Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Rifki Reza Apriono1, Syifa Hidayanti2, Azraha Katrine Lasena3
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, PGSD, Universitas Muhammadiyah Cirebon
email: rifkirezaapriono45@gmail.com1, syifahidayanti30@gmail.com2,
azrahalasena@gmail.com3, nurkholis@umc.ac.id4
Abstract
This research aims to explore the development of self-concept in students, with a focus on the main
stages of cognitive development defined by Jean Piaget. The development of self-concept is an
important element in developmental psychology because it influences various aspects of life, such as
academic achievement, social relationships, and emotional health. A positive self-concept can
increase students' learning motivation and activeness in the learning process. The three stages of
cognitive development studied are the pre-operational stage (ages 2 to 7 years), the concrete
operational stage (ages 7 to 11 years), and the formal operational stage (ages 11 years and above).
This research applies a qualitative descriptive method by collecting data through observation,
interviews and documentation. The research sample consisted of three students aged 5 years (preoperational), 8 years (concrete operational), and 19 years (formal operational). The research results
show that at the age of 5 years, children are in the pre-operational stage with a simple self-concept,
focused on physical characteristics and the activities they can do. At the age of 8 years, children enter
the concrete operational stage with a more complex self-concept, including psychological
characteristics and social comparisons. They begin to understand personality traits and make social
comparisons that influence their self-esteem. At the age of 19 years, individuals are at the formal
operational stage, with a structured and reflective self-concept. They are able to understand identity in
depth, integrate experiences and social influences, and evaluate themselves objectively. This research
shows significant development of self-concept in accordance with Piaget's theory of cognitive
development, where each stage of development is characterized by an increasingly complex and
integrated understanding of self.
Keywords: Development of students' self-concept
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendalami perkembangan konsep diri pada peserta didik, dengan fokus
pada tahap utama perkembangan kognitif yang didefinisikan oleh Jean Piaget. Perkembangan konsep
diri merupakan elemen penting dalam psikologi pendidikan karena mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan, seperti pencapaian akademis, hubungan sosial, dan kesehatan emosional. Konsep diri yang
positif dapat meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Tiga tahap perkembangan kognitif yang diteliti adalah tahap pra-operasional (usia 2 hingga 7 tahun),
tahap operasional konkret (usia 7 hingga 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke
atas). Penelitian ini menerapkan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, serta dokumentasi. Sampel penelitian terdiri dari tiga peserta didik berusia 5
tahun (pra-operasional), 8 tahun (operasional konkret), dan 19 tahun (operasional formal). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada usia 5 tahun, anak berada pada tahap pra-operasional dengan
konsep diri yang sederhana, terfokus pada karakteristik fisik dan aktivitas yang dapat mereka lakukan.
Pada usia 8 tahun, anak memasuki tahap operasional konkret dengan konsep diri yang lebih kompleks,
mencakup ciri-ciri psikologis serta perbandingan sosial. Mereka mulai memahami sifat-sifat
kepribadian dan membuat perbandingan sosial yang mempengaruhi harga diri mereka. Pada usia 19
tahun, individu berada pada tahap operasional formal, dengan konsep diri yang terstruktur dan
reflektif. Mereka mampu memahami identitas secara mendalam, mengintegrasikan pengalaman dan
pengaruh sosial, serta mengevaluasi diri secara objektif.Penelitian ini menunjukkan perkembangan
konsep diri yang signifikan sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget, di mana setiap tahap
perkembangan ditandai oleh pemahaman diri yang semakin kompleks dan terintegrasi .
Kata Kunci: Perkembangan konsep diri peserta didik
A. PENDAHULUAN
Perkembangan
konsep
diri
adalah aspek kritis dalam psikologi
pendidikan yang memiliki dampak
signifikan terhadap berbagai aspek
kehidupan siswa, termasuk pencapaian
1
tahap penting adalah: tahap Praoperasional (usia 2 hingga 7 tahun),
Anak-anak
mulai
menggunakan
simbol-simbol
untuk
merepresentasikan objek, tetapi masih
berpikir secara egosentris. Mereka
fokus pada karakteristik fisik dan
aktivitas yang dapat mereka lakukan,
dengan pemahaman konsep diri yang
sederhana. Tahap Operasional Konkret
(usia 7 hingga 11 tahun), Anak-anak
mulai berpikir logis tentang objek
konkret. Konsep diri mereka menjadi
lebih kompleks, mencakup ciri-ciri
psikologis serta perbandingan sosial.
Mereka
memahami
sifat-sifat
kepribadian
dan
membuat
perbandingan
sosial
yang
mempengaruhi harga diri mereka.
Tahap Operasional Formal (usia 11
tahun ke atas) Individu mampu
berpikir abstrak dan reflektif. Konsep
diri mereka lebih terstruktur dan
mendalam, dengan kemampuan untuk
mengintegrasikan pengalaman dan
pengaruh sosial serta mengevaluasi
diri secara objektif.(Hijriati, 2017)
akademis, hubungan sosial, dan
kesehatan emosional. Memahami
bagaimana konsep diri berkembang
pada anak-anak adalah penting untuk
menciptakan strategi pendidikan yang
efektif dan mendukung. Teori
perkembangan kognitif Jean Piaget
menyediakan kerangka teoritis yang
membantu kita memahami bagaimana
anak-anak
mengembangkan
pemahaman tentang diri mereka
seiring dengan pertumbuhan usia
mereka.
Penelitian
ini
akan
mengeksplorasi perkembangan konsep
diri
pada
tiga
tahap
utama
perkembangan
kognitif
yang
diidentifikasi oleh Piaget, yaitu tahap
pra-operasional, operasional konkret,
dan operasional formal.
Penelitian ini bertujuan untuk
mendalami perkembangan konsep diri
pada peserta didik berdasarkan tahap
utama perkembangan kognitif menurut
Jean Piaget. Secara spesifik, tujuan
dari
penelitian
ini
adalah
mengidentifikasi karakteristik konsep
diri pada anak usia 5 tahun yang
berada pada tahap pra-operasional,
menganalisis perkembangan konsep
diri pada anak usia 8 tahun yang
berada pada tahap operasional
konkret, menelaah konsep diri pada
individu usia 19 tahun yang berada
pada tahap operasional formal,
mengungkap bagaimana pemahaman
diri peserta didik berkembang dan
berubah seiring bertambahnya usia.
Mengembangkan
strategi
pembelajaran yang sesuai dengan
tahap perkembangan kognitif peserta
didik penting untuk mendukung
perkembangan konsep diri mereka
secara
optimal.
Setiap
tahap
perkembangan
membutuhkan
pendekatan berbeda, seperti aktivitas
simbolis dan permainan pura-pura
pada tahap pra-operasional, serta
penggunaan objek nyata dan aktivitas
logis pada tahap operasional konkret.
Lingkungan
belajar
yang
mengedepankan nilai-nilai positif dan
memberikan penghargaan atas prestasi
membantu membangun harga diri
Menurut teori perkembangan
kognitif Jean Piaget, anak-anak
melalui serangkaian tahap yang
mempengaruhi pemahaman mereka
tentang dunia dan diri sendiri. Tiga
2
sosial, dan emosional peserta didik.
Observasi
dilakukan
dengan
mengamati interaksi peserta didik
dalam berbagai situasi, seperti
aktivitas fisik selama bermain,
partisipasi dalam kegiatan belajar,
interaksi sosial dengan teman sekelas,
dan reaksi emosional terhadap
keberhasilan
atau
kegagalan.
Wawancara mendalam dengan peserta
didik, guru, dan orang tua membantu
memahami
pandangan
mereka
terhadap kemampuan fisik, prestasi
akademis, hubungan sosial, dan cara
mereka
mengatasi
emosi.
Dokumentasi mencakup pengumpulan
foto-foto yang merekam aktivitas
peserta didik dalam berbagai konteks
tersebut. Pendekatan ini memberikan
gambaran
komprehensif
tentang
perkembangan konsep diri peserta
didik di berbagai aspek kehidupan
mereka.
yang sehat, sementara dukungan
emosional dari guru dan teman sekelas
menciptakan rasa aman dan nyaman.
Pendekatan individual memungkinkan
guru memahami kebutuhan dan
potensi masing-masing peserta didik,
menyesuaikan metode pengajaran, dan
memberikan
dukungan
yang
diperlukan. Kolaborasi antara orang
tua dan guru melalui komunikasi yang
terbuka dan konsisten mendukung
perkembangan anak secara holistik,
memastikan perkembangan mereka di
sekolah dan di rumah saling
mendukung. Dengan strategi-strategi
ini,
pembelajaran
mendukung
perkembangan pribadi dan emosional
anak serta konsep diri yang sehat dan
positif.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif untuk
memahami perkembangan konsep diri
peserta didik sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif yang diuraikan
oleh
Jean
Piaget.
Rancangan
penelitian ini mencakup observasi
langsung, wawancara mendalam, dan
analisis dokumentasi. Sumber data
dalam penelitian ini terdiri dari tiga
kelompok peserta didik yang berada
pada tahap perkembangan yang
berbeda: pra-operasional (usia 2-7
tahun), operasional konkret (usia 7-11
tahun), dan operasional formal (usia
11 tahun ke atas). Selain peserta didik,
data juga dikumpulkan dari guru dan
orang tua
untuk mendapatkan
perspektif yang lebih komprehensif.
Teknik pengumpulan data meliputi
observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi, yang masing-masing
menyoroti aspek fisik, akademis,
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Banyak
ahli
telah
mendefinisikan konsep diri dari
berbagai perspektif. Seifert dan
Hoffnung (1994) mengartikan konsep
diri sebagai pemahaman diri atau
sense of self, yang mencakup ide dan
pengertian individu terhadap dirinya
sendiri. Santrock (1996) menggunakan
istilah konsep diri untuk merujuk pada
evaluasi individu terhadap berbagai
aspek dari dirinya sendiri. Atwater
(1987) menyatakan bahwa konsep diri
mencakup gambaran menyeluruh
tentang diri yang meliputi persepsi,
perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai
yang berkaitan dengan diri sendiri.
Fits (1971) memandang konsep diri
sebagai kerangka acuan dalam
interaksi individu dengan lingkungan,
3
menggambar)
Komentar
(“aku suka
menggambar bunga”)
menggambarkan bahwa kesadaran diri
terwujud saat individu memberikan
makna, penilaian, dan membuat
abstraksi tentang dirinya sendiri. Diri
fenomenal, yang dialami dan dinilai
oleh individu secara sadar, merupakan
gambaran keseluruhan tentang diri
atau konsep diri individu (Agustiani,
2006: 138-139; Khoirin Nida, 2018).
Atwater
mengemukakan
bahwa
konsep diri mencakup keseluruhan
persepsi, perasaan, keyakinan, dan
nilai-nilai seseorang yang berkaitan
dengan
dirinya
sendiri.(Desmita,
2010; Rokhmatika & Darminto, 2013),
Konsep diri seseorang dibentuk oleh
berbagai faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi pengalaman
pribadi, persepsi tubuh, karakter,
emosi,
motivasi,
dan
kondisi
kesehatan mental serta fisik. Faktor
eksternal mencakup hubungan sosial,
norma budaya dan lingkungan,
pendidikan, pola asuh, pengaruh
media dan teknologi, peran gender,
serta status ekonomi dan akses
terhadap sumber daya.
Aspek sosial:
Observasi
(Ralin memiliki
banyak teman di
lingkungan rumahnya
tetapi sulit bergaul
dengan orang
lingkungan baru, Ralin
terlalu pemalu
Komentar
“aku memiliki banyak
teman dirumah tapi
kesuliatan untuk
berinteraksi dengan
orang baru”)
Ani
Tabel Hasil Observasi
Nama
Ralin
Harsha
Ruhanik
a
Tahap/
Umur
Praoperasio
nal/ 5
tahun
Hasil
Aspek fisik:
Observasi
(Ralin aktif bermain
setiap hari, seperti
berlari dan melompat.
Ia menunjukan
memiliki fisik yang
baik)
Komentar
(“aku suka berlari
dengan teman")
Operasio
nal
konkret/
8 tahun
Aspek fisik:
Observasi
(Ani memiliki
koordinasi motorik
halus yang baik.
menulis dengan rapi
dan menggambar
dengan detail
Koordinasi motorik
kasamya juga baik,
aktif dalam kegiatan
olahraga seperti lari
dan bermain bola
Pertumbuhan fisiknya
sesuai dengan usia,
dengan tinggi dan
berat badan yang
proporsional.)
Aspek akademis:
Observasi
(Ani mampu
menyelesaikan soal
matematika sederhana
dan memahami
konsep sebab akibat
Du memiški kosakata
yang luas dan mampu
menceritakan kembali
cerita dengan detail.)
Aspek akademis:
Observasi
(Ralin baru masuk di
sekolah TK ia
menunjukan suka
dengan pelajaran yang
diajar di sekolahnya
terutama pelajaran
Aspek sosial dan
emosional:
Observasi
(Ani aktif berinteraksi
dengan temantemannya dan sering
bekerja sama dalam
4
kelompok Dia
menunjukkan
kemampuan
mengelola emosi
dengan baik dan
menenangkan diri saat
marah Ani
menunjukkan
kemandirian dalam
mengerjakan PR dan
menyiapkan peralatan
sekolah.)
Irga
Operasio
nal
formal/
19 tahun
dan sering terlibat
dalam berbagai
kegiatan sosial la
dikenal sebagai orang
yang ramah dan
mudah bergaul.)
Komentar
("Saya memiliki
banyak teman di
tempat kerja dan
sering mengkuti
kegatan kerja bakti di
lingkungan saya”)
Aspek fisik:
Observasi
(Irga aktif tertari
setiap pagi untuk
menjaga
Kesehatannya. Ia
menunjukkan stamina
yang bak dan disiplin
tinggi dalam menjaga
kobogaran fisiknya)
Komentar
(”aktivitas fisik yang
aku jalani adalah
Berlari setiap pagi”)
Aspek emosional:
Observasi
(Irga memiliki kontrol
emosional yang baik,
mampu mengelola
stres dengan efektif,
dan menunjukkan
sikap postif dalam
menghadapi tantangan
ia sering
menggunakan waktu
berlari sebagai cara
untuk meredakan stres
dan menenangkan
diri)
Komentar
("apabila saya sedang
banyak pikiran
biasanya saya bawa
berlari karena dapat
menenangkan
pikiran”)
Aspek akademis:
Observasi
(Irga sudah tidak
melanjutkan
pendidikan formal
setesah lulus sma ia
langsung bekerja
namun ia mengikuti
beberapa kursus untuk
mengembangkan
keterampilan
profesionalnya di
dunia kerja yang ia
tempati la
menaniukkan
komitmen untuk terus
belajar dan
meningkatkan diri)
Komentar
("Setelah lulus sma
saya langsung bekerja
walaupun sudah tidak
sekolah, saya tetap
mengikut kursus
komputer agar
meningkatkan kualitas
diri saya”)
Hasil
observasi
menunjukkan
bahwa
perkembangan konsep diri pada setiap
individu berbeda sesuai dengan tahapan usia
mereka. Ralin Harsha Ruhanika, anak berusia
5 tahun dalam tahap pra-operasional, memiliki
fisik yang aktif dan sehat yang terlihat dari
aktivitas berlarinya dan melompat setiap hari.
Dia menunjukkan minat besar dalam pelajaran
menggambar di sekolah, menandakan
perkembangan aspek akademisnya. Namun,
meskipun Ralin memiliki banyak teman di
rumah, dia mengalami kesulitan berinteraksi
dengan orang baru, menunjukkan bahwa
aspek sosialnya masih perlu diperbaiki. Ani,
anak berusia 8 tahun dalam tahap operasional
konkret, memiliki koordinasi motorik halus
dan kasar yang baik, terlihat dari
keterlibatannya
dalam
olahraga
serta
kemampuannya menulis dan menggambar
dengan detail. Dalam hal akademis, Ani dapat
menyelesaikan soal matematika sederhana dan
memiliki kosakata yang luas, serta mampu
Aspek sosial
Observasi
(Irga memiliki banyak
teman di dunia kerja
5
menceritakan kembali cerita dengan detail.
Secara sosial dan emosional, Ani aktif
berinteraksi dengan teman-temannya, mampu
mengelola emosi dengan baik, dan
menunjukkan
kemandirian
dalam
mengerjakan tugas sekolah. Irga, remaja
berusia 19 tahun dalam tahap operasional
formal, menjaga kesehatannya dengan berlari
setiap pagi, menunjukkan stamina dan disiplin
yang tinggi. Walaupun tidak melanjutkan
pendidikan formal setelah SMA, Irga
berkomitmen untuk terus belajar melalui
kursus yang mendukung karir profesionalnya.
Dalam aspek sosial, Irga memiliki banyak
teman di tempat kerja dan sering terlibat
dalam kegiatan sosial, dikenal sebagai pribadi
yang ramah dan mudah bergaul. Secara
emosional, Irga mampu mengelola stres
dengan baik dan menggunakan aktivitas
berlari sebagai cara untuk menenangkan diri.
Keseluruhan observasi ini menunjukkan
bahwa perkembangan fisik, akademis, sosial,
dan emosional bervariasi sesuai dengan tahap
perkembangan dan usia masing-masing
individu, serta memperlihatkan area yang
berkembang dengan baik dan yang masih
memerlukan perhatian lebih lanjut.
menunjukkan konsep diri yang masih
sederhana, yang terutama difokuskan
pada karakteristik fisik dan aktivitas
yang mereka lakukan, seperti bermain
dan menggambar. Meskipun mereka
sudah memiliki teman di lingkungan
rumah, mereka cenderung kesulitan
berinteraksi dengan orang baru,
menunjukkan bahwa aspek sosial
mereka masih perlu dikembangkan
lebih lanjut.
Pada tahap operasional konkret,
anak usia 8 tahun memiliki konsep diri
yang lebih kompleks, mencakup ciriciri psikologis dan perbandingan
sosial. Mereka mampu berpikir logis
mengenai
objek
konkret
dan
menunjukkan perkembangan yang
baik dalam koordinasi motorik halus
dan kasar. Kemampuan akademis
mereka juga meningkat, dengan
kemampuan
menyelesaikan
soal
matematika sederhana dan memiliki
kosakata yang luas. Dalam aspek
sosial, anak pada tahap ini aktif
berinteraksi dengan teman-temannya
dan
menunjukkan
kemampuan
mengelola emosi dengan baik.
Pada tahap operasional formal,
individu usia 19 tahun memiliki
konsep diri yang lebih terstruktur dan
reflektif. Mereka mampu berpikir
secara abstrak dan mengintegrasikan
pengalaman serta pengaruh sosial
dalam evaluasi diri mereka. Meskipun
tidak melanjutkan pendidikan formal,
mereka tetap berkomitmen untuk
belajar melalui kursus-kursus yang
mendukung karier profesional mereka.
Aspek sosial dan emosional mereka
juga berkembang dengan baik, dengan
kemampuan mengelola stres dan
berinteraksi secara positif dalam
lingkungan kerja dan sosial.
Gambar 1. (Ralin Harsha Ruhanika)
D. SIMPULAN
Penelitian ini mengungkapkan
perkembangan konsep diri peserta
didik
berdasarkan
tahapan
perkembangan kognitif yang diuraikan
oleh Jean Piaget, yaitu praoperasional, operasional konkret, dan
operasional formal. Pada tahap praoperasional, anak usia 5 tahun
6
Secara keseluruhan, penelitian ini
menunjukkan bahwa perkembangan
konsep diri sangat terkait dengan
tahapan
perkembangan
kognitif
peserta
didik.
Setiap
tahap
perkembangan
ditandai
oleh
pemahaman diri yang semakin
kompleks dan terintegrasi. Temuan ini
menekankan
pentingnya
strategi
pembelajaran
yang
disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif
untuk mendukung perkembangan
konsep diri yang sehat dan positif pada
peserta didik. Pendekatan pendidikan
yang holistik, melibatkan dukungan
dari guru dan orang tua, serta
lingkungan belajar yang kondusif,
sangat penting dalam mendukung
perkembangan optimal setiap aspek
konsep diri peserta didik.
Jurnal Pendidikan Anak, 1(2),
33.
https://doi.org/10.22373/bunayya.
v1i2.2034
Khoirin Nida, F. L. (2018).
Membangun Konsep Diri Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus.
ThufuLA: Jurnal Inovasi
Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal, 2(1), 45.
https://doi.org/10.21043/thufula.v
2i1.4265
Rokhmatika, L., & Darminto, E.
(2013). Hubungan antara persepsi
terhadap dukungan sosial teman
sebaya dan konsep diri dengan
penyesuaian diri di sekolah pada
siswa kelas unggulan. Bimbingan
Dan Konseling, 01(01), 149–157.
Retrieved from
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.i
d/index.php/jurnal-bkunesa/article/view/1940
DAFTAR RUJUKAN
Hijriati, H. (2017). Tahapan
Perkembangan Kognitif Pada
Masa Early Childhood. Bunayya :
7