0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan15 halaman

Sirosis

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH :

DENGAN MASALAH SIROSIS HEPATIS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

1. Daud Kiuk (241112010)


2. Gerald Rihi Do (241112005)
3. Victoria Dewi Anggreni (241112011)
KONSEP DASAR HIROSIS
HEPATIS

Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis pada hati yang


menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik dan berlangsung progresif.
Kerusakan sel hati akan berlanjut menjadi gangguan susunan hepar dan
peningkatan vaskularisasi yang menyebabkan terjadinya varises atau
pelebaran pembuluh darah di daerah gaster maupun esofagus. Sirosis hati
merupakan terjadinya kerusakan pada struktur hati dan fungsinya, sebagai
penyakit hati tingkat akhir yang terjadi ketika jaringan parut atau fibrosis
menggantikan jaringan hati yang sehat. (Adnan, 2020).
Etiologi
Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh banyak hal. Penyebabnya antara lain adalah penyakit infeksi, penyakit keturunan
dan metabolik, obat-obatan dan toksin. Di negara barat penyebab terbanyak sirosis hepatis adalah konsumsi alkohol,
sedangkan di Indonesia terutama disebabkan oleh virus hepatitis B maupun C. Keseluruhan insiden sirosis di Amerika
diperkirakan 360 per 100.000 penduduk, penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi
virus. Tapi ada dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:
a) Hepatitis Virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis hati, apalagi setelah penemuan
Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis, maka diduga
mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal
bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta
menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus A.
b) Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis.
Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis
hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang,
namun peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan parenkim hati.
Manifestasi Klinis

Penyakit sirosis hepatis dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati,
adanya pembentukan jaringan ikat dan regenerasi nodul- nodul. Sirosis hepatis adalah
penyakit hati menahun yang difus, yang merupakan stadium terakhir dari penyakit
hati kronis dan terjadinya pengerasan sel hati, yang menyebabkan gambaran klinis
pada pasien akibat dari kegagalan sel hati dan hipertensi portal. Kejadian hipertensi
porta sebagian besar disebabkan oleh penyakit sirosis hepatis, dimana hipertensi
porta dapat menyebabkan varises esophagus. Saluran kolateral penting yang timbul
akibat sirosis penyakit dalam (Sutrisna, 2020). Pada stadium awal (kompensata),
dimana kompensasi tubuh terhadap kerusakan hati masih baik, sirosis seringkali
muncul tanpa gejala sehingga sering ditemukan pada waktu pasien melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah
dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan
menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan dada membesar,
serta hilangnya dorongan seksualitas. (Saskara & Suryadarma, 2017).
Patofisiologi
Sirosis hati merupakan penyakit hati kronik yang bersifat laten, sehingga sering dijumpai seiring
bertambahnya usia dan perubahan patofisiologis yang terjadi berkembang lambat sampai akhirnya gejala
yang timbul menandakan terjadinya sirosis hati. Pasien dengan riwayat hepatitis, perubahan dari hepatitis
kronik menjadi sirosis hati membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 30 tahun sedangkan sirosis hati
kompesata menjadi dekompesata biasanya membutuhkan waktu 6 tahun. Hati adalah kelenjar yang paling
besar di tubuh yang terletak dalam rongga abdomen bagian atas disebelah kanan di bawah diafragma. Hati
berfungsi sebagai metabolisme tubuh dan juga mengubah zat buangan dan bahan racun untuk ekskresi ke
dalam empedu dan urine. Fungsi lain dari hati sebagai glikogenik, sekresi empedu, ekskresi bilirubin,
pembentukan ureum, kerja atas lemak, pertahanan suhu tubuh, dan kerja melindungi dari hati atau
detoksikasi (Sutrisna, 2020). Pada sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis
daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag
menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak
memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke
parenkim hati.
Manifestasi Klinis

