Pneumonia

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

KESEHATAN ANAK

Dwi Kiswanti PNEUMONIA


PBd19.001 PADA ANAK DAN
CARA
PENCEGAHANNYA
PNEUMONIA

Pneumonia adalah salah satu penyakit


peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran
pernafasan bawah akut dengan batuk
dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi asing, berupa radang
paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi).
Klasifikasi Pneumonia

Berdasarkan cirri radiologis dan gejala klinis

Berdasarkan factor lingkungan

Berdasarkan sindrom klinis


Berdasarkan cirri
radiologis dan gejala klinis

1. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda


pneumonia lobaris dengan opasitas lobus
atau loburis
2. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan
repirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrast paru bilateral yang
difus
Berdasarkan factor
lingkungan

1.Pneumonia komunitas
2.Pneumonia nosokomial
3.Pneumonia rekurens
4.Pneumonia aspirasi
5.Pneumonia pada
gangguan imun
6.Pneumonia hipostatik
Berdasarkan sindrom klinis

1. Pneumonia bakterial berupa: pneumonia


bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenal parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan pneumonia lobar
serta pneumonia bakterial tipe campuran
atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan
dan jarang disertai konsolidasi paru.
2. Pneumonia non bakterial, dikenal
pneumonia atipikal yang
disebabkanMycoplasma, Chlamydia
pneumonia atau Legionella.
Klasifikasi Pneumonia pada
Anak Berdasarkan Umur

Kelompok Umur 2 bulan - < 5 tahun dan Kriteria Pneumonia


Batuk Bukan Pneumonia, serta Gejala Klinis Tidak ada nafas
cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian Bawah
Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun dan Kriteria Pneumonia
yaitu ada Pneumonia,serta gejala Klinis Adanya nafas cepat
dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Kelompok umur 2 bulan - < 5 Tahun dan kriteria pneumonia
Berat serta gejala Klinis Adanya nafas cepat dan adanya
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Kelompok umur < 2 bulan,Kriteria
Bukan Pneumonia serta gejala klinis
Tidak ada nafas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam yang kuat
Kelompok umur < 2 bulan, kriteria
Pneumonia Berat serta Gejala Klinis
Adanyan nafas cepat dan tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam
yang kuat
Etiologi Pneumonia

1. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut.


2. Virus Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui
transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai
penyebab utama pneumonia virus.)
3. Jamur
4. Protozoa
5. Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
Patofisilogi Pneumonia

Penyebab pneumonia dapat virus, bakteri, jamur,


protozoa, atau riketsia, pneumonitis
hipersensitivitas dapat menyebabkan penyakit
primer. Pneumonia terjadi akibat aspirasi. Pada
klien yang diintubasi, kolonisasi trakhea dan
terjadi mikroaspirasi sekresi saluran pernapasan
atas yang terinfeksi.
Tanda Gejala Pneumonia

Sebagian besar Gambaran klinis pneumonia anak-balita berkisar


antara ringan sampai sedang hingga dapat berobat jalan saja. Hanya
sebagian kecil berupa penyakit berat mengancam kehidupan dan
perlu rawat-inap. Secara umum gambaran klinis pneumonia
diklasifikasi menjadi 2 kelompok yaitu :
Gejala umum : Demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang,
gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare.
Gejala respiratorik : Batuk, napas cepat (tachypnoe / fast breathing),
napas sesak (retraksi dada/chest indrawing), napas cuping hidung,
air hunger dan sianosis.
Hipoksia merupakan tanda klinis
pneumonia berat. Anak
pneumonia dengan hipoksemia
5 kali lebih sering meninggal
dibandingkan dengan
pneumonia tanpa hipoksemia
(Kementerian Kesehatan RI,
2010).
Faktor Risiko Pneumonia

Faktor risiko adalah faktor atau keadaan yang


mengakibatkan seorang anak rentan menjadi sakit
atau sakitnya menjadi berat
1. Faktor Lingkungan
Kualitas udara dalam rumah
Polusi udara yang berasal dari pembakaran di
dapur dan di dalam rumah mempunyai peran
pada risiko kematian balita di beberapa negara
berkembang.
Ventilasi Udara Dalam Rumah
Ventilasi mempunyai fungsi sebagai sarana sirkulasi udara segar masuk
ke dalam rumah dan udara kotor keluar rumah dengan tujuan untuk
menjaga kelembaban udara didalam ruangan. Rumah yang tidak
dilengkapi sarana ventilasi akan menyebabkan suplai udara segar
didalam rumah menjadi sangan minimal.
Ketika fungsi pernafasan bayi atau balita terpengaruh, maka kekebalan
tubuh balita akan menurun dan menyebabkan balita mudah terkena
infeksi dari bakteri penyebab pneumonia
a. Jenis Lantai Rumah
b. Kepadatan Hunian Rumah
c. Kebiasaan merokok didalam rumah

pneumonia Faktor Individu anak


a) Berat Badan Lahir
b) Status Gizi
c) Pemberian ASI Eksklusif
Penatalaksanaan Pneumonia

Salah satu penatalaksanaan pneumonia dalam bagan MTBS adalah kunjungan ulang
pada balita setelah 2 hari, memiliki tujuan untuk menilai derajat pneumonia,
melakukan perawatan dan pengobatan dengan antibiotika (Unicef & WHO, 2006).
Tatalaksana pada balita dengan pneumonia yang mengalami nafas cepat adalah
dengan pemberian oksigen.Pemberian oksigen pada bayi muda kurang dari 2 bulan
dengan pernafasan merintih (grunting), bayi muda dengan infeksi saluran
pernafasan bagian bawah yang memiliki risiko terjadi apnea dan kegagalan
pernafasan jika tidak diberikan oksigen pada saat dibutuhkan. Pada balita usia 2
bulan hingga 5 tahun diberikan oksigen jika frekuensi pernafasan 70 kali/menit atau
lebih. Terapi lain adalah pemberian antibiotik yang sesuai dengan bagan MTBS
adalah cotrimoxazole.
Penularan Pneumonia

Menurut WHO (2016), pneumonia dapat menyebar dalam


beberapa cara. Virus dan bakteri biasanya ditemukan di
hidung atau tenggorokan anak yang dapat menginfeksi
paru – paru jika dihirup.Virus dan bakteri juga dapat
menyebar melalui droplet udara lewat batuk atau
bersin.Selain itu, radang paru – paru bisa menyebar
melalui darah, terutama selama dan segera setelah lahir.
(WHO, 2016).
Pencegahan Pneumonia

Menurut Kemenkes (2010) pencegahan pneumonia selain dengan


menghindarkan atau mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi,
pelatihan petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan pedoman diagnosis dan
pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif, dan
waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat.
Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan
cakupan imunisasi, dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula
mengurangi faktor risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa mencuci
tangan dapat mengurangi kejadian pneumonia. (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
Usaha untuk mencegah pneumonia ada 2
menurut Kementerian Kesehatan RI, 2010 yaitu:
1.Pencegahan Non spesifik, yaitu:
Meningkatkan derajat sosio-ekonomi
Lingkungan yang bersih, bebas polusi
2.Pencegahan Spesifik
Cegah BBLR
Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang
Berikan imunisas.
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan
Kejadian Pneumonia

Adanya anggota keluarga serumah mempunyai kebiasaan


merokok dapat memperbesar risiko untuk menderita
gangguan pernapasan. Pencemaran udara di rumah terjadi
akibat asap rokok, dapat mengganggu saluran pernapasan
dan memicu pneumonia balita. Jumlah batang rokok
dihisap mengindikasikan jumlah nikotin melekat pada
selaput paru dan lapisan mukosa laring. Adanya nikotin
melekat pada selaput paru mempermudah infeksi
pneumonia (Alnur, Ismail, & Padmawati, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Rony Darmawansyah Alnur menemukan
hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga serumah dengan
kejadian pneumonia pada balita. Penelusuran pada lokasi merokok
keluarga serumah menunjukkan bahwa dari total 104 orang keluarga
serumah yang merokok, sebanyak 35 orang (33,36%) memiliki kebiasaan
merokok di dalam rumah dan memiliki hubungan dengan kejadian
pneumonia pada balita di Kabupaten Bantul. Penelitian ini menemukan
94 orang (90,38%) ayah balita pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol memiliki kebiasaan merokok namun pada analisis statistik yang
dilakukan tidak ditemukan hubungan antara status merokok ayah balita
dengan kejadian pneumonia pada balita di Bantul. Asap rokok yang
bersumber dari keluarga serumah merupakan bahan pencemaran dalam
ruang atau tempaat tinggal balita. Paparan yang terus-menerus akan
berdampak pada gangguan pernapasan.
SEKIAN &
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai