TRANSFORMASI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
KLINIK PRATAMA RBG DARI GRATIS KE PENJAMINAN
Priyanka Permata Putri1; Budi S. Djamhur2; Danica Dwi Prahesti3
Abstrak
Perkembangan fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia harus diikuti dengan
pengelolaan yang modern dan berorientasi pada kinerja yang tinggi, diantaranya dengan
melakukan transformasi ke arah kinerja yang lebih baik. Hal tersebut juga diupayakan
oleh Klinik Pratama RBG Bandung yang merupakan unit layanan kesehatan Rumah
Zakat dengan mengoptimalkan dana ZIS bagi pelayanan kesehatan masyarakat dari
gratis melalui membership Klinik Pratama RBG ke mekanisme penjaminan melalui
peserta BPJS. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode kualitatif
dengan pendekatan Balanced Scorecard. Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu kuesioner dan in depth interview dengan Klinik Pratama RBG. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari perspektif keuangan, pengelolaan keuangan disajikan dengan
baik serta secara berkala dan biaya operasional selalu diupayakan seefisien mungkin.
Dari perspektif pelanggan, menunjukkan bahwa pasien klinik merasakan puas atas
kualitas pelayanan dari klinik yaitu 13,33% menyatakan sangat puas dan 86,67%
menyatakan puas. Dari perspektif bisnis internal, menunjukkan bahwa karyawan merasa
cukup puas terhadap proses bisnis internal yang telah dilakukan dengan nilai rata-rata
menunjukkan angka 3,751, namun dari segi benefit yang diterima karyawan masih
dinilai kurang puas. Dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, menunjukkan hasil
yang cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 3,718, namun dari segi kultur yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan perlu ditingkatkan, diantaranya masih kurangnya
training dan seminar yang diikuti oleh karyawan. Hasil penelitian tersebut menjadi
acuan dan evaluasi dalam proses transformasi klinik dari gratis ke penjaminan, yaitu
dengan melakukan langkah perubahan, diantaranya : (1) Perluasan membership klinik
untuk meningkatkan produktivitas; (2) Melakukan evaluasi bisnis yang
berkesinambungan; (3) Menekan biaya operasional agar optimalisasi dana tercapai; (4)
Memberikan remunerasi bagi karyawan. (5) Peningkatan kompetensi melalui pelatihan
baik internal maupun eksternal. (6) Pengembangan kultur pelayanan yang lebih prima.
Kata Kunci : Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Klinik Pratama RBG, Pengukuran Kinerja,
Balanced Scorecard, Rumah Zakat.
Abstract
The development of health care facilities in Indonesia should be followed by modern
management and high performance oriented, such as by transforming towards better
performance. It is also strived by RBG Primary Clinic Bandung which is a unit of
Rumah Zakat’s health services by optimizing ZIS (Zakah, Infaq, and Sadaqah) fund for
public health services from free through RBG Primary Clinic membership to guarantee
mechanism through BPJS membership. In this research, the method used is qualitative
method with Balanced Scorecard approach. Data clarity techniques used are
1
questionnaires and in-depth interviews with RBG Primary Clinic. The results show that
from a financial perspective, financial management is presented well and periodically
and operational costs are always pursued as efficiently as possible. From the customer
perspective, shows that clinic patients feel quite satisfied on the service quality of the
clinic; 13.33% said very satisfied and 86.67% expressed satisfaction. From the internal
business perspective, it shows that employees feel quite satisfied with internal business
process that have been done with the average value indicates the number of 3,751, but
in terms of benefits received by employees still considered less satisfied. From the
perspective of learning and growth, it shows a pretty good result with an average of
3,718, but in terms of culture oriented to customer needs is needed to be improved; one
of the reason is lack of training and seminars attended by employees. The results of
these studies into a reference and evaluation in the process of clinical transformation
from free health services into guarantee health services, that is to make changes,
including: (1) Expansion of clinical membership to increase productivity; (2)
Conducting a continuous business evaluation; (3) Suppressing operational costs to
optimize funds achieved; (4) remuneration for employees. (5) Increasing human
resources through training both internally and externally. (6) Development of a more
excellent service culture.
Keywords: Health Service Facilities, RBG Primary Clinic, Performance Measurement,
Balanced Scorecard, Rumah Zakat.
I. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia, bila seseorang
terkena penyakit dan menjadi tidak sehat, otomatis seseorang tersebut akan mengalami disfungsi
sosial dari fungsi yang dijalaninya sehari-hari, menjadi tidak berdaya dalam menjalani rutinitas
karena terkena penyakit (Swarsa, 2015). Untuk membangun kesejahteraan kesehatan, maka
dibutuhkan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Perkembangan fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia harus diikuti dengan pengelolaan yang modern dan berorientasi pada
kinerja yang tinggi, diantaranya dengan melakukan transformasi ke arah kinerja yang lebih baik.
Kondisi industri jasa pelayanan kesehatan semakin berkembang dan penuh dinamika
permasalahan. Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan sarana
kesehatan. Permasalahan kesehatan di Indonesia saat ini pun juga penuh permasalahan baik dari
mutu pelayanan, SDM pemberi pelayanan, dan manajemen pelayanan. Pelayanan kesehatan
dituntut untuk memberikan pelayanan dengan biaya yang rendah namun harus memberikan
pelayanan yang bermutu tinggi (Yustiawan, 2013). Di beberapa negara,termasuk Indonesia,
kesehatan menjadi modal sebuah pemerintahan untuk terus tumbuh lebih baik. Jaminan
kesehatan menjadi sistem yang tidak bisa ditinggalkan untuk memenuhi tujuan tersebut. “The
rising cost of health care services as well as the inability of the government health facilities to
cope with the people’s demand necessitated the establishment of National Health Insurance
Scheme (NHIS).” (Akande et al, 2011)
Kesejahteraan dalam konteks kesehatan juga menjadi fokus bangsa Indonesia. UndangUndang No. 23 Tahun 1992 menyebutkan bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang
berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Swarsa, 2015).
2
Pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban memberikan jaminan untuk terpenuhinya hak hidup
sehat setiap warga negaranya, tanggungjawab pemerintah tersebut dilaksanakan melalui sistem
jaminan sosial nasional yang salah satu bentuknya adalah kebijakan jaminan kesehatan bagi
seluruh warga negara.
“Financial limitation is one of the major barriers of access to health care services for the
poor in many societies. Moving away from out of pocket payment for health services at the time
of use to prepayment through health insurance is an important step towards avoiding financial
hardship associated with paying for health care services.” (Almualm, Alkaff, Aljunid, &
Alsagoff, 2013). “Health insurance is attracting more and more attention in low and middleincome countries as a means for improving health care utilization and protecting households
against improverishment from out-of-pocket expenditures. The health financing mechanism was
developed to counteract the detrimental effects of user fees introduced in the 1980s, which now
appear to inhibit health care utilization, particularly for marginalized populations, and to
sometimes lead to catastrophic health expenditures. The World Health Organization (WHO)
considers health insurance a promising means for achieving universal health-care coverage.”
(Spaan, Mathijssen, Tromp, Mcbain, & Baltussen, 2012)
Di Indonesia, masih mengalami kendala dalam peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan
yang salah satunya disebabkan oleh kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur
kemiskinan pada bulan Maret 2017 yaitu jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77 juta
orang (10,64%), bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September
2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70%).1 Oleh karena itu, untuk mewujudkan komitmen
global sebagaimana amanat resolusi WHA ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan
setiap negara mengembangkan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk,
pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah
dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, namun skema
yang dilakukan masih terfregmentasi atau terbagi-bagi, sehingga biaya kesehatan dan mutu
pelayanan menjadi sulit terkendali.
Pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini mengamanatkan
bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk program Jaminan
Kesehatan melalui suatu badan penyelenggara jaminan sosial. Badan penyelenggara jaminan
sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk
program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, implementasinya telah
dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai program JKN.2 JKN
diselenggarakan untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan
kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
1
Sumber : https://www.bps.go.id/pressrelease/2017/07/17/1379/persentase-penduduk-miskin-maret-2017mencapai-10-64-persen.html
2
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016 (dapat diakses di :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia2016.pdf)
3
Peserta program JKN terdiri atas dua kelompok yaitu Peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI jaminan kesehatan. Peserta PBI jaminan
kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta bukan PBI jaminan kesehatan
adalah pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan
anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota keluarganya. Setiap peserta JKN
mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan Rawat
Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan
Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), pelayanan gawat
darurat, dan pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.3 Namun, dalam
pelaksanaannya, masih banyak warga miskin yang belum menerima akses fasilitas pelayanan
kesehatan yang layak. Capaian keanggotaan BPJS PBI masih belum mencapai 100% dan kurang
optimal. Dewan Jaminan Sosial Nasional (JSN) mencatat defisit program jaminan kesehatan
nasional yang terus membengkak. Pada tahun 2017 defisit mencapai Rp 9,7 triliun. Defisit ini
terjadi karena iuran yang ditetapkan untuk BPJS PBI lebih rendah dari rata-rata klaim per orang
per bulan. Banyak peserta yang merupakan pekerja bukan penerima upah (PBPU) menunggak
pembayaran iuran. Iuran PBI hanya sebesar Rp 23 ribu per orang per bulan. Nominal tersebut
jauh di bawah rata-rata klaim yang hampir mencapai Rp 35 ribu per orang per bulan. Kondisi ini
menyumbang defisit cukup besar karena mayoritas peserta JSN merupakan PBI. 4 Selain jaminan
kesehatan yang kurang optimal, terdapat permasalahan dalam peningkatan kesejahteraan
kesehatan di masyarakat yang harus diperbaiki, seperti sistem pelayanan kesehatan yang ada
belum memadai, pelayanan kesehatan yang masih lamban, serta tenaga kesehatan yang kurang
professional.
Segala permasalahan dalam meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut bisa
diatasi dengan berbagai cara, diantaranya dengan pemanfaatan penghimpunan dana ZIS (Zakat,
Infak, dan Shadaqah) melalui program kesehatan yang dilaksanakan oleh LAZNAS (Lembaga
Amil Zakat Nasional) sebagai upaya dalam mendukung pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan kesehatan di masyarakat. Salah satu LAZNAS tersebut, yaitu Rumah Zakat
sebagai lembaga filantropi turut serta berperan aktif dalam kesehatan dan kesejahteraan melalui
program senyum sehat. Program ini merupakan program perbaikan kualitas kesehatan
masyarakat yang berbasis individual, komunal, swadaya masyarakat, salah satunya yaitu klinik
Pratama RBG Rumah Zakat. Klinik Pratama RBG Rumah Zakat yaitu program pengadaan
fasilitas kesehatan gratis yang berfungsi untuk memberikan layanan kesehatan tingkat dasar bagi
masyarakat kurang mampu, yang mengkhususkan pelayanan pada bidang kebidanan. Dari sisi
pelayanan kesehatan, Klinik Pratama RBG Rumah Zakat selalu berupaya untuk meningkatkan
dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dengan ditunjang oleh saranaprasarana dan sumber daya manusia yang memenuhi kriteria standar pelayanan dasar yang
berlaku untuk standar pelayanan di level Klinik Umum Pratama RBG 5.
Penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan fasilitas pelayanan kesehatan, antara
lain penelitian yang dilakukan oleh Tanimola Akande, Adekunle Salaudeen, dan Oluwole
Babatunde yang berjudul “The Effects of National Health Insurance Scheme on Utilization of
3
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016 (dapat diakses di :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia2016.pdf)
4
Sumber : https://katadata.co.id/berita/2017/05/23/defisit-jaminan-kesehatan-diramal-capai-rp-10-triliun-di2018
5
Profil Klinik Pratama RBG Rumah Zakat Bandung
4
Health Services at Unilorin Teaching Hospital Staff Clinic, Ilorin, Nigeria”, dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa “National Health Insurance Scheme led to 144% increase in the
utilization of health services at staff clinic of Unilorin Teaching Hospital. More studies need to
be done to probe into factors responsible for this increase and to rule out possible abuse of the
scheme” (Akande, 2011). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Igal M. Shohet dan Sarel
Lavy yang berjudul “Facility Maintenance and Management : A Health Care Case Study”
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa “This paper reflects the results of research on
healthcare facility management over the past 10 years. Comparison of the performance and
maintenance of hospital facilities and community clinics reveals that the maintenance and
performance of clinic facilities have the potential to combine improved healthcare facility
services with cost-effective facility management and maintenance.”(Shohet & Lavy, 2017).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Arip Suprianto dan Dyah Mutiarin yang berjudul
“Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional : Studi Tentang Hubungan Stakeholder,
Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Sakit dan Puskesmas yang
bekerja sama dengan BPJS selama ini berjalan cukup positif. Sebanyak 90 Fasilitas Kesehatan di
Kabupaten Bantul yang bekerja sama dengan BPJS. Dari model pembiayaan asuransi kesehatan
dirasa sudah cukup ideal yang dinilai dari indek rata-rata sebesar 2.74 termasuk dalam kategori
baik. Prinsip JKN salah satunya gotong-royong yang berarti saling membantu satu perserta
kepada peserta lain. Sedangkan dari outcome JKN yang dinilai dari persentase terjaminnya
kesehatan di Indonesia (52.5%) di provinsi D.I.Y. (64.6%) dan di Kabupaten Bantul (73%).
Tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Bantul merespon positif dengan menjadi peserta BPJS.
Pelayanan yang dijamin adalah pelayanan tingkat pertama dan tingkat lanjut yang diatur dalam
Perpres No. 19 Tahun 2016. Dan biaya kesehatan yang ringan bagi masyarakat yang kurang
mampu. Dari nilai indeks rata-rata outcome JKN sebesar 3.06 masuk kategori baik yang bisa
diartiakan bahwa program JKN mempunyai manfaat yang cukup baik bagi pesertanya. (Arip &
Mutiarin, 2017).
Dari ketiga temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan di
beberapa lembaga pelaksana layanan kesehatan memiliki peranan penting dalam meningkatkan
kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat, diantaranya dengan melakukan keanggotaan jaminan
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat
beberapa perbedaan pada penelitian ini, antara lain dengan melakukan transformasi yang
mengoptimalkan dana ZIS bagi pelayanan kesehatan masyarakat dari gratis melalui membership
Klinik Pratama RBG ke mekanisme penjaminan melalui peserta BPJS. Tujuan Penelitian ini,
yaitu : (1) Untuk mengukur kinerja Klinik Pratama RBG dengan menggunakan metode Balanced
Scorecard; (2) Untuk menganalisis hasil dari pengukuran kinerja Klinik Pratama RBG dengan
menggunakan metode Balanced Scorecard dalam upaya peningkatan kinerja berupa transformasi
fasilitas pelayanan kesehatan penjaminan; (3) Untuk dapat mengetahui langkah-langkah yang
akan diambil agar dapat meningkatkan kinerja pada Klinik Pratama RBG menuju transformasi
fasilitas pelayanan kesehatan penjaminan.
Kajian Teoritis
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
5
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.6
2. Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian
dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini
diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak (Kemenkes-RI, 2014).7
3. Definisi Klinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan menyediakan
pelayanan medis dasar dan atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga
kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis (Permenkes RI No. 9, 2014). 8
4. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah sebuah perencanaan strategik dan sistem manajemen yang sangat
sering digunakan di dalam suatu bisnis dan industri, pemerintahan, dan organisasi non profit
di dunia. Alat itu membantu untuk menyamakan aktivitas bisnis terhadap visi dan strategik
dari organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan mengawasi kinerja
organisasi yang disesuaikan dengan tujuan strategis yang dimiliki oleh organisasi (Popy
Rufaidah, 2014).
II. METODE
Berdasarkan uraian permasalahan dan latar belakang, penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan Balanced Scorecard. Dalam teknik
pengumpulan data yang digunakan menggunakan dua acuan sumber data, yaitu : (1) Data Primer
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara) dapat berupa opini subyek, hasil observasi melalui wawancara dan
kuesioner (Suryani, 2016). Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh melalui in
depth interview dengan Klinik Pratama RBG dan metode dokumentasi berupa dokumen resmi
Klinik Pratama RBG meliputi rumusan strategi, implementasi strategi, inovasi dan perbaikan,
kuesioner serta pencapaian pelaksanaan program kerja. (2) Data Sekunder merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung tapi melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh peneliti) (Suryani, 2016). Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan teraudit, data jumlah pasien yang berkunjung, data jumlah masuk dan keluar
karyawan, profil Klinik Pratama RBG, struktur organisasi, jejaring yang dibangun, buku-buku
mengenai teori Balanced Scorecard dan internet.
Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Klinik Pratama RBG (Rumah Bersalin
Gratis) di Bandung yang merupakan unit layanan kesehatan Rumah Zakat. Pada penelitian ini
populasi dan sampel digunakan untuk mendukung teknik pengukuran Balanced Scorecard, yaitu
6
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016 (dapat diakses di :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia2016.pdf)
7
Sumber : http://digilib.unila.ac.id/6665/156/BAB%20II.pdf
8
Sumber :
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/9096/BAB%20II.pdf?sequence=2&isAllowed=y
6
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif
pelanggan melalui penyebaran kuesioner. Sedangkan dalam perspektif keuangan, variabel diukur
menggunakan teknik analisis data sesuai data sekunder yang telah dikumpulkan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Klinik Pratama RBG
9
Klinik Pratama RBG merupakan salah satu dari program Cita Sehat Foundation (CSF),
dimana CSF merupakan salah satu Independent Business Unit (IBU) dari Rumah Zakat yang
bergerak di bidang kesehatan. Rumah Zakat berupaya untuk dapat berkontribusi menyalurkan
dana dari donasi zakat secara transparansi, profesional, dan terpercaya kepada pihak yang berhak
menerima. Penyaluran dana donasi disalurkan ke dalam empat rumpun program pemberdayaan
masyarakat, yaitu senyum juara pada bidang pendidikan, senyum sehat pada bidang kesehatan,
senyum mandiri pada bidang ekonomi dan senyum lestari pada bidang lingkungan. Persentase
penyaluran donasi Rumah Zakat untuk bidang kesehatan yaitu 15%.
Klinik Pratama RBG Rumah Zakat sebagaimana komitmennya bertujuan untuk
membantu program pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Jawa Barat
dengan fokus kegiatan pada pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dalam kegiatannya dituangkan
sesuai dengan Visi dan Misi lembaga yaitu 10, Visi : layanan kesehatan yang unggul dan
profesional. Misi: (1) Menyelenggarakan program kesehatan yang bersifat komprehensif,
berkualitas dan berkesinambungan; (2) Memberikan kemudahan akses layanan kesehatan; (3)
Mengakselerasi terwujudnya masyarakat Indonesia yang berparadigma dan berperilaku sehat.
Program pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh Klinik Pratama RBG Rumah
Zakat diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu yang terdaftar sebagai member Klinik
Pratama RBG Rumah Zakat dan masyarakat pada umumnya yang membutuhkan pelayanan
kesehatan primer yang dibutuhkannya. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia yang
digunakan dalam pelayanan sesuai dengan standar ketersediaan klinik terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Sarana dan Prasarana
Klinik Pratama RBG
Jenis Layanan
Sarana & Prasarana
A. Rawat Jalan
1. Ruang pendaftaran dan
administrasi
2. Ruang tunggu
3. Ruang periksa KIA-KB
4. Ruang periksa dokter umum
5. Ruang periksa gigi
6. Laboratorium
7. Mushola
8. Toilet
B. Rawat Inap
1. Ruang VK
2. Ruang Inap Permata 1 (R.
Observasi)
9
Profil Klinik Pratama RBG Rumah Zakat Bandung
Profil Klinik Pratama RBG Rumah Zakat Bandung
10
7
3. Ruang Inap Permata 2 (R.
Pemulihan)
4. Ruang cuci alat
5. Ruang linen
6. Ruang jaga perawat
7. Toilet
1. Ambulance
2. Ruang farmasi
C. Instalasi Umum
Sumber : Profil Klinik Pratama RBG Bandung
Pelayanan dasar yang diberikan oleh Klinik Pratama RBG Bandung sesuai dengan waktu
layanan meliputi : pemeriksaan dan pengobatan umum, pemeriksaan dan pengobatan gigi,
pelayanan KIA (ANC), laboratorium, khitanan, layanan bersalin, pelayanan KB, imunisasi dasar,
klinik laktasi, dan USG. Sedangkan untuk denah lokasi Klinik Pratama RBG Bandung dapat
dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 311.
Gambar 1.
Denah Lantai 1
Gambar 2.
Denah Lantai 2
Gambar 3.
Denah Lantai 3
B. Pengelompokan karakteristik Responden
Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 30 pasien dan 21 karyawan Klinik Pratama
RBG Bandung, dengan karakteristik responden ditinjau dari jenis kelamin, golongan usia, serta
jabatan, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.
Karakteristik Responden Pasien dan Karyawan
Klinik Pratama RBG Bandung
Jumlah
Karakteristik Responden Pasien
Persentase
Orang
Jenis Kelamin
Laki-laki
8
26,67%
Perempuan
22
73,33%
Usia
0 - 20 tahun
3
10%
21 - 40 tahun
23
76,67%
> 40 tahun
4
13,33%
11
Profil Klinik Pratama RBG Rumah Zakat Bandung
8
Tujuan
Dokter umum
Dokter gigi
Dokter bersalin
Karakteristik Responden
Karyawan
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
0 - 20 tahun
21 - 40 tahun
> 40 tahun
Pangkat
Officer
Non Staff
18
2
10
Jumlah
Orang
7
14
1
16
4
13
8
60%
6,67%
33,33%
Persentase
33,33%
66,67%
4,76%
76,19%
19,05%
61,90%
38,10%
Dari pengelompokan karakteristik responden pasien diatas, diperoleh persentase pasien
perempuan sebesar 73,33% dan persentase laki-laki sebesar 26,67%, dengan persentase usia
pasien 0-20 tahun sebesar 10%, 21-40 tahun sebesar 76,67%, > 40 tahun sebesar 13,33%, serta
dengan tujuan dokter umum sebesar 60%, dokter gigi 6,67% dan dokter bersalin 33,33%.
Sedangkan pengelompokkan karakteristik responden karyawan, diperoleh persentase karyawan
perempuan sebesar 66,67% dan persentase laki-laki sebesar 33,33%, dengan persentase usia
karyawan 0-20 tahun sebesar 4,76%, 21-40 tahun sebesar 76,19%, > 40 tahun sebesar 19,05%,
serta dengan jenis jabatan officer sebesar 61,90% dan non staff 38,10%.
C. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Persepektif Pembelajaran dan Pertumbuhan serta Bisnis Internal
Dengan menggunakan software SPSS 22.0 for windows diperoleh hasil untuk setiap
pernyataan Kuesioner Persepektif Pembelajaran dan Pertumbuhan serta Bisnis Internal sebagai
berikut:
Tabel 3.
Uji Validitas dan Reabilitas
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan & Bisnis Internal
CITC
CA
CITC
CA
A1 0,454 0,840 B1 0,603 0,840
A2 0,546 0,836 B2 0,443 0,841
A3 0,813 0,820 B3 0,376 0,854
A4 0,757 0,823 B4 0,377 0,856
A5 0,445 0,841 B5 0,526 0,837
A6 0,467 0,840 B6 0,386 0,850
A7 0,442 0,844 B7 0,396 0,843
A8 0,592 0,834 B8 0,378 0,844
A9 0,388 0,844 B9 0,443 0,841
A10 0,387 0,843 B10 0,379 0,844
A = Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan; B = Perspektif Bisnis Internal
9
a.
Uji validitas
Berdasarkan tabel 3, dengan r hitung pada setiap pernyataan di tabel Corrected Item-Total
Corrected (CITC) > r tabel (untuk n=21 , dan taraf signifikansi 5% adalah 0,370), maka setiap
pernyataan pada kuisioner dinyatakan valid.
b.
Uji reliabilitas
Berdasarkan tabel 3, dengan r hitung pada setiap pernyataan di tabel Cronbach’s Alpha
(CA) > r tabel (untuk n=21, dan taraf signifikansi 5% adalah 0,370), maka setiap pernyataan
pada kuisioner dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya.
2. Perspektif Pelanggan
Sedangkan dari perspektif pelanggan, dengan menggunakan software SPSS 22.0 for
windows diperoleh hasil sebagai berikut:
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
Tabel 4.
Uji Validitas dan Reabilitas
Perspektif Pelanggan
CITC CA
CITC
0,686 0,952 B1
0,62
0,699 0,952 B2
0,5
0,602 0,953 B3
0,75
0,559 0,954 B4
0,52
0,535 0,954 B5
0,68
0,611 0,953 B6
0,62
0,672 0,953 B7
0,6
0,721 0,952 B8
0,77
0,801 0,951 B9
0,75
0,563 0,953 B10 0,59
0,59 0,953 B11
0,6
0,673 0,953 B12 0,63
0,617 0,953 B13 0,65
0,685 0,952 B14 0,52
0,661 0,953 B15 0,75
CA
0,953
0,954
0,952
0,954
0,953
0,953
0,953
0,952
0,952
0,953
0,953
0,953
0,953
0,954
0,952
a.
Uji validitas
Berdasarkan tabel 4, dengan r hitung pada setiap pernyataan di tabel Corrected Item-Total
Corrected (CITC) > r tabel (untuk n=30 , dan taraf signifikansi 5% adalah 0,306), maka setiap
pernyataan pada kuisioner dinyatakan valid.
b.
Uji reliabilitas
Berdasarkan tabel 4, dengan r hitung pada setiap pernyataan di tabel Cronbach’s Alpha
(CA) > r tabel (untuk n=30, dan taraf signifikansi 5% adalah 0,306), maka setiap pernyataan
pada kuisioner dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya.
10
D. Analisis Balanced Scorecard
1. Perspektif Keuangan
Dalam pengukuran kinerja pada perspektif keuangan, dilakukan melalui analisis data
penerimaan dan penyaluran dana ZIS serta pendapatan berdasarkan feebase dari pembayaran
pasien umum Klinik Pratama RBG Bandung. Analisis datanya sebagai berikut :
Tahun
2014
2015
2016
Tabel 5.
Penerimaan Dana ZIS
Klinik Pratama RBG Bandung
Program
Project
Nominal
Nominal
Penerimaan
Penerimaan
1.227.501.167
1.055.725.746
621.974.608
1.121.540.830
Total
1.227.501.167
1.677.700.354
1.121.540.830
Sumber : Laporan Keuangan Program Rumah Zakat
Tahun
2014
2015
2016
Tabel 6.
Penyaluran Dana ZIS
Klinik Pratama RBG Bandung
Program
Project
Nominal
Nominal
Penyaluran
Penyaluran
850.033.781
591.534.062
611.611.170
994.955.488
Total
850.033.781
1.203.145.232
994.955.488
Sumber : Laporan Keuangan Program Rumah Zakat
Tabel 7
Penerimaan vs Penyaluran Dana ZIS
Klinik Pratama RBG Bandung
Tahun
Penerimaan
Penyaluran
2014
1.227.501.167
850.033.781
2015
1.677.700.354
1.203.145.232
2016
1.121.540.830
994.955.488
%
69%
72%
89%
Sumber : Laporan Keuangan Program Rumah Zakat
Tabel 7 menunjukkan angka perbandingan antara penerimaan dan penyaluran dana ZIS
bagi Klinik Pratama RBG Bandung. Walaupun peningkatan penerimaan dana ZIS selama tahun
2014-2016 belum mencapai tingkat maksimal namun pertumbuhan presentase penyaluran terus
meningkat, hal ini berarti pihak manajemen Klinik Pratama RBG Bandung perlu untuk
melakukan pengevaluasian terhadap biaya-biaya apa saja yang harus dikeluarkan dan yang tidak
harus dikeluarkan oleh klinik agar tingkat pengeluaran belanja dapat mencapai tingkat yang
efisien dan agar klinik tidak mengalami defisit anggaran. Terjadinya penurunan angka di
penerimaan dana ZIS dikarenakan tidak adanya permintaan projek dari mitra, namun efektifitas
11
penyaluran program reguler tetap dioptimalkan sebaik mungkin. Selain karena adanya
permintaan projek dari mitra, angka penerimaan ini juga tergantung pada alokasi dana ZIS yang
ditetapkan oleh Rumah Zakat karena disebabkan oleh pengalihan dana ke program lainnya
seperti program pendidikan, ekonomi, dan lingkungan.
Tabel 8.
Total Feebase di Klinik Pratama RBG Bandung
Tahun
Total Feebase
%
2016
424.529.300
2017
716.090.000
59%
Sumber : Laporan Keuangan Klinik Pratama RBG Bandung
Grafik 1.
Tren Feebase Tahun 2016 dan 2017
Adapun total pendapatan Klinik Pratama RBG Bandung yang dapat dilihat pada Tabel 8.
Pendapatan tersebut bersumber dari pembayaran pasien umum, baik pasien yang tujuannya ke
dokter umum, dokter gigi, maupun bidan. Tabel 8 menunjukkan total feebase Klinik Pratama
RBG Bandung pada tahun 2016 dan 2017 serta tren feebase setiap bulannya. Pada tahun 2016
pendapatan yang diterima Klinik Pratama RBG Bandung sebesar Rp 424.529.300,- yang
mengalami kenaikan sebesar 59% pada tahun 2017 menjadi Rp 716.090.000,-.
2. Perspektif Pelanggan
Instrumen pernyataan untuk perspektif pelanggan (dalam hal ini pasien Klinik Pratama
RBG Bandung) terdiri dari 30 item pernyataan yang terkait dengan penilaian pelayanan dan
penilaian kepuasan pasien. Perspektif pelanggan ini menggali tentang proses pelayanan yang
diberikan Klinik Pratama RBG Bandung kepada pasien. Persepsi konsumen atau pelanggan yang
digali meliputi profesionalisme karyawan dalam pelayanan, pelayanan dan fasilitas yang
diberikan pihak Klinik Pratama RBG Bandung, tarif pembayaran yang sesuai dengan pelayanan
yang ditunjukkan oleh pihak Klinik Pratama RBG Bandung memuaskan. Dari hasil yang
merupakan persepsi pelanggan terhadap pendataan yang dilakukan peneliti, bahwa skala rata-rata
jawaban yang masuk dapat ditunjukkan dalam Tabel 9 dan Tabel 10.
12
Tabel 9.
Kualitas Pelayanan berdasarkan Lima Aspek
Pelayanan
SB B
KB TB STB
X
Tangible
12 16
2
0
0
Baik
Reability
6
22
2
0
0
Baik
Responsive
8
20
2
0
0
Baik
Empathy
14 15
1
0
0
Baik
Assurance
5
23
2
0
0
Baik
SB = Sangat Baik; B = Baik; KB = Kurang Baik; TB = Tidak Baik; STB = Sangat Tidak Baik; X = Rata-rata
Dimensi kualitas pelayanan terbagi ke dalam lima aspek yaitu Tangible, Reability,
Responsive, Empathy, Assurance. Berdasarkan Tabel 9 diatas, bahwa rata-rata pasien klinik
pratama RBG memberikan tanggapan baik terhadap kualitas pelayanan klinik pratama RBG
dilihat dari kelima aspek tersebut Rata-rata diperoleh dengan pemusatan data untuk data ordinal
yaitu dengan menggunakan median.
Sedangkan pernyataan-pernyataan yang diberikan responden, dengan rata-rata penilaian
kepuasan responden terhadap pelayanan yang diberikan oleh Klinik Pratama RBG Bandung
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10.
Kepuasan pasien terhadap pelayanan
Klinik Pratama RBG
Jumlah
Kepuasan Pasien
Persentase
Pasien
Sangat Puas
4
13,33%
Puas
26
86,67%
Kurang Puas
0
0%
Tidak Puas
0
0%
Sangat Tidak Puas
0
0%
Berdasarkan Tabel 10, merupakan rata-rata jawaban para responden berdasarkan ke 15
pernyataan untuk responden tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan klinik pratama RBG.
Dengan total 30 responden, 13,33% menyatakan sangat puas dan 86,67% menyatakan puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh Klinik Pratama RBG.
3. Perspektif Bisnis Internal
Instrumen pertanyaan untuk perspektif proses bisnis internal terdiri dari 10 item
pertanyaan. Kesepuluh item pertanyaan tersebut mengacu pada proses-proses kerja yang
dilakukan Klinik Pratama RBG Bandung. Proses kerja yang dilakukan untuk memuaskan
segenap stakeholders. Hasil jawaban responden atas kuesioner perspektif proses bisnis internal
setelah dilakukan inventarisasi menunjukkan angka-angka yang terdapat pada Tabel 11.
Tabel 11.
Hasil Rata-rata Jawaban Responden
(Perspektif Proses Bisnis Internal)
Item Pertanyaan
Mean Std. Deviation
B1
4,00
0,316
13
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
Rata-rata Mean
3,95
3,43
3,14
3,24
4,00
3,95
3,95
3,95
3,90
3,751
0,590
0,676
0,793
0,944
0,632
0,498
0,590
0,590
0,539
-
Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa karyawan menilai proses bisnis internal yang terdiri
dari sepuluh pertanyaan dapat dijelaskan nilai rata-ratanya menunjukkan angka 3,751 dimana
apabila angka skala 3-4 termasuk dalam kategori puas, hal ini berarti bahwa bisnis internal yang
dilakukan Klinik Pratama RBG Bandung cenderung puas bagi karyawannya. Namun, terdapat
beberapa poin pertanyaan yang hasilnya cenderung kurang puas, yaitu dari segi benefit yang
diterima oleh karyawan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Instrumen pertanyaan untuk perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terdiri atas 10
item pertanyaan. Kesepuluh item pertanyaan tersebut menggambarkan tiga kategori utama untuk
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu kapabilitas pekerja, kapabilitas sistem
informasi, motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan (Michael Hammer, 2000 : 110). Hasil
jawaban responden (karyawan klinik) atas kuesioner setelah dilakukan inventarisasi
menunjukkan angka-angka sebagaimana terdapat pada Tabel 12.
Tabel 12.
Hasil Rata-rata Jawaban Responden
(Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan)
Item Pertanyaan Mean Std. Deviation
A1
3,38
0,805
A2
3,33
0,856
A3
3,71
0,845
A4
3,67
0,913
A5
3,81
0,512
A6
3,90
0,539
A7
3,86
0,573
A8
3,52
0,680
A9
3,81
0,512
A10
4,19
0,512
Rata-rata Mean 3,718
Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang
terdiri dari sepuluh pertanyaan dapat dijelaskan nilai rata-rata mean 3,718 dimana apabila angka
skala 3-4 termasuk dalam kategori puas, hal ini berarti bahwa pembelajaran dan pertumbuhan
yang dilakukan Klinik Pratama RBG Bandung cenderung puas bagi karyawannya. Namun,
14
terdapat beberapa poin pertanyaan yang hasilnya cenderung kurang puas, yaitu dari segi
pemberian training dan seminar yang kurang diterima oleh karyawannya.
Adapun pengukuran kinerja manajemen pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
diukur melalui tingkat masa kerja karyawan sebagai bentuk pertumbuhannya. Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13.
Jenis Tenaga dan Masa Kerja
Tenaga Medis dan Non Medis
Periode Masa Kerja
Jenis Tenaga
Kurang dari Lebih dari Di atas 5 Jumlah
1 Tahun
3 Tahun
Tahun
Apoteker
1
1
Asisten Apoteker
1
1
Bidan
1
1
2
4
Dokter Gigi
1
1
Dokter Spesialis
1
1
Dokter Umum
1
1
Driver
3
3
Finance of Branch
1
1
General Affair of Branch
1
1
Office Boy
1
1
2
Perawat
4
4
Project Coordinator
1
1
Public Health of Branch
2
2
Rekam Medik & Front
1
1
Liner
Security
1
1
2
Jumlah
10
2
13
25
Sumber : Laporan Bulanan Klinik Pratama RBG Bandung
Tingkat masa kerja karyawan menentukan seberapa berpengalaman seorang tenaga medis
dan non medis tersebut dalam memberikan pelayanan untuk memenuhi kepuasan pasien. Dari
Tabel 13 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga medis dan non medis Klinik Pratama RBG Bandung
memiliki tingkat periode masa kerja yang bervariasi. Terdapat 10 karyawan dengan periode masa
kerja kurang dari 1 tahun, 2 karyawan dengan periode masa kerja lebih dari 3 tahun, dan 13
karyawan dengan periode masa kerja di atas 5 tahun. Setiap bagian tenaga medis terdapat
karyawan yang cukup berpengalaman karena masa kerja lebih lama dan sudah menjadi karyawan
tetap. Lamanya masa kerja ini dapat menentukan tingkat pengalaman kerja dan kepercayaan
pasien terhadap medis maupun non medis yang diberikan oleh pihak Klinik Pratama RBG
Bandung. Dibutuhkan seleksi apabila ingin menjadi karyawan di klinik seperti melihat
bagaimana kemampuan pegawai tersebut dalam menangani pasien dengan melakukan masa
percobaan kerja bagi karyawan tersebut. Dengan ini dapat dikatakan bahwa pihak klinik masih
dinilai cukup baik dalam mementingkan kualitas kerja karyawannya.
15
E. Peningkatan kinerja Klinik Pratama RBG menuju transformasi fasilitas pelayanan
kesehatan dari gratis ke penjaminan berdasarkan hasil analisis Balanced Scorecard
Sebuah organisasi pasti diharapkan selalu tumbuh dan berkembang. Dalam proses
tumbuh dan berkembang itu tidak jarang harus dilakukan perubahan atau transformasi dalam
organisasi. Meningkatkan kinerja di lingkungan kerja tidak cukup dengan mentaati aturan yang
ada, tetapi dibutuhkan suatu transformasi agar bisa mewujudkan prestasi kerja yang lebih baik.
Sebuah transformasi dilakukan karena adanya perubahan keadaan di lingkungannya, jika dapat
beradaptasi dengan berbagai perubahan maka organisasi tersebut akan bertahan dan berkembang.
Situasi dan kondisi yang berlaku mengharuskan dilakukan transformasi dalam organisasi baik
secara strategi, proses kerja bahkan hingga perubahan struktur organisasi maupun budaya kerja.
Hal tersebut juga diupayakan oleh Klinik Pratama RBG Bandung yang merupakan unit layanan
kesehatan Rumah Zakat dengan mengoptimalkan dana ZIS bagi pelayanan kesehatan
masyarakat. Beberapa transformasi yang dilakukan dianalisis berdasarkan hasil Balanced
Scorecard dan hasil wawancara dengan pengelola klinik.
1. Perluasan membership klinik untuk meningkatkan produktivitas
Seperti yang telah diketahui bahwa pemerintah saat ini terus mengupayakan agar semua
warga negara terjamin kesehatannya. Namun, masih banyak warga miskin yang belum
terfasilitasi jaminan kesehatan dari pemerintah, seperti menjadi member BPJS BPI. Oleh
karena itu, Klinik Pratama RBG Bandung berupaya melakukan transformasi dari gratis
melalui membership Klinik Pratama RBG ke mekanisme penjaminan melalui peserta BPJS.
Ke depannya, klinik akan memperluas membership dengan memanfaatkan penghimpunan
dana ZIS khusus bagi warga miskin yang belum mempunyai BPJS BPI, kemudian
mengupayakan agar member klinik terdaftar di BPJS. Berdasarkan hasil analisis Balanced
Scorecard, penyaluran dana ZIS bagi Klinik Pratama RBG Bandung semakin meningkat,
namun untuk optimalisasi perluasan membership masih belum maksimal. Diharapkan jumlah
membership klinik semakin meningkat sehingga semakin banyak masyarakat kurang mampu
dan belum mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan dari pemerintah bisa mendapatkan
kesejahteraan kesehatan yang layak.
2. Melakukan evaluasi bisnis yang berkesinambungan
Pada saat menerapkan strategi bisnis diperlukan evaluasi karena faktor-faktor kunci
eksternal dan internal sering berubah dengan cepat. Klinik Pratama RBG Bandung
melakukan analisis berdasarkan hasil Balanced Scorecard untuk perbaikan klinik dan bahan
evaluasi dengan memetakan strategi utama bagi klinik, diantaranya yaitu : (1) Dokter jaga
IGD selalu siap 24 jam; (2) Sumber daya manusia memiliki loyalitas tinggi; (3) Fasilitas
bagus dan lingkungan nyaman; (4) Dokter spesialis senior; (5) Telah terakreditasi; (6) SDM
memiliki kedisiplinan tinggi. Diharapkan strategi ini dapat meningkatkan kualitas fasilitas
pelayanan kesehatan di klinik.
3. Menekan biaya operasional agar optimalisasi dana tercapai
Berbagai cara akan dilakukan oleh suatu klinik agar dapat menekan sekecil mungkin
biaya operasionalnya, jangan sampai biaya operasional sama sekali tidak sebanding dengan
pemasukan yang didapatkan. Klinik Pratama RBG Bandung harus mengupayakan agar
pengeluaran klinik tidak membengkak agar tidak membawa pada kerugian yang besar.
Optimalisasi dana ZIS bagi klinik ini diusahakan lebih fokus kepada pelayanan kesehatan
bagi pasien dan penyebarluasan membership daripada pembiayaan untuk kebutuhan
operasional. Kedepannya, biaya operasional akan ditutupi oleh wakaf produktif.
4. Memberikan remunerasi bagi karyawan
16
Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) merupakan salah satu subsistem dalam
Sistem Kesehatan Nasional yang mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan sebagai pelaksana upaya dan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
dibutuhkan pemberian motivasi, salah satunya berupa remunerasi. Remunerasi merupakan
sebuah istilah yang sering dikaitkan dengan dunia ketenagakerjaan, terutama dalam konteks
sistem pengupahan atau penggajian. Dalam hal ini, remunerasi diartikan sebagai sebuah
bentuk tindakan balas jasa atau imbalan yang diterima pekerja atas prestasi kinerjanya.
Berdasarkan analisis Balanced Scorecard perspektif bisnis internal bahwa Klinik Pratama
RBG Bandung dari segi benefit yang diterima karyawan masih dinilai kurang puas. Oleh
karena itu, dibutuhkan berbagai bentuk apresiasi bagi karyawan agar kinerjanya semakin
meningkat. Diharapkan pemberian remunerasi ini akan menghasilkan karyawan yang
memiliki motivasi dan semangat kerja tinggi serta pendapatan SDM lebih tinggi
dibandingkan klinik swasta lainnya di kabupaten.
5. Peningkatan kompetensi melalui pelatihan baik internal maupun eksternal.
Pelatihan bagi karyawan di klinik memiliki peran strategis untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang profesional baik dalam hal kompetensi, sikap dan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan tugas dan peranannya masing-masing. Berdasarkan analisis
Balanced Scorecard perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, dari segi kultur yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan perlu ditingkatkan, diantaranya masih kurangnya
training dan seminar yang diikuti oleh karyawan. Oleh karena itu, proses tranformasi klinik
harus memberikan pelatihan yang memadai bagi tenaga medis maupun non medis agar SDM
lebih berkualitas dan berpengalaman.
6. Pengembangan kultur pelayanan yang lebih prima.
Klinik Pratama RBG Bandung juga membutuhkan pengembangan kultur dalam
memberikan pelayanan yang prima. Hal tersebut berperan untuk memperbaiki kinerja klinik;
membuat komitmen karyawan klinik; membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi, semangat
terus maju, dorongan bekerja keras, dan tidak mudah mengeluh. Diharapkan dengan
peningkatan pengembangan kultur pelayanan kesehatan di Klinik Pratama RBG Bandung ini
SDM menjadi ramah dan mengutamakan kepentingan customer, pelayanan cepat, layanan
yang disediakan relatif lengkap, serta pengaturan jam kunjung dan kartu penunggu membuat
lebih terjaminnya keamanan dan kenyamanan pasien.
IV. KESIMPULAN
Perkembangan fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia harus diikuti dengan pengelolaan
yang modern dan berorientasi pada kinerja yang tinggi, diantaranya dengan melakukan
transformasi ke arah kinerja yang lebih baik. Hal tersebut juga diupayakan oleh Klinik Pratama
RBG Bandung yang merupakan unit layanan kesehatan Rumah Zakat dengan mengoptimalkan
dana ZIS bagi pelayanan kesehatan masyarakat dari gratis melalui membership Klinik Pratama
RBG ke mekanisme penjaminan melalui peserta BPJS. Hasil analisis Balanced Scorecard
menunjukkan bahwa dari perspektif keuangan, pengelolaan keuangan disajikan dengan baik serta
secara berkala dan biaya operasional selalu diupayakan seefisien mungkin. Dari perspektif
pelanggan, menunjukkan bahwa pasien klinik merasakan puas atas kualitas pelayanan dari klinik
yaitu 13,33% menyatakan sangat puas dan 86,67% menyatakan puas. Dari perspektif bisnis
internal, menunjukkan bahwa karyawan merasa cukup puas terhadap proses bisnis internal yang
telah dilakukan dengan nilai rata-rata menunjukkan angka 3,751, namun dari segi benefit yang
diterima karyawan masih dinilai kurang puas. Dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
17
menunjukkan hasil yang cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 3,718, namun dari segi kultur
yang berorientasi pada kepuasan pelanggan perlu ditingkatkan, diantaranya masih kurangnya
training dan seminar yang diikuti oleh karyawan.
Hasil penelitian tersebut menjadi acuan dan evaluasi dalam proses transformasi klinik dari
gratis ke penjaminan, yaitu dengan melakukan langkah perubahan, diantaranya : (1) Perluasan
membership klinik untuk meningkatkan produktivitas; (2) Melakukan evaluasi bisnis yang
berkesinambungan; (3) Menekan biaya operasional agar optimalisasi dana tercapai; (4)
Memberikan remunerasi bagi karyawan. (5) Peningkatan kompetensi melalui pelatihan baik
internal maupun eksternal. (6) Pengembangan kultur pelayanan yang lebih prima.
V. UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada bagian Program Rumah Zakat yang telah
memberikan dukungan data berupa laporan keuangan dan profil Klinik Pratama RBG Bandung
kepada penulis sebagai referensi dalam menyusun artikel ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan
terimakasih kepada pihak Klinik Pratama RBG Bandung yang telah memberikan waktu untuk
melakukan wawancara dan memberikan dukungan data yang cukup memadai bagi penelitian ini,
serta kepada pasien Klinik Pratama RBG Bandung yang telah berkenan mengisi kuesioner yang
penulis berikan.
DAFTAR PUSTAKA
Akande, T. The effects of national health insurance scheme on utilization of health services at
Unilorin Teaching Hospital staff clinic, Ilorin, Nigeria. Health Science Journal, 2(2), 98–
106 (2011).
Almualm, Y., Alkaff, S. E., Aljunid, S., & Alsagoff, S. S. Factors Influencing Support for
National Health Insurance among Patients Attending Specialist Clinics in Malaysia. Global
Journal of Health Science, 5(5), 1–10 (2013). https://doi.org/10.5539/gjhs.v5n5p1
Arip, S., & Mutiarin, D. Evaluasi pelaksanaan jaminan kesehatan nasional. Journal of
Governance and Public Policy, 4(1), 71–107 (2017).
Kaplan, Robert S. and David P. Norton. Menerapkan Strategi mnenjadi Aksi : Balanced
Scorecard. Jakarta (2000).
Rufaidah, Popy. Manajemen Strategik. Bandung (2012).
Shohet, I. M., & Lavy, S. Facility maintenance and management : a health care case study.
International Journal of Strategic Property Management, 21(2), 170–182 (2017).
https://doi.org/10.3846/1648715X.2016.1258374
Spaan, E., Mathijssen, J., Tromp, N., Mcbain, F., & Baltussen, R. The impact of health insurance
in Africa and Asia : a systematic review. Bull World Health Organ, 90(9), 685–692 (2012).
https://doi.org/10.2471/BLT.12.102301
Suryani, Y. T. E. D. R. Implementasi Balanced Scorecard dalam Pengukuran Kinerja
Manajemen Rumah Sakit. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(1), 1–15 (2016).
Swarsa, I. M. A. Optimalisasi Peran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk
Memperkuat Fasilitas Kesehatan Publik Guna Mengurangi Aki pada PUSKESMAS
Mulyorejo. Kebijakan Dan Manajemen Publik, 3(2), 88–96 (2015).
Yustiawan, T. Manajemen Klinik dalam Persiapan Kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 1(3), 208–216 (2013).
18