0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
424 tayangan106 halaman

10 Deteksi Dini Komplikasi Dan Masalah Kala II

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 106

DETEKSI DINI

KOMPLIKASI DAN
MASALAH KALA II
KELOMPOK 6 PERSALINAN
Dhiny Nur Hazzi Sely Uli
Kelainan Presentasi &
Posisi
POSISI OKSIPITALIS POSTERIOR
PERSISTENS

ubun-ubun kecil tidak berputar ke


depan, sehingga tetap di
belakang. Keadaan ini dinamakan
posisi oksiput posterior persistens
• usaha penyesuaian kepala terhadap
bentuk dan ukuran panggul
• otot-otto dasar panggul yang sudah
lembek pada multipara atau kepala janin
yang kecil dan bulat, sehingga tidak ada
paksaan belakang kepala janin untuk
memutar ke depan.

Etiologi
• Bila hubungan antara panggul dengan
kepala janin cukup longgar persalinan
dapat berlangsung secara spontan
• Setelah kepala mencapai dasar panggul
dan ubun-ubun besar berada di bawah
simfisis, dengan ubun-ubun besar tersebut
sebagai hipomoklion, oksiput akan lahir
melalaui perineum.

Mekanisme persalinan
• Persalinan pada umumnya
1. berlangsung lebih lama.

• Kemungkinan kerusakan jalan


2. lahir lebih besar.

• Kematian perinatal lebih tinggi bila


dibandingkan dengan keadaan di mana
3. ubun-ubun kecil berada di depan.

Prognosis
Tindakan untuk
Sebaiknya dilakukan mempercepat persalinan diusahakan lebih
pengawasaan dilakukan apabila kala II dahulu apakah ubun-
persalinan yang terlalu lama, atau ada ubun kecil dapat
seksama tanda-tanda bahaya diputar ke depan.
terhadpa janin.

Perputaran kepala tersebut bila hal tersebut sulit , putaran


dapat dilakukan dengan tangan tersebut tidak dipaksakan dan
penolong yang dimasukkan ke janin dilahirkan dengan cunam
dalam vagina atau dengan dalam keadaaan ubun-ubun
cunam kecil tetap di belakang.

Penanganan
PRESENTASI PUNCAK KEPALA

Presentasi puncak kepala atau


disebut juga presentasi
sinsiput, terjadi apabila derajat
deflekasinya sehingga ubun-
ubun besar merupakan bagian
terendah.
• Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
• Di atas panggul teraba kepala
• Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil
terdapat pada sisi yang berlawanan.
• Di fundus uteri teraba bokong.
• DJJ terdengar paling keras dikuadran bawah perut ibu,
pada sisi yang sama dengan punggung janin.
• Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter
transversa panggul
• Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat
diraba dan dikenal.keduannya sama tinggi didalam
panggul.

Diagnosis
Kelainan
Panggung

Kerusakan Kepala
dasar
panggul
Etiologi berbentuk
bulat

Anak
kecil/mati
Usahakan lahir pervaginam
karena kira-kira 75 % bisa
lahir spontan

Bila ada indikasi ditolong


dengan vakum/forsep biasanya
anak yang lahir di dapati caput
daerah VVB

Komplikasi
Ibu : Robekan jalan lahir yang
lebih luas
Anak : partus lama dan
molase hebat sehingga
Penanganan mortalitas anak agak tinggi
PRESENTASI MUKA

Presentasi Muka adalah keadaan di


mana kepala dalam kedudukan
defleksi maksimal, sehingga oksiput
tertekan pada punggung dan muka
merupakan bagian terendah
menghadap ke bawah.
kelainan janin seperti anensefalus dan
tumor di leher bagian depan

panggul sempit atau pada janin besar

juga dapat terjadi pada kematian janin intrauterin,


akibat otot-otot janin yang telah kehilangan
tonusnya.

Etiologi
Dalam kehamilan
• Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam
kehamilan jika:
• Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan
antara belakang kepala dan punggung teraba sudut yang
runcing (sudut fabre); tonjolan kepala ini juga
bertentangan dengan pihak bagian-bagian kecil.
• Bunyi jantung anak terdengar pada pihak bagian-bagian
kecil.
• Atas penemuan tersebut dianjurkan untuk dibuat foto
rontgen

Diagnosis
Dalam persalinan
• Dengan pemeriksaan dalam pada
pembukaan yang cukup besar
teraba: orbita, tulang pipi, mulut
dan dagu. Karena muka agak
lunak harus dibedakan dari
bokong.

Lanjutan...
Mekanisme Persalinan
umumnya persalinan pada
presentasi muka berlangsung
tanpa kesulitan.

Dalam keadaan di mana dagu


berada di belakang prognosis
kurang baik bila dibandingkan
dengan dagu di depan.

karena dalam keadaan tersebut


janin yang cukup bulan tidak
mungkin dapat lahir per
vagianam.

Prognosis
Posisi dagu anterior
-Jika pembukaan lengkap
• Biarkan persalinan spontan
• Jika kemajuan lambat, percepat dengan oksitosin
-Jika kepala tidak turun dengan baik, lakukan ekstraksi
forcep
• Jika pembukaan tidak lengkap
• Akselerasi dengan oksitosin
• Periksa kemajuan persalinan secara presentasi verteks

Penatalaksanaan
Posisi dagu posterior
-Jika pembukaan lengkap, lahirkan dengan cara SC
-Jika pembukaan serviks tidak lengkap, nilai penurunan,
rotasi, dan kemajuan persalinan macet, lakukan SC.
-Jika janin mati, lakukan kariotomi atau SC.
• Kala I : observasi sampai pembukaan lengkap
• Kala II : setelah dipimpin meneran
• Bila dagu di depan : persalinan spontan (ekstraksi forcep)
• Bila dagu di belakang : SC
PRESENTASI DAHI

Presentasi dahi adalah posisi kepala antara


fleksi dan defleksi, sehingga dahi merupakan
bagian terendah. Posisi ini biasanya akan
berubah menjadi letak muka/ letak belakang
kepala.
• Panggul sempit
• Janin besar
• Multiparitas
• Kelainan janin (ansefalus)
• Kematian janin intrauterine
• faktor ibu : panggul sempit, multiparitas, perut
gantung
• faktor janin : janin besar, janin mati, lilitan tali pusat
• faktor uterus : plasenta previa, letak uretus yang
mirintrauterin leher depan,spasma otot leher rahim

Etiologi
1. Pemeriksaan luar seperti pada presentasi muka,
tapi bagian belakang kepala tidak seberapa
menonjol
2. Djj terdengar dibagian dada, disebelah yang sama
dengan bagian-bagian kecil janin
3. Pada persalinan : kepala janin tidak turun kedalam
rongga panggul bila pada persalinan sebelumnya
normal
4. Periksa dalam : meraba sutura frontalis, ujung satu
teraba UUB dan ujung lain teraba pangkal hidung
dan lingkaran orbita, mulut dan dagu tidak teraba

Diagnosis
Bagi
Bagi 1. Partus
anak
ibu menjadi
lebih lama
Mortalitas lebih
tinggi
dan lebih
sulit
2. Bisa terjadi
robekan
yang hebat

3. Ruptura
Uteri

Penanganan Dan Komplikasi


1. Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi
dari kepala janin, tindakan bidan adalah merujuk.
2. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal, jarak
rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan
dapat menolong pasien dengan melakukan inform
concent terlebih dahulu.
3. Bidan tidak memiliki kewenangan dalam menolong
persalinan dengan presentasi dahi, tindakan bidan
disini adalah merujuk ke pelayanan kesehatan.

Penatalaksanaan Bidan
4. Bidan di rumah sakit bisa berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
menolong partus dengan presentasi dahi
pada janin yang kecil, panggul normal,
keadaan ibu, janin dan kemajuan
persalinan baik maka bidan bisa
melakukan kolaborasi melahirkan janin
dengan presentasi dahi seperti melahirkan
janin dengan presentasi muka.

Lanjutan...
1. Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan
janin yang normal, tidak akan dapat lahir
spontan pervaginam, sehingga harus dilahirkan
secara seksio sesaria.
2. Jika pada akhir kala I kepala belum masuk ke
dalam rongga panggul, dapat diusahakan
dengan mengubah presentasi dengan perasat
Thorn, tetapi jika tidak berhasil, sebaiknya
dilakukan seksio sesaria.

Penatalaksanaan Lanjut
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan
janin yang normal, tidak dapat lahir spontan
pervaginam, jadi lakukan SC (bila janin
hidup). Janin mati pembukaan lengkap
kraniotomi. Pada presentasi dahi, janin tidak
mungkin lahir pervaginam sehingga
persalinan diakhiri dengan SC, kecuali bila
janin sangat kecil ( TBJ kurang dari 1800
gram)

Penanganan
Mekanisme Persalinan
PRESENTASI BOKONG

Letak sungsang adalah


kehamilan dengan letak
memanjang dengan
bokong/kaki sebagai bagian
terendah

Pengertian
1. Bokong murni atau frank breech
Pada bagian terendah janin adalah bokong
saja dan kedua tungkai terangkat ke atas.

Klasifikasi
2. Bokong sempurna atau complete breech
Pada bagian terendah janin adalah bokong
dan kedua tungkai/kaki.

Lanjutan...
3. Bokong tidak sempurna atau incomplete
breech.

Lanjutan...
Adapun posisi bokong berdasarkan sacrum, terdapat
empat posisi yaitu :
• Sacrum kiri depan ( left sacrum anterior)
• Sacrum kanan depan ( right sacrum anterior)
• Sacrum kiri belakang ( left sacrum posterior )
• Sacrum kanan belakang ( right sacrum posterior)

Lanjutan...
• Abnormalitas uterus, misalnya ada mioma uteri, uterus
bikornis
• Kematian janin/intra uteri fetal death (IUFD) yang sudah
lama terjadi
• Kehamilan ganda/gemelli
• Suatu keadaan dimana janin di dalam uterus
memungkinkan aktif bergerak misalnya pada multipara,
premature, dan hidroamnion.
• Kepala tidak dapat engagement/masuk ke dalam pintu
atas panggul Tidak diketahui penyebabnya.

Etiologi
1.Pemeriksaan
2.Pemeriksaan
palpasi
auskultasi
Leopold

4.Pemeriksaan
3.Pemeriksaan
dalam(vaginal
rongent toucher)

Diagnosis
• Garis pangkal paha masuk serong ke dalam pintu
atas panggul. Pantat depan memutar ke depan
setelah mengalami rintangan dari otot-otot dasar
panggul.
• Pantat depan tampak lebih dahulu pada vulva dan
dengan trokanter depan sebagai hipomoklion dan
laterofleksi dari badan lahirlah pantat belakang pada
pinggir depan perineum disusul dengan kelahiran
pantat depan

Mekanisme Persalinan
• Setelah bokong lahir, terjadi putaran paksi luar agar
punggung berputar sedikit ke depan sehingga bahu
dapat masuk pintu atas panggul dalam ukuran
serong dari pintu atas panggul.
• Sesudah bahu turun, terjadilah putaran paksi dari
bahu sampai ukuran bisakromial dalam ukuran muka
belakang dari pintu bawah panggul. Oleh karena itu,
punggung berputar lagi ke samping.

Lanjutan...
• Pada saat bahu akan lahir, kepala dalam keadaan
fleksi masuk pintu atas panggul dalam ukuran
melintang pintu atas panggul. Kepala ini
mengadakan putaran paksi sedemikian rupa hingga
kuduk terdapat di bawah simpisis dan dagu sebelah
belakang.
• Berturut-turut lahir pada perineum, seperti dagu,
mulut, hidung, dahi, dan belakang kepala.

Lanjutan...
Prognosis Prognosis
bagi janin bagi ibu

Prognosis
Partus Lama
Definisi

Fase laten > 8 jam

Persalinan 12 jam/lebih

Dilatasi serviks di kanan garis waspada


.

Kala 2 Memanjang

pembukaan serviks telah lengkap dan


berakhir dengan keluarnya janin

adalah 50 menit untuk nulipara dan 20


menit untuk multipara, tetapi angka ini
juga sangat bervariasi
Kala II pesalinan pada nulipara dibatasi
2 jam dan diperpanjangn sampai 3 jam
apabila digunakan analgesia regional.
Untuk multipara satu jam adalah
batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam
pada penggunaan analgesia regional.
Faktor penyebab

Faktor
His tidak janin
ade kuat
His Tidak adekuat

Interval 2 Lamanya
kontaksi kontraksi

Kekuatan
kontraksi
Faktor Janin

Malpresentasi

Malposisi

Janin Besar
Faktor jalan lahir

Panggul sempit
kelainan serviks
Vagina
Tumor
a
Faktor Predisposisi

Paritas & Ketuban pecah


interval dini
Usia

Dependen,
cemas dan Respon stress
ketakutan
Masalah Kala II
Perineum

Pada kala II bila perineum sangat


teregang dan kulit perineum menipis,
terlihat jaringan parut pada vagina /
perineum, perineum kaku dan pendek,
adanya ruptur yang membakat pada
perienum, maka perlu dilakukan tindakan
episiotomi
Syok

Bila ditemukan nadi cepat, lemah,


tekanan darah rendah, pucat, keringat
dingin, nafas cepat, produksi urine
sedikit, maka perlu dilakukan
penatalaksanaan syok pada ibu bersalin
Dehidrasi

Bila ditemukan nadi 100x/menit


atau lebih, urine pekat dan
produksinya sedikit, maka perlu
diberikan cairan, baik secara oral
maupun melalui infus dan rujuk
segera.
Gawat Janin

Bila DJJ <100 atau <160 kali


permenit, lemah, tidak teratur, maka
persalinan kala II perlu degera
diakhiri dengan episiotomi dan
tindakan seperti vakum esktrasi,
forep atau SC
His

Bila his terjadi lemah atau dalam 10 menit


tidak terjadi 3 kali perlu dipertimbangkan
tindakan untuk menanganinya, misalnya
mengoreksi pemberian cairan dan
elektrolit serta pemberian stimulasi
uterotonika.
Penyebab Kurang Adekuatnya Gaya
Ekspulsif
• Kekuatan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
abdomen dapat terganggu secara bermakna sehingga
bayi tidak dapat lahir secara spontan melalui vagina.
• Sedasi berat atau anastesi regional – epidural lumbal,
kaudal atau intratekal, kemungkinan besar mengurangi
refleks untuk meneran dan pada saat yang sama mungkin
mengurangi kemampuan pasien mengkontraksikan otot-
otot abdomen.
• Pada beberapa kasus, keinginan alami untuk meneran
dikalahkan oleh menghebatnya nyeri yang timbul akibat
meneran.
Distosia Bahu

Distosia bahu adalah kesulitan


persalinan saat melahirkan bahu pada
presentasi kepala, karena bahu anterior
terjepit di atas simfisis pubis sehingga
bahu tidak dapat melewati pinggul kecil
atau bidang sempit panggul.
• Ibu mengalami diabetes melitus ataupun adanya
riwayat diabetes melitus
• Adanya riwayat makrosomia
• Ibu mengalami obesitas
• Hasil USG mengindikasikan adanya makrosomia
• Terjadi cephalo pelvic disproportion (CPD)
• Penurunan kepala yang sangat lambat
• Tidak terjadi rotasi dalam

Predisposisi
• Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada
persalinan pervaginam berisko tinggi.
• Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
• Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi
• Kenali adanaya distosia bahu seawal mungkin.
• Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan
begitu distosia diketahui.
• Dan diperlukan untuk membuat posisi McRoberts,
pertolongan persalinan, resusitasi bayi dan tindakan
anatesia (bila perlu).

Pencegahan
• Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi
luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu
normal dengan tulang belakang.
• Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu
miring (oblique) di bawah ramus pubis.
• Dorongan pada saat ibu meneran akan
menyebabkan bahu depan (anterior) berada di
bawah pubis
• Pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu
depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa
lahir mengikuti kepala..

Etiologi dan patofisiologi


• Distosia Bahu terutama disebabkan oleh deformitas
panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam
panggul (misalnya: pada makrosomia) disebabkan
oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek
pada multipara sehingga penurunan kepala yang
terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada
saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui
pintu tengah panggul setelah mengalami
pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat
masuk ke dalam panggul

Lanjutan...
1. Laserasi serviks, vagina, atau perineum,
yang memerlukan perbaikan menyeluruh.
2. Cedera kaandung kemih.
3. Hematoma : vulva atau vagina
4. Pemisahan simfisis pubis spontan
5. Ruptur uterus
6. Hemorargi pascapartum
7. Endometritis

Kemungkinan Hasil Maternal


1. Cedera pleksus brakialis
2. Cedera nervus frenikus
3. Fraktur klavikula atau humerus
4. Asfiksia neonatus
5. Kematian

Kemungkinan Hasil Pada Janin


Dittosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan
adanya :
• Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tetahan dan
tidak dapat dilahirkan
• Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan
vulva dengan kencang
• Dagu tertarik dan menekan perineum
• Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan
bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis.

Diangnosis
1. Tetap tenang, tidak panik, dan berpikir logis.
2. Selalu ingat bahwa masalahnya adalah di bagian
panggul. Menarik bayi atau mendorong bayi turun pada
fundus, keduanya tidak membantu dan tindakan yang
berbahaya.
3. Waktu tidak bisa dipercaya, cobalah untuk melihat
waktu sesekali atau sampaikan pada seseorang untuk
menjadi pencatat waktu.
4. Masih ada waktu untuk symphysiotomy yang dapat
menyelamatkan hidup.
5. Berhati-hati dan pencatatan dokumentasi yang tepat
sangat penting setelah tindakan.

Penanganan
Secara sistematis tindakan pertolongan distosia
bahu adalah sebagai berikut
Langkah pertama Manuver McRobert
1. Manuver ini dimulai dengan memposisikan ibu
dalam posisi Mc Robert, yaitu ibu telentang,
memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi
sedekat mungkin ke dada dan rotasikan kedua kaki
kearah luar (abduksi).
2. Kemudian lakukan episiotomi yang cukup lebar.
Gabungan episiotomy dan posisi Mc Robert akan
mempermudah bahu posterior melewati
promontorium dan masuk kedalam panggul.
Langkah Kedua Manuver Rubin

• oleh karena diamneter anteroposterior pintu atas panggul


lebih sempit daripada diameter oblik atau transversalnya,
maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah
menjadi posisi oblik atau transversa untuk memudahkan
melahirkannya. tidak boleh melakukan putaran pada
kepala ata leher bayi untuk mengubah posisi bahu.
• yang dapat dilakukan adalah memutar bahu secara
langsung atau melakukan tekanan suprapubik ke arah
dorsal.
• . Masih dalam posisi McRobert, masukan tangan pada
bagian posterior vagina, tekanlah daerah ketiak bayi
sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik atau
tranversa.
• Lebih menguntungkan bila pemutaran itu ke arah yang
membuat punggung bayi mengahadap kearah anterior
(manuver Rubin anterior) oleh karena kekuatan tarikan
yang diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah
dibandingkan dengan posisi bahu anteroposterior atau
punggung bayi menghadap kearah posterior.

Lanjutan...
Langkah ketiga Melahirkan bahu
posterior, posisi merangkak, atau
manuver wood
• Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan
mengidentifikasi dulu posisi punggung bayi. masukkan
tangan penolong yang bersebrangan dengan punggung
bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung
kiri berarti tangan kiri) ke vagina.
• Temukan bahu posteror, telusuri lengan atas dan buatlah
gerakan mengusap kearah dada bayi.
• langkah ini akan membuat nahu posterior lahir
dan memebrikan ruang cukup bagi bahu anterior
masuk ke bawah simfisis.
• Dengan bantuan tekanan suprasimfisis kearah
posterior, lakukan tarikan kepala kearah
posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan
bahu anterior.

Lanjutan...
Adanya singkatan HELPER dan ALARMER yang memudahkan
kita untuk mengingat bagaimana sistem penanganan pada
distosia bahu :
• H-help (meminta tolong)
• E- evaluate for episiotomy (lakukan episiotomi)
• L-leg (Manuver Mc-Robert)
• P-Pressure (tekanan pada supra pubik)
• E-enter (Manuver internal: Wood Screw)
• R-Remove posterior arm (memindahkan lengan
posterior)
• R-Roll into hand and knee (menggulirkan tangan dan
lutut)
• Z-Manuver Zavanelli: dimasukan disini waaupun
sama sekali bukan bagian jembatan kedelai
1. Komplikasi distosia bahu pada janin adalah :
a. fraktur tulang (klavikula dan humerus).
b. Cedera pleksus brankhialis
c. Hipoksia yang dapat menyebabkan
kerusakan permanen di otak
d. Dislokasi tulang servikalis yang fatal
Kerusakan syaraf pada janin
e. Kematian neonatal

Komplikasi
1. Komplikasi distosia bahu pada ibu adalah :
a. perdarahan akibat laserasi perineum atau
vagina yang luas
b. Rupture uteri
c. Syok
d. Infeksi
e. Gangguan psikologis pada ibu
f. Depresi pada ibu jika janin cacat atau
meninggal

Lanjutan...
Letak Lintang

letak lintang adalah suatu keadaan


dimana janin melintang didalam
uterus dengan sumbu panjang anak
tegak lurus atau hampirtegak lurus
pada sumbu panjang ibu.
Klasifikasi letak lintang menurut (Mochtar,
2012: 366) dapat dibagi menjadi 2 macam,
yang dibagi berdasarkan :
1. Letak kepala
a. Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu.
b. Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu.

Klasifikasi letak lintang


2. Letak Punggung
a. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu,
disebut dorso -anterior.
b. Jika punggung terletak di sebelah belakang
ibu, disebut dorso-posterior.
c. Jika punggung terletak di sebelah atas ibu,
disebut dorso-superior.
d. Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu,
disebut dorso-inferior.
Lanjutan...
1. Multiparitas disertai dinding uterus dan perut
yang lembek
2. Fiksasi kepala tidak ada indikasi CPD
3. Hidrosefalus
4. Pertumbuhan janiun terhambat atau janin mati
5. Kehamilan premature
6. Kehamilan kembar

Etiologi
7. Panggul sempit
8. Tumor di daerah panggul
9. Kelainan bentuk rahim ( uterus arkuatus atau
uterus subseptus)
10. Kandung kemih serta rektum yang penuh
11. Plasenta Previa

Lanjutan...
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang
menggantung menyebabkan uterus beralih ke depan,
sehingga menimbulkan defleksi sumbumemanjang
bayi menjauhi sumbu jalan lahir, menyebabkan
terjadinya posisi obliq atau melintang.Dalam
persalinan terjadi dari posisi logitudinal semula dengan
berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu
fosailiaka Diagnosis letak lintang (Harry Oxorn William
R. Forte. 2010)

Patofisiologi
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Auskultasi
4. Pemeriksaan Dalam
5. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa
• Mekanisme persalinan Menurut Wiknjosastro
(2007: 625) pada letak lintang dengan ukuran
panggul normal dan janin cukup bulan, tidak
dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan
dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan
kematian janin dan rupture uteri

Mekanisme Persalinan
• Menurut Wiknjosastro (2007: 625) beberapa cara
janinletak lintang lahir spontan yaitu:
1. Evolutio Spontanea
Variasi Mekanisme lahirnya janin dengan letak
lintang akibat fleksi lateral yang maksimal dari
tubuh janin ada dua cara yaitu :
a. Menurut DENMAN
b. Menurut DOUGLAS
2. Conduplicatio Corpore

Lanjutan...
• Oleh karena bagian terendah tidak
menutup PAP, ketuban cenderung pecah
dan dapat disertai menumbungnya tangan
janin atau tali pusat. Keduanya merupakan
komplikasi gawat dan memerlukan
tindakan segera.

Komplikasi
1. Bagi Ibu adalah :
a. Rupture uteri
b. Partus lama
c. Ketuban Pecah Dini
d. Infeksi Intrapartum
2. Bagi Janin adalah
Angka kematian tinggi 25 –40 %, disebabkan karena :
a. Prolapsus funiculi
b. Trauma Partus
c. Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
d. Ketuban pecah dini

Prognosa Letak lintang


1. Sewaktu hamil
Usahakan mengubah menjadi presentasi kepala
dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus
dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul
sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa,
sebab dapat membahayakan janin meskipun versi luar
berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk
mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan untuk
menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan
antenatal ulangan untuk menilai letak janin.

Penanganan Letak Lintang


2. Sewaktu partus
Pada permulaan persalinan masih diusahakan
mengubah letak lintang janin menjadi presentasi
kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm
dan ketuban belum pecah atau utuh, umur kehamilan
36 sampai 38 minggu, bagian terendah belum masuk
atau masih dapat dikeluarkan dari PAP, dan bayi dapat
lahir pervagina. Pada seseorang primigravida bila versi
luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio
sesaria.

Lanjutan...
Letak Sungsang
Persalinan sungsang adalah persalinan bayi
presentasi bokong atau sungsang dengan letak
bayi sesuai sumbu badan ibu, yakni kepala pada
fundus uteri, sedangkan bokong merupakan
bagian terbawah (didaerah pintu atas panggul
atau simfisis). Berdasarkan jalan yang dilalui,
persalinan sungsang dibagi menjadi persalinan
pervaginam dan persalinan perabdominal
1. Faktor Ibu
a. Keadaan rahim
b. Keadaan plasenta
c. Keadaan jalan lahir
2. Faktor Janin
a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b. Hirdosefalus atau anensefalus
c. Kehamilan kembar
d. Hidramnion atau oligohidramnion
e. Prematuritas

Etiologi
Prolaps Tali Pusat

Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di


samping atau melewati bagian terendah
janin di dalam jalan lahir setelah ketuban
pecah. Terhentinya aliran darah yang
melewati tali pusat dapat berakibat fatal
karena terkait dengan oksigenasi janin.
Faktor predisposisi prolaps tali pusat terjadi akibat
gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul,
sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian
bawah janin tersebut.
Sering ditemukan pada kasus-kasus :
• Presentasi bokong kaki
• Posisi melintang
• Letak sungsang
• Kehamilan premature
• Hidramnion
• Janin kembar
• Janin terlalu kecil
Etiologi
1. Pemeriksaan tali pusat dilakukan pada setiap
pemeriksaan dalam saat persalinan.
2. Setelah ketuban pecah, lakukan lagi pemeriksaan tali
pusat bila ibu memiliki faktor risiko seperti di tabel
berikut. Bila ibu tidak memiliki faktor risiko dan ketuban
jernih, pemeriksaan tali pusat tidak perlu dilakukan.

Diagnosis
3. Jika pecah ketuban terjadi spontan, denyut jantung
janin normal, dan tidak ada faktor risiko prolaps tali
pusat, pemeriksaan vagina tidak perlu dilakukan bila
ketuban jernih.
4. Setelah ketuban pecah, periksa pula denyut jantung
janin.
5. Prolaps tali pusat dapat dipastikan bila:
a. Tali pusat tampak atau teraba pada jalan lahir lebih
rendah dari bagian terendah janin (tali pusat
terkemuka, saat ketuban masih utuh)
b. Tali pusat tampak pada vagina setelah ketuban
pecah (tali pusat menumbung, saat ketuban sudah
pecah)

Lanjutan...
1. Multiparitas
2. Kehamilan multipel
3. Ketuban pecah dini
4. Hidramnion
5. Tali pusat yang panjang
6. Malpresentasi

Faktor Predisposisi
Tatalaksana
1. Tatalaksana Umum
a. Tali pusat terkemuka
b. Tali pusat menumbung
2. Tatalaksana Khusus
Di rumah sakit, bila persalinan pervaginam tidak
dapat segera berlangsung, lakukan seksio
sesarea.

Lanjutan...
Daftar Pustaka
• Esti, N. (2010). Asuhan kebidanan pathologi. Yogyakarta: Pustaka
Riham
• Fadlun,a. (2012). Asuhan kebidanan patologis. Jakarta: Salemba
medika
• Jannah, Nurul. (2012). ASKEB II : persalinan berbasis kompetensi.
Jakarta : Buku Kedokteran ECG
• Nugraheny, Esty dan Sulistyawati, Ari. (2010). Asuhan kebidanan
pada ibu bersalin. Jakarta :salmeba medika.
• Prawirohardjo, S.(2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
• Prawiharjo, Sarwono. (2016). Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawiharjo.
• Saifudin, AB. (2007). Panduan praktisi pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta: EGC
• WHO. (2008). Managing prolonged and obstructed labour. midwifery
education modules , 17.
• Wiknjosastro, Hanifa. (2007). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan bina
pustaka

Anda mungkin juga menyukai