0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
158 tayangan82 halaman

Referat Kematian Mendadak Edit

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 82

Referat

Kematian Mendadak
Dosen Penguji : dr. Ratna Relawati, Sp.F, MSi.Med
Residen Pembimbing: dr. Devi Novianti Santoso

Oleh :
•Enry F. Joshua Sidauruk FK UKI
•Hana Ayunda D. FK UKI
•Astri Marsa Z. FK UKI
•Pratiwi Assandi FK UNDIP
•Arif Setyo Nugroho FK UNDIP
•Kiel Pino Putra FK UNDIP
•La Ode Muhammad Saleh FK UNDIP
Pendahuluan
Latar Belakang
Kematian mendadak : kematian yang tidak
terduga dan tidak diharapkan

Penyebab terbanyak dari kematian mendadak adalah


penyakit kardiovaskuler

Kematian mendadak yang menjadi masalah dalam forensik


apabila tidak ditemukan riwayat penyakit dan tanpa saksi

Tanpa otopsi, dokter salah menentukan penyebab kematian


pada 25-50% kasus kematian mendadak di Inggris
RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi kematian mendadak?


2. Bagaimana epidemiologi kematian mendadak?
3. Bagaimana etiologi kematian mendadak?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang dalam forensik pada
kematian mendadak?
5. Bagaimana aspek medikolegal pada kematian mendadak?
Tujuan

Umum
• Mengetahui hal-hal yang
mengenai kematian mendadak
• Mengetahui definisi kematian mendadak
• Mengetahui epidemiologi kematian mendadak
• Mengetahui etiologi kematian mendadak
Khusus • Mengetahui aspek medikolegal pada
kematian mendadak
• Mengetahui peran forensik dalam
pemeriksaan kematian mendadak
MANFAAT
• Mengetahui hal-hal mengenai
Umum
kematian mendadak
• Bagi mahasiswa:
• - Melatih kemampuan mahasiswa
dalam penyusunan suatu referat
• -Menambah pengetahuan mengenai
cara identifikasi kematian mendadak
Khusus • -Diharapkan dapat berlanjut untuk
penulisan referat selanjutnya atau
yang sejenis yang memakai
penulisan ini sebagai bahan
acuannya
Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk
pada berbagai literatur.
Definisi dan Epidemiologi
Kematian Mendadak
Definisi
Asal Kata
• Proses yang dapat dikenal secara klinis pada
Kematian seseorang melalui pengamatan terhadap
perubahan yang terjadi pada tubuh mayat

• Berkaitan dengan waktu yang cepat atau


Mendadak seketika terhadap munculnya suatu kejadian
atau peristiwa

“Sudden unexpected • Kematian alamiah (wajar) yang terjadi tanpa


natural death” diduga dan terjadi secara mendadak

“Sudden unexpected • Kematian tidak wajar yang terjadi tanpa


unnatural death” diduga dan terjadi secara mendadak
Definisi
WHO
Kematian yang terjadi 24 jam setelah gejala-
gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik,
sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan
menit atau bahkan detik sejak gejala timbul.

 Sebagian besar, hitungan menit / detik


 Kematian mendadak ≠ tidak terduga
 Kematian tidak terduga ≠ mendadak
 Keduanya sering terjadi bersamaan
Definisi
Baradero (2008)
Kematian yang tidak terduga, dalam kurun
waktu kurang dari 1 jam, atau dalam waktu 24
jam.
Definisi
Simpson (1985)
1. “Sudden death” = kematian yang tidak
terduga, non traumatik, non self inflicted
fatality, yang terjadi 24 jam setelah onset
gejala.
2. Definisi yang lebih tegas, kematian yang
terjadi dalam 1 jam setelah timbulnya
gejala.
Epidemiologi
Jenis Kelamin • 4 kali lebih sering pada laki-laki

• Penyakit kardiovaskuler
Penyebab
terbanyak • Laki-laki : perempuan = 7 : 1 (pre-
menopause) → 1 : 1 (post-menopause)
Epidemiologi

