Academia.eduAcademia.edu

Outline

MANAJEMEN SARANA PRASARANA

Abstract

Manajemen Sarana Prasarana Secara sederhana dalam Jaja Jahari, sarana didefiniskan sebagai perangkat, peralatan, bahan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan seperti gedung, bangku, kursi, papan tulis maupun alat lainya. Sedangkan prasarana didefiniskan sebagai perangkat, peralatan, bahan, perabot yang secara tidak langsung digunakan dalam proses pendidikan seperti lapang sepak bola, taman bunga, pagar dan lain sebagainya. Keberadaan sarana pendidikan mutlak dibutuhkan dalam proses pendidikan, sehingga termasuk dalam komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proses pendidikan. Tampa sarana pendidikan, peoses pendidikan akan mengalami kesulitan yang sangat serius, bahkan bisa menggagalkan pendidikan. Suatu kejadian yang mesti dihindari oleh semua pihak yang terlibat dalam pendidikan. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam proses belajar-mengajar, seperti gedung, ruang kelas, mejad kursi dan sebagainya seperti yang diterangkan pada penjelasan awal tadi. Manajemen sarana prasarana pendidikan bertugas mengatur serta menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi pada proses pendidikan agar dapat memeberikan kontribusi pada proses pendidikan secara optimal dan berarti. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, penghapusan, serta penataan. Sarana dan prasarana pendidikan dalam lembaga pendidikan Islam sebaiknya dikelola dengan sebaik mungkin sesuai dengan ketentuanketentuan berikut ini. 1. Lengkap, siap dipakai setiap saat, kuat dan awet.

MANAJEMEN SARANA PRASARANA Oleh: Muhamad Zaril Gapari, M.Pd. Makul : Manajemen Pendidikan Islam Semester : IV A. Definisi Manajemen Sarana Prasarana Secara sederhana dalam Jaja Jahari, sarana didefiniskan sebagai perangkat, peralatan, bahan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan seperti gedung, bangku, kursi, papan tulis maupun alat lainya. Sedangkan prasarana didefiniskan sebagai perangkat, peralatan, bahan, perabot yang secara tidak langsung digunakan dalam proses pendidikan seperti lapang sepak bola, taman bunga, pagar dan lain sebagainya. Keberadaan sarana pendidikan mutlak dibutuhkan dalam proses pendidikan, sehingga termasuk dalam komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proses pendidikan. Tampa sarana pendidikan, peoses pendidikan akan mengalami kesulitan yang sangat serius, bahkan bisa menggagalkan pendidikan. Suatu kejadian yang mesti dihindari oleh semua pihak yang terlibat dalam pendidikan. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam proses belajar-mengajar, seperti gedung, ruang kelas, mejad kursi dan sebagainya seperti yang diterangkan pada penjelasan awal tadi. Manajemen sarana prasarana pendidikan bertugas mengatur serta menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi pada proses pendidikan agar dapat memeberikan kontribusi pada proses pendidikan secara optimal dan berarti. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, penghapusan, serta penataan. Sarana dan prasarana pendidikan dalam lembaga pendidikan Islam sebaiknya dikelola dengan sebaik mungkin sesuai dengan ketentuanketentuan berikut ini. 1. Lengkap, siap dipakai setiap saat, kuat dan awet. 2. Rapi, indah, bersih, anggun, dan asri sehingga menyejukan pandangan dan perasaan siapapun yang memasuki kompleks lembaga pendidikan Islam. 3. Kreatif, inovatif, responsif, dan variatif sehingga dapat merangsang timbulnya imajinasi peserta didik. 4. Memiliki jangkauan waktu penggunaan yang Panjang melalui perencanaan yang matang untuk menghindari kecenderungan bongkar-pasang bangunan. 5. Memiliki tempat khusus untuk beribadah maupun pelaksanaan egiatan sosio-religius seperti mushala atau masjid. Keputusan penerapan ketentuan-ketentuan di atas akan berbeda sesuai dengan perbedaan jenjang pendidikan. Misalnya, pelaksanaan ketentuan harus kreatif, inovatif responsij dan variatif akan berbeda antara lembaga madrasah ibtidaiyah dengan madrasah aliyah. Penataan pada madrasah ibtidaiyah saja bisa berbeda beda antara semua kelas. Ada yang seluruh meja di depan papan tulis seperti yang terjadi selama ini, ada kelas yang penataan mejanya berbentuk oval, separuh oval, beberapa meja bulat, dan sebagainya. Akan tetapi, untuk madrasah aliyah tidak perlu sevariatif itu. Penataan lingkungan dalam kompleks lembaga pendidikan Islam seharusnya rapi, indah, bersih, anggun, dan asri. Keadaan ini setidaknya menjadikan peserta didik merasa betah berada di lembaga pendidikan, baik sewaktu proses pembelajaran berlangsung di kela waktu istirahat, maupun ketika sekedar berkunjung ke sekolah. Bahkan, tamu-tamu dari luar juga diharapkan merasakan hal yang sama. Kenyataan di lapangan menunjukkan kebanyakan lembaga pendidikan Islam kurang memerhatikan kerapian, kebersihan, keindahan, keanggunan, dan keasrian, terutama di lingkungan pesantren. Namun, ada pula sejumlah kecil pesantren seperti Pesantren An-Nur, Bululawang, Malang yang telah dapat mengelola lingkungan kompleks pesantren dengan sangat baik. Taman-tamamya ditata apik, dilengkapi dengan semacam kebun binatang mini. Nabi pernah bersabda: Sesungguhnya Allah itu Indah, Dia menyukai keindahan. Gedung-gedung yang dibangun harus melalui perencanaan yang matang sehingga minimal dapat digunakan dalam waktu 25 tahun. Gedung harus kuat, awet, dan posisinya tepat sehingga tidak sampai dibongkar kemudian didirikan gedung baru di tempat yang sama dalam waktu yang relatif cepat, karena hal itu adalah pemborosan. Sebaiknya, gedung itu dibangun bertingkat yang berarti menghemat tanah serta terkesan kokoh. Bentuk gedung pun sebaiknya juga indah dan memiliki gaya arsitektur yang khas sehingga membuat orang yang memandang merasa tertarik. Di samping itu, suatu keharusan juga untuk membangun masjid atau setidaknya mushala. Bangunan ibadah tersebut bukan sekadar simbol lembaga pendidikan Islam, tetapi memang merupakan kebutuhan riil untuk beribadah ketika pegawai dan peserta didik berada di sekolah. Masjid atau mushala itu juga bisa dimanfaatkan sebagai laboratorium ibadah. Misalnya cara berwudhu atau praktik shalat yang benar, keduanya bisa dilaksanakan di tempat tersebut. Lebih dari itu, masjid atau mushala diupayakan ikut mewarnai perilaku Islami warga sekolah sehari-harinya, yaitu dengan mengoptimalkan kegiatan keagamaan maupun kegiatan ilmiah yang ditempatkan di masjid atau mushala. Pada dasarnya, yang terpenting bagi bangunan fisik bukanlah kemegahamya, tetapi optimalisasi fungsinya. Bafadal menyatakan bahwa penampilan fisik sekolah yang mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan tidak mengutamakan penampilan yang megah, tetapi lebih mengutamakan keberfungsian fisik sekolah tersebut. Hanya saja, jika bangunan fisik itu dapat difungsikan secara maksimal dan kondisi bangunamya juga megah tentu akan lebih baik lagi dan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Dalam pengadaan alat-alat dan media pengajaran seharusnya yang dibeli adalah alat- alat dan media pengajaran yang berkualitas tinggi meskipun harganya cukup mahal. Sebab, alat dan media tersebut bisa dua kali atau tiga kali lipat lebih awet dibanding alat-alat dan media pengajaran yang berkualitas rendah. Jadi, jika dikalkulasikan sebenarnya peralatan yang bermutu tinggi lebih efisien dan efektif daripada peralatan yang berkualitas rendah. Hanya saja problemnya, ketika membeli peralatan yang bermutu tersebut kondisi keuangan lembaga kadang tidak mencukupi sehingga perlu clicarikan tambahan uang. Bagi lembaga pendidikan Islam yang memiliki areal tanah yang uas tentunya akan memberi keuntungan tersendiri. Lembaga tersebut bisa mengondisikan Jingkungan di dalam kompleksnya secara leluasa untuk halaman, taman, kebun, maupun jalan raya. Adanya bangunan yang bertingkat akan makin serasi dipandang jika halamamya luas. Keadaan ini bisa diperindah jika dibangun taman-taman di sekitar lembaga pendidikan Islam tersebut. Kebun bisa dipakai untuk menanam aneka tanaman percobaan untuk praktik pelajaran biologi. Di samping itu, juga perlu disediakan bahan dari sebagian kebun itu untuk pengadaan apotek hidup. Selanjutnya, jalan menuju sekolah bila diperlebar supaya bisa menambah kesan positif. Lahan yang luas itu perlu juga dimanfaatkan untuk pembangunan zona olahraga. Segala jenis olahraga di sekolah dipusatkan di tempat tersebut: ada lapangan sepakbola, bola voli, tenis lapangan, tenis meja, bola basket, wall climbing, catur, sepak takraw, kolam renang, dan sebagainya sehingga tersedia banyak pilihan. Penataan sarana dan prasarana seperti yang diharapkan tersebut jarang sekali terjadi dalam lembaga pendidikan Islam, apalagi merawat budaya penataan ini. Budaya di kalangan umał Islam memang kurang menguntungkan untuk program perawatan tersebut sebab mereka masih lebih bersemangat mewujudkan sesuatu daripada merawatnya, apalagi mengembangkamya. Hal ini membutuhkan perhatian juga bagi manajer lembaga pendidikan Islam untuk mentradisikan perawatan tersebut di dałam lembaga yang dipimpimya. Program perawatan ini bisa disebut program perawatan preventif yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakaiy menurunkan biaya perbaikan, dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan prasarana sekolah, melestarikan kerapian dan keindahan, serta menghindarkan dari kehilangan atau setidaknya meminimalisasi kehilangan. Program perawatan ini dapat ditempuh melalui langkah-langkah berikut ini. 1. Membentuk tim pelaksana perawatan preventif di sekolah. 2. Membuat daftar sarana dan prasarana, termasuk seluruh perawatan yang ada di sekolah. 3. Menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap perawatan dan fasilitas sekolah. 4. Menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian di sekolah. 5. Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dałam rangka meningkatkan kesadaran dałam merawat sarana dan prasarana sekolah. Adapun program perawatan preventif di sekolah tersebut dapat dilaksanakan dengan cara berikut ini. 1. Memberikan arahan kepada tim pelaksana perawatan preventif dan mengkaji ulang program yang telah dilaksanakan secara teratur. 2. Mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana prasarana, untuk mengevaluasi aktivitas pelaksanaamya berdasarkan jadwal yang telah dilaksanakan. 3. Menyebarkan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah terutama guru dan siswa. 4. Membuat progranl lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah. Demikianlah, paparan tentang sarana dan prasarana, terutama yang difungsikan menjadi sarana sebagai komponen dasar dalam proses pendidikan melengkapi komponen personalia, kesiswaan, kurikulum, dan keuangan. Sarana dan prasarana tersebut ternyata memiliki kedudukan yang penting dalam manajemen pendidikan Islam. Para siswa/mahasiswz santri, guru/ustadz, tamu-tamu yang hadir, orantua wali bisa tertarik pada suatu lembaga pendidikan Islam, jika ada pesona tertentu yang direfleksikan dari pengaturan sarana dan prasarana yang serba rapi, bersih, indah, anggun, dan asri. Bagaimanapun sekolah/madrasah/pesantren yang memiliki sarana lengkap, rapi, dan bersih kemudian ditunjang oleh penataan prasarana yang indah, anggun, dan asri akan memiliki pengaruh yang positif sehingga mereka tertarik, dan betah berada di dalam kompleks lembaga tersebut. Keadaan ini di samping sebagai bagian dari urusan kelengkapan, juga yang tidak kalah penting termasuk urusan estetika atau keindahan yang melibatkan aspek perasaan seseorang untuk menilai dan merasakamya. Terkadang aspek perasaan ini sulit sekali dijelaskan, meskipun mudah dirasakan dan dihayati. Oleh karena itu, sarana dan prasarana pendidikan Islam seharusnya diupayakan semaksimal mungkin agar lembaga pendidikan Islam memiliki daya tarik yang khas. Jika terjadi demikian, maka posisi tawar lembaga tersebut terhadap masyarakat sekitar sangatlah tinggi. Hal ini sangat mungkin terjadi jika sarana prasarana ini mendapat perhatian besar dari manajer pendidikan Islam mulai dari tahap perencanaan hingga perawatan. B. Mendambah Madrasah Bersih dan Indah Judul ini penulis kutip dalam Jejen Musfah yang mana menemukan kenyataan pahit tentang kondisi madrasah yang kumuh dan kotor. Sampah berserakan tak sedap dipandang, air menggenang di toilet, dan jalanan becek saat hujan. Jangan membayangkan hal indah dan hijau lingkungan madrasah. Jika faktanya seperti ini, bukan berarti pimpinan dan guru madrasah tidak paham tentang ajaran agama tentang kebersihan dan kesehatan. Apa sebenarnya yang terjadi dengan pimpinan madrasah? Islam mengajarkan bersih dan indah melalui wudhu, shalat, puasa, zakat, dan sedekah. Pesan ini mengajarkan madrasah tampil terdepan dalam hal kebersihan, hijau, dan indah. Tak perlu penegasan melalui instrumen akreditasi dan lain sebagainya, seperti khotbat Jumat dan upacara bendera, karena kebersihan merupakan kebutuhan dasar manusia yang dampaknya langsung terasa. Dalam fisik yang sehat terdapat akal yang sehat. Dampak lingkungan madrasah kotor yaitu belajar mengajar tidak nyaman, timbulnya ragam penyakit, lingkungan tidak indah dipandang dan tidak nyaman, dan mengurangi daya tarik orangtua kemadrasahkan atau memondokkan anak-anaknya. Kesan masyarakat umum bahwa madrasah itu kotor dan kumuh tidak salah. Memang demikian kenyataamya. Sudah saatnya madrasah berubah. Ragam langkah pemecahan masalah harus segera dicanangkan, dengan kepala madrasah sebagai penggerak dan pengontrolnya. Kepala madrasah orang pertama yang bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan madrasah. Guru, staf, dan siswa sangat tergantung kepada kepemimpinan kepala madrasah. Mereka semua bisa digerakkan untuk menciptakan madrasah yang nyaman. Pertama, mulaimya dari visi; cita-cita komunitas madrasah tidak akan bisa bersih, hijau, dan indah. Jika banyak madrasah yang sudah menulis visi seperti ini namun madrasahnya tetap kotor, maka ada yang salah dengan pengelolaan madrasah. Kedua, laksanakan program terkait, penghijauan, dan kełndahan madrasah. Inilah misi madrasah. Ragam kegiatan bisa muncul seperti Jumat bersih, penanaman serratus pohon, dan piket seharian di kelas dan lingkungan madrasah yang melibatkan semua komponen madrasah. Kepala sekolah terjun langsung kedalam kegiatan-kegiatan madrasah bersih, dan memastikan semua kegiatan berjalan sesuai dengan rencana. Ketiga, kegiatan tersebut harus menjadi budaya bersih madrasah, bahwa siapa pun dan kapan pun di madrasah sadar berperilaku bersih, tanpa paksaan. Suatu budaya diawali dengan kerja keras dan paksaat dari atasan. Perlu teladan dari pimpinan, guru dan staf madrasah. Menjadikan madrasah bersih tidak sulit jika ada kemauan. Awalnya mungkin akan terasa berat dan sulit, namun seiring waktu berjalan, kebersihan akan menajadi budaya madrasah. Keempat, budaya bersih tegak jika kepala madrasah menjadi penggerak utama dan pengawas. Agar sampai tujuan, seperti mobil, harus ada sopirnya. Kepala madrasah berperan sebagai pelaku sekaligus teladan bagi komunitas madrasah dalam hal kebersihan, sehingga yang laimya meniru. Dia juga sebagai pengontrol yang mengingatkan komunitas saat ditemukan penurunan komitmen. Harus ada yang mengingatkan komunitas madrasah saat mereka mulai abai pentingnya budaya bersih. Kelima, sediakan tempat sampah di setiap ruang kelas, ruang guru, ruang kepala madrasah, ruang staf, dan lain sebagainya. Tempat akhir pembuangan sampah harus jauh dari lokasi madrasah. Sediakan lahan untuk taman madrasah. Tanami madrasah dengan pohon- pohon rindang agar udara sejuk dan tidak terlalu panas karena sinar matahari. Madrasah bukan hanya tempat belajar siswa, tetapi juga tempat siswa bermain dari pagi hingga sore. Agar siswa merasa nyaman belajar dan bermain, maka madrasah harus bersih dan nyaman. Toilet harus bersih. Air bersih tersedia dengan baik. Akan sia-sia guru mengajar akhlak kepada siswa jika madrasahnya kotor dan tidak nyaman. Sebab, lain yang diucapkan dengan kenyataan di madrasah. Sebaik nya, mereka akan mengganggap guru sebagai orang yang tidak bisa dipercaya. Saatnya wajah madrasah berubah. Masalah besar madrasah yaitu soal kebersihan dan keindahan serta kesehatan. Ini bukan soal biaya, tetapi soal cara pandang kepala madrasah tentang apa yang harusnya utama dalam mengelola madrasah. Kebersihan dan keindahan ma sah tidak terkait dengan uang puluhan juta, tetapi pola pikir kepala madrasah. Jangan pernah menganggap toilet itu perkara kecil. Orang tua terdidik akan melihat kondisi toilet sebagai barometer memasukan anaknya ke madrasah. Mungkin saja keberhasilan madrasah dimulai dari sebab toiletnya yang bersih. Siswa banyak, orangtua rela membayar SPP, dan kepercayaan masyarakat meningkat, maka madras berkembang maju tahap demi tahap. Daftar Pustaka : E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, : Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002). Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003). Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah:Teori, Strategi dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2013). Jejeng Musfah, Manajemen Pendidikan: Teori, Kebijakan, dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2015). T. Pido, Siti Aisah, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Cendekia, 2018). Tugas & Catatan : 1. Berikan kesimpulan tentang tulisan ini, 2. Kesimpulan maksimal 2 lembar, 3. Ukuran kertas 4.4.3.3, spasi 1,5 4. Deadline, dikirim hari ini dari jam 15.00-20.00 wita. 5. Dikirim melalui e-mail, ke zarilgapari9@gmail.com 6. Absensi hanya mengirim pesan suara singkat dengan menyebutkan namanya saja melalui WA group, dari jam 14.10-15.00 wita. 7. Sebelum jam ditentukan tidak boleh mengirim absen & tugas, dan melewati batas yang ditentukan sudah saya anggap tidak mengirim absen & tugas. -----) Selamat Bekerja (----