Academia.eduAcademia.edu

Komunikasi dalam keluarga

MAKALAH KOMUNIKASI UMUM Disusun oleh : Hannan 010701042 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “manfaat komunikasi terhadap keharmonisan keluarga”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat dan umatnya sampai akhir zaman. Makalah ini merupakan salah satu syarat tugas mata kuliah Komunikasi umum pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Semarang. Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini, terima kasih atas kebersamaan, bantuan, dan dukungannya Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Ungaran, Desember 2011 Penulis BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang baik. Komunikasi hanya bisa terjadi apabila menggunakan sistem isyarat yang sama Komunikasi antar pribadi akan sering terjadi dalam pembentukkan karakter seseorang. Menurut Verdeber (1990) dan Rahkmat (2007) komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan-gagasan maupun perasaan. Ketika orang berkomunikasi maka nampaknya yang terjadi adalah suatu proses transaksional yang dapat diartikan bahwa; (1) siapa yang terlibat dalam suatu proses komunikasi saling membutuhkan tanggapan demi suksesnya komunikasi itu; (2) komunikasi melibatkan interaksi dari banyak unsur. Beberapa unsur yang dimiliki secara tetap oleh setiap bentuk komunikasi termasuk komunikasi antar pribadi adalah; (a) konteks, (b) komunikator-komunikan, (c) pesan, (d) saluran, (e) gangguan, (f) umpan balik, dan (g) model proses. Konteks komunikasi antarpribadi menunjukkan bahwa yang melakukan komunikasi adalah individu yang terlibat dalam interaksi sebagai pengirim pesan atau sebagai penerima pesan. Sebagai pengirim pesan tentunya akan terlibat dalam menyusun suatu pesan untuk dikomunikasikan dengan harapan akan mendapat tanggapan dari individu yang dituju baik secara verbal maupun secara nonverbal. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan dalam keluarga bertujuan untuk mempererat hubungan sosial di antara individu yang ada dalam keluarga. Komunikasi antar pribadi yang baik akan membawa kepada hubungan interpersonal yang baik, sehingga terjadi pertukaran sosial yang baik pula. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi  Definisi  Istilah komunikasi berasal dari kata Latin  Communicare atau Communis yang berarti  sama  atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti  kita berusaha agar  apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya (Roger, 1995) Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh  pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi  (Astrid, 1998). Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara dua fihak untuk menyamakan persepsi dalam upaya mencapai tujuan bersama. Komunikasi merupakan proses dua arah. Kesamaan persepsi hanya bisa tercapai bila kedua pihak mendengar dan berbicara efektif (Widjono, 2006) Komunikasi terjadi antara pengirim pesan dan yang menerima pesan, bisa terjadi antara atasan dan bawahan atau dokter dengan perawatnya. Penekanan berada pada kebutuhan untuk berkomunikasi dan bekerjasama antara seluruh anggota dari organisasi, menjalankan fungsi sebagai kelompok yang saling bergantung membentuk satu kesatuan. (Perry & Potter,2000). Sejarah komunikasi Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan. Pada binatang, selain untuk seks, komunikasi juga dilakukan untuk menunjukkan keunggulan, biasanya dengan sikap menyerang. Munurut sejarah evolusi sekitar 250 juta tahun yang lalu munculnya "otak reptil" menjadi penting karena otak memungkinkan reaksi-reaksi fisiologis terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal sebagai emosi. Pada manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada sistem limbik otak manusia, dan hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi". Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan broadcasting. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut (www.wikipidia.com, 2006) Tujuan Komunikasi  Hewitt (1981) dalam Monica (1998), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut: Mempelajari atau mengajarkan sesuatu Mempengaruhi perilaku seseorang Mengungkapkan perasaan Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain Berhubungan dengan orang lain Menyelesaian sebuah masalah Mencapai sebuah tujuan Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain Proses Komunikasi  Menurut Gates (1995) komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar  sebagai berikut :  Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide  untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan   dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan  atau diekspresikan  oleh pengirim pesan.  Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.  Materi pesan dapat berupa : Informasi Ajakan Rencana kerja Pertanyaan dan sebagainya Simbol/ isyarat Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat   dipahami oleh  orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.  Media/penghubung Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti : TV, radio, surat kabar,  papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan  yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb. Mengartikan kode/isyarat Setelah  pesan diterima  melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka  si penerima pesan  harus dapat mengartikan  simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.  Penerima pesan Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan  dari sipengirim  meskipun dalam bentuk code/isyarat  tanpa mengurangi arti pesan  yang dimaksud oleh pengirim Balikan (feedback) Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi  kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan. Hal ini penting  bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung  yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak Balikan yang diberikan oleh orang lain  didapat dari pengamatan pemberi balikan  terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan  menggambarkan perilaku penerima pesan  sebagai reaksi  dari pesan  yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan  kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.  Gangguan Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi  akan tetapi mempunyai pengaruh dalam  proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah  hal yang  merintangi atau menghambat  komunikasi  sehingga penerima salah menafsirkan pesan  yang diterimanya.  Dasar Komunikasi Menurut Gates (1995) komunikasi mempunyai  dasar sebagai berikut: Niat, Minat,  Pandangan, Lekat, Libat. Niat menyangkut : Apa yang akan disampaikan Siapa sasarannya Apa yang akan dicapai Kapan akan disampaikan Minat, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu: Faktor obyektif   : merupakan rangsang yang kita terima Faktor subyektif : merupakan faktor yang menyangkut diri si penerima   stimulus. Pandangan, merupakan makna dari informasi yang disampaikan  pada sasaran, menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan kerangka pikir seseorang. Lekat, merupakan informasi yang disimpan oleh si penerima. Libat, merupakan keterlibatan panca indera sebanyak-banyaknya.  Jenis Komunikasi  Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada dua jenis komunikasi yaitu verbal, dan non-verbal. Komunikasi verbal dengan kata-kata Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa ; Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan  stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi. Singkat dan jelas. Komunikasi  akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang  bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan. Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata  dan komunikasi non verbal memberikan arti  pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal : Ekspresi wajah   Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi  atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan  bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata  juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya Sentuhan  adalah bentuk komunikasi personal  mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan  seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang  atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan  juga salah satu ungkapan  perasaan  dan pikiran  seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi  non verbal lainnya  sampai desis  atau suara  dapat menjadi pesan yang sangat  jelas. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi  seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan  selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan  stress  bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress Bentuk Komunikasi  Menurut Roger (1995) komunikasi  sebagai proses memiliki bentuk :  Bentuk Komunikasi berdasarkan cara penyampaian : Komunikasi langsung Komunikasi langsung tanpa mengguanakan alat, komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.          A--------àß-----------B   Komunikasi tidak langsung Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima  penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya menggunakan radio, buku, dll Bentuk komunikasi berdasarkan  besarnya sasaran : Komunikasi massa, yaitu komunikasi  dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal. Komunikasi masa yang baik  harus : Pesan disusun  dengan jelas, tidak rumit  dan tidak bertele-tele Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami Bentuk gambar yang baik Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio)  Komunikasi kelompok Adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik.  Perawat----- → ← ------Pengunjung puskesmas  Komunikasi perorangan Adalah  komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui telepon.  Perawat-----→ ←------Pasien  Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan : Komunikasi satu arah Pesan  disampaikan oleh sumber kepada sasaran  dan sasaran tidak dapat  atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio.     A ------------------→B                                                             Komunikasi timbal balik. Pesan disampaikan kepada sasaran  dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya  komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik  Hambatan Komunikasi  Menurut Monica (1998), hambatan dalam proses komunikasi meliputi : Hambatan dari Proses  Komunikasi Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi  oleh perasaan atau situasi emosional. Hambatan dalam penyandian/symbol Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti  lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada  saat menerima, mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Hambatan dalam memberikan  balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya. Hambatan Fisik Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.   Hambatan Semantik. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi  kadang-kadang mempunyai  arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima   Hambatan Psikologis  Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim  dan penerima pesan.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Potter & Perry (2005) : Perkembangan. Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir dari orang tersebut. Adalah berbeda cara berkomunikasi anak usia remaja dengan anak usia balita. Kepada remaja, anda barangkali perlu belajar bahasa ”gaul” mereka sehingga remaja yang kita ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka dan komunikasi diharapkan akan lancar. Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman.Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi. Misalnya kata-kata virus mempunyai perbedaan persepsi pada seorang ahli komputer dengan seorang dokter. Nilai adalah standar yang mempengaruhi pengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut, klien memandang abortus tidak merupakan perbuatan dosa sementara perawat memandang bahwa abortus merupakan tindakan dosa.Hal ini dapat menyebabkan konflik antara perawat dan klien. Latar belakang sosial budaya. Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Seorang remaja putri ingin membeli makanan khas disuatu daerah. Remaja tersebut berasal dari daerah lain. Pada saat membeli makanan tersebut, si remaja tiba-tiba menjadi pucat ketakutan karena si penjual menanyakan padanya berapa banyak cabe merah yang dibutukan untuk campuran makanan yang akan diberikan.Apa yang terjadi ? Si remaja tersebut merasa dimarahi oleh si penjual karena cara menanyakan cabe itu seperti membentak bagi si remaja putri padahal si penjual merasa tidak memarahi remaja tersebut. Hal ini dikarenakan budaya dan logat bicara si penjual yang memang tegas dan keras sehingga terkesan marah-marah bagi orang dengan latar budaya yang berbeda. Emosi. Merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian.Emosi seperti marah, sedih dan senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat juga perlu mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya. Jenis kelamin. Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia tiga tahun wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam group kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman. Laki-laki dilain pihak, menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian dari aktifitas dalam group yang lebih besar,dimana jika mereka ingin berteman, maka mereka melakukannya dengan bermain.. Pengetahuan. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada klien. Peran dan hubungan. Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang perawat dengan koleganya, dengan cara komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda tergantung perannya. Demikian juga antara guru dengan murid. Lingkungan. Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising, tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan dan ketidaknyamanan. Misalnya berpacaran di pasar tentunya tidak nyaman. Untuk itulah perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan klien. Jarak. Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu dapat menyediakan rasa aman dan kontrol. Dapat dimisalkan dengan individu yang merasa terancam ketika seseorang tiudak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya.Hal itu juga yang dialami klien saat pertama kali berinteraksi dengan perawat.Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien. Konsep Keluarga Keluarga Definisi Keluarga Menurut Depkes RI (1998) dalam Mubarak (2006 : 159) keluarga dalam unit terkecil dan masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul yang tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan suatu ketergantungan. Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 255) keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mepertahankan kebudayaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mempunyai hubungan sarat satu sama lain dan mereka hidup dalam satu rumah tangga dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tipe keluarga Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 259) type keluarga terdiri dari : Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti Keluarga duda / janda (single family), adalah kelaurga yang terjadi karena perceraian atau kematian Keluarga komposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama Keluarga kabitas (cohabitation), adalah dua orang menjadi I tanpa pernikahan terapi membentuk suatu keluarga Peran Keluarga Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 259) berbagai perasaan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut: Peran ayah, ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperanan aman, sebagai pencari nafkah, pendidik, perlindungan dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peranan ibu sbagai istri dan ibu dari anak-anaknya ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, perlindungan dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota me\asyarakat dan lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Fungsi keluarga Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004 : 13) adalah sebagi berikut : Fungsi efektif (the affective function) adalah faktor keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fugsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga Fungsi sosialisasi dan tempat sosialisasi (sosialization and social placement fungtion) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga Fungsi ekonomi (the economy funcional) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Fungsi perawatan/pemeliharaaan kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memilki produktivitas tinggi fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Tahap-tahap kehidupan keluarga Tahap pembentukan keluarga, tahap ini di mulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga Tahap menjelang kelahiran anak; tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan Tahap Menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orang tuanya, dan kondisinya masih sangat lemah Tahap menghadapi anak pra sekolah; pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dan fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menenmkan budaya dan sebagainya Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas anak sekolah dan meningkatkan pengetahuan umum anak Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dan dari kedua orang tua sangat diperlukan komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak bemasyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga Tahap berdua kembali : setelah anak besar dan menmpuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri tinggalah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress Tahap masa tua; tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan keluarga orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini. Komunikasi bagi kehamrmonisa keluarga Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk komunikasi antar persona (face to face communication) yang pada intinya merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator dan komunikan. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-masing peserta komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga dapat dikategorikan sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi memang menyentuh semua aspek kehidupan bermasyarakat, atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi. Justru itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitous atau serba hadir. Artinya komunikasi berada di manapun dan kapanpun juga. Memang komunikasi merupakan sesuatu yang serba ada. Kajian komunikasi keluarga , apabila kita mengacu pada hakekat dasar komunikasi yaitu kegiatan yang melibatkan komponen komunikator, pesan, saluran dan komunikan, maka komunikasi keluarga adalah komunikasi dengan komponen-komponennya yang terjadi didalam keluarga. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengan anak-anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya, dan penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua orang tuanya. Jadi hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam keluarga tersebut. Untuk mencapai sasaran komunikasi seperti itu, kondisi keluarga yang harmonis sangat berpengaruh dalam komunikasi keluarga. Sebagaimana dikatakan Berger bahwa keluarga normal atau keluara harmonis dapat berpengaruh terhadap proses komunikasi keluarga. Artinya, dalam keluarga jarang terjadi sikap pertentangan antar anggota, tidak saling menyudutkan atau mencari kambing hitam dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadap Menurut Balswick dan Balswick (1990) dalam Rahmat (2007), komunikasi yang terjadi dalam lingkungan keluarga merupakan jantung kehidupan, guna menunjang interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga, di samping mengeksplorasi emosi. Sehingga masing-masing individu mempunyai kesempatan mengekspresikan pendapat, keinginan, harapan. Jika dihubungkan dengan penerapan fungsi sosialisasi dalam keluarga, komunikasi dari orangtua kepada anak-anaknya bertujuan untuk memusatkan aktivitas keluarga untuk mencapai kesejahteraan dan keharmonisan keluarga. Tujuan komunikasi dalam sebuah keluarga yang akan dicapai dapat dilihat dari sudut kepentingan sumber dan penerima, dari sudut kepentingan social dan pribadi . Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber, yaitu untuk memberikan informasi , mendidik, menghibur dan menganjurkan suatu tindakan. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima yaitu untuk memahami in formasi, mempelajari sesuatu, menikmati dan menerima atau menolak suatu anjuran. Tujuan komunikasi untuk kepentingan sosial adalah untuk mengendalikan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat dalam mencegah keresahan, memelihara ketertiban dan keamanan; untuk fungsi sosialisasi dalam upaya pendidikan dan pewarisan nilai-nilai budaya, norma-norma ; memberikan hiburan pada warga masyarakat. Tujuan komunikasi untuk kepentingan pribadi yaitu untuk menentukan keputusan dalam bertindak sesuai aturan social , memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk hidup bermasyarakat ; menikmati hiburan , rileks dari kesulitan hidup sehari-hari. Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan menyenangkan anak-anak. Anak berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam memberikan respon dari pertanyaan orang tua. Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan untuk terjadinya keharmonisan dalam keluarga . Hasil komunikasi atau akibat komunikasi dapat mencapai aspek kognitif menyangkut kesadaran dan pengetahuan,aspek afektif menyangkut sikap dan persaan dan aspek psikomotor menyangkut perilaku dan tindakan. Hasil komunikasi di antara anggota keluarga yaitu terjadinya perubahan perilaku anggota keluarga dalam menjaga keharmonisan hubungan keluarga Model Komunikasi dalam Keluarga Berdasarkan kasuistik perilaku orang tua dan anak yang sering muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah berkisar di seputar Model Stimulus-Respons (S-R), Model ABX, dan Model Interaksional. Model Stimulus – Respons Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah model stimulus – respons (S-R). Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses aksi - reaksi yang sangat sederhana. Pola S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat- isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal- balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi berikutnya. Dalam realitas sosial pola ini dapat pula berlangsung negatif. Sampai pada batas-batas tertentu, perkataan orang tua dapat dimengerti oleh anak. Oleh karena itu, perintah orang tua dengan mempergunakan kalimat yang sederhana dapat dilaksana kan oleh anak dengan baik. Model ABX Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). Model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi, yaitu: (1) Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif), (2) Orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama, (3) Orientasi B terhadap X, (4) Orientasi B terhadap A. Dalam keluarga suami-istri sering membicarakan anaknya. Entah soal sikap dan perilaku anak, masalah sandang atau pangan anak, masalah pendidikan anak, dan sebagainya. Ketika pembicaraan kedua orang tua itu berlangsung anak sama sekali tidak tahu. Anak tidak terlibat dalam pembicaraan itu. Sebagai objek yang dibicarakan, anak hanya menunggu hasilnya dan mungkin melaksanakannya sebatas kemampuannya. Setiap orang tua berkeinginan untuk memiliki sesuatu. Keinginan untuk memiliki sesuatu itu terkadang tidak selalu sama, karena perbedaan pendapat dalam menilainya. Namun pada akhirnya, salah seorang harus mengalah, bukan karena kalah, tapi demi meredam konflik, demi kebersamaan, dan demi segalanya. Model Interaksional Model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan. Dalam keluarga interaksi terjadi dalam macam-macam bentuk. Yang mengawali interaksi tidak mesti dari orang tua kepada anak, tetapi bisa juga sebaliknya, dari anak kepada orang tua, atau dari anak kepada anak. Interaksi yang terjadi antar individu tidak sepihak. Antar individu saling aktif, reflektif, dan kreatif dalam memaknai dan menafsirkan pesan yang dikomunikasikan. Semakin cepat memberikan pemaknaan dan penafsiran terhadap pesan yang disampaikan semakin memperlancar kegiatan komunikasi. Manfaat komunikasi bagi keharmonisan keluarga. Keluarga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia (Kartono, 1977). Sedangkan menurut Hawari (1997) keharmonisan keluarga itu akan terwujud apabila masing-masing unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi dan berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama kita, maka interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam keluarga itu akan dapat diciptakan. Dalam kehidupan berkeluarga antara suami istri dituntut adanya hubungan yang baik dalam arti diperlukan suasana yang harmonis yaitu dengan menciptakan saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga, saling menghargai dan saling memenuhi kebutuhan (Anonim, 1985) Basri (1999) menyatakan bahwa setiap orangtua bertanggung jawab juga memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan antara orangtua dengan anak yang baik, efektif dan menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam keluarga, sebab telah menjadi bahan kesadaran para orangtua bahwa hanya dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan efektif dan dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis. Selanjutnya Hurlock (1973) menyatakan bahwa anak yang hubungan perkawinan orangtuanya bahagia akan mempersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup karena makin sedikit masalah antar orangtua, semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan sebaliknya hubungan keluarga yang buruk akan berpengaruh kepada seluruh anggota keluarga. Suasana keluarga ynag tercipta adalah tidak menyenangkan, sehingga anak ingin keluar dari rumah sesering mungkin karena secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi masing-masing anggota keluarga untuk bertengkar dengan lainnya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan persepsi keharmonisan keluarga adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga bisa dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran di dalam keluarga. Hal ini disebabkan masing- masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi. Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu : Fungsi Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Misalnya, via komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi Komunikasi Kultural Para sosiolog berpendapat bahwa komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi. Peranan komunikasi di sini adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mengkomunikasikan norma-norma buidaya masyarakat, baik secara horisontal (dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya) ataupun secara vertikal (dari suatu generasi kepada generasi berikutnya). Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok tertentu. Hawari (dalam Murni, 2004)) mengemukakan enam aspek sebagai suatu pegangan hubungan perkawinan bahagia adalah: Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga. Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius yang penanaman komitmennya rendah atau tanpa nilai agama sama sekali cenderung terjadi pertentangan konflik dan percekcokan dalam keluarga, dengan suasana yang seperti ini, maka anak akan merasa tidak betah di rumah dan kemungkinan besar anak akan mencari lingkungan lain yang dapat menerimanya. Mempunyai waktu bersama keluarga Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya, sehingga anak akan betah tinggal di rumah. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga Komunikasi interpersonal merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keharmonisan keluarga, karena menurut Hurlock (2005) komunikasi akan menjadikan seseorang mampu mengemukakan pendapat dan pandangannya, sehingga mudah untuk memahami orang lain dan sebaliknya tanpa adanya komunikasi kemungkinan besar dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman yang memicu terjadinya konflik. Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam keluarga. Meichati (dalam Murni, 2004) mengatakan bahwa remaja akan merasa aman apabila orangtuanya tampak rukun, karena kerukunan tersebut akan memberikan rasa aman dan ketenangan bagi anak, komunikasi yang baik dalam keluarga juga akan dapat membantu remaja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya di luar rumah, dalam hal ini selain berperan sebagai orangtua, ibu dan ayah juga harus berperan sebagai teman, agar anak lebih leluasa dan terbuka dalam menyampaikan semua permasalahannya. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga Furhmann (dalam Murni, 2004) mengatakan bahwa keluarga yang harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan yang lebih luas. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan keharmonisan keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang minim, jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak lagi menyenangkan. Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian terbaik dari setiap permasalahan. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga. Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat maka antar anggota keluarga tidak ada lagi rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang. Hubungan yang erat antar anggota keluarga ini dapat diwujudkan dengan adanya kebersamaan, komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan saling menghargai. BAB III PENUTUP Kesimpulan Hidup kita tak lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang penting dalam hidup, kita tidak mungkin tidak berkomunikasi baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Komunikasi adalah penyampaian pesan dari komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan), agar dalam penyampaian pesan kita dapat dipahami dan dimengerti haruslah tercapai "komunikasi efektif" Dalam kehidupan rumah tangga, komunikasi merupakan faktor penting dalam membina hubungan rumah tangga. Seorang istri harus mengerti cara berkomunikasi dengan suami, begitu pun sebaliknya. Komunikasi dalam rumah tangga tak hanya saat berbicara empat mata atau saat berkumpul dengan keluarga, pakaian dan parfum yang dipakai pun merupakan salah satu bentuk komunikasi, hal tersebut bisa menjadi pesan bagi sang suami, selain itu pasangannya pun harus pandai dalam menangkap dan menerjemahkan pesan yang diberikan. Komunikasi keluarga tidak sama dengan komunikasi antar anggota kelompok biasa.Komunikasi yang terrjadi dalam suatu keluarga tidak sama dengan komunikasi keluarga yang lain.Setiap keluarga mempunyai pola komunikasi tersendiri. Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan menyenangkan anak-anak. Anak berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam memberikan respon dari pertanyaan orang tua. Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan untuk terjadinya keharmonisan dalam keluarga . Hasil komunikasi atau akibat komunikasi dapat mencapai aspek kognitif menyangkut kesadaran dan pengetahuan,aspek afektif menyangkut sikap dan persaan dan aspek psikomotor menyangkut perilaku dan tindakan. Hasil komunikasi di antara anggota keluarga yaitu terjadinya perubahan perilaku anggota keluarga dalam menjaga keharmonisan hubungan keluarga Saran Bagi keluarga Diharapkan bagi anggota keluarga untuk membangun sebuah komunikasi yang baik antar anggota kelurga sehingga akan tercipta sebuah keluarga yang harmonis dan jauh dari berbagai konflik yang dapat meretakkan pondasi sebuah keluarga. Bagi penulis Makalah ini diharapkan sebagai landasan kedepannya agar suatu saat apabila berkeluarga dapat membina komunikasi yang baik sehingga tercipta keharmonisan dalam sebuah keluarga. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2000. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Hurlock,Elizabeth B.2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Liliweri, Alo. 2004. Perspektif Teoritis, Komunikasi Antarpribadi (Suatu Pendekatan Ke Arah Psikologi Sosial Komunikasi). Bandung : Citra Aditya bakti. Mulyana, Deddy. 2001 . Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi contoh analisis statistik. Bandung : Remaja Rosdakary