12/ 12/ 2017
MANAJEMEN I NVESTASI DAN PORTOFOLI O
MODEL PENENTUAN HARGA ASET
MODAL ( CAPM )
ASUM SI :
sekumpulan prediksi mengenai keseimbangan perkiraan imbal
hasil terhadap aset beresiko
invest or adalah perencana
periode
t unggal
yang
sepakat dengan daft ar
masukan
umum
dari
analisis
sekurit as
dan
mencari port ofolio optimal
rerat a-ragam.
1. Pasar sekurit as it u besar,
dan invest or adalah penerima
harga
2. Tidak t erdapat pajak at au
biaya t ransaksi
3. Seluruh aset beresiko
diperdagangkan secara umum
4. Invest or dapat meminjam
dan meminjamkan jumlah
berapapun pada t ingkat an
t et ap bebas risiko
PASAR SEKURITAS
Dengan asumsi ini,
seluruh investor
memegang portofolio
berisiko yang mirip.
INVESTOR
Model penentuan harga aset
modal (CAPM)
1
12/ 12/ 2017
Dimana :
Premi Risiko Dari Portofolio Pasar
E(rM) –rf = premi risiko pada
Contoh kasus :
Data dari 8 dekade tekahir untuk indeks S&P 500 menghasilkan statistika
berikut : rata-rata kelebihan imbal hasil 7,9, simpangan baku 23,2%.
•Pada tingkatan bahwa rata-rata tsb mendekati perkiraan investor selama
periode itu, berapa seharusnya rata-rata koefisien keengganan risiko?
•Jika koefisien keengganan risiko sebenarnya adalah 4,0, berapa premi risiko
yang akan sejalan dengan riwayat simpangan baku pasar?
protofolio pasar
A = rata-rata koefisien keengganan
risiko
σ2M = ragam
Jawaban:
A = E(rM) – rf / σ2M
= 0,79 / 0,2322 = 1,47
4,0 x 0,2322 = 0,215 atau 21,5%
Hubungan Perkiraan
Imbal Hasil-beta
Merupakan perlambangan CAPM yang paling akrab bagi para praktisi. Meskipun portofolio
pasar tidak lagi merupakan portofolio berisiko optimal tiap investor, hubungan perkiraan imbal
hasil-beta seharusnya msih berlaku dalam bentuk yang agak berubah. Jika hubungan perkiraan
imbal hasil-beta berlaku untuk tiap aset tertentu, hubungannya harus berlaku untuk kombinasi
aset apapun.
Persamaan CAPM untuk tiap saham
dimana beta portofolio βp = ∑wkβk
Persamaan CAPM untuk portofolio pasar
Tentunya ini merupakan tautologi karena βM = 1. Hal ini juga
menetapkan 1 sebagai nilai rata-rata terbobot beta antar seluruh
aset.
Jika beta pasar adalah 1, dan pasar merupakan portofolio dari
seluruh aset dalam perekonomian, rata-rata terbobot beta seluruh
aset harus sebesar 1.
Sehingga beta lebih dari 1 dianggap agresif pada investasi dalam
artian bahwa investasi pada saham dengan beta tinggi memerlukan
sensitivitas diatas rata-rata terhadap ayunan pasar.
Sedangkan beta dibawah 1 digambarkan defensif.
2
12/ 12/ 2017
Contoh kasus :
Anggaplah premi risiko pada portofolio pasar diperkirakan sebesar 8% dengan simpangan
baku 22%. Berapa premi risiko pada portofolio yang diinvestasikan 40% pada Toyota dan
60% pada Ford, jika mereka masing-masing memiliki beta 1,10 dan 1,25?
Jawaban :
Untuk proporsi investasi ini, wford, wtoyota, portofolio β adalah
Βp = wford βford + wtoyota βtoyota
= (0,60 x 1,25) + (0,40 x 1,10) = 1,19
Sebagaimana premi risiko pasar, E(rM) – rf, adalah 8%, premi risiko portofolio akan menjadi
E(rp) –rf = βp [E(rM) – rf]
= 1,19 x 8 = 9,52%
Garis Pasar Sekuritas
Hubungan perkiraan imbal hasil-beta dapat
digambarkan secara grafik sebagai garis pasar
sekuritas (SML). Karena beta pasar adalah 1,
kemiringannya adalah premi risiko dari portofolio
pasar. Di titik pada sumbu mendatar dimana β=1,
kita dapat membaca perkiraan imbal hasil portofolio
pasar pada sumbu tegak.
CAPM dan Model Indeks
Model indeks sama dengan
sehingga menjadi
dimana
koefisien
beta
model indeks sama dengan
Perbandingan hubungan model indeks terhadap CAPM
hubungan perkiraan imbal hasil-beta menunjukkan bahwa
CAPM menduga bahwa αi seharusnya nol untuk seluruh
aset. Alfa saham merupakan perkiraan imbal hasilnya
dalam kelebihan (atau dibawah) perkiraan imbal hasil
yang pas seperti yang diramalkan oleh CAPM. Jika saham
dihargai dengan pas, alfanya seharusnya nol.
3
12/ 12/ 2017
Contoh kasus :
Saham TM memiliki perkiraan imbal hasil 12% dan risiko β = 1. Saham BA memiliki perkiraan
imbal hasil 13% dan β = 1,5. Perkiraan imbal hasil pasar 11%, dan rf = 5%. Berapakah alfa dari
tiap saham?
Jawaban :
Alfa dari saham adalah perkiraan imbal hasil berlebih dari yang diperlukan oleh CAPM
αi = E(ri) - rf – βi [E(rM) – rf]
αTM = 12% - 5% - 1,0 [11% - 5%] = 1%
αBA = 13% - 5% - 1,5 [11% - 5%] = -1%
REVIEW JURNAL
Sebuah Pengujian Empiris Capital Asset
Pricing Model (CAPM)
di India
Shweta Bajpaia* , Anil K Sharmab
4
12/ 12/ 2017
PENGANTAR
Di akhir abad kedua puluh model CAPM mulai kehilangan popularitasnya karena muncul berbagai teori / model
harga aset lainnya, yang bertentangan dengan model tersebut dan mengklaim bahwa faktor tunggal, beta, tidak bisa
menjelaskan proses menghasilkan pengembalian aset. Ada berbagai faktor lain yang mempengaruhi hubungan
pengembalian berisiko dan faktor-faktor tersebut juga harus diperhitungkan. Semacam ambiguitas yang berlaku
dalam literatur keuangan telah memberikan motivasi untuk penulis mempelajari model dalam konteks India.
Selanjutnya mayoritas penelitian telah dilakukan di pasar berkembang, sementara pasar berkembang memiliki
penelitian yang sangat terbatas terkait dengan pengujian CAPM.
Teman dan Blume (1970), Black, Jensen dan Scholes (1972) dan Fama danMacBeth (1973)
menunjukkan dukungan untuk CAPM dan menyimpulkan bahwa pengembalian aset berisiko
merupakan fungsi linear dari faktor beta
Fama dan French (1992, 1993 dan 1995) menolak fakta bahwa 'Beta' adalah satu-satunya
faktor yang dapat menjelaskan proses menghasilkan pengembalian aset berisiko. Namun,
faktor ukuran dan faktor book to market, dua faktor penting lainnya, yang membantu dalam
menjelaskan hubungan pengembalian berisiko.
Sekarang di abad ke-21 pasar ekuitas India telah berubah menjadi lebih besar dan pasar
yang lebih baik. Pada fase ini pasar ekuitas India, pengujian CAPM menjadi penting.
RINGKASAN
W AKTU
PENELITIAN
POPULASI DAN
SAMPEL
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini mencakup periode 10 tahun mulai dari
tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember
2013.
Data disesuaikan pada penutupan harga harian saham
yang tercatat di indeks NSE CNX 500 dan NSE CNX
500 itu sendiri. Dari 500 saham hanya saham-saham
yang telah diperdagangkan untuk jangka waktu sepuluh
tahun CAPM
secara terus
diujimenerus.
dalam dua tahap regresi. Tahap
pertama dari regresi adalah regresi time series, di mana
beta setiap sekuritas dihitung dengan tingkat
pengembalian
sekuritas
/
portofolio
pada
pengembalian pasar. Tahap kedua CAPM merupakan
regresi cross sectional. Dalam regresi cross sectional
ini kelebihan pengembalian saham / portofolio adalah
kemunduran pada beta saham / portofolio.
5
12/ 12/ 2017
HASIL PENELITIAN
Statistik F signifikan selama 17 sub
periode. Namun dalam 17 sub periode
ini istilah intercept adalah signifikan
selama 15 sub periode. Hanya dua sub
periode yang ada ketika istilah intercept
tidak signifikan.
NOTE :
Menurut literatur, jika istilah intercept tidak nol atau
signifikan maka model tersebut tidak cocok dalam
kasus itu.
Dijalankan tahap kedua CAPM dengan menghapus
istilah intercept dari persamaan regresi cross sectional.
Model ini cocok untuk sub periode 62%,
yang dapat disimpulkan dimana statistik F
signifikan dalam 18 sub periode dari 29
kasus. Jika kita membuat perbandingan
antara nilai adjusted R squared yang
diberikan pada Tabel 1 dan Tabel 2, kita
akan menemukan bahwa Tabel 2 memiliki
Nilai adjusted R squared lebih tinggi di
sebagian besar sub periode.
Lanjutan...
6
12/ 12/ 2017
KESI M PUL A N
Studi ini menemukan bahwa CAPM dapat diperkirakan dengan menghapus
istilah intercept pada tahap kedua dari model, yang merupakan persamaan
regresi cross sectional. Dengan bantuan model terkendali ini CAPM berlaku
lebih baik, dibandingkan dengan model dibatasi. Menggunakan istilah
intercept ditahap kedua CAPM menyebabkan kegagalan total model dalam
konteks pasar ekuitas di India, saat mengeluarkan istilah intercept
memberikan model baru yang menjelaskan hubungan pengembalian
berisiko di pasar ekuitas India selama lebih dari 62% kali.
Dari analisis di atas jelas bahwa kegagalan CAPM di pasar
India bukan karena tidak mampu menjelaskan hubungan
pengembalian berisiko, namun, penggunaan model yang
tidak tepat saat pengujian CAPM, adalah penyebab
kegagalan CAPM.
7