Academia.eduAcademia.edu

PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERHADAP ANAK USIA DINI

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran bahasa menjadi hal yang sangat penting diajarkan sejak dini. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi manusia dalam menyampaikan sebuah pesan, gagasan ataupun ide yang ada di dalam pikirannya. Salah satu hal yang sangat luar biasa apabila anak-anak telah terlibat pada pembelajaran bahasa sejak kecil yakni mampu membuat mereka memiliki banyak pemahaman tentang berbagai hal. Pendidikan anak di usia dini merupakan waktu yang sangat baik dalam menerima pembelajaran bahasa Indonesia, di mana perkembangan bahasanya dapat kita lihat sejauh mana banyaknya kosakata yang mereka kuasai. Daya ingat anak kecil yang masih sangat kua membuat mereka sangat baik dan cepat dalam menangkap pembelajaran yang diberikan. Namun, jika mereka tidak mampu mengendalikan pemahamannya itu, maka dapat menghambat perkembangan psikologisnya karena di masa itu mereka masih mencari-cari perhatian dan masih bermain-main. Dengan demikian, sebagai pengajar bahasa Indonesia harus lebih paham dan harus mampu menyampaikan pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik dan tepat.

PENTINGNYA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERHADAP ANAK USIA DINI Putri Nurfadila Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muslim Indonesia Email: putriNurfadila25@gmail.com Abstrak Dalam dunia pendidikan, pembelajaran bahasa menjadi hal yang sangat penting diajarkan sejak dini. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi manusia dalam menyampaikan sebuah pesan, gagasan ataupun ide yang ada di dalam pikirannya. Salah satu hal yang sangat luar biasa apabila anak-anak telah terlibat pada pembelajaran bahasa sejak kecil yakni mampu membuat mereka memiliki banyak pemahaman tentang berbagai hal. Pendidikan anak di usia dini merupakan waktu yang sangat baik dalam menerima pembelajaran bahasa Indonesia, di mana perkembangan bahasanya dapat kita lihat sejauh mana banyaknya kosakata yang mereka kuasai. Daya ingat anak kecil yang masih sangat kua membuat mereka sangat baik dan cepat dalam menangkap pembelajaran yang diberikan. Namun, jika mereka tidak mampu mengendalikan pemahamannya itu, maka dapat menghambat perkembangan psikologisnya karena di masa itu mereka masih mencari-cari perhatian dan masih bermain-main. Dengan demikian, sebagai pengajar bahasa Indonesia harus lebih paham dan harus mampu menyampaikan pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik dan tepat. Kata kunci: Pembelajaran bahasa Indonesia, anak usia dini PENDAHULUAN Bahasa merupakan penunjang keberhasilan peserta didik dalam mempelajari semua bidang studi. Meskipun bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu, namun bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat besar, yaitu sebagai alat komunikasi antarsesama manusia yang cenderung menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah). Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik untuk mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain. Melalui pembelajaran bahasa, mereka juga diharapkan mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat. Pembelajaran bahasa Indonesia mendapatkan peran penting dalam dunia pendidikan di Indonesia karena merupakan bahasa resmi di semua bidang. Luar biasanya lagi apabila dalam dunia pendidikan usia dini mampu menyampaikan materi ajar mereka dengan baik. Sebagaimana kita ketahui bahwa anak usia dini adalah masa-masa yang rawan bagi mereka, karena di masa mereka masih menikmati masa-masa bermain. Apabila terlalu dipaksakan akan menghambat perkembangan psikologi mereka, akan tetapi jika dibiarkan juga akan tidak menstabilkan perkembangannya dalam berbahasa. Diharapkan 1 pengajar mampu menyampaikan bahasa Indonesia itu dengan baik dan benar, mau itu secara lisan maupun tulisan. Lain halnya jika berbicara perkembangan media sosial dewasa ini, yang mau tidak mau harus diakui turut berperan dalam perkembangan pengetahuan anak. Saat ini, media sosial umumnya diakses oleh kalangan remaja dan anak. Secara psikologi, pada usia remaja menjadi fase pertumbuhan manusia yang cenderung labil dan rentan terhadap berbagai macam pengaruh. Pengaruh media sosial bagi kalangan remaja dan anak dapat berwujud dalam gaya berpakaian (fashion) dan juga gaya berbahasa (Mansyur, 2017). Pada konteks lain, pendidikan anak usia dini adalah jenjang di mana sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dimana hanya dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohaninya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, dan mengembangkan potensi dan kreativitas anak. Anak diusia mereka kita sebagai pengajar bisa memberikan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui buku cerita, dongeng, lagu anak-anak, dan video percakapan-percakapan yang mampu mereka simak dan rekam di kepala mereka. PEMBAHASAN Perkembangan Anak Usia Dini Anak usia dini masing-masing memiliki karakteristik perkembangannya sendiri yang di mana di dalamnya mencakup perkembangan fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. 1. Perkembangan Fisik-Motorik Fase perkembangan dan pertumbuhan fisik pada anak selalu sama, tetapi beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, adapun yang mengalami pertumbuhan yang lambat. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan tinggi dan berat badan relative seimbang. Anak juga mengalami perubahan fisik secara proposonal. Adapun yang dikemukakan salah satu ahli “bahwa pada usia 4-5 tahun koordinasi motorik halus anakanak semakin meningkat; tangan, lengan, dan tubuh bergerak bersama di bawah komando yang lebih baik dari mata” (Santrock, 1995). Masa kanak-kanak ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Perkembangan fisik2 motorik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik itu dalam bidang pengetahuan berbahasa maupun pengetahuan dalam bidang lainnya. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan fisik-motorik umumnya sudah dicapai karena itu, anak sudah siap untuk belajar. 2. Perkembangan Kognitif Piaget (Santrock, 1995) menyatakan bahwa anak usia 3-6 tahun pada umumnya berada pada tahap berfikir praoperasional. Pada tahap ini anak dapat memahami pengertian operasional ,yaitu proses interaksi suatu aktivitas mereka di mana prosesnya dapat kembali pada titik awal berfikir secara logis. Mempelajari simbol merupakan karakteristik esensial dari tahapan ini. Pemikiran anak bersifat egosentris (menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran) sehingga anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatu itu tampak dari perspektif orang lain. Karakteristik lain dari cara berfikir praoperasional adalah pemikirannya yang sangat memusat. Bila anak tersebut dihadapkan pada situasi yang terdiri dari beberapa dimensional, anak akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi dan mengabaikan dimensi yang lainnya. Selain itu, berfikir praoperasional belum mampu menciptakan berfikir sebaliknya. Anak belum mampu untuk meniadakan sesuatu tindakan dengan melakukan tindakan tersebut sekalipun dari arah yang sebaliknya. Perkembangan kognitif berlangsung menurut urutan yang sama bagi semua anak. Setiap seorang anak akan mengalami dan melewati setiap tahapan tersebut, sekalipun kecepatan perkembangan dari tahapan-tahapan tersebut dilewati secara relatif dan ditentukan oleh berbagai faktor seperti kematangan psikis, stuktur syaraf, dan lamanya pengalaman yang dilewati pada setiap tahapan perkembangan. 3. Perkembangan Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi, yaitu menyampaiakan atau menerima informasi dari orang. Bahasa tersusun dari kata-kata dengan tujuan dan maksud tertentu. Menurut salah seorang ahli, Vygotsky (1978), perkembangan bahasa berjalan seiring dengan perkembangan kognitif, malahan saling menunjang dan keduanya berkembang dalam lingkungan sosial-budaya tertentu. Bahasa juga merupakan alat utama untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa dapat mengarahkan perhatian anak pada benda-benda baru atau hubungan baru yang ada di lingkungan, mengenalkan anak pada pandangan-pandangan yang berbeda, dan juga memberikan informasi pada 3 anak. Bahasa adalah salah satu dari berbagai perangkat yang terdapat dalam stuktur kognitif manusia. Piaget (dalam Santrock 1995) menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan adaptif tetapi bersifat egosentris. Karena proses berfikir anak sangat berbeda dengan orang dewasa, pengalaman belajar mereka juga harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman pada anak. Dalam pandangan Vygotsky (1978), stuktur mental atau kognitif anak terbentuk dari hubungan di anatara fungsi-fungsi mental. Hubungan antara bahasa dan pemikiran diyakini sangat penting dalam kaitan ini. Vygotsky bahkan menegaskan bahwa bahasa dan pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri tetapi pada akhirnya akan bersatu. Pada usia 4-5 tahun, anak sudah menguasai kalimat yang terdri atas empat sampai lima kata di dalamnya. Mereka juga mampu menggunakan kata depan, seperti di atas, di bawah, dan di dalam. Anak lebih banyak menggunakan kata-kata kerja daripada kata benda. Antara usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri atas enam sampai delapan kata, anak juga sudah dapat menjelaskan arti kata yang sederhana mengetahui lawan kata, serta menggunakan kata penghubung , kata depan, dan kata sandang. 4. Perkembangan Sosial-Emosional Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orangorang yang paling dekat dengannya. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarganya mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya. Untuk mencapai kematangan sosial ,anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang di lingkungannya (Yusuf, 2000). Perilaku yang ditunjukkan pada anak dapat berbeda-beda tergantung dengan siapa anak tersebut berhadapan. Perilaku anak dalam suatu kelompok berbeda dengan perilakunya dalam kelompok lain. Perilaku anak dalam kelompok juga berbeda dengan perilakunya pada saat anak tersebut sendirian. Kehadiran orang lain dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap anak. Perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu persepsi anak yang menjadi anggota kelompok, lingkungan tempat terjadinya sebuah interaksi, dan pola kepemimpinan yang berlaku. Ada lima faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam bersosialisasi, antara lain: (1) adanya kesempatan untuk begaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai jenis usia dan latar belakang yang berbeda, (2) adanya minat dan motivasi untuk bergaul, 4 (3) adanya suatu bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya akan menjadi model bagi anak, (4) adanya perkembangan kemampuan bersosialisasi melalui cara coba dan salah, dan (5) adanya kemampuan berkomunikasi yang baik. Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai matang. Pada usia ini anak mulai menyadari akibat-akibat dari tampilan emosinya. Anak juga memahami perasaan orang lain, misalnya bagaimana perasaan orang lain apabila disakiti, maka anak akan belajar mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubah-ubah dengan cepat dari satu bentuk ekspresi ke bentuk eskpresi lainnya. Anak dalam keadaan gembira secara tiba-tiba dapat langsung berubah menjadi marah karena adanya sesuatu yang dirasakan tidak menyenangkan. Sebaliknya, apabila dalam keadaan marah ,melalui bujukan yang menyenagkan perasaan anak itupun akan berubah menjadi riang. Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Tujuannya Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk mejaga kelestarian dan keaslian bahasa Indonesia, diperlukan berbagai upaya. Salah satu contoh untuk menjaga keaslian bahasa Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indonesia dalam buku yang disebut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Buku tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Sedangakan upaya lain untuk melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak dini. Hal ini sejalan dengan pendapat Mansyur (2016) bahwa bahasa merupakan identitas dan kebanggaan suatu bangsa. Untuk membangun rasa percaya diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa dapat diwujudkan melalui penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah cara yang baik untuk memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan pendidikan tentang bahasa Indonesia pada anak dapat dilalui dengan pendidikan informal, formal, dan nonformal. Pendidikan informal dilakukan di rumah, dimana anak tersebut mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya di rumah, pendidikan formal itu di sekolah dan guru yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan tentang bahasa Indonesia, sedangkan nonformal adalah pendidikan yang didapatkan melalui lingkungan 5 sekiar, sosialisasi antara masyarakat sekitar, kursus belajar di luar jam sekolah juga termasuk nonformal. Pembelajaran bahasa Indonesia di lingkup dunia akademik khususnya dan pada umumnya memiliki tujuan mendidik anak didik dan masyarakat agar dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia secara efektif dan benar sesuai etika dan kesopanan, supaya anak didik bisa menggunakan bahasa Indonesia guna semakin meningkatkan kemampuannya, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena bahasa sebagai dasar kemampuan anak, terus menerus dilatih untuk berfikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu anak harus ditempatkan di posisi paling utama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya. Anak belajar bahasa perlu juga menggunakan berbagai strategi seperti bermain dan menggunakan media yang beragam yang mendukung pembelajaran bahasa. Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, diperlukan metode pembelajaran yang inovatif dan dinamis. Melalui proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dinamis diharapkan akan tercipta suatu bentuk komunikasi lisan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya yang terpola melalui keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sehingga suasana pembelajaran terhindar dari kejenuhan. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat menggugah semangat belajar siswa, terutama pembelajaran bahasa Indonesia yang pada akhirnya proses pembelajaran dapat berhasil secara maksimal (Mansyur, 2018). Bahasa Indonesia untuk Anak Usia Dini Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa, hal ini sudah dijelaskan di dalam sumpah pemudah. Dengan itu, interaksi sosial akan terbangun harmonis apabila bisa saling mengerti apa yang ingin disampaikan. Komunikasi menjadi hal penting yang harus dipahami. Untuk anak usia dini, mengajarkan bahasa yang bisa diterima masyarakat sangatlah penting untuk dilakukan agar mereka bisa lancer berinteraksi dengan masyarakat, dengan begitu pula mereka dengan gampang mempunyai banyak teman. Hal sebaliknya terjadi apabila anak terlalu dibiasakan berbahasa asing, mereka akan kesulitan bergaul dengan teman sebayanya dikarenakan perbedaan bahasa yang digunakan. 6 Di kota-kota besar mengajarkan anak bahasa Indonesia lebih baik daripada bahasa asing, karena di daerah perkotaan mayorits menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Setelah anak tersebut memahami bahasa Indonesia barulah bahasa yang lain dapat dipelajari untuk menambah-nambah pengetahuan mereka. Dengan menggunakan bahasa Indonesia akan membiasakan anak bertutur kata dengan baik dan benar. Metode Belajar Anak Usia Dini Beberapa teori mengatakan bahwa pendidikan terjadi sepanjang hayat, namun enak tahun pertama usia seorang manusia adalah masa keemasan bagi perkembangan seseorang, dimana pada saat usia keemasan ini seorang anak akan mudah untuk menerima stimulusstimulus yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Masa ini sangat baik sekali untuk membentuk kepribadian seorang anak dalam menghadapi masa depan dengan cara mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya secara maksimal serta mengarahkan kelebihan dari seorang anak tersebut untuk menjadi dirinya sendiri. Orang tua dan pendidik mempunyai peran penting dalam mendukung tugas perkembangan anak agar dapat merealisasikan seluruh potensi dan kepribadian utuh yang ada di dalam dirinya. Patokan dalam memilih metode pembelajaran anak usia dini adalah dengan cara melibatkan langsung peran anak dalam sebuah kegiatan belajar mengajar. Ketika proses belajar mengajar berlangsung anak sebaiknya diajak untuk memilih tema pelajaran seperti apa yang mereka inginkan, maka dengan itu anak akan mendapatkan sebuah inspirasi dan dapat memutuskan apa yang mereka inginkan. Hal ini senada dengan pendapat Mansyur (2016) bahwa penggunaan teknik dan metode yang inovatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif. Peserta didik akan ikut terlibat secara langsung dalam menyerap informasi dan menyatakan kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan kemampuan individu peserta didik. Selanjutnya, ada beberapa metode pembelajaran anak usia dini yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini. 1) Usia 0-3 tahun Seorang anak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di taman bermain dengan berbagai metode tapi yang harus diperhatikan adalah hubungan antara pendidik dengan peserta didiknya dan sebaiknya ketika proses belajar mengajar berlangsung pendidik tidak terlalu mendominasi kegiatan. 7 2) Usia 5 tahun Pendidik harus mampu memberikan kegiatan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi suatu hal. Misalnya, dalam memberikan sebuah contoh, pendidik sebaiknya tidak selalu mencontohkan lalu anak mengikutinya tetapi biarkanlah anak tersebut mencoba sendiri, seperti ketika anak tersebut menggambar sebuah bunga dengan berbagai warna yang mereka sukai. Dan saat usia ini seorang pendidik dapat memberikan kosakata baru kepada anak dan mulai membiarkan anak merangkai sebuah kalimat. 3) Usia 6 tahun Pada usia enam tahun anak harus memperbanyak latihan kemampuan untuk menceritakan sebuah objek dan mempresentasikan mengenai apa yang dia ketahui mengenai objek yang diberikan. Metode belajar pada usia ini lebih menekankan pada cara berfikir seorang anak agar kreatif, misalnya ketika seorang anak tersebut menjelaskan mengenai sebuah pemandangan. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode mindmapping dengan menggunakan sub-sub judul. Contohnya, kita meminta anak untuk menjelaskan konsep gunung lalu biarkanlah anak tersebut memaparkan sesuai dengan apa yang ada didalam pemikirannya. Proses belajar mengajar akan dikatakan baik ketika anak berinteraksi dengan pendidikannya, maka seorang pendidik harus bisa menciptakan sebuah situasi yang aman, nyaman, dan membangkitkan semangat peserta didiknya dalam belajar. Anak akan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan cara yang kita gunakan dari metode pengajaran yang tepat. PENUTUP Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah cara yang baik untuk memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan pendidikan tentang bahasa Indonesia pada anak dapat dilalui dengan pendidikan informal, formal, dan nonformal. Dengan memberikan pembelajaran bahasa Indonesia pada anak usi dini mampu melatih berkomunikasi yang baik, menguasai kosakata lebih banya, dan agar anak tersebut mampu mengekspresikan perasaan mereka. Pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi baik secaran lisan dengan lingkungannya maupun tulisan. Dalam 8 mengembangkan kemampuan bahasa anak juga guru harus dapat memilih strategi atau metode yang tepat dan bervariasi, agar anak didik juga tidak akan bosan dan gampang melupakan pelajaran yang diberikan. Perkembangan anak usia dini juga tidak lepas dari perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan emosional. Dengan tahap-tahap perkembangan seperti itu sangatlah penting untuk menunjang perkembangan anak, dan tolak ukur dari masing-masing anak juga tidak semua sama. Apa yang anak di tahap ini lebih mampu dan kuat menerima pelajarn, memori ingatnya lebih peka jadi dengan memberikan pembelajaran bahasa Indonesia melalui pembelajaran yang menarik itu bisa memicu perhatian mereka. Tentunya orang tua yang memberikan pembelajaran bahasa Indonesia keoada anaknya yang masih belia itu sangat baik, dan tidak ada kerugian sama sekali. Dengan itu, bahasa Indonesia lebih diperhatikan lagi sebagai bahasa nasional yang sangat berfaedah, karena kalau bukan kita yang menjunjung tinggi bahasa kita siapa lagi, penerus-penerus bangsa yang sangat berpotensi ke depannya. DAFTAR RUJUKAN Achmad, Sri Wintala. (2015). Buku Induk Mahir Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Araska Publisher. Dody Rullyanda. (2015). Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia (Online). (http://dodirullyandapgsd.blogspot.co.id/html, Diakeses 12 November 2017). Mansyur, Umar. (2016). Bahasa Indonesia dalam Belitan Media Sosial: Dari Cabe-Cabean Hingga Tafsir Al-Maidah 51. (https://doi.org/10.31227/osf.io/7vpjh, Diakses 14 November 2017). Mansyur, Umar. (2016). Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pendekatan Proses. Retorika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 9(2), 158-163. Mansyur, Umar. (2017). Belajar Memahami Bahasa Generasi (https://doi.org/10.31227/osf.io/sxhp8, Diakses 14 November 2017). Milenial. Mansyur, Umar. (2017). Peranan Etika Tutur Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran di Sekolah. (https://doi.org/10.31227/osf.io/wrs9d, Diakses 14 November 2017). Mansyur, Umar. (2018). Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. (https://doi.org/10.31227/osf.io/fyr8g, Diakses 14 November 2017). Natawidjaja, Rochman dkk. (2007). Rujukan Filsafat, Teori, dan Psikis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press. 9 Neni. (2015). Pendidikan Anak Usia Dini (Online). (http://weblognew.blogspot.co.id/ 2015/06/penddikan-anak-usia-dini.html, Diakses 12 November 2017). Purwanto, MP. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Riwayanti, Rike. (2010). Perkembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini (Online). (http://rike-rikeriwayanti.blogspot.co.id/2010/12/perkembangan-bahasa-untukanak-usia.html, Diakese 14 November 2017). Sudrajat, Imam. (2015). Pentingnya Bahasa Indonesia untuk Anak Usia Dini Dibanding Bahasa Asing (Online). (http://www.scrib.com/mobile/document/358173885/ pentingnya-bahasa-indonesia-untuk-anak-usia-dini-dibanding-bahasa-asing, diakses 18 November 2017). Sugono, Dendy. (1999). Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia. 10