Academia.eduAcademia.edu

Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik

This research aims to explore the development of self-concept in students, with a focus on the main stages of cognitive development defined by Jean Piaget. The development of self-concept is an important element in developmental psychology because it influences various aspects of life, such as academic achievement, social relationships, and emotional health. A positive self-concept can increase students' learning motivation and activeness in the learning process. The three stages of cognitive development studied are the pre-operational stage (ages 2 to 7 years), the concrete operational stage (ages 7 to 11 years), and the formal operational stage (ages 11 years and above). This research applies a qualitative descriptive method by collecting data through observation, interviews and documentation. The research sample consisted of three students aged 5 years (preoperational), 8 years (concrete operational), and 19 years (formal operational). The research results show that at the age of 5 years, children are in the pre-operational stage with a simple self-concept, focused on physical characteristics and the activities they can do. At the age of 8 years, children enter the concrete operational stage with a more complex self-concept, including psychological characteristics and social comparisons. They begin to understand personality traits and make social comparisons that influence their self-esteem. At the age of 19 years, individuals are at the formal operational stage, with a structured and reflective self-concept. They are able to understand identity in depth, integrate experiences and social influences, and evaluate themselves objectively. This research shows significant development of self-concept in accordance with Piaget's theory of cognitive development, where each stage of development is characterized by an increasingly complex and integrated understanding of self.

Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik Rifki Reza Apriono1, Syifa Hidayanti2, Azraha Katrine Lasena3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, PGSD, Universitas Muhammadiyah Cirebon email: rifkirezaapriono45@gmail.com1, syifahidayanti30@gmail.com2, azrahalasena@gmail.com3, nurkholis@umc.ac.id4 Abstract This research aims to explore the development of self-concept in students, with a focus on the main stages of cognitive development defined by Jean Piaget. The development of self-concept is an important element in developmental psychology because it influences various aspects of life, such as academic achievement, social relationships, and emotional health. A positive self-concept can increase students' learning motivation and activeness in the learning process. The three stages of cognitive development studied are the pre-operational stage (ages 2 to 7 years), the concrete operational stage (ages 7 to 11 years), and the formal operational stage (ages 11 years and above). This research applies a qualitative descriptive method by collecting data through observation, interviews and documentation. The research sample consisted of three students aged 5 years (preoperational), 8 years (concrete operational), and 19 years (formal operational). The research results show that at the age of 5 years, children are in the pre-operational stage with a simple self-concept, focused on physical characteristics and the activities they can do. At the age of 8 years, children enter the concrete operational stage with a more complex self-concept, including psychological characteristics and social comparisons. They begin to understand personality traits and make social comparisons that influence their self-esteem. At the age of 19 years, individuals are at the formal operational stage, with a structured and reflective self-concept. They are able to understand identity in depth, integrate experiences and social influences, and evaluate themselves objectively. This research shows significant development of self-concept in accordance with Piaget's theory of cognitive development, where each stage of development is characterized by an increasingly complex and integrated understanding of self. Keywords: Development of students' self-concept Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendalami perkembangan konsep diri pada peserta didik, dengan fokus pada tahap utama perkembangan kognitif yang didefinisikan oleh Jean Piaget. Perkembangan konsep diri merupakan elemen penting dalam psikologi pendidikan karena mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti pencapaian akademis, hubungan sosial, dan kesehatan emosional. Konsep diri yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Tiga tahap perkembangan kognitif yang diteliti adalah tahap pra-operasional (usia 2 hingga 7 tahun), tahap operasional konkret (usia 7 hingga 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas). Penelitian ini menerapkan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, serta dokumentasi. Sampel penelitian terdiri dari tiga peserta didik berusia 5 tahun (pra-operasional), 8 tahun (operasional konkret), dan 19 tahun (operasional formal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 5 tahun, anak berada pada tahap pra-operasional dengan konsep diri yang sederhana, terfokus pada karakteristik fisik dan aktivitas yang dapat mereka lakukan. Pada usia 8 tahun, anak memasuki tahap operasional konkret dengan konsep diri yang lebih kompleks, mencakup ciri-ciri psikologis serta perbandingan sosial. Mereka mulai memahami sifat-sifat kepribadian dan membuat perbandingan sosial yang mempengaruhi harga diri mereka. Pada usia 19 tahun, individu berada pada tahap operasional formal, dengan konsep diri yang terstruktur dan reflektif. Mereka mampu memahami identitas secara mendalam, mengintegrasikan pengalaman dan pengaruh sosial, serta mengevaluasi diri secara objektif.Penelitian ini menunjukkan perkembangan konsep diri yang signifikan sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget, di mana setiap tahap perkembangan ditandai oleh pemahaman diri yang semakin kompleks dan terintegrasi . Kata Kunci: Perkembangan konsep diri peserta didik A. PENDAHULUAN Perkembangan konsep diri adalah aspek kritis dalam psikologi pendidikan yang memiliki dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan siswa, termasuk pencapaian 1 tahap penting adalah: tahap Praoperasional (usia 2 hingga 7 tahun), Anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan objek, tetapi masih berpikir secara egosentris. Mereka fokus pada karakteristik fisik dan aktivitas yang dapat mereka lakukan, dengan pemahaman konsep diri yang sederhana. Tahap Operasional Konkret (usia 7 hingga 11 tahun), Anak-anak mulai berpikir logis tentang objek konkret. Konsep diri mereka menjadi lebih kompleks, mencakup ciri-ciri psikologis serta perbandingan sosial. Mereka memahami sifat-sifat kepribadian dan membuat perbandingan sosial yang mempengaruhi harga diri mereka. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas) Individu mampu berpikir abstrak dan reflektif. Konsep diri mereka lebih terstruktur dan mendalam, dengan kemampuan untuk mengintegrasikan pengalaman dan pengaruh sosial serta mengevaluasi diri secara objektif.(Hijriati, 2017) akademis, hubungan sosial, dan kesehatan emosional. Memahami bagaimana konsep diri berkembang pada anak-anak adalah penting untuk menciptakan strategi pendidikan yang efektif dan mendukung. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget menyediakan kerangka teoritis yang membantu kita memahami bagaimana anak-anak mengembangkan pemahaman tentang diri mereka seiring dengan pertumbuhan usia mereka. Penelitian ini akan mengeksplorasi perkembangan konsep diri pada tiga tahap utama perkembangan kognitif yang diidentifikasi oleh Piaget, yaitu tahap pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami perkembangan konsep diri pada peserta didik berdasarkan tahap utama perkembangan kognitif menurut Jean Piaget. Secara spesifik, tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik konsep diri pada anak usia 5 tahun yang berada pada tahap pra-operasional, menganalisis perkembangan konsep diri pada anak usia 8 tahun yang berada pada tahap operasional konkret, menelaah konsep diri pada individu usia 19 tahun yang berada pada tahap operasional formal, mengungkap bagaimana pemahaman diri peserta didik berkembang dan berubah seiring bertambahnya usia. Mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik penting untuk mendukung perkembangan konsep diri mereka secara optimal. Setiap tahap perkembangan membutuhkan pendekatan berbeda, seperti aktivitas simbolis dan permainan pura-pura pada tahap pra-operasional, serta penggunaan objek nyata dan aktivitas logis pada tahap operasional konkret. Lingkungan belajar yang mengedepankan nilai-nilai positif dan memberikan penghargaan atas prestasi membantu membangun harga diri Menurut teori perkembangan kognitif Jean Piaget, anak-anak melalui serangkaian tahap yang mempengaruhi pemahaman mereka tentang dunia dan diri sendiri. Tiga 2 sosial, dan emosional peserta didik. Observasi dilakukan dengan mengamati interaksi peserta didik dalam berbagai situasi, seperti aktivitas fisik selama bermain, partisipasi dalam kegiatan belajar, interaksi sosial dengan teman sekelas, dan reaksi emosional terhadap keberhasilan atau kegagalan. Wawancara mendalam dengan peserta didik, guru, dan orang tua membantu memahami pandangan mereka terhadap kemampuan fisik, prestasi akademis, hubungan sosial, dan cara mereka mengatasi emosi. Dokumentasi mencakup pengumpulan foto-foto yang merekam aktivitas peserta didik dalam berbagai konteks tersebut. Pendekatan ini memberikan gambaran komprehensif tentang perkembangan konsep diri peserta didik di berbagai aspek kehidupan mereka. yang sehat, sementara dukungan emosional dari guru dan teman sekelas menciptakan rasa aman dan nyaman. Pendekatan individual memungkinkan guru memahami kebutuhan dan potensi masing-masing peserta didik, menyesuaikan metode pengajaran, dan memberikan dukungan yang diperlukan. Kolaborasi antara orang tua dan guru melalui komunikasi yang terbuka dan konsisten mendukung perkembangan anak secara holistik, memastikan perkembangan mereka di sekolah dan di rumah saling mendukung. Dengan strategi-strategi ini, pembelajaran mendukung perkembangan pribadi dan emosional anak serta konsep diri yang sehat dan positif. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk memahami perkembangan konsep diri peserta didik sesuai dengan tahap perkembangan kognitif yang diuraikan oleh Jean Piaget. Rancangan penelitian ini mencakup observasi langsung, wawancara mendalam, dan analisis dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelompok peserta didik yang berada pada tahap perkembangan yang berbeda: pra-operasional (usia 2-7 tahun), operasional konkret (usia 7-11 tahun), dan operasional formal (usia 11 tahun ke atas). Selain peserta didik, data juga dikumpulkan dari guru dan orang tua untuk mendapatkan perspektif yang lebih komprehensif. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang masing-masing menyoroti aspek fisik, akademis, C. HASIL DAN PEMBAHASAN Banyak ahli telah mendefinisikan konsep diri dari berbagai perspektif. Seifert dan Hoffnung (1994) mengartikan konsep diri sebagai pemahaman diri atau sense of self, yang mencakup ide dan pengertian individu terhadap dirinya sendiri. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri untuk merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dari dirinya sendiri. Atwater (1987) menyatakan bahwa konsep diri mencakup gambaran menyeluruh tentang diri yang meliputi persepsi, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berkaitan dengan diri sendiri. Fits (1971) memandang konsep diri sebagai kerangka acuan dalam interaksi individu dengan lingkungan, 3 menggambar) Komentar (“aku suka menggambar bunga”) menggambarkan bahwa kesadaran diri terwujud saat individu memberikan makna, penilaian, dan membuat abstraksi tentang dirinya sendiri. Diri fenomenal, yang dialami dan dinilai oleh individu secara sadar, merupakan gambaran keseluruhan tentang diri atau konsep diri individu (Agustiani, 2006: 138-139; Khoirin Nida, 2018). Atwater mengemukakan bahwa konsep diri mencakup keseluruhan persepsi, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai seseorang yang berkaitan dengan dirinya sendiri.(Desmita, 2010; Rokhmatika & Darminto, 2013), Konsep diri seseorang dibentuk oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pengalaman pribadi, persepsi tubuh, karakter, emosi, motivasi, dan kondisi kesehatan mental serta fisik. Faktor eksternal mencakup hubungan sosial, norma budaya dan lingkungan, pendidikan, pola asuh, pengaruh media dan teknologi, peran gender, serta status ekonomi dan akses terhadap sumber daya. Aspek sosial: Observasi (Ralin memiliki banyak teman di lingkungan rumahnya tetapi sulit bergaul dengan orang lingkungan baru, Ralin terlalu pemalu Komentar “aku memiliki banyak teman dirumah tapi kesuliatan untuk berinteraksi dengan orang baru”) Ani Tabel Hasil Observasi Nama Ralin Harsha Ruhanik a Tahap/ Umur Praoperasio nal/ 5 tahun Hasil Aspek fisik: Observasi (Ralin aktif bermain setiap hari, seperti berlari dan melompat. Ia menunjukan memiliki fisik yang baik) Komentar (“aku suka berlari dengan teman") Operasio nal konkret/ 8 tahun Aspek fisik: Observasi (Ani memiliki koordinasi motorik halus yang baik. menulis dengan rapi dan menggambar dengan detail Koordinasi motorik kasamya juga baik, aktif dalam kegiatan olahraga seperti lari dan bermain bola Pertumbuhan fisiknya sesuai dengan usia, dengan tinggi dan berat badan yang proporsional.) Aspek akademis: Observasi (Ani mampu menyelesaikan soal matematika sederhana dan memahami konsep sebab akibat Du memiški kosakata yang luas dan mampu menceritakan kembali cerita dengan detail.) Aspek akademis: Observasi (Ralin baru masuk di sekolah TK ia menunjukan suka dengan pelajaran yang diajar di sekolahnya terutama pelajaran Aspek sosial dan emosional: Observasi (Ani aktif berinteraksi dengan temantemannya dan sering bekerja sama dalam 4 kelompok Dia menunjukkan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan menenangkan diri saat marah Ani menunjukkan kemandirian dalam mengerjakan PR dan menyiapkan peralatan sekolah.) Irga Operasio nal formal/ 19 tahun dan sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial la dikenal sebagai orang yang ramah dan mudah bergaul.) Komentar ("Saya memiliki banyak teman di tempat kerja dan sering mengkuti kegatan kerja bakti di lingkungan saya”) Aspek fisik: Observasi (Irga aktif tertari setiap pagi untuk menjaga Kesehatannya. Ia menunjukkan stamina yang bak dan disiplin tinggi dalam menjaga kobogaran fisiknya) Komentar (”aktivitas fisik yang aku jalani adalah Berlari setiap pagi”) Aspek emosional: Observasi (Irga memiliki kontrol emosional yang baik, mampu mengelola stres dengan efektif, dan menunjukkan sikap postif dalam menghadapi tantangan ia sering menggunakan waktu berlari sebagai cara untuk meredakan stres dan menenangkan diri) Komentar ("apabila saya sedang banyak pikiran biasanya saya bawa berlari karena dapat menenangkan pikiran”) Aspek akademis: Observasi (Irga sudah tidak melanjutkan pendidikan formal setesah lulus sma ia langsung bekerja namun ia mengikuti beberapa kursus untuk mengembangkan keterampilan profesionalnya di dunia kerja yang ia tempati la menaniukkan komitmen untuk terus belajar dan meningkatkan diri) Komentar ("Setelah lulus sma saya langsung bekerja walaupun sudah tidak sekolah, saya tetap mengikut kursus komputer agar meningkatkan kualitas diri saya”) Hasil observasi menunjukkan bahwa perkembangan konsep diri pada setiap individu berbeda sesuai dengan tahapan usia mereka. Ralin Harsha Ruhanika, anak berusia 5 tahun dalam tahap pra-operasional, memiliki fisik yang aktif dan sehat yang terlihat dari aktivitas berlarinya dan melompat setiap hari. Dia menunjukkan minat besar dalam pelajaran menggambar di sekolah, menandakan perkembangan aspek akademisnya. Namun, meskipun Ralin memiliki banyak teman di rumah, dia mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang baru, menunjukkan bahwa aspek sosialnya masih perlu diperbaiki. Ani, anak berusia 8 tahun dalam tahap operasional konkret, memiliki koordinasi motorik halus dan kasar yang baik, terlihat dari keterlibatannya dalam olahraga serta kemampuannya menulis dan menggambar dengan detail. Dalam hal akademis, Ani dapat menyelesaikan soal matematika sederhana dan memiliki kosakata yang luas, serta mampu Aspek sosial Observasi (Irga memiliki banyak teman di dunia kerja 5 menceritakan kembali cerita dengan detail. Secara sosial dan emosional, Ani aktif berinteraksi dengan teman-temannya, mampu mengelola emosi dengan baik, dan menunjukkan kemandirian dalam mengerjakan tugas sekolah. Irga, remaja berusia 19 tahun dalam tahap operasional formal, menjaga kesehatannya dengan berlari setiap pagi, menunjukkan stamina dan disiplin yang tinggi. Walaupun tidak melanjutkan pendidikan formal setelah SMA, Irga berkomitmen untuk terus belajar melalui kursus yang mendukung karir profesionalnya. Dalam aspek sosial, Irga memiliki banyak teman di tempat kerja dan sering terlibat dalam kegiatan sosial, dikenal sebagai pribadi yang ramah dan mudah bergaul. Secara emosional, Irga mampu mengelola stres dengan baik dan menggunakan aktivitas berlari sebagai cara untuk menenangkan diri. Keseluruhan observasi ini menunjukkan bahwa perkembangan fisik, akademis, sosial, dan emosional bervariasi sesuai dengan tahap perkembangan dan usia masing-masing individu, serta memperlihatkan area yang berkembang dengan baik dan yang masih memerlukan perhatian lebih lanjut. menunjukkan konsep diri yang masih sederhana, yang terutama difokuskan pada karakteristik fisik dan aktivitas yang mereka lakukan, seperti bermain dan menggambar. Meskipun mereka sudah memiliki teman di lingkungan rumah, mereka cenderung kesulitan berinteraksi dengan orang baru, menunjukkan bahwa aspek sosial mereka masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Pada tahap operasional konkret, anak usia 8 tahun memiliki konsep diri yang lebih kompleks, mencakup ciriciri psikologis dan perbandingan sosial. Mereka mampu berpikir logis mengenai objek konkret dan menunjukkan perkembangan yang baik dalam koordinasi motorik halus dan kasar. Kemampuan akademis mereka juga meningkat, dengan kemampuan menyelesaikan soal matematika sederhana dan memiliki kosakata yang luas. Dalam aspek sosial, anak pada tahap ini aktif berinteraksi dengan teman-temannya dan menunjukkan kemampuan mengelola emosi dengan baik. Pada tahap operasional formal, individu usia 19 tahun memiliki konsep diri yang lebih terstruktur dan reflektif. Mereka mampu berpikir secara abstrak dan mengintegrasikan pengalaman serta pengaruh sosial dalam evaluasi diri mereka. Meskipun tidak melanjutkan pendidikan formal, mereka tetap berkomitmen untuk belajar melalui kursus-kursus yang mendukung karier profesional mereka. Aspek sosial dan emosional mereka juga berkembang dengan baik, dengan kemampuan mengelola stres dan berinteraksi secara positif dalam lingkungan kerja dan sosial. Gambar 1. (Ralin Harsha Ruhanika) D. SIMPULAN Penelitian ini mengungkapkan perkembangan konsep diri peserta didik berdasarkan tahapan perkembangan kognitif yang diuraikan oleh Jean Piaget, yaitu praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Pada tahap praoperasional, anak usia 5 tahun 6 Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan konsep diri sangat terkait dengan tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Setiap tahap perkembangan ditandai oleh pemahaman diri yang semakin kompleks dan terintegrasi. Temuan ini menekankan pentingnya strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif untuk mendukung perkembangan konsep diri yang sehat dan positif pada peserta didik. Pendekatan pendidikan yang holistik, melibatkan dukungan dari guru dan orang tua, serta lingkungan belajar yang kondusif, sangat penting dalam mendukung perkembangan optimal setiap aspek konsep diri peserta didik. Jurnal Pendidikan Anak, 1(2), 33. https://doi.org/10.22373/bunayya. v1i2.2034 Khoirin Nida, F. L. (2018). Membangun Konsep Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 2(1), 45. https://doi.org/10.21043/thufula.v 2i1.4265 Rokhmatika, L., & Darminto, E. (2013). Hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial teman sebaya dan konsep diri dengan penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas unggulan. Bimbingan Dan Konseling, 01(01), 149–157. Retrieved from http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.i d/index.php/jurnal-bkunesa/article/view/1940 DAFTAR RUJUKAN Hijriati, H. (2017). Tahapan Perkembangan Kognitif Pada Masa Early Childhood. Bunayya : 7