Epidemiologi Lanjut - PPT Buku Prof - Arsunan (Dewi&Baya)
Epidemiologi Lanjut - PPT Buku Prof - Arsunan (Dewi&Baya)
Epidemiologi Lanjut - PPT Buku Prof - Arsunan (Dewi&Baya)
Variasi biologis individu mengacu Kesalahan pengambilan sampel Kesalahan pengukuran terjadi ketika
pada perbedaan alami yang terjadi terjadi ketika sampel yang dipilih terdapat ketidakakuratan dalam
di antara individu dalam populasi dalam penelitian tidak sepenuhnya pengukuran variabel penelitian.
yang diteliti. mewakili populasi target. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh
Setiap individu memiliki karakteristik Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti instrumen
biologi yang unik, seperti genetik, beberapa faktor, seperti ukuran pengukuran yang tidak akurat, prosedur
metabolisme, dan respons terhadap sampel yang terlalu kecil, teknik pengukuran yang tidak standar, atau
paparan atau perlakuan. pengambilan sampel yang tidak kesalahan manusia dalam pencatatan atau
Variasi ini dapat menyebabkan tepat, atau ketidakakuratan dalam pelaporan data.
perbedaan dalam hasil yang diamati memilih sampel yang representatif.
pada individu yang dipaparkan pada
kondisi yang sama
Contoh Kesalahan Acak dalam Pengukuran
Informasi Sebelum
Perhitungan Sampel Besarnya efek yang sedang diteliti
Uji Klinis/Eksperimental
Gunakan rumus berikut untuk menghitung ukuran sampel: n = 2(Z_α + Z_β)^2 σ^2 / (μ1 - μ2)^2 di mana: n =
ukuran sampel minimal per kelompok Z_α = nilai Z untuk tingkat kepercayaan tertentu Z_β = nilai Z untuk
daya uji tertentu σ = perkiraan standar deviasi μ1 = rata-rata yang diharapkan pada kelompok kontrol μ2 =
rata-rata yang diharapkan pada kelompok intervensi
Pandungan perhitungan
sampel Kesehatan Studi Prevalensi/Cross-Sectional:
menurut WHO Jika prevalensi tidak diketahui, gunakan P = 0,5 untuk memaksimalkan ukuran sampel
Pertimbangkan kemungkinan drop-out atau kehilangan untuk mengikuti (loss to follow-up) dan tambahkan
persentase tertentu (misalnya, 10-20%) ke ukuran sampel yang dihitung.
Untuk penelitian kualitatif, gunakan prinsip saturasi data, di mana pengumpulan data dihentikan ketika tidak
ada informasi baru yang diperoleh dari partisipan tambahan.
Efisiensi Penelitian
Ukuran sampel sering ditentukan oleh pertimbangan logistik dan keuangan serta kompromi selalu harus dibuat antara ukuran
sampel dan biaya
Uji Klinis/Eksperimental
Gunakan rumus berikut untuk menghitung ukuran sampel: n = 2(Z_α + Z_β)^2 σ^2 / (μ1 - μ2)^2 di mana: n =
ukuran sampel minimal per kelompok Z_α = nilai Z untuk tingkat kepercayaan tertentu Z_β = nilai Z untuk
daya uji tertentu σ = perkiraan standar deviasi μ1 = rata-rata yang diharapkan pada kelompok kontrol μ2 =
rata-rata yang diharapkan pada kelompok intervensi
Pandungan perhitungan
sampel Kesehatan Studi Prevalensi/Cross-Sectional:
menurut WHO Jika prevalensi tidak diketahui, gunakan P = 0,5 untuk memaksimalkan ukuran sampel
Pertimbangkan kemungkinan drop-out atau kehilangan untuk mengikuti (loss to follow-up) dan tambahkan
persentase tertentu (misalnya, 10-20%) ke ukuran sampel yang dihitung.
Untuk penelitian kualitatif, gunakan prinsip saturasi data, di mana pengumpulan data dihentikan ketika tidak
ada informasi baru yang diperoleh dari partisipan tambahan.
Validasi Pengukuran
Adalah derajat ketepatan pengukuran yang berhubungan dengan proses pengukuran variabel dan dapat di bedakan atas 4
macam.
Validitas Isi (Content Validity). Validitas isi mengacu pada sejauh mana instrumen
atau metode pengukuran mencakup semua aspek atau domain dari variabel
yang ingin diukur.
(Face Validity)Validitas ini mengacu pada sejauh mana suatu instrumen atau metode
pengukuran tampak mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas
Pengukuran a. Validitas konkuren (concurrent validity):
Criterion Validity) Validitas kriteria mengacu pada Mengukur korelasi antara instrumen dengan
sejauh mana hasil pengukuran dari instrumen atau kriteria pada waktu yang bersamaan.
metode yang diuji berkorelasi dengan kriteria atau b. Validitas prediktif (predictive validity):
standar emas (gold standard) yang telah ditetapkan Mengukur sejauh mana instrumen dapat
sebelumny memprediksi kriteria di masa depan.
Contoh Validitas Internal:Penelitian mengenai efektivitas obat baru untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Validitas
internal penelitian ini merujuk pada sejauh mana penurunan tekanan darah yang diamati benar-benar disebabkan oleh obat yang diteliti,
bukan faktor lain.Faktor-faktor yang dapat mengancam validitas internal antara lain:Bias seleksi, jika peserta tidak dipilih secara acak atau
ada perbedaan karakteristik antara kelompok perlakuan dan kontrol.Bias informasi, jika ada kesalahan dalam pengukuran tekanan darah
atau paparan obat.Bias konfounding, jika ada variabel lain seperti usia, jenis kelamin, atau gaya hidup yang memengaruhi tekanan darah
dan tidak terdistribusi secara merata antar kelompok.Kehilangan untuk tindak lanjut (loss to follow-up), jika beberapa peserta drop out
dari penelitian.Untuk memastikan validitas internal yang tinggi, peneliti harus melakukan randomisasi yang baik, meminimalkan bias,
mengontrol variabel perancu, dan memastikan kepatuhan peserta.
Variabel Internal (Validity)
Untuk memastikan validitas internal yang tinggi, peneliti harus melakukan randomisasi yang baik, meminimalkan bias,
mengontrol variabel perancu, dan memastikan kepatuhan peserta.
Variabel Ekternal (External Validity)
Untuk meningkatkan validitas eksternal, peneliti dapat memperluas kriteria inklusi, melakukan penelitian dalam kondisi yang lebih realistis, dan
mempertimbangkan replikasi penelitian di populasi atau tempat yang berbeda.
Validitas internal memastikan bahwa hasil penelitian valid dan dapat dipercaya dalam sampel yang diteliti, sedangkan validitas eksternal memungkinkan
generalisasi temuan ke populasi atau situasi yang lebih luas. Keduanya penting untuk memastikan kualitas dan manfaat hasil penelitian.
Atribut Pengukuran
Atribut Pengukuran Selain validitas internal dan eksternal, terdapat beberapa atribut pengukuran yang perlu dipertimbangkan
dalam penelitian, antara lain:
a. Validitas (Validity) Validitas mengacu pada sejauh mana suatu instrumen atau metode pengukuran dapat mengukur dengan
akurat variabel yang ingin diukur. Jenis-jenis validitas antara lain validitas muka, validitas isi, validitas kriteria, dan validitas
konstruk.
b. Reliabilitas (Reliability) Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keandalan suatu instrumen atau metode pengukuran
dalam menghasilkan hasil yang sama jika digunakan berulang kali dalam kondisi yang sama.
c. Objektivitas (Objectivity) Objektivitas mengacu pada sejauh mana hasil pengukuran bebas dari bias atau pengaruh subjektif
dari peneliti atau petugas pengumpul data.
d. Sensitivitas dan Spesifisitas Dalam penelitian diagnostik atau skrining, sensitivitas mengacu pada kemampuan tes untuk
mengidentifikasi individu dengan kondisi tertentu, sedangkan spesifisitas mengacu pada kemampuan tes untuk
mengidentifikasi individu tanpa kondisi tersebut.
Atribut Pengukuran
Atribut Pengukuran Selain validitas internal dan eksternal, terdapat beberapa atribut pengukuran yang perlu dipertimbangkan
dalam penelitian, antara lain:
a. Validitas (Validity) Validitas mengacu pada sejauh mana suatu instrumen atau metode pengukuran dapat mengukur dengan
akurat variabel yang ingin diukur. Jenis-jenis validitas antara lain validitas muka, validitas isi, validitas kriteria, dan validitas
konstruk.
b. Reliabilitas (Reliability) Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keandalan suatu instrumen atau metode pengukuran
dalam menghasilkan hasil yang sama jika digunakan berulang kali dalam kondisi yang sama.
c. Objektivitas (Objectivity) Objektivitas mengacu pada sejauh mana hasil pengukuran bebas dari bias atau pengaruh subjektif
dari peneliti atau petugas pengumpul data.
d. Sensitivitas dan Spesifisitas Dalam penelitian diagnostik atau skrining, sensitivitas mengacu pada kemampuan tes untuk
mengidentifikasi individu dengan kondisi tertentu, sedangkan spesifisitas mengacu pada kemampuan tes untuk
mengidentifikasi individu tanpa kondisi tersebut.
Atribut Pengukuran
Dalam epidemiologi, presisi (precision) dan akurasi (accuracy)
merupakan dua atribut penting dalam pengukuran variabel penelitian.
Berikut penjelasan tentang kedua atribut tersebut:
a. Presisi (Precision) Presisi mengacu pada sejauh mana pengukuran
yang diulang pada kondisi yang sama akan memberikan hasil yang
konsisten atau dekat satu sama lain.
b. Akurasi (Accuracy) Akurasi mengacu pada sejauh mana hasil
pengukuran mendekati atau sesuai dengan nilai sebenarnya atau nilai
yang dianggap benar. Akurasi terkait dengan validitas (validity) atau
ketepatan suatu pengukuran.
1 Kesalahan Sistematik (Systematic kesalahan yang terjadi secara konsisten atau berulang dalam satu arah tertentu. Kesalahan ini dapat
Error) menyebabkan bias dalam hasil Penelitian
bias informasi (information bias), di mana terjadi kesalahan dalam pengukuran atau klasifikasi variabel
paparan atau variabel hasil.
2 Kesalahan Acak (Random Error) kesalahan yang terjadi secara tidak teratur atau acak, tanpa pola tertentu. Kesalahan ini dapat disebabkan
oleh variasi biologis individu, kesalahan pengambilan sampel, atau kesalahan pengukuran. Kesalahan
acak dapat mengurangi presisi (precision) dalam penelitian.
3 Kesalahan Pencatatan (Recording Error) Kesalahan pencatatan terjadi ketika data yang dikumpulkan tidak dicatat atau dimasukkan dengan benar
ke dalam sistem pencatatan atau basis data penelitian. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh kelalaian,
kurangnya pelatihan, atau kelelahan petugas pencatatan data.
4 Kesalahan Pengolahan Data (Data Kesalahan pengolahan data terjadi ketika data yang dikumpulkan tidak diolah atau dianalisis dengan
Processing Error) benar. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh kesalahan dalam entri data, kesalahan dalam pemrograman
atau pengodean, atau kesalahan dalam penerapan metode analisis statistik yang tepat.
Langkah-Langkah Antisipasi Pola Kesalahan dalam Proses Pengukuran Data
Dengan mengidentifikasi dan mengendalikan kesalahan-kesalahan ini, peneliti dapat meningkatkan kualitas dan
keandalan data yang dikumpulkan, sehingga hasil penelitian menjadi lebih akurat dan valid.
Kesimpulan
a. Kesalahan acak merupakan fenomena yang tak terelakkan dalam setiap proses pengukuran.
Meskipun tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, pemahaman yang baik tentang sifat dan
sumber-sumber kesalahan acak sangat penting untuk meningkatkan akurasi dan reliabilitas
hasil pengukuran.
b. Dalam penelitian epidemiologi, peneliti harus memastikan penggunaan instrumen dan
metode pengukuran yang presisi dan akurat, serta melakukan kontrol kualitas dan kalibrasi
yang tepat untuk meminimalkan kesalahan pengukuran dan mendapatkan data yang valid
dan andal.
c. Validitas internal memastikan bahwa hasil penelitian valid dan dapat dipercaya dalam
sampel yang diteliti, sedangkan validitas eksternal memungkinkan generalisasi temuan ke
populasi atau situasi yang lebih luas. Keduanya penting untuk memastikan kualitas dan
manfaat hasil penelitian.
THANK YOU!
Sumber :
Buku Epidemiologi Dasar
(Disiplin Ilmu dalam
Kesehatan Masyarakat)
Prof. Dr. Nur Nasry Noor, MPH &
Prof. Dr.drg.A.Arsunan Arsin, M.Kes
KESALAHAN
SISTEMATIK
Systematic Error
Penyimpangan juga disebut sebagai suatu kesalahan sistematik (SYSTEMATIC
ERROR) atau BIAS adalah PENYIMPANGAN hasil atau INFERENSI DARI
SATU KENYATAAN yang sebenarnya, atau semua proses yang menuju kearah
terjadinya penyimpangan tersebut. Berbagai macambentuk bias dapat
mempengaruhi validitas internal dan kadang-kadang jenis bias tersebut sulit
dibedakan. SECARA GARIS BESAR ADA 3 MACAM BENTUK BIAS yakni
bias pada seleksi (SELECTION BIAS), bias pada informasi (INFORMATION
BIAS), dan perancu (CONFOUNDING).
INFORMASI
Kesalahan dalam penelitian juga
Information Bias dikenal sebagai penggolongan yang
salah (misclassification), dan
besarnya efek dari pada bias
tergantung pada bentuk penggolongan
salah tersebut yang sudah terjadi.
Perlu di ingat, Perancu merupakan salah satu jenis bias, sehingga penanganan nya
memerlukan PENDEKATAN KUANTITATIF oleh karena yg dipentingkan disini adalah
kuantitas perancu tersebut bukan sekedar mengevaluasi ada tidaknya perancu. 31
a. Perancu, Interaksi & Efek Modifikasi b. Efek dari Perancu
MODIFIKASI
35
Interaksi terjadi bila arah atau
INTERAKSI DAN besarnya dari hubungan antara
EFEK dua variable bervariasi tergantung
pada Tingkat dari variable ketiga
MODIFIKASI (efek dari sifat)
Metode yang sering digunakan
dalam menangani interaksi adalah
Analisa dan tampaknya hubungan
pada setiap tingkatan variable
ketiga.
Prof. Dr. Nur Nasry Noor, MPH & Prof. Dr.drg.A.Arsunan Arsin, M.Kes 36
Fokus Utama dalam pembahasan Interaksi dan
Efek Modifikasi
Adalah penentuan tentang ada tidaknya interaksi pada sekumpulan data
yang tergantung pada bagaimana definisi yang digunakan mengenai keadaan
ada tidaknya interaksi tersebut :