JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
BAB 1
1. Definisi Anilin
Anilin adalah salah satu senyawa yang termasuk dalam kelompok amina.
Rumus molekul anilin adalah C6H5NH2 , anilin merupakan senyawa turunan
benzena yang salah satu atom H diganti dengan gugus –NH2. Anilin tidak
berwarna, berminyak, dan mengeluarkan bau menyengat dan bersifat basa.
Anilin sangat sukar larut dalam air karena anilin merupakan hidrokarbon
hidropobik dengan gugus amina, namun ion anilinium larut dalam air. Anilin
tidak berwarna, namun perlahan-lahan bisa teroksidasi karena interaksi dengan
udara dan berubah warna menjadi kuning atau merah-coklat. Menurut Ryusei
Konaka dkk (1968), anilin bereaksi dengan oksigen menghasilkan nitro benzena
(kuning muda) dan azobenzena dengan mekanisme reaksi sebagai berikut
Gambar 1.1 :
Seperti halnya penol, anilin dan derivatnya sangat rentan terhadap reaksi
subtitusi elektropilik dimana suatu atom menyerang sistem aromatis (biasanya
hidrogen) dan menggantinya dengan suatu elektropilik. Skema reaksi substitusi
elektropilik anilin dapat dilihat pada Gambar 1.2 :
1
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Anilin sangat reaktif terhadap subtitusi elektropilik aromatis, karena
menurut Fesenden (1986), –NH2, -NHR, NR2 merupakan aktivator yang sangat
kuat dan merupakan pengarah orto dan para subtitusi. Hal ini disebabkan oleh
efek resonansi dan efek induksi. Struktur resonansi pada anilin (Gambar 1.3)
menunjukkan bahwa senyawa tersebut bersifat melepas elektron secara
resonansi meskipun N merupakan atom elektronegatif :
Stabilitas resonansi anilin mengakibatkan cincin menjadi negatif sebagian
dan sangat menarik bagi elektropil yang masuk. Semua posisi orto, meta, dan
para teraktifkan terhadap subtitusi elektropilik dan posisi orto dan para lebih
teraktifkan dari pada posisi meta. Hal ini dikarenakan orto dan para memiliki
muatan negatif parsial. Dengan demikian gugus NH2 mengaktifkan cincin
benzena pada substitusi elektropilik posisi orto dan para dengan
menyumbangkan elektron untuk resonansi.
Anilin juga merupakan senyawa basa lemah dengan pKb = 9,37,
lemahnya sifat basa anilin disebabkan muatan positif ion anilinium tidak dapat
didelokalisasi oleh awan pi aromatik.
2
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Spesifikasi Anilin
Nama IUPAC :Benzena amina
Rumus molekul : C6H5NH2
Berat molekul : 93,13 g/mol
Titik leleh : -60C
Titik didih : 1840C
Berat jenis : 1,03 g/cm3
Kelarutan dalam air : 0,3 g/L
Titik nyala : 700C
Kemurnian : 99,5%
2.
Polianilin
Polianilin merupakan salah satu jenis polimer konduktif yang dihasilkan
dari proses polimerisasi monomer anilin. Polianilin pertama kali ditemukan pada
tahun 1835 sebagai ”aniline black”, yang didapat dengan oksidasi dari anilin.
Polimer konduktif ini terkenal karena kemudahan sintesisnya, stabilitas
lingkungannya dan keunikan kimia oksidasi/reduksi dan doping/dedoping
asam/basanya. Pada tahun 1990 ditemukan bahwa polianilin bersifat fleksibel
dan merupakan polimer dengan kegunaan tinggi,sehingga dapat diaplikasikan
sebagai intelligent windows sampai chips komputer.
PANi merupakan polimer konduktif yang mempunyai ikatan rantai
terkonjugasi. Struktur molekul polimer PANi secara umum ditunjukkan oleh
Gambar 2.1
Gambar 2.1. Struktur molekul PANi secara umum
Gambar 2.1 tampak bahwa polimer PANI mempunyai dua gugus
berulang, yaitu gugus tereduksi dan gugus teroksidasi. Gugus-gugus tersebut
mengandung molekul-molekul berbentuk cincin benzoid dan cincin kuinoid
yang dihubungkan satu sama lain oleh atom nitrogen melalui ikatan amina (NH-) dan imina (-N=) yang ditunjukkan Gambar 2.2
3
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
a
b
Gambar 2.2. Gugus Tereduksi (a) dan Gugus Teroksidasi (b)
Nilai y pada Gambar 2.1 yang menunjukkan struktur molekul PANi
berkisar antara 0 dan 1, untuk menentukan tingkat oksidasi PANI. PANi
terdapat dalam berbagai derajat oksidasi dan protonasi. Kedua hal ini
menentukan bentuk dan sifat kimia PANi. Berdasarkan derajat oksidasinya,
PANi dapat ditemukan dalam tiga bentuk, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4
yakni Leuokoemeraldin (LEB/ bentuk tereduksi penuh), Emeraldin (EB/ bentuk
setengah teroksidasi), dam Pernigranilin (PGN/bentuk teroksidasi penuh). Bila
y= 0, PANI berada dalam tingkat teroksidasi penuh maka menghasilkan polimer
dalam bentuk basa pernigranilin sedangkan harga y = 0,5 berkaitan dengan
tingkat setengah teroksidasi yang menghasilkan polimer dalam bentuk basa
emeraldin dan untuk y = 1 berkaitan dengan tingkat tereduksi penuh yang
menghasilkan polimer dalam bentuk basa leukoemeraldine (Aspiet al., 2013).
4
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Gambar 2.3. Bentuk PANi pada tingkat oksidasi yang berbeda
Berdasarkan Gambar 2.3 PANi yang teroksidasi, akan kehilangan atom H
yang berikatan kovalen dengan atom N di sebelah cincin benzoid.Penarikan
atom H tersebut menyebabkan atom N tidak stabil karena memiliki satu elektron
yang tidak berpasangan (polaron). Elektron pada atom N tersebut akan berikatan
dengan elektron dari atom C pada cincin benzoid, sehingga mangubah cincin
benzoid menjadi kuinoid dan mengubah ikatan amina menjadi imina. Sebaliknya
pada PANi yang tereduksi atom N yang mengapit cincin kuinoid akan
menangkap atom H, sehingga akan mengubah cincin kuinoid menjadi cincin
benzoid dan mengubah ikatan imin menjadi amin.
Proses perubahan bentuk ikatan ditunjukkan pada Gambar 2.4 PANi
hasil sintesa kimia berada dalam bentuk EB (Basa Emeraldin) bersifat isolator,
bentuk tersebut dapat diubah menjadi ES (Salt emeraldin) yang konduktif
melalui perlakuan asam atau protonasi.
Gambar 2.4. Proses doping/dedoping PANi melaluiprotonasi/deprotonasi
5
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
3.
Metode Pembuatan Polianilin
2 mL monomer
Polianilin
6 gr Amonium
Peroksidisulfat
+ 50 mL larutan
HCl dibiarkan 1
jam
+ 50 mL aquades
dibiarkan 1 jam
Larutan Anilin HCl
Larutan Amonium
Peroksidisulfat
Diaduk, Dibiarkan
selama 1 jam
Terbentuk
Endapan
Disaring, Dicuci dengan HCl
sebanyak 3 kali, Dicuci lagi
dengan aseton sebanyak 3 kali
Polianilin (PANi)
Dipanaskan pada oven dengan
suhu 80ºC selama 2 jam
Serbuk Polianilin
(PANi)
6
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Penjelasan Bagan Pembuatan Polianillin :
Polianilin atau yang biasa disingkat dengan PANi dapat disintesis
melalui metode polimerisasi oksidasi secara kimia. Proses sintesis PANi
dilakukan dengan cara mencampurkan 50 mL HCl dan 2 mL Monomer Anilin
selama 1 jam. Kemudian 6 g Ammonium Peroksidisulfat (NH)4S2O8
dimasukkan ke dalam 50 mL aquades selama 1 jam. Kedua larutan tersebut
dicampurkan ke dalam satu wadah kimia, diaduk dan dibiarkan selama 2 jam
sampai terjadi polimerisasi sempurna dengan terbentuk endapan berwarna hijau
dan terlihat terpisah, larutan HCl-Anilin berada di atas dan larutan H2O(NH)4S2O8 di bawah. Hasil yang berupa endapan tersebut kemudian dicuci
dengan menggunakan HCl sebanyak 3 kali dan dicuci lagi menggunakan aseton
sebanyak 3 kali sehingga terbentuk endapan PANi hidroklorid (Emeraldine Salt).
Polianilin yang terbentuk tersebut dikeringkan dengan cara dipanaskan pada
oven dengan suhu 80ºC selama 2 jam.
4.
Karakteri
stik Polianilin
A.
Sifat
Listrik
Polianilin terdapat dalam berbagai derajat oksidasi dan protonasi.
Kedua hal ini menentukan bentuk dan sifat kimia polianilin.
Berdasarkan derajat oksidasinya, polianilin dapat ditemukan dalam
tiga bentuk, yakni
- Pernigranilin (bentuk teroksidasi penuh)
- Emeraldin (bentuk setengah teroksidasi)
- Leukoemeraldin (bentuk tereduksi penuh)
7
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Polianilin berdasarkan sifat listriknya dibagi menjadi dua yaitu polianilin
konduktif dan polianilin isolatif. Berdasarkan tingkat oksidasinya, polianilin
dapat disintesis dalam beberapa bentuk isolatifnya yaitu leucomeraldine base
(LB) yang tereduksi penuh, emeraldine base (EB) yang teroksidasi setengah dan
pernigranilin base (PB) yang teroksidasi penuh.
Dari tiga bentuk ini, EB yang paling stabil dan juga paling luas diteliti
-10
karena konduktivitasnya dapat diatur dari 10 S/cm hingga 100 S/cm melalui
proses doping, sedangkan bentuk LB dan PB tidak dapat dibuat konduktif.
Bentuk EB dapat dibuat konduktif dengan proses doping asam protonik seperti
HCl, dimana proton-proton ditambahkan ke situs-situs –N=, sementara jumlah
elektron pada rantai tetap. Bentuk konduktif dari EB disebut emeraldine salt
(ES). Bentuk dasar EB berubah menjadi ES melalui reaksi oksidasi dengan asamasam protonik seperti HCl, sebaliknya bentuk ES dapat dikembalikan menjadi
bentuk EB melalui reaksi reduksi dengan agen reduktan seperti NH4OH. Kedua
proses ini disebut juga proses protonasi-deprotonasi atau doping-dedoping
(Gambar 1). Kedua bentuk emeraldine memiliki sifat listrik yang berkebalikan
dimana EB merupakan bentuk isolatif dan ES merupakan bentuk konduktif.
Derajat konduktivitas emeraldine ini bergantung pada tingkat/konsentrasi
+
dopant yang diberikan, yaitu jumlah proton (H ) yang dimasukkan ke dalam
struktur emeraldine. Secara umum emeraldine berwarna hijau yang
0
konduktivitasnya dalam tingkat semikonduktor pada orde 10 S/cm, ordenya
-9
melebihi polimer secara umum (<10 S/cm) tetapi lebih rendah dari jenis logam
4
(>10 S/cm). PANI terprotonasi, (seperti PANI hidroklorid) mengubah ES yang
berwarna hijau menjadi EB nonkonduktif yang berwarna biru ketika diuji
dengan amonium hidroksida .
8
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
B. Sifat Optik
Absorbsivitas polianilin bergantung pada kondisi doping. PANi memiliki
dua pita absorpsi spesifik yang mengalami pergeseran ketika kondisi berdoping
maupun tak berdoping. Konsentrasi dopan dapat divariasikan melalui reaksi
oksidasi reduksi oleh agen-agen oksidan dan reduktan. Perubahan nilai
absorbansi dikontrol oleh proses difusi dopan, dimana semakin besar
konsentrasi dopan maka nilai absorbansi PANi akan semakin besar juga. Dopan
yang diserap lapisan PANi akan mempengaruhi nilai absorbansi yang dihasilkan
terhadap variasi konsentrasi. Secara umum lapisan PANi dapat merespon
konsentrasi dopan dengan skala tinggi (Maddu, 2007).
Sifat optik pada film tipis menentukan karakteristik yang ditentukan oleh
bagaimana interaksinya dengan cahaya. Spektrum transmitansi menunjukkan
fungsi transmisi terhadap panjang gelombang. Nilai transmitansi film tipis
diperoleh dalam bentuk spektrum transmitansi (dalam %) terhadap panjang
gelombang. Nilai panjang gelombang tersebut dapat digunakan untuk
menghitung nilai energi gelombang cahaya yang ditunjukkan pada persamaan
(2.1):
dengan E energi gelombang cahaya (joule), h konstanta Planck yang besarnya
6,626×10-34 Js, c kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3x108 m/s) dan λ
merupakan panjang gelombang cahaya (dalam meter).Hubungan antara
transmitasni dengan absopbansi dapat diturunkan dari persamaan 2.2
9
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
T merupakan nilai transmitansi (%), I intensitas cahaya mula mula, dan I0
adalah intensitas cahaya setelah melewati film tipis.
dengan α koefisien absorpsi linier (cm-1) dan xmerupakan tebal film tipis
(m).
C.Konduktivitas Listrik
Material apabila dilihat dari konduktivitas listriknya digolongkan menjadi
bahan isolator, semikonduktor dan konduktor. Bahan konduktor mudah
menghantarkan arus listrik dengan konduktivitas di atas 104 S/cm. Sebagai
kebalikan bahan konduktor, bahan isolator sulit menghantarkan arus listrik.
Konduktivitasnya berada di bawah 10-8 S/cm. Bahan semikonduktor
mempunyai konduktivitas di antara konduktor dan isolator. Nilai
konduktivitasnya sangat tergantung pada kondisi lingkungan seperti
temperatur. Pada temperatur tinggi, bahan semikonduktor dapat berubah
menjadi bahan konduktor. Polimer sebagai salah satu material yang banyak
digunakan, juga mempunyai sifat yang bervariasi dari isolator hingga konduktor
tergantung komposisi atom dan jenis ikatannya. Polimer dengan rangka yang
mengandung ikatan π terkonjugasi memiliki sifat listrik yang unik karena
kemampuannya untuk mentransfer muatan disepanjang rantai. Salah satu
contoh polimer terkonjugasi adalah polianilin. Polianilin memiliki beberapa
bentuk.
Salah satunya dan merupakan bentuk yang paling stabil adalah emeraldin.
memiliki konduktivitas 10-7 S/cm. Tingkat konduktivitas listrik emeraldin dapat
ditingkatkan dengan melakukan penambahan dopan. Pereaksian emeraldin
dengan HBr menyebabkan gugus –N= terprotonasi menjadi (–NH=)+Br-.
Perubahan ini menyebabkan konduktivitas listrik emeraldin naik menjadi 5
S/cm (Pinto, 1996). Stejskal dan Gilbert (2002) juga telah mempreparasi basa
emeraldin dengan HCl menghasilkan suatu emeraldin terprotonasi HCl (garam
emeraldin) dengan konduktivitas 4,4 ± 1,7 S/m. Reaksi emeraldin dengan HCl
menghasilkan serbuk berwarna hijau tua.
Polimer konduktif polianilin jika ditinjau konduktivitas listriknya termasuk
dalam bahan semikonduktor, dimana konduktivitasnya berkisar antara 10-9
sampai 102 S/cm. Konduktivitas polianilin tergantung pada temperatur.
Konduktivitasnya akan meningkat dengan meningkatnya temperatur.
Sebaliknya, konduktivitasnya akan menurun dengan menurunnya temperatur.
10
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Polianilin termasuk polimer yang sangat sensitif terhadap kelembaban
udara disekitarnya yang kemudian akan berpengaruh pada sifat listik polianilin.
Dengan meningkatnya kelembaban udara, maka molekul-molekul polar air akan
diabsorbsi oleh bahan polimer polianilin. Hal ini akan berpengaruh pada
penurunan potensial barrier. Akibatnya resistansi pada bahan polimer polianilin
akan mengalami penurunan.Keberadaan air pada polimer polianilin ini
menyebabkan delokalisasi muatan. Delokalisasi muatan terjadi dengan adanya
pelarutan anion dopan. Bentuk oligomer pada polianilin juga berpengaruh pada
delokalisasi muatan dimana terjadi interaksi yang kuat antara oligomer dan
molekul polar air yang mengakibatkan muatan elektron berdelokalisasi
sepanjang rantai polimer.
5. Fungsi dan Manfaat Polianilin
A.Sensor gas
C.Piranti Elektronik
B. Sel fotovoltaik
D.LED Polimer
11
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
5.Baterai Sekunder
BAB 2
JURNAL NASIONAL
PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP
SIFAT LISTRIK POLIANILIN (PANi)
Astuti, Henny Prastiwi
Laboratorium Fisika Material. Jurusanan Fisika. Universitas Andalas
Kampus Unand. Limau Manis. Padang
Email : tuty_phys@yahoo.com
1. PENDAHULUAN
Polimer konduktif adalah polimer yang dapat menghantarkan arus listrik.
Hantaran listrik terjadi karena adanya elektron ikatan terdelokalisasi yang
mempunyai struktur pita seperti silikon. Polimer konduktif kebanyakan bersifat
semikonduktor dimana struktur pitanya mirip dengan struktur pita silikon (Sze,
1985). Keuntungan dari polimer konduktif antaralain: merupakan gabungan dari
sifat logam dan polimer, mempunyai konduktivitas tinggi,transparan, harga
terjangkau dan mudah disintesis.(Shirakawa,2001).
Polianilin (PANi) merupakan salah satu polimer konduktif yang banyak
dikembangkan saat ini. Pada tahun 1989 telah dilaporkan bahwa PANi dapat
menunjukkan fenomena elektronik yang sangat fleksibel yaitu dapat bersifat
sebagai isolator sampai konduktor.PANi memiliki keunggulan dari segi sifat
kimia dan fisika, mekanisme sintesis, serta perkembangan aplikasinya seperti
baterai sekunder, sensor, LED dan bidang optoelektronik. Polimer konduktif
memiliki potensi yang cukup besar untuk berbagai macam aplikasi. Bahan
polimer konduktif sangat unik yaitu dapat mengalami perubahan sifat listrik dan
optik yang dapat kembali (reversible) melalui reaksi redoks dan doping dedoping
atau protonasi-deprotonasi sehingga sangat potensial dimanfaatkan pada
berbagai aplikasi (Ansari, dkk, 2006; Bhullar, 2009).
12
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Sejauh ini, bahan PANi telah digunakan pada berbagai aplikasi seperti
sensor kimia khususnya sensor gas, piranti elektronik, sel fotovoltaik, LED
polimer dan baterai sekunder (Tamburri, dkk, 2012; Xin, dkk, 2007). Proses
pendopingan PANi tidak hanya terbatas pada jenis produk asam-asam protonik
saja, melainkan dapat juga didoping dengan logam-logam yang memiliki nilai
konduktivitas cukup tinggi (Ozkazanc, dkk,2010; Jain, dkk, 2006). Selain itu,
Valsangiacom dkk (2004) juga telah meneliti adanya peningkatan konduktivitas
PANi dengan doping logam besi (Fe). Beberapa modifikasi sintesis PANi juga
telah dilakukan oleh para peneliti, seperti dengan wet spinning technique
(Mirmohseni, dkk, 2006), dengan menggunakan metode elektrokimia
(Vivekanandan, dkk, 2011), maupun dengan metode polimerisasi (Chauhan, dkk,
2011;Tamburri, dkk, 2012).
Pada penelitian ini PANI disintesis dalam bentuk Emeraldine Base (EB)
atau EmeraldineSalt (ES), karena EB merupakan bentuk yang paling stabil dan
paling banyak diteliti karena konduktivitasnya dapat diatur (Chauhan, dkk,
2011). Sintesis ini akan dilakukan dalam 2 tahap dimana tahap pertama adalah
sintesis pembuatan PANi murni (PANi-ES) kemudian mendopingnya dengan
serbuk tembaga. Serbuk tembaga yang digunakandalam penelitian ini adalah
serbuk tembaga murni yang berasal dari pembubutan lempengan tembaga dan
garam CuSO4 yang berbentuk butiran-butiran kristal. Penambahan tembaga
kedalam PANi dapat mempengaruhi sifat listrik bahan secara keseluruhan.
Konduktivitas adalah sifat listrik yang dianalisis dalam penelitian ini,
dimana konduktivitas listrik dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 1.
dengan σ adalah konduktivitas listrik suatu bahan (Ωm)-1
, ρ adalah resistivitas suatu bahan(Ωm), R adalah resistansi suatu bahan (Ω), L
adalah panjang cuplikan pengukuran sampel (m) dan A adalah luas penampang
sampel (m2). Selain penentuan konduktivitas, juga dilakukan penentuan energi
gap dari sampel PANi murni maupun PANi yang didoping dengan serbuk Cu
dan CuSO4 dengan menggunakan Persamaan 2.
Dengan σ adalah konduktivitas sampel pada variasi suhu, σ0 adalah nilai
konduktivitas sampel tanpa variasi suhu, kb adalah nilai Konstanta Boltzman Eg
adalah energi gap dan T adalah suhu dalam Kelvin. Berdasarkan persamaan
13
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
tersebut pengukuran konduktivitas pada berbagai suhu akan menghasilkan
grafik ln σ0 terhadap 1/T. Lebar celah energi Eg dapat ditentukan dari
kemiringan (slope) grafik tersebut.
2. METODE PENELITIAN
PANi dapat disintesis melalui metode polimerisasi oksidasi secara kimia.
Metode oksidasi kimia merupakan metode sintesis yang sederhana pada suhu
ruang dan menghasilkan PANi dalam skala besar. Sintesis PANi dilakukan
dengan cara mencampurkan 50 mL HCl dengan 2 mL monomer anilin selama 1
jam.
Sementara itu dalam waktu yang bersamaan 6 gr Ammonium
Peroksidisulfat (NH)4S2O8 dimasukkan ke dalam 50 mL aquades selama 1 jam.
Kedua larutan tersebut dicampurkan ke dalam satu wadah kimia, diaduk dan
dibiarkan selama 2 jam sampai terjadi polimerisasi sempurna dengan terbentuk
endapan berwarna hijau dan terlihat terpisah, larutan HCl-Anilin berada di atas
dan larutan H2O-(NH)4S2O8. Produk yang berupa endapan kemudian dibilas
dengan menggunakan HCl sebanyak 3 kali dan kemudian dibilas lagi
menggunakan aseton sebanyak 3 kali sehingga terbentuk endapan PANi
hidroklorid (Emeraldine Salt). Kemudian polianilin tersebut dikeringkan dengan
pemanasan pada suhu 80 ºC selama 2jam.
Serbuk PANi hasil sintesis didoping dengan serbuk tembaga dengan komposisi
0,1 gr,0,3 gr dan 0,5 gr. Setelah proses pendopingan dilakukan, serbuk PANi-Cu
tersebut dikompaksi dengan dengan ketebalan tablet 1 mm, sehingga hasil akhir
yang diperoleh berupa tablet PANi-Cu yang selanjutnya dilakukan karakterisasi
sifat listriknya. Proses pengukuran tersebut menggunakan tegangan masukan
Vin dipasang sebesar 12 volt,panjang cuplikan pengukuran 0,7 cm dengan luas
penampang sampel adalah sebesar
0,785 cm2
. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
14
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan konduktivitas
Perbandingan nilai konduktivitas sampel PANi murni dan PANi yang
didoping dengan serbuk tembaga (PANi-Cu) dengan variasi suhu dapat
dilihat pada Tabel1.
15
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Berdasarkan nilai konduktivitas yang ada pada Tabel 1, maka dapat dibuat
perbandingan
hubungan suhu terhadap konduktivitas antara sampel PANi murni dengan
PANi-Cu seperti Gambar 2.
Pada Tabel 1 dan Gambar 2, terlihat bahwa konduktivitas sebanding dengan
suhu yang
diberikan, dimana semakin tinggi suhu maka nilai konduktivitas dari masingmasing sampel juga mengalami kenaikan, baik sampel yang tidak didoping
maupun yang didoping dengan Cu. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
terlihat bahwa nilai konduktivitas sampel PANi murni mengacu kepada nilai
konduktivitas PANi murni tanpa perlakuan doping yang ada pada penelitianpenelitian sebelumnya yaitu berkisar antara 10-10 S/cm sampai 100 S/cm (Indah
dkk, 2010). Sementara hasil penelitian ini diperoleh dengan variasi suhu berkisar
antara 0,61 x 10-4 S/cm sampai dengan 7,4 x 10-4 S/cm.
Kenaikan konduktivitas juga disebabkan oleh kenaikan suhu, dimana
atom-atom yang menyusun sampel tersebut bervibrasi. Getaran yang terjadi
pada atom-atom tersebut menimbulkan jarak antar atom yang semakin besar,
sehingga atom tidak mudah mengikat elektron dan mengakibatkan elektron
mudah bergerak bebas. Gerakan elektron bebas ini
akan meningkatkan konduktivitas listrik dari sampel tersebut (Parno,
2006).Selain pengaruh suhu, kenaikan konduktivitas juga disebabkan oleh
doping atau penyisipan serbuk Cu pada PANi. Hal ini disebabkan oleh
konduktivitas Cu jauh lebih besar dibanding PANi murni. Semakin besar
konsentrasi doping yang diberikan nilai konduktivitas semakin meningkat.
Lain halnya dengan sampel PANi yang didoping dengan serbuk 0,1 gr serbuk
Cu, dimana terjadi penurunan konduktivitas jika dibandingkan dengan PANi
murni. Hal ini berkemungkinan disebabkan oleh sebaran partikel dari serbuk Cu
ke dalam serbuk PANi tidak merata. Pada penelitian sebelumnya juga dijelaskan
bahwa penambahan dopan berupa logam juga dapat meningkatkan
konduktivitas PANi seperti yang dilakukan oleh Valsangiacom dkk (2004),
dimana nilai konduktivitas yang diperoleh dari proses pendopingan PANi
16
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
dengan serbuk besi (Fe) adalah sebesar 10 mW/cm2. Berdasarkan penelitian
yang lain, secara keseluruhan konduktivitas polimer (PANi) yang mengalami
proses pendopingan ini dipengaruhi olehbeberapa faktor, yaitu konsentrasi
dopan yang ditambahkan, homogenitas dopan dalam PANi, derajat kristalinitas,
dan morfologi polimer serta reaksi kimia yang terjadi antara dopan dengan
polimer itu sendiri (Bhullar, 2009).
Penentuan Energi Gap
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 2 dapat dibuat grafik hubungan
ln terhadap 1/T antara PANi dengan PANi-Cu seperti pada Gambar 3.
17
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Energi gap dari setiap sampel PANi-Cu tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 2. Energi gap yang diperoleh sampel PANi murni
dengan PANi-Cu yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai energi gap antara PANi dengan PANi-Cu
Penambahan konsentrasi Cu terhadap PANi dapat meningkatkan
konduktivitas komposit PANi-Cu. Hal ini disebabkan oleh sifat logam dari Cu
itu sendiri yang mempunyai mobilitas elektron yang tinggi sehingga mudah
menghantarkan arus. Berbanding terbalik dengan konduktivitasnya, dimana
peningkatan konsentrasi Cu menurunkan energi gap.Hubungan antara energi
gap dengan konduktivitas adalah, semakin sempit energi gap maka, elektron
akan lebih mudah untuk tereksitasi sehingga meningkatkan mobilitas elektron
tersebut, artinya konduktivitas juga meningkat.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu melihat pengaruh
penambahan serbuk tembaga terhadap sifat listrik polianilin (PANi) diperoleh
kesimpulan bahwa,penambahan komposisi serbuk Cu PANi mempengaruhi sifat
listrik dari PANi.
Pengukuran konduktivitas dengan variasi suhu, menunjukkan peningkatan
konduktivitas terhadap kenaikan suhu. Semakin banyak komposisi serbuk Cu
yang ditambahkan nilai energi gapnya semakin menurun. Nilai energi gap PANi
yang dihasilkan melalui doping dengan Cu berkisar antara 0,32-0,8 eV.
18
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Preparation characterization, and its potential applications of PANi/graphene
oxide nanocomposite.
1. PENDAHULUAN
Saat ini,struktur nano / mikro dan aplikasi mereka menerima cukup banyak
perhatian karena banyak menghasilkan properti yang luar biasa. Aplikasi
penting khas seperti baterai lithium ion dengan energi tinggi, superkapasitor,
katalis, sel surya, sensor kimia, biosensor dan bidang biomedis. Sebagai
perangkat sederhana dan khas, sensor kimia memiliki potensiaplikasi di berbagai
bidang, seperti pemantauan lingkungan, deteksi bahan peledak, diagnosa medis,
dan sebagainya. Graphene, sebagai salah satu bahan fungsional yang memiliki
konduktivitas listrik tinggi, luas permukaan yang besar, dan biaya produksi
yang rendah. Graphene telah dieksplorasi untuk aplikasi dalam fabrikasi
perangkat nanoelectronik, perangkat penyimpanan energi, sensor,elektroda
transparan dan nanocomposites. Secara khusus, komposit dari graphene dan
polimer yang menarik di bidang ilmiah dan industri karena sifatnya yang
sinergis atau komplementer. Saat ini, penelitian tentang graphene dan
composites telah terutama difokuskan pada persiapan, modifikasi dan aplikasi
yang berbeda. Telah banyak penelitian dan pembuatan nanokomposite dari
grafen maupun grafen oksida dengan material lain, salah satu yang paling
banyak yaitu nankomposit grafen dalam pembuatan superkapasitor.
Nanokomposit dari grafen yang paling banyak adalah dengan polimer
konduktor (conducting polymer/CP). Polianilin (PANI) adalah CP khas dengan
stabilitas lingkungan yang baaik. PANi merupakan salah satu polimer
konduktor yang dapat digunakan dalam nanokomposit bersama dengan PANi. .
Struktur nanokomposit PANI / GO dapat dibuktikan dengan pengukuran UVvis, FTIR, dan XRD. Nanokomposit memiliki kapasitansi elektrokkimia lebih
tinggi dan stabilitas yang lebih baik dari masing-masing komponen sebagai
superkapasitor bahan elektroda, menunjukkan efek sinergis dari PANI dan GO.
Hingga kini, banyak referensi melaporkan komposit graphene atau graphene
oksida dan polianilin dengan meningkatkan beberapa sifat khususnya
elektrokimia. Dan sebagian besar aplikasi ini terutama difokuskan pada
superkapasitor. Dalam rangka untuk mendapatkan beberapa sensor kimia dan
biosensor dengan sensitivitas yang terkendali yaitu dengan menggunakan
struktur kawat nano polimer konduktif, yang menunjukkan respon yang baik
untuk beberapa uap kimia. Kami juga menyiapkan beberapa polianilin /
anorganik nanokomposit, dan diamati kesensitifan untuk beberapa gas, dan
komposit dan aplikasi mereka dalam sensor kimia. Dalam rangka untuk lebih
memperluas nanokomposit untuk pembuatan beberapa sensor kimia dan
19
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
biosensor, dipersiapkan GO / polianilin nanokomposit dan mempelajari perilaku
penginderaan gas untuk beberapa gas yang khas.
2. METODE PENELITIAN
2.1 metode preparasi
a. bahan-bahan yang digunakan
1. grafit
2. potassium permanganate (KMnO4)
3. aniline
4. ammonium peroksidisulfat
5. asam hidroklorida
6. asam sulfur kering
7. asam nitrat
8. ammonia
a. Preparasi grafen oksida (GO)
Mencampurkan asam sulfur kering dan asam nitrat dengan perbandingan 3:1.
Kemudian menambahkan 1-3 gram grafit. Menambahkan kalium permanganat
(KMnO4). Kemudian campuran itu disonikasi dalam wadah untuk 0,5-1 jam
pada suhu ruang. Setelah lebih dari 96 jam, campuran diencerkan dengan air
suling (akuades), diikuti dengan menyaring, dan mencuci nya dengan air sampai
tidak ada sisa asam. Kemudian diperoleh suspense GO.
20
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Gambar diagram alir preparasi Grapen Oksida (GO)
b. Preparasi GO / polianilin (PANi) nanokomposit
Menambahkan 50-60 mL suspense GO kedalam bejana. Kemudian
menambahkan anilin equimolar dan ammonium peroksidisulfat untuk
membentuk larutan homogeny. Kemudian larutan disonikasi selama 10-30
menit, dan ditempatkan dalam suhu ruangan selama 24 jam. Kemudian larutan
berwarna biru kehitaman dari polinailin/GO di dalam air mulai didapatkan.
Setelah reaksi selesai, produk padat yang dihasilkan dicuci dengan air suling
berulang kali untuk menghilangkan sisa-sisa zat yang tidak digunakan lagi.
Setelah itu, Hasil produk dari nanokomposit GO / polianilin diperoleh.
21
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Gambar diagram alir pembuatan nankomposit GO/PANi
c. pembuatan sensor prototype
GO / PANi nanokomposit di atas disiapkan pertama kali disebarkan di dalam
air deionisasi (sekitar 0,1-0,2% wt.), yang digunakan sebagai lapisan
penginderaan sensor QCM . Sensor QCM yang dibuat sebagai berikut: kristal
AT-potong 6.000 MHz dibilas berulang kali dengan etanol dan air deionisasi dan
ke
mu
dia
n
dik
erin
gka
n
pad
a
suh
u
ka
mar
.
Du
a
mic
roli
ter larutan GO / PANi disalurkan ke permukaan elektroda menggunakan
mikropipet . Setelah perangkat dikeringkan pada suhu kamar, sebuah modifikasi
GO / PANi sensor QCM diperoleh
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran pertama menggunakan metode TEM (Transmission Electron
Microscopy). Yaitu dengan menyiapkan sampel GO, PANi, dan nanomokposit
GO/PANi.
22
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Gambar 1 (a) GO , (b) PANi, (c) nanokomposit GO/PANi
Dari gambar 1(a) terlihat bahwa GO berupa lembaran yang sangat tipis.
Gambar 1(b) menujukkan bahwa struktur PANi yang menyerupai kawat
nano. Kemudian dari gambar 1(c) memperlihatkan bahwa permukaan GO
tertutupi oleh lapisan halus dana tipis dari PANi, dan .
Selain itu, dilakukan analisis dengan SEM (Scanning Electron Microscope)
untuk membandingkan hasil diatas.
Seperti yang ditunjukkan dari gambar 2, lebih jelas terlihat permukaan
nanokomposit GO / PANi. Hasil ini konsisten dengan informasi dari gambar
TEM yang diperoleh. Hasilnya masih menunjukkan bahwa sebagian besar
permukaan GO dilapisi dengan lapisan tipis dan halus polianilin, dan beberapa
daerah permukaan dari lembaran GO terdapat endapan kawat nano polianilin.
Kemudian dilakukan uji FTIR dan UV-Vis dari nanokomposit GO/PANi.
23
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Gambar 3 menunjukkan bahwa beberapa karakteristik pita utama polianilin
jelas teramati pada nanokomposit GO / PANi. Seperti, pita di 3233, 3406, 3475
cm-1 yang dikaitkan dengan peregangan N-H di cincin quinoid dari dasar
emeraldine dan emeraldine salt , 1591, 1604 cm-1 yang dikaitkan dengan
peregangan C = C di cincin quinoid basis emeraldine dan garam emeraldine,
1303, 1315 cm-1 yang dikaitkan dengan peregangan masing-masing C-N C = N.
Hasil ini menggambarkan bahwa produk yang dihasilkan mengandung
polianilin.
Gambar 4 menunjukkan bahwa terdapat dua puncak dalam 432, 760 nm dalam
spektrum UV-Vis di nanokomposit GO / PANi, mirip dengan PANi. Ini juga
menggambarkan bahwa dihasilkan produk yang terdapat polianilin.
Sejauh ini, untuk nanokomposit GO / PANi, sebagian besar penelitian telah
difokuskan pada aplikasi di baterai lithium ion dengan energi tinggi,
superkapasiotr, dll. Namun, ada sedikit referensi di sensor kimia, meskipun
beberapa laporan tentang sensor kimia dan biosensor telah dilaporkan.
Untuk membuktikan kesensitifan sensor gas yang telah dimodifikasi dengan
nanokomposit GO/PANi dilakukan beberapa pengujian terhadap beberapa
macam gas kimia.
24
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Gambar 5.7
Gambar 5.7menunjukkan bahwa nanokomposit GO / PANi menunjukkan
respon yang baik untuk beberapa gas organik yang menunjukkan kepekaan
yang berbeda untuk gas yang berbeda pada kondisi pengujian yang sama. Oleh
karena itu,nanokomposit GO / PANi akan memiliki banyak aplikasi potensial
penting dalam sensor kimia atau biosensor, yang pantas untuk penelitian lebih
lanjut dalam rincian, khususnya peningkatan sensitivitas mereka, selektivitas,
dan teknologi pengolahan dengan beberapa pendekatan yang lebih sederhana.
2.3. kesimpulan
Singkatnya, GO disiapkan dengan menggunakan metode oksidasi kimia pada
suhu kamar, dan Komposit GO / PANi diperoleh dengan polimerisasi in-situ
anilin dengan suspense GO. Dilakukan uji karakterisasi menggunakan TEM
(mikroskop elektron transmisi), SEM (mikroskop elektron), XRD (difraksi sinarX), Fourier-Transform Infrared (FTIR) spektrum, dan UV-Vis. Hasil ini
menunjukkan bahwa sebagian besar permukaan GO lembar ditutupi dengan
lapisan halus dan tipis polianilin, dan beberapa domain dari lembaran GO jelas
teramati. Untuk menguji permukaan dan sifat antarmuka GO / PANi
nanokomposit, prototipe sensor kimia dibuat berdasarkan nanokomposit GO /
PANi dan perangkat QCM. GO / PANi nanokomposit menunjukkan respon
yang baik untuk beberapa jenis gas organik. Oleh karena itu, nanocomposites
GO / PANi akan memiliki aplikasi potensial dalam sensor kimia, biosensor atau
perangkat nanoelektronik yang fleksibel.
25
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Daftar pustaka
Ansari, R.& Keivani, MB. 2006. Polyaniline conducting electroactive polymers:
thermal and Environmental Stability Studies. E-Journal of Chemistry. Vol. 3. No.
4.
Pages 202-217.
Bhullar, G.K. 2009. Synthesis and Characterization of Conducting Polymer
Polyaniline. Thesis. Thapar University. India.
Jing Zheng, dkk. 2011. Preparation, characterization, and its potential
applications of PANi/Graphene Oxide nanocomposite. SciVerse ScienceDirect.
China
26
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Glosarium
Absorbansi
bentuk interaksi gelombang cahaya dan atom atau molekulnya.
Delokalisasi
elektron-elektron yang berperan serta dalam lebih dari satu
ikat an secara serempak (simultan).
Deprotonasi
pelepasan proton (ion hidrogen) ke atom, molekul atau ion,
biasanya untuk menghasilkan kation
Dopan
sejumlah kecil bahan ditambahkan ke semikonduktor untuk
meningkatkan konduksi listrik.
Doping
proses yang bertujuan menambah ketidakmurnian (impuritya)
kepada semikonduktor sangat murni (juga disebut intrinsik) dalam rangka
mengubah sifat listriknya.
Ekuimolar
suatu bahan/material yang memiliki nilai molaritas yang sama
Elektrofil
reagen yang tertarik pada elektron.
Energy gap
kumpulan garis pada tingkat energi yang sama akan
saling berimpit.
hidrokarbon senyawa yang terdiri dari unsur atom karbon (C) dan
atom hidrogen (H).
Oligomer
mengandung sejumlah kecil unit monomer
polimer
rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat
yang berupa molekul identik yang disebut monomer
Polimerisasi
proses bereaksi molekul monomer bersama dalam reaksi kimia
untuk membentuk tiga dimensi jaringan atau rantai polimer.
Protonasi
penambahan proton (ion hidrogen) ke atom, molekul atau ion,
biasanya untuk menghasilkan kation
Sintesis
suatu integrasi dari dua atau lebih elem yang ada yang
menghasilkan suatu hasil baru
Sonikasi
metode ekstraksi suatu material dengan cara memberikan suatu
gelombang ultrasonic
suspensi
campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan
dalam zat cair tersebut.
27
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Transmitansi fraksi antara intensitas radiasi masuk terhadap intensitas yang
keluar dari material dengan ketebalan tertentu
28
JURUSAN FISIKA – UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Indeks
29