Penyakit sirosis hepatis dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati, adanya
pembentukan jaringan ikat dan regenerasi nodul- nodul. Sirosis hepatis adalah penyakit hati
menahun yang difus, yang merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya
pengerasan sel hati, yang menyebabkan gambaran klinis pada pasien akibat dari kegagalan sel hati
dan hipertensi portal. Kejadian hipertensi porta sebagian besar disebabkan oleh penyakit sirosis
hepatis, dimana hipertensi porta dapat menyebabkan varises esophagus. Saluran kolateral penting
yang timbul akibat sirosis penyakit dalam (Sutrisna, 2020).
Manifestasi Klinis

Pada stadium awal (kompensata), dimana kompensasi tubuh terhadap kerusakan hati masih baik,
sirosis seringkali muncul tanpa gejala sehingga sering ditemukan pada waktu pasien melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah dan lemas,
selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki
dapat timbul impotensi, testis mengecil dan dada membesar, serta hilangnya dorongan seksualitas.
Bila sudah lanjut, (berkembang menjadi sirosis dekompensata) gejala-gejala akan menjadi lebih
menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi
kerontokan rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu tinggi (Saskara &
Suryadarma, 2017).
Komplikasi
 Hipertensi Poral
Adalah peningkatan hepatik venous pressure gradient (HVPG) lebih 5 mmHg. Hipertensi portal
merupakan suatu sindroma klinis yang sering terjadi. Bila gradient tekanan portal (perbedaan tekanan
antara vena portal dan vena cava inferior) diatas 10-20 mmHg, komplikasi hipertensi portal dapat
terjadi.
• Asites
Penyebab asites yang paling banyak pada sirosis hepatis adalah hipertensi portal, disamping adanya
hipoalbuminemia (penurunan fungsi sintesis pada hati) dan disfungsi ginjal yang akan mengakibatkan
akumulasi cairan dlam peritoniun..
• Peritonisis Bakterial Spontan
Peritonisis bakterial spontan (SBP) merupakan komplikasi berat dan sering terjadi pada asites yang
ditandai dengan infeksi spontan cairan asites tanpa adanya fokus infeksi intraabdominal.
Komplikasi
 Ensefalopati Hepatikum
Sekitar 28% penderita sirtosis hepatis dapat mengalami komplikasi ensefalopi hepatikum (EH).
Mekanisme terjadinya ensefalopati hepatikum adalah akibat hiperamonia , terjadi penutunan hepatic
uptake sebagai akibat dari intrahepatic portal-systemic shunts dan/atau penurunan sintesis urea dan
glutamik.
• Sindrom Hepatorena
Merupakan gangguan fungsi ginjal tanpa kelainan organik ginjal, yang ditemukan pada sirosis hepatis
lanjut. Sindrom ini sering dijumpai pada penderita sirosis hepatis dengan asites refrakter. Sindroma
Hepatorenal tipe 1 ditandai dengan gangguan progresif fungsi ginjal dan penurunan klirens kreatinin
secara berrmakna dalam 1-2 minggu. Tipe 2 ditandai dengan penurunan filtrasi glomerulus dengan
peningkatan serum kreatinin. Tipe 2 ini lebih baik prognosisnya daripada tipe.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CAD (Coronary Artery
Disease)
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dalam proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu

1. Identitas, meliputi nama, usia dan jenis kelamin


2. Keluhan Utama, (Biasanya pada pasien sirosis hepatis pasien
mengeluh nyeri abdomen dan kram, mual, penurunan berat badan,
kulit menguning, mudah merasa kelelahan, lemas.)
3. Riwayat Kesehatan dahulu, sekarang dan Riwayat Kesehatan
keluarga disertai Riwayat psikososial.
4. Pemeriksaan Fisik meliputi pemeriksaan, Kepala sampai kaki.
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan dengan pencedera fisik (SDKI D.0077 Hal. 172)
2. Gangguan tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (SDKI D.0055 Hal. 126)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (SDKI D.0056 Hal 128)
Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan


perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Tahapan ini perawat mencari
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik (K. N. Tampubolon, 2020).
Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus


menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan. Penilaian adalah
tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (K. N.
Tampubolon, 2020).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai