0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
0 tayangan62 halaman

Pendidikan Anti Korupsi

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 62

Pendidikan

Anti Korupsi
Korupsi secara
Korupsi secara Etimologi
Etimologi
• Istilah korupsi berasal dari
bahasa latin “corrumpere”,
“corruptio” atau “corruptus”
• Dari bahasa latin tersebut
kemudian diadopsi oleh
beberapa bangsa di dunia
• Beberapa bangsa di dunia
memiliki istilah tersendiri
mengenai korupsi
Etimologi…(cont’d)
Etimologi…(cont’d)
Bahasa inggris Bahasa perancis Bahasa belanda

Corruption, Corruptie,
Corruption
Corrupt Korruptie

Jahat, rusak,
Rusak
curang

Istilah “korupsi” yang dipakai di indonesia


merupakan turunan dari bahasa belanda
Robert Klitgaard :
C=D+M–A
Corruption = Discretionary + Monopoly - Accountability

Korupsi dapat terjadi jika ada monopoli kekuasaan yang


dipegang oleh seseorang yang memiliki kemerdekaan
bertindak atau wewenang yang berlebihan, tanpa ada
pertanggungjawaban yang jelas.
Penyimpanan
Perilaku, nilai-nilai/ Kelemahan Sistem
Moral

NIAT KESEMPATAN

KORUPSI
H
INDONESIA A INDONESIA
M
kini B nanti
A
T
A
N

INTEGRITAS
Beberapa terminologi
Beberapa terminologi
korupsi
korupsi
• Korup = busuk, palsu, suap (kamus
besar bahasa indonesia, 1991)
• Korup = suka menerima uang sogok,
menyelewengkan uang/barang milik
perusahaan atau negara, menerima
uang dengan menggunakan jabatan
untuk kepentingan pribadi (kamus
hukum, 2002)
• Korup = kebejatan, ketidakjujuran, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian
(the lexicon webster dictionary, 1978)
Terminologi …
Terminologi … (cont’d)
(cont’d)
o David M. Chalmers:
Tindakan-tindakan manipulasi dan
keputusan mengenai keuangan yang
membahayakan ekonomi (financial
manipulations and decision injurious to the
economy are often libeled corrupt).
o J.J. Senturia:
Penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan
untuk keuntungan pribadi (the misuse of
public power for private profit).
Terminologi …
Terminologi … (cont’d)
(cont’d)
o Syed Husein Alatas:
Tindakan yang meliputi penyuapan
(bribery), pemerasan (extortion)
dan nepotisme.
o Transparency International:
Extortion Penyalahgunaan kekuasaan (a
misuse of power), kekuasaan yang
dipercayakan (a power that is
entrusted), dan keuntungan pribadi
(a private benefit) baik sebagai
pribadi, anggota keluarga, maupun
kerabat dekat lainnya.

Bribery
3 tingkatan
3 tingkatan KORUPSI
KORUPSI
Material benefit
(Mendapatkan keuntungan material yang bukan
haknya melalui kekuasaan)

Abuse of power
(Penyalahgunaan kekuasaan)

Betrayal of trust
(Pengkhianatan kepercayaan)
Pengkhianatan terhadap kepercayaan
(betrayal of trust)
• penghianatan merupakan bentuk
korupsi paling sederhana
• Semua orang yang berkhianat atau
mengkhianati kepercayaan atau
amanat yang diterimanya adalah
koruptor.
• Amanat dapat berupa apapun, baik
materi maupun non materi (ex:
pesan, aspirasi rakyat)
• Anggota DPR yang tidak
menyampaikan aspirasi
rakyat/menggunakan aspirasi
untuk kepentingan pribadi
merupakan bentuk korupsi
Diskusi
Apakah jika seseorang melakukan
perselingkuhan, dia juga sudah melakukan
korupsi, dan pantas disebut koruptor?
Penyalahgunaan kekuasaan
(abuse of power)
• Abuse of power merupakan korupsi
tingkat menengah
• Merupakan Segala bentuk
penyimpangan yang dilakukan melalui
struktur kekuasaan, baik pada tingkat
negara maupun lembaga-lembaga
struktural lainnya, termasuk lembaga
pendidikan, tanpa mendapatkan
keuntungan materi.
Penyalahgunaan kekuasan untuk mendapatkan
keuntungan material (material benefit)

• Penyimpangan kekuasaan untuk


mendapatkan keuntungan material baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
• Korupsi pada level ini merupakan
tingkat paling membahayakan karena
melibatkan kekuasaan dan keuntungan
material.
• Ini merupakan bentuk korupsi yang
paling banyak terjadi di indonesia
Unsur-unsur yang
dapat menentukan
sesuatu dapat
dianggap sebagai
korupsi
1. Secara melawan
hukum
2. Memperkaya diri
sendiri/orang lain
3. Merugikan keuangan/
perekonomian negara
MERUGIKAN KEUANGAN/ PEREKONOMIAN
NEGARA

1. Korupsi menghambat pembangunan &


kegiatan usaha di Indonesia
2. Setiap kegiatan perekonomian harus
melewati “pintu-pintu” korupsi
3. Perkembangan kegiatan usaha
terhambat, pengangguran makin banyak,
harga barang & jasa menjadi melambung
4. Pendidikan dan kesehatan sangat mahal
Salah satu hal mengapa di indonesia
korupsi semakin sulit diberantas
• Karena korupsi sudah “mendarah
daging”, sehingga perilaku korupsi
sudah menjadi hal yang biasa dan
bukan lagi dianggap sebagai
“penyakit”yang harus segera
disembuhkan.
• Dengan demikian, semakin sulitnya
membedakan mana perilaku korupsi
dan mana yang bukan korupsi
• Ibarat maling teriak maling
PRINSIP-PRINSIP
ANTI KORUPSI
Transparansi

Akuntabilitas Kewajaran
PRINSIP-
PRINSIP
ANTI-
KORUPSI

Kontrol Aturan
Aturan Main
Main
Akuntabilitas
• Akuntabilitas mengacu pada kesesuaian antara
aturan dan pelaksanaan kerja
• Semua lembaga mempertanggungjawabkan
kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi
(de jure), baik pada level budaya (individu
dengan individu) maupun pada level lembaga.
Bagaimana mengukur
Akuntabilitas ?
1. Akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui Mekanisme
pelaporan dan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan semua kegiatan.
2. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik secara langsung
maupun manfaat jangka panjang dari sebuah
kegiatan.
Transparansi
 Transparansi merupakan prinsip yang
mengharuskan semua proses kebijakan
dilakukan secara terbuka, sehingga segala
bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh
publik.
 Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika
struktural kelembagaan.
 Dalam bentuk yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan
kejujuran untuk saling menjunjung tinggi
kepercayaan (trust).
Perlunya Keterlibatan masyarakat dalam
proses transparansi:
 Proses penganggaran yang bersifat bottom up, mulai dari perencanaan,
implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi)
terhadap kinerja anggaran.
 Proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan. Hal ini terkait
pula dengan proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan
(anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
 Proses pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang
berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme
pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis,
pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara teknis.
 Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek
pembangunan yang berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih
khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
 Proses evaluasi terhadap penyelenggaraan proyek yang dilakukan secara
terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi
juga secara teknis dan fisik dari setiap out put kerja-kerja pembangunan.
Kontrol masyarakat sangat diperlukan
Proses Perencanaan
Program Pembangunan,
Anggaran Pendapatan
dan Anggaran Belanja Negara
atau Daerah

Evaluasi dan Penilaian Implementasi


Kinerja Anggaran
Kontrol Alokasi Sektor,
Out Come Jangka Pendek Masyarakat Pelaksanaan,
& Jangka Panjang serta Pengawasan Format

Laporan Pertanggungjawaban
Out Put
(Teknisi Fisik dan Administrasi)
Fairness

Prinsip fairness ditujukan


untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran)
dalam penganggaran, baik
dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran
lainnya.
lima langkah penegakan prinsip fairness

1. Komprehensif dan disiplin yang berarti


mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan,
pengeluaran dan tidak melampaui batas (off budget).
2. Fleksibilitas yaitu adanya kebijakan tertentu untuk
efisiensi dan efektifitas.
3. Terprediksi yaitu ketetapan dalam perencanaan atas
dasar asas value for money dan menghindari defisit dalam
tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi
merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam
proses perencanaan pembangunan.
4. Kejujuran yaitu adanya bias perkiraan penerimaan
maupun pengeluaran yang disengaja, yang berasal dari
pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan
bagian pokok dari prinsip fairness.
5. Informatif, yaitu adanya sistem informasi pelaporan yang
teratur dan informatif sebagai dasar penilaian kinerja,
kejujuran dan proses pengambilan keputusan. Sifat
informatif merupakan ciri khas dari kejujuran.
Kebijakan Anti-Korupsi
• Kebijakan anti korupsi mengatur tata interaksi
agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan negara dan masyarakat.
• Kebijakan anti korupsi tidak selalu identik dengan
undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa
undang-undang kebebasan mengakses informasi,
undang-undang desentralisasi, undang-undang
anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan
anggaran negara oleh para pejabat negara.
4 Aspek Kebijakan Anti-Korupsi

Pembuat
Isi

Kebijakan Anti-korupsi

Kultur Pelaksana
4 Aspek Kebijakan ….
 Isi kebijakan:
Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-
unsur yang terkait dengan persoalan korupsi.
 Pembuat kebijakan:
Kualitas isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
 Pelaksana kebijakan:
Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-
aktor penegak kebijakan; yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.
 Kultur kebijakan:
Eksistensi sebuah kebijakan terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap,
persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-
undang anti korupsi. Lebih jauh kultur kebijakan ini akan menentukan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan


upaya agar kebijakan yang dibuat
betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk
korupsi.
3 Model Kontrol Kebijakan

Partisipasi Oposisi

KEBIJAKAN

Revolusi
3 Model Kontrol Kebijakan
 Partisipasi:
Melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut
serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
 Oposisi:
Mengontrol dengan menawarkan alternatif
kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
 Revolusi;
Mengontrol dengan mengganti kebijakan yang
dianggap tidak sesuai.
Perbedaan kontrol terhadap kebijakan
tergantung pada sistem yang terbangun. Dalam
sistem demokrasi yang sudah mapan
(established), kontrol kebijakan tersebut dapat
dilakukan melalui partisipasi dan oposisi.
PERAN KPK
DALAM
PENCEGAHAN
KORUPSI
TUGAS KPK Ps. 6c
DALAM UU NO 30 TAHUN 2002

PS.12

Ps. 6d Ps. 6a

TUPOKSI KPK
Pasal 6 UU No. 30 Tahun
2002

Ps. 6e Ps. 6b

16
STRUKTUR ORGANISASI & TUPOKSI KPK
Ps. 6c

PS.12

Ps. 6d Ps. 6a

TUPOKSI KPK
Pencegahan
Pasal 6 UU No. 30 Tahun
2002
Korupsi

Ps. 6e Ps. 6b
Pimpinan Penasihat
STRUKTUR
KELEMBAGAAN

Deputi Deputi Deputi Deputi Sekretariat


Pencegahan Penindakan Informasi & Data PIPM Jenderal

Direktorat Pendidikan & Direktorat Direktorat Direktorat Unit Koordinasi &


Pelayanan Masyarakat Penelitian & Pendaftaran & Gratifikasi Supervisi Bidang
Pengembangan Pemeriksaan Pencegahan
LHKPN
PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH

2019 39
PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH

2019 40
STRATEGI
PEMBERANTASAN KORUPSI

Takut Korupsi

Mempersempit celah
Korupsi

Tidak Mau Korupsi


IMPLEMENTASI
Pasal 13 huruf C UU KPK:
PENDIDIKAN
“KPK ANTIKORUPSI
berwenang menyelenggarakan pendidikan
antikorupsi di setiap jenjang pendidikan.”

Pendidikan Anak Pendidikan


Pendidikan Dasar Pendidikan Tinggi Masyarakat Umum
Usia Dini Menengah
LANGKAH
IMPLEMENTASI PAK ADVOKASI DAN
REGULASI
01
PENGEMBANGAN
MATERI DAN
MONITORING DAN 05 -
-
FGD 02 KURIKULUM
Workshop
EVALUASI - ToT
- Publikasi
SOSIALISASI DAN
CAPACITY
PENDAMPINGAN
DAN KONSULTASI
04 03 BUILDING
TUGAS PENCEGAHAN (Pasal 13)

KPK berwenang melakukan tugas dan langkah pencegahan sbb:


Depdiknas &
Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan thd laporan harta semua Lemb.
kekayaan penyelenggara negara pendidikan lain

Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi


Media
Massa, LSM,
Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan
Lemb keagamaan
Masy umum
Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan TPK

Luar
Melakukan kampanye antikorupsi kpd masyarakat umum negeri
TUGAS LID, DIK, TUT (Pasal 11)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, Komisi


Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
tindak pidana korupsi yang:

Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan


orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau
penyelenggara negara;
Mendapat perhatian yang meresahkan
Pencegahanmasyarakat; dan/atau
Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp.
Korupsi
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
1
Data Penyelesaian Laporan Masyarakat
Tahun 2017
(ORI : Periode 1 Januari – Desember 2017)

2348 Lap 1797 Lap.


Penundaan Penyimpangan
28,4 berlarut 21,8 Prosedur
% %

1403 Lap. Tidak 813 Lap.


Memberikan Tidak Kopeten
17,0 9,9
Pelayanan
% %

679 Lap. 618 Lap.


8,2 Penyalahgunaan 7,5 Permintaan
% Wewenang % Imbalan,
Uang/Jasa
404 121 Lap.
4,9 Tidak Patut 1.5
% % Diskriminasi

44 Lap.
0.5 Berpihak 0,4 33 Lap.
% % Konflik
N : 8260
Kepentingan

Sumber : OMBUDSMAN Republik Indonesia


2

Sumber : OMBUDSMAN Republik Indonesia


1
2
Jenis Tipikor (UU No.31/1999 Jo.UU
No.20/2001)
Korupsi dirumuskan dalam 30 jenis tipikor, dikelompokkan menjadi tujuh jenis besar.
TINDAK PIDANA KORUPSI
Berdasarkan Profesi Berdasarkan Modusnya

Sumber: Data Penindakan KPK, Desember 2018


PERBEDAAN SUAP DAN GRATIFIKASI
MENURUT PAKAR
Ada meeting of Tidak ada meeting
mind of mind

Perbuatan yang
mengindikasikan Pelaporan
meeting of mind GRATIFIKASI ditekankan pada
telah dilakukan
SUAP kesadaran

Niat jahat (mens Niat jahat (mens


rea) telah ada rea) dianggap ada
saat penerimaan setelah 30 Hari
Kerja
Konstruksi Hukum Pelaporan Gratifikasi
Jika Lapor KPK
Menjadi Milik Negara
Bebas dari Ancaman Pidana Pasal 12 B
Gratifikasi yang Wajib
Dilaporkan

Pasal 12B UU 20/2001 Jika Tidak Lapor KPK


Diancam pidana Pasal 12B
Sanksi Administratif

Jika dilaporkan,
Penyelenggara Negara (PN) Tidak berhubungan dengan Ditetapkan milik Penerima
WAJIB LAPOR GRATIFIKASI jabatan & tidak
Pasal 16 UU KPK berlawanan dengan
kewajiban/tugas penerima

