Sirosis
Sirosis
Sirosis
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Penyakit sirosis hepatis dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati,
adanya pembentukan jaringan ikat dan regenerasi nodul- nodul. Sirosis hepatis adalah
penyakit hati menahun yang difus, yang merupakan stadium terakhir dari penyakit
hati kronis dan terjadinya pengerasan sel hati, yang menyebabkan gambaran klinis
pada pasien akibat dari kegagalan sel hati dan hipertensi portal. Kejadian hipertensi
porta sebagian besar disebabkan oleh penyakit sirosis hepatis, dimana hipertensi
porta dapat menyebabkan varises esophagus. Saluran kolateral penting yang timbul
akibat sirosis penyakit dalam (Sutrisna, 2020). Pada stadium awal (kompensata),
dimana kompensasi tubuh terhadap kerusakan hati masih baik, sirosis seringkali
muncul tanpa gejala sehingga sering ditemukan pada waktu pasien melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah
dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan
menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan dada membesar,
serta hilangnya dorongan seksualitas. (Saskara & Suryadarma, 2017).
Patofisiologi
Sirosis hati merupakan penyakit hati kronik yang bersifat laten, sehingga sering dijumpai seiring
bertambahnya usia dan perubahan patofisiologis yang terjadi berkembang lambat sampai akhirnya gejala
yang timbul menandakan terjadinya sirosis hati. Pasien dengan riwayat hepatitis, perubahan dari hepatitis
kronik menjadi sirosis hati membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 30 tahun sedangkan sirosis hati
kompesata menjadi dekompesata biasanya membutuhkan waktu 6 tahun. Hati adalah kelenjar yang paling
besar di tubuh yang terletak dalam rongga abdomen bagian atas disebelah kanan di bawah diafragma. Hati
berfungsi sebagai metabolisme tubuh dan juga mengubah zat buangan dan bahan racun untuk ekskresi ke
dalam empedu dan urine. Fungsi lain dari hati sebagai glikogenik, sekresi empedu, ekskresi bilirubin,
pembentukan ureum, kerja atas lemak, pertahanan suhu tubuh, dan kerja melindungi dari hati atau
detoksikasi (Sutrisna, 2020). Pada sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis
daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag
menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak
memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke
parenkim hati.
Manifestasi Klinis
Penyakit sirosis hepatis dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati, adanya
pembentukan jaringan ikat dan regenerasi nodul- nodul. Sirosis hepatis adalah penyakit hati
menahun yang difus, yang merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya
pengerasan sel hati, yang menyebabkan gambaran klinis pada pasien akibat dari kegagalan sel hati
dan hipertensi portal. Kejadian hipertensi porta sebagian besar disebabkan oleh penyakit sirosis
hepatis, dimana hipertensi porta dapat menyebabkan varises esophagus. Saluran kolateral penting
yang timbul akibat sirosis penyakit dalam (Sutrisna, 2020).
Manifestasi Klinis
Pada stadium awal (kompensata), dimana kompensasi tubuh terhadap kerusakan hati masih baik,
sirosis seringkali muncul tanpa gejala sehingga sering ditemukan pada waktu pasien melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah dan lemas,
selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki
dapat timbul impotensi, testis mengecil dan dada membesar, serta hilangnya dorongan seksualitas.
Bila sudah lanjut, (berkembang menjadi sirosis dekompensata) gejala-gejala akan menjadi lebih
menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi
kerontokan rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu tinggi (Saskara &
Suryadarma, 2017).
Komplikasi
Hipertensi Poral
Adalah peningkatan hepatik venous pressure gradient (HVPG) lebih 5 mmHg. Hipertensi portal
merupakan suatu sindroma klinis yang sering terjadi. Bila gradient tekanan portal (perbedaan tekanan
antara vena portal dan vena cava inferior) diatas 10-20 mmHg, komplikasi hipertensi portal dapat
terjadi.
• Asites
Penyebab asites yang paling banyak pada sirosis hepatis adalah hipertensi portal, disamping adanya
hipoalbuminemia (penurunan fungsi sintesis pada hati) dan disfungsi ginjal yang akan mengakibatkan
akumulasi cairan dlam peritoniun..
• Peritonisis Bakterial Spontan
Peritonisis bakterial spontan (SBP) merupakan komplikasi berat dan sering terjadi pada asites yang
ditandai dengan infeksi spontan cairan asites tanpa adanya fokus infeksi intraabdominal.
Komplikasi
Ensefalopati Hepatikum
Sekitar 28% penderita sirtosis hepatis dapat mengalami komplikasi ensefalopi hepatikum (EH).
Mekanisme terjadinya ensefalopati hepatikum adalah akibat hiperamonia , terjadi penutunan hepatic
uptake sebagai akibat dari intrahepatic portal-systemic shunts dan/atau penurunan sintesis urea dan
glutamik.
• Sindrom Hepatorena
Merupakan gangguan fungsi ginjal tanpa kelainan organik ginjal, yang ditemukan pada sirosis hepatis
lanjut. Sindrom ini sering dijumpai pada penderita sirosis hepatis dengan asites refrakter. Sindroma
Hepatorenal tipe 1 ditandai dengan gangguan progresif fungsi ginjal dan penurunan klirens kreatinin
secara berrmakna dalam 1-2 minggu. Tipe 2 ditandai dengan penurunan filtrasi glomerulus dengan
peningkatan serum kreatinin. Tipe 2 ini lebih baik prognosisnya daripada tipe.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CAD (Coronary Artery
Disease)
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dalam proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu
1. Nyeri akut berhubungan dengan dengan pencedera fisik (SDKI D.0077 Hal. 172)
2. Gangguan tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (SDKI D.0055 Hal. 126)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (SDKI D.0056 Hal 128)
Implementasi Keperawatan