Di Indonesia seperti yang dilaporkan badan Litbang Departemen


Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari
5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0 % (1986), dan 19,0% (1995).
Epidemiologi

Penelitian di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2010-2012


menunjukkan hasil sebagai berikut: jumlah kematian mendadak berdasarkan
jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 7 kasus (87.5%) dan perempuan 1
kasus (12.5%). Kematian mendadak lebih banyak terjadi pada kelompok
dewasa yaitu dengan usia 41-59 tahun sebanyak 3 kasus (37.5%)
Epidemiologi

Kematian mendadak akibat penyakit jantung sebanyak 3 kasus


(37.5%), penyakit paru sebanyak 2 kasus (25%), penyakit lainnya
(tidak diketahui sebabnya) 2 kasus (25%), dan kanker paru hanya
terdapat 1 kasus (12.5%)
Epidemiologi
European Heart Journal (2010)
625 kasus kematian
mendadak

469 kasus diotopsi


(75%)

67% penyakit
jantung
Epidemiologi
Motozawa (Universitas Tokyo, 2005)
Tahun 1997-2003 diJepang:

130 kasus dari 1446 kasus kematian pada


kecelakaan lalu lintas digolongkan akibat
kematian mendadak, bukan karena trauma.
Etiologi Kematian Mendadak
1.TRAUMA
• Trauma otak dan leher dapat menjadi kombinasi penyebab kematian
yang fatal
bagian belakang
kepala terbentur

tulang leher menekan saraf tertutupnya jalan


patah di belakangnya nafas
leher yang
tertolak ke
belakang

• Trauma lain yang bisa menyebabkan kematian mendadak adalah :


– trauma tulang dada (thorax)  pneumothorax, hematopneumothorax, hingga
tamponade jantung
– panggul (pelvis)  kehilangan darah dalam jumlah banyak
2. KERACUNAN

• Racun  zat yang bekerja pada


tubuh secara kimiawi dan
fisiologik yang dalam dosis toksik
akan menyebabkan gangguan
berupa sakit atau kematian
Definisi • Intoksikasi  suatu keadaaan
dimana fungsi tubuh menjadi tidak
normal yang disebabkan oleh
suatu jenis racun atau bahan
toksik lain
Jenis-jenis racun

• tumbuh - tumbuhan  opium, kokain


• hewan  bisa atau toksin ular, laba-laba dan hewan
Berdasarkan laut
• mineral  arsen dan timah hitam
sumber racun : • sintetik  heroin

• rumah tangga  disinfektan, deterjen, dan insektisida


Berdasarkan • pertanian/perkebunan  pestisida
• kedokteran/pengobatan  hipnotika, sedatif, analgetika,
tempat asal obat-obat penenang, antidepresi
• industri/ laboratorium  asam-basa kuat dan logam berat

racun : • alam bebas  opium, ganja, racun singkong dan racun pada
jamur serta binatang
Cara kerja atau efek yang ditimbulkan
•reaksi korosif (lisol, menyebabkan rasa
asam-basa kuat) nyeri hebat,
Lokal •iritan (arsen, timbal berat) peradangan, dan
•anestesik(kokain, asam kematian akibat nyeri
karbol) neurogenik

•barbiturate, alkohol, dan


biasanya racun
morfin  SSP
mempunyai afinitas
•oksalat  jantung
Sistemik lebih kuat terhadap
•strychin  medula spinalis
salah satu sistem atau
•CO serta asam sianida 
organ tubuh
darah dan enzim pernapasan

Lokal erosi lambung (lokal), juga


menyebabkan depresi SSP
dan asam karbol (sistemik)  diserap dan
Sistemik berpengaruh terhadap otak
Faktor kerentanan terhadap racun

Faktor kerentanan terhadap racun

Kondisi Efek
Bentuk Cara masuk Efek
umum Usia Konsentrasi sinergistik/
racun racun antagonistik
tubuh potensiasi
Pemeriksaan toksikologik
Bila pada pemeriksaan setempat terdapat kecurigaan
terhadap keracunan

Bila pada otopsi ditemukan kelainan yang lazim ditemukan


pada keracunan zat tertentu misalnya :
• lebam mayat yang tidak biasa (cherry red pada CO)
• merah terang pada sianida

Bila pada otopsi tidak ditemukan penyebab kematian


Pemeriksaan
penting

Pemeriksaan
Analisis
tempat kejadian Otopsi lengkap
toksikologik
perkara (TKP)
3. Penyakit
1. Sistem Kardiovaskuler (sudden cardiac death)

PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK


Penyempitan (spasme) atau oklusi (trombus, ateroma)
pada arteri koronaria → insufisiensi aliran darah →
iskemik miokard → infark miokard
- Kerusakan sistem konduksi → fibrilasi ventrikel
- Fibrosis miokard

PENYAKIT KATUP JANTUNG


Degeneratif (usia ≥ 60 tahun) → stenosis aorta
kalsifikasi atau ruptur katup jantung
Obstruksi arteri koroner Histopatologi Infark
Miokard (7 hari post infark)

Makroskopik Infark
Miokard
1. Sistem Kardiovaskuler (sudden cardiac death)

PENYAKIT PEMBULUH DARAH


- Aneurisma (terbanyak pada aorta torakalis dan
aorta abdominalis) → ruptur aorta
- Koarktasio aorta → ruptur dan diseksi aorta.
Kematian terjadi beberapa jam atau hari setelah
gejala (rasa nyeri)

MIOKARDITIS
- Tidak menunjukkan gejala
- Sering pada dewasa muda
- Ditegakkan dg px histopatologik
Spesimen biopsi endomikokardial dari pasien dengan klinis suspek miokarditis.
(a) Pembesaran skala kecil menunjukkan infiltrat limfosit, (b) Pembesaran skala
sedang menunjukkan infiltrat limfosit, (c) Pembesaran skala besar menunjukkan
infiltrat limfosit dan histiosit serta nekrosis miosit.
2. Sistem Respirasi

EMBOLI PULMONUM
- Thrombus → terlepas → aliran
darah → emboli pulmonum
- Komplikasi dari DVT

TUBERKULOSIS
- Hemoptisis masif kaverna
tuberkulosis
2. Sistem Respirasi

EPIGLOTITIS AKUT
- Obstruksi jalan napas

ASMA BRONKIAL
- Spasme otot polos bronkus
- Edema mukosa bronkus
- Sekresi kelenjar bronkus meningkat
Gambaran histopatologi asma bronkial, tampak obstruksi lumen
bronkiolus oleh eksudat mukoid, metaplasia sel goblet,
membran basalis menebal, dan inflamasi bronkiolus.
2. Sistem Respirasi
SINDROM KEMATIAN BAYI
MENDADAK
- SSP gagal berespon terhadap
CO2
- Pembekapan
3. Sistem Pencernaan

ESOFAGUS
- Pecah varises esofagus (komplikasi sirosis
hepatis)

LAMBUNG & USUS HALUS


- Perdarahan masif akibat gastritis kronis /
ulkus peptikum
- Perforasi ulkus peptik
- Gangren intestinal karena hernia strangulasi
4. Sistem Hematopoietik

LIMPA
- Ruptur spontan (infeksi mononukleosa,
leukimia, hemofilia, malaria, tifoid)

DARAH
- Anemia megaloblastik
- Leukimia
- Anemia sel sickle → hemolisis masif
5. Sistem Urogenital dan
Reproduksi
Penyebab :
 Uremia fase terminal
(dengan koma dan
kejang)
 Ruptur tuba pada KET
6. Sistem Saraf Pusat
Perdarahan subaraknoid
Ruptur aneurisma (sirkulus Willisi / Mati batang otak → gagal nafas
arteri serebralis) diikuti gagal jantung

Perdarahan intraserebral

Faktor risiko stroke:


Umur, hipertensi, DM, aterogenik, penyakit jantung,
merokok, kontrasepsi
Otopsi otak pada perdarahan sub arakhnoid
Pemeriksaan Penunjang
Kematian Mendadak
Toksikologi

Toksikologi adalah ilmu yang menelaah


tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia
atau racun terhadap mekanisme biologis
suatu organisme.
Aplikasi Toksikologi
Toksikologi Forensik

Toksikologi forensik merupakan suatu ilmu toksikologi yang


dapat dimanfaatkan dalam kepentingan pengadilan.

Kerja utama dari toksikologi forensik yaitu melakukan


analisis kualitatif dan kuantitatif dari racun dengan bukti fisik
dan menerjemahkan temuan analisisnya.
Bidang kerja toksikologi forensik
Analisis dan
mengevaluasi racun
penyebab kematian

Toksikologi Analisis ada/tidaknya


alkohol
forensik

Analisis obat terlarang


(Pada kasus pengunaan
narkoba)
Alur analisis Toksikologi di Indonesia

Kasus Orang Mati Kasus Orang Hidup


Kasus Forensik Kasus Keracunan
-PenyalahgunanNarkoba (Anal. Tok. Klinik)
Kedokteran Forensik -PerubahanPrilaku
1. Otopsi
2. Dugaan keracunan
3. Pengambilan spesimen
4. Pengemasan dan penandaan
5. Pengiriman/Surat permohonan
analisis toksikologi

LABORATORIUM TOKSIKOLOGI
Labfor Polri BPOM Lab Toksikologi - Lab- Lainnya:
Universitas BNN, Labda, dll

Uji Penapisan Data Analisis Interpretasi


Uji Pemastian

Penulisan Laporan
( Bukti Surat / Surat Keterangan / Keterangan Ahli)
Spesimen Toksikologi

• Diambil dari vena femoralis / iliaka / aksilaris


• 15 ml darah kosong + 5-10 ml darah EDTA / heparin
Darah • Pemeriksaan alkohol → darah dengan sodium
fluorida (mencegah destruksi oleh mikroorganisme)

• 20-30 ml urin ke kontainer kosong


Urin • Pemeriksaan ditunda → tambah sodium azide

• Dimasukkan ke kantung plastik yang ditutup rapat


Muntahan / • Isi lambung → membuka kurvaktura minor
isi lambung • Sampel dinding perut diperlukan → bubuk / debris
tablet melekat dengan konsentrasi tinggi
• Jika ada kecurigaan keracunan logam berat
Feses • 20-30 gram dimasukkan ke wadah yang tertutup rapat

Hepar • Hepar utuh / bagian hepar (sebutkan berat total hepar)


• Penyalahgunaan bahan pelarut (penghirup lem) →
dan organ analisis gas pada paru → paru utuh dimasukkan ke
lain wadah kedap udara (kantung nilon / polivinil klorida)

Potongan • Keracunan logam berat → rambut dipotong atau


dicabut beserta akar + potongan kuku
rambut • Analisis aktivasi neutron → paparan racun, terutama
dan kuku akar rambut dan pangkal kuku
Pemeriksaan Histopatologi
DEFINISI

• Histologi
– Histo = jaringan
– Logos = ilmu
– Ilmu yang mempelajari struktur anatomi dan jaringan di bawah
mikroskop (tingkat seluler).
• Patologi
– Ilmu yang mempelajari tentang penyakit, penyebab, mekanisme,
dan perubahan-perubahannya, dilihat dari tingkat selular
MANFAAT
• Menegakkan diagnosis sebab kematian mendadak
• Mengkonfirmasi temuan makroskopis
• Memberi gambaran histomorfologi perjalanan penyakit
• Gambaran intravitalitas
• Menentukan umur secara histomorphologi (infark
lama/baru, umur luka, dsb)
Pengambilan Sampel
semua organ yang dianggap terlibat dengan
perjalanan penyakit hingga menyebabkan kematian
sampel
organ yang tampak secara makroskopik terdapat
kelainan , walau mungkin kelainan tersebut tidak
berhubungan langsung dengan penyebab kematian
Penyimpanan
Eksisi : setiap jenis organ dimasukkan pada wadah
Jaringan (organ) dipotong dengan tersendiri. Fiksasi dengan bahan pengawet
ketebalan tertentu (kurang lebih ½ yang sesuai dengan volume yang cukup dan
cm) pada daerah perbatasan sakit- pengawet bersih dari noda, misalnya formalin
sehat 4%

informasi kepada ahli PA


Spesimen biopsi dengan pengecatan imunohistokimia dari
pasien dengan klinis suspek miokarditis menunjukkan adanya
CD3, konfirmasi untuk fenotip sel T.
Pemeriksaan Otopsi, Aspek
Medikolegal Kematian
Mendadak dan Death On
Arrival
Otopsi pada Kasus Mati Mendadak

tanpa
otopsi dugaan unsur
otopsi dianggap
kriminal atau
wajar kelalaian

Otopsi :
 pemeriksaan terhadap tubuh mayat secara menyeluruh,
meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam
 tujuan:
– menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera
– melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut
– menerangkan penyebab kematian
– mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan
yang ditemukan dengan penyebab kematian
ASPEK MEDIKOLEGAL

• Prinsip dilakukannya Otopsi secara garis besar pada


kasus kematian mendadak yaitu:
– Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya
tanda-tanda kekerasan yang signifikan dan dapat diprediksi
dapat menyebabkan kematian ?
– Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda
yang mengarah pada keracunan ?
– Apakah korban merupakan pasien (contoh: penyakit jantung
koroner) yang rutin datang berobat ke tempat praktek atau
poliklinik di rumah sakit ?
– Apakah korban mempunyai penyakit kronis
tetapi bukan merupakan penyakit
tersering penyebab natural sudden death ?
– Bila suatu kasus kematian menimbulkan
kecurigaan bagi penyidik, penyidik berhak
meminta bantuan dokter untuk mencari
penyebab kematiannya melalui otopsi
berdasarkan KUHAP Pasal 133, 134, dan
135.
DASAR HUKUM

KUHAP
Otopsi pada Kasus Mati Mendadak

Harus diperhatikan pada mati mendadak :

Keadaan korban • Pada saat melakukan aktivitas


sebelum fisik maupun emosional dan
kematian disaksikan oleh orang lain.

Korban dalam • Korban tanpa kelainan apa-


keadaan apa dengan pakaian rapi, atau
mencurigakan sendirian, tiba-tiba meninggal.
Otopsi pada Kasus Mati Mendadak
Gonzales :
Keadaan • Kadang kematian mendadak disebabkan
mencurigakan, penyakit dapat dipacu kekerasan yang
seperti tanda disengaja, tanpa meninggalkan tanda pada
tubuh korban.
kekerasan
• Menentukan perlu diautopsi atau tidak.
Umur korban • Mati mendadak jarang pada usia muda, curigai
ada unsur kriminal.

• Autopsi dilakukan atas permintaan keluarga,


Permintaan yang ingin mengetahui sebab kematian korban.
keluarga • Untuk kepentingan asuransi.
Beberapa Kondisi yang Mendukung Untuk Dilakukannya Otopsi
Pada Kasus Kematian Mendadak

1. Jika jenazah ditemukan dalam keadaan yang mencurigakan,


seperti ditemukannya tanda kekerasan.
2. Otopsi dilakukan atas permintaan keluarga yang ingin mengetahui
sebab kematian korban.
3. Otopsi dilakukan untuk kepentingan asuransi
• Otopsi Klinik
Klasifikasi • Otopsi Anatomi
• Otopsi
Forensik/Medikolegal
Teknik irisan Kulit

Incisi Model Huruf I

Incisi Model Huruf Y


Persiapan Sebelum Otopsi Forensik

Melengkapi
surat-surat yang Mengumpulkan
berkaitan dengan Memastikan keterangan yang
otopsi yang akan mayat yang berhubungan dengan
dilakukan terjadinya kematian Memastikan alat-
akan diotopsi alat yang
termasuk izin adalah mayat selengkap mungkin
keluarga, surat membantu memberi diperlukan telah
yang dimaksud tersedia.
permintaan dalam surat petunjuk pemeriksaan
pemeriksaan/pem tersebut. dan jenis pemeriksaan
buatan visum et penunjang yang harus
repertum dilakukan
LANGKAH OTOPSI FORENSIK

Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan
Luar - Irisan
- Pembukaan ronga-
rongga tubuh
Pemeriksaan
-Identitas Umum Penunjang
-Tanda pasti - Pengeluaran organ-
kematian organ tubuh - Patologi anatomi
-Tanda-tanda - Pemeriksaan organ- - Toksikologi
kekerasan organ tubuh - Serologi
-Tanda akhir - Pengembalian organ- - Biologi molekuler
kehidupan organ tubuh ke tempat
- Tanda-tanda semula
penyakit - Penutupan dan jahit
Pemeriksaan otopsi pada kasus kematian
mendadak di luar negeri
• Amerika :
– dilakukan pada kasus-kasus seperti kematian mendadak,
kematian yang tidak diduga, ataupun pada kasus kematian
yang terkait kekerasan
– Apabila seseorang meninggal dan informasi mengenai
penyakitnya terdata dengan baik maka pihak yang berwenang
untuk menentukan otopsi di amerika dapat melepas kasus
tersebut
• Finlandia : investigasi dengan pemeriksaan otopsi harus
dilakukan terutama pada kasus
– kriminal
– kecelakaan
– bunuh diri
– keracunan
– penyakit terkait pekerjaan dan jika kematian tidak disebabkan
penyakit terkahir orang tersebut atau penyakit pasien yang
terakhir tidak diobati oleh dokter serta pada kasus kematian
yang tidak diharapkan
Death On Arrival
• Death on arrival (DOA) merupakan istilah yang digunakan pada
keadaan pasien yang meninggal secara klinis sebelum sampai di
rumah sakit (Emergency Room) dan tidak perlu dilakukan
resusitasi.
• Perlu diketahui sebab dan cara kematian untuk menentukan
kematian wajar atau tidak wajar
• Penyidik dapat meminta ahli kehakiman untuk melakukan
pemeriksaan jenazah (KUHAP pasal 120, 179)
Sistem Coroner
Pasien datang (DOA)

Dokter IRD

Laporkan ke pihak yang berwajib (POLISI


& CORONER)

Menentukan dilakukannya autopsy


atau pemeriksaan lebih lanjut
CORONER (Medical Examiner)

Mengeluarkan sertifikat kematian


(menentukan penyebab dan cara kematian)
Sistem di Indonesia
PASIEN DOKTER menyarankan keluarga untuk
Death on Arrival (IGD) melaporkan ke POLISI

POLISImeminta atau mengajukan surat untuk dilakukan


DOKTER (Forensik) mengeluarkan surat atau pemeriksaan ataupun Autopsi ke DOKTER (Forensik)
hasil pemeriksaan (VeR) dan membuat
kesimpulan hasil pemeriksaan

DOKTER (Forensik) diminta/diajukan


menjadi saksi ahli dan menjelaskan
kesimpulan hasil pemeriksaan
Laporan Kasus Kematian
Mendadak
Laporan kasus
• Seorang jenazah wanita usia kurang lebih 56 tahun
dibawa ke kamar jenazah RS kariadi untuk dimintakan
visum oleh polisi. Jenazah ditemukan meninggal di
kantornya diduga karena sakit. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan:
– Lebam mayat: tengkuk, punggung, pinggang, bokong, tungkai
atas warna merah keunguan dan hilang dengan penekanan.
– Kaku mayat: terdapat pada kelopak mata dan rahang, mudah
dilawan
– Pembusukan tidak ada
• Mata terdapat lingkar penuaan
• Anggota gerak atas
– Kanan: ujung jari dan jaringan dibawah kuku tampak kebiruan
– Kiri: ujung jari dan jaringan dibawah kuku tampak kebiruan
• Anggota gerak bawah
– Kanan: terdapat bengkak pada tungkai bawah dan kembali lambat setelah
ditekan, dengan ukuran lingkar betis tiga puluh satu koma lima sentimeter
– Kiri: terdapat bengkak pada tungkai bawah dan kembali lambat setelah
ditekan, dengan ukuran lingkar betis tiga puluh satu koma lima sentimeter
Pembahasan Laporan Kasus
Kematian Mendadak
Fakta terkait waktu kematian
• Lebam mayat yang tidak hilang dengan
penekanan  waktu kematian <4jam.
• Akibat pengendapan eritrosit sesudah
kematian, berhentinya sirkulasi dan adanya
gravitasi bumi.
Lebam mayat • Eritrosit menempati bagian terbawah tubuh
dan pada bagian bebas dari tekanan.
• Lebam mayat muncul pada menit ke-30
dan mulai menetap setelah 4 jam.
• Sebelum 4 jam, lebam mayat masih
menghilang dengan penekanan
Fakta terkait waktu kematian

• ± 6 jam sesudah mati, kaku mayat akan mulai


terlihat dan ±6 jam kemudian seluruh tubuh
akan menjadi kaku
• Kekakuan berlangsung selama 36 sampai 48
Kaku jam.
• Sesudah itu, tubuh mayat akan mengalami
Mayat relaksasi kembali sebagai akibat dari proses
degenerasi dan pembusukan.
• Relaksasi yang terjadi sesudah mayat
mengalami kaku mayat disebut relaksasi
sekunder
Fakta pemeriksaan tubuh bagian luar
permukaan kulit tubuh

• Menandakan terjadinya sianosis.


Kebiruan
pada ujung • Sianosis terjadi karena kurangnya
jari oksigen sehingga darah akan
berwarna lebih gelap dan encer.
Bengkak pada
kedua tungkai • Menunjukkan adanya pitting
bawah dan edema yang bisa terjadi pada
kembali lambat
setelah ditekan pada penyakit gagal jantung kronik
Kesimpulan kasus
• Berdasarkan fakta yang ditemukan pada pasien ini, maka
kelompok kami mengambil kesimpulan bahwa korban
meninggal karena mati lemas diduga akibat penyakit
kardiovaskular.
Penutup
Penutup
Kesimpulan
1) Kematian mendadak didefinisikan sebagai suatu kematian
yang tidak diperkirakan sebelumnya dalam hitungan detik,
menit, hingga 24 jam setelah gejala timbul, dimana gejala
sebelumnya tidak nyata atau hanya berlangsung singkat.
2) Di Indonesia persentase kematian akibat penyakit meningkat
dari 5,9% (1975) menjadi 19,0% (1995).
3)Etiologi tersering dari terjadinya kematian mendadak adalah
penyakit dengan persentase mencapai 60-70%. Kematian
mendadak terbanyak akibat dari penyakit pada sistem jantung
dan pembuluh darah.
4) Pemeriksaan penunjang pada kasus kematian
mendadak yaitu pemeriksaan histopatologik dan
toksikologi hampir selalu harus dilakukan.
5) Peran Forensik dalam Pemeriksaan Kematian
Mendadak adalah dilakukannya otopsi forensik pada
kasus kematian mendadak yang tidak wajar. Aspek
medikolegal pada kematian mendadak tertuang pada
KUHAP Pasal 133, 134, dan 135.
Diharapkan dokter di masa mendatang lebih teliti dalam memeriksa
SARAN apakah suatu kematian mendadak wajar atau tidak wajar.

Sebaiknya setiap kasus kematian mendadak dilakukan


pemeriksaan otopsi untuk mengetahui sebab pasti kematiannya.

Pemeriksaan penunjang, seperti toksikologi dan histopatologi,


sebaiknya dilakukan secara menyeluruh sehingga didapatkan hasil
diagnosis pasti kematian dengan optimal.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai