Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 01 (2021), pp. 54-67
ISSN. 1412-1743 (Online); ISSN. 2581-0618(Print)
DOI: 10.14421/hisbah.2021.181-05
Homepage: http://ejournal.uin-suka.ac.id/index.php/hisbah/index
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk
Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
1*Muhammad
Adnan Alkatiri, 2Nurjannah, 3Neni Simbala
1Bimbingan
2
Konseling Islam, Pasca Sarjana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia
Bimbingan Konseling Islam, Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia
3Pendidikan Agama Islam, Tarbiyah, IAIN Manado, Indonesia
*E-mail: adnanalkatiri04@gmail.com
Received: 06 Februaru 2021
Revised: 30 Juni 2021
Accepted: 08 November 2021
Abstract
This study aims to determine the process and results of counseling conducted by a counselor to a
single subject who suffers from acute mental anxiety disorder through personal counseling based
on the CBT Cognitive Behavior Therapy technique. The method used in this study is a descriptive
qualitative method, namely by explaining the process carried out by counselors when providing
counseling to clients who suffer from mental anxiety disorders and the results obtained. The
results of the first study obtained were the results of a diagnosis which showed that there were
symptoms of mental anxiety based on strange habits that the client often did. These habits are in
the form of touching objects around him strangely such as walls, fences, doors and electricity poles
repeatedly, washing the body repeatedly more than the amount prescribed by religion when
performing ablution, entering and exiting the bathroom several times and tying and removing
curtains regularly. unreasonably repeated. Then the second, the counseling process that is carried
out is the counselor providing personal counseling to clients by changing the client's anxious
feelings through the Cognitive Behavior Therapy approach or replacing the client's irrational
thinking that triggers mental anxiety with rational thinking. Furthermore, the third is the result
of the counseling process, namely the client has rarely carried out these unnatural habits, even
gradually these habits have disappeared.
Keyword : Personal Counseling, Cognitive Behavior Therapy, Anxiety
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil konseling yang dilakukan konselor
kepada seorang subjek tunggal yang menderita gangguan kecemasan mental akut melalui
konseling pribadi berbasis tekhnik CBT Cognitive Behaviour Therapy. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif yaitu dengan menjelaskan proses yang
dilakukan oleh konselor ketika memberikan konseling kepada klien yang menderita gangguan
kecemasan mental beserta hasil yang didapatkan. Hasil penelitian pertama yang didapatkan
20xx The Authors. Published by Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. This is an open access article under the CCBY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0).
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
adalah hasil diagnosis yang menunjukkan terdapat gejala kecemasan mental berdasarkan
kebiasaan-kebiasaan aneh yang sering dilakukan klien. Kebiasaan tersebut berupa menyentuh
benda-benda di sekitranya secara aneh seperti tembok, pagar, pintu dan tiang listrik berkalikali, membasuh angota tubuh berulang-ulang melebihi jumlah yang disunahkan agama ketika
berwudhlu, masuk keluar kamar mandi beberapa kali serta mengikat dan melepas gorden
secara berulang-ulang secara tak wajar. Kemudian yang kedua, proses konseling yang
dilakukan adalah konselor memberikan konseling secara pribadi terhadap klien dengan
tekhnik merubah perasaan cemas klien melalui pendekatan Cognitive Behaviour Therapy atau
mengganti pemikiran irrasional klien yang memicu timbulnya kecemasan mental dengan
pemikiran yang rasional. Selanjutnya yang ketiga adalah hasil dari proses konseling yakni klien
sudah jarang melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak wajar tersebut, bahkan lambat laun
kebiasaan-kebiasaan tersebut sudah hilang.
Kata Kunci: Konseling Pribadi, Cognitif Behaviour Therapy, Kecemasan.
Pendahuluan
Kecemasan yang disebut dengan istilah anxiety atau dikenal juga dengan
neurosa kecemasan adalah bentuk neurosa dengan tanda mencolok seperti ketakutan
akan bahaya yang seolah-olah tetap mangancam meskipun kenyataannya tidak ada
(Annisa & Ifdil, 2016). Kecemasan mental cenderung menimbulkan perasaan takut
karena perasaan yang tidak wajar terhadap sesuatu hal yang belum pasti terjadi
dengan disertai asumsi dari pelaku-pelakunya. Hal ini disebabkan kecemasan mental
dipicu oleh faktor biologis dan faktor psikososial yang mendorong timbulnya
kecemasan mental dalam diri seseorang secara terus menerus hingga menjadi
kebiasaan hingga berpengaruh pada sifat seseorang (Nida, 2014). Kedua faktor
tersebut menjadi hal yang mendorong timbulnya kecemasan pada diri seseorang yang
disebabkan oleh faktor turunan dan lingkungan.
Faktor biologis datang dari neorotransmiter yang memiliki sistem untuk
memicu kecemasan mental dalam otak manusia akibat dari genetika yang diawali dari
menurunnya kecepatan metabolisme di bagian ganglia bangsalis serta substansia putih
bagi klien yang mengalami kecemasan umum (Haqi, 2019). Pengaruh faktor biologis
sangatlah sedikit terhadap kecemasan seseorang karena sebagaian besar kecemasan
dipengaruhi oleh faktor psikolososial dan banyaknya faktor biologis terhadap
kecemasan hanya berkisar 25% menurut penelitian genetika. Jarang sekali seseorang
yang menderita kecemasan mental secara murni dipengaruhi oleh faktor biologis, akan
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
55
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
tetapi mayoritas penderita kecemasan mental dipengaruhi oleh faktor psiko-sosial
atau faktor lingkungan (Sarlito, 2009). Faktor psikososial artinya hal-hal yang
mempengaruhi keadaan jiwa seseorang berdasarkan lingkungan sekitar atau
psikososial yakni pengaruh yang didapatkan dari lingkungan sekitar dalam bentuk
pengalaman buruk yang sulit dilupakan.
Faktor psikososial sering menjadi pemicu utama yang menimbulkan
kecemasan pada diri seseorang termasuk di dalamnya adalah lingkungan (Soliha,
2015) Seorang anak yang mendapat pengalaman buruk akan menimbulkan perasaan
trauma dan sindrom lainnya, jika tidak ditangani dengan penanganan maksimal dan
akhirnya dapat mempengaruhi mentalnya. Selain itu hal ini pun akan menjadi
ganggunan psikis hingga dia dewasa nanti. Orang dewasa juga yang mengalami
kecemasan disebabkan adanya perkembangan kecemasan pada masa anak-anak yang
tidak dapat diatasi secara tuntas dan efisien (Alfredo, 2016). Misalnya seseorang anak
yang selalu mendapat kekerasan dari orang tua, maka anak tersebut akan berkembang
dengan mental yang lemah disertai dengan sosial anxiety disorder (fobia social) yakni
berpikir bahwa semua orang yang ada disekitarnya menganggap jelek terhadap
dirinya, takut untuk bergaul dengan lawan jenisnya serta merasa takut ketika tampil
di depan umum.
Masing-masing dari faktor biologis dan psikososial memiliki pengaruh yang
andil terhadap munculnya kecemasan mental (Rakhmahappin & Prabowo, 2014). Hal
ini memberikan keyakinan yang kuat dikalangan psikolog bahwa kedua faktor tersebut
berkolaborasi sebagai pemicu kecemasan dan memberikan dampak yang besar. Sebab
selain faktor psikososial atau lingkungan faktor biologis juga menunjang kekuatan
mental seseorang apakah memiliki mental kuat atau mental yang lemah hingga
berpotensi memiliki kecemasan mental (Dewi, 2012). Penderita kecemasan mental
harus diatasi dengan cara dan tekhnik yang khusus dan tepat dari psikiater atau
konselor.
Tekhnik yang efektif adalah dengan menggunakan cognitive behaviour therapy
(CBT) yakni mengganti keyakinan yang tidak rasional klien dengan keyakinan yang
rasional (Pujiati, Noviandari, & PGRI, 2018). Keyakinan yang tidak rasional terebut
56
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
merupakan bentuk kecemasan mental klien yang belum tentu terjadi secara realistis
namun hanya asumsi dan pemikiran belakanya saja. Maka kecemasan tersebut
diarahkan dan diluruskan oleh seorang psikiater atau konselor dengan pemahamanpemahaman yang wajar dan dapat diterima oleh akal dan hati nurani setiap orang
khusunya oleh klien itu sendiri (Fajar, 2019). Artinya seorang psikiater atau konselor
harus benar-benar dapat memahami hal-hal yang rasional dan mampu meminimalisir
pemikiran-pemikiran irasional klien yang dianggapnya benar yang pada akhirnya
menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Terapy CBT dapat berjalan dengan lancar jika
menggunakan tekhnik konseling pribadi sebab klien dapat fokus pada masalah intinya.
Konseling pribadi adalah konseling yang dilakukan secara pribadi atau empat
mata antar konselor dan klien yang tidak melibatkan siapapun saat proses konseling
dilaksanakan (Nunzairina, 2019). Konseling pribadi ini dianggap efektif karena proses
konseling dapat berjalan lebih intens antara klien dan konselor sehingga
memungkinkan proses konseling berjalan dua arah secara aktif. Dengan begitu
konselor dapat mengetahui dan mengidentifikasi masalah tersebut sehingga dapat
memberikan treatmen konseling yang tepat dengan masalah klien hingga proses
konseling dapat berjalan dengan efektif (Handoko, 2013). Selain itu konseling pribadi
memberikan ruang kepada klien agar lebih bebas mengutarakan dan meyampaikan
masalah yang dirasakannya tanpa ditutup-tutupi dan tidak merasa canggung
berdasarkan situasi dan keadaan yang kondusif.
Sebagai konselor peneliti melakukan konseling pribadi secara langsung dan
tatap muka kepada seorang klien yang menderita gangguan kecemasan mental dengan
menggunakan terapy tingkah laku kognisi atau cognitive behaviour therapy sekaligus
untuk mengetahui proses dan hasilnya. Subjek yang menderita kecemasan tersebut
merupakan wanita parubaya yang berumur lima puluhan dan masih merupakan
kerabat dan keluarga klien sendiri. Penelitian ini akan membahas seperti apa proses
konseling yang dilakukan oleh peneliti sebagai seorang konselor terhadap klien sendiri
yang menderita gangguan kecemasan mental. Selain itu juga seperti apa hasil yang
diperoleh oleh konselor dalam melakukan proses konseling terhadap klien yang
mengalami gangguan kecemasan mental.
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
57
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
Metode Penelitian
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif yakni menganalisis temuan lapangan berupa penjelasan klien terkait semua
masalah gangguan kecemasan mental klien sebagai hasil murni yang diperoleh dari
lapangan (Saepul Hamdi, 2014). Hasil lapangan yang akan dibahas meliputi proses
konseling yang dilakukan oleh peneliti sebagai konselor kepada klien yang mengalami
gangguan kecemasan dan hasil yang diperoleh dari proses konseling tersebut.
Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah seorang subjek tunggal berjenis kelamin
perempuan dengan usia lima puluhan yang menderita gangguan kecemasan mental.
Selain itu peneliti sebagai konselor juga menjadi sasaran penelitian terkait proses dan
hasil konseling yang dilakukan kepada subjek tersebut yang merupakan seorang klien
yang menderita gangguan kecemasan mental (Bakri & Barmawi, 2017). Maka yang
menjadi sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah konselor dan klien dalam
melakukan proses konseling beserta hasil yang diperolehnya sebagai temuan
lapangan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan wawancara. Observasi adalah cara peneliti untuk memperoleh data
dengan melakukan pemantauan dan pengamatan terhadapa perilaku dan tindakan
klien yang menunjukkan adanya gejala-gejala gangguan kecemasan (Pakpahan &
Yohana, 2017). Data observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap segala tindakan
klien yakni masalah inti dan masalah penyerta klien yang menimbulkan gangguan
kecemasan, serta proses konseling yang dilakukan peneliti untuk mengatasi gangguan
kecemasan tersebut dan hasil yang diperoleh peneliti dari perkembangan klien melalui
proses konseling tersebut. Kemudian wawancara yaitu peneliti menggali informasi
dalam bentuk jawaban dari klien mengenai masalah inti dan penyertanya sebagai
bagian dari gangguan kecemasan mental dalam bentuk jawaban untuk mendiagnosa
keluhan klien serta perlu diberi konseling yang tepat (SYAMSI SURYA CHANDRA,
58
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
2016). Peneliti langsung melakukan proses konseling kepada klien setelah
mengidentifikasi masalah inti dan penyertanya sebagai gangguan kecemasan klien
melalui teknik Cognitif behaviour therapy (CBT).
