Aksiomatika

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

AKSIOMATIKA

Dian Rizky Utami


Elita Erawati Silaban
Pengertian dan Pernyataan
Pangkal
Dalam suatu struktur matematika tertentu terdapat
“pernyataan pangkal” atau biasa disebut “aksioma” dan
“pengertian pangkal” atau biasa disebut “unsur primitif atau
undefined term”. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan
berputar-putar dalam pembuktian atau “circulus in
probando”, sedangkan unsur primitif dalam struktur
matematika untuk menghindarkan berputar-putar dalam
pendefinisian atau “circulus in definiendo”.
Contoh yang mudah diingat dan dipahami adalah dari
geometri Euclides. Misalnya :
(1) titik, garis, dan bidang dipandang sebagai unsur primitif;
(2) melalui dua titik dapat dibuat tepat satu garis lurus,
sebagai salah satu aksioma.
Sistem Aksioma
Beberapa aksioma tersebut sering juga disebut
sistem aksioma. Agar suatu kumpulan aksioma
dapat merupakan sebuah sistem diperlukan
syarat-syarat penting, diantaranya adalah:
1. konsisten (taat asas)
2. independen (bebas)
3. komplit atau lengkap
4. ekonomis
Klasifikasi Aksioma
 Aksioma self evident truth
Jika dalam pernyataanya sudah langsung tergambar kebenaranya.
Misalnya aksioma “melalui dua titik berlainan dapat dibuat tepat satu
garis lurus”, aksioma ini nampak langsung dapat ditangkap
kebenarannya di kepala kita.
 Aksioma non-self evident truth
• Jika kita tidak dapat langsung menangkap kebenaran dari aksioma
tersebut. Hal ini dikarenakan aksioma tersebut hanya mengaitkan
beberapa fakta atau konsep dengan relasi tertentu, sehingga kebenaran
dari aksioma tersebut cenderung hanya kesepakatan belaka.
Contohnya sistem aksioma grup, topologi, ruang metrik, poset dan
sebagainya. Justru karena pengangkatan aksioma seperti ini yang
memberikan kemungkinan lebih besar dalam perkembangan
matematika.
Klasifikasi Aksioma
 Aksioma material
Jika unsur-unsur serta relasi yang terdapat dalam aksioma tersebut masih
dikaitkan langsung dengan realitas atau dikaitkan dengan materi tertentu atau
dianggap ada yang sudah diketahui. Contohnya, Aksioma Grup pada
bilangan real. R himpunan bilangan real, dengan operasi penjumlahan
merupakan grup.
 Aksioma formal
Jika unsur-unsurnya dikosongkan dari arti, namun masih dimungkinkan
adanya unsur atau relasi yang dinyatakan dengan bahasa biasa, antara lain
terlihat dengan masih bermaknanya kata “atau” dan “dan” dalam logika.
Contoh <G, +> merupakan grup jika dan hanya jika memenuhi sifat tertutup,
asosiatif, memiliki elemen identitas dan setiap elemen memiliki invers.
 Aksioma yang diformalkan
Jika semua unsur termasuk tanda logika dikosongkan dari makna,
sedemikian hingga semua unsur diperlakukan sebagai simbol belaka. Contoh
<G, *> merupakan grup jika dan hanya jika memenuhi sifat tertutup,
asosiatif, memiliki elemen identitas dan setiap elemen memiliki invers.
Konsep Bukan Pangkal
Di dalam struktur matematika terdapat konsep-konsep yang
didefinisikan berdasarkan konsep-konsep terdahulu. Konsep
semacam ini sering disebut konsep bukan pangkal. Selain itu
konsep dalam tulisan ini diartikan sebagai ”ide abstrak yang
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan atau
menggolongkan”. Dan suatu konsep dapat dibentuk melalui suatu
abstraksi. Misalkan dalam kehidupan sehari-hari kita dapat
mengatakan bahwa sepeda, sepeda motor, mobil, kereta api,
becak adalah kendaraan. Tetapi pohon, batu, gunung, almari
bukan kendaraan. Jelas bahwa kendaraan adalah suatu konsep.
Konsep kendaraan ini diperoleh dari suatu abstraksi dengan
memandang beberapa sifat tertentu dari kendaraan dan
menggugurkan sifat-sifat yang tidak diperlukan.
Konsep dan
Pembentukannya
Dalam matematika dikenal beberapa konsep,
diantaranya “segitiga”, “fungsi”, “bilangan”, “ruang
topologi”, “jarak” dan masih banyak lagi. Jika
dikatakan “fungsi” maka ide itu dapat digunakan untuk
mengadakan pengelompokan atau pengklasifikasian,
sedemikian hingga suatu pemasangan atau relasi dapat
dimasukkan fungsi atau bukan. Demikian pula konsep-
konsep yang lain. Sehingga timbul pertanyaan
bagaimana pembentukan suatu konsep itu? Ternyata
pembentukan suatu konsep dapat melalui: (1) abstraksi,
(2) idealisasi, (3) abstraksi dan idealisasi dan (4)
penambahan syarat pada konsep terdahulu.
Abstraksi
Suatu abstraksi terjadi jika kita memandang
beberapa obyek kemudian kita “gugurkan” sifat-sifat
atau ciri-ciri dari obyek itu yang dianggap tidak
penting, atau tidak diperlukan dan akhirnya hanya
diperhatikan atau diambil sifat penting yang dimiliki
bersama. Dengan menggugurkan sifat-sifat hakiki yang
dimiliki masing-masing himpunan dan urutan yang
mungkin dari masing-masing anggota, akan diperoleh
satu sifat berserikat yang dimiliki oleh himpunan
tersebut.
Idealisasi
Idealisasi terjadi bila kita berhadapan dengan
obyek tertentu yang tidak sempurna, misalnya tidak
lurus benar, tidak rata benar, tidak mulus benar,
kemudian kita menganggapnya sempurna.
Contoh : Tepi meja sebenarnya tidak lurus benar,
tetapi dalam menyelesaikan soal tentang tepi meja itu
kita menganggapnya lurus benar. Permukaan meja
tidak rata benar, tetapi dalam menyelesaikan soal
tentang meja itu dianggap rata benar. Sebenarnya
bangun-bangun geometri hanya ada dipikiran bukan
suatu benda konkrit.
Absrtaksi dan Idealisasi
Pembentukan konsep juga bisa terjadi dengan
abstraksi dan idealisasi sekaligus.
Contoh: Kalau diberikan beberapa buah benda
berbentuk kubus, ada yang terbuat dari kawat, kayu,
ataupun karton. Kemudian dibuat gambar kubus yang
mewakili benda-benda itu. Dalam hal ini tidak
dihiraukan lagi apakah benda itu terbuat dari kayu,
kawat, ataupun karton. Sehingga kita telah
menggugurkan sifat benda itu, dengan kata lain telah
terjadi suatu abstraksi. Begitu juga kita menganggap
bahwa kawat tersebut lurus benar, karton tersebut rata
benar, kayu tersebut rata benar. Sehingga kita telah
melakukan idealisasi.
Penambahan pada Konsep
Terdahulu

Suatu konsep juga dapat dibentuk dengan


menambahkan satu atau lebih sifat pada konsep
pangkal. Perhatikan konsep tentang fungsi “fungsi
adalah suatu relasi yang memasangkan setiap anggota
himpunan pertama dengan tepat satu kepada himpunan
kedua”. Dalam hal ini fungsi dapat dibentuk dari
konsep “relasi” dengan menambahkan sifat bahwa
“setiap anggota himpunan pertama dengan tepat satu
kepada himpunan kedua”.
Definisi atau Batasan
Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu
konsep. “trapesium” adalah suatu konsep. Sedangkan
definisi trapesium adalah “trapesium adalah segi empat
yang terjadi jika sebuah segitiga dipotong oleh garis
yang sejajar salah satu sisinya”. Ungkapan tersebut
membatasi konsep trapesium. Ungkapan tersebut
belum memiliki nilai kebenaran, tetapi setelah
ditetapkan pada suatu struktur tertentu maka ungkapan
tersebut memiliki nilai kebenaran “benar”. Terdapat
beberapa klasifikasi dari definisi yaitu, (a) klasifikasi
menurut jenisnya, (b) klasifikasi menurut unsur-
unsurnya.
Klasifikasi Menurut Jenisnya
1. Definisi Analitik
Suatu definisi dikatakan analitik jika definisi tersebut
menyebutkan genus proksimum dan deferensia spesifika. Genus
proksimum dimaksudkan sebagi keluarga terdekat, sedangkan
deferensia spesifika dimaksudkan sebagai pembeda khusus.
Contoh:
a) Fungsi injektif (satu-satu) adalah fungsi yang setiap daerah hasilnya
memiliki prapeta tepat satu.
b) Fungsi injektif adalah suatu relasi yang memasangkan setiap anggota
himpunan pertama dengan tepat satu ke himpunan kedua dan anggota
himpunan kedua yang memiliki pasangan, pasangannya tepat satu
pada himpunan pertama.
Jelas bahwa contoh a) menunjukkan genus proksimum yaitu
“fungsi”, sedangkan b) tidak menyebutkan genus proksimum.
Sehingga definisi a) lebih ekonomis dari pada definisi b).
Klasifikasi Menurut Jenisnya
2. Definisi Genetik
Suatu definisi dikatakan genetik jika definisi tersebut
menunjukkan atau mengungkapkan cara terjadinya atau
membentuknya konsep yang didefinisikan.
Contoh :
• Jaring-jaring limas adalah bangun yang terjadi jika sisi-
sisi limas direbahkan dengan poros rusuk alasnya hingga
sampai pada bidang pemuat alasnya.
• Trapesium adalah segi empat yang terjadi jika sebuah
segitiga dipotong oleh garis yang sejajar salah satu
sisinya.
Klasifikasi Menurut Jenisnya
•2.   Definisi dengan Rumus
Suatu definisi selain diungkapkan dalam bentuk
kalimat biasa juga dapat diungkapkan dengan kalimat
matematika. Sehingga definisi juga dapat dinyatakan
dengan rumus. Contohnya:
Dalam ilmu bilangan sering dijumpai:

Dalam analisis fungsi didefinisikan sebagai:

Dalam kombinatorik:
Klasifikasi Menurut Unsur-unsurnya
Unsur-unsur yang membentuk definisi adalah latar
belakang, genus, istilah yang didefinisikan, dan atribut.
Perhatikan definisi dari barisan: “Barisan bilangan real
adalah suatu fungsi dari bilangan asli N dengan range
bilangan real”. Jika kita gunakan kata “jika dan hanya jika”
definisi tersebut menjadi “Suatu fungsi disebut barisan
bilangan real jika dan hanya jika domainya bilangan asli N
dan rangenya bilangan real”. Dari definisi kedua jelas
terlihat dengan mudah, latar belakangnya “bilangan real”;
genusnya “fungsi”; istilah yang didefinisikan “barisan
bilangan real”; sedangkan atributnya adalah “domainya
bilangan asli N dan rangenya bilangan real”.
Pernyataan bukan Pangkal
Pada pembahasan sebelumnya telah diketahui
bahwa aksioma merupakan pernyataan pangkal.
Sekarang kita diskusikan suatu pernyataan lain yang
dapat diturunkan dari aksioma, yang sering disebut
teorema. Jika aksioma kebenaranya disepakati atau
tidak perlu bukti. Tetapi teorema merupakan
pernyataan yang harus dapat dibuktikan kebenaranya.
Selain teorema sering juga ditemui lemma, corrolary.
Lemma ini juga merupakan pernyataan bukan pangkal
hanya fungsinya lebih kecil dari teorema. Corollary
merupakan pernyataan akibat dari suatu teorema, atau
sering disebut teorema akibat.
Teorema dan Menemukannya
Teorema adalah salah satu perwujudan dari obyek
matematika yang disebut “prinsip”. Dalam suatu teorema
ataupun sifat mungkin terdapat fakta konsep maupun operasi
yang terkait. Dalam teorema terdapat hubungan “jika
….maka….”, baik dalam bentuk sederhana maupun dalam
bentuk kompleks. Suatu teorema dapat dalam bentuk kalimat
yang panjang, dapat juga dalam bentuk pendek atau rumus.
Suatu teorema ditemukan tidak hanya melalui pemikiran
deduktif, tetapi dapat juga ditemukan melalui pemikiran induktif
atau pengalaman lapangan dan data empirik. Namun demikian
setelah ditemukan harus dapat dibuktikan kebenaranya dengan
pola pikir deduktif dalam strukturnya. Dapat juga teorema
ditemukan melalui pola, coba-coba ataupun konjengtur, namun
setelah ditemukan harus dapat dibuktikan dalam strukturnya.
Unsur-unsur Teorema
Suatu teorema biasanya dapat dinyatakan dalam bentuk
implikasi, walaupun tidak jarang yang dalam bentuk
biimplikasi. Jika suatu pernyataan dalam bentuk implikasi ”Jika
… maka … ” dapat ditinjau unsur-unsurnya. Unsur-unsur
teorema tersebut adalah (a) latar belakang; (b) hipotesis dan (c)
konsekuen.
Contoh: Sudut-sudut segitiga sama kaki adalah sama besar.
Pernyataan tersebut dapat diubah menjadi implikasi “Jika
sebuah segitiga sama kaki maka sudut-sudut alasnya sama”.
Dari pernyataan terakhir dapat ditemukan dengan mudah latar
belakangnya “segitiga”, hipotesisnya “segitiga samakaki” dan
konsekuennya “sudut-sudut alasnya sama”.
Hipotesis dari teorema merupakan bagian yang diketahui,
sedangkan konsekuen suatu teorema merupakan bagian yang
akan dibuktikan kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai