Penjaminan Mutu Di Apotek Untuk Obat Non Resep

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

Penjaminan Mutu Di

Apotek Untuk Obat Non


Resep

Kelompok 6:
Silvia Martha 132210101041
Erlinda Dwi J. 142210101021
Desy Ayu F. 142210101041
Intan Fahri S. 142210101069
Ramadhan Rizki P. 142210101093
Latar Belakang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari


obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien,
yaitu melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat
untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentassi
dengan baik.
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh
sebab itu apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar.
DASAR HUKUM :
Permenkes Nomor. 35 tahun 2014 (35 / 2016) tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN Dl APOTEK

Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek disusun dengan tujuan


sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi.
2. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional
3. Melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian
Pelayanan obat (non resep) atau
swamedikasi
Apoteker harus memberikan edukasi dan konseling kepada pasien yang
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat
bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran
leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain lainnya.
Apoteker memberikan pelayanan informasi obat yang meliputi dosis, bentuk
sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Apoteker melakukan pemantauan terapi obat untuk memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Apoteker melakukan Monitoring Efek Samping Obat (MESO), yaitu kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Pelayanan Non Resep
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non
Resep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus
memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan
Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan
memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang
sesuai
Obat-obatan apotik yang dapat di beli tanpa resep
meliputi obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas
(OBT) dan obat bebas (OB).
Obat Wajib Apotek
Merupakan obat keras yang dapat diserahkan Apoteker kepada
pesien di apotek tanpa resep dokter. terdiri dari obat kelas terapi
oral kontrasepsi (pil KB), obat saluran cerna (obat maag), obat
mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas (obat asma), obat
yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan
obat kulit topikal.
Obat Bebas Terbatas Bertanda Biru (W)
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diberikan
kepada pasien tanpa resep dokter dengan pengarahan dalam
bungkus aslinya dan diberi tanda peringatan. Pada kemasannya
diberikan tanda bulatan warna biru. Contohnya : obat batuk dan
flu
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat diberikan atau dapat dibeli
secara bebas dan tidak membahayakan bagi pemakai. Pada
kemasannya diberi tanda bulatan warna hijau. Contohnya : obat
obat multivitamin.
Distribusi obat di apotek
(non resep)
Daftar obat ini di tetapkan berdasarkan
*SK Menkes RI Nomor 347/Menkes/SK/VIU/1997
tentang Obat Wajib Apotek No. 1 dan
*Keputusan Menteri Kesehatan No
924/Menkes/Per/X/1993 tentang Obat Wajib Apotek
No. 2
Distribusi obat di apotek
(non resep)
Contoh :
- jenis terapi Obat saluran nafas,nama obat Ketotifen ,
Indikasi Asma, Jumlah tiap jenis obat per pasien yaitu
Maksimal 10 tablet ,sirup 1 botol
- jenis terapi Obat yang mempengaruhi System
neuromuscular, jenis obat Analgetik, antipiretik
Metampiron, indikasi Sakit kepala, pusing, panas,
demam, nyeri haid jumlah obat untuk pasien
Maksimal 20 tablet
ALUR DAN TAHAPAN
PELAYANAN OBAT NON-RESEP
Pada prakteknya apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan Obat non
Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
Alur dan tahap pelayanan yang dapat dilakukan sesuai dengan Pedoman Praktik Apoteker
Indonesia tahun 2013 yaitu:
1. Jika pasien datang dengan keluhan gejala sakit, dilakukan :
Patient assesment oleh apoteker untuk merespon keluhan pasien
Apoteker membantu untuk memilihkan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Bila
diperlukan pemeriksaan lebih lanjut maka disarankan periksa ke dokter
Obat dapat diberikan hanya untuk mengurangi keluhan
Pemberian informasi tentang penggunaan obat tersebut dan informasi lain yang
mendukung pengobatan pasien/klien berkenaan dengan keluhannya
2. Jika pasien datang menanyakan obat tertentu, dilakukan:
Dilihat ketersediaan obat di apotek
Bila obat ada maka ditanyakan jumlahnya. Bila menurut ilmu kefarmasian sudah tepat obat
dapat diberikan. Bila menurut ilmu kefarmasian kurang tepat, perlu dilakukan patient
assesment untuk membantu memilihkan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien/klien
Bila obat tidak ada maka ditawarkan obat dengan bahan aktif sama dari pabrik lain

Bila pasien setuju dilakukan pengemasan sesuai dengan permintaan pasien (jenis dan
jumlahnya)
Pemberian informasi tentang penggunaan obat tersebut dan informasi lain yang mendukung
pengobatan pasien/klien berkenaan dengan keluhannya.
Pencatatan ke dalam buku pelayanan swamedikasi untuk monitoring penggunaan obat
(Anonim, 2013)

* Pemberian informasi lain yang terkait dengan obat seperti: manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain;
**Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, mengingat pasien dalam
kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil
Patient assessment dapat dilakukan dengan menanyakan beberapa
pertanyaan yang sifatnya lebih open-ended dari pada pertanyaan
untuk obat-obat resep seperti:
o Obat resep apa yang Anda pakai secara reguler?
o Obat non resep dan herbal apa yang Anda gunakan?
o Kondisi seperti apa yang rutin Anda temui untuk dokter Anda?
Selain itu perlu juga adanya konseling terhadap pasien yang datang dengan keluhan. Konseling
dapat dilakukan diruangan tertentu, hal ini disebabkan karena mungkin akan melibatkan topik-
topik yang pribadi bagi pasien. Bagian ini dapat dilakukan dalam dua tahap yaitu:
Tahap pertama : Apoteker harus mengawali OTC counseling dengan mengenalkan diri sendiri
dan berusaha membuat pasien relax. Selain itu juga harus menjelaskan bahwa apoteker dapat
memberikan bantuan terhadap pemilihan produk OTC dan menjelaskan bagaimana menggunakan
obat tersebut
Tahap kedua: Untuk mengetahui informasi kunci dari pasien. Seorang apoteker dapat
menanyakan pertanyaan untuk memperoleh informasi yang relevan mengenai :
Demografi pasien seperti jenis kelamin, usia, hamil, menyusui, berat badan, alergi, dll.
Penyakit pasien seperti riwayat penyakit, gejala penyakit yang baru saja terjadi, jalannya
penyakit, kondisi medis lainnya dll
Obat pasien seperti pengobatan yang baru saja diperoleh, riwayat pengobatan, riwayat OTC
dll
(Bakic-Miric, N 2009)
Dalam pelayan obat non resep diperlukan informasi
tentang pasien. Metode yang digunakan untuk mengetahui
informasi pasien adalah metode WWHAM, yaitu :

W : Who is patient? (Siapa pasiennya ?)


W : What are the symptoms? (Apa gejalanya?)
H : How long have the symptoms persisted? (Berapa
lama gejala tersebut muncul?)
A : Action taken, what medicine tried? (Tindakan yang
dilakukan, obat apa yang digunakan?)
M : Medicine already being taken for other conditions?
(Obat apa yang saat ini digunakan untuk gejala yang
lain?)
EVALUASI MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN
Evaluasi mutu di Apotek dilakukan terhadap:
A. Mutu Manajerial
Indikator Evaluasi Mutu:
a) kesesuaian proses terhadap standar
b) efektifitas dan efisiensi
B. Mutu Pelayanan Farmasi Klinik
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah :
a) Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect dari medication
error
b) Standar Prosedur Operasional (SPO): untuk menjamin mutu pelayanan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
c) Lama waktu pelayanan Resep antara 15-30 menit
d) Keluaran Pelayanan Kefarmasian secara klinik berupa kesembuhan
penyakit pasien, pengurangan atau hilangnya gejala penyakit,
pencegahan terhadap penyakit atau gejala, memperlambat
perkembangan penyakit.
Merancang Pengendalian Mutu
Identifikasi masalah atau tentukan
perbaikan yang akan dilakukan (dasar
customer satisfact.)
Uraikan proses pelayanan
Analisa situasi saat ini
Tentukan standard yang akan dicapai
Usaha peningkatan pelayanan
Lakukan uji coba
Buat tools untuk pengawasan (misalnya
SIM)
Buat tools untuk format pelaporan (SIM)
Awasi sampai keadaan ideal tercapai
(dokumentasi)
Buat SOP lanjutkan ke program Quality
Delivery Time
Identifikasi masalah
Pasien BPJS mengeluh waktu tunggu lama
Ruangan menjadi penuh
Uraikan proses pelayanan
Pasien ke dokter
Pasien diperiksa
Pasien mendapat resep (untuk kasus tertentu rujukan)
Pasien menunggu obat
Analisa situasi saat ini
Banyak pasien Lansia
Dokter datang di poliklinik sesudah jam 10
Harus ada persetujuan BPJS untuk kasus-kasus tertentu
Delivery time >30 menit
Tentukan standard yang akan dicapai
Delivery time 10-30 menit (racikan 30 menit)
Zero defect (medication error 0)
Pasien tidak menumpuk
Ruang tunggu nyaman
Informasi
Usaha peningkatan pelayanan
Pembenahan loket
Pembenahan petugas/loket
Perbaikan program komputer
Penyiapan paket-paket obat di luar pelayanan
Usulan: dokter datang lebih pagi
Usulan ke BPJS: petugas BPJS untuk berada di RS untuk
mempermudah persetujuan
Usulan ke BPJS: melibatkan Apoteker dalam meng acc
persetujuan
Mengaktifkan counseling
Uji coba
Ukur delivery time (dengan timer)
Ukur produktivitas
Ukur medication error
Apakah SDM/SIM menunjang cukup baik?
Buat tools untuk pengawasan
Delivery time
Medication errors
Buat tools untuk format pelaporan
Delivery time
Medication error
Produktivitas
Peak hour
Awasi sampai keadaan ideal tercapai (dokumentasi)
Buat SOP
Zero Defect Management
Identifikasi masalah
Bagaimana menjamin bahwa pelayanan farmasi bebas dari
error ?
Uraikan proses pelayanan obat non resep di apotek
mulai dari pasien datang hingga penyerahan obat.
SOP Pelayanan OTC
SOP Pelayanan OWA
SOP KONSELING OTC
SOP Konseling OWA
Cocokkan
Menanyakan
Apabila
Apabila kondisi
Informasikan
obat keluhan
tentang
yangpasien
bagaimana
pasien
dimintatidaksehingga
membaik
sesuai pasien
pasien
dengan menggunakan
atau menggunakan
semakin
kondisi pasien ob
memburuk
obat tersebut
makan
dan memberikan dan
sebaiknya
efek sudah yang
seperti dirujuk
berapa ke
lama
dokter
pasien
diharapkan mengalami
maka obat bolehg
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai