Academia.eduAcademia.edu

PERANAN INVESTASI DALAM INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI GUNA

PERANAN INVESTASI DALAM INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI GUNA MENUNJANG PENYERAPAN TENAGA KERJA Paper ini dibuat untuk melengkapi kewajiban tugas matakuliah Seminar Teori Ekonomi OLEH : Ilham Akbar Marsetyo NIM : 041211133100 PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk memperlancar hubungan antara wilayah terpencil dengan pusat pusat pertumbuhan. Kelancaran arus barang dan jasa serta keterbukaan wilayah-wilayah potensial dapat digunakan sebagai pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Dengan infrastruktur transportasi yang baik, sumber daya manusia maupun kapital yang tersebar tersebut juga dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Efektifitas investasi infrastruktur transportasi untuk meningkatkan perekonomian dan memberikan manfaat bagi masyarakat tergantung kepada pemanfaatan sarana transportasi tersebut oleh produsen maupun konsumen serta sektor-sektor unggulan, sehingga mampu memberikan stimulus perekonomian seperti yang diharapkan. (Haryanto, 2012). Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Program yang dirancang sejak tahun 2011-2025 ini memiliki tiga kerangka desain utama yaitu pengembangan potensi melalui enam koridor utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK di dalam koridor ekonomi. Dalam pelaksanaan program tersebut pemerintah telah membuat beberapa inisiatif strategik yang salah salah satunya adalah mendorong pembangunan infrastruktur utama dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. Elemen utama yang perlu diprioritaskan pada kesuksesan program MP3EI dalam rangka pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya mineral dengan optimal adalah melalui pembangunan konektivitas dalam pulau (intra island), antar pulau (inter islands), dan internasional. Jaringan transportasi adalah salah satu komponen utama konektivitas tersebut. Skema pembiayaan percepatan pembangunan ekonomi pada bidang transportasi dalam MP3EI ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 : Kebutuhan Investasi Infrastruktur Transportasi pada MP3EI Sumber : Google Pada Gambar 1 terlihat bahwa hanya (10-15) persen dari investasi yang diperlukan dapat dipenuhi oleh Pemerintah. Sisanya diharapkan berasal dari dunia usaha dan masyarakat. Investasi swasta murni (Private Finance Initiative, PFI) diyakini dapat digunakan untuk membantu mewujudkan master plan ini ke dalam bentuk pembangunan riil. Ketersediaan jasa transportasi berkorelasi positif dengan kegiatan ekonomi dan pembangunan dalam masyarakat. Jasa transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bukan hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia, tetapi jasa transportasi juga membantu tercapainya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal, berarti kegiatan produksi dilaksanakan secara efektif dan efisien, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, selanjutnya kesenjangan antardaerah dapat ditekan menjadi sekecil mungkin (Lilian, 2012). Transportasi menciptakan guna tempat dan guna waktu, karena nilai barang menjadi lebih tinggi di tempat tujuan dibandingkan di tempat asal, selain dari itu barang tersebut diangkut cepat sehingga sampai di tujuan tepat waktu untuk memenuhi kebutuhan. Transportasi merupakan kegiatan jasa pelayanan, jasa transportasi diperlukan untuk membantu kegiatan sektor-sektor lain (sektor pertanian. sektor perindustrian, sektor pertambangan, sektor perdagangan, sektor konstruksi, sektor keuangan, sektor pemerintahan, transmigrasi, pertahanan-keamanan dan lainnya) untuk mengangkut barang dan manusia dalam kegiatan pada masing-masing sektor tersebut. oleh karena itu, jasa transportasi itu dikatakan derived demand atau permintaan yang diderivasi atau turunan, artinya permintaan jasa transportasi bertambah karena diperlukan untuk melayani berbagai kegiatan ekonomi dan pembangunan yang meningkat. Bertambahnya permintaan jasa transportasi disebabkan oleh karena bertambahnya kegiatan sektor-sektor lain (Lilian 2012) Dalam perkembangannya, sektor transportasi di Indonesia mengalami perkembangan yang semakin pesat yang dapat dilihat dari banyaknya kendaraan bermotor yang ada. Hal ini dibarengi oleh jumlah investasi yang diperuntukkan membiayai pembangunan sarana dan prasarana transportasi tersebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Susantono, B., & Berawi, M. A. dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “PERKEMBANGAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI BERBASIS KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA DI INDONESIA” menjelaskan pembangunan infrastruktur transportasi merupakan salah satu poin vital dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Di Indonesia, pembangunan infrastruktur transportasi pada 15 tahun ke depan diestimasi membutuhkan biaya sebesar 1.786 triliun termasuk investasi untuk jalan sebesar 339 triliun, pelabuhan sebesar 117 triliun, bandara 32 triliun, dan jalan rel kereta api sebesar 326 triliun. Oleh karenanya pendekatan Public Private Partnership (PPP) atau Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam program pembangunan infrastruktur dipilih sebagai salah satu alternatif untuk dapat membiayai pembangunan proyek infrastruktur transportasi di Indonesia. 2.2 Landasan Teori 2.2.1. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi 2.2.1.1 Investasi Istilah investasi berasal dari kata investment yang dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai “penanaman” baik dalam bidang ilmu, teknik, tenaga, peralatan, tanah, gedung, tanaman, modal, dan sebagainya. Sedangkan secara khusus, kita artikan sebagai penanaman modal, apakah dalam surat berharga, saham-saham atau dalam modal kerja atau juga mendirikan suatu perusahaan (Haryanto, 2012). Sedangkan menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 1997 mendefinisikan investasi sebagai kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) di masa akan datang. Menurut Gittinger dalam Bahasoan (2010), investasi adalah pengorbanan nilai sekarang untuk nilai masa mendatang atau penggunaan modal untuk menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang berorientasi pada resiko yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal. 2.2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Todaro dan Smith (2003), ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu: 1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. 2. Pertumbuhan penduduk yang pada tahun-tahun berikutnya akan memperbanyak jumlah angkatan tenaga kerja. 3. Kemajuan teknologi. 2.2.2. Infrastruktur Salah satu komponen pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah adalah penyediaan infrastruktur. Penyelenggaraan pelayanan umum dalam bentuk infrastruktur mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Dengan infrastruktur yang baik, maka pertumbuhan ekonomi wilayah akan lebih mudah tumbuh dan berkembang. Selain itu, kualitas infrastruktur yang baik akan dapat pula meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kualitas lingkungan. (Barus, 2009). 2.2.3 Transportasi Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination), (Rahardjo Adisasmita 2010). Unsur – unsur transportasi meliputi : Manusia yang membutuhkan Barang yang dibutuhkan Kendaraan sebagai alat/sarana Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi Organisasi (pengelola transportasi) Transportasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Dengan adanya transportasi menyebabkan adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya, adat istiadat dan budaya suatu bangsa dan daerah, kebutuhan akan angkutan tergantung fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place utility). 2.2.1. Fungsi Transportasi Transportasi perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan. Untuk itu dikembangkan sistem transportasi dan komunikasi, dalam wujud sarana (kendaraan) dan prasarana (jalan). Dari sini timbul jasa angkutan untuk memenuhi kebutuhan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi memiliki fungsi, yaitu : A. Melancarkan arus barang dan manusia B. Menunjang perkembangan dan pembangunan (the promoting sector) C. Penunjang dan perangsang pemberian jasa bagi perkembangan perekonomian (the service sector). 2.2.4 Angkatan Kerja Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan Kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi (Rustiono, 2008) BAB III PEMBAHASAN 3.1 Insfrastruktur dan Pembangunan Efektifitas investasi infrastruktur transportasi untuk meningkatkan perekonomian dan memberikan manfaat bagi masyarakat tergantung kepada pemanfaatan sarana transportasi tersebut oleh produsen maupun konsumen serta sektor-sektor unggulan, sehingga mampu memberikan stimulus perekonomian seperti yang diharapkan. Dikeluarkannya berbagai kebijakan pemerintah seperti paket infrastruktur yang tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010, serta peningkatan anggaran stimulus fiskal pada bidang infrastruktur menunjukkan perhatian pemerintah yang sangat besar pada pembangunan infrastruktur (termasuk halnya infrastruktur transportasi). Perhatian pemerintah yang besar pada infrastruktur ini sangatlah relevan mengingat beberapa temuan studi mengindikasikan pentingnya infrastruktur terkait dengan dampaknya terhadap perekonomian. 3.2 Permintaan Tenaga Kerja Permintaan (atau lebih tepatnya penyerapan) tenaga kerja merupakan permintan turunan (derived demand) atas output yang dihasilkan. Apabila demikian, maka upaya memahami penyerapan tenaga kerja perlu dilihat proses produksinya terlebih dahulu. Diasumsikan fungsi produksi dengan elastisitas konstan (Constant Elasticity of Substitution/CES) dapat diaplikasikan pada sub-sub sektor yang akan diteliti. Fungsi produksi CES dengan memaksukkan faktor perubahan. 3.3 Infrastruktur dan Kinerja Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan kinerja perekonomian dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dampak lanjut dari pertumbuhan ekonomi ini adalah tenaga kerja dapat terserap lebih banyak serta angka pengangguran dapat ditekan. Dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak, pada akhirnya diharapkan akan memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat. BAB IV PENUTUPAN 4.1 Kesimpulan Dari penjelasan paper ini dapatdisimpulkan menjadi 3 isi simpulan, yaitu : 1. Dari sisi ketenagakerjaan, investasi infrastruktur transportasi dapat menyerap tenaga kerja yang begitu tinggi, dimana tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor ini besar dikarenakan sektor ini memiliki koefisien tenaga kerja (jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu) yang besar. 2. Berdasarkan analisis dampak penyebaran dibagi menjadi koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran, dapat disimpulkan secara umum insfrastruktur memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dibandingkan dengan nilai kepekaan penyebaran. Hal ini mengindikasikan bahwa insfrastruktur memiliki kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan insfrastruktur untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. 3. Investasi pembangunan infrastruktur memiliki kontribusi positif terhadap peningkatan output dan pendapatan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Transportasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bahasoan, H. 2010. Analisis Investasi Pengembangan Irigasi Waemeten Di Kabupaten Buru Maluku [tesis]. 2010. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor Barus, Y. 2009. Dampak Pembangunan Infrastruktur Dalam Perekonomian Wilayah Provinsi Kalimantan Timur : Suatu Analisis Input-Output Regiona l[disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor Irvan Haryanto. (2012). DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT DI PROVINSI JAWA BARAT. Institut Pertanian Bogor LILIAN PETRUS, I. R. E. N. E. (2012). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKROEKONOMI YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA PERIODE 2001-2010 (Doctoral dissertation). Prasetyo, R. B. 2010. Dampak Pembangunan Infrastruktur dan Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Di Indonesia [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rustiono, D. (2008). Analisis pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi jawa tengah (Doctoral dissertation, program Pascasarjana Universitas Diponegoro). Susantono, B., & Berawi, M. A. (2012). Perkembangan Kebijakan Pembiayaan Infrastruktur Transportasi Berbasis Kerjasama Pemerintah Swasta di Indonesia. Jurnal Transportasi, 12(2). Todaro, Michael P. 2000. Economic Development. Seventh Edition. Longman Todaro, M dan Smith, C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Jilid ke- 6. Erlangga, Jakarta