan variabel umur pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dengan nilai p=0,000, karena nilai p<0,05 maka variabel umur pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dengan skor BDI II memiliki hubungan yang signifikan, dengan

koefisien korelasi positif r=0,306 korelasi cukup.28


62

4.2.1.3 Analisis Bivariat Variabel Lama Pendidikan Pasien GGK

yang menjalani Hemodialisis

Tabel 4. 3. Analisis bivariat antara lama pendidikan pasien GGK yang


menjalani hemodialisis dan skor depresi
Variabel Rerata ±s.b Median (min-maks) n r P
Skor BDI-II
11,66±3,020 12 (4-17) 97 0,227 0,044
Lama Pendidikan
Uji Pearson

Pada tabel 4.3 untuk variabel bebas yang berskala numerik yaitu lama

pendidikan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dilakukan uji Pearson

karena variabel berdistribusi normal dan syarat linearitas terpenuhi dengan total

skor BDI-

II. Hasil dari uji Pearson didapatkan variabel lama pendidikan pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,044, karena nilai p<0,05 maka variabel

lama pendidikan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan skor BDI II

memiliki hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi positif r=0,227 korelasi
28
cukup.

4.2.2. Data Kategorik Bivariat

4.2.2.1. Analisis Bivariat Variabel Jenis Kelamin Pasien GGK yang menjalani

hemodialisis

Tabel 4. 4. Analisis bivariat antara jenis kelamin pasien GGK yang menjalani
hemodialisis dan skor depresi
Variabel Median (min- max) n p
Jenis kelamin pasien
hemodialisis
-Laki-laki 18(3-33) 44
-Perempuan 23,6(9-41) 53 0,001
Independent t Test

Pada tabel 4.4 untuk variabel bebas yang berskala kategorik yaitu variabel

jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis, terdiri dari hanya 2
63

kelompok. Karena data normal maka menggunakan uji independen t test

didapatkan variabel jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dengan nilai p=0,001, karena nilai p<0,05 maka variabel jenis kelamin

pasienGGK yang
28
menjalani hemodialisis terhadap skor BDI II memiiki hubungan signifikan.

4.2.2.2 Analisis Bivariat Variabel Status Pernikahan Pasien GGK yang menjalani

hemodialisis

Tabel 4. 5. Analisis bivariat antara status pernikahan pasien GGK yang menjalani
hemodialisis danskor depresi
Variabel Median (min-max) n p
Status pernikahan pasien
hemodialisis 20(3-41) 80
-Menikah
-Tidak Menikah 22(10-34) 17 0,571
Independent t Test

Pada tabel 4.5 untuk variabel bebas yang berskala kategorik yaitu variabel

status pernikahan pasien hemodialisis, terdiri dari hanya 2 kelompok. Apabila

salah satu data kelompok tidak berdistribusi normal, Karena data normal maka

menggunakan uji independen t test didapatkan variabel status pernikahan pasien

GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,571, karena nilai p>0,05

variabel status pernikahan pasien GGK yang menjalani hemodialisis tidak

28
memiliki hubungan signifikan dengan skor BDI II.
64

4.2.2.3 Analisis Bivariat Variabel Status Pekerjaan Pasien GGK yang menjalani

hemodialisis

Tabel 4. 6. Analisis bivariat antara status pekerjaan pasien GGK yang menjalani
hemodialisis danskor depresi

Variabel Median (min- max) n p


Status pekerjaan pasien
hemodialisis
-Bekerja 20(5-35) 49
-Tidak Bekerja 22(3-41) 48 0,404
T Independent

Pada tabel 4.6 untuk variabel bebas yang berskala


kategorik yaitu variabel

status pekerjaan pasien hemodialisis, terdiri dari hanya 2 kelompok. Apabila

kedua data kelompok berdistribusi normal, maka dilakukan uji T Independent.

Hasil dari uji T Independent didapatkan variabel status pekerjaan pasien GGK

yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,404, karena nilai p>0,05 maka

variabel status pekerjaan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan skor

BDI II tidak memiliki hubungan signifikan.28

4.2.2.4 Analisis bivariat antara lama pasien GGK menjalani Hemodialisis dan skor

depresi

Tabel 4. 7. Analisis bivariat antara lama pasien GGK menjalani Hemodialisis


dan skor depresi

Variabel Median (min-max) n p


Lama pasien hemodialisis
- > 1 tahun 18(3-32) 50
- < 1 tahun 23(10-41) 47 0,001
T Independent

Pada tabel 4.7 untuk variabel bebas yang berskala numerik yaitu lama

sakit pasien GGK yang menjalani hemodialisis dilakukan uji independent t test

karena variabel berdistribusi normal dengan total skor BDI-II. Hasil dari uji t test

didapatkan variabel lama sakit pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dengan
65

nilai p=0,001, karena nilai p<0,05 maka variabel lama sakit pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dengan skor BDI II memiliki hubungan signifikan.28

4.2.2.5 Analisis Bivariat Variabel Penyakit Komorbid Pasien GGK yang

menjalani Hemodialisis

Tabel 4. 8. Analisis bivariat antara penyakit komorbid pasien GGK yang


menjalani hemodialisis danskor depresi
Variabel Median (min- max) n p
Penyakit Komorbid
-Iya 24(10-41) 57
-Tidak 18(3-28) 40 0,000
Mann whitney

Pada tabel 4.8 untuk variabel bebas yang berskala kategorik yaitu variabel

peyakit komorbid pasien GGK yang menjalani hemodialisis, terdiri dari hanya 2

kelompok. Apabila salah satu data kelompok berdistribusi t idak normal, maka

dilakukan uji mann whitney. Hasil dari uji mann whitney didapatkan variabel

penyakit komorbid pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai

p=0,000, karena nilai p<0,05 maka variabel penyakit komorbid pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dengan skor BDI II memiliki hubungan signifikan.28

4.3 Analisis Multivariat

Setelah dilakukan analisis bivariat, maka dilanjutkan analisis multivariat

apabila telah memenuhi syarat-syarat untuk melakukan uji regresi linier yaitu

syarat dari residu, variabel tergantung, variabel bebas, dan hubungan variabel

tergantung dengan variabel bebas. Ketika melakukan uji multivariat regresi linier

dengan kerangka konsep prediktif disarankan untuk menggunakan metode

backward, dimana artinya program SPSS akan menyaring data dari variabel bebas

yang mempunyai autokorelasi serta tidak bermakna secara statistik sampai

ditemukan model yang paling sesuai secara statistik. Sebelumnya pada data SPSS
66

terlihat bahwa nilai Anova <0,01, yang artinya setidaknya terdapat 1 variabel

bebas yang signifikan secara statistik. Oleh karena itu kita kemudian dapat
28
melanjutkan

untuk melihat model summary dengan satu koefisien determinasi yang terbaik.

4.3.2 Analisis Multivariat

Tabel 4. 9. Model Summary Analisis Multivariat


Model Summaryd
Adjusted Std. Error Durbin
Model R R Square R of the -
Square Estimate Watso
n
1 .639a .408 .361 5.845
2 .633b .400 .360 5.850
3 .619c .384 .350 5.898 1.56
0
a. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid,
Status_Pernikahan, Lama_Pendidikan, Lama_Hemodialisis,
jenis_kelamin, Status_Pekerjaan, umur
b. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid, Lama_Pendidikan,
Lama_Hemodialisis, jenis_kelamin, Status_Pekerjaan, umur
c. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid, Lama_Pendidikan,
Lama_Hemodialisis, jenis_kelamin, umur
d. Dependent Variable: Skor_BDI_II

Pada tabel 4.9 terlihat bahwa model 1 merupakan model dengan koefisien

determinasi yang tertinggi yaitu (0,408) atau 40,8% dapat dikatakan bahwa nilai

tersebut lebih dari 0,4 sehingga model tersebut fit .28

Tabel 4. 10. Statistik Residu Skor Depresi

Residuals Statisticsa
Std.
Minimum
Maximu Mean Deviatio N
m n
Predicted Value 12.41 31.17 21.43 4.530 97
Residual -13.995 12.900 .000 5.743 97
Std. Residual -2.373 2.187 .000 .974 97
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II

Pada tabel 4.11 untuk syarat dari residu adalah sebaran residu harus

normal, rerata residu nol, tidak ada outlier, konstan (homoscedasticity), dan
67
independent.
68

Dari grafik histogram dan plot terlihat bahwa sebaran tersebut memberikan kesan

normal, ditambah lagi dengan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov

juga menunjukkan nilai p=0,103 yaitu p>0,05, oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa sebaran residu adalah normal. Dari gambar tabel 4.11 terlihat bahwa rerata

residu adalah 0 oleh karena itu syarat rerata residu 0 sudah terpenuhi. Dari tabel

4.11 juga terlihat bahwa nilai minimum - 2,373 dan nilai maksimum adalah 2,187

dan simpang baku adalah 0,974 oleh karena itu syarat tidak ada outlier juga

terpenuhi yaitu dimana nilai rentang residu didalam simpang baku -3 dan simpang

baku 3. Selain itu dari terlihat bahwa nilai Durbin-Watson pada tabel 4.10 model

summary adalah 1,560 sehingga syarat independent dari residu terpenuhi, yaitu di

sekitar angka 2. Dari data SPSS juga terlihat bahwa grafik scatter antara residu

dengan variabel bebas adalah konstan yaitu tidak membentuk pola tertentu.28

Untuk syarat dari variabel tergantung (skor depresi) telah memenuhi syarat

dilakukan uji regresi linier yakni berdistrubusi normal. Dan pada studi ini telah

memenuhi syarat tersebut dengan p=0,200 dengan uji Kolmogorov- Smirnov.

Hubungan variabel bebas dengan variabel tergantung juga dengan kesan linier

sehingga syarat ini juga telah terpenuhi. Pada tabel 4.10 terlihat bahwa model 1

nilai koefisien determinasi yang terbaik yaitu model 1 sebesar 0,408 (40,8%). Dari

data SPSS model 1 menunjukkan tidak ada nilai toleransi <0,4, sehingga syarat

tidak adanya autokorelasi atau multikolineariti sudah terpenuhi.28


69

Tabel 4. 11. Resume analisis regresi linier faktor-faktor yang


berhubungandengan depresi pada pasien hemodialisis
Model Didapatkan model yang terdiri dari umur, Model ini diperoleh setelah semua
lama pendidikan, jenis kelamin, status variabel dikeluarkan secara bertahap
pernikahan. dengan metode backward.
Pengujian asumsi Linearitas : terpenuhi Scatter memberikan kesan linier
Grafik histogram dan plot
Normalitas : terpenuhi memberikan kesan normal
(lampiran)
Rerata residu nol : terpenuhi Rerata = 0
Residu Tidak ada outlier : Rentang nilai residu -3 s.d. 3
terpenuhi simpang baku
Residu konstan : terpenuhi Independent : Grafik tidak membentuk pola
terpenuhi tertentu (lampiran)
Tidak ada multikolineariti : terpenuhi Nilai Durbin-Watson mendekati 2
Toleransi > 0,4

Persamaan Skor Depresi = 1,543


regresi +0,214*umur+2,696*jenis
kelamin+2,216*status pekerjaan –
1,791*status pernikahan+0,549*lama
pendidikan pasien hemodialisis – 4,015*
lama pasien hemodialisis +3,270*penyakit
komorbid
R square 40,8% Kemampuan hubungan untuk lama
pendidikan pasien GGK yang
menjalani hemodialisis, umur
pasien GGK yang menjalani
hemodialisis, jenis kelamin pasien
GGK yang menjalani hemodialisis,
status pernikahan pasien GGK yang
menjalani hemodialisis
menjelaskan hubungan dengan skor
depresi
Koefisien Umur pasien = 0,214 Koefisien bernilai positif
korelasi Lama pendidikan pasien = 0,227 Koefisien bernilai positif
Jenis kelamin pasien = 2,696 Koefisien bernilai positif
Status pernikahan pasien = - 1,791 Koefisien bernilai negatif
Status pekerjaan = 2,216 Koefisien bernilai positif
Lama hemodialisis=-4,015 Koefisien bernilai negatif
Penyakit kormobid=3,270 Koefisien bernilai positif
hipotesis Umur pasien p=0.003 < 0.05 Berpengaruh signifikan
Lama pendidikan pasien p= 0,010 < 0.05 Berpengaruh signifikan
Jenis kelamin pasien p= 0,042<0.05 Berpengaruh signifikan
Status pernikahan pasien p= 0.283>0.05 Berpengaruh tidak signifikan
Status pekerjaan p=0.110>0.05 Berpengaruh tidak signifikan
Lama hemodialisis p=-0,002<0.05 Berpengaruh signifikan
Penyakit kormobid p=-0,026<0.05 Berpengaruh signifikan
70

Laporan analisis regresi linier

Dengan melakukan analisis metode backward, diperoleh persamaan

regresi linier berdasarkan tabel resume analisis regresi linier, skor depresi

Skor Depresi = 1,543 +0,214*umur+2,696*jenis kelamin+2,216*status pekerjaan

– 1,791*status pernikahan+0,549*lama pendidikan pasien hemodialisis – 4,015*

lama pasien hemodialisis +3,270*penyakit komorbid pasien GGK yang menjalani

Hemodialisis .Semua asumsi regresi linier seperti linearitas, normalitas, residu

nol, residu tidakada outlier, independent, konstan (homoscedasticity) telah

terpenuhi.28

Gambar 4. 1. Grafik histogram untuk menguji asumsi linearitas

Gambar 4. 2. Normal P-P plot untuk melihat asumsi normalitas dari residu
71

Tabel 4. 12. Faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pasien GGK yang
menjalani hemodialisis

Correlation
Variabel Regresi Multivariat β p
Coefficient
s
Konstan
umur .306 .214 .00
3
jenis_kelamin .184 2.696 .04
2
Status_Pekerjaan .152 2.216 .11
0
Status_Pernikahan -.094 -1.791 .28
3
Lama_Pendidikan .227 .549 .01
0
Lama_Hemodialisis -.276 -4.015 .00
2
Penyakit_komorbid .221 3.270 .02
6

Tabel 4.13. disajikan untuk menjawab hipotesis tentang depresi. Oleh

karena itu dari hasil tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang sangat bermakna antara variabel umur pasien GGK yang menjalani

hemodialisis dan depresi dengan nilai p=0,003, terdapat hubungan yang sangat

bermakna antara variabel jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dan depresi dengan nilai p=0,042, terdapat hubungan yang sangat bermakna

antara variabel lama pendidikan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan

depresi dengan nilai p=0,010, terdapat hubungan yang sangat bermakna antara

lama menjalani hemodialisis dan depresi dengan nilai p=0,002, dan terdapat

hubungan yang sangat bermakna antara penyakit komorbid pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dan depresi dengan nilai p=0,026.28


72

BAB V

DISKUS

5.1. Prosedur Penelitian

Studi ini merupakan studi analitik observasional. Berdasarkan jumlah

variabel bebas studi ini merupakan studi multivariat karena variabel bebas pada

studi ini lebih dari satu. Berdasarkan segi waktu penelitian ini merupakan potong

lintang. Diagnosis penelitian untuk pertanyaan utama pada studi ini adalah regresi

linier dengan kerangka konsep prediktif karena studi ini berusaha untuk mencari

hubungan dari beberapa faktor variabel bebas terhadap variabel tergantung, serta

variabel tergantung pada studi ini berskala numerik yaitu skor depresi.65,66

Studi ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan, dimana subjek dari studi ini adalah sebanyak 97 subjek pasien

hemodialisis di instalasi rawat jalan Hemodialisis Rumah sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan.

Studi ini tidak tersedia sampling frame, maka cara pengambilan sampel

dengan cara probability sampling tidak memungkinkan untuk dilakukan, oleh

karena itu cara pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan cara non

probability sampling yaitu consecutive sampling yang dianggap sama baiknya

dengan probability sampling. Dimana setiap subjek penelitian yang datang secara

berurutan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta setuju untuk ikut

penelitian setelah diberikan informed consent dimasukkan ke dalam studi ini. Uji

statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS.66

Studi ini berhasil menjawab semua hipotesis penelitian. Adapun hipotesis

penelitian ini adalah terdapat hubungan antara umur pasien GGK yang menjalani
73

hemodialisis, jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis, lama

pendidikan pasien GGK yang menjalani hemodialisis, status pernikahan pasien

GGK yang menjalani hemodialisis, status pekerjaan pasien GGK yang menjalani

hemodialisis, lama pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan penyakit

komorbid pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yang berobat di

instalasi rawat Hemodialisis Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

5.2. Skor BDI -II

Varibel bebas pada studi multivariat ini yang memenuhi syarat untuk

dimasukkan ke dalam analisis multivariat regresi linier dengan kerangka konsep

prediktif adalah variabel umur pasien GGK yang menjalani hemodialisis, jenis

kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis, lama pendidikan pasien GGK

yang menjalani hemodialisis, status pernikahan pasien GGK yang menjalani

hemodialisis, status pekerjaan pasien GGK yang menjalani hemodialisis, lama

pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan penyakit komorbid pasien GGK

yang menjalani hemodialisis karena variabel ini memiliki nilai p<0,25.

Selanjutnya semua variabel tersebut diikutsertakan kedalam uji multivariat dengan

menggunakan metode backward untuk analisis, yang artinya akan dicari suatu

model yang mempunyai koefisien determinasi yang tertinggi. Pada analisis

multivariat ini dilakukan dua kali analisis multivariat, karena sudah tercapai suatu

model yang fit, variabel bebas yang tersisa sudah menunjukkan nilai yang

bermakna dengan nilai p<0.05.65

Hasil dari studi terlihat bahwa variabel umur pasien GGK yang menjalani

hemodialisis, lama pasien GGK yang menjalani hemodialisis, jenis kelamin

pasien
74

GGK yang menjalani hemodialisis dan penyakit komorbid pasien GGK yang

menjalani hemodialisis berhubungan dengan depresi pada pasien GGK yang

menjalani hemodialisis.

Pada hasil studi didapatkan variabel umur pasien GGK yang menjalani

hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif terhadap depresi yang berarti

semakin tinggi umur pasien GGK yang menjalani hemodialisis semakin tinggi

skor BDI II artinya semakin tinggi depresi pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis. Variabel lama pasien GGK yang menjalani hemodialisis memiliki

koefisien korelasi negatif terhadap depresi yang berarti semakin lama pasien GGK

yang menjalani hemodialisis semakin rendah skor BDI- II artinya semakin rendah

depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Variabel jenis kelamin

pasien GGK yang menjalani hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif yang

berarti pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis laki-laki semakin tinggi

skor BDI- II artinya semakin tinggi depresi pada pasien laki-laki yang menjalani

hemodialisis. Variabel penyakit komorbid pasien GGK yang menjalani

hemodialisis memiliki koefisien korelasi positif yang berarti semakin banyak

komorbid pasien GGK yang menjalani hemodialisis semakin tinggi skor BDI- II

artinya semakin tinggi depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis.

5.3. Biological Plausibility

Pada studi ini terlihat bahwasannya variabel umur pasien GGK yang

menjalani hemodialisis, jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis

lama pendidikan GGK yang menjalani hemodialisis, lama pasien GGK yang

menjalani hemodialisis, penyakit komorbid pasien GGK yang menjalani


75

hemodialisis berhubungan dengan skor BDI-II pada pasien pasien GGK yang

menjalani hemodialisis. Oleh karena itu, variabel-variabel tersebut layak

dipertimbangkan sebagai suatu faktor yang dapat menyebabkan gangguan depresi

pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis.

Depresi dalam hal ini sindrom depresif dapat dikaitkan dengan faktor

biologis, psikologis dan sosiobudaya. Ada beberapa kemungkinan yang dapat

dilihat dari hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan gangguan depresif,

yang bukan merupakan suatu penyebab tunggal tetapi multifaktorial.38

Beck Depression Inventory adalah suatu alat ukur self-report yang telah

secara luas digunakan pada berbagai macam studi untuk menilai depresi. Alat

ukur ini terdiri dari 21 butir pertanyaan dengan nilai paling rendah adalah 0 dan

yang paling tinggi adalah 63. Masing-masing butir pertanyaan bernilai 0 sampai

dengan 3 bergantung derajat keparahan gejala depresi. Beck Depression

Inventory-II adalah suatu alat ukur depresi yang dapat digunakan pada individu

yang berusia 13 tahun keatas. Salah satu karakteristik utama yang menyebabkan

meningkatnya popularitas penggunaan BDI-II adalah mayoritas masyarakat

mampu menyelesaikan 21 item laporan diri dalam waktu 5-10 rentang waktu

menit tetapi agar hal ini terjadi, administrator harus menjaga integritas hasil tes

seperti lingkungan pengujian memiliki penerangan yang cukup untuk membaca

dan cukup tenang untuk memfasilitasi konsentrasi yang memadai bagi peserta tes.

Umur pasien adalah faktor yang mempengaruhi depresi pada pasien GGK

yang menjalani hemodialisis dengan nilai r=0,361 dan nilai p=0,000. Umur pasien

GGK yang menjalani hemodialisis, semakin kecil usia pasien GGK yang

menjalani hemodialisis maka pasien GGK yang menjalani hemodialisis

semakin khawatir
76

karena pasien GGK yang menjalani hemodialisis masih belum bisa berfikir secara

baik tentang penyakitnya.69

Lama menjalani hemodialisis adalah faktor yang mempengaruhi depresi

pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai r= - 0,276 dan nilai

p=0,001. Semakin lama pasien menjalani Hemodialisis maka depresi semakin

rendah karena semakin lama menjalani hemodialisis kondisi pasien berangsur

membaik walapunn harus tergantung dengan mesin hemodialisis.

Jenis kelamin adalah faktor yang mempengaruhi depresi pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dengan nilai r=0,184 dan nilai p=0,042. Depresi

cenderung dialami oleh pasien GGK yang menjalani hemodialisis berjenis

kelamin laki-laki. Laki-laki memiliki tingkat depresi yang lebih berat daripada

36
perempuan.

Penyakit komorbid adalah faktor yang mempengaruhi depresi pasien GGK

yang menjalani hemodialisis dengan nilai r=0,221 dan nilai p=0,026. Depresi
44
cenderung dialami oleh pasien yang mempunyai penyakit komorbid.

Dari perspektif klinis, penemuan dalam bidang neurobiologis yang paling

berpengaruh sehubungan depresi adalah abnormalitas neurotransmiter

(neurokimia),dengan monoamine (serotonin, noradrenaline dan dopamine) yang

paling banyak mendapat perhatian. Dari perspektif anatomis, depresi dihubungkan

dengan abnormalitas struktural dan fungsional pada limbic-cortico-striato-

pallido- thalamic pathway yang mencakup orbitofrontal cortex, anterior

cingulate cortex, basal ganglia, hippocampus, parahippocampus dan amygdala.

Abnormalitas anatomi secara struktural pada individu yang depresi didapati baik

pada grey matter maupun white matter. Secara konsisten dilaporkan, abnormalitas

grey matter yang dihubungkan dengan depresi adalah penurunan volume


77

hippocampus, prefrontal cortex, orbitofrontal cortex, (subgenual) anterior

cingulate cortex dan struktur basal ganglia. Aaron Beck dari perspektif kognitif

mempostulatkan trias beck yaitu pandangan negatif terhadap diri sendiri,

pandangan negatif terhadaporang lain dan dunia serta pandangan negatif

terhadap
51
masa depan.

5.4. Persamaan dan perbedaan hasil penelitian

5.4.1. Umur Pasien GGK yang menjalani hemodialisis

Pada studi ini median (min-maks) dari umur pasien hemodialisis adalah

47(25-72). Pada analisis bivariat didapati hubungan yang sangat bermakna antara

variabel umur pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan depresi pada pasien

GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,003 karena nilai p<0,25 maka

variabel umur pasien dapat dimasukan kedalam analisis multivariat regresi linier

dengan kerangka konsep prediktif dan ketika dilakukan analisis multivariat

didapati hubungan yang bermakna antara variabel umur pasien dan depresi pada

pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,001 dan r=0,214.

Umur pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis dengan depresi dapat

berpengaruh terhadap kinerja terapi. Pasien dengan usia lebih tinggi dapat

mengalami depresi yang lebih tinggi karena faktor-faktor seperti perubahan fisik,

psikologis, dan sosial ekonomi yang dialami.69

5.4.2. Jenis Kelamin Pasien GGK yang menjalani hemodialisis

Pada studi ini untuk jenis kelamin pasien pada pasien GGK yang

menjalani hemodialisis yang terbanyak adalah perempuan 53(54,6%) dan laki-laki

44(45,4%).
78

Pada analisis bivariat didapati hubungan yang sangat bermakna antara

variabel jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan depresi pada

pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,001, karena nilai

p<0,25 maka variabel jenis kelamin pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dapat dimasukan kedalam analisis multivariat regresi linier dengan kerangka

konsep prediktif.

Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan Nurfajri dan kawan kawan

pada tahun 2022. Jenis kelamin pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis

dapat mempengaruhi tingkat depresi. Pasien perempuan dapat lebih mudah

mengalami depresi karena faktor-faktor seperti hormon hormon seksi, hormon

melatonin, dan hormon thyroid yang berbeda antara jenis kelamin. asien

perempuan juga dapat lebih mudah mengalami depresi karena faktor-faktor seperti

kelelahan, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dan masalah finansial.70

Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Maria Polikandrioti dan

kawan-kawan pada tahun 2021 di Iran, terhadap 200 pasien hemodialisis terdapat

hubungan antara jenis kelamin pasien hemodialisis dan depresi dengan persentase

pasien hemodialisis pada laki-laki 67,3% dan pada pasien hemodialisis perempuan

32,7%.71

5.4.3. Status Pekerjaan Pasien GGK yang menjalani hemodialisis

Pada studi ini status pekerjaan pasien GGK yang menjalani

hemodialisis yaitu bekerja 45(46,4%) dan tidak bekerja 52(53,6%). Pada analisis

bivariat, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel status

pekerjaan pasien dan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dengan nilai p=0,084, karena nilai p<0,25 maka variabel status pekerjaan

pasien GGK yang menjalani hemodialisis dapat dimasukan kedalam analisis

multivariat regresi linier dengan kerangka konsep prediktif.


79
Variabel pekerjaan pasien GGK yang menjalani hemodialisis tidak

berhubungan dengan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis

karena pada hasil akhir analisis multivariat diadapatkan nilai p >0,05.

Hal ini tidak sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Vincent J Ganu dan

kawan- kawan pada tahun 2018 terhadap 200 pasien hemodialisis yang

mengatakan bahwa pada bidang pekerjaan, mereka yang aktif bekerja melaporkan

kejadian depresi yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang aktif berkerja

dengan persentase 36,8 % bekerja dan 45,3 % tidak bekerja. Status pekerjaan

pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis dapat mempengaruhi tingkat

depresi. Pasien yang tidak bekerja atau telah tidak bekerja dapat memiliki stressor

yang lebih pelik, yang dapat meningkatkan tingkat depresi.72

5.4.4. Lama Pendidikan Pasien GGK yang menjalani hemodialisis

Pada studi ini median (min-maks) dari lama pendidikan pasien GGK yang

menjalani hemodialisis adalah 15(9-16). Pada analisis bivariat didapati hubungan

bermakna antara variabel lama pendidikan pasien GGK yang menjalani

hemodialisis dan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan

nilai nilai p<0,25 maka variabel lama pendidikan pasien dapat dimasukan

kedalam

analisis multivariat regresi linier dengan kerangka konsep prediktif dan ketika

dilakukan analisis multivariat didapati hubungan yang bermakna antara variabel

lama pendidikan pasien dan depresi pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis dengan nilai p=0,010 dan r=0,549.

Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Bedema Cengic dan

kawan- kawan pada tahun 2010 di Sarajevo terhadap 200 pasien hemodialisis

yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara munculnya depresi

dan tingkat pendidikan dengan p<0,049. Pasien dengan pendidikan formal yang

lebih tinggi juga lebih terdidik tentang penyakit dan Hemodialisis serta lebih
80
patuh terhadap pengobatan. 73

5.4.5. Status Pernikahan Pasien GGK yang menjalani hemodialisis

Pada studi ini status pernikahan pasien GGK yang menjalani

hemodialisis yaitu menikah 80 (82,5%)dan tidak menikah 17(17,5%). Pada

analisis bivariat, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel status

pernikahan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan depresi pada pasien

GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,057 karena nilai p<0,25

maka variabel status pernikahan pasien GGK yang menjalani hemodialisis tidak

dapat dimasukan kedalam analisis multivariat regresi linier dengan kerangka

konsep prediktif dan ketika dilakukan analisis multivariat tidak didapati

hubungan yang bermakna antara variabel status penikahan pasien dan depresi

pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,283 dan r= -

0,179 (kekuatan korelasi negatif lemah).

Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Bedema Cengic dan

kawan- kawan pada tahun 2010 di Sarajevo terhadap 200 pasien hemodialisis

yang mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh status pernikahan dengan pasien

hemodialisis dengan p>0,05. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pasien HD

yang sudah menikah memiliki tanggung jawab dan kewajiban terkait cuci darah

dan juga keluarga. 73

5.4.6. Lama Sakit Pasien GGK yang menjalani Hemodialisis

Pada studi ini lama sakit pasien GGK yang menjalani hemodialisis median

(min-mak) 24(12-60). Pada analisis bivariat, terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel lama sakit pasien dan depresi pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis dengan nilai p=0,001, karena nilaip<0,25 maka variabel lama

sakit pasien GGK yang menjalani hemodialisis dapat dimasukkan kedalam

analisis multivariat regresi linier dengan kerangka konsep prediktif. Ketika


81
dilakukan analisis multivariat didapati hubungan yang bermakna antara variabel

status

penikahan pasien dan depresi pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis dengan nilai p=0,002 dan r= -0,401 (kekuatan korelasi negatif

lemah).

Variabel lama sakit pasien GGK yang menjalani hemodialisis berhubungan

dengan depresi.

Hal ini sejalan dengan studi Bhaskaran Shanmukham dan kawan-kawan

terhadap 92 orang pasien hemodialisis menerangkan terdapat hubungan lama

menjalani hemodialisis dengan depresi dengan persentase 52,02%. P <0,004

menunjukkan bahwa semakin lama pasien menjalani hemodialisis semakin rendah

angka depresi. Lama sakit pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis dapat

mempengaruhi tingkat depresi. Pasien yang menjalani hemodialisis selama waktu

yang lama dapat meningkatkan tingkat stres dan depresi, karena faktor-faktor

seperti kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, masalah finansial, dan

kelelahan.16

5.4.7. Penyakit Komorbid Pasien GGK yang menjalani hemodialisis

Pada studi ini penyakit komorbid pasien GGK yang menjalani

hemodialisis yaitu iya 57(58,8%) dan tidak 40(41,2%). Pada analisis bivariat,

terdapat hubungan yang bermakna antara variabel penyakit komorbid pasien dan

depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=0,000,

karena nilai p<0,25 maka variabel penyakit komorbid pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dapat dimasukan kedalam analisis multivariat regresi

linier dengan kerangka konsep prediktif. Variabel penyakit komorbid pasien

GGK yang menjalani hemodialisis berhubungan dengan depresi pada pasien GGK
82
yang menjalani hemodialisis karena pada hasil akhir analisis multivariat

diadapatkan nilai p<0,05.

Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Afaf Zein dankawan-

kawan terhadap 117 orang pasien hemodialisis dengan p <0,05 terdapat hubungan

yang signifikan antara penyakit komorbid dan tingkat depresi pada pasien.

Penyakit komorbid yang ditemui pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis

dapat mempengaruhi tingkat depresi. Beberapa penyakit komorbid yang dapat

mengakibatkan depresi antara lain diabetes, hipertensi, dan infeksi urin.74


83

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

1. Pada karakteristik sosiodemografik pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis, variabel jenis kelamin pasien hemodialisis yang terbanyak

adalah perempuan sebanyak 53 subjek (54,6%), variabel status pernikahan

pasien GGK yang menjalani hemodialisis terbanyak adalah menikah

sebanyak 80 subjek (82,5%), variabel status pekerjaan pasien pasien GGK

yang menjalani hemodialisis yang terbanyak adalah tidak bekerja sebanyak

49 subjek (50,5%), variabel penyakit komorbid pasien GGK yang

menjalani hemodialisis yang terbanyak adalah “ya” dengan penyakit

komorbid sebanyak 57 subjek ( 58,8% ), variabel umur pasien pasien GGK

yang menjalani hemodialisis dengan nilai median (min-maks) 47(25-72),

nilai median(min-maks) dari variabel lama pendidikan pasien GGK yang

menjalani hemodialisis adalah 12 (4–17), nilai median(min-maks) variabel

lama pasien GGK yang menjalani hemodialisis > 1 tahun sebanyak 50

(51,5%).

2. Terdapat hubungan antara umur pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai p=

0,003 dan koefisien korelasi positif dengan nilai r= 0,306 yang

menandakan korelasi cukup.

3. Terdapat hubungan antara jenis kelamin pasien GGK yang menjalani

hemodialisis dan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dengan nilai p= 0,042 dan koefisien korelasi positif dengan nilai r=0,184
84

yang menandakan korelasi sangat lemah.

4. Terdapat hubungan antara lama pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dan depresi pada pasien pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan

nilai p= 0,002 dan koefisien korelasi positif dengan nilai r= - 0,276 yang

menandakan korelasi cukup.

5. Terdapat hubungan antara penyakit komorbid pasien GGK yang menjalani

hemodialisis dan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dengan nilai p= 0,026 dan koefisien korelasi positif dengan nilai r= 0,221

yang menandakan korelasi sangat lemah.

6. Terdapat hubungan antara lama pendidikan pasien GGK yang menjalani

hemodialisis dan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis

dengan nilai p = 0,010 dan koefisien korelasi positif dengan nilai r = 0,227

yang menandakan korelasi sangat lemah.

7. Tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dan depresi pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis.

8. Tidak terdapat hubungan antara status pernikahan pasien GGK yang

menjalani hemodialisis dan depresi pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis.

6.2. Saran

1. Dengan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada

pasien GGK yang menjalani hemodialisis diharapkan klinisi dapat lebih


85

memperhatikan adanya simtom-simtom depresi pada pasien GGK yang

menjalani hemodialisis.

2. Dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada

pasien GGK yang menjalani hemodialisis diharapkan klinisi

dapat

mempertimbangkan pemberian tindakan intervensi sedini mungkin kepada

pasien GGK yang menjalani hemodialisis yang mengalami depresi.

3. Memberikan edukasi kepada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan

keluarganya mengenai simtom-simtom depresi.

4. Hasil studi ini dapat menjadi bahan acuan untuk dilakukan studi lain serta

dapat dilanjutkan dengan metode serupa dengan multi centre dan waktu yang

lebihpanjang.
86

DAFTAR PUSTAKA

1. Webster, A. C., Nagler, E. V., Morton, R. L., & Masson, P. (2017). Chronic
Kidney Disease. Lancet (London, England), 389(10075),1238–1252.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)32064-5.
2. Hill, N. R., S. T. F., Oke, J. L., Hirst, J. A., Christopher, O’Callaghan, A., Lasserson,
D. S., & F. D. Richard Hobbs. (2016). Global Prevalence of Chronic Kidney
Disease – A Systematic Review and Meta-Analysis. PLOS One, 67(5), 103–116.
https://doi.org/10.4103/0019-5359.122734.
3. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. (2016).
Hemodialysis NIDDK. [online] Available at: https://www.niddk.nih.gov/health-
information/kidney-disease/kidney-failure/hemodialysis.
4. PERNEFRI. (2018). 11th Report Of Indonesian Renal Registry 2018. Irr, 1–46.
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/IRR 2018.
5. PERNEFRI. 5 th Report Of Indonesian Renal Registry 2012. 2012. PERNEFRI.
Available from: http://www.pernefri- inasn.org/Laporan/5th Annual Report Of
IRR 2012.
6. Kemenkes RI. 2018. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Kementerian
Kesehatan RI.
7. Saragih, Nurlela Petra, et al. “hubungan antara tingkat kecemasan dengan lamanya
hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik (ggk) yang menjalani hd” Jurnal
Penelitian Perawat Profesional Volume 4 Nomor 3, Agustus 2022 e-ISSN 2715-
6885; p-ISSN 2714-9757.
8. Rocco, M., Daugirdas, J. T., Depner, T. A., Inrig, J., Mehrotra, R., Rocco, M. V., ,
P. J. Brereton, L. (2015). KDOQI Clinical Practice Guideline for Hemodialysis
Adequacy: 2015 Update. American Journal of Kidney Diseases, 66(5), 884–930.
https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2015.07.015.
9. Azahra, Mega. Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi pada
Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani hemodialisis. 2012. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
10. Tzanakaki, E., Boudouri, V., Stavropoulou, A., Stylianou, K., Rovithis, M., &
Zidianakis, Z (2014). Causes and complications of chronic kidney disease in
patients on dialysis. Health Science Journal, 8(3), 343–349.
87

11. Ryu. H.J., Jeon. H.J., Sun. H.K., Han. K.H., Whang. C.G., H. S. . (2014).
Repeated education improves diet compliance in maintenance Hemodialysis
Patients. International Journal of Urology and Nephrology, 2(4), 63–68.
12. Wahyuni, P., Miro, S. & Kurniawan, E. (2018). Hubungan Lama Menjalani
Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan
Diabetes Melitus diRSUP Dr. M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas; 7;
480– 485 https://doi.org/10.25077/jka.v7.i4.p480-485.2018.
13. Ahkari S, Moshki M, Bahrami M. Therelationship between social support and
adherence of dietary and fluids restrictions among hemodialysis patients in Iran.
Journal of Caring Science. 2014;3(1):11-9.
14. Moledina, D. G., & Perry Wilson, F. (2015). Pharmacologic Treatment of
Common Symptoms in Dialysis Patients: A Narrative Review. Seminars in
dialysis, 28(4), 377–383. https://doi.org/10.1111/sdi.12378.
15. Almutary, H., Douglas, C., & Bonner, A. (2016). Multidimensional symptom
clusters: an exploratory factor analysis in advanced chronic kidney disease.
Journal of advanced nursing, 72(10), 2389–
2400. https://doi.org/10.1111/jan.12997.
16. Shanmukham B, Varman M, Subbarayan S, Sakthivadivel V, Kaliappan A, Gaur
A, Jyothi L. Depression in Patients on Hemodialysis: A Dilapidated Facet.
Cureus. 2022 Sep 12;14(9):e29077. doi: 10.7759/cureus.29077.
17. Othayq A, Aqeeli A. Prevalence of depression and associated factors among
hemodialyzed patients in Jazan area, Saudi Arabia: a cross-sectional study. Ment
Illn. 2020;12(1):1-5. doi: 10.1108/MIJ-02-2020-0004.
18. Nagy E, Tharwat S, Elsayed AM, Shabaka SAE, Nassar MK. Anxiety and
depression in maintenance hemodialysis patients: prevalence and their effects on
health-related quality of life. Int Urol Nephrol. 2023 Apr 2. doi: 10.1007/s11255-
023-03556-7.
19. Fadhilah I, faktor – faktor yang berhubungan dengan skor depresi pada orang
dengan end stage renal desease yang menjalani hemodialisis di rumah sakit umum
DR. Pirngadi Medan. 2020. Medan. Fakutas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara
20. National Kidney Foundation [Internet]. New York, US: NKF; c2016.
88

https://www.kidney.org/kidneydisease/aboutckd.
21. Kementerian kesehatan 2017 Diagnosis, Klasifikasi, Pencegahan,Terapi Penyakit
Ginjal Kronik,https://p2ptm.kemkes.go.id/.
22. Eknoyan G, Lameire N, Kasiske BL, dkk. Official Journal of The international
Society Of Nephrology. KDIGO 2013 clinical practice guideline for evaluation
and management of CKD. 2013.
23. Indonesian Renal Registry (IRR). 7th Report Of Indonesian Renal Registry. 2014.
Terdapat di: http://www.indonesianrenalregistry.org/.
24. Ganong (2016). "Renal Function & Micturition". Review of Medical Physiology,
25th ed. McGraw-Hill Education. p. 677. ISBN 978-0-07-184897-8.6.
25. Bikbov B, Perico N, Remuzzi G "Disparities in Chronic Kidney Disease
Prevalence among Males and Females in 195 Countries: Analysis of the Global
Burden of Disease 2016 Study". Nephron. 139 (4): 313–318.
doi:10.1159/000489897.
26. Coresh, J., Levey, A., Levin, A. and Stevens, P. (2013). A stable definition of
chronic kidney disease improves knowledge and patient care. BMJ, 347(sep18 1),
pp.f5553-f5553.
27. KDIGO 2013 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements. 2013.
28. Teresa K. Chen, et al, Chronic Kidney Disease Diagnosis and Management,
Published in final edited form as: JAMA. 2019 October 01; 322(13): 1294–1304.
doi:10.1001/jama.2019.14745.
29. Zajac, P; Holbrook, A; Super, ME; Vogt, M (March–April 2013). "An overview:
Current clinical guidelines for the evaluation, diagnosis, treatment, and
management of dyspepsia". Osteopathic Family Physician. 5 (2): 79–85.
doi:10.1016/j.osfp.2012.10.005).
30. Levin, A., Hemmelgarn, B. and Culleton, B. (2018). Guidelines for the
management of chronic kidney disease. Canadian Medical Association, 179(11),
pp.1154 - 1162.
31. National Kidney Foundation.(2015). KDOQI clinical practice guideline for
hemodialysis adequacy: 2015 update. Am J Kidney Dis. 2015;66(5):884-930.
32. Daugirdas. T.J, Blake. G.P & Ing. S.T.(2015). Handbook of dialysis, 5th
Edition. Philadepphia: Wolters Kluwer Health.
89

33. Singh Hamal S, Khadka P. Acute Complication During Hemodialysis [Internet].


Updates on Hemodialysis [Working Title]. IntechOpen; 2023.
http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.109529.
34. Deni Yasmara; (2016). Rencana asuhan keperawatan medikal-bedah : diagnosis
nanda-1 2015-2017 intervensi NIC hasil NOC/ Disusun oleh, Dosen Keperawatan
Medikal-Bedah Indonesia ; editor, Deni Yasmara, Nursiswati, Rosyidah Arafat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
35. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1993.
36. Tolentino JC, Schmidt SL. DSM-5 Criteria and Depression Severity: Implications
for Clinical Practice. Frontiers in Psychiatry. Brazil; 2018. p.1-9.
https://dx.doi/10.3389/fpsyt.2018.00450.
37. American Psychiatric Association. Depressive Disorders. In: Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-5). APA Publishing.
2013. 591-611.
38. Lam RW. Depression. 3rd Edition. Oxford Psychiatry Library. United Kingdom.
2018; 16-4
39. Boland RJ, Verduin ML. Depressive Disorders. In: Kaplan and Sadock’s Synopsis
of Psychiatry. 12th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2022.
40. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK-UNIKA Atmajaya.
2013.
41. Salk RH, Hyde JS, Abramson LY. Gender differences in depression in
representative national samples: Meta-analyses of diagnoses and symptoms.
Psychol Bull. 2017 Aug;143(8):783-822. doi: 10.1037/bul0000102.
42. Sharpley CF, Bitsika V. Is depression "evolutionary" or just "adaptive"? A
comment. Depress Res Treat. 2010;2010:631502. doi: 10.1155/2010/631502.
43. Hariri AR, Drabant EM, Munoz KE, Kolachana BS, Mattay VS, Egan MF,
Weinberger DR. A susceptibility gene for affective disorders and the response of
the human amygdala. Arch Gen Psychiatry. 2005 Feb;62(2):146-52. doi:
10.1001/archpsyc.62.2.146.
90

44. Remes O, Mendes JF, Templeton P. Biological, Psychological, and Social


Determinants of Depression: A Review of Recent Literature. Brain Sci. 2021 Dec
10;11(12):1633. doi: 10.3390/brainsci11121633.
45. Belujon P, Grace AA. Dopamine System Dysregulation in Major Depressive
Disorders. Int J Neuropsychopharmacol. 2017 1;20(12):1036-1046. doi:
10.1093/ijnp/pyx056.
46. Flint, J. The genetic basis of major depressive disorder. Mol Psychiatry (2023).
https://doi.org/10.1038/s41380-023-01957-9.
47. Munafò MR, Brown SM, Hariri AR. Serotonin transporter (5-HTTLPR) genotype
and amygdala activation: a meta-analysis. Biol Psychiatry. 2008 May
1;63(9):852- 7. doi: 10.1016/j.biopsych.2007.08.016.
48. Gan G, FRCP, Hue YL. Anxiety,Depression,and Quality of Life of Medical
Students in Malaysia. Original Article. 2019
49. Jankord R, Herman JP. Limbic regulation of hypothalamo-pituitary-adrenocortical
function during acute and chronic stress. Ann N Y Acad Sci. 2008 Dec;1148:64-
73. doi: 10.1196/annals.1410.012.
50. Rybnikova E, Nalivaeva N. Glucocorticoid-Dependent Mechanisms of Brain
Tolerance to Hypoxia. International Journal of Molecular Sciences. 2021;
22(15):7982. https://doi.org/10.3390/ijms22157982.
51. Nandam LS, Brazel M, Zhou M, Jhaveri DJ. Cortisol and Major Depressive
Disorder-Translating Findings From Humans to Animal Models and Back. Front
Psychiatry. 2020 Jan 22;10:974. doi: 10.3389/fpsyt.2019.00974..
52. Albert PR. Why is depression more prevalent in women? J Psychiatry Neurosci.
2015 Jul;40(4):219-21. doi: 10.1503/jpn.150205.
53. Gan G, FRCP, Hue YL. Anxiety,Depression,and Quality of Life of Medical
Students in Malaysia. Original Article. 2019.
54. Vrshek-Schallhorn S, Doane LD, Mineka S, Zinbarg RE, Craske MG, Adam EK.
The cortisol awakening response predicts major depression: predictive stability
over a 4- year follow up and effect of depression history. Psychol Med 2013; 43:
483-493.
91

55. Maletic V, Robinson M, Oakes T, Iyengar S, Ball SG, Russell J. Neurobiology of


depression: an integrated view of key findings. Int J Clin Pract. 2007
Dec;61(12):2030-40. doi: 10.1111/j.1742-1241.2007.01602.x.
56. Smarr KL, Keefer AL. Measures of depression and depressive symptoms: Beck
Depression Inventory-II (BDI-II), Center for Epidemiologic Studies Depression
Scale (CES-D), Geriatric Depression Scale (GDS), Hospital Anxiety and
Depression Scale (HADS), and Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9). Arthitis
Care & Research. 2011; p: S454-66.
57. Ginting H, Naring G, Van der Veld W.M, Srisayekti W, Becker E.S. Validating
the Beck Depression Inventory-II in Indonesia’s general population and coronary
heart disease patient. International Journal of Clinical and Health Psychology.
2013; 13:253-42.
58. Mosleh H, Alenezi M, Al Johani S, Alsani A, Fairaq G, Bedaiwi R. Prevalence
and Factors of Anxiety and Depression in Chronic Kidney Disease Patients
Undergoing Hemodialysis: A Cross-sectional Single-Center Study in Saudi
Arabia. Cureus. 2020 Jan 15;12(1):e6668. doi: 10.7759/cureus.6668. PMID:
31976185; PMCID: PMC6968827.
59. Wang WL, Liang S, Zhu FL, Liu JQ, Wang SY, Chen XM, Cai GY. The
prevalence of depression and the association between depression and kidney
function and health-related quality of life in elderly patients with chronic kidney
disease: a multicenter cross-sectional study. Clin Interv Aging. 2019 May
15;14:905-913. doi: 10.2147/CIA.S203186.
60. Ganu VJ, Boima V, Adjei DN, Yendork JS, Dey ID, Yorke E, Mate-Kole CC,
Mate- Kole MO. Depression and quality of life in patients on long term
hemodialysis at a nationalhospital in Ghana: a cross-sectional study. Ghana Med
J. 2018 Mar;52(1):22-28. doi: 10.4314/gmj.v52i1.5. PMID: 30013257; PMCID:
PMC6026941.
61. Agganis BT, Weiner DE, Giang LM, Scott T, Tighiouart H, Griffith JL, Sarnak
MJ. Depression and cognitive function in maintenance hemodialysis patients. Am
J Kidney Dis. 2010 Oct;56(4):704-12. doi: 10.1053/j.ajkd.2010.04.018.
62. Goyal E, Chaudhury S, Saldanha D. Psychiatric comorbidity in patients
undergoing hemodialysis. Ind Psychiatry J. 2018 Jul-Dec;27(2):206-212. doi:
92

10.4103/ipj.ipj_5_18. PMID: 31359973; PMCID: PMC6592213.


63. Cha J, Han D. Health-Related Quality of Life Based on Comorbidities Among
Patients with End-Stage Renal Disease. Osong Public Health Res Perspect. 2020
Aug;11(4):194-200. doi: 10.24171/j.phrp.2020.11.4.08. PMID: 32864310;
PMCID: PMC7442444.
64. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan dalam penelitian kedokteran dan
kesehatan seri 2 edisi 5. Jakarta: Epidemiologi Indonesia. 2019.
65. Dahlan MS. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran
dan Kesehatan edisi ke-2, cetakan ke-4. Jakarta. Sagung Seto. 2016.
66. Dahlan MS. Regresi Linier. Seri 10, Edisi ke-2 Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
2018.
67. Sastroasmoro S, Ismael S. dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-5.
Jakarta. Sagung Seto. Jakarta. 2018.
68. Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri 1, edisi ke 6 cetakan
ke 7. Jakarta. Epeidemiologi Indonesia. 2018
69. Sarbarzeh PA, Karimi S, Jalilian M, Mosafer H. Depression, Anxiety, Stress, and
Social Isolation in Hepatitis Patients. SciMed Journal. Iran. 2020. p.225-233.
http://dx.doi.org/10.28991/SciMedJ-2020-0204-5.
70. Nurfajri, Q., Murtaqib, M., & Widayati, N. (2022). Literature Review Kejadian
Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisis. JKEP, 7(2), 178-190. https://doi.org/10.32668/jkep.v7i2.849
71. Polikandrioti M, Kalafatakis F, Tsoulou V, Gerogianni G. Anxiety and
Depression in Hemodialysis: Sex Differences. Adv Exp Med Biol. 2021;1337:245-
258. doi:10.1007/978-3-030-78771-4_28
72. Cengić, B., & Resić, H. (2010). Depression in hemodialysis patients. Bosnian
journal of basic medical sciences, 10 Suppl 1(Suppl 1), S73–S78.
https://doi.org/10.17305/bjbms.2010.2653
73. Ganu, V. J., Boima, V., Adjei, D. N., Yendork, J. S., Dey, I. D., Yorke, E., Mate-
Kole, C. C., & Mate-Kole, M. O. (2018). Depression and quality of life in patients
on long term hemodialysis at a nationalhospital in Ghana: a cross-sectional
study. Ghana medical journal, 52(1), 22–28. https://doi.org/10.4314/gmj.v52i1.5
74. Elhadad, A.A., Ragab, A.Z.E. & Atia, S.A.A. Psychiatric comorbidity and quality of life
in patients undergoing hemodialysis. Middle East Curr Psychiatry 27, 9 (2020)

https://doi.org/10.1186/s43045-
020-0018-3
93

Lampiran 1
94

Lampiran 2

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : dr. Bernard Kharisma Surbakti

Jenis Kelamin : Pria

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan / 06 Juli

1988 Agama : Katholik

Alamat : Jl. Sei Bagerpang 14 Medan

Telepon : 081361611852

Email : bernardsurbakti@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 – 2000 : SD Santo Antonius Medan

Tahun 2000 – 2003 : SMP Santo Thomas 1 Medan

Tahun 2003- 2006 : SMA Santo Thomas 1

Medan

Tahun 2007 – 2014 : Pendidikan Dokter Umum di Fakultas Kedokteran


Universitas Methodist Indonesia Medan Sumatera Utara
Tahun 2022 s/d sekarang : Program Magister Kedokteran Klinik dan
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran
Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Medan
95

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian dari :

Nama : BERNARD KHARISMA SURBAKTI

Jurusan : Magister Kedokteran

Pembimbing : 1.

2.

Dengan judul penelitian “Analisis Faktor – Faktor Yang


Berhubungan dengan Sindrom Depresif Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP H. Adam Malik
Medan”. Saya telah menerima, memahami dan mengerti semua
penjelasan mengenai penelitian ini, dan semua pertanyaan saya
telah dijawab oleh peneliti. Saya memahami bahwa, bila saya masih
memerlukan penjelasan, saya akan mendapatkan jawaban dari
peneliti. Saya menandatangani formulir ini, menyatakan bahwa saya
setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Saya secara sukarela memilih ikut serta dalam penelitian ini, tanpa
unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan serta dalam
penelitian ini.

No. Responden : .......... Tanggal/Bulan/Tahun

......................

Tanda Tangan

(....................................)
96

Lampiran 4

Lembar Penjelasan kepada Calon Sampel

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK

PENELITIAN

Mahasiswa Kedokteran Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa Universitas Sumatera Utara (Bernard Kharisma Surbakti) sedang

melakukan penelitian untuk mengetahui Analisis Faktor – Faktor Yang

Berhubungan Dengan Sindrom Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang

Menjalani Hemodialisis Di RSUP H. Adam Malik Medan. Anda termasuk pasien

yang termasuk kedalam kriteria inklusi, oleh karena itu peneliti meminta Anda

untuk menjadi sukarelawan dalam penelitian yang akan dilakukan. Jika Anda

bersedia ikut serta dalam penelitian ini, Anda akan diminta untuk mengisi dan

menandatangani informed consent, melakukan pengisian kuosioner, dalam lembar

identitas sampel

Anda berhak menolak untuk mengikuti penelitian ini. Apabila Anda

memutuskan untuk mengikuti penelitian, anda juga berhak untuk mengundurkan

diri setiap saat. Jika anda tidak mengikuti instruksi yang disampaikan peneliti,

Anda dapat dikeluarkan setiap saat dari penelitian ini. Semua data dalam

penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya. Semua berkas yang mencantumkan

identitas hanya akan peneliti gunakan untuk pengolahan data dan setelah

penelitian ini selesai, data milik responden akan dimusnahkan.


97

Anda akan diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum

jelas mengenai penelitian ini. Bila sewaktu-waktu Anda membutuhkan penjelasan,

Anda dapat menghubungi Bernard Surbakti, Mahasiswa Program Pendidikan

Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Sumatera Utara pada nomor

081361611852.
98

Lampiran 5

KUESIONER BECK DEPRESSION INVENTORY- II (BDI-II)

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

PETUNJUK PENGISIAN

A. Pilihlah satu pernyataan dalam masing-masing kelompok yang paling

menggambarkan perasaan Anda selama 2 minggu terakhir termasuk hari ini.

B. Berilah tanda silang (X) pada kotak yang terdapat di samping pernyataan

yang paling sesuai dengan perasaan anda. Pastikan bahwa anda hanya

memilih satu pernyataan setiapnomor.

1) Bagaimana perasaan anda sekarang?


0. Saya tidak merasa sedih
1. Saya merasa sedih
2. Saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapatmenghilangkannya
3. Saya begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi

2) Bagaimana pandangan anda tentang masa depan anda?


0. Saya tidak berkecil hati terhadap masa depan saya
1. Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan saya
2. Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan
3. Saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan, segala sesuatu tidak
dapat diperbaiki

3) Apakah anda merasa gagal dalam hidup anda?


99

0. Saya tidak merasa gagal


1. Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan saya
2. Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan
3. Saya merasa tidak ada harapan di masa depan, segala sesuatunya tidak
dapat diperbaiki

4) Bagaimana anda mendapatkan kepuasan anda?


0. Saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu seperti biasanya
1. Saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan daripada orang lain
2. Kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang saya lihat hanyalah
kegagalan
3. Saya merasa sebagai seorang pribadi yang gagal total

5) Apakah anda merasa selalu bersalah


0. Saya tidak merasa bersalah
1. Saya cukup sering merasa bersalah
2. Saya sering merasa sangat bersalah
3. Saya merasa bersalah sepanjang waktu

6) Bagaimana perasaan anda? Apakah anda merasa sedang mendapat hukuman?


0. Saya tidak merasa bahwa saya sedang dihukum
1. Saya merasa bahwa saya mungkin dihukum
2. Saya mengharapkan agar dihukum
3. Saya merasa bahwa saya sedang dihukum

7) Kecewakah anda terhadap diri anda?


0. Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
1. Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
2. Saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri
3. Saya membenci diri saya sendiri

8) Bagaimana anda menilai diri anda?


100

0. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain
1. Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan / kekeliruan saya
2. Saya menyalahkan diri saya sepanjang waktu atas kesalahan-kesalahan saya
3. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjadi

9) Pernahkah anda berpikir untuk bunuh diri?


0. Saya tidak punya pikiran untuk bunuh diri
1. Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan
melaksanakannya
2. Saya ingin bunuh diri
3. Saya bunuh diri kalau ada kesempatan

10)Apakah anda lebih sering menangis saat ini?


0. Saya tidak menangis lebih dari biasanya
1. Sekarang saya lebih banyak menangis daripada biasanya
2. Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu
3. Saya tidak dibuat jengkel oleh hal-hal yang biasanya menjengkelkan saya

11)Apakah anda lebih mudah tersinggung?


0. Sekarang saya tidak merasa lebih jengkel daripada sebelumnya
1. Saya lebih mudah jengkel/marah daripada biasanya
2. Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu
3. Saya tidak dibuat jengkel oleh hal-hal yang biasanya menjengkelkan saya

12)Pandangan anda terhadap orang lain?


0. Saya masih tetap senang bergaul dengan orang lain
1. Saya kurang berminat terhadap orang lain dibanding biasanya
2. Saya kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain
3. Saya telah kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain

13)Bagaimana anda mengambil keputusan sekarang?


0. Saya mengambil keputusan-keputusan sama baiknya dengan sebelumnya
101

1. Saya lebih banyak menunda keputusan daripada biasanya


2. Saya mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil keputusan
daripada sebelumnya
3. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan apapun

14)Bagaimana anda menilai diri anda?


0. Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada biasanya
1. Saya merasa cemas jangan-jangan saya tua dan tidak menarik
2. Saya merasa ada perubahan-perubahan tetap pada penampilan saya yang
membuat saya
3. kelihatan tidak menarik
4. Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek

15)Apakah anda merasa lebih sering kehilangan tenaga saat ini?


0. Saya dapat bekerja dengan baik sebelumnya
1. Saya membutuhkan usaha istimewa untuk mulai mengerjakan sesuatu
2. Saya harus memaksa diri saya untuk mengerjakan sesuatu
3. Saya sama sekali tidak dapat mengerjakan apa-apa

16)Bagaimana dengan tidur anda sekarang?


0. Saya dapat tidur nyenyak seperti biasanya
1. Saya tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya
2. Saya bangun 2-3 jam lebih awal dari biasanya dan sukar tidur kembali
3. Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak dapat tidur
kembali

17)Apakah anda merasa lebih mudah marah?


0. Saya tidak lebih mudah lelah dari biasanya
1. Saya lebih mudah lelah dari biasanya
2. Saya hampir selalu merasa lelah dalam mengerjakan sesuatu
3. Saya merasa terlalu lelah untuk mengerjakan apa-apa
102

18)Bagaimana dengan nafsu makan anda?


0. Nafsu makan saya masih seperti biasanya
1. Nafsu makan saya tidak seperti biasanya
2. Sekarang nafsu makan saya jauh lebih berkurang
3. Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali

19)Apakah anda merasa kesulitan dalam berkonsentrasi


0. Saya tidak merencanakan kesehatan saya melebihi biasanya
1. Saya cemas akan masalah kesehatan fisik saya
2. Saya sangat cemas akan masalahkesehatan fisik saya dan sulitmemikirkan
hal-hal lain
3. Saya begitu cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak dapat
berpikir mengenai hal-hal lain

20)Apakah anda merasa lebih mudah lelah?


0. Saya tidak lagi merasa kecapaian
1. Saya menjadi lebih mudah lelah daripada biasanya
2. Saya terlalu lelah untuk melakukan segala sesuatu di banding dahulu
3. Saya terlalu lelah untuk melakukan sebagian besar pekerjaan dibandingdulu

21)Bagaimana pandangan anda terhadap lawan jenis?


0. Saya tidak merasa ada perubahan dalam minat saya terhadap seks pada
akhir-akhir in
1. Saya kurang berminat terhadap seks kalau dibandingkan sebelumnya
2. Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap seks
3. Saya sama sekali kehilangan minat terhadap seks
103

Lampiran 6
Lampiran SPSS Hasil penelitian

I.Uji Normalitas Skor BDI II

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Tota
l
N Percent N Percent N Percent
Skor_BDI_ 97 100.0% 0 0.0 97 100.0%
II %

Descriptives
Statistic Std. Error
Skor_BDI_ Mean 21.43 .743
II 95% Lowe 19.96
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 22.91
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 21.35
Median 21.00
Variance 53.498
Std. Deviation 7.314
Minimum 3
Maximum 41
Range 38
Interquartile Range 11
Skewness .253 .245
Kurtosis .198 .485

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti df Sig. Statisti df Sig.
c c
Skor_BDI_ .08 97 .09 .98 97 .52
II 3 9 8 4
a. Lilliefors Significance Correction
104

II.I Lampiran Analisa Bivariat Variabel Kategorik

Jenis Kelamin dilihat dari Skor BDI II

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Tota
l
jenis_kelami N Percent N Percent N Percent
n
Skor_BDI_ laki-laki 46 100.0% 0 0.0% 46 100.0%
II perempuan 51 100.0% 0 0.0% 51 100.0%

Descriptives
jenis_kelamin Statistic Std. Error
Skor_BDI_ laki-laki Mean 19.72 .932
II 95% Lowe 17.84
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 21.59
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 19.87
Median 19.50
Variance 39.941
Std. Deviation 6.320
Minimum 3
Maximum 33
Range 30
Interquartile Range 7
Skewness -.198 .350
Kurtosis .855 .688
perempua Mean 22.98 1.099
n 95% Lowe 20.77
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 25.19
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 22.76
Median 23.00
Variance 61.620
Std. Deviation 7.850
Minimum 9
Maximum 41
Range 32
Interquartile Range 10
Skewness .277 .333
Kurtosis -.436 .656
105

Tests of Normality
jenis_kelamin Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
106

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Skor_BDI_ laki-laki .119 46 .102 .958 46 .095
II perempuan .070 51 .200* .977 51 .414
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

T-Test

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95%
Mean Error Confidence
Sig. (2- Differ Differe Interval of the
F Sig. t df tailed) e n Difference
nce ce Lower Upper
Skor Equal 3.68 .058 - 95 .027 -3.263 1.457 -6.156 -.370
_ variance 5 2.23
BDI_I s 9
I assumed
Equal - 93.83 .026 -3.263 1.441 -6.124 -.402
variance 2.26 9
s not 4
assumed

Variabel Status Pekerjaan Pasien

Case Processing Summary


Cases
Status_Pekerjaa Valid Missing Total
n N Percent N Percent N
Skor_BDI_ tidak bekerja 50 100.0% 0 0.0% 50
II bekerja 47 100.0% 0 0.0% 47

Descriptives
Status_Pekerjaan Statistic Std. Error
Skor_BDI_I tidak Mean 21.90 1.17
I bekerja 1
95% Lowe 19.55
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 24.25
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 21.73
Median 22.00
107
Variance 68.582
108

Std. Deviation 8.281


Minimum 3
Maximum 41
Range 38
Interquartile Range 12
Skewness .317 .337
Kurtosis -.139 .662
bekerja Mean 20.94 .900
95% Lowe 19.12
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 22.75
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 21.05
Median 20.00
Variance 38.105
Std. Deviation 6.173
Minimum 5
Maximum 35
Range 30
Interquartile Range 9
Skewness -.123 .347
Kurtosis .244 .681

Tests of Normality
Status_Pek Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
erjaan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor_BDI_ tidak .087 50 .200 *
.982 50 .654
II bekerj
a
bekerja .108 47 .200* .981 47 .642
109

T-Test

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
95%
Confidence
Interval of
Mean Std. the
Sig. Differ Error Difference
F Sig. t df (2- e Differen Uppe
tailed) nce ce Lower r
Skor Equal 3.33 .071 .647 95 .519 .964 1.491 - 3.92
_ variance 0 1.995 3
BDI_I s
I assumed
Equal .652 90.40 .516 .964 1.477 - 3.89
variance 1 1.971 9
s not
assumed

Variabel Status_Pernikahan

Case Processing Summary


Cases
Status_Pernikaha Valid Missing Total
n N Percent N Percent N
Skor_BDI_ belum menikah 17 100.0% 0 0.0% 17
II menikah 80 100.0% 0 0.0% 80

Descriptives
Status_Pernikahan Statistic Std.
Error
Skor_BDI_ belum Mean 22.35 1.569
II menika 95% Lowe 19.03
h Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 25.68
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 22.39
Median 22.00
Variance 41.868
Std. Deviation 6.471
Minimum 10
Maximum 34
Range 24
Interquartile Range 10
Skewness .007 .550
Kurtosis -.589 1.063
menikah Mean 21.24 .839
110
111

95% Lowe 19.57


Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 22.91
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 21.13
Median 20.00
Variance 56.310
Std. Deviation 7.504
Minimum 3
Maximum 41
Range 38
Interquartile Range 10
Skewness .308 .269
Kurtosis .304 .532

Tests of Normality
Status_Pernikaha Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
n Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Skor_BDI_ belum menikah .117 17 .200 .978 17 .938
*
II menikah .082 80 .200 .984 80 .444
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

T-Test

Independent Samples Test


Levene's
Test
for Equality t-test for Equality of Means
of
Variances
95%
Mean Std. Confidence
Sig. (2- Differe Error Interval of the
F Sig. t df tailed) n Differen Difference
ce c Lower Upper
e
Skor Equal .31 .578 .569 95 .571 1.115 1.960 -2.776 5.007
_ variance 1
BDI_I s
I assume
d
Equal .627 26.02 .536 1.115 1.780 -2.542 4.773
variance 2
112
s
not
assume
d
113

Variabel
Lama_Hemodialisis
Case Processing Summary
Cases
Lama_Hemodialisis Valid Missing Total
a N Percent N Percent N
Skor_BDI_ < 1 tahun 47 100.0% 0 0.0% 47
II > 1 tahun 50 100.0% 0 0.0% 50

Descriptives
Lama_Hemodialisis Statistic Std. Error
Skor_BDI_ < 1 Mean 24.02 1.110
II tahun 95% Lowe 21.79
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 26.26
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 23.84
Median 23.00
Variance 57.934
Std. Deviation 7.611
Minimum 10
Maximum 41
Range 31
Interquartile Range 10
Skewness .236 .347
Kurtosis -.463 .681
>1 Mean 19.00 .871
tahun 95% Lowe 17.25
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 20.75
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 19.12
Median 18.00
Variance 37.959
Std. Deviation 6.161
Minimum 3
Maximum 32
Range 29
Interquartile Range 8
Skewness -.227 .337
Kurtosis .484 .662

Tests of Normality
Lama_Hemodialis Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
a Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
< 1 tahun .088 47 .200 .981 47 .621
114
Skor_BDI_ > 1 tahun .124 50 .051 .971 50 .247
II
115

*. This is a lower bound of the true


significance.
a. Lilliefors Significance Correction

T-Test

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
95%
Std. Confidence
Mean Error Interval of
Sig. Differ Differe the
F Sig. t df (2- e nce n ce Difference
tailed) Lower Upper
Skor_ Equal 3.36 .070 3.581 95 .001 5.021 1.402 2.238 7.805
B DI_II variance 7
s
assume
d
Equal 3.558 88.57 .001 5.021 1.411 2.217 7.826
variances 1
not
assumed
116

Variabel
Penyakit_komorbid
Case Processing Summary
Cases
Penyakit_komorbi Valid Missing Total
d N Percent N Percent N
Skor_BDI_ tidak 32 100.0% 0 0.0% 32
II ya 65 100.0% 0 0.0% 65

Descriptives
Penyakit_komorbid Statistic Std.
Error
Skor_BDI_ tidak Mean 24.00 1.148
II 95% Lowe 21.66
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 26.34
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 23.72
Median 22.00
Variance 42.194
Std. Deviation 6.496
Minimum 15
Maximum 40
Range 25
Interquartile Range 11
Skewness .624 .414
Kurtosis -.392 .809
ya Mean 20.17 .919
95% Lowe 18.33
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe 22.01
r
Boun
d
5% Trimmed Mean 20.06
Median 20.00
Variance 54.893
Std. Deviation 7.409
Minimum 3
Maximum 41
Range 38
Interquartile Range 11
Skewness .284 .297
Kurtosis .360 .586

Tests of Normality
Penyakit_komorbi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
d Statistic df Sig. Statistic df Sig.
117
Skor_BDI_ tidak .152 32 .057 .945 32 .103
II ya .092 65 .200* .988 65 .781
118

*. This is a lower bound of the true


significance.
a. Lilliefors Significance Correction

T-Test

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Sig Std. 95%
. Mean Error Confidence
(2- Differen Differ Interval of the
F Sig. t df taile ce e nce Difference
d Lower Upper
)
Skor Equal .24 .622 2.49 95 .015 3.831 1.538 .777 6.885
_ variance 5 0
BDI_I s
I assumed
Equal 2.60 69.59 .011 3.831 1.471 .897 6.764
variance 5 8
s
not
assume
d
119

II.2 Analisis Bivariat Variabel

Numerik Variabel Umur Pasien

Correlations
Skor_BDI_
II umur
Skor_BDI_ Pearson 1 .361**
II Correlatio
n
Sig. (2-tailed) .000
N 97 97
umur Pearson .361** 1
Correlatio
n
Sig. (2-tailed) .000
N 97 97
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Model Summary and Parameter Estimates


Dependent Variable: Skor_BDI_II
Paramet
Model Summary er
Estimate
s
Equatio R Square F df df Sig. b1
n 1 2
Linear .902 884.79 1 96 .00 .443
7 0
The independent variable is umur.
120

Lama Pendidikan

Correlations
Lama_Pen Skor_BDI_
di dikan II
Lama_Pendidik Pearson 1 .183
an Correlatio
n
Sig. (2-tailed) .073
N 97 97
Skor_BDI_II Pearson .183 1
Correlatio
n
Sig. (2-tailed) .073
N 97 97

Model Summary and Parameter Estimates


Dependent Variable: Skor_BDI_II
Paramet
Model Summary er
Estimate
s
Equatio R Square F df1 df Sig. b1
n 2
Linear .867 627.76 1 96 .000 1.75
4 6
The independent variable is Lama_Pendidikan.
Coefficientsa 11
4
Unstandardiz Standardize
ed d Collinearity
Coefficients Coefficient Statistics
s t Sig.
Std.
Model B Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.277 6.105 1.356 .179
umur .323 .067 .461 4.849 .000 .714 1.40
0
jenis_kelamin 2.871 1.202 .197 2.387 .019 .948 1.05
5
Status_Pekerjaan 2.465 1.381 .169 1.785 .078 .718 1.39
4
Status_Pernikaha -1.902 1.625 -.099 -1.170 .245 .896 1.11
n 7
Lama_Pendidika .613 .200 .254 3.058 .003 .935 1.07
n 0
Lama_Hemodial -4.523 1.222 -.311 -3.703 .000 .917 1.09
is a 1
Penyakit_komor -4.178 1.273 -.270 -3.283 .001 .954 1.04
bi d 8
2 (Constant) 5.715 5.711 1.001 .320
umur .303 .064 .432 4.697 .000 .765 1.30
6
jenis_kelamin 3.006 1.199 .206 2.506 .014 .957 1.04
5
Status_Pekerjaan 2.398 1.383 .165 1.734 .086 .719 1.39
1
Lama_Pendidika .635 .200 .263 3.174 .002 .943 1.06
n 1
Lama_Hemodial -4.557 1.224 -.313 -3.723 .000 .917 1.09
is a 0
Penyakit_komor -4.335 1.268 -.280 -3.418 .001 .965 1.03
bi d 6
a. Dependent Varia
b. ble: Skor_BDI_II

Lampiran SPSS Analisis Multivariat


Analsis Multivariat Regresi Linier tahap 1

Model Summaryc
Adjusted Std. Error Durbin
Model R R Square R of the -
Square Estimate Watso
n
1 .652a .426 .380 5.757
2 .646b .417 .378 5.769 1.79
7
a. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid,
Lama_Pendidikan, jenis_kelamin, Lama_Hemodialisis,
Status_Pernikahan,
Status_Pekerjaan, umur
b. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid,
Lama_Pendidikan, jenis_kelamin, Lama_Hemodialisis,
Status_Pekerjaan, umur
c. Dependent Variable: Skor_BDI_II
115

ANOVAa
Sum of Mean
Model Square df Squar F Sig.
s e
1 Regression 2185.798 7 312.257 9.421 .000b
Residual 2950.017 89 33.146
Total 5135.814 96
2 Regression 2140.389 6 356.732 10.718 .000c
Residual 2995.425 90 33.283
Total 5135.814 96
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II
b. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid, Lama_Pendidikan, jenis_kelamin,
Lama_Hemodialisis, Status_Pernikahan, Status_Pekerjaan, umur
c. Predictors: (Constant), Penyakit_komorbid, Lama_Pendidikan,
jenis_kelamin, Lama_Hemodialisis, Status_Pekerjaan, umur
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions 11
Lama 6
u Status Status _Pen Lama_ Peny
Mo Dimen Eigenval Conditi (Con m jenis_ _ _ didik Hemo a
de si on ue on stant ur k Pekerj Pernik an d kit_k
l Index ) elami a a ialisa o
n an han morbi
d
1 1 7.540 1.000 .00 .0 .00 .00 .00 .00 .00 .00
0
2 .150 7.087 .00 .0 .14 .20 .00 .01 .09 .02
3
3 .087 9.318 .00 .0 .58 .09 .03 .00 .04 .15
2
4 .075 10.035 .00 .0 .08 .13 .02 .05 .81 .00
1
5 .059 11.329 .00 .0 .03 .14 .00 .37 .01 .49
4
6 .054 11.764 .00 .0 .01 .06 .18 .40 .01 .30
5
7 .027 16.776 .00 .5 .04 .11 .66 .06 .00 .00
4
8 .008 31.188 .99 .3 .13 .26 .12 .11 .04 .04
1
2 1 6.584 1.000 .00 .0 .00 .00 .00 .00 .00
0
2 .148 6.670 .00 .0 .17 .19 .01 .08 .02
3
3 .084 8.849 .00 .0 .43 .15 .00 .13 .22
2
4 .073 9.499 .00 .0 .16 .07 .08 .73 .08
1
5 .059 10.592 .00 .0 .03 .16 .45 .01 .40
4
6 .044 12.214 .01 .3 .10 .10 .36 .00 .23
5
7 .008 27.850 .99 .5 .12 .32 .09 .04 .06
4
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II

Excluded Variablesa
Partial Collinearity Statistics
Correla Minimum
Model Beta In t Sig. ti on Tolerance VIF Tolerance
2 Status_Pernik -.099 - .245 -.123 .896 1.11 .714
a han b
1.170 7
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II
b. Predictors in the Model: (Constant), Penyakit_komorbid,
Lama_Pendidikan, jenis_kelamin, Lama_Hemodialisis,
Status_Pekerjaan, umur
117

Residuals Statisticsa
Std.
Minimum Maximu Mean Deviatio N
m n
Predicted Value 10.77 34.76 21.43 4.722 97
Std. Predicted Value -2.259 2.823 .000 1.000 97
Standard Error 1.147 2.256 1.534 .223 97
of Predicted
Value
Adjusted 10.32 35.36 21.44 4.773 97
Predicted Value
Residual -11.589 14.350 .000 5.586 97
Std. Residual -2.009 2.487 .000 .968 97
Stud. Residual -2.072 2.540 .000 1.003 97
Deleted Residual -12.325 14.960 -.006 5.990 97
Stud. Deleted -2.111 2.621 .000 1.011 97
Residual
Mahal. Distance 2.804 13.693 5.938 2.082 97
Cook's Distance .000 .047 .010 .012 97
Centered .029 .143 .062 .022 97
Leverage Value
a. Dependent Variable: Skor_BDI_II

Charts
118
119

Pembuktian Normalitas, Rerata Residu 0 dan tidak ada outlier

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Tota
l
N Percent N Percent N Percent
Unstandardiz 97 100.0% 0 0.0% 97 100.0%
ed Residual
Standardized 97 100.0% 0 0.0% 97 100.0%
Residual

Descriptives
Statistic Std. Error
Unstandardiz Mean .0000000 .5671628
ed Residual 4
95% Lowe -
Confidence r 1.1258093
Interval for Boun
Mean d
Uppe 1.1258093
r
Boun
d
5% Trimmed Mean -.0407154
Median -.1828244
Variance 31.202
Std. Deviation 5.5859061
9
Minimum -11.58920
Maximum 14.34992
Range 25.93912
Interquartile Range 7.95184
Skewness .133 .245
Kurtosis -.391 .485
Standardized Mean .0000000 .0983104
Residual 7
95% Lowe -.1951447
Confidence r
Interval for Boun
Mean d
Uppe .1951447
r
Boun
d
5% Trimmed Mean -.0070575
Median -.0316903
Variance .937
Std. Deviation .96824584
Minimum -2.00884
Maximum 2.48738
Range 4.49622
Interquartile Range 1.37835
Skewness .133 .245
Kurtosis -.391 .485
120

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
121

Unstandardiz .062 97 .200* .992 97 .830


ed Residual
Standardized .062 97 .200* .992 97 .830
Residual
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Anda mungkin juga menyukai