Cara Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dengan cara interpretasi inti
bahasa dari proses konseling antara konselor dan klient mengenai topic bahasan yang
berhubungan dengan proses konseling pribadi berbasis CBT dalam mengatasi
gangguan kecemasan mental (Situmorang & Awalya, 2018). Proses konseling
diinterpretasi makna dan inti pertanyaan dan jawaban dari konselor dan klien saat
berjalannya proses konseling dengan menggunakan bahasa peneliti sendiri sebagai
konselor Proses dan hasil tersebut dicatat oleh peneliti berupa pertanyaan dan
jawaban ketika melakukan konseling pribadi pada klient yang menderita gangguan
kecemasan kemudian diklasifikasi data tersebut berupa point-poin penting. Hal-hal
yang masuk pada tahapan dan proses konseling konselor pada klien dituangkan dalam
hasil dan pembahasan peneliti seperti masalah inti dan penyerta klient, teknik dan
metode yang digunakan peneliti serta prosedur yang dilakukan oleh konselor dalam
melakukan proses konseing pribadi terhadap klien gangguan kecemasan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Pada hasil dan pembahasan penelitian ini peneliti membagi ke dalam tiga
bagian berupa poin-poin yang diklasifikasi seperti hasil diagnosis, proses konseling,
dan hasil konseling.
1. Hasil Diagnosis (Data Observasi dan Interview)
Klien mengungkapkan semua kondisi dan keadaan mental yang membuatnya
melakukan kebiasaan-kebiasaan aneh dan tidak wajar yang berawal dari
kecemasan mental. Klien menjelaskan jika ia tidak melakukan hal tersebut maka
dia merasa ada yang kurang dan menjanggal di dalam hatinya sehingga kebiasaankebiasaan aneh tersebut perlu ia lakukan. Tindakan aneh yang dilakukan klien
antara lain adalah ketika masuk kamar mandi dia keluar dan masuk lagi sebayak
beberapa kali, kemudian ketika mengambil wudlu klien mencuci anggota tubuh
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
59
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
sebanyak-banyaknya yang melebihi dari jumlah aturan hukum Islam yakni
sebanyak
tiga
kali,
mengatur
gorden
dengan
mengikatnya
kemudian
melepaskannya lagi dan mengikat kemudian melepasnya lagi hingga beberapa kali,
memukul-mukul dada dan menyentuh benda-benda disampingnya yang tidak
perlu disentuh seperti pohon, pagar, tembok dan tiang listrik secara berulangulang. Alasan atas semua itu adalah agar klient merasa puas serta menjadi tenang
meski sikap dan tindakan aneh tersebut tidak memiliki makna atau tujuan yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
2. Proses Konseling
Peneliti menjadi konselor untuk memberikan konseling dan terapy kepada
klien berupa konseling pribadi berbasis CBT (Cognitif behaviour therapy) yaitu
dengan memberikan arahan dan edukasi kepada klien dalam mengatasi gangguan
kecemasan mental. Proses konseling dilakukan agar sekiranya dapat mengurangi
tindakan-tindakan aneh dari klien dengan memberikan pengetahuan yang
sebenarnya akan hal-hal yang merugikan dan tidak mendatangkan manfaat sama
sekali atas perilaku anehnya. Selain itu konselor juga memberikan arahan berupa
materi ayat-ayat alqur’an tentang gangguan kecemasan mental seperti surah Annas dan hadis nabi bahwa mengambil air wudhu tidak boleh menggunakan air
secara boros meskipun di dalam sungai. Ayat al-Qur’an dan hadis ini disampaikan
oleh konselor kepada klien sebab ayat dan hadis ini merupakan perlindungan diri
dari rasa keraguan yang menimbulkan gangguan kecemasan mental.
Konselor mengajarkan dan membimbing klien agar perilaku aneh tersebut
dibiasakan untuk dikurangi secara tahap demi tahap seperti, kurangi menyentuh
tembok atau benda-benda yang ada di sekitarnya untuk menghilangkan perasaan
gengguan kecemasan metal tersebut. Selain itu konselor menyampaikan alasan inti
dari tindakan dan perilaku aneh tersebut tidak akan menghasilkan dampak baik
dan bermanfaat bagi diri sendiri tetapi justru akan menyakiti diri seperti badan
atau fisik menjadi lemah. Konselor juga menyampaikan bahwa mengambil wudlhu
sekiranya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan oleh syari’at agama dan
hukum Islam seperti hukum fiqih yaitu disunnahkan hanya tiga kali dalam
60
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
membasuh setiap anggota tubuh. Hal ini perlu diajarkan oleh konselor dalam
proses konseling karena klien selalu membasuh anggota tubuh lebih dari tiga kali
atau sebanyak-banyaknya sehingga pakaian klien tersebut sering basah kuyub
ketika selesai berwudhlu.
Klien tersebut akhirnya diajarkan oleh konselor dalam bentuk praktek
tentang bagaimana mengambil air wudhlu yang benar menurut yang telah
ditentukan dan diajarkan oleh syari’at agama. Konselor mengajarkan cara
mengambil air wudhlu yang benar kepada klien dengan menghitung jumlah
basuhan anggota tubuh klien sebanyak tiga kali pada setiap anggota tubuh tersebut.
Hal ini dapat dilakukan oleh klien dengan mendengarkan aba-aba dari konselor
juga setalah mendengar edukasi dan bimbingan dari konselor melalui materimateri keagamaan seperti ayat-ayat al-Qur’an dan hadis mengenai tidak boleh
menggunakan air secara boros untuk berwudhlu meskipun di dalam sungai.
Akhirnya secara bertahap klien pun dapat berwudhlu dengan benar dalam jumlah
yang telah ditentukan ketika membasuh dan membersihkan setiap anggota tubuh
sebanyak tiga kali.
Konselor juga menjelaskan kepada klien bahwa gerakan memukul-mukul
tubuh yang dilakukan oleh klien sebagai bentuk dari gangguan kecemasan
mentalnya itu salah. Hal ini dikarenakan memukul-mukul tubuh justru hanya akan
memberi rasa sakit kepada tubuh klien itu sendiri sehingga klien bukan hanya
merasakan gangguan bathin tapi juga gangguan fisik yang menjadi lemah karena
sakit akibat dari memukul-mukul tubuh. Konselor juga menyampaikan bahwa
perilaku menyentuh benda-benda di sekitarnya secara tidak wajar akan menambah
perasaan cemas pada diri klien tersebut maka dari itu kenselor menganjurkan
untuk menyalurkan perasaan tersebut pada kegiatan-kegiatan yang lebih jelas dan
bermanfaat. Kegiatan bermanfaaat tersebut seperti berbicara dengan orang lain di
lingkungan sekitar, memasak, berzikir dan kegiatan positif lainnya serta selalu
berdoa kepada Allah saat perasaan cemas tersebut muncul.
Inti dari semua itu konselor mengajarkan bahwa jika perasaan tersebut
sudah
mulai
muncul
maka
lakukanlah
kegiatan-kegiatan
yang
dapat
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
61
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
menghilangkan perasaan tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang lebih jelas dan
bermakan sesuai dengan kenyamanan klien sendiri. Selain itu konselor juga
menyampaikan perilaku dan tindakan aneh tersebut dapat ditahan bahkan
dihilangkan karena hal ini juga akan memberikan penilaian negatif dari orang lain
terhadap diri klien, maka perilaku dan tindakan aneh sebagai bagian dari
kecemasan mental tersebut dapat disalurkan pada hal-hal dan kegiatan yang jelan,
bermakan serta terarah.
3. Hasil Konseling
Dari proses konseling dapat dilihat hasil yang ditunjukkan pada perilaku
klien setelah diberikan proses konseling. Adapun hasil yang ditunjukkan dalam
tindakan dan perilaku klien yakni klien terlihat kurang melakukan hal-hal aneh
seperti, menyentuh benda-benda secara tidak wajar disekitarnya karena sudah
muncul perasaan yang dapat menahan dirinya dari tindakan-tindakan sia-sia
tersebut. Kemudian beliau sudah dapat mengambil air wudhlu dengan jumlah yang
cukup dan tidak lagi berlebihan meskipun kadang masih membasuh lebih dari
jumlah yang telah ditentukan atau sebanyak tiga kali. Selain itu hasil yang
ditunjukkan oleh klien yakni sudah tidak memukul-mukul kepala dan dada lagi
karena klien sendiri sudah dapat menyalurkan perasaan tersebut pada aktifitas
yang membuat perasaannya menjadi lebih nyaman seperti melakukan komunikasi
dengan keluarga dan orang-orang yang ada di lingkungan sekitarnya. Begitu pula
ketika masuk kamar mandi klien tidak lagi keluar dan masuk lagi kemudian keluar
lagi karena klien menyadari bahwa perilakunya tersebut membuat dirinya lelah
dan tidak mendapatkan keuntungan apapun.
Pembahasan
1. Hasil Diagnosis (Data Observasi dan Interview)
Gangguan kecemasan mental dapat membuat seseorang gelisa hingga
merefleksikan perasaan tersebut ke dalam perilaku dan tindakan yang aneh yang
menyimpang dari perilaku normal jika sudah tergolong dalam kecemasan mental
berat (Gea, 2013). Hal ini sama seperti yang diderita oleh klien yang menderita
kecemasan mental secara berat hingga mengharuskannya untuk mengekpresikkan
62
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
perasaan cemas tersebut ke dalam hal-hal aneh dan tidak wajar. Perasaan cemas
tersebut diawali dari rasa takut dan khawatir terhadap sesuatu yang dianggap akan
terjadi meskipun sebenarnya belum tentu terjadi bahkan tidak akan terjadi (Asrori,
2016). Akibatnya perasaan tersebut terpendam dalam diri dan tidak disalurkan atau
dikeluarkan dalam bentuk komunikasi dan interaksi dengan dunia luar dan orangorang yang ada di lingkungan sekitar sebagai cara untuk menghindari diri dari
perasaan cemas.
Perasaan terpendam inilah yang dapat membuat klien tersebut melakukan
hal-hal dan tindakan aneh yang tidak wajar dan pantas dilakukan seperti menyentu
benda-benda yang tidak perlu di sentuh, membasuh angota tubuh sebanyakbanyaknya ketika berwudhlu, mengikat dan melepas gorden secara berulang-ulang
serta masuk keluar kamar mandi secara berulang-ulang. Perasaan cemas yang
terpendam tersebut jika tidak mendapat perhatian khusus dari keluarga dan orangorang terdekat maka akan menambah besar perasaan cemas tersebut dalam diri
seorang klien hingga berdampak pada resiko kecemasan mental level berat (Taylor,
2013). Selain perhatian dari keluarga, perlu adanya seorang ahli jiwa yang dapat
menangani masalah gangguan kecemasan klien tersebut seperti psikiater dan
konselor sebagai tempat untuk konsultasi mengenai masalah-masalah yang
dirasakan yang dapat menimbulkan gangguan kecemasan.
2. Proses Konseling
Proses konseling berupa bimbingan dan panduan mengindari diri dari
perilaku aneh akibat kecemasan mental. Ayat dan hadis nabi yang digunakan
konselor dalam memberikan edukasi dan bimbingan kepada klien sekiranya dapat
mengatasi gangguan kecemasan klien supaya lebih berkurang dan klien menjadi
lebih tenang (Basit, 2017). Sebab ayat dan hadis nabi merupakan panduan yang
dapat dipercayakan oleh semua orang termasuk konselor dalam memberikan
proses konseling kepada klien sendiri dalam beraktifitas untuk mengurangi
tindakan-tindakan aneh dalam kehidupan sehari-hari disebabkan kecemasan
mentalnya. Pada al-qur’an surah annas pun menjadi pokok materi untuk membantu
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
63
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
meringankan kecemasan mental karena surah ini kita memohon dan berserah diri
kepada Allah dari gangguan kecemasan mental.
Ayat dan hadis nabi yang disampaikan oleh konselor dengan menggunakan
tekhnik cognitif behaviour therapi dalam proses konseling pribadi antara konselor
dangan klien sendiri. Konselor menggunakan tekhnik cognitif behaviour therapy
dalam meluruskan pemahaman dan pikiran yang tidak rasional klien menjadi
rasional dan dapat diterima oleh keadaan psikis dan mentalnya (Syafaruddin,
Syarqawi, & Siahaan, 2019). Konselor memberikan cognitive behaviour therapy
untuk memberikan pemahaman kepada klien bahwa perasaan cemas yang
dianggapnya mungkin terjadi harus dibuktikan dengan kenyaataan sistematis, logis
dan bukan hanya sebuah opini atau anggapan biasa. Artinya semua hasil dan
dampak buruk yang akan terjadi dapat diminimalisir dengan upaya yang optimal
klien dengan berpikiran positif untuk mencegah kecemasan mental tanpa harus
melakukan hal-hal yang aneh.
Misalnya konselor memberikan pemahaman kepada klien bahwa sesuatu
yang buruk tidak akan terjadi kepada klien jika melakukan aktifitas yang dapat
menyenangkan perasaan bathin klien (Pieter, 2017). Dengan begitu pikiran jerni
pun akan muncul berdasarkan perasaan bathin klien yang menyenangkan. Proses
konseling itu dilakukan oleh konselor agar perasaan cemas dan perilaku abnormal
klien tersebut tidak bertambah lebih parah dengan memberikan pemahaman dan
membantu cara berpikir klien yang lebih logis serta dapat diterima oleh akal dan
hati nuraninya sebagai perkembangan mental yang lebih baik (Ulfiah, 2020). Arahan
dan bimbingan tersebut sekiranya dapat memberikan nilai edukasi kepada klien
dalam menghadapi kesukaran dan pengalaman pahit seperti kecemasan mental
yang dialaminya.
3. Hasil Konseling
Hasil yang ditunjukkan oleh klien menandakan bahwa konseling yang dilakukan
oleh konselor memiliki tekhnik yang efektif yakni tehnik cognitive behaviour
therapy, sebab hal ini dimulai dari pemikiran dan prasangka positif klien dalam
memandang suatu realitas harus berdasarkan pemikiran yang jernih rasional (Aini,
64
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
2019). Tekhnik cognitive behaviour therapy yakni konselor dapat merubah
anggapan buruk yang menimbulkan kecemasan mental klien menjadi anggapan
yang positif yang disertai dengan suasana hati yang nyaman untuk mengurangi
perasaan cemas klien (Kurniati, 2020). Hasil yang dimiliki oleh klien didasari oleh
keyakinan baik klien tentang segala hal yang datang dari luar diri melalui pikiran
positif klien itu sendiri di dalam dirinya hingga dapat meminimalisir kecemasan
mental yang kemungkinan terjadinya tindakan-tindakan dan perilaku aneh klien
tersebut.
Penutup
Pada penelitian ini hasil yang dapat dijadikan kesimpulan terdiri dari hasil
diagnosa klien, proses konseling dan hasil konseling yang dilakukan oleh konselor
pada klien tersebut yang menderita gangguan kecemasan mental. Pada hasil diagnosis
klien diketahui klien tersebut mengalami kecemasan mental hingga diekspresikan
dalam tindakan dan perilaku yang aneh seperti memukul-mukul dada, menyentuh
benda-benda di sekitarnya secara tidak wajar, keluar masuk kamar mandi secara
berulang-ulang, mengikat dan melepaskan gorden secara berulang-ulang dan
membasuh anggota tubuh lebih dari jumlah yang disunahkan agama yakni tiga kali
ketika berwudhlu. Proses konseling yang dilakukan oleh konselor terhadap klien
adalah dengan mengubah keyakinan dan pemikiran yang tidak rasional klien yang
dapat menimbulkan perasaan cemas dengan keyakinan atau pemikiran inti klien yang
rasional agar dapat mengurangi perasaan cemas melalui konseling pribadi atau tatap
muka secara empat mata antar konselor dan klien. Hasil konseling yang ditunjukkan
secara tahap demi tahap memiliki perkembangan pada klien. Perkembangan yakni
sudah jarang menyentuh benda-benda di sekitarnya secara tidak wajar, masuk kamar
mandi secara langsung tanpa keluar masuk secara berulang ulang, sudah mampu
mengambil wudhlu sesuai dengan jumlah yang disayriatkan dan yang terakhir tidak
lagi melepas serta mengikat gorden secara berulang ulang bahkan beberapa dari
kebiasaan anehnya tersebut sudah tidak dilakukanya lagi.
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
65
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
Daftar Pustaka
Aini, D. K. (2019). Penerapan cognitive behaviour therapy dalam mengembangkan
kepribadian remaja di panti asuhan. Jurnal Ilmu Dakwah, 39(1), 70–90.
Alfredo, S. P. L. (2016). PEMAHAMAN PROSES PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN
PSIKOSOSIAL ANAK SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI MENCAPAI
KESUKSESAN PERAWATAN ORTODONTI. B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Baiturrahmah, 3(1), 1–8.
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep kecemasan (anxiety) pada lanjut usia (lansia).
Konselor, 5(2), 93–99.
Asrori, A. (2016). Terapi kognitif perilaku untuk mengatasi gangguan kecemasan
sosial. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 3(1), 89–107.
Bakri, N., & Barmawi, B. (2017). Efektifitas Rehabilitasi Pecandu Narkotika Melalui
Terapi Islami di Badan Narkotika Nasional (BNN) Banda Aceh. Psikoislamedia:
Jurnal Psikologi, 2(1), 86–95.
Basit, H. A. (2017). Konseling Islam. Prenada Media.
Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan mental. LPPMP Universitas Diponegoro.
Fajar, H. (2019). PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI. Pasapua Health Journal, 1(2),
49–55.
Gea, A. A. (2013). Psychological Disorder Perilaku Abnormal: Mitos dan Kenyataan.
Humaniora, 4(1), 692–704.
Handoko, A. (2013). Mengatasi perilaku membolos melalui konseling individual
menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management pada siswa
kelas X Tkj SMK Bina Nusantara Ungaran tahun ajaran 2012/2013 (PhD
Thesis). Universitas Negeri Semarang.
Haqi, M. H. (2019). Gambaran Status Mental (Stres, Kecemasan, Dan Depresi) Pada
Korban Pasca Gempa Berdasarkan Periode Perkembangan (Remaja, Dewasa,
Dan Lansia) Di Desa Pendua Kabupaten Lombok Utara (PhD Thesis).
Universitas Airlangga.
Nida, F. L. K. (2014). Zikir sebagai PsikoteraPi dalam gangguan kecemasan bagi lansia.
Konseling Religi, 5(1).
Nunzairina, N. (2019). PENERAPAN TEORI CLIENT CENTERED DALAM PELAYANAN
KONSELING INDIVIDUAL DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 KOTA
BINJAI. IJTIMAIYAH Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya, 3(1).
Pakpahan, N., & Yohana, N. (2017). Komunikasi Terapeutik dalam Hipnoterapi Pasien
Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) di Glow Mind Klinik Hipnoterapi
Pekanbaru (PhD Thesis). Riau University.
Pieter, H. Z. (2017). Pengantar psikologi dalam keperawatan. Kencana.
Pujiati, I., Noviandari, H., & PGRI, P. S. N. F. U. (2018). Pengaruh Konseling Cognitive
Behavior Teknik Cognitive Restructuring Untuk Mereduksi Kecemasan Sosial
Siswa.
66
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
Muhammad Adnan Alkatiri, Nurjannah, Neni Simbala
Konseling Pribadi Berbasis Cognitive Behaviour Therapy Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Mental
Rakhmahappin, Y., & Prabowo, A. (2014). Kecemasan sosial kaum homoseksual gay
dan lesbian. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(2), 199–213.
Situmorang, D. D. B., & Awalya, A. (2018). Keefektifan konseling kelompok cognitive
behavior therapy (CBT) dengan teknik passive dan active music therapy
terhadap academic anxiety dan self-efficacy. Unpublished master’s thesis).
Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
Soliha, S. F. (2015). Tingkat ketergantungan pengguna media sosial dan kecemasan
sosial. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 1–10.
Syafaruddin, S., Syarqawi, A., & Siahaan, D. N. A. (2019). Dasar-dasar bimbingan dan
konseling: Telaah Konsep, Teori dan Praktik.
SYAMSI SURYA CHANDRA, B. (2016). Interaksi Simbolik Keluarga Pasien Miskin
Pengguna Jkn dan Nakes di Rumah Sakit Umum Daerah Sarifah Ambami Rato
Ebu Bangkalan. Paradigma, 4(1).
Taylor, R. (2013). Kiat-kiat PEDE untuk meningkatkan rasa Percaya Diri. Gramedia
Pustaka Utama.
Ulfiah, M. S. (2020). Psikologi Konseling Teori & Implementasi. Prenada Media.
Profil Singkat
Adnan Alkatiri merupakan alumni IAIN Manado pada jurusan Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan saat menduduki pendidikan strata -1. Sekarang dia sedang mengambil
pendidikan strata 2, Konsentrasi Bimbingan Konseling Islam Program Studi
Interdisciplinary Islamis studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penulis bisa
dihubungi pada e-mail: adnanalkatiri04@gmail.com
Nurjannah merupakan seorang dosen aktif di fakultas Dakwah dan Komunikasi, pada
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam serta Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Beliau menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Gadjah Mada Tahun
2011. beliau bisa dihubungi dengan e-mail: nurjannah@uin-suka.ac.id
Neni Mariaty Simbala merupakan alumni strata -1 pada Program Studi PAI Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado tahun 2009. Beliau merupakan guru di MI
Alkhairat
Sospol
Manado.
Beliau
bisa
dihubungi
pada
e-mail:
Nenisimbala71@gmail.co.id
Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam
Vol. 18, No. 1 (2021), pp. 54-67 | doi: 10.14421/hisbah.2021.181-05
67