Bahan Tambahan Pangan2

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

ISU PANGAN INDONESIA

KASUS 1 : BAHAN TAMBAHAN


MAKANAN - PEWARNA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Provinsi Bangka Belitung (Babel) menemukan
`Rhodamin B` pada terasi di sejumlah pasar
tradisional di daerah itu.
(http://www.antaranews.com/berita/1268175575/b
pom-babel-temukan-rhodamin-b-pada-terasi, 29
Maret 2010)

RHODAMIN B
Rhodamin B adalah zat warna sintetis, biasa
digunakan untuk mewarnai kertas, tekstil, cat,
kulit, dll.
Konsumsi dalam jumlah yang besar maupun
berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif
yaitu
o iritasi saluran pernafasan,
o iritasi kulit,
o iritasi pada mata,
o iritasi pada saluran pencernaan,
o keracunan, dan gangguan hati/liver

RHODAMIN B

Rhodamin B pada berbagai jenis kerupuk,


jelli/agar-agar, aromanis, dan minuman dalam
kadar yang cukup tinggi antara 7.841- 3226,55
ppm.
Perkiraan asupan yang diterima anak SD kelas 4
sebesar 0,455 mg/kg-hari, perkiraan asupan yang
diterima anak SD kelas 5 sebesar 0.379 mg/kghari, dan perkiraan asupan yang diterima anak
SD kelas 6 sebesar 0,402mg/kg-hari.
Dosis Letal LD50 oral manusia : 126,71 mg/kg

KASUS 2 : BAHAN TAMBAHAN


MAKANAN - PENGAWET
2005 pemakaian formalin sebagai bahan
pengawet makanan semakin tidak terkendali
Peredaran makanan yang mengandung formalin
DKI Jakarta, Banten, Bogor, Bekasi,
Lampung, dll.
Hasil pengujian Balai Besar POM 98 sampel
56 sampel positif mengandung formalin.
Alasan
menggunakan formalin sebagai
pengawet dagangannya lebih tahan lama,
menghemat biaya produksi, penggunaannya yang
praktis dan murah dibandingkan dengan
pengawet
lainnya
serta
mendatangkan
keuntungan lebih banyak.

FORMALIN
Formalin adalah formaldehida dalam air (kadar
36 40%)
Sifat:
o tidak berwarna
o baunya sangat menusuk (ditambah methanol
hingga 15% sebagai stabilisator)
o bentuk cairan atau tablet 5 gram
o mudah larut dalam air sampai kadar 55%
o sangat reaktif dalam suasana alkalis
o pereduksi kuat
o mudah menguap

FORMALIN

Efek formalin pada makanan : tahu, baso, ikan,


ikan asin, dan mie yaitu menambah masa
kadaluarsa produknya

Jika

formalin

menjadi

asam

masuk
format

ke tubuh,
yang

dikonversi

meningkatkan

keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek


dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai
kepada kematiannya.

KASUS 3 : MAKANAN KADALUARSA

Sejumlah makanan dan minuman ringan


kadaluarsa diperoleh dari sejumlah pabrik
makanan di sekitar kawasan Tangerang. Setelah
dikemas ulang makanan yang sudah kadaluarsa
ini kemudian dipasarkan.
(http://www.indosiar.com/patroli )
Pabrik kue daur ulang di Cengkareng-Jakbar.
Makanan yang sudah tidak laku dan kadaluarsa
dan dikembalikan dari toko-toko kemudian digiling
sampai halus dan dipakai lagi untuk pembuatan
kue. Kue-kue yang didaur ulang tersebut adalah
kue-kue pasar seperti kue nanas, kue coklat, roti.
Semuanya bermerek Hoka Sari (HS).
(http://detiknews.com 3 Juli 2008)

KASUS 4 : KEMASAN

Hasil pengawasan Badan POM tentang beberapa


kemasan berbahan plastik yaitu Polivinil klorida
(PVC) dan kantong keresek hitam menemukan
bahwa beberapa produk dari jenis tersebut tidak
memenuhi syarat keamanan sebagai kemasan
pangan

PVC

PVC dibuat dari monomer vinil klorida (VCM) VCM


bebas yang tidak bereaksi dapat terlepas ke dalam
makanan terutama yang berminyak/berlemak atau
mengandung alkohol terlebih dalam keadaan panas.
Dalam pembuatan PVC ditambahkan penstabil seperti
senyawa timbal (Pb), kadmium (Cd), timah putih (Sn)
atau lainnya, untuk mencegah kerusakan PVC.
Kadang-kadang agar lentur atau fleksibel ditambahkan
senyawa ester ftalat, ester adipat, dll.
Residu VCM, Pb, Cd dan ester ftalat berbahaya bagi
kesehatan.
VCM terbukti mengakibatkan kanker hati.
senyawa Pb merupakan racun bagi ginjal dan syaraf.
senyawa Cd merupakan racun bagi ginjal, dan dapat
mengakibatkan kanker paru.
senyawa ester ftalat dapat menganggu sistem
endokrin.

KANTONG KERESEK
Kantong plastik kresek berwarna terutama
hitam kebanyakan merupakan produk daur ulang.
Dalam proses daur ulang tersebut riwayat
penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah
bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit,
kotoran hewan atau manusia, limbah logam berat,
dll.
Dalam proses tersebut juga ditambahkan
berbagai bahan kimia yang menambah dampak
bahayanya bagi kesehatan.

PERATURAN DAN UU TERKAIT


PEWARNA DAN PENGAWET

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)


No.239/Menkes/Per/V/85 tentang Zat Warna Tertentu
yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya
Lampiran II Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/
Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan.
UU No.7 thn 1996 tentang Pangan Pasal 10 ayat (1)
dan (2), 55, 56, dan 57
UU No. 8 th 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 4 ayat (1)a
UU Kesehatan No.23 thn 1992 tentang Kesehatan
Pasal 21 dan 80 ayat (4)

PERATURAN DAN UU TERKAIT


MAKANAN KADALUARSA
PP

No.28 thn 2004 tentang Keamanan,


Mutu, dan Gizi Pangan Pasal 8 dan 23
PP No.69 thn 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan Pasal 28 dan 29
UU No.7 thn 1996 tentang Pangan Pasal
21, dan 32
UU No.8 thn 1999 tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 4a dan 8 ayat (1) dan (4)
UU No.23 thn 1992 tentang Kesehatan
Pasal 21 dan 80 ayat (4)

PERATURAN DAN UU TERKAIT


KEMASAN
Public warning tentang penggunaan PVC No:
KH.00.02.1.55.2891
Public warning tentang penggunaan keresek
hitam No. KH.00.02.1.55.2890
Kepmenkes RI No. 23/Menkes/SK/I/1978 tentang
Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk
Makanan.
PP RI No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu, dan Gizi Pangan.
Keputusan KBPOM RI No. HK. 00.05.5.1639
tahun 2003 tentang Pedoman Cara Produksi
Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga
(IRT).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


(PERMENKES) NO.239/MENKES/PER/V/85
TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG
DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN
BERBAHAYA
Rhodamin B termasuk bahan berbahaya yang
dilarang digunakan sebagai Bahan Tambahan
Pangan

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI


KESEHATAN NOMOR :
1168/MENKES/PER/X/1999 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN
MENTERI KESEHATAN NO. 722/MENKES/
PER/IX/1988 TENTANG BAHAN
TAMBAHAN
MAKANAN.
Bahan Tambahan Yang
Dilarang Digunakan Dalam Makanan
1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya
2. Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt)
3. Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC)
4. Dulsin (Dulcin)
5. Kalium Klorat (Potassium Chlorate)
6. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
7. Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
8. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
9. Formalin (Formaldehyde)
10. Kalium Bromat (Potassium Bromate)

PP NO.28 THN 2004 TENTANG


KEAMANAN, MUTU, DAN GIZI
PANGAN

Pasal 8
(1)Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e
adalah cara ritel yang memperhatikan aspek
keamanan pangan, antara lain dengan cara:
c.Mengatur rotasi stok pangan sesuai dengan
masa kedaluwarsanya;

PP NO.28 THN 2004 TENTANG


KEAMANAN, MUTU, DAN GIZI PANGAN
Pasal 23
(1)Setiap orang dilarang mengedarkan:
5. Pangan yang sudah kedaluwarsa.
(2)Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
1. Peringatan secara tertulis;
2. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau
perintah menarik produk pangan dari peredaran;
3. Pemusnahan pangan, jika terbukti membahayakan kesehatan
dan jiwa manusia;
4. Penghentian produksi untuk sementara waktu;
5. Pengenaan denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah); dan/atau
6. Pencabutan izin produksi, izin usaha, persetujuan
pendaftaran atau sertifikat produksi pangan industri
rumah tangga.

PP NO.69 THN 1999 TENTANG


LABEL DAN IKLAN PANGAN
PASAL 28 DAN 29

Pasal 28
Dilarang memperdagangkan pangan yang sudah
melampaui tanggal, bulan dan tahun
kedaluwarsa sebagaimana dicantumkan pada
Label.
Pasal 29
Setiap orang dilarang:
a.Menghapus, mencabut, menutup, mengganti
label, melabeli kembali pangan yang diedarkan.
b.Menukar tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa
pangan yang diedarkan.

PUBLIC WARNING NO.


KH.00.02.1.55.2891 TENTANG
PENGGUNAAN PVC

Jangan menggunakan kemasan makanan dengan


PVC untuk makanan yang berminyak/berlemak
atau mengandung alkohol terlebih dalam
keadaan panas.

PUBLIC WARNING NO.


KH.00.02.1.55.2890 TENTANG
KANTONG PLASTIK KRESEK

Jangan menggunakan kantong plastik kresek


daur ulang tersebut untuk mewadahi
langsung makanan siap santap.

KEPMENKES RI NO.
23/MENKES/SK/I/1978 TENTANG
PEDOMAN CARA PRODUKSI YANG BAIK
UNTUK MAKANAN.

Point 11. Wadah dan Pembungkus


Wadah dan pembungkus untuk makanan harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
Dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian
atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan
atau mempengaruhi mutu makanan.

PP RI NO. 28 TAHUN 2004 TENTANG


KEAMANAN, MUTU, DAN GIZI
PANGAN.

Bagian Kelima, Kemasan Pangan, Pasal 16


Setiap orang yang memproduksi pangan untuk
diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun
sebagai kemasan pangan yang dinyatakan
terlarang dan/atau yang dapat melepaskan
cemaran yang merugikan atau membahayakan
kesehatan manusia.
Bahan yang dilarang digunakan sebagai
kemasan pangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan.

KEPUTUSAN KBPOM RI NO. HK.


00.05.5.1639 TAHUN 2003 TENTANG
PEDOMAN CARA PRODUKSI PANGAN
YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH
TANGGA (IRT).
Point H.4 Penetapan Jenis, Ukuran dan Spesifikasi
Kemasan, dinyatakan:\
Harus menggunakan bahan kemasan yang sesuai
untuk pangan.

UU NO.7 TH.1996 TENTANG PANGAN


Pasal 10
(1)Setiap orang yang memproduksi pangan untuk
diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun
sebagai
bahan
tambahan
pangan
yang
dinyatakan terlarang atau melampaui ambang
batas maksimal yang ditetapkan.
(2)Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan
yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai
bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau
proses produksi pangan serta ambang batas
maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

UU NO.7 TH.1996 TENTANG PANGAN


Pasal 21
Setiap orang dilarang mengedarkan :
e. Pangan yang sudah kadaluwarsa.
Pasal 32
Setiap orang dilarang mengganti, melabel
kembali atau menukar tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa pangan yang diedarkan.

UU NO. 7 TH. 1996 TENTANG PANGAN


Pasal 55
Barangsiapa dengan sengaja:
b.menggunakan bahan yang dilarang digunakan
sebagai bahan tambahan pangan atau menggunakan
bahan tambahan pangan secara melampaui ambang
batas maksimal yang ditetapkan, se-bagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1);
d.mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d atau huruf e ;
h.mengganti, melabel kembali atau menukar tanggal,
bulan dan tahun kadaluwarsa pangan yang
diedarkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32;
i.dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun
dan
atau
denda
paling
banyak
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

UU NO.7 TH.1996 TENTANG


PANGAN

Pasal 56
Barangsiapa karena kelalaiannya:
b.menggunakan bahan yang dilarang digunakan
sebagai bahan tambahan pangan atau menggunakan
bahan tambahan pangan secara melampaui ambang
batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1);
d.mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d atau huruf e ;
h.mengganti, melabel kembali atau menukar tanggal,
bulan dan tahun kadaluwarsa pangan yang
diedarkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32;
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun
dan
atau
denda
paling
banyak
Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah).

UU NO.7 TH.1996 TENTANG


PANGAN

Pasal 57
Ancaman pidana atas pelanggaran, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d serta Pasal 56, ditambah
seperempat apabila menimbulkan kerugian
terhadap kesehatan manusia atau ditambah
sepertiga apabila menimbulkan kematian.

UU NO.8 TH.1996 TENTANG


PERLINDUNGAN KONSUMEN
Pasal 4
Hak konsumen adalah:
a.Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
Pasal 8
(1)Pelaku
usaha
dilarang
memproduksi
dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangundangan;
(4)Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1)
dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau
jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.

UU NO.8 TH.1996 TENTANG PERLINDUNGAN


KONSUMEN
Pasal 62
(1)Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat
(2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).

UU NO. 23 TH 1992 TENTANG


KESEHATAN
Pasal 21
(1)Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan
untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman
yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan
atau persyaratan kesehatan.
(2)Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi
tanda atau label yang berisi :a. b. c. d. bahan yang dipakai;
komposisi setiap bahan; tanggal, bulan, dan tahun
kadaluwarsa; ketentuan lainnya.
(3)Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan
standar dan atau persyaratan kesehatan dan atau
membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran,
dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4)Ketentuan mengenai pengamanan makanan dan minuman
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayal (2), dan ayat
(3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

UU NO. 23 TH 1992 TENTANG


KESEHATAN
Pasal 80
(4)Barangsiapa dengan sengaja:
a. mengedarkan makanan dan atau minuman
yang tidak memenuhi standar dan atau
persyaratan dan atau membahayakan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3);
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).

SOLUSI

Kenali ciri-ciri makanan sehat dan kemasan yang


aman
Penggunaan pewarna dan pengawet makanan yang
aman
Penjual atau distributor makanan hendaknya
melakukan kontrol terhadap makanan dan minuman
yang dijual mengenai tanggal kadaluwarsanya.
Frekuensi inspeksi BPOM ke industri atau pedagang
makanan ditingkatkan
Pemberian sanksi tegas bagi yang melanggar
peraturan
Perlu dikembangkan suatu upaya pendidikan
produsen, pedagang maupun konsumen mengenai
keamanan pangan.

Anda mungkin juga menyukai