Non 12B Tidak Wajib Dilaporkan


Rp 481.431.526
Rp 2.2M

Rp 2.2 M

1. EUR 73,62
2. GBP 876,43
3. KRW 327.000,00 3. JPY 24.729,99
1. AUD 95,59 Rp 2.6M 4. SAR 60,00
2. SGD 303,48 5. USD 2.810,78
4. CNY 539,00
3. TRY 100,00 5. EUR 3.582,45
4. USD 1.358,68 1. USD 93.739,74 8. MYR 30,97
Periode 1 Januari – 31 Desember 2018
2. SGD 235.641,29 9. SAR 3.852,30
12 Jenis Gratifikasi yang Tidak Wajib Lapor
Keuntungan/bunga dari
Karena hubungan keluarga, 7 investasi/saham pribadi yang
1
tidak ada konflik kepentingan berlaku
Manfaatumum
bagi semua peserta
Terkait musibah /bencana 8 koperasi/organisasi yang berlaku
2
maks 1 jt umum
Seminar kit/sertifikat dari
Pernikahan, kelahiran, aqiqah, 9 kegiatan resmi kedinasan yang
3 baptis, khitan/ upacara adat berlaku umum
lain maks 1jt Hadiah/beasiswa/tunjangan dari
1
Hidangan/sajian yang berlaku Pemerintah sesuai peraturan yg
4 0
umum berlaku
Sesama pegawai pada pisah Dari kompensasi/profesi di luar
sambut, pensiun, promosi, o r ke
Lap 1 kedinasan yg tidak terkait dengan
5 ultah (bukan uang maks nilai tupoksi, tidak ada konflik
Gratifikasi 1
300 rb dan total setahun kepentingan & tidak melanggar
maks 1 jt dari pemberi yang Online KPK
kode etik
sama) akademis/non
Prestasi Sesama rekan kerja (bukan
akademis yg menggunakan 1 uang maks nilai 200 rb dan
6 2
biaya sendiri (tidak terkait total setahun 1 jt dari
kedinasan) pemberi yang sama)
Bidang Wajib Lapor Sudah Lapor Belum Lapor Kepatuhan
Eksekutif 238,014 157,116 80898 66.01%
Yudikatif 22,519 10,817 11702 48.03%
Legislatif - MPR 2 1 1 50.00%
Legislatif - DPR 536 115 421 21.46%
Legislatif - DPD 80 46 34 57.50%
Legislatif - DPRD 15,229 4,372 10857 28.71%
Pemilu Legislatif DPR RI 481 2 479 0.42%
Pemilu Legislatif DPD RI 90 59 31 65.56%
Pemilu Legislatif DPRD 1,806 29 1777 1.61%
BUMN/BUMD 25,426 21,436 3990 84.31%
Total 304,183 193,993 110190 63.78%

Kewajiban Penyelenggara Negara untuk melaporkan harta


kekayaan diatur dalam :
•UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme
•UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
•Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 07 Tahun
2016 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman
MARI BUDAYAKAN…
• PN/Birokrat/ Penegak • Pengusaha/
Hukum/Politikus Pebisnis/Bankir
Tolak Gratifikasi & Jangan Beri Gratifikasi &
Suap Suap

• Masyarakat
Awasi & Laporkan
PERAN SERTA •


Penegakan Integritas Profesi (Etika)
Pengaturan Konflik Kepentingan
ZeroTolerance
• Reformasi Birokrasi
• Monitoring PEP (Politically Exposed Person)
• Sosialisasi dan Kampanye

• KONTROL KORUPSI

• Open Government
AKUNTABILITAS • Transparansi
• Partisipasi Publik
• Inovasi IT

• Modern Investigation surveillance /


KOMPETENSI undercover / search / seizure / interception)
• Kompetensi Audit / Komputer / Media
Forensik
• Pengaduan Dugaan Tindak Pidana
Korupsi:
Direktorat Pengaduan Masyarakat
• PO BOX 575 Jakarta 10120
Telp: (021) 2557 8389
Faks: (021) 5289 2454
SMS: 08558 575 575, 0811 959 575
Email: pengaduan@kpk.go.id

• Pelaporan Gratifikasi:
• Direktorat Gratifikasi
Telp: (021) 2557 8440
Email: pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id

• Pelayanan Informasi Publik


• Hubungan Masyarakat:
Telp: (021) 2557 8498
Faks: (021) 5290 5592
Email: informasi@kpk.go.id

Media Sosial KPK Informasi Laporan Harta Kekayaan
Twitter: @KPK_RI Penyelenggara Negara (LHKPN):
• Direktorat LHKPN
Telp: (021) 2557 8396
Instagram: @official.kpk Email :informasi.lhkpn@kpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai