An-Nuha: Jurnal Pendidikan Islam
e-ISSN: 2775-7617
p-ISSN: 2775-7226
http://annuha.ppj.unp.ac.id
Volume 3 Number 2 Mei 2023, hal. 274-284
Strategi Guru PAI dalam Membentuk Karakter Religius Siswa
Nur Afni Lubis1, Murniyetti2
nurafni232@gmail.com1, murniyetti@yahoo.co.id 2
Universitas Negeri Padang1,2
ARTICLE INFO
ABSTRACT
Article history:
PAI teachers have a role in shaping students' religious
character, therefore PAI teachers' strategies in shaping
students' religious character need to be considered. Because
the strategy used will affect the formation of students'
religious character. The purpose of this study was to
determine the religious character of students at SMAN Binsus
Dumai, to find out the strategies used by PAI teachers in
shaping students' religious character, and to find out the
factors that influence PAI teachers in shaping the religious
character of students at SMAN Binsus Dumai. This research
uses qualitative methods with a case study approach. The
research was conducted at SMAN Binsus Dumai. The data
collection techniques used are observation, interviews, and
documents. The informants in this study were PAI teachers
and students. The results of the study, first, the religious
character of students in general can be said to be good
because it has met the existing religious character indicators,
character building strategies are carried out through
integration through example, habituation, and advice. Third,
Influencing factors are divided into internal and external
factors.
Received, 26 April 2023
Revised, 29 April 2023
Accepted, 02 Mei 2023
Keywords:
PAI Teacher, Strategy,
Religious Character
Conflict of Interest:
None
Funding:
None
Corresponding Author: Nur Afni Lubis, Department Islamic Education Faculty of Social
Science Universitas Negeri Padang, Indonesia, Email nurafni232@gmail.com, Phone Number
Author: 081233401210
Copyright©2023, Author(s)
1. Pendahuluan
Pendidikan agama Islam memiliki tujuan untuk meningkatkan keimanan,
pengamalan dan pemahaman siswa, sehingga siswa bisa menjadi muslim yang beriman
dan bertaqwa dan dapat mengaplikasikanny dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ki
Hajar Dewantara fungsi utama pendidikan, yaitu daya yang mampu membentuk
pertumbuhan budi pekerti seperti kekuatan batin maupun budi pekerti, pikiran dan
jasmani anak yang selaras antara alam dan masyarakatnya. Oleh karena itu Pendidikan
harus sesuai dengan kedudukan dan keadaan yang ada (Achmad Ali Fikri, Syamsul
Arifin 2022).
274
Nur Afni Lubis, Murniyetti: Strategi Guru PAI Dalam Membentuk Karakter..
Guru PAI merupakan seorang pendidik yang memiliki tugas untuk mengajarkan
ajaran agama Islam dan membimbing peserta didik untuk mencapai kedewasaan dan
membentuk peserta didik untuk menjadi pribadi muslim yang berkarakter dan
berakhlak. Kedudukan guru PAI memiiki peran penting dan merupakan realisasi dari
ajaran dari ajaran Islam itu sendiri. Guru PAI memiliki tugas untuk mengajar dan
mendidik siswa sesuai dengan ajaran agama Islam tidak hanya itu guru PAI juga
memiliki tugas untuk membimbing serta menuntun siswa kearah yang lebih baik,
memberi tauladan dan membantu mengantarkan siswa ke arah kedewasaan jasmani
dan rohani. Hal itu sejalan dengan tujuan pendidikan agama yang akan dicapai, adapun
tujuannya yaitu, membimbing anak agar menjadi muslim yang sejati, beriman, beramal
saleh, berakhlak mulia, dan berguna untuk masyarakat dan negara (Muhaji, 2019).
Menurut Marzuki (2009) karakter merupakan nilai-nilai yang ada didalam tiap-tiap
individu yang mencerminkan perilaku individu tersebut yang bersifat universal
mencakup seluruh aktivitas manusia, baik ketika berhubungan dengan Tuhannya,
dengan manusia lain, dengan lingkungan maupun dengan dirinya sendiri, semuanya
terbentuk kedalam pikiran, perasaan, perkataan, sikap dan perbuatan yang
berlandaskan norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pembentukan pendidikan karakter merupakan salah satu cara untuk membentuk
dan mengubah moral seseorang yang didasari nilai-nilai keislaman. Tujuan dari
pembentukkan pendidikan karakter ini adalah untuk menjadikan generasi penerus
bangsa ini sebagai tonggak penerus perjuangan yang beradab, bermartabat dan
berbudi pekerti luhur (Agustin, 2020).
Karakter yang paling utama dan harus ditanamkan kepada anak adalah karakter
religius, karena karakter religius inilah yang akan menjadi dasar ajaran agama dalam
menjalankan kehidupan. Karakter religius tidak hanya yang berhubungan dengan
ubudiyah saja tetapi juga menyangkut hubungan dengan sesama manusia. Proses
pembentukan karakter merupakan tanggung jawab guru dan orang tua. Guru
bertanggung jawab melalui lembaga formal dilingkungan sekolah sedangkan orang tua
dan masyarakat bertanggung jawab pada Lembaga non formal (Nurbaiti, Alwy dkk,
2020).
Pembentukan karakter religius merupakan proses pembentukan suasana
kehidupan keagamaan. Pembentukan tersebut dilakukan melalui pengamalan, ajakan
dan pembiasaan-pembiasaan melalui sikap agamis baik habluminallah maupun
habluminannas dalam lingkungan sekolah. Dengan ini siswa akan diberikan
keteladanan melalui kepala sekolah dan guru dalam mengamalkan nilai-nilai
keagamaan dan siswa akan mencotoh dan ikut mengamalkan keteladanan tersebut
baik di sekolah maupun di luar sekolah, karena lingkungan memberikan pengaruh
terhdap sikap dan karakter seseorang (Ratniana, 2019).
Dengan demikian guru PAI diharapkan mampu untuk mengajarkan, memberikan
tauladan dan membimbing siswa untuk berperilaku baik. Guru PAI memiliki posisi
sentral dalam membentuk perilaku siswa di sekolah, dan jika guru mampu
menciptakan budaya religius di sekolah akan membantu dalam membentuk karakter
siswa dan siswa akan berperilaku Islami (Kisman, 2020).
Berbagai kompotensi tersebut dapat diaplikasikan dengan beragam cara. Salah satu
caranya adalah dengan memilih dan menggunakan strategi yang tepat sehingga proses
mengajar dan mendidik dapat berjalan dengan baik dan terbentuknya karakter religius
siswa. Strategi merupakan cara dan upaya yang dibuat secara terencana dan sistematis
275
An-Nuha Vol. 3, No. 2, 2023
untuk menghadapi permasalahan tertentu dalam kondisi tertentu untuk mencapai
hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Guru Pendidikan Agama Islam
menggunakan beragam strategi yang cocok untuk diaplikasikan dalam membentuk
karakter siswa dan memaksimalkan kemampuan serta kompetensi siswa sehingga
dapat mencapai tujuan pendidikan seutuhnya(Fatmawati, 2015).
Menurut al-Ghazali ada dua cara dalam mendidik, yaitu dengan mujahadah dan
membiasakan dengan kebiasaan yang baik. Kedua hal itu harus dikerjakan secara
berulang-ulang. Pengembangan karakter yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah
ialah dengan mengembangkan budaya religius. Untuk itu guru PAI perlu membuat dan
melaksanakan strateginya secara efektif dan efesien pengembangan budaya religius
yang dilakukan melalui pembiasaan dan keteladanan kepada siswa sehingga
membantu untuk menumbuhkan karakter religius siswa (Ashari, 2019).
Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk karakter religius siswa yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan nilai-nilai
keagamaan. Guru perlu membentuk karakter siswa, karena orang yang berkarakter
akan menjadi generasi penerus yang berguna baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat,
bangsa dan agamanya. Dengan demikian guru PAI tentunya harus memiliki cara
maupun strategi yang tepat sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan
menambah pengetahuan siswa dalam beragama dan membentuk kepribadian muslim
siswa(Kisman, 2020).
SMA Negeri Binsus merupakan sekolah yang tidak berlabel Islam atau berorientasi
Islam namun SMA Negeri Binsus cukup kental dengan nlai-nilai keislaman banyak
kegiatan keagamaan yang jarang ditemukan di sekolah umum lainnya. Berdasarkan
pemaparan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi
Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Religius di SMA Negeri Binsus Dumai” Peneliti
memilih lokasi penelitian di SMA tersebut dikarenakan SMA Negeri Binsus Dumai
merupakan sekolah yang sudah memperhatikan pentingnya Pendidikan karakter.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakter religius siswa di
SMA Negeri Binsus Dumai, untuk mengetahui strategi yang digunakan guru PAI dalam
membentuk karakter religius siswa dan untuk mengetahui faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Negeri Binsus
Dumai.
2. Tinjauan Pustaka
A. Strategi
Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Secara umum, strategi
dapat didefinisikan sebagai sesuatu cara atau upaya yang dilakukan dalam
bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (Yasyakur, 2017).
Menurut Laila, (2018) Strategi merupakan a plan, method, or series of activites
designed to achieves a particular educated goal. Strategi ialah pendekatan secara
menyeluruh yang berkaitan dengan gagasan, perencanaan, sebuah kegiatan dalam
jangka waktu tertentu. Dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan perencanaan
yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang didesain dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Strategi berkaitan dengan taktik dan cara. Strategi adalah segala cara dan upaya
yang dilakukan untuk menghadapi sasaran tertentu pada kondisi tertentu untuk
memperoleh hasil yang diinginkan secara maksimal. Strategi pendidikan pada
276
Nur Afni Lubis, Murniyetti: Strategi Guru PAI Dalam Membentuk Karakter..
dasarnya adalah pengetahuan atau seni mendayagunakan yang dilakukan demi
mencapai sasaran pendidikan melalui perencanaan dan pengarahan dalam
operasionalisasi yang disesuaiakan dengan kondisi lapangan yang ada. Termasuk
pula perhitungan tentang hambatan-hambatannya baik berupa fisik dan non fisik
(seperti mental spiritual dan moral, baik dari subjek maupun lingkungan sekitar).
Strategi pendidikan berarti kebijakan dan metode yang dilakukan pada proses
kependidikan (Dewi, 2019).
Menurut Gunawan (2019) dalam Noviana and Rahman (2021) pendidik memiliki
tanggung jawab dalam mentransfer ilmu dan menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan untuk mencapi tujuan pembelajara. Disamping itu pendidik juga
memiliki peran dalam membentuk sikap siswa.
B. Karakter
Karakter secara etimologi berasal dari bahasa latin character, yang antara lain
watak, tabiat, sifat, kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak. Secara
terminologi karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi
ciri khas sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai yang berhubngan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, hukum, tata krama, budaya dan
adat istiadat (Agus, 2012).
Secara istilah karakter merupakan akhlak yang berfungsi sebagai penjaga akhlak
yang tabiat pada diri seseorang yang terbentuk melalui proses. Karakter merupakan
suatu sikap dan tingkah laku seseorang yang terbentuk melalui Pendidikan yang ada
dalam beberapa elemen, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat (Ananda, 2012).
Menurut Suyanto dalam Agus Wibowo (2012) karakter adalah cara berfikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan menurut
Marzuki (2009) karaker merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal
meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhuungan dengan
Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Dalam Islam karakter dan akhlak memiliki makna yang hamper sama, namun
terdapat perbedaan diantaranya. Akhlak hanya ada pada ajaran Islam dan
berpedoman pada Alquran dan al-Haids, sedangkan karakter ada pada semua ajaran
agama, disamping itu akhlak merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
rohani sedangkan karakter berkaitan dengan jasmani (Badry and Rahman, 2021).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakter merupakan tindakan yang melekat pada diri sesorang yang menjadi ciri
khas seseorang yang terbentuk melalu cara berperilaku dalam kehidupan seharihari, karakter terbentuk sesua dengan perilakunya.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan bahwa ada 18 nilai
karakter yang harus dikembangkan di jenjang satuan pendidikan di Indonesia
adapun nilai-nilainya yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab.
Berdasarkan 18 nilai-nilai pendidikan karakter pada tabel diatas, peneliti akan
berfokus pada nilai karakter religius. Karakter religius dapat dideskripsikan sebagai
277
An-Nuha Vol. 3, No. 2, 2023
sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain. Maksud dari patuh dalam melaksanakan ajaran agama adalah taat
terhadap perintah dan larangan dari agama yang dianutnya.
C. Karakter Religius
Karakter religius terdiri dari dua kata yaitu karakter dan religius. Karakter
menurut Kemendiknas (2010) adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian
seseorang, yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini
dan digunakan sebagai landasan sebagai cara pandang, berfikir, bersikap, dan
bertindak. Sedangkan didalam terminologi islam, karakter disamakan dengan
khuluq (bentuk tunggal dari akhlaq) akhlak yaitu kondisi batiniyah dalam dan
lahiriah (luar) manusia (Zubaedi, 2012).
Menurut Thomas Lickona dalam A’yun (2020) karakter adalah a reliable inner
disposition to respond to situations in a morally good way, yang berarti bahwa suatu
watak terdalam untuk merespons situasi dalam suatu cara yang baik dan bermoral.
Dalam pandangannya karakter berarti suatu watak terdalam yang dapat
dikendalikan untuk merespons situasi dengan cara yang menurut moral baik.
Karakter tersusun atas tiga bagian yang saling terkait yaitu pengetahuan tentang
moral, perasaan bermoral, dan perilaku bermoral.
Kata dasar religius ialah religi (religion) sebagai bentuk kata benda yang berarti
agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas manusia.
Sedangkan religius berasal dari kata religious yang berarti sifat religi yang melekat
pada diri seseorang. Religius dapat diartikan sebagai sikap yang berhubungan
dengan keagamaan, religius merupakan salah satu nilai karakter sikap dan perilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun antar umat pemeluk agama lain.
(Akhmad, 2011).
Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang taat dalam menjalankan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah umat agama lain. Sikap
yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
serta tata kaidah yang berhubugan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Nilai-nilai religius merupakan pilar yang paling penting dan menjadi
dasar dalam pendidikan karakter.Jadi, karakter religius adalah sebuah sikap atau
perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran atau
aturan agama yang menyangkut hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia
(A’yun, 2020).
Karakter religius sangat penting dan dibutuhkan oleh peserta didik dalam
menghadapi perkembangan zaman dan degradasi moral sehingga diharapkan
peserta didik mampu berperilaku baik sesuai dengan ketentuan dan ketetapan
agama. Menurut Zayadi dalam Sahuri (2022) sumber nilai religius yang berlaku
dalam kehidupan manusia digolongkan menjadi dua macam, yaitu nilai ilahiyah
yang merupakan nilai yang berhubungan dengan ketuhanan. Selanjutnya nilai
insaniyah yang merupakan nilai yang berhubungan dengan sesama manusia yang
berisi budi pekerti.
Berdasarkan kesimpulan dari nilai illahiyah dan nilai insaniyyah dapat dipahami
bahwa nilai religius adalah nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh
kembangnya kehidupan beragama yang terdiri tiga unsur yaitu aqidah, ibadah, dan
akhlak yang menjadi pedoman perilaku manusia sesuai dengan aturan Illahi untuk
278
Nur Afni Lubis, Murniyetti: Strategi Guru PAI Dalam Membentuk Karakter..
mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan hidup di dunia ataupun di akhirat.
Penerapan nlai religius di sekolah bisa diaplikasikan dengan kegiatan keagamaan
yang dilakukan secara rutin (Sahuri, 2022).
Fungsi Pembentukan Karakter Religius
Karakter religius sangat penting dan dibutuhkan oleh peserta didik untuk
menghadapi perkembangan zaman dan degradasi moral yang terjadi saat ini
sehingga diharapkan peserta didik mampu mengahadapi tantangan tersebut dan
berperilaku baik sesuai dengan ketentuan dan ketetapan agama. Fungsi
pembentukan karakter religius menurut Anas dan Irwanto dalam A’yun (2020)
adalah pengembangan, perbaikan, dan penyaring. Dapat disimpulkan fungsi dari
pembentukan karakter religius adalah untuk menjadikan peserta didik menjadi
pribadi yang memiliki pikiran, hati, dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
religius dan menghindari terjerumusnya peserta didik pada budaya yang tidak
sesuai dengan norma bangsa dan agama.
Indikator Karakter Religius
Menurut Kemendiknas (2010:25) adapun indikator implementasi dalam karakter
religius yaitu berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan, merayakan harihari besar keagamaan, memiliki fasilitas yang digunakan untuk beribadah, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui
bahwa indikator penguatan karakter religus di SMAN BINSUS adalah sebagai
berikut:
a. Budaya 7S (senyum, salam, sapa, sopan, santun, sabar dan solidaritas)
b. Berdoa sebelum dan sesudah belajar
c. Melaksanakan shalat
d. Merayakan hari besar keagamaan
e. Toleransi terhadap pemeluk agama lain
f. Memiliki fasilitas untuk pelaksanaan kegiatan keagamaan
Menurut Arrias Dkk (2019), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
permbentukan karakter religius. Faktor yang dimaksud dibagi menjadi dua kategori
yakni, faktor internal yaitu insting atau naluri, adat atau kebiasaan, kehendak atau
kemauan (Iradah), dan suara hati. Faktor eksternal meliputi pendidikan, lingkungan
(Sekolah, rumah atau keluarga, masyarakat), sarana dan prasarana. Kedua faktor
tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter religius siswa.
3. Metode
Jenis penelitian yang digunakan peneliti termasuk kedalam jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dengan menggunakan pendekatan ini
peneliti berusaha untuk mendeskripsikan tentang strategi yang digunakan guru PAI
dalam membentuk karakter relegius siswa di SMA Negeri Binsus Dumai. Lokasi
penelitian di SMA Negeri Binsus Dumai yang beralamat di Jl. Inpres Kel. Purnama Kec.
Dumai Barat, Kota Dumai, Provinsi Riau. Adapun teknik pengumpulan data yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini, yaitu: observasi, wawancara, dan dokumen.
Menggunakan metode interaktif dalam menganalisis data antara proses pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan, tidak di pandang
sebagai kegiatan yang berlangsung secara liniear, namun merupakan siklus yang
interaktif (Sugiyono, 2019). Teknik keabsahan data yang peneliti gunakan yaitu uji
kredibilitas (credibility). Uji kredibilitas yang dipakai peneliti adalah pengujian
triangulasi.
279
An-Nuha Vol. 3, No. 2, 2023
4. Hasil dan Pembahasan
A. Karakter religius siswa di SMA Negeri Binsus Dumai
Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang taat dalam menjalankan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhaap pelaksanaan ibaah umat agama lain.
Karakter religius merupakan sebuah sikap atau perilaku seseorang dalam
kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran atau aturan agama yang
menyangkut hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia (A’yun, 2020).
Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Rozalia S.Pd.I dengan hasil
wawancara sebagai berikut: “Berdasarkan pengamatan dari kondisi saat ini,
karakter reigius siswa SMAN Binsus belum terbentuk seutuhnya, belum 100%. Secara
umum karkter religius siswa sudah 88% terbentuk hal ini dikarenakan adanya
kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan dilingkungan sekolah yang membantu
membentuk karakter siswa, selain itu juga dikarenakan lingkungan sekolah yang
mendukung dan budaya 7S yang diterapkan.”
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMAN Binsus sejalan dengan
wawancara yang peneliti lakukan, bahwasannya benar adanya jika siswa di SMAN
Binsus memiliki karakter yang baik, dan adanya budaya 7S yang diterapkan di
lingkungan sekolah.
Karakter religius siswa di SMA Negeri Binsus Dumai secara umum sudah baik.
Hal ini dikarenakan keberhasilan guru PAI dalam membentuk karakter religius
siswa melalui pembiasaan dan keteladanan. Indikator keberhasilan pembentukan
karakter religius siswa di SMA Negeri Binsus Dumai terwujud dalam bentuk sikap
atau perilaku siswa, yakni siswa mulai sadar diri dan terbiasa untuk melaksanakan
kegiatan keagamaan di sekolah, meningkatnya kesadaran siswa untuk mengerjakan
kewajibannya terutama dalam melakanakan shalat, siswa menunjukkan akhlak budi
pekerti yang baik di lingkungan sekolah, sopan, santun dan menghargai sesama dan
berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator keberhasilan pembentukan karakter religius siswa di SMA Negeri Binsus
Dumai telah sesuai dengan indikator karakter religius Kemendiknas (2010:25)
Siswa SMA Negeri Binsus Dumai sudah memiliki nilai-nilai religius yaitu Nilai
Ilahiyah, menjadikan siswa memiliki karakter yang berhubungan dengan ketuhanan
seperti, beriman dan bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah Allah
serta menjauhi larangan Allah. Nilai Insaniyah, menjadikann siswa memilii karakter
yang berhubungan dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar seperti memiliki
sikap sopan santun, hormat dan patuh kepada orang tua, saling menyanyangi
sesama manusia, tolong menolong dan menjaga persaudaraan (ukhuwah)(Sahuri
2022).
B. Strategi guru PAI dalam membentuk karakter religius siswa SMA Negeri
Binsus Dumai
Berdasarkan temuan peneliti pada pembahasan sebelumnya, guru PAI
merupakan orang yang memiliki tanggung jawab lebih dalam mendidik peserta
didik. Selain sebagai pengajar yang mengajarkan tentang berbagai pelajaran, guru
PAI juga menjadi murabbi, mursyid, mudarris dan muaddib yang bertanggung jawab
atas pemberian ilmu pengetahuan serta pemeliharaan jasmani dan rohani yang
mendalam kepada peserta didik (Aziz, 2020).
Strategi guru PAI di SMAN Binsus Dumai dalam membentuk karakter religius
siswa sejalan dengan pendapat ahli sebelumnya Ratniana (2019) ada dua cara
280
Nur Afni Lubis, Murniyetti: Strategi Guru PAI Dalam Membentuk Karakter..
dalam mendidik, yaitu pertama dengan mujahadah dan membiasakan latihan
dengan amal saleh. Kedua, perbuatan itu dikerjakan dengan di ulang-ulang. Untuk
menumbuhkan karakter religius pada siswa, guru PAI dapat melaksanakan
strateginya dengan efektif dan efisien melalui pembelajaran pada pendidikan agama
Islam yang disesuaikan dengan kurikulum, strategi yang dipergunakan meliputi
keteladanan dan pembiasaan.
1. Pembiasaan
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan Ibu Sri salah seorang
guru PAI di SMAN Binsus, beliau mengatakan:
“Sebelum memulai pembelajaran kita akan berdoa terlebih dahulu, melakukan
pembiasaan seperti, membiasakan siswa untuk membaca al-qur’an, surah-surah
pendek, ayat-ayat yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Setelah itu saya akan
menanyakan kabar siswa tersebut dan dilanjutkan dengan absen. Pada proses
pembelajaran saya biasanya menghubungkan materi pembelajaran dengan kondisi
nyata atau mengaitkannya dengan kejadian dikehidupan sehari-hari.” “membiasakan
siswa untuk mengikuti kegiatan keagamaan seperti untuk hari jumat itu ada kegiatan
keputrian kusus untuk yang perempuan beragama islam adanya rohis jumat di pagi
hari (penampilan kelas bertema islam, kultum,yasinan) pelaksanaan hari-hari besar
keagamaan, shalat zuhur dan ashar berjamaah”.
Pendidikan dengan pembiasaan merupakan strategi utama yang dilakukan oleh
guru PAI. Karena strategi pembiasaan merupakan salah satu cara yang efektif untuk
membentuk karakter siswa. Dengan pembiasaan-pembiasaan baik yang di terapkan
di lingkungan sekolah akan membantu merubah perilaku serta sikap siswa secara
bertahap. Adapun pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan guru PAI di SMA Negeri
Binsus adalah sebagai berikut:
a. Membiasakan siswa untuk senyum, salam,sapa,sopan,santun,sabar dan
solidaritas .
b. Membiasakan siswa untuk berdoa sebelum dan sesudah belajar.
c. Membiasakan siswa untuk membaca al-qur’an, surah-surah pendek.
d. Membiasakan siswa untuk shalat zuhur dan ashar berjamaah.
e. Membiasakan siswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang
diadakan sekolah (rohis jum’at, keputrian, yasinan bersama, peryaan harihari besar keagamaan).
f. Membiasakan siswa untuk hidup berdampingan dan saling toleransi
terhadap pemeluk agama lain
Dengan pembiasaan yang baik yang diterapkan di sekolah maka akan membantu
dalam membentuk prilaku serta sikap siswa secara bertahap menuju sikap yang
baik seperti yang sudah ditujukan (Ahsanulkhaq, 2019). Pembentukan karakter
religius berarti menciptakan suasana kehidupan keagamaan. Penciptaan suasan
religius dilakukan dengan cara pengamalan, ajakan dan pembiasaan-pembiasaan
sikap agamis baik habluminallah maupun habluminannas dalam lingkungan
sekolah (Ratniana, 2019).
2. Keteladanan
Keteladanan berarti memberikan contoh, baik dalam berperilaku, berbicara,
sifat dan sebagainya. Strategi keteladanan ini juga melibatkan seluruh aspek
sekolah untuk memberikan yang baik. Beberapa contoh dari keteladanan yaitu,
saling menghormati dan menghargai terutam kepada yang lebih tua.
281
An-Nuha Vol. 3, No. 2, 2023
Ibu Rozalia guru mata pelajaran PAI mengatakan:
“Guru memberikan contoh kepada siswa, dimulai dari yang paling kecil seperti
mengucapkan salam ketika masuk kelas, masuk kekelas tepat waktu, bertutur kata
yang baik dan menunjukkan sikap saling menghargai. Hal-hal tersebut perlu kita
tanamkan agar terbentuknya pribadi yang baik dan membentuk karakter religius
dari siswa jadi kita yang melakukannya terlebih dahulu agar siswa melihat dan
mengikutinya.”
Guru merupakan model bagi siswanya, karena apa yang dilakukan guru akan
cenderung diikuti oleh siswanya. Selain itu guru juga menunjukkan perilaku yang
baik, datang tetapat waktu, mengucapkan salam ketika masuk ke dalam kelas dan
ikut menerapkan budaya 7S dan ikut serta hadir dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan di sekolah. Keteladanan ini merupakan salah satu
strategi yang dilakukan oleh guru PAI di SMA Negeri Binsus Dumai dalam
membentuk karakter religius siswa. Karena dengan strategi ini dapat
menumbuhkan karakter religius pada siswa SMA Negeri Binsus Dumai dengan
maksimal. Karena untuk siswa SMA tidak bisa menggunakan dengan cara
diperintah saja namun juga diperlukan aksi atau contoh yang nyata dari guru PAI
tersebut. Karena siswa akan melakukan apa yang mereka lihat Dengan
memberikan keteladanan tersebut, secara tidak langsung akan memberikan
dampak yang positif kepada siswa sehingga hal ini akan akan meningkatkan
perubahan dalam sikap dan perilaku siswa. Dan pada akhirnya siswa akan mulai
terbiasa melakukan dalam kehidupan sehari-harinya (Mulyasa, 2008:37).
Dapat diketahui bahwa strategi guru PAI dalam membentuk karakter religius
siswa di SMA Negeri Binsus Dumai dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan tersebut
karena, guru PAI tidak hanya sendirian dalam pengimplementasian strategi
tersebut, tetapi juga dibantu oleh kepala sekolah, guru-guru lain serta kondisi dan
lingkungan sekolah yang mendukung. Hal ini terbukti dengan sikap siswa yang mau
mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan, adanya toleransi, sopan
dan santun, berdoa sebelum dan sesudah belajar, dan pada saat jam shalat tiba
siswa bergegas untuk menuju ke musala sekolah, keberhasilan juga terbukti
dengan terciptanya lingkungan sekolah yang religius dan kondusif.
C. Faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi guru PAI dalam
membentuk krakter religius siswa SMA Negeri Binsus Dumai
Dalam pembentukan karakter religius pasti ada faktor penghambat dan faktor
pendukungnya. Dari hasil penelitian di SMA Negeri Binsus Dumai terdapat beberapa
faktor penghambat dan pendukung yang mempengaruhi pembentukan karakter
religius siswa, yaitu:
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung disini mempunyai peran yang sangat penting dalam
membentuk karakter religius siswa, Ibu Rozalia selaku guru PAI beliau
mengatakan “Faktor pendukung dalam pembentukan karakter religius siswa di
SMAN Binsus ini yaitu, fasilitas atau sarana dan prasarana sekolah dan lingkungan
sekolah yang sudah mendukung. Tentunya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
keagamaan diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung. Adanya kerja
sama yang baik antara orang tua dan guru di sekolah.”
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari pembentukan karakter religius siswa di SMA Negeri
Binsus Dumai, sesuai dengan yang dikatakan Ibu Sri Rahmalina salah seorang
282
Nur Afni Lubis, Murniyetti: Strategi Guru PAI Dalam Membentuk Karakter..
guru PAI di SMAN Binsus “Faktor penghambat dalam pembentukan karakter
religius siswa, berasal dari latar belakang siswa yang berbeda-beda dan
lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan atau lingkungan tempat tinggalnya
juga menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat terbentuknya karakter
religius itu sendiri. Karena lingkungan tersebut dapat mempengaruhi siswa,
meskipun lingkungan sekolah sudah dibuat religius. Disanalah tantangan kami
sebagai guru, terutama yang guru PAI jadi ketika melihat ada siswa yang sikapnya
tidak sesuai atau keluar dari jalur, kami langsung memanggil siswa tersebut dan
melakukan pembinaan karakter terhadap siswa yang bersangkutan.
5. Simpulan
Karakter religius siswa di SMA Negeri Binsus Dumai sudah terbentuk dengan baik
hal ini dapat dilihat dari keseharian siswa di sekolah, tumbuhnya kesadaran diri siswa
untuk melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, siswa yang terbiasa dengan
kegiatan keagamaan dan siswa menerapkan budaya 7S dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi yang digunakan guru PAI dalam membentuk karakter reigius siwa di SMA
Negeri Binsus Dumai yaitu melalui pembiasaan dan keteladanan. Pembiasaan yang
dilakukan, dimulai dari membiasakan budaya 7S, shalat berjamaah, berdoa sebelum
dan sesudah belajar, kegiatan keputrian, dan merayakan hari-hari besar keagamaan.
Selanjutnya melalui keteladanan, keteladanan dimulai dari guru yang ikut serta dalam
pelaksanaan shalat berjamaah, ikut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan yang
diadakan dan memberikan contoh yang baik mulai dari datang tepat waktu,
memberikan motivasi dan nasehat serta bagus dalam bertutur kata. Faktor pendukung
dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Negeri Binsus Dumai diantaranya
adanya kerja sama yang baik antara guru PAI dengan guru lainnya, adanya dukungan
positif dari lingkungan sekolah dan keluarga, serta sarana prasarana sekolah yang
mendukung. Sedangkan faktor penghambat dalam membentuk karakter religius siswa
yaitu pengaruh dari lingkungan pergaulan siswa, kurangnya kesadaran diri pada siswa,
dan sifat serta latar belakang siswa yang berbeda.
6. Referensi
A’yun, Puspita Dewi Qurroti. (2020). “Strategi Guru PAI Dalam Membentuk Karakter
Religius Siswa Madrasah Ibtidaiyah Arrahman Desa Purwotengah Kecamatan
Papar Kabupaten Kediri.” 18.
Achmad Ali Fikri, Syamsul Arifin, M. Fuad Fahruddin. (2022). “Nilai-nilai Pendidikan
Budi Pekerti Menurut KI Hadjar Dewantara Dalam Perspektif Pendidikan Islam.
5–2003:)8.5.2017(2
Agustin, Neli, and Fakultas Tarbiyah. (2020). “Implementasi Pendidikan Karakter
Berbasis Islam Dalam Mengatasi Krisis Moral Di Kelas Iv Sd Negeri 104 Rejang
Lebong.”
Ashari, Atok Eza. (2019). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk
Karakter Religius Siswa (Studi Multisitus DI SMAN 1 Kademangan Blitar Dan
SMAN 1 Garum Blitar).
Badry, Intan Mayang Sahni, and Rini Rahman. (2021). “Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Menanamkan Nilai Karakter Religius.” An-Nuha 1(4):573–83. doi:
10.24036/annuha.v1i4.135.
Fatmawati, Dian. (2015). “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk
283
An-Nuha Vol. 3, No. 2, 2023
Karakter Siswa Di SMP Negeri 13 Malang.” Qiro’ah: Jurnal Pendidikan Agama
Islam 160.
Kisman. (2020). “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Prerilaku
Islami Siswa Di SMK Negeri 1 Manggelewa.” Jurnal Studi Pendidikan Islam
IX(1):43–62.
Marzuki. (2009). “Dr. Marzuki, M.Ag. Konsep Dasar Pendidikan Karakter - Dr.
Marzuki, M.Ag_. Konsep Dasar Pendidikan Karakter.Pdf.” 1–13.
Noviana, Risna, and Rini Rahman. (2021). “Strategi Sekolah Dalam Membentuk Sikap
Disiplin Peserta Didik Di SD Negeri 01 Kinali.” An-Nuha 1(3):187–97. doi:
10.24036/annuha.v1i3.46.
Nurbaiti, Rahma, Susiati Alwy, and Imam Taulabi. (2020). “Pembentukan Karakter
Religius Siswa Melalui Pembiasaan Aktivitas Keagamaan.” EL Bidayah: Journal of
Islamic Elementary Education 2(1):55–66. doi: 10.33367/jiee.v2i1.995.
Ratniana. (2019). “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembelajaran.” AnNizom 4(2):154–60.
Sahuri, Mohammad Sofiyan. (2022). A Strategi Guru PAI Membentuk Karakter Religius
Peserta Didik Di SMP Al Baitul Amien Jember. Vol. 5.
Yasyakur, Moch. (2017). “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan
Kedisiplinan Beribadah Sholat Lima Waktu.” Edukasi Islami Jurnal Pendidikan
Islam 5.09(2):1185–1230.
284