Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2019, Derwaze
…
3 pages
1 file
Wendelmoet Hamelink. The Sung Home: Narrative, Morality and the Kurdish Nation. Leiden: Brill, 2016. (Review in Kurdish)
Jurisprudence ontologically is a knowledges whose the object is a norms, a set of values that covered our life at public sphere. Its, however, invisible but probably perceived. It's the teneth of the book as being reviewed onto viewing to the essence of law. The development of law recently places the legal norms by promulgating, expressed to a scratch symbols: written and formulated on paper. However, it's not a words on papers that is meant by a norms; the intrinsic one that we can grasp by reading it vice versa. In the academic field, some of us confused its paradigm and it research approach, and conversely adopted social science approach. It's biased. It's not to say that a social science method is wrong, rather it's wrong being adopted by jurist and legal scholars to solve legal issues. These are the message of the book. Although both of diciplines share the same object materia, called law, meanwhile object forma was distinguishes onto view and treat the former is. Regardless of the interesting stuff was oferred, the explanation leaves an open shore to put the critism. The book deserves to review because it is "one in a million" among a books sirculated in Indonesia that discussed on the same topics. It work papers purposely, firstly, to make esier to every single one who desire to read the book directly and, secondly, as a medium to convey a notes critically to the book as subjectively perspective.
Kehidupan Ibn Khaldun lebih mudah dibagi menjadi tiga babak. Pertama, masa kecilnya dan pendidikannya, berlangsung selama 20 tahun. Babak kedua, kira-kira selama 23 tahun, merupakan masa kelanjutan belajarnnya dan aktivitasnnya diranah politik. Babak ketiga, selama 31 tahun terakhirnnya, ia bekerja sebagai seorang ilmuwan, guru, dan hakim. Ia menjalani dua babak pertama di Maghribi dan babak ketigannya di antara Maghribi dan Mesir. Ibn Khakdun menulis sejak akil balig, ia terus belajar secara tekun dan menimba ilmu dan kebajikan dari lingkungan ilmuwan di sekitarnnya hingga terjadi wabah sampar pada 748 H/1348 M yang membunuh kebanyakan gurunya serta kedua orang tuannya. Kesempatan pertama Ibn Khaldun yaitu Ibnu Tafragin menunjuk Ibn Khaldun untuk menjabat sebagai semacam secretariat, yang bertugas menulis ungkapan “puji syukur kepada Tuhan” di antara basmalah serta menulis naskah dokumen resmi. Kesempatan kedua Ibn Khaldun diangkat lagi sebagai penasehat ilmiha, dan dikemudian hari ditunjuk untuk menduduki jabatan-jabatan lain. Tapi hal ini tidak membuat Ibn Khaldun senang karena itu bukan merupakan cita-cita yang dinginkan oleh leluhurnnya, akan tetapi ia senang karena sering bertemu dengan ilmuwan-ilmuwan Maghribi dan Andalusia yang berkunjung ke istana.
METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra, 2016
Identitas Novel Judul : Sekuntum Ruh dalam Merah: Kisah tentang Ruh yang Selalu Tidak PuasPengarang : Naning PranotoPenerbit : Diva PressCetakan : Ke-2Tahun terbit : 2012Jumlah halaman: x + 378
Intisari: Artikel ini bercerita tentang bagaimana tradisi berburu kepala yang dipraktikkan oleh masyarakat di Pulau Sumba, baik di Sumba bagian barat (Kodi, Weyewa, Laura, Mamboru, Ratenggaro, Lamboya, Wanukaka, Anakalang dan lain-lain) maupun Sumba bagian timur (Sabu dan Kambera) sebelum Belanda menguasai pulau ini secara keseluruhan. Praktik ini terjadi antara desa-desa yang saling bermusuhan, baik karena persoalan dendam, memperluas wilayah, merampas ternak dan mencari budak untuk diperdagangkan. Mereka meletakkan kepala musuh di atas katoda atau pohon tengkorak yang ada di desa sebagai tanda kemenangan. Meskipun sama-sama mempraktikkan tradisi berburu kepala, tetapi ada perbedaan mendasar antara masyarakat Sumba Barat dan Timur, baik dalam cara pandang, karakter, tradisi, bahasa, perekonomian, ritual, struktur pemerintahan adat, serta tata aturan dalam berburu kepala. Masyarakat Sumba Timur cenderung feudal dengan stratifikasi sosial yang kaku, dipimpin oleh sekelompok kecil bangsawan secara turun-temurun. Kehidupan sosial berpusat pada rumah besar bangsawan dan budak-budak yang mereka miliki, populasi penduduk relatif jarang, beternak dan pertanian ladang menjadi budaya tani yang sangat melekat. Sementara Sumba Barat cenderung kompetitif dan berorientasi pada pencapaian, perubahan kondisi sosial ekonomi yang dinamis, populasi penduduk lebih padat, pertanian didominasi oleh sawah dan ladang menetap, dan hampir semua penduduk memiliki hewan ternak. Masyarakat Sumba Timur melihat bahwa tradisi berburu kepala dahulu didasari oleh ideologi peleburan (encompasasment), dimana perburuan kepala dilakukan sebagai bukti penundukan wilayah dan penyerapan satu wilayah oleh wilayah lain (control over territory) dan pohon tengkorak (katoda) menjadi lambang kemenangan para bangsawan. Bagi mereka praktik berburu kepala saat ini tak lebih dari sekedar sejarah, yakni tradisi
2019
Book Review ini ditulis untuk memenuhi tugas kuliah di jurusan Filsafat Agama, UIN Alauddin Makassar, 2019.
Universitas Pelita Harapan Surabaya, 2013
Buku karya R.C. Sproul ini terbagi atas 2 bagian, dimana Bagian Pertama yang terdiri atas Bab 1 -Bab 5 berisikan tentang "Penderitaan dan Kematian" sedangkan bagian lainnya (Bab 6 -Bab 9) berisikan tentang "Kehidupan Setelah Kematian". Di akhir buku setebal 152 halaman ini juga terdapat rangkuman serta lampiran dari buku ini. Penulis memulai karyanya dengan suatu pertanyaan yang menarik, "Bagaimana mungkin kita memikirkan kematian sebagai suatu panggilan?" Semua manusia memiliki panggilannya yang berbeda-beda satu sama lain sesuai dengan kewajiban dan tugas yang diberikan Allah pada kita dalam kehidupan ini. Tapi kita semua merasakan panggilan yang sama terhadap kematian yakni panggilan yang kita sebut sebagai panggilan terakhir. Beberapa orang beranggapan bahwa adanya peristiwa kematian merupakan hasil dari suatu ungkapan kemenangan setan terhadap kekuasaan Allah. Namun ideologi ini merupakan suatu kesalahan yang besar, selanjutnya penulis mengklarifikasikan ideologi tersebut dengan mengungkapkan bahwa keberadaan setan memang ada namun yang perlu digarisbawahi adalah setan tidaklah berdaulat sehingga setan tidak memegang kunci kematian oleh sebab itu yang menentukan kematian seseorang bukanlah setan melainkan Yesus yang memiliki kedaulatan yang kekal.
Hamdani
Konfrontasi Munira dari ‘Labirin’ Halmahera: Membaca Antologi Puisi WDG
Review Anak Jajahan Belanda
The publication of a book by Peter Boomgard that was lifted from a doctoral dissertation at Vrije Universiteit, Amsterdam in 1989 contributed new knowledge about the socio-economic history and demographics of the Indonesian population, especially Java in the 19th century for a period of 85 years. Specifically in this dissertation, authoritative sources obtained Boomgard conducted his research directly in Indonesia with the help of other scientists such as Peter Carey, Louis Fresco and so on. Boomgard also conducted his research directly through the National Archives and Library as well as books or data that had discussed the demographics of the previous Javanese population. The original title of this dissertation is Children of the Colonial State: Population Growth and Economic Development in Java, 1795-1880.
1917 La Revolución rusa cien años después Juan Andrade Blanco, 2017
ARS DOCENDI 2016, 2016
Vivir en tiempos del Cid, 2020
Salus Journal: A Journal for Law Enforcement, National Security, & Emergency Management, 2019
Labirintos Críticos de Eduardo Lourenço, 2023
English Language and Literature
International Journal of Civil Engineering and Technology (IJCIET), 2018
Reproductive Health Matters, 2018
Revista Complutense de Educación, 2008
Proceedings of the ACM SIGOPS 22nd symposium on Operating systems principles, 2009
Revue d'anthropologie des connaissances, 2017
Graham Edwin Wilkins, 2025