Rajasawardhana
Rajasawardhana | |
---|---|
Rajasawardhana Sang Sinagara | |
Maharaja Majapahit ke 8 | |
Berkuasa | Majapahit (1451-1453) |
Pendahulu | Kertawijaya (Brawijaya I) |
Penerus | Girishawardhana |
Kelahiran | Dyah Wijayakumara |
Kematian | 1453 |
Pasangan | Manggalawardhanī Dyah Suraghārinī, Bhre Tanjungpura |
Keturunan |
|
Wangsa | Rajasa |
Ayah | Kertawijaya |
Ibu | Jayawardhanī Dyah Jayeswari, Bhre Daha |
Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya)
|
Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara (Jayanagara)
|
Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani (Tribhuwana Wijayatunggadewi)
|
Sri Maharaja Rajasanagara (Hayam Wuruk)
|
Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana (Wikramawardhana)
|
Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja (Suhita)
|
Brawijaya I (Kertawijaya)
|
Brawijaya II (Rajasawardhana)
|
Brawijaya III (Girishawardhana)
|
Brawijaya IV (Suraprabhawa)
|
Brawijaya V (Angkawijaya)
|
Rajasawardhana atau disebut Rajasawardhana Dyah Wijayakumara atau Bhre Kahuripan ( Brawijaya II ) adalah maharaja Majapahit ke-8 (wafat tahun 1453). Nama Rajasawardhana dalam sejarah Kemaharajaan Majapahit merujuk pada dua orang. Yang pertama adalah raja Majapahit yang memerintah tahun 1451-1453 dengan gelar Rajasawardhana Sang Sinagara. sedangkan yang kedua adalah penguasa Matahun atau Bhre Matahun pada pemerintahan Hayam Wuruk. Raja Rajasawardhana Merupakan Putra sulung dari Raja Kertawijaya (Brawijaya I) dengan permaisuri Dyah Pitaloka Citraresmi.
Rajasawardhana Sang Sinagara
[sunting | sunting sumber]Rajasawardhana muncul dalam Pararaton sebagai raja Majapahit yang naik takhta tahun 1451. Disebutkan bahwa, sebelum menjadi raja ia pernah menjabat sebagai Bhre Pamotan, Bhre Keling, kemudian Bhre Kahuripan.
Versi 1
[sunting | sunting sumber]Rajasawardhana naik takhta menggantikan Kertawijaya. Hubungan antara keduanya tidak disebut dengan jelas dalam Pararaton, sehingga muncul pendapat bahwa, Rajasawardhana yang menggantikan Suhita sebagai Bhre Kahuripan, melakukan kudeta disertai pembunuhan terhadap Kertawijaya.
Versi 2
[sunting | sunting sumber]Pendapat lain mengatakan, Rajasawardhana identik dengan Dyah Wijayakumara, yaitu putra sulung Kertawijaya yang namanya tercatat dalam prasasti Waringin Pitu (1447). Menurut prasasti Waringin Pitu, Dyah Wijayakumara memiliki istri bernama Manggalawardhani Bhre Tanjungpura. Dari perkawinan itu lahir dua orang anak, yaitu Dyah Samarawijaya dan Dyah Wijayakusuma (Bhre Kertabhumi) .
Sementara dalam Pararaton, Rajasawardhana Sang Sinagara memiliki empat orang anak, yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan Bhre Kertabhumi. Jika Rajasawardhana Sang Sinagara benar identik dengan Wijayakumara, berarti Bhre Kahuripan dan Bhre Mataram juga identik dengan Samarawijaya dan Wijayakusuma.
Kemungkinan, saat prasasti Waringin Pitu dikeluarkan pada tahun (1447), Bhre Pamotan dan Bhre Kertabhumi belum lahir.
Pemerintahan Rajasawardhana juga terdapat dalam berita Tiongkok. Disebutkan bahwa pada tahun 1452 Rajasawardhana mengirim duta besar ke Tiongkok.
Menurut Pararaton, sepeninggal Rajasawardhana tahun 1453, Majapahit mengalami kekosongan pemerintahan selama tiga tahun. Baru pada tahun 1456, Bhre Wengker naik takhta bergelar Bhra Hyang Purwawisesa. Tokoh ini dianggap identik dengan Girishawardhana putra kedua Kertawijaya yang tercatat dalam prasasti Waringin Pitu.
Rajasawardhana Bhre Matahun
[sunting | sunting sumber]Rajasawardhana yang kedua, yang menurut Nagarakretagama, adalah Rajasawardhana yang menjabat sebagai Bhre Matahun yaitu suami dari Indudewi alias Bhre Lasem putri Rajadewi dengan Wijayarajasa. Dari perkawinan itu, lahir Nagarawardhani yang menikah dengan Bhre Wirabhumi putra Hayam Wuruk, raja Majapahit saat itu (1351-1389).
Dalam Pararaton, pejabat Bhre Matahun yang identik dengan Rajasawardhana adalah Raden Larang. Istrinya adalah adik kandung Hayam Wuruk. Perkawinan tersebut tidak menghasilkan keturunan, karena istri Bhre Wirabhumi versi Pararaton adalah putri Raden Sumana alias Bhre Paguhan, bukan putri Raden Larang.
Dalam hal ini, berita dalam Nagarakretagama lebih dapat dipercaya, karena ditulis tahun 1365, saat Rajasawardhana masih hidup. Prasasti Kusmala (Prasasti Kandangan) bertarikh 1350 M, menyebut Bhre Matahun dengan gelar pāduka bhaţāre matahun šri bhaţāra wijayarājasānanta wikramottunggadewa.
Silsilah Sang Sinagara
[sunting | sunting sumber]Singhawardhana Dyah Sumana | |||||||||||||||
Wikramawardhana Dyah Gagak Sali | |||||||||||||||
Rajasaduhita Iswari Dyah Nertaja | |||||||||||||||
Wijayaparakramawardhana Dyah Kertawijaya | |||||||||||||||
Rajasawardhana Dyah Wijayakumara Sang Sinagara | |||||||||||||||
Kertawardhana Dyah Cakradhara | |||||||||||||||
Ranamanggala | |||||||||||||||
Jayawardhanī Dyah Jayeswari | |||||||||||||||
Singhawardhana Dyah Sumana | |||||||||||||||
Surawardhani | |||||||||||||||
Rajasaduhita Iswari Dyah Nertaja | |||||||||||||||
Lihat Pula
[sunting | sunting sumber]Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]- M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
- Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
- Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
Didahului oleh: Dyah Kertawijaya |
Raja Majapahit 1451—1453 |
Diteruskan oleh: Girishawardhana |