Academia.eduAcademia.edu

Vaksin, vaksinasi dan imunomodulator

Imunologi Veteriner VAKSIN, VAKSINASI DAN IMUNOMODULATOR Oleh : VERLY JEFANNI 1302101010167 KELAS 3 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2015 VAKSIN, VAKSINASI DAN IMUNOMODULATOR VAKSIN Vaksin adalah sebuah produk yang menghasilkan kekebalan sehingga melindungi tubuh dari penyakit. Vaksin diberikan melalui suntikan jarum, melalui mulut dan aerosol (Kesehatan, 2014). Vaksin berfungsi membantu tubuh mempersiapkan diri untuk melawan penyakit. Pada dasarnya, vaksin memberi tubuh semacam “bocoran” karakteristik bakteri, virus atau racun tertentu sehingga memungkinkan tubuh untuk belajar bagaimana cara mempertahankan diri. Jika tubuh pada akhirnya diserang oleh patogen tertentu setelah vaksin diberikan, maka sistem kekebalan tubuh sudah siap untuk melawan serangan tersebut. Kebanyakan vaksin diberikan dalam bentuk suntikan atau cairan yang dikonsumsi melalui mulut. Namun, beberapa vaksin diberikan dengan cara dihirup dalam bentuk aerosol atau bubuk. Mayoritas vaksin mengandung virus atau bakteri yang telah dilemahkan atau dibunuh. Sedangkan vaksin jenis lain mengandung racun yang dilemahkan. Meskipun merupakan agen penyebab penyakit, vaksin bersifat aman bagi tubuh dan tidak menyebabkan penyakit. Ketika patogen lemah atau yang telah mati diperkenalkan ke dalam aliran darah, sel B tubuh akan langsung bekerja. Sel B adalah sel-sel yang bertanggung jawab memerangi patogen penyebab penyakit. Setelah sel B dirangsang untuk bertindak, antibodi kemudian terbentuk sehingga tubuh mengembangkan kekebalan terhadap patogen tertentu. Setelah seseorang menerima vaksin dan memiliki kekebalan, dia biasanya akan terlindungi seumur hidup. Namun, terkadang vaksin tidak memberikan kekebalan seumur hidup. Sebagai contoh, beberapa vaksin, seperti tetanus dan pertusis, hanya efektif untuk waktu terbatas. Dalam kasus tersebut, pengulangan pemberian vaksin diperlukan untuk mempertahankan perlindungan. Dosis vaksin penguat diberikan pada interval tertentu setelah vaksinasi awal. Dilain pihak, ada vaksin yang harus diberikan secara teratur. Sebagai contoh, vaksin flu harus diberikan setiap tahun akibat banyaknya strain flu. Vaksin yang diberikan pada tahun tertentu umumnya hanya memberikan perlindungan terhadap strain tertentu dari virus flu, tapi ketika terjadi lagi musim flu tahun depan, vaksinasi terhadap strain baru mungkin diperlukan. Selain itu, vaksin flu tidak memberikan perlindungan seumur hidup. Setelah satu tahun, efektivitas perlindungan mungkin telah jauh berkurang (Anonimus, 2014). Membedakan antara vaksin mati dan vaksin hidup yang dilemahkan dengan melihat kelebihan dan kekurangan antara kedua jenis vaksin ini : Vaksin mati Kelebihannya : Keuntungan vaksin mati adalah bisa dipergunakan untuk semua orang, yang mengalami kelainan sistim imunologi atau sistem pertahanan tubuh, misalnya penderita penyakit HIV AIDs, orang yang dicangkok organ tubuh, pasien ginjal yang melakukan dialisis (cuci) darah atau pasien yang mendapat pengobatan kortiosteroid. Karena hanya mengandung bakteri atau virus mati, tidak ada lagi kemungkinan mutasi genetik dari bibit penyakit kembali menjadi ganas, sehingga aman bagi pemakai vaksin tersebut. Cara menyimpan vaksin mati ini juga lebih mudah daripada vaksin hidup, cukup disimpan dalam suhu 2 – 8°C. Kelemahannya : Kelemahannya adalah karena bakteri atau virus penyebab penyakitnya telah dimatikan, maka reaksi perangsangan terhadap sistem imunologi tubuh lebih lemah, sehingga untuk mendapatkan hasil proteksi yang optimal dan berlangsung lama, diperlukan pengulangan vaksinasi, yang disebut dosis booster atau dosis penguat ulangan. Catatan: dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwa vaksin mati lebih baik dipakai untuk mencegah penyakit infeksi karena bakteri daripada penyakit infeksi karena virus. Contoh Vaksin Mati (Killed Vaccines / Inactivated Vaccines) : Vaksin Polio Inactivated (IPV) Vaksin DPT Vaksin Hepatitis A dan B Vaksin Pneumonia Vaksin Meningitis Vaksin Hib dan Vaksin Influenza Vaksin Human Papiloma Virus Vaksin Demam Typhoid Vaksin Hidup Kelebihanannya : Karena mengandung bibit penyakit hidup yang dilemahkan, sehingga menimbulkan reaksi rangsangan yang sangat kuat terhadap sistem imunologi tubuh untuk memproduksi zat antibodi dan reaksi ini bertahan cukup lama bahkan seumur hidup, sehingga tidak memerlukan mengulang vaksinasi atau dosis booster. Kelemahannya: Kelemahanya adalah karena ini mengandung bakteri yang hidup meski telah dilemahkan, sehingga vaksin jenis ini tidak boleh diberikan untuk wanita hamil, mereka yang mengalami kelainan sistim imunologi atau sistem pertahanan tubuh, misalnya penderita penyakit HIV AIDs, orang yang dicangkok organ tubuh, pasien ginjal yang melakukan dialisis (cuci) darah dan penderita yang diobati dengan kortikosteroid. Karena bibit penyakit masih hidup meskipun telah dilemahkan, masih ada kemungkinan terjadi mutasi genetik, dimana bibit penyakit menjadi ganas kembali, sehinggga menimbulkan penyakit bagi penerima vaksin tersebut. Juga dikatakan bahwa kemungkinan efek samping lebih banyak ditemukan dengan vaksin hidup yang dilemahkan daripada dengan vaksin mati. Karena mengandung bibit penyakit yang masih hidup, maka dalam penyimpanan vaksin ini diperlukan suhu rendah untuk menyimpannya, biasanya adalah suhu -20°C. Catatan : dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwa vaksin hidup lebih baik dipakai untuk mencegah penyakit infeksi karena virus daripada penyakit infeksi karena bakteri. Contoh vaksin hidup yang dilemahkan (Live Attenauted Vaccines) : Vaksin MMR Vaksin Oral Polio (OPV) Vaksin Varicella Vaksin Yellow Fever / Demam Kuning Vaksin Rotavirus Jumlah Antigen dalam Satu Sediaan Vaksin : Vaksin Monovalent dan Vaksin Polyvalent Dalam perkembangan teknologi pembuatan vaksin, telah terjadi suatu lompatan besar dalam sediaan vaksin, yaitu adanya vaksin kombinasi yang terdiri beberapa jenis antigen vaksin dalam satu sediaan, sehingga vaksinasi sekarang menjadi lebih sederhana dan ringkas, yaitu sekali suntikan akan memberikan beberapa jenis vaksin sekaligus. Saat ini kita masih mengenal adanya Vaksin Monovalent yang artinya dalam sediaan vaksin hanya mengandung satu jenis antigen saja, misalnya vaksin Hepatitis A, vaksin Hepatitis B, vaksin Rabies, vaksin Polio inactivated, vaksin influenza, semua contoh vaksin tadi yang dalam satu sediaan vaksin hanya mengandung satu jenis antigen, sehingga bertujuan mencegah hanya satu jenis penyakit saja. Vaksin Monovalent ini adalah sedia vaksin yang pertama kali dibuat oleh pabrik vaksin karena keterbatasan teknologi saat itu, juga karena indikasi pemakaiannya, sehingga vaksin monovalent tetap diperlukan. Kemudian dikenalkan dengan Vaksin Polyvalent atau lebih populer dikenal Vaksin Kombinasi. Dalam satu sediaan vaksin polyvalent atau vaksin kombinasi terdapat lebih dari 2 jenis antigen bakteri atau virus yang dipergunakan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membuat zat antibodi (Anonimus, 2012). VAKSINASI Vaksinasi adalah salah satu cara untuk mencegah terkenanya berbagai macam penyakit infeksi. Vaksinasi bisa di bedakan menjadi dua, yaitu vaksinasi secara aktif dan pasif. Vaksinasi secara aktif artinya diberikan vaksin yang berisi virus atau bakteri yang sudah dimatikan atau dilemahkan atau hanya bagian tertertentu dari virus atau bakteri itu sendiri atau bahkan hanya toksinnya saja (toksin adalah zat racun yang diproduksi bakteri tertentu, sepeti pada tetanus,dll). Tujuan pemberian vaksin secara aktif adalah untuk memacu tubuh kita mengenali virus atau bakteri tersebut sehingga tubuh membentuk antibodi melawannya dan ketika suatu saat kita terinfeksi dengan bakteri atau virus tersebut, tubuh bisa dengan cepat mengenali dan mengeliminasi atau mengancurkan benda asing yang masuk tadi. Antibodi yang dibentuk tubuh sifatnya spesifis, artinya satu jenis antibodi hanya mengenal satu macam bakteri atau virus tertentu yang diperkenalkan melalui vaksinasi, sehingga jumlah antibodi dalam tubuh banyak sekali untuk melawan berbagai macam penyakit yang mungkin terjadi. Berbeda dengan vaksinasi secara aktif, vaksinasi secara pasif dilakukan dengan cara memasukkan serum yang sudah mengandung antibodi untuk melawan jenis penyakit tertentu atau toksinnya dalam konsentrasi tinggi. Dalam hal ini tubuh tidak dipacu secara aktif menghasilkan atau membentuk antibodi sendiri tetapi hanya menerima antibodi yang sudah ada, mengingat proses pembentukan antibodi bisa berminggu-minggu lamanya (Infeksiologi, 2013). IMUNOMODULATOR Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik dan terjadi induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini disebut paramunitas dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Metode uji aktivitas imunomoduator yang dapat digunakan,yaitu : Metode bersihan karbon ("Carbon-Clearance") Pengukuran secara spektrofluorometrik laju eliminasi partikel karbon dari daerah hewan. Ini merupakan ukuran aktivitas fagositosis. Uji granulosit Percobaan in vitro dengan mengukur jumlah sel ragi atau bakteri yang difagositir oleh fraksi granulosit yang diperoleh dari serum manusia. Percobaan ini dilakukan di bawah mikroskop. Bioluminisensi radikal Jumlah radikal yang dibebaskan akibat kontak mitogen dengan granulosit atau makrofag, merupakan ukuran besarnya stimulasi yang dicapai. Uji transformasi limfosit T Suatu populasi limfosit T diinkubasi dengan suatu mitogen. Persyaratan imunomodulator, Menurut WHO, imunomodulator haruslah memenuhi persyaratan berikut : Secara kimiawi murni atau dapat didefinisikan secara kimia. Secara biologik dapat diuraikan dengan cepat. Tidak bersifat kanserogenik atau ko-kanserogenik. Baik secara akut maupun kronis tidak toksik dan tidak mempunyai efek samping farmakologik yang merugikan. Tidak menyebabkan stimulasi yang terlalu kecil ataupun terlalu besar. Immunomodulator membantu memperbaiki sistem kekebalan tubuh atau menenangkan sistem kekebalan yang over aktif. Namun immonomodulator tidak meningkatkan sistem kekebalan seperti yang dilakukan oleh immunostimulant (seperti contohnya Echinacea). Immunomodulator direkomendasikan untuk orang-orang dengan penyakit autoimun dan secara luas digunakan pada penyakit-penyakit kronik untuk mengembalikan sistem kekebalan dalam rangka membantu orang-orang yang mengkonsumsi antibiotik atau terapi anti virus jangka (Nadianti, 2013). DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2012. Jenis dan Macam Vaksin. http://selukbelukvaksin.com/jenis-dan-macam-vaksin/. Diakses tanggal 9 Desember 2014. Anonimus. 2014. Bagaimana Cara Kerja Vaksin Mencegah Penyakit? http://www.amazine.co/24826/bagaimana-cara-kerja-vaksin-mencegah-penyakit/. Diakses tanggal 9 Desember 2014. Kesehatan, K. 2014. Vaksin. http://kamuskesehatan.com/arti/vaksin/. Diakses tanggal 9 Desember 2014. Infeksiologi. 2013. Vaksinasi. http://infeksi.wordpress.com/vaksinasi/. Diakses tanggal 9 Desember 2014. Nadianti, F. 2013. Imunomodulator. http://www.academia.edu/8671506/IMUNOMODULATOR. Diakses tanggal 9 Desember 2014.