2.a. K3 Pertambangan

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 77

Selamat Datang

Peserta

K3 PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
PEMEGANG SANKSI TIDAK
IZIN ADMINISTRATIF MEMENUHI

KEWAJIBAN Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK
PEMOHON Operasi Produksi :
1. Melaksanakan kaidah pertambangan yang baik (pasal 3 ayat 1)
a. Mengangkat KTT dan memiliki tenaga teknis pertambangan yg kompeten (pasal 7)
PROSES WIUP/K b. Menunjuk KTBT (untuk IUP/K OP dng metode penambangan bawah tanah)
c. Menggunakan metode eksplorasi, penambangan, pengolahan dan/atau
pemurnian, pengangkutan sesuai RKAB Tahunan (pasal 12)
d. Menyusun rencana kerja yang trasnparan, akuntabel dan rasional
SK WIUP/K e. Melaksanakan kegiatan pertambangan yang tuntas dan optimum sesuai rencana
kerja dan memenuhi kelaikan teknis
2. Melaksanakan ketentuan keselamatan pertambangan berdasarkan studi kelayakan,
PROSES IUP/K EKSPLORASI dokumen lingkungan hidup, dan RKAB Tahunan yang telah disetujui (pasal 14)
3. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (pasal 18 ayat 1)
4. Melakukan audit internal penerapan SMKP paling sedikit 1 kali dalam 1 tahun (ayat 3)
SK IUP/K 5. Melakukan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan sesuai dokumen lingkungan
hidup (pasal 20)
EKSPLORASI 6. Menyampaikan rencana reklamasi sesuai dokumen lingkungan hidup (pasal 22)
7. Menempatkan jaminan reklamasi sesuai penetapan (pasal 22)
8. Melaksanakan reklamasi dan melaporkan pelaksanaan reklamasi (pasal 22)
PROSES IUP/K OP 9. Menyampaikan rencana pascatambang, pelaksanaan dan melaporkan untuk
pemegang IUP/K OP (pasal 22)
10. Melakukan upaya konservasi mineral dan batubara berdasarkan RKAB Tahunan dan
SK IUP/K OP studi kelayakan yang telah disetujui (pasal 24)
11. Melaksanakan pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang bangun,
pengembangan dan penerapan teknologi pertambangan (pasal 27)
12. Menerapkan standar kompetensi kerja khusus, standar kompetensi kerja nasional
Indonesia, serta standar nasional Indonesia (pasal 28)

IZIN HABIS
MEMENUHI
Pemegang IUP dan IUPK Wajib melaksanakan:
UU No.4 Th 2009 Psl 96 PP 55 Th 2010 Psl 16

Ketentuan
K3 Pertambangan
Keselamatan
Operasi Pertambangan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Pertambangan Reklamasi dan Pasca
tambang
Konservasi Sumberdaya
Mineral & Batubara

pengelolaan sisa tambang dr suatu kegiatan


usaha pertambangan dlm bentuk padat, cair,
atau gas sampai memenuhi standar baku mutu
lingkgn sblum dilepas ke media lingkungan
EG -IBP - 06 - 2011 3
PEMBINAAN & PENGAWASAN PERTAMBANGAN
Psl 139 & 140 - UU No. 4/2009, Pasal 2 & 13 - PP No. 55/2010

Pemprov Menteri Pemprov

Pemkab/Pemkot
IUP, IPR, IUPK

Pemberian
Pedoman & Standar

Perencanaan,
Penelitian, Pemberian:
Bimbingan,
Pengembangan PEMBINAAN Supervisi,
Pemantauan, & Konsultasi
Evaluasi
4
Pendidikan & Pelatihan
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR 23
TAHUN 2014
Inspektur
Menteri Tambang

IUP, IPR, IUPK

Pemberian
Pedoman & Standar

Perencanaan,
Penelitian, Pemberian:
Bimbingan,
Pengembangan PEMBINAAN Supervisi,
Pemantauan, & Konsultasi
Evaluasi
5
Pendidikan & Pelatihan
Pengawasan Pertambangan
Psl 141 - UU No.4 Th 2009
Ruang
Psl 16 & 17 PP 55 Th 2010 Sasaran
Lingkup

Keselamatan Operasi Obyek


Pertambangan

K3 Pertambangan
Teknis Pertambangan

Pengelolaan GMP
Lingkungan Hidup
Reklamasi dan Pasca
Konservasi
Tambang
Sumberdaya Mineral
& Batubara
Penguasaan,
Pengembangan &
Pnrapan Teknologi

INSPEKTUR TAMBANG
PENGAWASAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
I. K3 PERTAMBANGAN II. KESELAMATAN OPERASI (KO) PERTAMBANGAN
(Pasal 26 PP Nomor 55 Tahun 2010) (Pasal 27 PP Nomor 55 Tahun 2010)
 Sasaran:  Sasaran:
Menghindari Kecelakaan dan Penyakit Terciptanya kegiatan operasi pertambangan
Akibat Kerja yang aman dan selamat.
 Objek:  Objek:
a. Keselamatan Kerja a. Sistem dan Pelaksanaan
b. Kesehatan Kerja Pemeliharaan/Perawatan Sarana,
c. Lingkungan Kerja Prasarana, Instalasi dan Peralatan
d. Sistem Manajemen K3 Pertambangan;
b. Pengamanan Instalasi;
c. Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi,
dan Peralatan Pertambangan
d. Kompetensi Tenaga Teknik
e. Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis
Pertambangan
PENGAWASAN K3 PERTAMBANGAN
(PASAL 26, PP 55 TAHUN 2010)

KESELAMATAN KESEHATAN LINGKUNGAN SISTEM


KERJA KERJA KERJA MANAJEMEN
K3

•Manajemen •Ergonomic •Debu


Risiko •Higienis & Sanitasi •Kebisingan
•Manajemen •Getaran
Keadaan darurat •Program
•Pengelolaan Mkn, •Pencahayaan
•Administrasi
Mnum, & Gizi •Udara
•Program
•Diklat •Ventilasi
•Diagnosis Penyakit
•Inspeksi •Faktor Kimia
•Penyelidikan •Radiasi
•Faktor Biologi
•Kebersihan
PENGAWASAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Hukum & Peraturan Keselamatan Pertambangan

 UU No. 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah


 UU No. 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
 UU No. 3 Th 2020 ttg Perubahan UU No. 4 Th 20029
 UU No. 13 Tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan
 UU No. 1 Tahun 1970 ttg Keselamatan Kerja
 PP No. 55 Tahun 2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan Pertbngan Minerba
 PP No.19 Tahun 1973 ttg Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan
 Permen ESDM No 26 Tahun 2018 ttg Pelaksanaan Kaidah Pertambnagan Yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Minerba
 Kepmen ESDM NO 1827.K/30/MEM/2018 ttg Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambnagan Yang Baik

Pemerintah Perusahaan

• Kepala Teknik Tambang


• Organisasi dan Personil KP
• Kepala Inspektur Tambang • Program KP
• Inspektur Tambang • Anggaran & Biaya
• Dokumen & Laporan KP 9
PENTINGNYA ADMINISTRASI & LAPORAN KP
Pengusaha baru dapat memulai usaha pertambangan
Pemberitahuan setelah memberitahukan secara tertulis kepada KAIT
Secara Tertulis
Kepada KAIT

LAPORAN

Kegiatan Pertambangan Dimulai

ADMINISTRASI

(1) Kegiatan eksplorasi atau eksploitasi baru


dapat dimulai setelah pemegang Kuasa
Adanya Pertambangan memiliki KTT.
KTT (2) Pengusaha wajib menunjuk KTT dan
mendapat pengesahan KAIT.
 Evaluasi terhadap Laporan Berkala dan/atau sewaktu-waktu

 Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu

 Penilaian keberhasilan Pelaksanaan Program & Kegiatan

 Pengaturan K3 Dan Keselamatan Operasi

 INSPEKSI, PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN


 Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat

 Menghentikan sementara waktu sebagian atau seluruh kegiatan


pertambangan

 Mengusulkan penghentian sementar menjadi Penghentian Tetap


kepada KAIT
KEPMEN NOMOR
1827.K/30/MEM/2018

TENTANG
PEDOMAN KAIDAH TEKNIK
PERTAMBANGAN YANG BAIK
PENGERTIAN
Kepala Inspektur Tambang adalah pejabat yang secara ex-officio menduduki
jabatan Direktur yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang keteknikan
dan lingkungan pertambangan minerba pada kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan batubara.

Inspektur Tambang adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas, tanggung
jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kaidah
teknik pertambangan yang baik serta kaidah teknik Pengolahan dan/atau
Pemurnian. (PERMEN NO 26 TAHUN 2018)
PENGERTIAN (lanjutan....)
Kepala Teknik Tambang yang selanjutnya disingkat KTT adalah seseorang yang
memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan pertambangan yang
memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya operasional pertambangan
sesuai dengan kaidah teknik pertambangan yang baik. (PERMEN ESDM NO 26 TH
2018)

Kepala Tambang Bawah Tanah yang selanjutnya disingkat KTBT adalah seseorang
yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur tambang bawah tanah yang bertugas
memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya operasional tambang
bawah tanah sesuai dengan kaidah teknik pertambangan yang baik. (PERMEN
ESDM NO 26 TH 2018)

Penanggungjawab Teknik dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PTL adalah


seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan yang
bertugas memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan
operasional Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai dengan kaidah teknik
Pengolahan dan/atau Pemurnian. (PERMEN ESDM NO 26 TH 2018)
PENGERTIAN (lanjutan....)
Pengawas Operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan bertanggung jawab
kepada KTT/PTL dalam melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian kegiatan
operasional pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan yang
baik.

Pengawas Teknis adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan bertanggung jawab kepada
KTT/PTL atas keselamatan pemasangan, pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengujian
terhadap sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan yang menjadi tanggung
jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan Mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.
PENGERTIAN (lanjutan....)
Penanggung Jawab Operasional yang selanjutnya disingkat PJO adalah orang yang
menduduki jabatan tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan jasa pertambangan di
wilayah kegiatan usaha pertambangan, dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas
dilaksanakan dan ditaatinya peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.

Kartu Pengawas Operasional selanjutnya disebut KPO adalah kartu yang dimiliki oleh
pengawas operasional yang diterbitkan dan disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB KTT / PTL
a. membuat peraturan internal perusahaan mengenai penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik;
b. mengangkat pengawas operasional dan pengawas teknis;
c. mengesahkan PJO;
d. melakukan evaluasi kinerja PJO;
e. memastikan semua perusahaan jasa pertambangan yang beroperasi di bawahnya
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
f. menerapkan standar sesuai dengan ketentuan perundangundangan;
g. menyampaikan laporan kegiatan jasa pertambangan kepada KaIT sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
h. memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten sesuai peraturan;
i. melaksanakan manajemen risiko pada setiap proses bisnis dan subproses kegiatan
pertambangan;
j. menerapkan sistem manajemen keselamatan pertambangan dan melakukan
pengawasan penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan yang
dilaksanakan oleh perusahaan jasa pertambangan yang bekerja di wilayah tanggung
jawabnya;
k. melaporkan penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik kepada KaIT, baik laporan
berkala, akhir, dan/atau khusus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB KTT / PTL (lanjutan ....)

l. melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkala


sesuai dengan bentuk yang ditetapkan;
m. melaporkan jumlah pengadaan, penggunaan, penyimpanan, dan persediaan bahan dan
limbah berbahaya dan beracun secara berkala setiap 6 (enam) bulan;
n. melaporkan adanya gejala yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
o. menyampaikan laporan kasus lingkungan paling lambat 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam
setelah terjadinya kasus lingkungan berikut upaya penanggulangannya;
p. menyampaikan pemberitahuan awal dan melaporkan kecelakaan, kejadian berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan penyakit akibat kerja;
q. menyampaikan laporan audit internal penerapan sistem manajemen keselamatan
pertambangan mineral dan batubara;
r. menetapkan tata cara baku untuk penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan pada tempat yang berpotensi menimbulkan perusakan dan pencemaran
lingkungan;
s. menetapkan tata cara baku untuk penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik;
t. melaksanakan konservasi sumber daya mineral dan batubara; dan
u. KTT menetapkan tata cara baku kegiatan pengelolaan teknis pertambangan mineral dan
batubara.
TUGAS DAN FUNGSI KTBT

a) mengatur semua kegiatan dalam operasi penambangan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan dan petunjuk dari KTT;

b) memastikan bahwa dilakukan pencatatan yang teliti terhadap jumlah


orang yang masuk setiap gilir kerja pada tambang bawah tanah;

c) menjamin persediaan dan penyaluran barang kebutuhan pendukung


kegiatan tambang bawah tanah; dan

d) melakukan pemeriksaan terhadap semua administrasi dan bagian-bagian


tambang bawah tanah yang paling kurang sekali dalam 3 (tiga) bulan.
PERSYARATAN ADMINISTRATIF PENGAWAS OPERASIONAL

a. salinan sertifikat kompetensi operasional yang dikeluarkan oleh lembaga yang menangani
sertifikasi, dan sudah teregistrasi di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Selain sertifikat ini,
dapat juga menggunakan sertifikat dari KaIT. Sertifikat dari KaIT adalah sertifikat kursus KTT/PTL
yang dikeluarkan sebelum tahun 2003, sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Pertama,
Madya, dan Utama (POP, POM, dan POU) yang ditandatangani oleh KaIT, dan sertifikat kualifikasi
yang diakui oleh KaIT;
b. pas foto latar belakang biru ukuran 2 x 3 (dua kali tiga) cm sebanyak 1 (satu) lembar;
c. salinan Kartu Tanda Penduduk;
d. daftar riwayat hidup paling kurang meliputi data diri, jabatan struktural di perusahaan, dan
pengalaman bekerja sebagai pengawas;
e. surat pernyataan KTT/PTL yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menjabat pengawas di
perusahaan, dengan menyertakan nama area yang menjadi tanggung jawab masingmasing
pengawas tersebut;
f. surat pernyataan bermaterai kebenaran dokumen dari manajemen;
g. softcopy dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f; dan
h. permohonan dapat dilakukan secara sistem dalam jaringan (online) melalui website yang telah
ditentukan atau secara offline kepada Kepala Dinas.
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
PENGAWAS OPERASIONAL

1. bertanggung jawab kepada KTT / PTL untuk


keselamatan dan kesehatan semua pekerja tambang
yang menjadi bawahannya;
2. melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
3. bertanggung jawab kepada KTT / PTL atas
keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan dari
semua orang yang ditugaskan kepadanya; dan
4. membuat dan menandatangani laporan
pemeriksaan, inspeksi, dan pengujian;
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
PENGAWAS TEKNIS

1) bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan pemasangan dan pekerjaan serta
pemeliharan yang benar semua sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan yang menjadi tugasnya;
2) merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang telah
direncanakan serta semua perbaikan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan yang dipergunakan.
3) mengawasi dan memeriksa semua sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan dalam ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya;
4) menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan;
5) melaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan pertambangan sebelum digunakan, setelah dipasang kembali, dan/atau
diperbaiki; dan
6) membuat dan menandatangani laporan dari penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan;
PERSYARATAN PJO
1) Persyaratan Administratif yang terdiri atas:
a) pekerja perusahaan jasa pertambangan;
b) riwayat hidup calon PJO;
c) memiliki jabatan tertinggi dibuktikan dalam struktur organisasi perusahaan jasa pertambangan
(di site) yang ditandatangani oleh Direksi dengan cap basah;
d) surat pernyataan dukungan dari Direksi Perusahaan jasa pertambangan;
e) surat pernyataan komitmen calon PJO;
f) bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai PJO maka dilanjutkan dengan lulus Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia dengan predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6
(enam) bulan. KTT dapat membatalkan kembali pengesahan bila belum lulus Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia dalam waktu yang ditetapkan;
g) syarat lain yang ditentukan oleh KTT.
2) Persyaratan Teknis yang terdiri atas:
a) memahami aspek pengelolaan usaha jasa pertambangan sesuai dengan peraturan;
b) memahami aspek teknis pertambangan, konservasi, keselamatan pertambangan, dan
perlindungan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) memahami kewajiban dan sanksi usaha jasa pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
d) jenjang sertifikat kompetensi pengawas operasional atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT yang ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis oleh KTT
PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

RUANG LINGKUP TERDIRI ATAS :


EKSPLORASI,
STUDI KELAYAKAN,
KONSTRUKSI,
PENGUJIAN ALAT PERTAMBANGAN (COMMISIONING),
PEMANFAATAN TEKNOLOGI, KEMAMPUAN REKAYASA, RANCANG BANGUN,
PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PERTAMBANGAN,
PEMASANGAN TANDA BATAS,
PENAMBANGAN,
PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN,
PENGANGKUTAN,
DAN PENGELOLAAN TEKNIS PASCATAMBANG.
 Orang yang Berkompeten (Competent Person) adalah orang
yang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman
untuk melakukan pelaporan hasil eksplorasi, estimasi sumber
daya dan estimasi cadangan mineral dan batubara yang
dibuktikan dengan sertifikat kompetensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.

 Pengujian Alat Pertambangan (Commissioning) adalah kegiatan


menilai kesiapan, kelengkapan, kesesuaian, dan kelaikan alat
pertambangan baik berdiri sendiri atau dalam sebuah rangkaian
proses untuk mengetahui kehandalannya.

 Penyangga Alami adalah batuan dengan dimensi tertentu yang


ditinggalkan (tidak ditambang) pada tambang bawah tanah dan
difungsikan sebagai penyangga.
 Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Tahunan yang selanjutnya disebut RKAB
Tahunan adalah rencana kerja dan anggaran biaya tahun berjalan pada kegiatan
usaha pertambangan mineral dan batubara yang meliputi aspek pengusahaan,
aspek teknik, dan aspek lingkungan.

 Rencana Kerja Teknis adalah rencana internal perusahaan yang merupakan


rincian dari studi kelayakan dan/atau RKAB Tahunan yang memuat aspek teknis
pertambangan secara detail yang meliputi dokumen rencana konstruksi,
penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian, dan pengangkutan secara
mingguan, bulanan, atau triwulan yang dapat diperiksa sewaktu-waktu oleh
Inspektur Tambang.

 Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten adalah tenaga pertambangan


yang memiliki pengetahuan, kemampuan, pengalaman, atau sertifikasi
kompetensi bagi area kerja yang telah memiliki standar kompetensi kerja yang
berlaku wajib di bidang eksplorasi/geologi, survei/pemetaan, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian, pengangkutan,
dan/atau reklamasi dan pascatambang yang diakui Pemerintah.
PELAKSANAAN KESELAMATAN PERTAMBAGAN DAN KESELAMATAN PENGOLAHAN DAN /ATAU
PEMURNIAN

1. PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PERTAMBANGAN DAN PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN MINERBA
a. Keselamatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian
b. Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian
c. Lingkungan Kerja
2. PELAKSANAAN KESELAMATAN OPERASI PERTAMBANGAN DAN
PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN MINERAL DAN BATUBARA
a. Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaan/Perawatan Sarana, Prasarana, Instalasi,
dan Peralatan Pertambangan
b. Pengamanan Instalasi
c. Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten di Bid. Keselamatan Operasi
d. Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan
e. Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis Pertambangan
f. Keselamatan Bahan Peledak dan Peledakan
g. Keselamatan Fasilitas Pertambangan
h. Keselamatan Eksplorasi
i. Keselamatan Tambang Permukaan
j. Keselamatan Tambang Bawah Tanah
k. Keselamatan Kapal Keruk/Isap
l. Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian
KECELAKAAN TAMBANG
1) benar - benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak
direncanakan, dan tanpa unsur kesengajaan;
2) mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang
diberi izin oleh kepala teknik tambang (KTT) atau
penanggungjawab teknik dan lingkungan (PTL);
3) akibat kegiatan usaha pertambangan atau pengolahan
dan/atau pemurnian atau akibat kegiatan penunjang
lainnya;
4) terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat
cidera atau setiap saat orang yang diberi izin; dan
5) terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek.
CIDERA AKIBAT KECELAKAAN TAMBANG

1) Cidera Ringan : Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja


tambang tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 (satu) hari dan kurang
dari 3 (tiga) minggu, termasuk hari minggu dan hari libur.
2) Cidera Berat : a) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula selama sama dengan atau lebih dari
3 (tiga) minggu termasuk hari minggu dan hari libur; b) cidera akibat kecelakaan
tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat tetap (invalid); dan c) cidera
akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti salah satu di bawah ini:
(1) keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas jari,
lengan atas, paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak bagian wajah; (2)
pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen; (3) luka berat
atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap; atau
(4) persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
3) Mati : Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat
kecelakaan tersebut.
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN DAN PENGOLAHAN
DAN/ATAU PEMURNIAN

a. Manajemen Risiko
1) komunikasi dan konsultasi, 2) penetapan konteks, 3) identifikasi bahaya, 4) penilaian dan
pengendalian risiko, dan 5) pemantauan dan peninjauan.
b. Program Keselamatan Kerja dibuat dan dilaksanakan untuk mencegah kecelakaan, kejadian
berbahaya, kebakaran, dan kejadian lain yang berbahaya serta menciptakan budaya
keselamatan kerja.
c. Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan kerja : kepada pekerja baru, pekerja tambang untuk
tugas baru, pelatihan untuk menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan atau
pendidikan dan pelatihan lainnya.
d. Kampanye : Kampanye keselamatan kerja direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan dan ketentuan peraturan perundangundangan.
Lanjutan ....
e. Administrasi Keselamatan Kerja mencakup : 1) Buku Tambang 2) Buku Daftar Kecelakaan
Tambang 3) Pelaporan Keselamatan Kerja 4) Rencana Kerja, Anggaran dan Biaya
Keselamatan Kerja 5) Prosedur dan/atau Instruksi Kerja 6) Dokumen dan Laporan
Pemenuhan Kompetensi; dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan serta persyaratan
lainnya.
f. Manajemen Keadaan Darurat mencakup : 1) Identifikasi dan Penilaian Potensi Keadaan Darurat
2) Pencegahan Keadaan Darurat 3) Kesiapsiagaan Keadaan Darurat 4) Respon Keadaan
Darurat 5) Pemulihan Keadaan Darurat
g. Inspeksi Keselamatan Kerja : 1) perencanaan inspeksi; 2) persiapan inspeksi; 3) pelaksanaan
inspeksi; 4) rekomendasi dan tindak lanjut hasil inspeksi; 5) evaluasi inspeksi; dan 6) laporan
dan penyebarluasan hasil inspeksi.
h. Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN
DAN PENGOLAHAN / PEMURNIAN

A. Program Kesehatan Kerja


Pendekatan yaitu promotif, preventif, kuratif, & rehabilitatif. Paling kurang dilaksanakan :
1) Pemeriksaan Kesehatan Kerja mencakup:
a) pemeriksaan kesehatan awal, b) pemeriksaan kesehatan berkala, c) pemeriksaan
kesehatan khusus, d) pemeriksaan kesehatan akhir,.
Tindak lanjut pemeriksaan kesehatan pekerja yang memiliki risiko tinggi dilakukan
dengan: a) menginformasikan kepada pekerja terkait kondisi pekerja yang
bersangkutan; b) menempatkan pekerja pada pekerjaan yang disesuaikan dengan
kondisi pekerja yang bersangkutan; c) melakukan pemantauan, pengobatan, dan
rehabilitasi terhadap pekerja yang bersangkutan.
2) Pelayanan Kesehatan Kerja
Disediakan Tenaga Kesehatan Kerja, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
3) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan : menyediakan petugas, fasilitas, dan
peralatan serta mengadakan pelatihan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Lanjutan ....
4) Pengelolaan Kelelahan Kerja (fatigue) meliputi : a) melakukan identifikasi, evaluasi,
dan pengendalian faktor yang dapat menimbulkan kelelahan pekerja tambang; b)
memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada semua pekerja tambang tentang
pengetahuan pengelolaan dan pencegahan kelelahan khususnya bagi pekerja
dengan waktu kerja bergilir (shift); c) mengatur pola gilir kerja (shift) pekerja
tambang; dan d) melakukan penilaian dan pengelolaan tingkat kelelahan pada
pekerja tambang sebelum awal gilir kerja (shift) dan saat pekerjaan berlangsung.
5) Pengelolaan pekerja tambang yang bekerja pada tempat yang memiliki risiko tinggi :
perlu melakukan hal sebagai berikut : a) memastikan risiko yang ada sudah
dikendalikan secara memadai; b) memberikan pemahaman cara kerja aman dan
konsekuensi bekerja di area tersebut; dan c) bertanggung jawab terhadap efek yang
ditimbulkan akibat pekerjaan tersebut.
6) Rekaman Data Kesehatan Kerja : dipelihara dan dijaga kerahasiaannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rekaman data kesehatan
dianalisis dan dievaluasi sebagai bahan untuk perbaikan kinerja kesehatan kerja.
B. Higiene dan Sanitasi
menyediakan fasilitas untuk tercapainya higienitas & pengelolaan sanitasi di area kerja.
C. Pengelolaan Ergonomi
mengelola kesesuaian antara pekerjaan, lingkungan kerja, peralatan, dan pekerja
Lanjutan ....
d. Pengelolaan Makanan, Minuman, dan Gizi
Pekerja Tambang Pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja tambang dilakukan
dengan memastikan bahwa penyediaan makanan dan minuman telah memenuhi syarat
keamanan, kecukupan, dan higienitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
mempertimbangkan aspek keseimbangan gizi pekerja. Pekerja tambang yang di bawah
pengaruh alkohol dan Napza dilarang bekerja.
e. Diagnosis dan Pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja
Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian tahapan pemeriksaan
klinis, kondisi pekerja tambang, serta lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja ditetapkan
oleh dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. KTT/PTL segera
melaporkan kepada KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT terhadap penyakit akibat kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KTT, PTL atau Inspektur Tambang melakukan penyelidikan terhadap penyakit akibat
kerja berdasarkan pertimbangan KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT. KTT, PTL atau
Inspektur Tambang segera melakukan penyelidikan terhadap semua penyakit akibat
kerja dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam.
Pengelolaan Kesehatan Kerja juga meliputi manajemen risiko, pendidikan dan pelatihan,
administrasi, manajemen keadaan darurat, inspeksi, dan kampanye pengelolaan
kesehatan kerja yang pedoman pelaksanaannya menyesuaikan dengan pedoman
LINGKUNGAN KERJA
Pengelolaan lingkungan kerja dilakukan dengan cara antisipasi, pengenalan, pengukuran
dan penilaian, evaluasi, serta pencegahandan pengendalian bahaya dan risiko di
lingkungan kerja. Pengelolaan lingkungan kerja paling kurang mencakup:
a. pengelolaan debu;
b. pengelolaan kebisingan;
c. pengelolaan getaran;
d. pengelolaan pencahayaan;
e. pengelolaan kuantitas dan kualitas udara kerja;
f. pengelolaan iklim kerja;
g. pengelolaan radiasi;
h. pengelolaan faktor kimia;
i. pengelolaan faktor biologi; dan
j. pengelolaan kebersihan lingkungan kerja.
Pengukuran dan penilaian lingkungan kerja dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan
yang Berkompeten dan mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan Lingkungan Kerja juga meliputi manajemen risiko, pendidikan dan pelatihan,
administrasi, manajemen keadaandarurat, inspeksi, dan kampanye pengelolaan
lingkungan kerja yang pedoman pelaksanaannya menyesuaikan dengan
pedomanpengelolaan keselamatan kerja.
KESELAMATAN OPERASI PERTAMBANGAN
PENGOLAHAN /ATAU PEMURNIAN
1. Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaan/Perawatan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan
Peralatan Pertambangan : a). daftar sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan; b). mengidentifikasi jenis dan karakteristik atas pemeliharaan atau
perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan; c). menyusun dan
menetapkan prosedur pemeliharaan atau perawatan berdasarkan hasil identifikasi jenis
dan karakteristik sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan; d).
merencanakan program dan jadwal pemeliharaan atau perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan; e). melaksanakan pemeliharaan/perawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan; f). evaluasi hasil pelaksanaan
pemeliharaan atau perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan;
dan g). tindak lanjut hasil evaluasi dan peningkatan kinerja pemeliharaan/perawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan.
2. Pengamanan Instalasi : a). daftar instalasi; b). mengidentifikasi kebutuhan pengaman
atas instalasi; c). menyusun dan menetapkan prosedur pengamanan instalasi; d).
menyusun dan menetapkan desain pengamanan instalasi; e). menyusun dan
menetapkan prosedur proses pemasangan instalasi; f). menyusun dan menetapkan
prosedur pemeliharaan pengamanan instalasi; dan g). memantau dan mengevaluasi
sistem pengamanan instalasi.
Lanjutan ....
3. Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten di Bidang Keselamatan Operasi
4. Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan Kelayakan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan dengan melaksanakan uji
dan pemeliharaan kelayakan : a). mengidentifikasi kebutuhan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan sesuai dengan karakteristik kegiatan pertambangannya; b).
menetapkan daftar sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan yang dibutuhkan sesuai
hasil identifikasi; c). menyusun dan menetapkan prosedur pengujian kelayakan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan. d). melaksanakan pengujian kelayakan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan; e). evaluasi hasil pengujian kelayakan sarana,
prasarana, instalasi; dan peralatan terhadap standar yang menjadi acuan; dan f).
menetapkan daftar sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan yang dinyatakan layak
untuk dioperasikan.
5. Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis Pertambangan : dilakukan pada saat awal
kegiatan atau sebelum dimulainya kegiatan pertambangan. Apabila terjadi perubahan
atau modifikasi terhadap proses, sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan maka hasil evaluasinya disampaikan kepada KaIT/Kepala Dinas atas
nama KaIT.
Lanjutan ....

6. Keselamatan Bahan Peledak dan Peledakan


Keselamatan bahan peledak dan peledakan mempertimbangkan :
a. Penyimpanan atau Penimbunan Bahan Peledak
b. Jarak Aman Gudang Bahan Peledak
c. Pengangkutan Bahan Peledak
d. Pemboran untuk Peledakan
e. Peralatan dan perlengkapan peledakan
f. Pekerjaan peledakan
g. Peledakan menggunakan kendali jarak jauh
h. Radius aman peledakan
i. Peledakan dengan penanganan khusus
j. Peledakan tidur
k. Pasca peledakan dan peledakan mangkir
Lanjutan ....

7. Keselamatan Fasilitas Pertambangan


a. Gedung dan Bangunan
b. Perbengkelan
c. Tangki Timbun
d. Tangki Portable
e. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Dalam Kegiatan Pertambangan
f. Stockpile
g. Instalasi Pengolahan Air (IPA)/Water Treatment Plant dan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL)/Waste Water Treatment Plant
h. Laboratorium
Lanjutan ....
8. Keselamatan Eksplorasi
a) Cara kerja yang aman
b) Sistem komunikasi
KTT tidak menugaskan pekerja tambang bekerja seorang diri pada tempat yang
terpencil (remote area) atau dimana ada bahaya yang tidak terduga kecuali tersedia
alat komunikasi yang menghubungkan langsung dengan pekerja lain yang
berdekatan.
c) Pengendalian operasional eksplorasi
Dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko yang muncul pada kegiatan eksplorasi
termasuk penyakit endemik yang ada pada area eksplorasi;
2) melakukan pengendalian terhadap risiko yang muncul secara memadai;
3) menyediakan sarana, prasarana, instalasi dan peralatan secara memadai serta
tenaga teknis pertambangan yang berkompeten yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan
4) menyediakan sarana, prasarana dan peralatan secara memadai serta Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten yang diperlukan untuk pengelolaan
keadaan darurat.
Lanjutan ....
9. Keselamatan Tambang Permukaan
a) Cara kerja yang aman
b) Rencana Kerja Tambang Permukaan
memperhatikan keselamatan operasional yang meliputi:
1) kemiringan lereng tambang dan timbunan; 2) geometri permuka kerja; 3) tahapan
penambangan; 4) dimensi jalan tambang dan jalan angkut; 5) sistem penyaliran; 6)
bendungan; 7) rencana penanganan material lumpur dan penanganan pergerakan tanah;
8) dimensi tanggul pengaman; 9) perencanaan peledakan; dan 10) penanganan lubang
bekas tambang.
c) Operasional Tambang Permukaan
mencakup kegiatan sebagai berikut : 1) pembersihan lahan; 2) penggalian, pemuatan,
dan pengangkutan tanah penutup; 3) penimbunan tanah penutup; 4) penggalian,
pemuatan, dan pengangkutan bahan tambang; 5) penataan lahan; 6) pekerjaan
pendukung tambang permukaan;
Kegiatan sebagaimana dimaksud angka 1 sampai dengan angka 6 di atas
memperhatikan: 1) kesesuaian peralatan yang digunakan pada tambang permukaan; 2)
tata cara pengoperasian peralatan tambang; 3) pengaturan lalu-lintas tambang; 4) sistem
komunikasi dan supervisi; 5) rasio pengawas operasional; 6) kualifikasi pekerja dan
pengawas; dan 7) pengendalian bahaya dan risiko.
Lanjutan ....
10. Keselamatan Tambang Bawah Tanah
a. Jalan Keluar pada Tambang Bawah Tanah : Pada setiap area kerja di tambang bawah
tanah tersedia paling kurang 2 (dua) buah jalan keluar yang mengarah ke permukaan,
kecuali: 1) pembuatan sumuran; 2) Pembuatan jalan keluar ke permukaan atau
terowongan Lain yang terhubung ke permukaan; 3) Pembuatan terowongan eksplorasi
atau terowongan yang Bukan untuk tujuan produksi; dan 4) Area lain yang sudah
dikaji risiko dan penanganan Kemungkinan orang terjebak.
b. Perlindungan Tempat Kerja pada Tambang Bawah Tanah : dengan melakukan
pengamanan terhadap : 1) corongan bijih; 2) daerah berbahaya; dan/atau 3) sumuran
dan bukaan.
c. Penerangan pada Tambang Bawah Tanah
Pastikan setiap tambang bawah tanah memiliki penerangan yang cukup. Pekerja
tambang yang masuk ke dalam tambang bawah tanah agar dilengkapi dengan lampu
kedap gas.
d. Komunikasi pada Tambang Bawah Tanah
Apabila keseluruhan sistem komunikasi mati atau tidak berfungsi, semua pekerja
dalam tambang bawah tanah segera dievakuasi keluar ke permukaan. Komunikasi
pada tambang bawah tanah meliputi : 1) alat dan sistem komunikasi; 2) persyaratan
alat dan sistem komunikasi tambang bawah tanah; 3) tata cara komunikasi dalam
keadaan bahaya; dan 4) petugas pengatur komunikasi.
Lanjutan ....
e. Sumuran dan Derek pada Tambang Bawah Tanah : KTT memastikan bahwa setiap
sumuran, lubang naik, lubang turun, dan jalan melereng termasuk perlengkapannya
terpasang kokoh dan aman serta memastikan bahwa pengoperasiannya dilakukan
dengan aman. Sumuran dan derek pada tambang bawah tanah meliputi : 1)
sumuran dan kegunaannya; 2) angkutan orang melalui sumuran, lubang turun,
lubang naik dan jalan melereng; 3) angkutan material dan bahan tambang melalui
sumuran, lubang turun, lubang naik dan jalan melereng; 4) spesifikasi derek dan
perlengkapannya; 5) pengoperasian derek; 6) pemeriksaaan kawat dan peralatan
pengaman; 7) kawat derek; 8) pemeriksaaan alat pengikat; 9) persyaratan juru
derek; 10) sinyal; 11) pembuatan sumuran dan pengamanannya; 12) pemeriksaan
umum, uji coba dan perawatan sumuran; dan 13) sumuran yang sudah tidak dipakai.

f. Alat Pemanjat Lubang Naik pada Tambang Bawah Tanah : Penggunaan alat pemanjat
lubang naik untuk pengangkutan orang hanya dapat dilakukan apabila alat
pemanjat lubang naik telah memenuhi persyaratan setelah dilakukan pemeriksaan
dan pengujian. Alat pemanjat lubang naik pada tambang bawah tanah meliputi : 1)
konstruksi dan peralatan; 2) tata cara kerja yang aman; dan 3) pemeriksaan dan uji
coba.
Lanjutan ....
g. Pengangkutan Pada Tambang Bawah Tanah : Pengangkutan pada tambang bawah
tanah terdiri atas : 1) jalan pengangkutan; 2) konstruksi jalan rel; 3) kemiringan
memanjang lorong pengangkut; 4) lubang perlindungan manusia; 5) peralatan sistem
pengangkutan; 6) motor bakar; 7) pengisian bahan bakar dan baterai serta
penyimpanan kendaraan; 8) pengangkutan orang; 9) ketentuan kanopi atau kabin
pada kendaraan bergerak bebas dengan kemudi; 10) pencegahan kendaraan
meluncur; 11) komunikasi pada sistem pengangkutan; 12) pemeriksaan dan uji coba
sistem pengangkutan sebelum dioperasikan; 13) pengoperasian sistem
pengangkutan; 14) kawat dan gelendong; 15) jalan pada pengangkutan dengan ban
berjalan (conveyor) dan jarak bebas; 16) komunikasi dan sinyal ban berjalan; 17)
pengaman ban berjalan; 18) rantai berjalan pada permukaan tambang batubara; 19)
perawatan; dan/atau 20) pemeriksaan dan pengujian.
h. Ventilasi pada Tambang Bawah Tanah : Pengaturan ventilasi pada tambang bawah
tanah meliputi: 1) perencanaan sistem ventilasi; 2) jalan masuk udara; 3) standar dan
pengukuran ventilasi, termasuk di dalamnya penyediaan gas detektor; 4) ventilasi
alam; 5) kipas angin utama; 6) sistem kipas angin tambahan dan kipas angin
cadangan; 7) pemasangan kipas angin penguat; 8) jaringan ventilasi; dan 9)
pencegahan kebocoran udara.
Lanjutan ....
i. Penirisan Gas Metana pada Tambang Bawah Tanah : 1) alat deteksi gas metana; 2)
pemantauan kandungan gas metana pada lokomotif atau kendaraan berkemudi; 3)
peralatan dan pengawas; 4) lubang bor, pipa penirisan dan keran; 5) bangunan tertutup
tempat pompa isap gas metana & kalorimeter; 6) pembuangan gas metana.
j. Pencegahan Terhadap Penyulutan Gas dan Debu Mudah meliputi : 1) pencegahan
terhadap penyulutan gas metana; 2) pemeriksaan gas metana; 3) pemeriksaan gas
metana di sekitar peralatan listrik atau mesin diesel; 4) pemeriksaan gas metana sebelum
menggugurkan batuan atap; 5) lokasi pengukuran gas metana; 6) pencegahan terhadap
debu mudah menyala; 7) pengambilan percontoh debu; 8) pengamanan kendaraan pada
pengangkutan debu batubara; 9) penghambat untuk mencegah meluasnya nyala lidah
api; 10) pemeriksaan pra gilir kerja; 11) pemeriksaan harian dan mingguan.
k. Pencegahan Kebakaran di Tambang Bawah Tanah meliputi : 1) benda terlarang di
tambang bawah tanah; 2) penggunaan api di bawah tanah; 3) penyimpanan cairan mudah
terbakar di bawah tanah; 4) bahan mudah terbakar; 5) daerah sekitar tambang; 6) sarana
masuk tambang; 7) tindakan pengamanan di bawah tanah; 8) penempatan sarana
pemadam kebakaran; 9) persediaan dan penyaluran air; 10) pos pemadam kebakaran;
11) penyelamatan dari ruang tertutup; 12) pencegahan terhadap kobaran api atau
diperkirakan api akan berkobar; 13) sistem peringatan bawah tanah; dan 14) pintu
penahan dan pengendali api.
Lanjutan ....
l. Kontrol Batuan, Penyangga dan Cara Melakukannya terdiri atas : 1)
permuka kerja; 2) penyangga alami; 3) pilar pengaman dan pilar mahkota; 4)
penyangga sistematis; 5) kayu penyangga; 6) penyangga baja, wire mesh,
shotcrete, cable bolt; 7) pemasangan baut batuan (rock bolting); 8) batuan
lepas dan batuan mudah runtuh; 9) pemeriksaan kondisi batuan; 10)
ketentuan untuk atap lorong dengan kondisi tertentu; 11) ketentuan umum
pemasangan penyangga; 12) pemasangan penyangga pengganti; 13)
menunda pemasangan atau memindah penyangga; 14) memasang dan
melepas penyangga bertenaga; 15) perbaikan kondisi berbahaya; 16)
pengguguran batuan (scaling); 17) pengamanan pengeboran; 18) upaya
pengamanan terhadap semburan batuan (rock burst) dan/atau 19)
pemantauan dan pengendalian kegempaan.
m. Penirisan Air Tambang Bawah Tanah terdiri atas : 1) bendungan dan
dinding penutup; 2) pengaman dasar sumuran; dan/atau 3) penanganan
lumpur basah (wet muck).
Lanjutan ....
12. Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian
a) Cara kerja yang aman
b) Pengendalian operasional pengolahan dan/atau pemurnian :
1) mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko yang muncul
pada kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian khususnya
logam panas dan bahaya ledakan; 2) melakukan
pengendalian terhadap risiko yang muncul secara memadai;
3) menyediakan sarana, prasarana, instalasi dan peralatan
pada pengolahan dan/atau pemurnian yang layak; 4)
menyediakan Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan
dan/atau pemurnian; 5) Menyediakan sarana, prasarana
dan peralatan yang memadai serta tenaga teknis
pertambangan yang berkompeten
PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
MINERBA

1. KEBIJAKAN;
2. PERENCANAAN;
3. ORGANISASI DAN PERSONEL;
4. IMPLEMENTASI;
5. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN TINDAK LANJUT;
6. DOKUMENTASI; DAN
7. TINJAUAN MANAJEMEN DAN PENINGKATAN KINERJA.
1. PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN PADA
PEMEGANG IUP EKSPLORASI, IUPK EKSPLORASI, IUP OPERASI PRODUKSI, IUPK
OPERASI PRODUKSI DAN PERUSAHAAN JASA PERTAMBANGAN
2. PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN KHUSUS
PADA PEMEGANG IUP OPERASI PRODUKSI KHUSUS UNTUK PENGOLAHAN
DAN/ATAU PEMURNIAN.
3. AUDIT SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP)
PENERAPAN SMKP PADA PEMEGANG IUP/K EKSPLORASI,
IUP /K OP DAN JASA PERTAMBANGAN

1. Kebijakan
a.Penyusunan kebijakan
mempertimbangkan hasiltinjauan awal dan masukan dari para pekerja tambang.
b. Isi kebijakan : 1) mencakup visi, misi, dan tujuan; dan 2) berkomitmen dalam
melaksanakan K3 dan KO Pertambangan.
c. Penetapan kebijakan : Disahkan oleh pimpinan tertinggi dari pemegang izin.
d. Komunikasi kebijakan : Hasil dari penetapan kebijakan dijelaskan dan
disebarluaskan kepada pekerja tambang dan orang yang diberi izin masuk oleh
Kepala Teknik Tambang (KTT).
e. Tinjauan kebijakan : Dalam hal peninjauan oleh manajemen maka dilakukan
penyesuaian kondisi secara berkala terhadap kebijakan keselamatan
pertambangan yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan berpedoman pada : a). hasil proses penelaahan awal b). Manajemen
risiko c). Identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lainnya yang terkait. d). Penetapan tujuan, sasaran, dan program e).
Rencana kerja, anggaran, dan biaya
Lanjutan ....
3. Organisasi dan Personel : a). penyusunan dan penetapan struktur organisasi, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang dengan ketentuan untuk penerapan SMKP Minerba,
struktur organisasi Keselamatan Pertambangan diintegrasikan ke dalam struktur
organisasi; b). penunjukan KTT, Kepala Tambang Bawah Tanah, dan/atau Kepala Kapal
Keruk/Isap; c). penunjukan PJO untuk Perusahaan Jasa Pertambangan; d).
pembentukan dan penetapan Bagian K3 Pertambangan dan Bagian KO Pertambangan;
e). penunjukan pengawas operasional dan pengawas teknis; f). penunjukan Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten; g). pembentukan dan penetapan Komite
Keselamatan Pertambangan; h). penunjukan Tim Tanggap Darurat; i). seleksi dan
penempatan personel; j). penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
serta kompetensi kerja; k). penyusunan, penetapan, dan penerapan komunikasi
Keselamatan Pertambangan; 1). pengelolaan administrasi Keselamatan Pertambangan;
dan m). penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi, konsultasi,
motivasi, dan kesadaran.
4. Implementasi : a). pelaksanaan pengelolaan operasional; b). pelaksanaan pengelolaan
lingkungan kerja; c). pelaksanaan pengelolaan kesehatan kerja; d). pelaksanaan
pengelolaan KO pertambangan; e). pengelolaan bahan peledak dan peledakan; f).
penetapan sistem perancangan dan rekayasa; g). penetapan sistem pembelian; h).
pemantauan dan pengelolaan perusahaan jasa pertambangan; i). pengelolaan keadaan
darurat; j). penyediaan dan penyiapan P3K
Lanjutan ....
5. Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak Lanjut : a). pemantauan dan pengukuran
kinerja; b). inspeksi pelaksanaan keselamatan pertambangan; c). evaluasi
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang terkait; d). hasil laporan dari penyelidikan kecelakaan, kejadian
berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan data rekaman penyakit
akibat kerja; e). evaluasi pengelolaan administrasi keselamatan pertambangan; f).
audit internal penerapan SMKP Minerba; dan g). rencana perbaikan dan tindak
lanjut.
6. Dokumentasi : a). penyusunan manual SMKP Minerba; b). pengendalian dokumen;
c). pengendalian rekaman; dan d). penetapan jenis dokumen dan rekaman.
7. Tinjauan Manajemen dan Peningkatan Kinerja : a). tinjauan hasil dari tindak lanjut
rencana perbaikan dapat digunakan dasar bagi manajemen, dalam penentuan
kebijakan atas proses peningkatan kinerja keselamatan pertambangan; b). tinjauan
manajemen dipimpin oleh manajemen tertinggi pemegang izin; dan c). dilakukan
secara berkala paling kurang 1 (satu) tahun sekali dan hasilnya didokumentasikan.
PENERAPAN SMKP PADA PEMEGANG IUP OP KHUSUS
PENGOLAHAN / PEMURNIAN

1. Kebijakan
a.Penyusunan kebijakan
mempertimbangkan hasiltinjauan awal dan masukan dari para pekerja tambang.
b. Isi kebijakan : 1) mencakup visi, misi, dan tujuan; dan 2) berkomitmen dalam
melaksanakan K3 dan KO Pengolahan dan/atau Pemurnian
c. Penetapan kebijakan : Disahkan oleh pimpinan tertinggi dari pemegang izin.
d. Komunikasi kebijakan : Hasil dari penetapan kebijakan dijelaskan dan
disebarluaskan kepada pekerja tambang dan orang yang diberi izin masuk oleh
PTL.
e. Tinjauan kebijakan : Dalam hal peninjauan oleh manajemen maka dilakukan
penyesuaian kondisi secara berkala terhadap kebijakan keselamatan pengolahan
dan/atau pemurnian yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan berpedoman pada : a). hasil proses penelaahan awal b). Manajemen
risiko c). Identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lainnya yang terkait. d). Penetapan tujuan, sasaran, dan program e).
Rencana kerja, anggaran, dan biaya
Lanjutan ....
3. Organisasi dan Personel : a). penyusunan dan penetapan struktur organisasi, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang dengan ketentuan untuk penerapan SMKP Minerba,
struktur organisasi Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian diintegrasikan ke
dalam struktur organisasi; b). penunjukan PTL; c). penunjukan PJO untuk Perusahaan
Jasa Pengolahan dan/atau Pemurnian; d). pembentukan dan penetapan Bagian K3 dan
Bagian KO Pengolahan dan/atau Pemurnian; e). penunjukan pengawas operasional dan
pengawas teknis; f). penunjukan Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten; g).
pembentukan dan penetapan Komite Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian; h).
penunjukan Tim Tanggap Darurat; i). seleksi dan penempatan personel; j).
penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta kompetensi kerja;
k). penyusunan, penetapan, dan penerapan komunikasi Keselamatan Pengolahan
dan/atau Pemurnian; l). pengelolaan administrasi Keselamatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian; dan m). penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi,
konsultasi, motivasi, dan kesadaran.
4. Implementasi : a). pelaksanaan pengelolaan operasional; b). pelaksanaan pengelolaan
lingkungan kerja; c). pelaksanaan pengelolaan kesehatan kerja; d). pelaksanaan
pengelolaan KO Pengolahan dan/atau Pemurnian; e). penetapan sistem perancangan
dan rekayasa; f). penetapan sistem pembelian; g). pengelolaan keadaan darurat; h).
penyediaan dan penyiapan P3K; i) pelksanaan keselamatan diluar pekerjaan
Lanjutan ....
5. Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak Lanjut : a). pemantauan dan pengukuran
kinerja; b). inspeksi pelaksanaan keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian; c).
evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang terkait; d). hasil laporan dari penyelidikan kecelakaan,
kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan data rekaman
penyakit akibat kerja; e). evaluasi pengelolaan administrasi keselamatan
pengolahan dan/atau pemurnian; f). audit internal penerapan SMKP Minerba; dan
g). rencana perbaikan dan tindak lanjut.
6. Dokumentasi : a). penyusunan manual SMKP Minerba; b). pengendalian dokumen;
c). pengendalian rekaman; dan d). penetapan jenis dokumen dan rekaman.
7. Tinjauan Manajemen dan Peningkatan Kinerja : a). tinjauan hasil dari tindak lanjut
rencana perbaikan dapat digunakan dasar bagi manajemen, dalam penentuan
kebijakan atas proses peningkatan kinerja keselamatan pengolahan dan/atau
pemurnian; b). tinjauan manajemen dipimpin oleh manajemen tertinggi pemegang
izin; dan c). dilakukan secara berkala paling kurang 1 (satu) tahun sekali dan
hasilnya didokumentasikan.
AUDIT SMKP
1. Audit Internal : dilakukan oleh internal perusahaan
2. Audit Eksternal : dilakukan lembaga yang telah ditetapkan Direktur Jenderal
3. Proses pelaksanaan audit internal dan eksternal :
- Permulaan audit : penentuan kelayakan audit, penunjukan ketua tim audit,
pemilihan tim audit, penetapan tujuan ruang lingkup dan kriteria audit,
pelaksanaan kontak awal dengan auditi
- Pelaksanaan tinjauan dokumen : peninjauan dokumen sistem manajemen dan
penentuan kecukupan dokumen terhadap kriteria audit
- Persiapan kegiatan audit lapangan : penyiapan rencana audit, penugasan tim audit,
penyiapan dokumen kerja
- Pelaksanaan kegiatan audit lapangan : pelaksanaan rapat pembukaan, komunikasi
selama audit, tugas dan tanggungjawab pemandu dan pengamat, pengumpulan
dan verifikasi informasi, perumusan temuan audit, penyiapan kesimpulan audit,
pelaksanaan rapat penutupan
- Penyiapan, pengesahan dan penyampaian laporan audit : penyiapan laporan audit,
pengesahan dan penyampaian laporan audit
- Penyelesaian audit
- Pelaksanaan tindak lanjut audit
ORGANISASI MANAJEMEN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
External & Internal Audit
Komite KP
KEPALA TEKNIK TAMBANG

Pengawas Teknis Pengawas Operasional

Program KP Manager KP

NO
TARGET KP YES

Terkait Dengan Administrasi & Laporan KP


PENGAWASAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN

A. PENGAWASAN ADMINISTRATIF
B. PENGAWASAN OPERASIONAL
A. PENGAWASAN ADMINISTRASI
Pengesahan Sertifikasi Peralatan, Instalasi, Sarana &
• Kepala Teknik Tambang Prasarana
• Wakil Kepala Teknik Tambang • Gudang Bahan • Alat Angkut
Peledak • Penimbunan Bahan
Media Komunikasi, Informasi & Laporan • Kapal Keruk Bakar Cair
• Buku Tambang • Kapal Isap • Bejana Bertekanan
• Buku Daftar Kecelakaan • Alat Angkut Orang, • Instalasi Pipa
• Buku Derek, Buku Kawat. Buku Catatan Barang, dan Material; • Pressure Safety Valve
Ventilasi & Penyanggaan, Buku Catatan • Lori Gantung, Derek • Peralatan Listrik
Pemeriksaan Sumuran • Alat Angkat • RIG
• Buku Peraturan Kerja Kapal Keruk & Buku
Jurnal Teknik
• Sertifikasi Personil
Laporan Rutin dan Non Rutin
• Penggunaan Standardisasi : SNI, SKNI, • Juru Ledak
SKKK, SOP, JSA, dll • Juru Ukur
• IUJP • Pengawas Operasional (POP; POM; POU)
• Juru Las (dengan pihak ke-3)
Pengkajian & Persetujuan • Operator Alat Angkat dan Angkut (dengan
• Dokumen FS, RKAB, AMDAL, RR, RPT, Izin pihak ke-3)
Lingkungan, IPPKH
• Tinggi jenjang, kestabilan lereng Rekomendasi
• Ventilasi, penyanggaan, • Rekomendasi Pembelian Bahan Peledak
• Perubahan kostruksi alat pemindah tanah, dll
FORMAT PELAPORAN PENGELOLAAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
BUKU TAMBANG

• Ada pada setiap tambang yang ada KTT

• Disyahkan oleh IT
• Diberi nomor
• Media intraksi IT dan KTT
• Disimpan di kantor KTT
• Duplikatnya di Kantor KAIT
KECELAKAAN TAMBANG

A. BERDASARKAN FR (KEKERAPAN KECELAKAAN)

Adalah jumlah korban kecelakaan dibagi

jumlah jam kerja kumulatif x 1.000.000, Atau :

Jumlah Korban Kecelakaan


FR = x 1.000.000
Jumlah Jam Kerja Kumulatif
B. BERDASARKAN SR (KEPARAHAN)

Adalah jumlah hari yang hilang dibagi

jumlah jam kerja kumulatif x 1.000.000, Atau :

Jumlah Hari Kerja Hilang


SR = x 1.000.000
Jumlah Jam Kerja Kumulatif

Statistik kecelakaan harus dikirimkan KTT ke KAPIT paling lambat 1 bulan


setelah tahun kalender
UPAYA PENCEGAHAN
KECELAKAAN TAMBANG
YANG TELAH DILAKUKAN
PEMERINTAH
EDARAN KEPALA INSPEKTUR TAMBANG
TANGGAL
TAHUN NO. NO. SURAT PERIHAL
SURAT
Edaran Tentang tindak Lanjut Hasil
Investigasi dan Hasil Inspeksi pada
2016 1 135/37.04/dbt/2016 14 Januari 2016
Perusahaan Pertambangan
Mineral dan Batubara
Pengelolaan Lingkungan Kerja
2 1211/30/DJB/2015 28 Juli 2015
Pertambangan
Himbauan Menjelang Bulan Suci
3 906/04/DJB/2015 22 Juni 2015 Ramadhan dan Upaya Terhadap
Pencegahan Kecelakaan Tambang

Pelaporan Pengelolaan Keselamatan


4 1103/37.04/DBT/2015 6 April 2015
Pertambangan Mineral dan Batubara
2015
Edaran Tentang Buku Tambang dan
5 1271/37.04/DBT/2015 24 April 2015
Buku Daftar Kecelakaan Tambang

Pengelolaan Kesehatan Kerja


6 1137/37.04/DBT/2015 10 April 2015
Pertambangan
Edaran Tentang Penunjukkan Lokasi
Dalam Rangka Pembangunan Baru
7 135/37.04/DBT/2015 3 februari 2015
Tangki Penimbunan Bahan Bakar Cair
(BBC) dan Gudang Bahan Peledak
Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2010 s.d 2016
EDARAN KEPALA INSPEKTUR TAMBANG
TANGGAL
TAHUN NO. NO. SURAT PERIHAL
SURAT
Data Hasil Evaluasi Kecelakaan
8 580/37.04/DBT/2014 7 Maret 2014
Tambang Tahun 2009 s.d 2013.
Peningkatan Intensitas Pengawasan
2014 dan Upaya Menekan/Mengurangi
9 1388/37.04/DBT/2014 16 Juni 2014
Kelelahan di bulan suci Ramadhan
dan Piala Dunia 2014.
Peningkatan Pembinaan dan
10 426/37.04/DBT/2013 6 Februari 2013 Pengawasan Keselamatan
Pertambangan.
Peningkatan Pengelolaan
11 848/37.04/DBT/2013 28 Maret 2013 Keselamatan Pertambangan Pada
Kegiatan Pengangkutan.
Data Hasil Evaluasi Kecelakaan
12 1093/37.04/DBT/2013 29 April 2013
Tambang Tahun 2008 s.d 2012.
2013
Peningkatan Pengelolaan
Keselamatan Pertambangan pada
13 1575/37.04/DBT/2013 28 Juni 2013
Area dan Fasilitas yang memiliki
Konsentrasi Jumlah Pekerja.
Administrasi Perizinan, Rekomendasi,
14 2457/37.04/DBT/2013 1 November 2013 Sertifikasi, dan Pengesahan Aspek
Keselamatan Pertambangan.
Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2010 s.d 2016
EDARAN KEPALA INSPEKTUR TAMBANG
TANGGAL
TAHUN NO. NO. SURAT PERIHAL
SURAT
Penyampaian Hasil Pertemuan Teknis
15 602/37.04/DBT/2012 5 Maret 2012
Kepala Teknik Tambang Tahun 2011.
Kewajiban Melaksanakan Pendidikan
16 701/37.04/DBT/2012 21 Maret 2012
dan Pelatihan.
2012
17 1364/37.04/DBT/2012 14 Juni 2012 Penentuan Hari Kerja Hilang.

Kepemilikan SIM B II bagi Operator Alat


18 2036/37.04/DBT/2012 3 September 2012
Berat.
Kelayakan Peralatan dan Kompetensi
19 1346/37.04/DBT/2011 23 Juni 2011
Tenaga Teknis.
Data Hasil Evaluasi Kecelakaan
20 1654/37.04/DBT/2011 27 Juli 2011
Tambang Tahun 2008 s.d 2010.

2011 Instruksi Mengamankan Daerah-Daerah


Bekas Tambang yang Menimbulkan
Bahaya dengan Memasang Pagar,
21 1935/37.04/DBT/2011 6 September 2011
Rambu, dan atau Tanda Peringatan,
serta Melakukan Sosialisasi Kepada
Masyarakat

Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2010 s.d 2016


EDARAN KEPALA INSPEKTUR TAMBANG

TANGGAL
TAHUN NO. NO. SURAT PERIHAL
SURAT
Meningkatnya Jumlah Kecelakaan
22 2092/37.04/DBT/2011 21 September 2011
Tambang Tahun 2011.
2011
23 4436/75/DJB/2011 30 Desember 2011 Pengangkatan Inspektur Tambang.

Larangan Menggunakan Telepon


Genggam (Handphone) saat
24 204/37.04/DBT/2010 26 Mei 2010
Mengemudikan atau Mengoperasikan
Kendaraan / Unit Alat Berat.
Kewajiban Observasi Terhadap
25 205/37.04/DBT/2010 26 Mei 2010 Korban Kecelakaan yang Kepalanya
Terbentur.
2010
Penyampaian Hasil Pertemuan Teknis
26 4207/37.04/DBT/2010 20 Desember 2010
Kepala Teknik Tambang.
Penyampaian Hasil Pertemuan Teknis
Kepala Dinas Pertambangan dan
27 5369/07/DJB/2010 31 Desember 2010
Energi / Kepala Inspektur Tambang
Seluruh Indonesia.

Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2010 s.d 2016


EVALUASI PENYEBAB
KECELAKAAN TAMBANG

PERIODE TAHUN 2010 SD 2014


I. PENYEBAB LANGSUNG:
TINDAKAN TIDAK AMAN
Rata-
NO. TINDAKAN TIDAK AMAN Ringan Berat Mati
Rata
1 Tidak Mengikuti Prosedur 40% 32% 41% 38%
2 Tidak Memakai APD 12% 14% 10% 12%
3 Bekerja dengan Posisi Tidak Benar 9% 12% 13% 11%
4 Menggunakan Alat dengan Tidak Tepat 21% 10% 3% 11%
5 Bekerja Tidak Konsentrasi 0% 2% 13% 5%
Mengabaikan Perintah / Peraturan /
6
Larangan 0% 6% 5% 4%
7 Menggunakan Alat yang Tidak Lengkap 2% 6% 2% 3%
Mengoperasikan Alat di Luar Batas
8
Kecepatan Maksimal 0% 1% 5% 2%
Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2014
I. PENYEBAB LANGSUNG:
KONDISI TIDAK AMAN
Rata-
NO. KONDISI TIDAK AMAN Ringan Berat Mati
Rata
Pengaman / Pelindung Mesin
1
Tidak Lengkap
16% 16% 15% 16%

2 Perkakas / Peralatan Rusak 20% 21% 3% 15%


Peringatan / Rambu-Rambu
3 8% 18% 13% 13%
Tidak Lengkap
4 Kondisi Jalan Tidak Memadai 8% 5% 18% 10%
Kondisi Lingkungan Kerja Tidak
5 8% 6% 10% 8%
Baik
6 Housekeeping Tidak Baik 4% 14% 3% 7%

7 Kebisingan Tinggi 4% 5% 10% 6%

8 Penyanggaan Tidak Memadai 4% 5% 8% 6%


Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2014
II. PENYEBAB DASAR:
FAKTOR PRIBADI
Rata-
NO. FAKTOR PRIBADI Ringan Berat Mati
Rata

1 Kurangnya Pengetahuan 37% 26% 35% 33%


2 Motivasi Keliru 18% 28% 27% 24%
Kurangnya Kemampuan
3 19% 24% 30% 24%
(Mental)
4 Kurangnya Keterampilan 18% 5% 5% 9%
Kurangnya Kemampuan
5 0% 13% 3% 5%
(Fisik)
6 Stress (Fisik) 5% 1% 0% 2%
Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2014
II. PENYEBAB DASAR:
FAKTOR PEKERJAAN

Rata-
NO. FAKTOR PEKERJAAN Ringan Berat Mati
Rata

Kualitas Kepemimpinan dan


1
Pengawasan Kurang
27% 37% 39% 34%
2 Standar Kerja Kurang 32% 34% 27% 31%
4 Rekayasa Kurang 9% 5% 7% 7%
Kuantitas Kepemimpinan
5 dan 5% 6% 8% 6%
Pengawasan Kurang
Material, Perkakas, dan
6 11% 4% 2% 6%
Peralatan Kurang
7 Pengadaan Kurang
Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2014 5% 2% 10% 6%

Anda mungkin juga menyukai