CRS Demam Tifoid - Azmira
CRS Demam Tifoid - Azmira
CRS Demam Tifoid - Azmira
Preseptor:
dr. Budi Risjadi, Sp. A, M. Kes
Presentan:
Azmira Putri Hidayah - 130112210669
Nama An. CZ
1 minggu SMRS, pasien dibawa ke IGD RS Otista Soreang karena keluhan demam
selama 1 minggu SMRS, yang hilang timbul dan terasa lebih demam saat malam hari,
keluhan disertai dengan sulit BAB, kehilangan nafsu makan, lemas badan, nyeri sendi dan
mual tetapi tidak disertai dengan muntah. Tidak ada keluhan batuk, pilek, sesak napas,
ruam kulit, kulit kuning dan gangguan buang air kecil.
ANAMNESI
Pasien kemudian dipindahkan ke ruang rawat inap, selama dirawat demam pasien masih
S
naik turun, pasien BAB pada hari pertama dan kedua perawatan dengan konsistensi padat,
pasien mulai bisa makan lebih banyak dan bisa menghabiskan +-½ piring makanan yang
diberikan di ruang rawat inap. Selama dirawat pasien mendapatkan 3 jenis obat I.V. tetapi
nama dan jenis obat tidak diketahui.
1-2 Minggu sebelum keluhan muncul, pasien sering jajan di sekolah seperti minuman
dingin yang diseduh, jajanan seperti cilok, cilor dan seblak. Pasien biasa makan berat
3x/hari, pasien biasa makan berat di rumah. Pasien minum air putih sekitar 600 mL/hari.
Tidak ada riwayat keluar kota/bepergian ke daerah endemis malaria.
Tidak ada riwayat terpapar banjir/bermain di air kotor di sebelum muncul keluhan.
ANAMNESIS
Riwayat Imunisasi:
Ibu pasien mengatakan imunisasi pasien lengkap, dan pasien rutin dibawa ke
posyandu sampai usia 5 tahun.
Riwayat lahir:
Pasien merupakan anak ke-3, lahir prematur dengan usia gestasi yang tidak diketahui
secara caesar a/i preeklampsia pada ibu dengan berat badan lahir 2400 gram.
Riwayat tumbuh kembang:Anak mulai lancar berbicara pada usia 2 tahun, dan
berjalan pada usia 1,5 tahun.
PEMERIKSAAN FISIK (18/8/23)
Keadaan umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis
TTV: HR 108x/menit, RR 16x/menit, S 36.7 derajat celcius, Spo2 99% room air
Head to toe
Kepala: normocephal
- Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
- Hidung: Pernapasan cuping hidung (-/-)
- Mulut: orofaring hiperemis (-), uvula di tengah, tonsil T1-T1, lidah kotor
Leher: pembesaran KGB (-)
Thorax: Bentuk dan gerak simetris, retraksi (-), rose spot (-)
- Paru: VBS kanan=kiri, rh(-/-), wh(-/-)
- Jantung: S1S2 reguler, murmur (-)
Abdomen: Datar, BU(+) <5x, lembut, nyeri tekan epigastrik (+), hepar lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas: Akral hangat, CRT<2”, edema (-)
PEMERIKSAA - Hb 12.4
- Leukosit 8000
- Hematokrit 37
N - Trombosit 198.000
EPIDEMIOLOGI
● Diperkirakan 26,9 juta kejadian/tahun di seluruh dunia.
● Insiden demam tifoid di Indonesia berkisar 350-810 per 100.000 penduduk.
● Sebagian kasus demam tifoid terjadi pada rentang usia 3 – 19 tahun.
Masuet-Aumatell C, Atouguia J. Typhoid fever infection – Antibiotic resistance and vaccination strategies: A narrative review. Travel Med Infect Dis. 2020;40(2021)
Mukhopadhyay B, Sur D, Gupta S, Ganguly N. Typhoid fever: Control & challenges in India. Indian J Med Res. 2019;437–47.
Khairunnisa S, Hidayat E, Herardi R. Hubungan Jumlah Leukosit dan Persentase Limfosit terhadap Tingkat Demam pada Pasien Anak dengan Demam Tifoid di RSUD Budhi Asih Tahun
2018 – Oktober 2019. Semin Nas Ris Kedokt. 2020;60–9.
KARAKTERISTI ● Gram (–)
K BAKTERI ●
●
Motil, non-spore forming
Basil (0.4–0.6 μm)
● Facultative anaerobe
● Tidak memfermentasi laktosa/sukrosa
● H2S (+)
● Dosis infektif 105-108
Al-Khafaji N, Hussein, Ali M. Virulence Factors of Salmonella Typhi. Salmonella - a Challenge From Farm to Fork. IntechOpen . 2021;11:13.
Antigen Vi
● Menghambat fagositosis dan memberikan resistensi
serum
Antigen O (LPS)
● Memiliki protein membran luar (outer membrane
proteins/OMP) yang antigenik
● OMP meliputi substansi porin (OMP F dan OMP
C) dan substansi non porin
● Dapat digunakan untuk diagnosis serologik
Antigen H (Flagella)
Rahmawati R. Faktor Risiko Yang Memengaruhi Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Binakal Kabupaten Bondowoso. Med Technol Public Heal J. 2020;4(2):224–37.
PATOGENESI
S
Textbook N. Nelson Textbook of Pediatrics. Vol. 99, Annals of Internal Medicine. 2020. 744 p.
MANIFESTASI KLINIS
1. Fase invasif (Minggu ke-1) :
Textbook N. Nelson Textbook of Pediatrics. Vol. 99, Annals of Internal Medicine. 2020. 744 p.
Melinda H, Dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi ILMU KESEHATAN ANAK Edisi ke-6. UNPAD PRESS; 2020.
Manifestasi pada anak Manifestasi pada Balita Manifestasi pada Neonatus
Textbook N. Nelson Textbook of Pediatrics. Vol. 99, Annals of Internal Medicine. 2020. 744 p.
Melinda H, Dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi ILMU KESEHATAN ANAK Edisi ke-6. UNPAD PRESS; 2020.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Keluhan penyerta :
Keluhan Lain
- Pusing
Keluhan utama : Demam - Batuk, pilek, sesak
- Mual, muntah
- Onset - Kejang
- Diare/konstipasi
- Tipe dan pola - Bintik merah,
- Penurunan nafsu makan
demam perdarahan, mimisan
- Rasa tidak nyaman di perut
- Keluhan BAK
- Nyeri otot
Kultur Molekular
1. Darah 1. PCR
2. Feses atau urin 2. ELISA
TES WIDAL
● Tes serologi widal memanfaatkan reaksi aglutinasi
antibodi (di dalam serum pasien) terhadap antigen O
dan H dari Salmonella
● Sensitivitas 69%, spesifisitas 83%
● Terdiri dari:
○ Rapid Slide Test
○ Quantitative Tube Test
TES WIDAL
● Pemeriksaan ini merupakan uji imunologi yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif dan
spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi demam Tifoid/ Paratifoid.
● Sebagai tes cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera diketahui
PCR
● Sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi daripada kultur bakteri, uji widal, dan tes tubex.
● Kendala dalam penggunaan metode PCR yaitu rentan dengan risiko kontaminasi yang
mengakibatkan hasil positif palsu, terdapat bahan-bahan dalam spesimen yang bisa
menghambat proses PCR, biaya yang cukup tinggi, dan teknis yang relatif rumit.
Diagnosis
Diagnosis etiologik
Diagnosis klinis (Confirm Case)
● Kultur
● PCR
● Atau kenaikan titer widal 4x
Demam dengue
Gastroenteritis
Malaria
Tuberculosis
Leptospirosis
Bhandari J, Thada P, Devos E. Typhoid Fever. In: In: StatPearls [Internet] Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan– PMID: 32491445.
2022.
TATALAKSANA
PERAWATAN UMUM & NUTRISI
Tirah Baring
Penderita harus tirah baring dengan
Nutrisi
sempurna untuk mencegah
komplikasi. Cairan : Pasien harus mendapat cairan yang cukup.
Dosis cairan parenteral sesuai dengan kebutuhan cairan
harian.
Terapi Simtomatik
Diet : Diet harus mengandung kalori dan protein yang
Terapi simptomatik dapat diberikan
cukup. Sebaiknya rendah serat untuk mencegah
dengan pertimbangan untuk perbaikan
keadaan umum penderita perdarahan dan perforasi.
Kemenkes. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364. 2006. p. 41.
ERADIKASI KUMAN
Oral Parenteral
Melinda H, Dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi ILMU KESEHATAN ANAK Edisi ke-6. UNPAD PRESS; 2020.
Kemenkes. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364. 2006. p. 41.
KOMPLIKASI
Tifoid Toksik Hepatitis Tifosa
Kemenkes. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364. 2006. p. 41.
PENCEGAHAN
Perbaiki sanitasi lingkungan
Kemenkes. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364. 2006. p. 41.
PENCEGAHAN
Peningkatan higiene makanan & minuman
PENCEGAHAN
Peningkatan Higiene Perorangan
Menggalakkan budaya mencuci tangan yang benar. Setiap tangan yang dipergunakan untuk memegang
makanan harus sudah bersih.
Vaksinasi
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2020, vaksin tifoid diberikan
pada anak usia 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun sekali.
Kemenkes. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364. 2006. p. 41.
PROGNOSIS
Bergantung pada :
· Terapi yang diberikan (terapi inadekuat mengarah pada
komplikasi)
· Usia
· Kondisi kesehatan sebelumnya
· Keberadaan komplikasi
· Diagnosis dini dapat menghindari komplikasi
· Pada pasien yang tidak diobati, sekitar 10% akan kambuh, dan
4% akan menjadi karier kronis
Bhandari J, Thada P, Devos E. Typhoid Fever. Treasure Island (FL): Statpearls Publishing; 2022.