Dr. Halim Purnomo, M.Pd.I.
Psikologi Peserta Didik
Penerbit K-Media
Yogyakarta, 2020
PSIKOLOGI PESERTA DIDIK
vi + 172 hlm.; 14 x 20 cm
ISBN: 978-602-451-859-2
Penulis
: Halim Purnomo
Tata Letak
: Uki
Desain Sampul : Nur Huda A.
Cetakan
: Juli 2020
Copyright © 2020 by Penerbit K-Media
All rights reserved
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002.
Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh
isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektris mau pun
mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem
penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Penerbit K-Media
Anggota IKAPI No.106/DIY/2018
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
e-mail: kmedia.cv@gmail.com
ii
KATA PENGANTAR
Sebagai seorang pendidik mutlak memiliki tugas, peran
dan fungsi yang sangat berat. Karena subyek yang
dihadapinya adalah para siswa memiliki karakteristik yang
heterogen mulai dari kebiasaan, social, budaya dan lian-lain.
Oleh karena itu, idealnya para pendidik memiliki pengetahuan
dan kemampuan daya analisa perilaku siswa yang memiliki
berbagai keunikan.
Buku referensi ini secara sengaja didesain menyajikan
konsep-konsep dasar memahami perilaku, pertumbuhan dan
perkembangan siswa dalam konteks pendidikan dan
pengajaran. Kajian ini penulis golongkan pada pembahasan
psikologi perkembangan peserta didik sebagai suatu kajian
ilmu semoga dapat menjadi panduan para pendidik
mengemban tugas mulianya. Selanjutnya sebagai sebuah
referensi, penulis berharap buku ini dapat memberi angin
segar dan jendela informatif khususnya pada pengetahuan
tentang memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Materi buku ini secara sengaja disusun dengan bahasa yang
mudah dipahami bagi seluruh academic background pembaca.
Harapan penulis, melalui buku ini dapat menambah
kajian dan khazanah pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik di tengah ragam sumber maupun rujukan yang
menawarkan berbagai konten kajian. Selanjutnya dalam
rangka penyempurnaan buku ini pada edisi berikutnya, segala
kritikan dan masukan yang membangun sangat penulis
harapkan dan bisa dikirim ke halim_purnomo@yahoo.co.id.
Yogyakarta, 11 Juli 2020
Halim Purnomo
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................... iv
BAB I
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Psikologi Perkembangan ......................................... 1
Pengertian Psikologi .................................................. 1
Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan .................. 4
Prinsip-Prinsip Perkembangan ................................... 7
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan .......................................................... 12
Pengertian Psikologi Perkembangan Peserta
Didik ........................................................................ 24
Teori Perkembangan Peserta Didik .......................... 26
Tujuan Psikologi Perkembangan Peserta Didik ....... 29
Manfaat Psikologi Perkembangan Peserta Didik...... 30
Peserta Didik Dari Masa Ke Masa ........................... 31
Prinsip-Prinsip Perkembangan Peserta Didik ........... 34
Aliran-Aliran Perkembangan Peserta Didik ............. 39
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Fase Perkembangan Peserta Didik ....................... 41
Fase-Fase Perkembangan ......................................... 41
Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan ....... 55
Karakteristik Anak Sekolah Dasar ........................... 57
Masa Remaja............................................................ 61
Tahap Perkembangan Intelektual ............................. 71
Tahap Operasional Konkrit ...................................... 73
Tahap Operasional Formal ....................................... 74
BAB III
A.
B.
C.
D.
Kebutuhan Peserta Didik ...................................... 75
Konsep Kebutuhan Peserta Didik............................. 75
Kebutuhan peserta didik secara khusus .................... 77
Kebutuhan psikologis peserta didik ......................... 80
Teori Kebutuhan Peserta Didik ................................ 85
A.
B.
C.
D.
E.
BAB II
iv
BAB IV
Perkembangan Fisik .............................................. 87
A. Aspek Perkembangan Fisik Anak Prasekolah .......... 87
B. Perkembangan Fisik Anak Sekolah .......................... 90
BAB V
Perkembangan Kognitif......................................... 97
A. Orientasi Perkembangan Kognitif ............................ 97
B. Proses Perkembangan Kognitif ................................ 99
C. Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta
Didik ...................................................................... 104
D. Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik ..... 108
BAB VI
Perkembangan Motorik....................................... 109
A. Orientasi Perkembangan Motorik .......................... 109
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Motorik .......................................... 111
C. Prinsip-Prinsip Perkembangan Motorik ................. 113
D. Perkembangan Motorik Kasar ................................ 114
E. Perkembangan Motorik Halus ................................ 116
BAB VII
A.
B.
C.
D.
Konsep Diri........................................................... 118
Orientasi Konsep Diri ............................................ 118
Proses Pembentukan Konsep Diri .......................... 123
Konsep Diri Positif dan Negatif ............................. 126
Peranan Konsep Diri .............................................. 129
BAB VIII
A.
B.
C.
D.
Perkembangan Sosial ........................................... 131
Orientasi Perkembangan Sosial .............................. 131
Karakteristik Teori Perkembangan Sosial .............. 138
Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial ..................... 139
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial ............................................. 142
E. Implikasi Perkembangan Sosial terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan.................................. 145
BAB IX
Intelegensi ............................................................. 148
A. Orientasi Intelegensi .............................................. 148
B. Jenis-Jenis Intelegensi ............................................ 150
v
BAB X
Tokoh-Tokoh Perkembangan Anak ................... 161
A. Erikson (Perkembangan Psikososial) ..................... 161
B. Kohlberg (Perkembangan Moral) ........................... 163
C. Hurlock (Perkembangan Emosi) ............................ 164
BAB XI
Kesimpulan ........................................................... 165
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 166
BIODATA PENULIS ............................................................... 168
vi
BAB I
Psikologi Perkembangan
A.
Pengertian Psikologi
Psikologi dalam arti etimologi/bahasa berasal dari kata
“Psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup dan “logos”
yang berarti ilmu. Istilah psikologi dari arti tersebut
merupakan pengetahuan atau ilmu yang mempelajari tentang
jiwa. Obyek yang diamati dan dikaji dalam psikologi adalah
manivestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku
individu dalam berinteraksi. Berdasarkan obyeknya, psikologi
dapat diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Teori-teori dan hasil riset psikologi telah diaplikasikan
secara luas dalam berbagai lapangan kehidupan, seperti
ekonomi, kesehatan, pendidikan, proses pembelajaran,
industri, perdagangan, sosial-kemasyarakatan, politik, dan
bahkan agama. Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang
sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Kelebihan
dari ilmu ini mampu menyentuh hampir seluruh dimensi
kehidupan manusia mulai dari bangun tidur hingga akan tidur
kembali.
Psikologi perkembangan peserta didik jika akan dikaji,
idealnya harus berangkat terlebih dahulu dari psikologi
pendidikan. Karena psikologi pendidikan mengkaji perilaku
individu pada aktivitas pendidikan. Psikologi pendidikan
1
dapat diartikan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah
memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni:
1. Ontologis: obyek dari psikologi pendidikan merupakan
perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti
peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta
didik dan masyarakat pendidikan.
2. Epistemologis: teori-teori, konsep-konsep, prinsipprinsip dan dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan
berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi
longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara
pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
3. Aksiologis: manfaat dari psikologi pendidikan terutama
sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan
efektivitas proses pendidikan.
Psikologi Pendidikan menurut Purnomo (2019) dapat
diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara
khusus mengkaji perilaku individu (dalam hal ini adalah
siswa) dalam konteks pendidikan dalam rangka menemukan
berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi terkait
pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi dan
sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar.
Berdasarkan uraian pengertian ini dapat dipahami
bahwa psikologi perkembangan merupakan ilmu yang
mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya
beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan
2
psikologi perkembangan peserta didik merupakan bidang
kajian psikologi perkembangan yang secara khusus
mempelajari aspek-aspek perkembangan individu yang berada
pada tahap usia sekolah dasar dan sekolah menengah. Berikut
perbedaan pertumbuhan dan perkembangan dapat dijelaskan
sebagai berikut (Sunarto & Hartono, 2002):
Pertumbuhan
Pertumbuhan merujuk pada
perubahan khususnya fisik
Pertumbuhan merujuk pada
perubahan dalam ukuran
yang menghasilkan
pertumbuhan sel atau
peningkatan hubungan
antar sel
Pertumbuhna merujuk pada
perubahan kuantitatif
Pertumbuhan tidak
berlangsung seumur hidup
Pertumbuhan mungkin
membawa atau tidak
membawa perkembangan
Perkembangan
Perkembangan berkaitan
dengan organisme sebagai
keseluruhan
Perkembangan merujuk pada
kematangan struktur dan
fungsi
Pertumbuhan merujuk pada
perubahan kuantitatif dan
kualitatif
Perkembangan merupakan
proses yang berkelanjutan
Perkembangan mungkin
terjadi tanpa pertumbuhan
3
B.
Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan
Kehidupan anak terdiri dua proses yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependensi yaitu saling bergantungan satu sama lainnya.
Proses ini terjadi semenjak masa konsepsi atau saat
bertemunya dua sel telur dengan sperma pada suatu organisme
yang tumbuh dan selalu berkembang. Kedua sel tersebut
akhirnya membelah diri dan berdifferensiasi untuk
menghasilkan tulang-tulang, syaraf, otot, usus, otak dan
bagian-bagian tubuh lainnya. Setelah kurang lebih sembilan
bulan dalam kandungan ibu, organisme yang baru tumbuh
akhirnya menjadi bayi yang sempurna yang siap lahir ke
dunia dengan perangkat keterampilan hidup minimal, seperti
bernapas, bergerak, menangis, menyusu, dan lain-lain.
Setelah lahir dan berintekrasi dengan lingkungan
sekitarnya, ia selalu mengalami berbagai perubahan, baik
psikis dalam bentuk perilaku dan keterampilan ataupun
perubahan dalam bentuk fisik. Kedua proses tersebut saling
mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
namun kedua proses perubahan itu dapat dibedakan untuk
memperjelas pengertian atau penggunaannya. Pengertian
pertumbuhan dan perkembangan sama-sama mengarah pada
suatu perubahan.
Perbedaan pendapat para ahli dalam perumusan definisi
perkembangan dan pertumbuhan seperti seakan-akan
keduanya memiliki kesamaan arti dan ada ahli lain
menyatakan bahwa perkembangan digunakan untuk
menyatakan perubahan-perubahan dalam aspek psikis,
4
sedangkan pertumbuhan digunakan untuk perubahanperubahan dalam aspek fisik atau jasmaniah. Bjorklund
(2018) mengemukakan bahwa perkembangan menyangkut
perubahan :
1. Pertama, perubahan dalam arti perkembangan terutama
berakar pada unsur biologis. Misalnya seorang anak
yang berlatih menari menjadi terampil menari, anak
yang belajar menulis dan membaca menjadi terampil
menulis dan membaca, anak yang belajar berhitung
menjadi terampil berhitung atau anak yang belajar
menyanyi menjadi terampil dalam bernyanyi, dan lainlain.
2. Kedua, perkembangan mencakup perubahan baik
struktur maupun fungsi. Perubahan dalam struktur
biasanya menunjuk kepada perubahan fisik baik dalam
hal ukuran ataupun dalam hal bentuknya (seperti
perubahan lengan, kaki, otot, jaringan saraf, ataupun
bagian-bagian tubuh lainnya), sedangkan perubahan
fungsi lebih mengacu kepada perubahan aktivitas yang
secara intern yang terdapat dalam unsur fisik (seperti
kelenturan otot, keterampilan bergerak, kemampuan
berpikir, reaksi emosional, dan perubahan-perubahan
sejenis lainnya).
3. Ketiga, perubahan dalam arti perkembangan bersifat
terpola, teratur dan terorganisasi dan dapat diprediksi.
Ini berarti yang yang secara normal perkembangan
individu mengikuti pola-pola tertentu yang sudah
diketahui dan dapat diramalkan. Misalnya : seseorang
5
anak baru bisa duduk setelah bisa menelungkup, akan
merangkak setelah duduk, akan berjalan setelah
merangkak.
4. Keempat, perubahan dalam perkembangan bersifat unik
bagi setiap individu, dalam arti terjadinya variasi
individual dalam perkembangan anak setiap saat, yang
melibatkan berbagai unsur yang saling berpengaruh satu
sama lain.
5. Kelima, perubahan dalam arti perkembangan dapat
berlangsung sepanjang hayat, dimulai semenjak masa
konsepsi sampai meningal dunia, yang tidak terbatas
sampai masa remaja seseorang.
Beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa perkembangan itu dapat didefinisikan
sebagai perubahan organisme (individu) baik dalam
perubahan fisik maupun perubahan dalam psikis yang
mengacu pada bertambah kompleksitas yaitu perubahan dari
suatu yang sangat sederhana kepada suatu yang lebih rumit
dan rinci, yang semuanya berlangsung secara teratur dan
terorganisasi yang berlangsung sepanjang hayat dari individu.
Pertumbuhan (growth) dapat diartikan sebagai proses
perubahan dalam aspek jasmaniah, seperti bertambahnya
tinggi dan berat badan seseorang, berubahnya struktur tulang,
proporsi badan, semakin sempurnanya jaringan syaraf dan
lain-lain. Perubahan dalam pertumbuhan bersifat kuantitatif
yang mengacu pada perubahan fisik yang dialami individu
sebagai hasil dari proses pematangan dari fungsi-fungsi fisik
6
yang berlangsung secara normal bagi orang yang sehat dalam
periode waktu tertentu. Pertumbuhan jasmani dapat diteliti
dengan mengukur berat badan, panjang dan ukuran lingkaran,
misalnya lingkar kepala, dada, pinggul dan lengan.
Pertumbuhan setiap bagian tubuh mempunyai perbedan tempo
kecepatan misalnya, pertumbuhan alat-alat kelamin
berlangsung paling lambat pada masa kanak-kanak, dan
menjadi lambat pada akhir masa kanak-kanak dan relative
berhenti pada masa pubertas.
C.
Prinsip-Prinsip Perkembangan
Anak sebagai individu mengalami perkembangan yang
tak pernah henti-hentinya. Pemahaman yang baik tentang
perkembangan anak, akan membantu pendidik untuk memberi
perlakuan yang benar kepada anak-anak. Perkembangan anak
pada dasarnya merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam seluruh aspek yang ada dalam diri anak, seperti aspek
fisik, aspek sosisal, aspek emosi, kognitif (berfikir) maupun
aspek spiritual. Perkembangan ini terdapat berbagai aturanaturan tertentu yang disebut dengan prinsip-prinsip
perkembangan. Berbagai prinsip-prinsip perkembangan
tersebut antara lain:
1. Perkembangan merupakan proses yang tak berakhir.
Manusia akan berkembang, berubah dan dipengaruhi
terus oleh pengalaman sepanjang hayatnya, baik dalam
aspek fisik maupun dalam aspek psikis dan sosialnya.
Perkembangan ini terjadi dalam proses yang tidak
berakhir ditandai dengan tercapainya kematangan fisik.
7
Perkembangan
merupakan
proses
yang
berkesinambungan mulai dari kelahiran berlanjut ke
masa dewasa sampai usia tua. Misalnya, saat usia dini
yang ketika baru lahir nampak seperti makhluk yang
tidak berdaya yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk tidur, makan, atau menangis. Ketika
sudah sekolah, anak-anak pun mengalami kemajuan dari
pengendalian diri yang sederhana sampai ke suatu
kemampuan untuk memulai suatu kegiatan serta
melakukannya. Selama di sekolah dasar anak-anak
belajar kemampuan untuk dihargai masyarakat dan
masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa, serta masa dewasa seseorang
mengikat diri pada suatu pekerjaan dan banyak yang
menikah yang merupakan masa yang paling produktif
dan masa tua terjadi penurunan kekuatan fisik
membatasi kegiatan orang yang lebih tua, penyakit yang
melemahkan dapat membuat orang merasa tak berdaya.
2. Setiap anak bersifat individual dan berkembang sesuai
dengan perkembangannya.
Tingkatan anak yang memiliki kesamaan usia, akan
tetapi masing-masing memiliki perbedaan satu dengan
yang lainnya karena anak bersifat individual yang
bebeda antara yang satu dengan yang lain. Perolehan
perkembangan bervariasi untuk setiap anak, termasuk
untuk keberfungsian semua aspek perkembangan dalam
diri anak. Karena setiap anak memiliki tingkat
penguasaan yang bervariasi, ada yang cepat, lambat,
8
sedang dan lain-lain dan semua itu ditentukan oleh
faktor bawaan dan pengaruh belajar yang dimiliki anak.
Setiap anak merupakan pribadi yang unik dengan
pola dan waktu pertumbuhan bersifat individual
sebagaimana halnya kepribadian, temperamen, gaya
belajar, latar belakang dan pengalaman keluarga. Semua
anak memiliki kelebihan, kebutuhan-kebutuhan, dan
minat-minat masing-masing. Sejumlah anak mungkin
memiliki kebutuhan belajar dan perkembangan yang
khusus. Pemahaman tentang keragaman yang luas
bahkan pada anak-anak usia yang sama, hendaknya
mengantarkan kepada kesadaran bahwa usia anak
hanyalah sebuah gambaran kasar untuk kemasakan
perkembangannya.
Pengakuan bahwa keragaman individual bukan
hanya diharapkan tapi juga dihargai, menuntut kita
sebagai orang dewasa ketika berinteraksi dengan anakanak memperlakukan mereka secara tepat dengan
keunikannya masing-masing. Pengakuan ini tidak
menganggap bahwa anak hanya sebagai anggota
kelompok usia, kemudian mengharapkan mereka untuk
menampilkan tugas-tugas perkembangan kelompok usia
tersebut
tanpa
mempertimbangkan
keragaman
kemampuan adaptasi setiap individu anak.
Memiliki pengharapan tinggi terhadap anak adalah
penting, tetapi memiliki harapan-harapan yang kaku
menurut norma kelompok tidak mencerminkan
kenyataan yang terjadi bahwa adanya perbedaan yang
9
nyata dalam perkembangan dan belajar individual anak
dalam tahun-tahun awal kehidupan. Harapan norma
kelompok dapat memberi dampak yang sangat merusak
terutama untuk anak-anak dengan kebutuhan
perkembangan dan belajar yang khusus.
3. Semua aspek perkembangan saling berkaitan.
Aspek perkembangan anak yang berupa perkembangan
fisik, sosial, emosi, kognitif, dan spiritual saling
berhubungan erat satu sama lain. Perubahan dalam satu
aspek mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek lain.
Perkembangan dalam satu aspek dapat membatasi atau
memfasilitasi perkembangan pada aspek-aspek lainnya.
Anak yang secara fisik berkembang sehat akan
cenderung menunjukkan konsepsi diri yang positif dan
konsepsi diri yang positif akan berpengaruh positif
terhadap perkembangan belajarnya. berdasarkan aspekaspek perkembangan fisik anak, maka pendidik harus
menyadari betul bahwa hal ini sangat terkait dengan
kesadaran-kesadaran
untuk
mengorganisasikan
pengalaman-pengalaman belajarnya dan membantunya
berkembang secara optimal dalam semua dimensi
perkembangan.
Sebagai pendidik misalnya, kesadaran akan adanya
hubungan antar semua bagian perkembangan ini,
bermanfaat untuk perencanaan kurikulum untuk
berbagai kelompok usia anak. Bagi anak-anak usia
sekolah dasar, perencanaan kurikulum diarahkan
sebagai usaha-usaha untuk membantu mereka
10
mengembangkan pemahaman-pemahaman konseptual
yang dapat diaplikasikan pada mata pelajaran yang
dipelajari.
4. Perkembangan itu terarah dan dapat diramalkan. Prinsip
ini dapat diartikan:
a. Bergerak dari kepala ke kaki dari dalam ke luar.
b. Bergerak dari struktur ke fungsi.
c. Bergerak dari yang umum ke khusus.
d. Bergerak dari yang konkret ke abstrak.
e. Bergerak dari egosentris ke perspektif menuju
pemahaman.
f. Bergerak dari heteronom ke otonom.
g. Bergerak spiral kearah tujuan.
Perkembangan anak berlangsung dalam sebuah
tahapan yang relatif teratur di mana kemampuankemampuan,
keterampilan-keterampilan,
dan
pengetahuan-pengetahuan lanjut anak terbangun atas
kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan,
dan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Riset-riset
perkembangan manusia menunjukkan bahwa tahapantahapan pertumbuhan dan perubahan anak usia 9 tahun
pertama rentang kehidupan relatif stabil dan dapat
diprediksikan tahapannya.
Perubahan-perubahan yang dapat diramalkan ini
terjadi pada semua bagian perkembangan seperti
perkembangan
fisik,
perkembangan
emosi,
perkembangan sosial, perkembangan bahasa, dan
11
perkembangan kognitif. Pengetahuan mengenai
perkembangan yang khas untuk setiap rentang usia anak
membantu para orangtua atau pendidik untuk
mempersiapkan lingkungan belajar dan merencanakan
tujuan-tujuan
kurikulum
yang
reaslistik
dan
pengalaman-pengalaman belajar yang tepat menurut
perkembangan anak.
D.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Semenjak dalam kandungan, janin tumbuh menjadi
besar dengan sendirinya, dengan kodrat yang dikandungnya
sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan,
yaitu: a) Bakat atau pembawaan, b) Sifat-sifat keturunan, dan
c) Dorongan dan instink. Faktor-faktor luar yang
mempengaruhi perkembangan antara lain: a) Makanan, b)
Iklim, c) Kebudayaan, d) Ekonomi, dan e) Kedudukan anak
dalam lingkungan keluarga. Faktor umum merupakan unsur –
unsur yang dapat digolongkan ke dalam kedua faktor
sebelumnya dan bisa dikatakan bahwa faktor umum ini
merupakan faktor campuran yang terdiri dari : a) Intelegensi,
b) Jenis kelamin, c) Kesehatan, dan d) Ras. Selanjutnya secara
spesifik dapat dirinci sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Faktor Genetika (hereditas)
Gen merupakan substansi/materi pembawa sifat yang
diturunkan dari induk. Gen mempengaruhi ciri dan
sifat mahluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tingga
tubuh, warna kulit, dan sebagainya. Gen juga
12
menentukan kemampuan metabolisme mahluk hidup,
sehingga
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangannya. Hereditas merupakan “totalitas
karakeristik individu yang diwariskan orang tua
kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun
psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gengen. Meskipun peranan gen sangat penting, faktor
genetis bukan satu-satunya faktor yang menentukan
pola pertumbuhan dan perkembangan karena juga
dipengaruhi oleh faktor lainnya.
b. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis merupakan faktor-faktor
yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor fisiologis yang mempengaruhi perkembangan
peserta didik antara lain :
1. Tubuh dan warna kulit.
Tubuh merupakan bagian dari pertumbuhan dan
perkembangan seseorang yang tidak bisa
disamakan dengan yang lainnya, begitupun
dengan warna kulit seseorang. Hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan seseorang
sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Faktor Gizi atau Asupan Makanan
Kesehatan individu sangat tergantung pada
pemberian gizi yang baik dan berimbang. Hal ini
merupakan faktor yang sangat penting dalam
13
merangsang tumbuh kembang individu dan
merangsang perkembangan otak dan sistem
syarafnya yang merupakan bagian paling penting
dalam menentukan tumbuh dan kembang individu.
Kondisi individu yang cacat atau mempunyai
penyakit tertentu, tentu saja akan berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Pengaruh yang
diberikan tidak hanya pengaruh pada fisik saja,
melainkan juga secara psikologis. Cacat atau
penyakit banyak disebabkan oleh beberapa hal
yaitu: 1) Pengaruh genetik, 2) Ibu yang kurang
gizi pada saat mengandung, 3) Obat-obatan dan
alkohol, 4) Radiasi, 5) Penyakit yang diderita ibu
selama kehamilan, dan 6) Keadaan emosi pada ibu
saat hamil.
c. Faktor Psikologis
Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan.
Kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat juga
berkaitan dengan persepsi individu terhadap
kemampuan
dirinya.
Begitupun
dengan
ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya
dapat disebabkan karena kerusakan sistem syaraf,
kerusakan otak atau mengalami retardasi mental.
Kapasitas mental, emosi, dan intelegensi pada aspek
kejiwaan setiap orang itu berbeda. Kemampuan
berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan
14
berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual
tinggi akan memiliki kemampuan berbahasa yang
baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi,
kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional yang seimbang sangat menentukan
keberhasilan dan kecerdasan dalam perkembangan
sosial anak. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses perkembangan siswa, hormon,
intelegensi, motivasi, sikap, dan bakat.
1. Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi
mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh.
Meskipun kadarnya sedikit, hormon memberikan
pengaruh yang nyata dalam pengaturan berbagai
proses dalam tubuh. Hormon akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk
hidup beragam jenisnya.
2. Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai
kemampuan
psiko-fisik
dalam
mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan
dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ
tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan
kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang
penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi
15
(executive control) dari hampir seluruh aktivitas
manusia.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan
individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru
atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui
konsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada
tingkat kecerdasan yang mana, amat superior,
superior, ratarata, atau mungkin lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang
merupakan hal yang sangat berharga untuk
memprediksi kemampuan belajar seseorang.
Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta
didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan
kepada siswa.
3. Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks
tidak tampak jelas yang nyata kelihatan adalah
kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada
waktu lahir anak laki-laki lebih besar dari
perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat
perkembangannya dan lebih cepat pula dalam
mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki.
Anak perempuan pada umumnya lebih cepat
mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau
dua tahun lebih awal dan pisiknya juga tampak
16
lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini
jelas pada anak umur 9 sampai 12 tahun.
4. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
diri individu yang aktif, mendorong, memberikan
arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi
juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhankebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan
arah perilaku seseorang. Seperti seorang siswa
yang gemar membaca, maka ia tidak perlu
disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca
tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi
bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya.
5. Sikap
Sikap individu dalam proses belajar dapat
memengaruhi keberhasilan belajarnya. Sikap
merupakan gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif (Sutirna, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh
perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Guru
17
sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang
profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya untuk mengantisipasi
munculnya sikap yang negatif dalam belajar.
Dengan profesionalitas, seorang guru akan
berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya;
berusaha mengembangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus
kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan
pelajaran yang diampunya dengan baik dan
menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
6. Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses
perkembangan adalah bakat. Secara umum, bakat
(attitude) didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang
(Sutirna, 2019). Berkaitan dengan belajar, Slavin
(2012) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang yang menjadi salah satu komponen
yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang
yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
18
mendukung
proses
belajarnya
sehingga
kernungkinan besar ia akan berhasil.
Setiap orang mempunyai bakat atau potensi
untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat
juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung
upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah
memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap segala informasi yang berhubungan
dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa
yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya
sendiri.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan hal – hal yang datang atau
ada di luar diri siswa/peserta didik yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman
berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan. Faktor
eksternal yang memengaruhi perkembangan dapat
digolongkan menjadi 7 macam yaitu: faktor biologis,
physis, ekonomis, cultural, edukatif, religious dan
lingkungan.
a. Faktor Biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah
faktor yang berkaitan dengan keperluan primer
seorang anak pada awal kehidupanya: Faktor ini
19
wujudnya berupa pengaruh yang datang pertama
kali dari pihak ibu dan ayah.
b. Faktor Physis
Faktor ini menurut Suarca, et al., (2005) mencakup
kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis,
sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan
rumah yang meliputi ventilasi, cahaya, dan
kepadatan hunian (Suarca, 2005). Semua kondisi ini
sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat
menjalankan proses kehidupannya. Sebagai contoh,
kondisi daerah yang tidak aman karena adanya
pertikaian dapat menyebabkan tekanan tersendiri
bagi individu dan proses imitasi atau peniruan
perilaku kekerasan yang dapat berpengaruh dalam
pola perilaku individu.
Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca,
kurangnya sanitasi atau kebersihan lingkungan,
keadaan rumah yang tidak menunjang hidup sehat,
serta keadaan geografis yang sulit, misalnya karena
di daerah terpencil yang jauh dari informasi, sulit
dijangkau, serta rawan akan bencana alam, selain
dapat mempengaruhi tekanan psikis juga
mempengaruhi faktor kesehatan karena pengobatan
yang sulit didapatkan. Semua ini jelas membawa
dampak masing–masing terhadap perkembangan
anak–anak yang lahir dan dibesarkan di sana.
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan
psikis. Selanjutnya agar mampu mempertimbangan
20
dalam proses sosial, memberi dan menerima
pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional.
c. Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi
Selama proses perkembanganya, berapa pun
ukuranya
bervariasi,
seorang
anak
pasti
memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum
di rumah, tetapi juga untuk membeli peralatan
sekolah yang dibutuhkan oleh siswa. Kehidupan
sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan
masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak bukan sebagai
anak yang independen, akan tetapi akan dipandang
dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak
itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam
pergaulan
sosial
anak,
masyarakat
dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang
berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu
sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam
kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga”
status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal
tertentu,
maksud
“menjaga
status
sosial
keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan
dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal
ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi
21
“terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka
akan membentuk kelompok elit dengan normanya
sendiri.
d. Faktor Cultural
Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan
beratus kelompok masyarakat yang masing–masing
mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi
tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap
perkembangan anak–anak.
e. Faktor Edukasi
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak
manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif, yang
memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang
akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi
oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara
sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar
di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada
peserta didik bukan saja dikenalkan kepada normanorma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada
norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma
kehidupan antar bangsa. Etik pergaulan membentuk
perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
22
Faktor pendidikan ini relatif paling besar
pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lain.
f. Faktor Religious
Pola perubahan minat beragama pada remaja
seabgaimana dijelaskan oleh Hurlock (dalam
Sunarto & Hartono, 2002) dikelompokkan pada
periode kesadaran religious, periode keraguan
religious, dan periode rekonstruksi religious.
Sebagai contoh seorang anak yang hidup di
lingkungan yang kental dengan suasana religius,
sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang
tidak berada dalam lingkungan religi yang kental,
yang sekedar terhitung orang beragama, lebih–lebih
yang memang tidak beragama sama sekali, ini
adalah persoalan perkembangan pula, menyangkut
proses terbentunya prilaku seorang anak dengan
agama
sebagai
faktor
penting
yang
mempengaruhinya
karena
pondasi
agama
merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dan berperan penting sebagai media
kontrol dalam perkembangan peserta didik.
g. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan memengaruhi perkembangan anak.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan
ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
23
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
Lingkungan sosial keluarga sangat memengaruhi
kegiatan perkembangan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan antara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis
akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
Lingkungan
sosial
sekolah
seperti
guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses perkembangan belajar seorang
siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar
lebih baik di sekolah. Maka para pendidik,
orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan
memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau
peserta didiknya, antara lain dengan mendukung,
ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak
untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan
bakatnya.
E.
Pengertian Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Secara umum psikologi dapat dibedakan menjadi dua
cabang, yaitu psikologi teoritis dan psikologi terapan.
Psikologi teoritis dapat pula dibedakan atas dua bagian, yaitu
24
psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi umum
merupakan psikologi teoritis yang mempelajari aktivitasaktivitas mental manusia yang bersifat umum dalam rangka
mencari dalil-dalil umum dan teori-teori psikologi. Sedangkan
psikologi khusus merupakan psikologi teoritis yang
menyelidiki segi-segi khusus aktivitas mental manusia.
Psikologi khusus ini terdiri dari:
1. Psikologi perkembangan mengkaji perkembangan
tingkah laku dan aktivitas mental manusia sepanjang
rentang kehidupannya mulai dari masa konsepsi hingga
meninggal dunia.
2. Psikologi sosial mengkaji aktivitas mental manusia
dalam kaitannya dengan situasi sosial.
3. Psikologi kepribadian mengkaji struktur kepribadian
manusia sebagai satu kesatuan utuh.
4. Psikologi abnormal mengkaji aktivitas mental individu
yang tergolong abnormal.
5. Psikologi diferensial menguraikan tentang perbedaanperbedaan antar individu.
Psikologi khusus kemungkinan akan terus berkembang
sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Karena itu tidak tertutup
kemungkinan akan bermunculan cabang-cabang psikologi
khusus lainnya, seperti psikologi perkembangan peserta didik.
Mengacu pada pengertian dan pembagian psikologi, maka
dapat dipahami bahwa psikologi perkembangan peserta didik
adalah bidang kajian psikologi perkembangan yang secara
khusus mempelajari aspek-aspek perkembangan individu
25
yang berada pada tahap usia sekolah dasar dan sekolah
menengah.
F.
Teori Perkembangan Peserta Didik
Sebelum penjelasan lebih lanjut perlu dipahami terlebih
dahulu apa itu perkembangan dan bagaimana perkembangan
yang baik itu. Istilah “perkembangan” (development) dalam
psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks. F.
J. Monks, dkk., (2001) berpendapat bahwa perkembangan
menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan
tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan
menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru
yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap
yang lebih tinggi.
Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur
tetapi pasti melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap
berikutnya yang kian hari kian bertambah maju mulai dari
masa pembuahan dan berakhir dengan kematian. Peserta didik
merupakan individu yang berada dalam proses perkembangan.
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif
yaitu menuju ke tahap yang lebih tinggi, lebih besar, lebih
baik dari seluruh aspek kepribadian. Peserta didik dalam
proses Pendidikan berarti salah satu komponen manusiawi
yang menempati posisi sentral.
Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan
perhatian dalam semua proses transformasi yang dikenal
dengan sebutan pendidikan. Sebagai komponen penting dalam
sistem pendidikan, peserta didik sering disebut sebagai bahan
26
mentah. Peserta didik dalam perspektif psikologi merupakan
individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya
masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan
kembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal
kemampuan fitrahnya. Pada umumnya teori mengenai
pekembangan berkisar pada persoalan yang berhubungan
dengan pengaruh bawaan dan lingkungan hidup bagi
perkembangan individu. Berikut ini terdapat beberapa teori
yang mempunyai pengaruh terhadap praktek-praktek
pendidikan di sekolah.
1. Teori Nativisme, anak sejak lahir telah membawa sifatsifat dan dasar-dasar tertentu atau yang biasa dinamakan
sifat-sifat pembawaan. Schopenhauer merupakan tokoh
utama aliran ini.
2. Teori Empirisme, perkembangan itu tergantung pada
faktor lingkungan. Para ahli yang mengikuti pendirian
Empirisme mempunyai pendapat yang bertentangan
dengan pendapat aliran ini. John Locke merupakan
tokoh utama dari aliran ini.
3. Teori Konvergensi yang dirumuskan oleh W. Stern ini
berpendapat bahwa di dalam perkembangan individu itu
baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan
memainkan peranan penting. Bakat telah ada pada
masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah
tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai
supaya dapat berkembang.
27
Anak-anak didik akan mengalami masa perkembangan
yang dinamis. Pendidikan yang diberikan kepada mereka
haruslah disesuaikan dengan keadaan kejiwaan anak-anak
didik pada masa tertentu dalam perkembangannya. Secara
garis besar dapat dibedakan beberapa aspek perkembangan,
yaitu: kognitif, sosial, dan afektif yang meliputi emosi, nilai
dan moral dan religi. Perkembangan setiap aspek dipengaruhi
oleh kondisi internal tiap individu, baik yang bersifat bawaan
ataupun perolehan, kematangan serta pengaruh faktor-faktor
eksternal. Arden N. Frandsen mengungkapkan beberapa hal
yang mendorong seseorang untuk belajar yaitu sebagai
berikut:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia
yang lebih luas.
2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk selalu maju.
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari
orang tua, guru, dan teman-teman.
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang
lalu dengan usaha yang baru.
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran.
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada
belajar (Frandsen, 2004:237).
28
G.
Tujuan Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Berikut ini tujuan mempelajari psikologi perkembangan
peserta didik:
1. Memberikan, mengukur, dan menerangkan perubahan
dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang
berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang
mempunyai ciri-ciri universal yang berlaku bagi anakanak dimana saja dan dalam lingkungan sosial-budaya
mana saja.
2. Mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta
didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
3. Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi
pada tahapan atau masa perkembangan tertentu.
4. Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu
yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
5. Mempelajari penyimpangan tingkah laku yang dialami
seseorang, seperti kenakalan-kenakalan, kelainankelainan dalam fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain.
Sedangkan manfaat bagi guru antara lain:
1. Dapat memilih dan memberikan materi pendidikan dan
pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik
pada tiap tingkat perkembangan tertentu.
2. Dapat memilih metode pengajaran dan menggunakan
bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan
pemahaman murid-murid.
29
H.
Manfaat Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Psikologi perkembangan peserta didik merupakan
sebuah disiplin ilmu yang secara khusus mempelajari tentang
perkembangan tingkah peserta didik dalam interaksinya
dengan lingkungannya. Oleh sebab itu banyak manfaat yang
akan diperoleh guru atau calon guru, antara lain:
1. Seorang guru akan dapat memberikan harapan yang
realitas terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting,
karena jika terlalu banyak yang diharapkan pada usia
tertentu, anak mungkin akan mengembangkan perasaan
tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang
ditetapkan orangtua atau guru. Sebaliknya, jika terlalu
sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka akan
kehilangan
rangsangan
untuk
mengembangkan
kemampuannya.
2. Dapat membantu dalam memberikan respons yang tepat
terhadap perilaku tertentu seorang anak. Psikologi
perkembangan dapat membantu menjawab pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan arti dan sumber pola
berpikir, perasaan, dan tingkah laku anak.
3. Dapat membantu guru mengenali kapan perkembangan
normal yang sesungguhnya dimulai. Guru bisa
menyusun pedoman dalam bentuk skala tingi-berat,
skala usia-berat, skala usia-mental, dan skala
perkembangan sosial atau emosioanal.
4. Memungkinkan para guru untuk sebelumnya
mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan
terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.
30
5. Memungkinkan para guru memberikan bimbingan
belajar yang tepat kepada anak.
6. Memberikan informasi tentang siapa kita, bagaimana
kita dapat seperti ini, dan kemana masa depan akan
membawa kita.
Manfaat mempelajari psikologi perkembangan peserta
didik bagi guru sangat jelas, psikologi perkembangan peserta
didik memungkinkan guru memberikan bantuan dan
pendidikan yang tepat sesuai dengan pola-pola dan tingkattingkat perkembangan anak.
I.
Peserta Didik Dari Masa Ke Masa
Perkembangan mengacu pada bagaimana seorang
tumbuh, beradaptasi dan berubah sepanjang perjalanan
hidupnya. Orang tumbuh, beradaptasi dan berubah melalui
perkembangan
fisik,
perkembangan
kepribadian,
perkembangan sosio-emosional, perkembangan kognitif
(berpikir) dan perkembangan manusia menurut teori Piaget
(kognitif dan moral) serta teori perkembangan kognitif
menurut Lev Vygotsky. Setidaknya ada lima faktor yang
dapat memengaruhi kinerja peserta didik, yaitu lingkungan
keluarga, atmosfer persekawanan, sumber daya sekolah,
kecerdasan yang berasal dari dalam diri sendiri dan
aksesibilitas pencapaian informasi.
Peserta Didik merupakan anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (UU No. 20
31
Tahun 2003 SISIDIKNAS, pasal 1 ayat 4). Sedangkan
Menurut UU no 20/2003 tentang SISDIKNAS.
1. Pasal 13 - Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, non formal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya.
2. Pasal 14 - Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.
3. Pasal 15 – Jenis pendidikan mencakup pendidikan
umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan
dan khusus.
Peserta didik perspektif psikologi merupakan individu
yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun psikis. Menurut fitrahnya
mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang
konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari
pengkajian dan penerapan psikologi perkembangan yang
secara khusus mempelajarai aspek-aspek perkembangan
individu yang berada pada tahap usia sekolah dan sekolah
menengah. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan
berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal
kemampuan fitrahnya.
Pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya
dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan
juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan
32
dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan
masalah belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka
anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah
memerlukan pengetahuan, bimbingan dan pengarahan. Dasardasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara
kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar
kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar
yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya. Dalam
hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan jika diamati
lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan.
1. Aspek Paedagogis
Aspek ini para pendidik mendorong manusia sebagai
animal educandum, makhluk yang memerlukan
pendidikan. Secara real manusia dapat dikategorikan
sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik,
sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik,
melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun
manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik
dan dikembangkan ke arah yang diciptakan.
2. Aspek Sosiologi dan Kultural
Menurut ahli sosiologi, pada prinsipnya manusia
merupakan moscrus, makhluk yang berwatak dan
berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
3. Aspek Tauhid
Aspek tauhid ini merupakan aspek pandangan yang
mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang
berketuhanan. Menurut para ahli disebut homodivinous
(makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga
33
homoriligius (makhluk yang beragama). Sedangkan
Karateristik peserta didik meliputi perkembangan fisik,
perkembangan sosio- emosional dan perkembangan
intelektual/mental. Perkembangan intelektual peserta
didik melalui empat tahap yaitu: sensorimotor, pra
operasi, operasi konkrit, dan operasi formal.
Peserta didik dalam pendidikan Islam merupakan
manusia yang sepanjang hidupnya selalu mengalami
perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan bahwa
perkembangan peserta didik itu selalu menuju
kedewasaan di mana semuanya itu terjadi karena adanya
bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik.
Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan wawasan
pendidik itu sendiri.
J.
Prinsip-Prinsip Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan anak terdapat berbagai aturan-aturan
tertentu yang disebut dengan prinsip-prinsip perkembangan.
Berbagai prinsip-prinsip perkembangan tersebut, yaitu sebagai
berikut:
1) Perkembangan yang tak berakhir
Manusia akan berkembang, berubah dan
dipengaruhi terus oleh pengalaman sepanjang hayatnya
baik aspek fisik, psikis dan sosialnya. Perkembangan ini
terjadi dalam proses yang tidak berakhir ditandai dengan
tercapainya
kematangan
fisik.
Perkembangan
merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari
34
kelahiran berlanjut ke masa dewasa sampai usia tua.
Misalnya, saat usia dini yang ketika baru lahir nampak
seperti makhluk yang tidak berdaya yang menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk tidur, makan, atau
menangis. Ketika sudah sekolah, anak-anak pun
mengalami kemajuan dari pengendalian diri yang
sederhana sampai ke suatu kemampuan untuk memulai
suatu kegiatan serta melakukannya.
Anak-anak belajar untuk dihargai oleh masyarakat
mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan jenjang
pendidikan yang paling tinggi. Selanjutnya pada masa
remaja masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa akan mengikat diri pada suatu pekerjaan yang
dianggap mampu untuk menentukan jalan hidupnya.
2) Setiap anak bersifat individual dan berkembang sesuai
dengan perkembangannya
Tidak semua anak yang sama usianya mempunyai
perkembangan yang sama, karena anak bersifat
individual yang bebeda antara yang satu dengan yang
lain. Perolehan perkembangan bervariasi untuk setiap
anak, termasuk untuk keberfungsian semua aspek
perkembangan dalam diri anak. Karena setiap anak
memiliki tingkat penguasaan yang bervariasi, ada yang
cepat, lambat, sedang dan lain-lain, dan semua itu
ditentukan oleh faktor bawaan dan pengaruh belajar
yang dimiliki anak.
35
Setiap anak merupakan seorang pribadi unik
dengan pola dan waktu pertumbuhan bersifat individual
sebagaimana kepribadian, temperamen, gaya belajar,
latar belakang dan pengalaman keluarga. Semua anak
memiliki kelebihan, kebutuhan-kebutuhan dan minat
masing-masing. Sejumlah anak mungkin memiliki
kebutuhan belajar dan perkembangan yang khusus.
Pemahaman tentang keragaman yang luas bahkan pada
anak-anak usia yang sama, hendaknya mengantarkan
pada kesadaran bahwa usia anak hanyalah sebuah
gambaran kasar untuk kemasakan perkembangan anak.
Pengakuan bahwa keragaman individual bukan
hanya diharapkan tapi juga dihargai, menuntut kita
sebagai orang dewasa ketika berinteraksi dengan anakanak memperlakukan mereka secara tepat dengan
keunikannya masing-masing. Pengakuan ini menuntut
kita untuk tidak menganggap anak hanya sebagai
anggota kelompok usia, kemudian mengharapkan
mereka untuk menampilkan tugas-tugas perkembangan
kelompok usia tersebut tanpa mempertimbangkan
keragaman kemampuan adaptasi setiap individu anak.
Memiliki pengharapan tinggi terhadap anak adalah
penting, tetapi memiliki harapan-harapan yang kaku
menurut norma kelompok tidak mencerminkan
kenyataan yang terjadi bahwa adanya perbedaan yang
nyata dalam perkembangan dan belajar individual anak
dalam tahun-tahun awal kehidupan. Harapan norma
kelompok dapat memberi dampak yang sangat merusak
36
terutama untuk anak-anak dengan
perkembangan dan belajar yang khusus.
kebutuhan
3) Semua aspek perkembangan saling berkaitan.
Aspek perkembangan anak yang berupa
perkembangan fisik, sosial, emosi, kognitif, dan
spiritual saling berhubungan erat satu sama lain.
Perubahan dalam satu aspek mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh aspek lain. Perkembangan dalam satu
aspek
dapat
membatasi
atau
memfasilitasi
perkembangan pada aspek-aspek lainnya. Anak yang
secara fisik berkembang sehat, akan cendrung
menunjukkan konsepsi diri yang positif, dan konsepsi
diri yang positif akan berpengaruh positif terhadap
perkembangan belajarnya dan sebaliknya.
Disebabkan oleh aspek-aspek perkembangan anak
tersebut berhubungan satu sama lain, maka pendidik
harus menyadari betul hal ini dan menggunakan
kesadaran ini untuk mengorganisasikan pengalamanpengalaman belajar anak, membantu anak-anak
berkembang secara optimal dalam semua dimensi
perkembangan dirinya. Sebagai pendidik misalnya,
kesadaran akan adanya hubungan antar semua bagian
perkembangan ini, bermanfaat untuk perencanaan
kurikulum untuk berbagai kelompok usia anak. Bagi
anak-anak usia sekolah dasar, perencanaan kurikulum
diarahkan sebagai usaha-usaha untuk membantu anakanak
mengembangkan
pemahaman-pemahaman
37
konseptual yang dapat
pelajaran yang dipelajari.
diaplikasikan
pada
mata
5) Perkembanagan berlangsung dari kemampuan umum ke
khusus
Perkembangan bergerak dari tanggapan umum
menuju yang lebih khusus. Seperti halnya pada awal
perkembangan peserta didik berinteraksi dengan
lingkungan, maka peserta didik akan mendapatkan
tanggapan secara umum. Baru setelah itu akan
mendapatkan tanggapan secara khusus dan semakin
terperinci.
6) Perkembangan itu terarah
a. Bergerak dari kepala ke kaki dari dalam keluar
b. Bergerak dari struktur ke fungsi
c. Bergerak dari yang umum ke khusus
d. Bergerak dari yang konkret ke abstrak
e. Bergerak dari egosentris ke perspektif menuju
pemahaman
f. Bergerak dari heteronom ke otonom
g. Bergerak spiral ke arah tujuan
Perkembangan anak berlangsung dalam tahapan
yang relatif teratur di mana kemampuan-kemampuan,
keterampilan-keterampilan
dan
pengetahuanpengetahuan anak terbangun atas kemampuankemampuan,
keterampilan-keterampilan
dan
38
pengetahuan-pengetahuan
sebelumnya.
Riset-riset
perkembangan manusia menunjukkan bahwa tahapantahapan pertumbuhan dan perubahan anak usia 9 tahun
pertama rentang kehidupan relatif stabil dan dapat
diprediksikan tahapannya.
Perubahan-perubahan yang dapat diramalkan ini
terjadi pada semua bagian perkembangan seperti
perkembangan
fisik,
perkembangan
emosi,
perkembangan sosial, perkembangan bahasa dan
perkembangan kognitif. Pengetahuan mengenai
perkembangan yang khas untuk setiap rentang usia anak
membantu para orangtua atau pendidik untuk
mempersiapkan lingkungan belajar dan merencanakan
tujuan-tujuan
kurikulum
yang
reaslistik
dan
pengalaman-pengalaman belajar yang tepat menurut
perkembangan anak.
K.
Aliran-Aliran Perkembangan Peserta Didik
1. Nativisme
Nativisme merupakan sebuah doktrin filosofis yang
berpengaruh besar terhadap aliran psikologi.
Schopenhoeur merupakan tokoh utama aliran ini (17881860) adalah filsuf Jerman. Aliran nativisme ini dijuluki
sebagai aliran pesimistis yang memandang segala
sesuatu dengan kacamata hitam karena para ahli
penganut ini berkeyakinan bahwa perkembangan
manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak ada pengaruhnya.
39
Ilmu pendidikan memandang ini sebagai pesimisme
pedagogis.
2. Empirisisme
Aliran empirisisme (empiricism) tokoh utamanya adalah
John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah
“The School of British Empiricism” (aliran empirisisme
inggris). Doktrin aliran empirisisme yang amat mashur
ialah “tabula rasa” yang berarti lembaran kosong.
Doktrin ini menekankan arti pentingnya pengalaman,
lingkungan dan pendidikan. Perkembangan manusia itu
semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidiknya sedangkan bakat dan
pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
3. Konvegerensi
Tokoh utama aliran ini bernama Louis William Stern,
seorang filosof dan psycholog Jerman. Aliran ini
menurutnya gabungan antara aliran empirisisme dengan
aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting
hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
manusia.
40
BAB II
Fase Perkembangan Peserta Didik
Bijau dan Baer (1961) mengemukakan perkembangan
psikologi merupakan perubahan progresif yang menunjukkan
cara organism bertingkah laku dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Interaksi merupakan tingkah laku akan
diperlihatkan atau tidak pada perangsang yang ada di
lingkungannnya. Rumusan lain arti perkembangan
dikemukakan oleh Libert, Paulus, dan Straus (Singgih
1990;31) bahwa perkembangan merupakan proses perubahan
dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi
kematangan dan interaksi dengan lingkungannya.
Istilah perkembangan lebih mencerminkan sifat-sifat
khas mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak.
Perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang
kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada integrasi
yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan
kematangan dan hasil belajar.
A.
Fase-Fase Perkembangan
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. (UU No. 20
Tahun 2003 SISIDIKNAS, pasal 1 ayat 4). Peserta didik
perspektif psikologi merupakan individu yang sedang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing.
41
Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari
pengkajian dan penerapan psikologi perkembangan yang
secara khusus mempelajarai aspek-aspek perkembangan
individu yang berada pada tahap usia sekolah dan sekolah
menengah. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan
berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal.
Perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia menjelaskan
adanya tujuh karakteristik dasar yang harus dipahami untuk
melihat perkembangan manusia, yaitu:
1. Perkembangan adalah seumur hidup.
2. Perkembangan
bersifat
multi
dimensional.
Perkembangan menyangkut berbagai macam ranah
perkembangan seperti faktor fisik, intelektual yang
menyangkut perkembangan kognitif dan bahasa, emosi,
sosial dan moral.
3. Perkembangan merupakan multi direksional. Ranahranah perkembangan mengalami perubahan dengan arah
tertentu. Sebagai contoh, pada masa bayi,
perkembangan yang tumbuh pesat adalah ranah fisik,
yang kecepatan arah pertumbuhannya tidak sama
dengan ranah yang lain. Sementara pada masa kanakkanak awal, perkembangan emosi dan sosial
berkembang lebih pesat dibandingkan dengan
perkembangan yang lain.
4. Perkembangan bersifat lentur. Hal ini berarti
perkembangan berbagai macam ranah dapat distimulasi
untuk berkembang secara maksimal. Sebagai contoh,
42
kelenturan berpikir anak-anak dapat diasah sejak dini
dengan memberikan latihan-latihan pada anak untuk
terbiasa memecahkan masalah dengan baik dengan
berbagai macam cara dari hasil eksplorasinya.
5. Perkembangan selalu melekat dengan sejarah.
Bagaimanapun perkembangan individu tidak dapat lepas
dengan keadaan di sekitarnya. Sebagai contoh,
perkembangan emosi pada era 66-an akan menyebabkan
individu yang hidup saat itu memiliki kekhasan sendiri
dalam merespon sesuatu.
6. Perkembangan bersifat multi disipliner. Berbagai
macam ahli dan peneliti dari disiplin ilmu seperti
psikologi, sosiologi, antropologi, neurosains.
Perkembangan bersifat kontekstual. Hal ini berarti
bahwa perkembangan individu mengikuti kondisi saat itu.
Perkembangan bersifat kontekstual secara lebih dalam dapat
dipahami dengan menghubungkan tiga komponen, yaitu;
Pengaruh tingkat usia secara normatif, yaitu adanya pengaruh
biologis dari lingkungan yang sama pada kelompok tertentu.
Fase perkembangan merupakan tahapan atau periodisasi
rentang kehidupan manusia yang ditandai dengan ciri-ciri atau
pola-pola tingkah laku tertentu. Meskipun masing-masing
anak mempunyai masa perkembangan yang berlainan satu
sama lain, apabila dipandang secara umum ternyata terdapat
tanda-tanda atau ciri-ciri perkembangan yang hampir sama
antara anak yang satu dengan lainnya.
43
1. Perkembangan intelektual
Mengenai perkembangan intelektul ini diambil dari para
ahli seperti Jean Pieget dan Robert M.Gagne. Piget
berpendapat bahwa anak-anak mempunyai cara berpikir yang
berbeda dengan orang dewasa. Ada beberapa fase dalam
perkembangan ini, diantaranya sebagai berikut:
a) Fase Intuitif atau Praoperasional (2-7 tahun).
Selama periode ini anak tidak lagi terikat pada
lingkungan sensori yang dekat. Ia mulai
mengembangkan berbagai tanggapan mental yang
terbentuk dalam fase sebelumnya, misal: object
permanence. Dalam fase ini kemampuan itu dengan
pesat.
Perkembangan Bahasa
Umur 1-2 tahun
Umur 3-5 tahun
Kalimat: satu dua Kalimat 8-10 kata
kata
Tata bahasa: tidak Tata bahasa: baik
ada
Kosakata: 200
Kosakata: 2000
Umur 7-8 tahun
Ucapan
dasar
kalimat
Menyerupai orang
dewasa
b) Fase Operasi Konkret (umur 7-11 tahun)
Dalam fase operasi konkret, tidak menentukan
pilihan, data pengajaran di sekolah dasar dapat
dikatakan sesuai dengan perkembangan kognitif
para murid. Bila sekolah memperhatikan
keterampilan dan aktivitas seperti menghitung,
mengelompokkan membentuk, dan sebagainya
44
maka semua itu membantu perkembangan kognitif.
Pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturanperaturan pada halnya anak sekolah dasar mentaati
peraturan (karena peraturan dasar mentaati
peraturan) peraturan itu mempunyai nilai
fungsional, anak berfikir harafiah sesuai dengan
tugas yang diberikan.
c) Fase Operasi Formal (11-16 tahun )
Dalam fase terakhir ini, yang kira-kira jatuh
bersamaan dengan masa pubertas, anak-anak dapat
mengembangkan pola-pola berfikir sepenuhnya.
Mereka dapat menangkap arti simbolis, arti kiasan,
kesamaan
dan
perbedaan,
mereka
dapat
menyimpulkan moral dalam suatu cerita.
2. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara
berkomunikasi dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk lambing atau symbol untuk mengungkapkan sesuatu
seperti halnya bentuk-bentuk komunikasi, tertulis, lisan,
pantonim dan sejenisnya. Bahasa untuk berkomunikasasi
pikiran,perasaan, dan emosi. Pada mulanya motif anak-anak
untuk belajar bahasa ialah agar memenuhi kebutuhankebutuhan,
keinginan-keinginan
dan
menguasai
lingkungannya sesuai dengan kebutuhan keinginannya,
kebutuhan anak untuk belajar bicara adalah:
45
a) Keinginan untuk memperoleh informasi tentang
lingkungannya dan kemudian mengenai dirinya
sendiri dan kawan-kawannya yang terlihat pada usia
dua sampai tiga tahun.
b) Pergaulan sosial dengan orang lain
c) Menyatakan pendapat dan ide-ide.
3. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik mempengaruhi tingkah laku
selanjutnya mempengaruhi pula pertumbuhan fisik,
ketergantungan hubungan antara pertumbuhan fisik dan
tingkah laku demikian pentingnya sehingga bagaimana anak
tumbuh dan berkembang merupakan hal yang hakiki.
Pemahaman persamaan dan antara perbedaan antara individuindividu dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri
individu ditentukan oleh peningkatan umurnya.
a) Perkembangan fisisk yang normal
Perkembangan fisik yang normal mempengaruhi
tingkah laku , tingkah laku emosional anak berkaitan
langsung dengan kesanggupan untuk menanggapi
makna-makna yang terdapat dalam situasi-situasi seperti
juga tingkat penerimaan sosial yang dinikmati dengan
kesungguhan memahami pikiran-pikiran, perasaanperasaan dan emosi-emosi orang lain.
b) Siklus pertumbuhan
Berat badan anak tidak bertambah secara tetap sekian kg
setiap tahun atau tubuhnya tidak bertambah tinggi
sekian cm setiap tahun. Siklus pertumbuhan
46
c)
d)
e)
f)
memperlihatkan adanya periode yang berbeda, adanya
pertumbuhan lambat dan cepat
Ukuran tubuh
Ukuran atau besar tubuh ditentukan oleh tinggi dan
berat badanya.
Proporsi fisik
Pada waktu lahir, proporsi badan anak sangat berbeda
dengan proporsi orang dewasa.
Kesehatan fisik
Kesehatan yang baik selama masa kanak-kanak tidak
hanya penting bagi pertumbuhan yang normal tapi juga
bagi kegiatan yang normal.
Cacat Fisik
Cacat fisik, waktu kecil sekalipun, akan merupakan
penghambat terhadap apa yang dapat dilakukan anakanak. Diantara cacat fisik yang umum diderita anakanak antara lain cacat gigi, cacat bicara, cacat
penglihatan dan pendengaran, gangguan pada system
syaraf dan kelainan fisik lainnya seperti mata juling atau
badan bungkuk.
4. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan
anak tidak kita sangsikan lagi. Dari pengalaman masa kecil
kita ingat bahwa emosi memberi warna atau mengubah
kesenangan terhadap pengalaman-pengalaman sehari-hari dan
juga merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan
47
kita, akan tetapi kita juga menyadari bahwa ada kalanya emosi
itu menjadi penghambat atau rintangan.
a) Pola Perkembangan Emosi
Pada waktu lahir dan beberapa saat sesudah lahir, gejala
tingkah laku emosional masih merupakan kegairahan
umum yang disebabkan oleh rangsangan yang kuat.
Akan tetapi sering kali sebelum masa anak berakhir
telah tampak perbedaan-perbedaan gerakan dalam
bentuk reaksi yang sederhana yang menunjukan
kesenangan atau ketidaksenangan.
b) Proses perkembangan emosi
Emosi-emosi yang telah disebutkan diatas tidaklah
merupakan emosi yang siap sedia atau siap pakai sejak
lahir. Emosi itu harus berkembang dan dikembangkan.
Perlindungan emosional dipengaruhi oleh dua fakta
yakni kematangan dan belajar. Jadi oleh kedua-duanya,
bukan hanya oleh satu dari padanya. Kenyataan bahwa
reaksi oleh emosional tertentu tidak muncul sejak awal
kehidupan tidak berarti bahwa itu tidak dibawa lahir.
Pertumbuhan dan pekembangan membuat anak bersifat
berbeda terhadap situasi-situasi yang khas. Ada
beberapa jenis emosi yang umum pada masa kanakkanak diantaranya:
1) Takut
Adanya rasa takut pada kanak-kanak adalah baik
selama rasa takut itu tidak terlalu kuat dan hanya
merupakan peringatan terhadap bahaya.
48
2) Cemas
Cemas merupakan suatu bentuk rasa takut yang
bersifat khayalan. Jadi bukan rasa takut yang
disebabkan stimulus dari lingkungan si anak.
Kecemasan ini mungkin datangnya dari situasi situasi
yang dikhayalkan/diimajinasi akan terjadi.
3) Marah
Marah merupakan reaksi emosional yang lebih sering
terjadi pada masa kanak-kanak. Anak yang lebih tua
lebih banyak mengalami ketegangan emosional
sebagai akibat frustasi (bosan) dibandingkan dengan
anak usia muda. Frustasi ialah perasaan ketidak
berdayaan, kekecewaan, ketidak mampuan, atau
kecemasan yang kuat terjadi bila suatu keinginan
atau dorongan terhambat.
4) Cemburu
Cemburu merupakan respons yang normal terhadap
kehilangan nyata ataupun ancaman terhadap
kehilangan kasih sayang. Cemburu adalah kelanjutan
dari marah yang menimbulkan sikap benci atau
dendam yang ditunjukan terhadap orang, sedangkan
marah dapat ditunjukan terhadap orang, diri sendiri,
ataupun benda-benda. Dalam cemburu sering
terdapat kombinasi antara marah atau takut.
5) Kegembirann, kesenangan, dan kenikmatan.
Kegembiraan dalam bentuknya yang lebih lunak
dikenal sebagai ketenanga, kenikmatan atau
kebahagiaan, merupakan emosi yang positif oleh
49
karena individu yang mengalaminya tidak dilakukan
usaha
untuk
menghilangkan
situasi
yang
menimbulkannya.
6) Kasih sayang
Kasih sayang atau cinta merupakan reaksi emosional
yang ditunjukkan terhadap sesorang atau suatu
benda. Kasih sayang anak terhadap orang lain terjadi
secara spontan dapat ditimbulkan oleh stimulasi
sosial yang minim sekalipun.
7) Ingin tahu
Minat terhadap lingkungan sangat terbatas selama
usia dua atau tiga bulan pertama dari kehidupan
terkecuali bila stimulus yang kuat ditunjukan
terhadap sibayi. Setelah usia itu, apa saja yang baru
atau aneh baginya, pasti akan menimbulkan rasa
ingin tahunya.
Atas dasar kesamaan-kesamaan dalam suatu periode
inilah maka para ahli mengadakan fase-fase perkembangan
anak. Dengan adanya pembagian fase-fase ini tidak berarti
bahwa antara fase yang satu terpisah secara deskrit dengan
fase yang lain, akan tetapi hanya sekadar untuk memudahkan
pemahaman dan pembahasan mengenai perkembangan anakanak. Berdasarkan hasil-hasil penelitian para ahli terlihat
bahwa dasar yang digunakan untuk mengadakan periodesasi
perkembangan anak ternyata berbeda-beda satu sama lain.
Secara garis besarnya terdapat empat dasar pembagian
fase-fase perkembangan ini, yaitu: (1) konsep didaktis, (2)
50
ciri-ciri psikologis, dan (3) konsep tugas perkembangan.
Berikut akan dikemukakan pendapat beberapa ahli tentang
keempat dasar pembagian fase perkembangan tersebut.
Kemudian, sebagai bahan perbandingan akan dikemukakan
fase-fase perkembangan menurut konsep Islam.
1. Periodesasi Perkembangan Berdasarkan Konsep
Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah berbagai ciri
perkembangan yang diharapkan timbul dan dimiliki
setiap anak pada setiap masa dalam periode
perkembangannya. Periodesasi seperti ini di
antaranya dikemukakan oleh Robert J. Havighurst,
yaitu:
a) Masa bayi dan kanak-kanak (infancy and early
childhood): umur 0-6 tahun
b) Masa sekolah atau pertengahan kanak-kanak
(middle childhood): umur 6-12 tahun
c) Masa remaja (adolescence): umur 12-18 tahun
d) Masa awal dewasa (earty adulthood): umur 1830 tahun
e) Masa dewasa pertengahan (middle age): umur 30
-50 tahun
f) Masa tua (latter maturity): 50 tahun ke atas
2. Periodesasi Perkembangan Menurut Konsep lslam
Memperhatikan ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis
Rasulullah Saw. yang menjadi dasar utama
pemikiran Islam, periodesasi perkembangan individu
51
secara garis besarnya dapat dibedakan atas tiga fase,
yaitu:
a) Periode pra-konsepsi, merupakan perkembangan
manusia sebelum masa pembuahan sperma dan
ovum. Meskipun pada periode ini wujud
manusia belum berbentuk, tetapi perlu
dikemukakan bahwa hal ini berkaitan dengan
“bibit” manusia, yang akan mempengaruhi
kualitas generasi yang akan dilahirkan kelak.
b) Periode
pra-natal,
merupakan
periode
perkembangan manusia yang dimulai dari
pembuahan sperma dan ovum sampai masa
kelahiran. Periode ini dibagi atas empat fase,
yaitu:
1) Fase nuthfah (zigot), dimulai sejak
pembuahan sampai usia 40 hari dalam
kandungan;
2) Fase alaqah (emrio) selama 40 hari;
3) Fase mudhghah (janin) selama 4 hari, dan
4) Fase peniupan ruh ke dalam jasad janin
dalam kandungan setelah genap berusia 4
bulan.
c) Periode kelahiran sampai meninggal dunia, yang
terdiri atas beberapa fase, yaitu:
1) Fase neo-natus, mulai dari kelahiran sampai
kira-kira minggu keempat
2) Fase al-thifl (kanak-kanak), mulai dari usia
1 bulan sampai usia sekitar 7 tahun
52
3) Fase tamyiz merupakan fase di mana anak
mulai mampu membedakan yang baik
dengan yang buruk, yang benar dan yang
salah. Fase ini dimulai sekitar usia 7 sampai
12 atau 13 tahun.
4) Fase baligh merupakan fase di mana usia
anak telah mencapai usia muda, yang
ditandai dengan mimpi bagi laki-laki dan
haid bagi perempuan. Pada masa ini, anak
telah memiliki kesadaran penuh akan
dirinya, sehingga ia diberi beban taklif
(tanggung jawab). Fase ini disebut juga
dengan fase aqil (fase tingkah laku
intelektual seseorang mencapai kondisi
puncak, sehingga mampu membedakan
perilaku yang benar dan salah, baik dan
buruk). Fase ini dimulai usia sekitar 15
sampai 40 tahun.
5) Fase kearifan dan kebijakan merupakan fase
di mana seseorang telah memiliki tingkat
kesadaran dan kecerdasan emosional, moral,
spiritual dan agama secara mendalam. Fase
ini disebut juga fase auliya' wa anbiya',
yaitu fase di mana perilaku manusia dituntut
seperti perilaku yang diperankan oleh Nabi
Allah. Fase ini dimulai usia 40 tahun sampai
meninggal dunia.
53
6) Fase kematian merupakan fase di mana
nyawa telah hilang dari jasad manusia.
Hilangnya nyawa menunjukkan pisahnya
ruh dan jasad manusia, yang merupakan
akhir dari kehidupan dunia. Fase kematian
ini diawali dengan adanya naza' yaitu awal
pencabutan nyawa oleh malaikat Izroil.
Perkembangan merupakan suatu perubahan fungsional
yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun
mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh
lingkungan. Perkembangan ditunjukkan dengan perubahan
yang bersifat sistematis, progresif dan berkesinambungan.
1. Perubahan Bersifat Sistematis
Perubahan dalam perkembangan yang ditunjukkan
dengan adanya saling kebergantungan atau saling
mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis
dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.
Misalnya anak diperkenalkan bagaimana cara
memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi
latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar
menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak
apabila proses latihan diberikan pada saat ototototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat
untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh.
Dengan demikian anak akan mampu memegang
pensil dan membaca bentuk huruf.
54
2. Perubahan Bersifat Progresif
Perkembangan yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat
dan mendalam baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Misalnya, perubahan pengetahuan dan
kemampuaanak dari yang bersifat sederhana
berkembang ke arah yang lebih kompleks.
3. Perubahan Bersifat Berkesinambungan
Berkesinambungan ditunjukkan dengan adanya
perubahan yang berlangsung secara beraturan atau
berurutan, tidak bersifat meloncat-loncat atau
karena unsur kebetulan. Misalnya, agar anak
mampu berlari maka sebelumnya anak harus
mampu berdiri dan merangkak terlebih dahulu.
Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan
mampu
mempelajari
hal-hal
yang
baru.
Perkembangan akan dicapai karena adanya proses
belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman
baru dan menimbulkan perilaku baru.
B.
Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan
Porses perkembangan dapat dikelompokan menjadi 3
aspek, antara lain:
1. Aspek biologis merupakan perkembangan pada fisik
individu, contohnya: bertambahnya beratbadan dan
tinggi badan yang tentunya dapat kitaukur.
2. Aspek kognitif meliputi perubahan kemampuan dan
cara berfikir. Aspek ini merupakan perubahan dalam
55
proses pemikiran yang merupakan hasil dari lingkungan
sekitar. Salah satunya yaitu anak mampu menyelesaikan
soal matematika.
3. Aspek psikososial dapat diartikan bahwa aspek ini
merupakan perubahan aspek perasaan, emosi, dan
hubungannya dengan orang lain. Dengan demikian
aspek psikososial merupakan aspek perkembangan
individu dengan lingkungan sekitar atau masyarakat.
Semua aspek mulai dari aspek biologis (fisik), aspek
kognitif (pemikiran), dan aspek psikososial (hubungan dengan
masyarakat) saling mempengaruhi sehingga apabila pada
suatu aspek mengalami hambatan maka akan mempengaruhi
perkembangan aspek yang lainnya. Perubahan-perubahan
meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis. Perubahan
itu dapat dibagi dalam empat kategori utama, antara lain:
1. Perubahan dalam ukuran
Perubahan dapat berupa pertambahan ukuran panjang
atau tinggi berat badan, diikuti perubahan organ-organ
lain yang mengalami perubahan ukuran, antara lain
perubahan volume otak yang membawa akibat
terjadinya perubahan kemampuan.
2. Perubahan dalam perbandingan
Dilihat dari sudut fisik terjadi perubahan operasional
antara kepala, anggota badan, dan anggota gerak.
Perubahan proposional juga terjadi pada perkembangan
mental. Perbandingan antara yang rill, yang khayal
56
dengan hal-hal yang rasional semakin lama semakin
besar.
3. Berubah untuk mengganti hal-hal yang lama
Misalnya, pada bayi terdapat kalenjer buntu yang
disebut tymus pada daerah dada yang sedikit demi
sedikit mengalami penyusutan dan akan hilang setelah
dewasa.
4. Berubah untuk memperoleh hal-hal baru
Misalnya dilihat dari segi mental, seseorang akan
bertambah perbendaharaan kata dan bahasanya ketika
mengalami pertambahan usia. Nilai dan norma juga
semakin meningkat.
C.
Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Masa usia sekolah dasar pada masa kanak-kanak yang
usia dari enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas
tahun ditandai dengan mulai anak masuk sekolah dasar dan
memulai sejarah baru dalam kehidupan kelak mengubah
sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para pendidik mengenal
masa ini sebagai “masa sekolah”, oleh karena pada usia inilah
anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal. Sisi
lain Purnomo (2013) menjelaskan bahwa masa anak-anak
sangat sensitif terhadap persetujuan dan ketidak setujuan,
khususnya dari orang tua, guru dan orang-orang yang
kepadanya mereka bergantung. Karena itu dapat
menggunakan reaksi-reaksi tersebut untuk menanamkan
tingkah laku yang rasional dan baik.
57
Seorang ahli berpendapat bahwa usia sekolah
merupakan masa matang untuk belajar maupun untuk sekolah.
Disebut masa anak sekolah, karena sudah menamakan taman
kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang
sebenarnya. Disebut masa matang untuk belajar, karena
mereka sudah berusaha untuk mencapai sesuatu tetapi
perkembanagn aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk
mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan aktivitas nya
itu sendiri disebut masa matang untuk bersekolah, karena
mereka sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru, yang
dapat diberikan oleh sekolah. Menurut Havighurst, tugas
perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:
1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam
permainan dan aktivitas fisik.
2. Membina hidup sehat.
3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis
kelamin.
5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu
berpartisipasi dalam masyarakat.
6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk
berpikir efektif.
7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai
8. Mencapai kemandirian pribadi
58
Tuntutan
guru
untuk
mengawal
pencapaian
perkembangan anak dapat berupa:
1. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang
mengajarkan keterampilan fisik.
2. Melaksanakan
pembelajaran
yang
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan
bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian
sosialnya berkembang.
3. Mengembangkan
kegiatan
pembelajaran
yang
memberikan pengalaman yang konkret atau langsung
dalam membangun konsep.
4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat nilai, sehingga
siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan
menjadi pegangan bagi dirinya.
Ada pendapat lagi bahwa usia sekolah sering pula
disebut masa intelektual atau masa keserasian bersekolah.
Pada masa keserasian sekolah ini secara relative anak-anak
lebih mudah di didik dari pada masa sebelumnya dan
sesudahnya. Menurut pendapat ini, masa keserasian
bersekolah ini dapat diperinci menjadi dua fase yaitu:
1. Masa kelas rendah sekolah dasar kira-kira umur 6 atau 7
sampai 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat khas anak pada
masa ini sebagai berikut:
a) Adanya korelaso positif yang tinggi antara keadaan,
kesehatan, pertumbuhan jasmani dengan prestasi
sekolah
59
b) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi
peraturan permainan tradisional
c) Adanya kecendurangan memuji sendiri
d) Suka membanding-bandingkan didirnya dengan
anak lain, kalau hal itu dirasanya menguntungkan
untuk meremehkan anak lain
e) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 anak
mengendaki nilai, angka raport) yang baik, tanpa
mengingat apakah prestasinya memang pantas
diberi nilai baik atau tidak
2. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar, yaitu kira-kira umur 9
atau 10 tahun atau sampai kira-kira 12 atau 13 tahun.
a) Adanya minat terhadap kehidupan terapis seharihari yang konkret ; hal ini menimbulkan adanya
kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan
yang praktis
b) Sampai kira-kira umur 11 anak membutuhkan guru
atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan
tugas nya dan memenuhi keinginannya setelah kirakira umur 11 pada umumnya anak menghadapi
tugas-tugas dengan bebas dan menyelesaikan
sendiri
c) Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok
teman sebaya, biasanya dapat bermain bersamasama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak
lebih terikat pada aturan permainan yang
tradisioanl, mereka membuat peraturan sendiri.
60
D.
Masa Remaja
Masa remaja memiliki rentan waktu sekitar usia dua
belasan tahun sampai dengan tujuh belas tahun. Menurut
Ratrioso (2008), masa ini merupakan masa lanjutan dari
pubertas yang biasanya ditandai dengan masa peralihan yang
seringkali bergejolak dan ruang ketidakpastian serta
ketidakjelasa. Dalam konteks ini, bias dikatakan sebagai masa
yang serba nanggung, ada juga yang masih telihat kekanakkanakan, dibilang anak-anak tapi memiliki postur tubuh yang
besar dan sebagainya. Remaja sebagai periode tertentu dari
kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang rlatif baru
dalam kajian psikologi.
1. Perkembangan Fisik
Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer
dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap
perubahan-perubahan psikologi, tanda-tanda perubahan fisik
dari masa remaja terjadi dalam konteks pubertas yang artinya
kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduktif
bertumbuh dengan cepat.
a. Perubahan dalam tinggi dan berat
Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada
usia 12 tahun rata-rata sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi,
pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja lelaki
adalah 69 inci. Sedangkan tinggi rat-rata remaja
perempuan hanya 64 inci. Tingkat pertumbuhan
tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 untuk
anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak
61
lelaki. Adapun factor penyebab laki-laki rata-rata
lebih tinggi daripada perempuan adalah karena lakilaki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2
tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak
perempuan.
b. Perubahan dalam proporsi tubuh
Seiring dengan pertumbuhan tinggi dan berat badan
percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga
terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh
tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa
remaja menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas
pada pertumbuhan tangan dan kaki yang sering
terjadi tidak profosional.
2. Perubahan pubertas
Pubertas (puberty) merupakan suatu periode di mana
kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat
terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual
merupakan suatu rangkaian dari perubahan-prubahan yang
terjadi pada masa remaja di tandai dengan 2 perubahan, yaitu:
a) Perubahan ciri-ciri seks primer
Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh
yang secara langsung berhubungan dengan proses
reproduksi. Ciri-ciri seks primer ini berbeda antara
laki-laki dan perempuan. Bagi laki-laki ciri-ciri seks
primer di tunjukkan dengan pertumbuhan yang cepat
dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan
(serotum), yang dimulai sekitar 12 tahun dan
62
berlangsung sekitar 5 tahun untuk penis dan 7 tahun
untuk serotum. Sementara itu, pada anak perempuan,
perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan
munculnya periode menstruasi yang disebut degan
menarche yaitu menstruasi yang pertama kali dialami
oleh seorang gadis.
b) Perubahn ciri-ciri seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah
yang tidak langsung berhubungan dengan proses
reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang
membedakan antara laki-laki dan perempuan.
Diantara tanda-tanda jasmaniah 1/6 terlihat pada lakilaki adalah tumbuh kumis, janggut, dan jakun, bahu
dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak,
kaki , lengan dan sekitar kemaluannya serta otot-otot
menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat
payudara dan pinggul yag membesar, suara jadi,
tumbuh bulu diketiak dan sekitar kemaluannya.
3. Perkembangan Kognitif
Masa remaja merupakan suatu periode kehidupan
dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan
pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. selama masa
periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai
kesempurnaan. Menurut teori Piaget perkembangan kognitif
ditinjau dari perspektif Piaget maka pemikiran masa remaja
telah mencapai tahap pemikiran operasional formal, yakni
suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia
63
kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja
mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak dapat
berfikir secara abstrak dan hipotesis. Disamping itu, pada
tahap ini remaja ini sudah mampu berfikir sistematis, mampu
memikirkan semua kmungkinan secara sistematis, untuk
memecahkan permasalahan.
4. Perkembangan Psikososial
Perubahan-perubahan secara fisik dan kognitif, ternyata
berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan
psikososial. Dalam uraian berikut, ada beberapa aspek
perkembangan psikosososial yang penting selama masa
remaja.
a. Perkembangan individuasi dan identitas
Konsep identitas dalam psikologi merujuk kepada
suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan
pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang
rentang kehidupan, sekalipun terjadi berbagai
perubahan. Dalam konteks psikologi perkembangan,
pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam
perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai
pada akhir masa remaja.
b. Teori psikososial Erikson
Erikson merupakan salah seorang teoritis ternama
dalam bidang perkembangan rentang hidup. Remaja
mulai memiliki suatu perasaan tentang identitasnya
sendiri, suatu perasaan bahwa ia adalah manusia
yang unik. Menurutnya, salah satu tugas
64
perkembangan selama masa remaja adalah
menyelesaikan krisis identitas, sehingga diharapkan
terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada akhir
masa remaja. Di samping itu, Erikson juga
menyebutkan bahwa masa-masa sulit yang dialami
remaja ternyata ia berusaha merumuskan dan
mengembangkan nilai kesetiaan atau komitmen.
c. Perkembangan hubungan dengan orang tua
Perubahan fisik, kognitif, dan social yang terjadi
dalam remaja mempunyai pengaruh yang besar
terhadap relasi orangtua remaja. Salah satu ciri yang
yang menonjol dari remaja yang mempengaruhi
relasi dengan orangtua adalah perjuangan untuk
memperoleh otonomi, baik secara fisik maupun
psikologis.
d. Perkembangan hubungan dengan teman sebaya
Hubungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat
penting bagi kehidupan remaja. Secara lebih rinci,
Kelly dan Hansen (1987) menyebutkan 6 fungsi
positif dari teman sebaya, antara lain:
1. Mengontrol implus-implus agresif
2. Memperoleh dorongan emosional dan social serta
menjadi lebih independen.
3. Meningkatkan keterampilan-keterampilan social
4. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan
tingkah laku peran jenis kelamin.
5. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai.
6. Meningkatkan harga diri.
65
e. Perkembangan seksualitas
Santrock (1998) menggambarkan sebagai berikut
“During adolescence, the lives of male and female
become wrapped is sexualty…adolescence is a time
of sexual exploration and experimentation of sexual
fantasies and sexual realisties of incorporating
sexuality into one’s identity”.
f. Perkembangan Resiliensi
Pengertian resiliensi (daya lentur) merupakan
kemampuan atau kapasitas insane yang dimiliki
seseorag, kelompok atau masyarakat yang
menghadapi, pencegahan, meminimallkan dan
menghilangkan dampak-dampak yang merugikan
dari kondisi yang tidak menyenangkan. Resiliensi
merupakan suatu kemampuan yang dibutuhkan
dalam kehidupan setiap orang, karena kehidupan
manusia senantiasa diwarnai oleh adversity (kondisi
yang tidak menyenangkan).
5. Teori-Teori Perkembangan
Menurut Crain (2007) ada 14 teori perkembangan yang
dikemukakan
ahli
psikologi
perkembangan
yaitu:
enviromentalisme, naturalisme, etologis, komparatif dan
organismik, perkembangan kognitif, perkembangan moral,
pengondisian klasik, pengondisian operan, pemodelan, sosialhistoris, psikonalitik, psiko-sosial, perkembangan bahasa, dan
humanistik. Berikut ini penjelasan masing-masing teori
tentang perkembangan peserta didik:
66
a. Environmentalisme
Teori enviromentalisme menyatakan perkembangan
ditentukan oleh lingkungan. Teori ini dikemukakan
filsuf Inggris Jhon Locke (1632-1704). Locke
terkenal dengan istilah tabularasa (meja lilin putih).
Locke mengakui kalau individu memiliki
temperamen yang berbeda,
namun
secara
keseluruhan, lingkunganlah yang membentuk jiwa
(Crain, 2007: 6-7). Pada saat jiwa dalam kondisi
lunak yaitu pada usia dini, anak-anak mudah dididik
menurut
kemauan
pendidiknya.
Lingkungan
membentuk jiwa anak-anak melalui proses asiosiasi
(dua gagasan selalu muncul bersama-sama), repetisi
(melakukan sesuatu berkali-kali), imitasi (peniruan),
dan reward and punishment (penghargaan dan
hukuman).
b. Naturalisme
Teori naturalisme memandang anak berkembang
dengan caracaranya sendiri melihat, berpikir, dan
merasa. Alam seperti guru yang mendorong anak
mengembangkan kemampuan berbeda-beda di
tingkat pertumbuhan yang berbeda. Teori ini
dikemukakan Jean Jecques Rousseau (1712-1778)
dalam bukunya yang berjudul Emile. Belajar dari
alam anak-anak mungkin berubah mungkin tidak,
tetapi anak tetap saja sebagai pribadi yang utuh dan
kuat (Crain, 2007: 15-17).
67
c. Etologis
Etologi merupakan studi tentang tingkah laku
manusia dan hewan dalam konteks evolusi. Teori
etologis dikemukakan antara lain Darwin, Lorenz
Tindbergen, dan Bowlby. Charles Darwin (18091882) menyatakanbahwa perkembangan manusia
ditentukan oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak
hanya terjadi pada fisik seperti warna kulit, namun
juga pada beragam tingkah laku. Konrad Lorenz
(1903-1989) dan Niko Tindbergen (1907-1988)
menyatakan insting ikut berkembang karena menjadi
adaptif dalam lingkungan tertentu dan insting
memerlukan lingkungan yang tepat untuk
berkembang dengan benar (Crain, 2007: 64). Jhon
Bowlby (1907-1990) perkembangan manusia
ditentukan lingkungan yang diadaptasinya. Untuk
mendapatkan
perlindungan
anak-anak
harus
mengembangkan tingkah laku kemelekatan (
attachment ) yaitu sinyal yang mempromosikan dan
mempertahankan
kedekatan
anak
dengan
pengasuhnya (Bowlby, 1982: 182).
d. Komparatif dan organismik
Teori komparatif dan organismik dikemukakan
Heinz Werner (18901964) menyatakan bahwa
perkembangan tidak sekedar mengacu kepada
peningkatan ukuran, tetapi perkembangan mencakup
perubahanperubahan di menjelaskan dalam Purnomo
(2019), teori ini merupakan struktur yang dapat
68
didefinisikan menurut prinsip ontogenik. Werner
menyatakan: kapanpun perkembangan berlangsung,
dia melangkah maju dari kondisi yang relatif tidak
memiliki banyak perbedaan menuju kondisi yang
perbedaan dan integrasi herarkhisnya semakin tinggi
[Whenever development occurs, it proceeds from a
state of relative lack of differentation to a state of
increasing differentation and hierarchic integration]
(Werner dan Kaplan, 1956: 866) Pernyataan ini
menunjukkan perkembangan harus dipelajari dari sisi
aktivitas yang muncul di permukaan dan aspek
kejiwaan organisme pelakunya. Di samping itu
prinsip
ontogenik
harus merupakan
dasar
perbandingan pola-pola perkembangan di beragam
wilayah, spesies, dan kondisi patologis yang berbeda.
e. Perkembangan kognitif
Teori ini digagas Jean Piaget (1896-1980) yang
menyatakan bahwa tahapan berpikir manusia sejalan
dengan tahapan umur seseorang. Piaget mencatat
bahwa seorang anak berperan aktif dalam
memperoleh pengetahuan tentang dunia. Tahap
berpikir manusia menurut Piaget bersifat biologis.
Melalui penelitiannya Piaget menemukan bahwa
anak-anak melewati tahap-tahap perkembangan
kognitif dengan urutan yang tidak pernah berubah
dengan keteraturan yang sama (Crain, 2007: 171).
Teori Piaget (dalam Fatimah Ibda, 2015) sering
disebut dengan genetic epistemology karena teori ini
69
berusahan melacak perkembangan kemampuan
intelektual,
bahwa
genetic
mangacu
pada
pertumbuhan developmental bukan warisan biologis
(genetic).
f. Perkembangan moral
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh
Lawrence Kohlberg dilahirkan pada tanggal 25
Oktober 1925 di Bronxeville (New York). Kohlberg
sangat tertarik dengan karya Piaget yang berjudul
The Moral Judgment of the Child . Ketertarikannya
tersebut mendorongnya untuk melakukan penelitian
tentang proses perkembangan “Pertimbangan Moral”
pada anak.
Penelitian tersebut yang dilakukannya dalam rangka
menyelesaikan disertasinya di Universitas Chicago
tahun 1958 dengan judul: The Developmental of
Modes Moral Thinking and Choice in The Years 10
to 16 (Kohlberg, 1995: 11-22). Penelitian tersebut
dilakukan Kohlberg dengan mengadakan tes kepada
75 orang anak laki-laki yang berusia antara 10 hingga
16 tahun. Tes tersebut berbentuk pertanyaanpertanyaan yang dikaitkan dengan serangkaian cerita
di mana tokoh-tokohnya menghadapi dilema moral.
Misalnya seorang suami yang harus mencuri obat
dari toko obat untuk istrinya yang sakit, karena tidak
tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli obat
tersebut (Kohlberg, 1995: 68). Berdasarkan
70
penalaran-penalaran yang diberikan oleh responden
dalam merespon dilema moral yang dihadapinya.
E.
Tahap Perkembangan Intelektual
Piaget percaya, bahwa kita semua melalui keempat
tahap tersebut, meskipun mungkin setiap tahap dilalui dalam
usia berbeda. Setiap tahap dimasuki ketika otak kita sudah
cukup matang untuk memungkinkan logika jenis baru atau
operasi. (MattJarvis, 2011:148). Semua manusia melalui
setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang berbeda, jadi
mungkin saja seorang anak yang berumur 6 tahun berada pada
tingkat operasional konkrit, sedangkan ada seorang anak yang
berumur 8 tahun masih padatingkat pra-operasional dalam
cara berfikir. Namun urutan perkembangan intelektual sama
untuk semua anak, struktur untuk tingkat sebelumnya
terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari tingkat-tingkat
berikutnya. (Ratna Wilis, 2011:137).
1. Tahap Sensorimotor
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua
tahun, bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia
mereka melalui indera mereka yang sedang berkembang
dan melalui aktivitas motor. ( Diane, E. Papalia, Sally
Wendkos Old and Ruth (Duskin Feldman, 2008:212).
Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat dria (sensori)
dan gerak (motor), artinya dalam peringkat ini, anak
hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan
dengan melalui alat drianya dan pergerakannya.
Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan
71
kognitif selanjutnya, aktivitas sensori motor terbentuk
melalui proses penyesuaian struktur fisik sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungan. (Mohd. Surya, 2003:
57).
2. Tahap pra-operasional
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas
kognitif dalam menghadapi berbagai hal diluar dirinya.
Aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang
berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum
mempunyai sistem yang teroganisasikan. Anak sudah
dapat memahami realitas di lingkungan dengan
menggunakan tanda –tanda dan simbol. Cara berpikir
anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak
konsisten, dan tidak logis. Hal ini ditandai dengan ciriciri:
a. Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang
bukan induktif atau deduktif tetapi tidak logis.
b. Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak
mengenal hubungan sebabakibat secara tidak logis.
c. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda
itu hidup seperti dirinya.
d. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala
sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa seperti
manusia.
e. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu
berdasarkan apa yang dilihat atau didengar.
72
f. Mental experiment merupakan masa anak mencoba
melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari
persoalan yang dihadapinya.
g. Centration, merupakan masa anak memusatkan
perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling menarik
dan mengabaikan ciri yang lainnya.
h. Egosentrisme,
yaitu
anak
melihat
dunia
lingkungannya menurut kehendakdirinya. ( Mohd.
Surya, 2003: 57-58).
F.
Tahap Operasional Konkrit
Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya
untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak
telah hilang kecenderungan terhadap animism dan
articialisme. Egosentrisnya berkurang dan kemampuannya
dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Namun,
tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap
operasional kongkrit masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika. (Matt Jarvis, 2011:149
150).
Sebagai contoh anak-anak yang diberi tiga boneka
dengan warna rambut yang berlainan (edith, susan dan lily),
tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasikan boneka
yang berambut paling gelap. Namun ketika diberi pertanyaan,
“rambut edith lebih terang dari rambut susan. Rambut edith
lebih gelap daripada rambut lily. Rambut siapakah yang
paling gelap?”, anak-anak pada tahap operasional kongkrit
73
mengalami kesulitan karena mereka belum mampu berpikir
hanya dengan menggunakan lambang-lambang.
G.
Tahap Operasional Formal
Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru.
Periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi
konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks.
(Matt Jarvis, 2011:111). Kemajuan pada anak selama periode
ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau
peristiwa konkrit, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir
abstrak. Anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen
dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu
disebut operasional formal. Selanjutnya perkembangan
kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi
hingga dewasa, menurut Piaget perkembangan yang
berlangsung melalui empat tahap, yaitu:
1. Tahap sensori-motor
: 0 – 1,5 tahum
2. Tahap pra-operasional
: 1,5 – 6 tahun
3. Tahap operasional konkrit
: 6 – 12 tahun
4. Tahap operasional formal
: 12 tahun ke atas
74
BAB III
Kebutuhan Peserta Didik
Tingkah laku individu merupakan perwujudan dari
dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah
pada prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu,
seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat
kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai
aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran. Di
samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta
didik, guru dapat memberikan pelajaran setepat mungkin,
sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
A.
Konsep Kebutuhan Peserta Didik
Konsep kebutuhan tidak akan terlepas dari konsep
motivasi, konsep perilaku serta tujuan. Kebutuhan sebagai
suatu kekurangan di dalam sesuatu (manusia, tumbuhan,
ataupun manusia). Kebutuhan akan penghargaan dan
pengakuan, maka ada upaya tingkah laku untuk mencapai
tujuan. Dapat di gambarkan adalam sebuah rangkaian yaitu: a)
Tujuan, b) Tingakah laku, c) Kebutuhan, dan d) Dorongan.
Selanjutnya manusia berusaha memenuhi keseimbangan,
apabila tidak seimbang dalam aspek fisiologis maupun
75
psikologis akan timbul suatu pertimbangan. Secara garis
besar, kebutuhan ada 3 macam:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan manusia yang menyangkut fisik seperti
kebutuhan akan udara, makanan, cairan, istirahat dan
lain-lain. Pemutusan kebutuhan fisiologis hanya
menjamin penyesuaian organisme fisik, namun ada
hubungannya juga dengan pemuasan kebutuhan fisik
dan pencapaian penyesuaian psikologis pemuasan
kebutuhan fisik dan pencapaian penyesuaian psikologis.
2. Kebutuhan Psikologis
Sejumlah keperluan psikologis yang pemuasannya
bersifat fundamental untuk penyesuaian. Penyesuaian
psikologis menunjukkan suatu rasa aman keseimbangan
mental, ketenangan jiwa, kepuasan diri dan harga diri.
Kebutuhan psikologis ada 6 yaitu :
a. Kebutuhan akan kasih sayang penghargaan sosial.
b. Kebutuhan akan rasa aman dan status.
c. Kebutuhan akan perhatian.
d. Kebutuhan akan kebebasan.
e. Kebutuhan akan prestasi.
f. Kebutuhan akan pengalaman.
3. Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial merupakan faktor yang memberikan
pengaruh langsung pada penyesuaian diri dengan
lingkungan atau hubungan sosial antar pribadi.
76
Kebutuhan sosial yang sangat penting dalam kehidupan
individu ada tiga yaitu:
a. Kebutuhan akan partisipasi
b. Kebutuhan akan pengakuan.
c. Kebutuhan akan penyesuaian.
B.
Kebutuhan peserta didik secara khusus
Berikut ini beberapa kebutuhan peserta didik secara
khusus yang harus menjadi perhatian guru antara lain:
1. Kebutuhan Jasmaniah
Sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow,
kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan dasar setiap
manusia yang bersifat instingtif dan tidak dipenuhi oleh
lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian
dari guru di sekolah antara lain: makanan, minuman,
pakaian, istirahat, kesehatan jasmani, serta terhindar dari
berbagai ancaman.
2. Kebutuhan rasa aman
Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat
penting bagi kehidupan peserta didik, terutama rasa
aman didalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang
dating kesekolah sangat mendambakan suasana sekolah
atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur serta
terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang
mengancam.
77
3. Kebutuhan akan kasih sayang
Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang,
baik dari orang tua, guru, teman-teman sekolah, dan dari
orang-orang yang berada disekitarnya. Peserta didik
yang mendapatkan kasih sayang akan merasa betah,
bahagia di dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang
mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolasi
rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan
mungkin mengalami kesilitan belajar serta memicu
munculnya tingkah laku maladaptive. Kondisi demikian
pada gilirannya akan melemahkan motivasi belajar
siswa.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan
akan
penghargaan
terlihat
dari
kecenderungan peserta didik untuk mengakui dan
diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka
ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal, dan ingin diakui
keberadaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka
yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan
gembira, paandangan dan sikap mereka terhadap orang
lain akan positif. Sebaliknya, apabila peserta didik
merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau tidak
kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu
yang dikerjakannya maka sikapnya terhadap dirinya dan
lingkungan menjadi negatif.
78
5. Kebutuhan akan rasa sukses
Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang
dilakukannya di sekolah, terutama dalam bidang
akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan
merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang
dilakukan berhasil dan merasa kecewa jika tidak
berhasil. Ini menunjukan bahwa rasa sukses merupakan
suatu kebutuhan pokok bagi peserta didik. Untuk itu,
guru harus mendorong peserta didiknya untuk mencapai
keberhasilan dan prestasi yang tinggi serta memberikan
penghargaan atas prestasi yang dicapai, berapapun
kecilnya baik berupa ungkapan verbal maupun memulai
ungkapan non verbal. Penghargaan yang tulus dari
seorang guru akan menumbuhkan perasaan sukses
dalam diri siswa serta dapat mengembangkan sikap dan
motivasi yang tinggi untuk berjuang mencapai gerbang
kesuksesan.
6. Kebutuhan beragama
Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama dalam
dalam kehidupan adalah iman yang diyakini oleh
pikiran, diresapkan oleh perasaan dan dilaksanakan
dalam tindakan, perkataan, perbuatan dan sikap. Remaja
dalam perkembangannya akan menemui banyaknya hal
yang dilarang oleh ajaran agama yang dianutnya. Hal ini
akan diperoleh dengan praktik di masyarakat di
lingkungannya. Oleh sebab itu pada situasi yang
79
demikian ini peran orangtua, guru, maupun ulama
sangat di perlukan.
C.
Kebutuhan psikologis peserta didik
1. Kebutuhan rasa aman
Siswa benar-benar membutuhkan rasa aman dalam
dirinya agar dapat mengembangkan potensi bakatnya
yaitu dengan memperlakukannya sama dengan orang
lain, hal ini berkaitan dengan teorema yang dikatakan
oleh Schmitz dan Galbraith (1985) yang menyatakan
anak didik (siswa) seringkali merasakan perasaan tidak
aman (insecure) karena adanya perbedaan antara anak
berbakat dengan anak normal.
Rasa aman juga dapat dijumpai apabila pada suatu
proses bimbingan dan konseling apabila pada sekolah
tersebut dijumpai pemberian proses bimbingan dan
konseling, maka siswa yang menjadi klien yang akan
dikonseling oleh konselor harus merasakan aman ketika
berada dalam satu ruangan bersama konselor. Konselor
secara tidak langsung harus memberikan suatu
lingkungan yang nyaman untuk klien agar dapat
mengutarakan segala keluh kesah yang dirasakan klien
dengan hati yang tentram, yaitu salah satu tugas
konselor untuk menciptakan hal tersebut.
80
2. Kebutuhan pemahaman mengenai perasaan dan
harapan diri maupun orang lain
Siswa memahami akan resiko yang timbul bila sedang
bermain di rumah orang lain, apabila membuat gaduh
berarti akan dimarahi atau diberi teguran begitupun
sebaliknya. Memahami akan pentingnya belajar
kelompok untuk menambah pengetahuan seluas-luasnya
dan siswa memahami akan perasaan diri apabila sedang
bersedih berarti butuh di hibur begitupun sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Somantri
dalam puskat.psikologi.ui.ac.id (2005), Pemahaman
mengenai perasaan dan harapan diri maupun orang lain.
Hal ini perlu agar tidak menimbulkan tekanan dalam
diri siswa maupun munculnya konflik dengan orang
lain. Anak harus mengerti konsekuensi apa yang akan
terjadi bila anak melakukan sesuatu, apa pengaruhnya
bagi orang lain dan sebagainya.
Pada proses bimbingan dan konseling ada yang
dinamakan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok. Diadakannya bimbingan kelompok dan
konseling kelompok, salah satu tujuannya agar para
siswa mengerti dan tahu akan pemahaman harapan diri
maupun orang lain, jadi siswa tahu apabila kita
mengadakan suatu kelompok dengan tujuan tertentu
maka siswa akan dapat pengetahuan yang lebih dan
sebaliknya.
81
3. Kebutuhan
pemahaman
mengenai
adanya
perbedaan
Pemahaman mengenai adanya perbedaan setiap orang
itu merupakan suatu yang unik dan wajar ternyata juga
merupakan kebutuhan dari siswa. Dengan demikian
siswa harus diberikan suatu pengarahan dan pemahaman
bagaimana cara menyikapi perbedaan yang baik dan
benar sehingga penilaian mereka tentang perbedaan
tidak menghambat perkembangan potensi bakat yang
mereka punya. Dengan kata lain siswa memahami
bahwa tiap orang itu mempunyai kelebihan dan
kekurangan dan siswa menganggap hal itu unik, dan
juga wajar.
4. Kebutuhan pemahaman tentang tuntutan aktualisasi
diri
Kebutuhan pemahaman tentang tuntutan aktualisasi diri
merupakan salah satu kebutuhan dari siswa dengan
demikian sebagai orang tua maupun guru sudah
selayaknya memberikan suatu rangsangan maupun
motivasi agar siswa mampu mengaktualisasikan dirinya
karena hal tersebut diyakini berdampak positif pada
perkembangan bakatnya.
Menurut psikolog humanistic seperti Abraham Maslow
dan Carl Rogers dalam (Munandar, 2009), aktualisasi
diri apabila seseorang menggunakan semua bakat dan
talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu
mengaktualisasikan atau mewujudkan potensinya.
82
Pribadi yang dapat mengaktualisasikan dirinya adalah
seseorang yang sehat mental, dapat menerima dirinya,
selalu tumbuh, berfungsi sepenuhnya, berpikiran
demokratis, dan sebagainya.
Hal ini sesuai dengan kesadaran siswa akan kebutuhan
pemahaman tentang tuntutan aktualisasi diri, yaitu
dengan mengasah hobi dan kegemarannya agar menjadi
suatu prestasi yang membanggakan bagi diri, maupun
orang lain. Aktualisasi bagi para siswa dapat dikatakan
juga pengembangan potensi diri yang mereka miliki.
Hal ini dapat disamakan dengan tujuan bimbingan dan
konseling itu sendiri, yang mengatakan bahwa proses
bimbingan dan konseling yang melalui tatap muka
antara klien dan konselor, akan bermuara pada klien
yaitu agar klien tahu akan potensi yang ada dalam
dirinya dan dapat mengembangkannya secara optimal.
5. Kebutuhan
pemahaman
tentang
konsep
kepemimpinan
Siswa paham bahwa ada tanggung jawab yang besar
ketika menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok, atau
dalam hal apapun. Kebutuhan pemahaman tentang
konsep kepemimpinan merupakan kebutuhan psikologis
siswa, jadi merupakan hal yang tepat jika diadakan
suatu pembelajaran konsep kepemimpinan bagi para
siswa agar bisa mengembangkan potensi bakatnya
dengan lebih baik.
83
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Semiawan
(1997),
kepemimpinan
menuntut
kemampuan
memahami orang lain, mengetahui perilaku seseorang
dalam kelompok, memiliki kepekaan terhadap
perubahan, sadar dan dapat memperlakukan strategi
baik terhadap individu maupun kelompok, serta
berintelegensi di atas rata-rata. Selain itu, diasumsikan
ia mampu mengambil keputusan, menyesuaikan diri,
loyal, memiliki toleransi terhadap orang lain, dan
memiliki keterarahan serta kemampuan berkomunikasi.
Keterampilan manajerial seperti mengatur waktu,
mengatur kelompok, mengkomunikasikan sasaran yang
ingin dicapai dalam aktivitas tertentu, juga amat
mendukung sifat-sifat kepemimpinan.
6. Kebutuhan apresiasi kapasitas fisik
Kebutuhan apresiasi kapasitas fisik, siswa cenderung
melakukan kegiatan yang dapat mengapresiasikan
tubuhnya seperti berolah raga secara rutin dan itu bisa
dilakukan dengan cara lari-lari saja. Kata apresiasi dapat
diartikan juga penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu
(Kamus Bahasa Indonesia 2003). Hal tersebut sesuai
dengan kebutuhan psikologis siswa akan apresiasi
kapasitas fisik yaitu dengan cara berolahraga secara
rutin agar mendapatkan tubuh yang sehat setiap harinya.
84
7. Kebutuhan menjelajahi aktivitas fisik
Kebutuhan
menjelajahi
aktivitas
fisik
yang
menimbulkan kesenangan dan kepuasan, berpengaruh
signifikan pada siswa, dikarenakan apabila aktivitas
fisik itu dilakukan sebagai contoh adalah lari-lari
dengan teman-teman, ada perasaan senang dan puas
tersendiri.
8. Kebutuhan aktivitas yang mengarah kepada
keterpaduan antara pikiran dan badan
Siswa
cenderung
melakukan
kegiatan
yang
menyenangkan bagi dirinya seperti musik, olahraga dan
sebagainya sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
kebutuhan penjelajahan aktivitas yang mengarah kepada
keterpaduan antara pikiran dan badan juga merupakan
kebutuhan dari psikologis siswa, siswa menginginkan
suatu kegiatan yang bisa memadukan antara pikiran dan
fisik guna mengembangkan potensi bakat mereka.
Seperti halnya bermain drama, dan ikut berpartisipasi
dalam pembuatan dekorasi panggung untuk kegiatan
pengajian.
D.
Teori Kebutuhan Peserta Didik
Terdapat dua teori kebutuhan yang perlu diungkapkan
untuk memahami kebutuhan peserta didik SD/MI, yaitu teori
kebutuhan yang dikembangkan oleh Maslow dan teori
kebutuhan yang dikembangkan oleh Lindgren. Menurut teori
kebutuhan Maslow, kebutuhan yang rendah dalam hierarkhi
85
kebutuhan individu paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan yang lebih tinggi pada hierarkhi tersebut
menjadi sumber motivasi yang penting.
Kebutuhan mendasar seorang individu adalah kebutuhan
fisiologis, lalu kebutuhan individu berkembang dengan
kebutuhan ingin dilindungi, kebutuhan akan cinta dan rasa
memiliki, dan seterusnya sehingga kebutuhan tersebut
mencapai klimaks pada kebutuhan mengaktualisasikan diri.
Tahapan tersebut tidak bersifat statis. Setiap kebutuhan bisa
semakin meningkat atau melemah tergantung dari
perkembangan masing-masing individu.
Sedangkan menurut Lindgren kebutuhan dasar individu
dikelompokkan menjadi 4 (empat) aspek, yaitu untuk
kebutuhan paling dasar (pertama), yaitu kebutuhan jasmaniah,
termasuk keamanan dan pertahanan diri; tingkat kedua,
kebutuhan perhatian dan kasih sayang; tingkat ketiga,
kebutuhan untuk memiliki; dan tingkat keempat, kebutuhan
aktualisasi diri (Uno dan Mohamad, 2011:282-285).
86
BAB IV
Perkembangan Fisik
A.
Aspek Perkembangan Fisik Anak Prasekolah
Perkembangan
anak
tidak
sama
dengan
pertumbuhannya. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan
dalam ukuran, sedangkan perkembangan merupakan
perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya. Ada
perkembangan anak normal awal masa kanak-kanak, anak
sudah mempunyai kemampuan untuk dapat berjalan dengan
baik dan sudah mulai dapat mengkomunikasikan
keinginannya, pikirannya dengan menggunakan bahasa lisan.
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang
sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ
maupun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur
dengan satuan (gram, kilogram), satuan panjang (sentimeter,
meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolic (retensi
kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan
(development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan,
organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
(Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003). Pertumbuhan
87
mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran,
perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama serta munculnya
ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda disetiap kelompok umur dan
masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan
yang berbeda. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu
masa janin, masa bayi 0 sampai 1 tahun, dan masa pubertas.
Masa prosnatal atau masa setelah lahir terdiri dari
beberapa periode. Periode pertama adalah masa neonatal
dimana bayi berusia 0–28 hari dilanjutkan masa bayi yaitu
sampai usia 2 tahun. Masa prasekolah adalah masa anak
berusia 2–6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki dan
perempuan belum terdapat perbedaan, namun ketika masuk
dalam masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa
pubertas, perempuan berusia 6–10 tahun, sedangkan laki-laki
berusia 8–12 tahun. Anak perempuan memasuki masa
adolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding anak lakilaki, yaitu pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat pada
usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertas pada
usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.
Perkembangan
anak
tidak
sama
dengan
pertumbuhannya. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan
dalam ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan
dalam kompleksitas dan fungsinya. Ada perkembangan anak
normal awal masa kanak-kanak, anak sudah mempunyai
kemampuan untuk dapat berjalan dengan baik dan sudah
mulai dapat mengkomunikasikan keinginannya, pikirannya
dengan menggunakan bahasa lisan. Pada dasarnya pendidikan
88
prasekolah (preschool) adalah pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani anak didik di
luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan
dasar. Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan
perkembangan
berikutnya.
Dengan
meningkatnya
pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi,
maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat lebih
mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi
terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang
tuanya.
Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (3-6 tahun)
ada ciri yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak
prasekolah. Perbedaannya terletak pada penampilan, proporsi
tubuh, berat, panjang badan dan keterampilan yang mereka
miliki. Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan
terorganisasi dalam pola-pola seperti; menegakkan tubuh
dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai secara santai, dan
mampu melangkahkan kaki dengan menggerakkan tungkai
dan kaki. Terbentuknya pola-pola tingkah laku ini
memungkinkan anak-anak untuk berespons dalam berbagai
situasi. Masa kanak-kanak awal merupakan masa peka atau
masa yang paling ideal untuk mengembangkan keterampilan
karena tubuh anak masih sangat lentur sehingga lebih mudah
menerimaberbagai latihan keterampilan motorik baru, di
samping pada usia ini anak belum banyak memiliki
keterampilan sehingga keterampilan yang baru tidak banyak
berbenturan dengan keterampilan-keterampilan lain yang
telah dimiliki terdahulu.
89
Perkembangan keterampilan cepat berkembang melalui
latihan bermain yang bersifat fisik melalui berbagai kegiatan,
seperti: melompat, memanjat, lari dan mengendarai sepeda
roda tiga. Keterampilan motorik kasar dan halus sangat pesat
kemajuannya pada tahapan anak prasekolah. Keterampilan
motorik kasar adalah koordinasi sebagian otot tubuh misalnya
melompat, main jungkat jungkit, dan berlari. Sedangkan
keterampilan motorik halus merupakan koordinasi bagian
kecil dari tubuh terutama tangan,misalnya: kegiatan membalik
halaman buku, menggunakan gunting dan sebagainya. Seiring
dengan perkembangan motorik ini, bagi anak usia prasekolah
tepat sekali diajarkan atau dilatih tentang hal-hal berikut:
1. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan
latin) dan menggambar.
2. Keterampilan berolahraga (seperti senam) atau
menggunakan alat-alat olah raga.
3. Gerakan-gerakan
permainan,
seperti
meloncat,
memanjat, dan berlari.
4. Berbaris-baris secara sederhana untuk menanamkan
kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban.
5. Gerakan-gerakan ibadah shalat.
B.
Perkembangan Fisik Anak Sekolah
1. Karakteristik Perkembangan Fisik Masa Puber Peserta
Didik
a. Perubahan Ukuran Tubuh
Perubahan tinggi dan berat badan merupakan
perubahan fisik mendasar yang pertama pada masa
90
puber. Hurlock berpendapat bahwa perubahan tinggi
badan anak-anak perempuan mencapai rata-rata 3
inci per tahun, dalam tahun sebelum haid, bahkan
bisa saja mencapai 5 hingga 6 inci. Adapaun dua
tahun sebelum haid, peningkatan itu mencapai ratarata 2,5 inci. Dengan demikian, peningkatan
keseluruhan selama dua tahun sebelum haid adalah
5,5 inci. Pasca haid, tingkat pertumbuhan itu
menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti
pada saat ia berusia sekitar delapan belas tahun.
Pada anak laki-laki, permulaan periode
pesatnya pertumbuhan tinggi badan dimulai rata-rata
pada usia 13 tahun dan mencapai puncaknya pada
usia 14 tahun. Peningkatan tinggi badan paling besar
terjadi setahun setelah puber. Setelah itu,
pertumbuhan menurun sampai usia 20 atau 21 tahun.
Lebih lamanya periode pertumbuhan anak laki-laki,
menyebabkan tubuhnya lebih tinggi daripada anak
perempuan. Peningkatan berat tubuh bukan hanya
disebabkan lemak, tetapi juga semakin bertambah
beratnya tulang dan jaringan otot. Pada anak
perempuan, peningkatan berat tubuh yang paling
besar terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid.
Setelah itu, pertambahan berat tubuh hanyalah
sedikit. Adapun pada anak laki-laki, peningkatan
berat tubuh maksimal terjadi 1 atau 2 tahun setelah
anak perempuan, dan mencapai puncak pada usia 16
91
tahun. Setelah itu, pertumbuhan berat tubuhnya
sedikit saja.
b. Perubahan Bentuk Tubuh
Akibat terjadinya kematangan yang lebih cepat dari
daerah-daerah tubuh yang lain, sekarang daerahdaerah tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi
besar. Gejala ini tampak jelas pada hidung, kaki, dan
tangan. Bagian bahu dan punggung semakin melebar,
pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi lebih
panjang daripada badan.
Selanjutnya bersamaan dengan bertambahnya
panjang tubuh, ukuran pinggang pun semakin
berkurang. Perlu diketahui bahwa lebar bahu dan
pinggul dipengaruhi oleh usia kematangan. Biasanya,
anak laki-laki yang kematangannya lebih cepat
mempunyai pinggul yang lebih lebar daripada anak
perempuan yang tingkat kematangannya lebih
lambat.
2. Pengaruh Perubahan Kondisi Fisik Pada Masa Pubertas
Pesatnya pertumbuhan dan perubahan-perubahan tubuh
cenderung menimbulkan kecapean, kelesuan, dan gejalagejala buruk lainnya. Dengan semakin bertambahnya tugastugas dan tanggung jawab, sedangkan individu tidak dapat
melaksanakannya dengan baik, kondisi itu sering semakin
memburuk. Gejala yang sering terjadi antara lain gangguan
pencernaan dan kurangnya nafsu makan. Anemia juga sering
92
terjadi akibat kebiasaan makan yang tidak menentu.
Sepanjang periode haid awal, gejala yang sering dialami anak
perempuan adalah sakit kepala, sakit punggung, kejang, dan
sakit perut yang diiringi pingsan, muntah-muntah, gangguan
kulit, pembengkakan tungkai kaki dan pergelangan kaki.
Akibatnya, timbullah rasa lelah, tertekan dan gampang marah.
Gangguan fisik dan psikologis itu akan hilang dengan
sendirinya saat haid datang lebih teratur. Anak laki-laki
maupun perempuan sama-sama mengalami kondisi yang tidak
mengenakkan itu. Seberapa sering intens dan beratnya
penderitaan itu sangat bergantung pada seberapa cepat
perubahan dan kondisi kesehatan pada saat dimulainya masa
puber.
3. Bahaya Fisik
Bahaya fisik utama masa puber disebabkan fungsi
kelenjar endoktrin yang mengendalikan pertumbuhan pesat.
Bahaya ketidakseimbangan endoktrik yang mungkin timbul
pada masa puber adalah sebagai berikut:
a. Kekurangan Hormon Pertumbuhan
Kurangnya jumlah hormon pertumbuhan pada akhir
masa kanak-kanak dan awal masa puber
menyebabkan anak puber lebih pendek dan lebih
kecil dibandingkan pada masa selanjutnya.
b. Kekurangan Hormon Gonad
Jika hormon gonad yang dikeluarkan tidak cukup
banyak atau agak terlambat untuk mengawasi
93
hormon pertumbuhan, pertumbuhan anggota tubuh
akan berlangsung lama dan individupun menjadi
lebih besar dari rata-rata. Kekurangan hormon gonad
juga memengaruhi perkembangan normal organorgan seks dan ciri-ciri seks sekunder sehingga
individu tetap bersifat kekanak-kanakan atau
memiliki ciri-ciri lawan jenisnya. Namun demikian,
kapan terjadinya siklus perkembangan sangatlah
menentukan.
c. Berlebihannya Persediaan Hormon Gonad
Fungsi kelenjar pituitary dan gonad yang tidak
seimbang bisa mengakibatkan berlebihannya jumlah
produksi hormon gonad pada usia yang sangat muda,
sehingga mengakibatkan masa puber dimulai pada
usia 5 atau 6 tahun. Fenomena ini dikenal sebagai
masa puber yang terlalu awal atau puberty procox.
Walaupun secara seksual anak tersebut matang,
dalam arti bahwa organ-organ seks telah mulai
berfungsi, bentuk tubuhnya masih kecil dan ciri-ciri
seks sekundernya belum berkembang sebagaimana
anak pada usia yang normal.
4. Upaya Menumbuhkembangkan Fisik Remaja
Kelancaran pertumbuhan dan perkembangan remaja
dapat didorong oleh berbagai bantuan sistematis, antara lain:
a. Penjagaan kesehatan tubuh. Mengingat kesehatan
tubuh berpengaruh pada pertumbuhan dan
94
perkembangan fisik, upaya preventif seperti
membiasakan hidup sehat, bersih dan berolahraga
secara teratur, dan upaya kuratif seperti segera
menyembuhkan atau mengobati penyakit, akan
banyak membantu dalam menjaga kesehatan
tubuhnya.
b. Pemberian makanan yang baik. mengingat remaja
mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik
yang cepat, mereka memerlukan zat-zat pembangun,
seperti makanan yang banyak mengandung gizi,
segar dan sehat, tidak tercemari kotoran dan
penyakit.
c. Sarana dan prasarana yang baik. Artinya, sarana dan
prasarana yang tidak mengganggu kesehatannya,
seperti ruangan yang tidak sempit dan tidak kotor,
tidak gelap dan disiplin yang tidak terlalu kaku.
d. Istirahat yang cukup. Kemampuan berkonsentrasi
dipengaruhi oleh stamina tubuh, sehingga istirahat
yang cukup untuk menghilangkan kelelahan dan
kepenatan dari bekerja atau belajar sangatlah penting
untuk mengumpulkan tenaga dan kekuatan baru yang
lebih segar.
Adapun cara menumbuh kembangkan kemampuan pikir
atau kognitif remaja, dapat ditempuh langkah-langkah berikut:
a. Memperlakukan positif antara remaja yang ber-IQ
tinggi, sedang, dan rendah, dan menjelaskan kepada
mereka bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki
95
potensi untuk mengembangkan IQ-nya secara
maksimal.
b. Tidak memberikan penilaian yang mencolok dan
berlebihan kepada remaja yang ber-IQ tinggi, sedang,
dan rendah, karena hal itu akan menimbulkan
kesombongan bagi yang ber-IQ lebih dan
mendatangkan kecemburuan dan kecemasan bagi
yang ber-IQ kurang. Hendaknya penilaian diberikan
secara proporsional dan mengarah pada kompetisi
yang sehat.
c. Memahami pemikiran, perasaan dan perilaku remaja
yang berbeda-beda, sesuai dengan keterbatasannya
masing-masing, sehingga tidak canggung atau
mandeg dalam mengungkapkan ide, gagasan atau
pemikirannya.
96
BAB V
Perkembangan Kognitif
A.
Orientasi Perkembangan Kognitif
Keberhasilan proses belajar mengajar antara lain
dipengaruhi oleh kesesuaian antara materi pelajaran dan
tingkat kemampuan berpikir siswa. Menurut Piaget, setiap
indvidu akan mengalami tingkat perkembangan kognitif, dan
siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Indonesia dapat
dikatakan mempunyai tingkat perkembangan kognitif
operasional formal, dikarenakan telah berusia rata-rata di atas
11 tahun (Ratna Wilis Dahar, 1989:152). Pada tingkat
tersebut, anak-anak dapat menggunakan operasi-operasi
kongkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks
(dapat berpikir abstak).
Menurut Sujiono (2013) potensi kognitif ditentukan
pada saat masa konsepsi, yaitu pertemuan antara sel sperma
dan sel telur; namun terwujud atau tidaknya potensi kognitif
tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan.
Potensi kognitif dibawa sejak lahir atau merupakan faktor
keturunan yang akan menentukan batas perkembangan tingkat
inteligensi (batas maksimal).
Piaget menyatakan bahwa anak-anak dianggap siap
mengembangkan konsep atau materi khusus jika memperoleh
skemata yang diperlukan. Hal ini berarti anak-anak tidak
dapat belajar (tidak dapat mengembangkan skemata) jika
tidak memiliki keterampilan kognitif. Artinya proses belajar
mengajar menjadi terhambat bila penalaran formal siswa tidak
97
sesuai dengan yang diperlukan. Teori perkembangan kognitif,
menurut Piaget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi
secara bertahap. Seorang anak tidak dapat menerima
pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung
menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan
didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif di
lingkungan sekolah.
Kognisi sebagaimana dijelaskan Sujiono (2013)
merupakan suatu proses berpikir yang merupakan kemampuan
individu
untuk
menghubungkan,
menilai
dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses
kognisi berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi)
yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama
ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Kemudian, pandangan
perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan
piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep
sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan orang
lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu
pembelajaran tidak hanya terjadi saat di sekolah atau dari guru
saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja
menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari di
sekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan
baik, misalnya di masyarakat.
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang
lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami
perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku
karangan (Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan kognitif
dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih
98
kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan
kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu
melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya
dengan masyarakat dan lingkungan.
Perkembangan kognitif dapat dipahami bahwa satu
aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan
pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya (Desmita, 2009). Dari beberapa pengertian di
atas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif
atau pemikiran merupakan istilah yang digunakan oleh ahli
psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan
pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang
berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan,
mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).
B.
Proses Perkembangan Kognitif
Terdapat dua alternative proses perkembangan kognitif
pada pembahasan ini, yaitu pada teori dan tahap-tahap
perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses
perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi
pemprosesan informasi. Teori perkembangan kognitif Piaget:
99
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak
berkembang dari bayi sampai dewasa. Menurut teori Piaget,
setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di
lahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat
tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap sensori-motorik
(dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2
sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11
tahun), dan tahap operasional formal/usia 11 tahun ke atas.
(Desmita, 2009, 01) dan (Anwar Holil, 2008).
1. Tahap sensorimotor (0 - 2 tahun)
Tahap sensorimotor ada pada usia antara 0-2
tahun, mulai pada masa bayi ketika ia menggunakan
pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal
lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi
keberadaannya masih terikat kepada orang lain bahkan
tidak berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah
dapat berfungsi.
Tindakannya berawal dari respon refleks,
kemudian berkembang membentuk representasi mental.
Anak dapat menirukan tindakan masa lalu orang lain,
dan merancang kesadaran baru untuk memecahkan
masalah dengan menggabungkan secara mental skema
dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Periode
singkat antara 18 bulan atau 2 tahun, anak telah
mengubah dirinya dari suatu organisme yang
bergantung hampir sepenuhnya kepada refleks dan
perlengkapan heriditer lainnya menjadi pribadi yang
cakap dalam berfikir simbolik.
100
Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama
stadium sensorimotor, intelegensi anak baru nampak
dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulus
sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah
tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan-tindakan
yang imaginer atau hanya dibayangkan saja, tetapi
secara perlahan-lahan melalui pengulangan dan
pengalaman konsep obyek permanen lama-lama
terbentuk. Anak mampu menemukan kembali obyek
yang disembunyikan.
2. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mempresentasikan
dunia dengan kata-kata dari berbagai gambar. Kata dan
gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi
indrawi dan tindakan fisik (Desmita, 2009). Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki
kemampuan yaitu:
a. Berpikir simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir
tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan
peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di
hadapan anak. Subfase fungsi simbolis terjadi pada
usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki
kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek
yang secara fisik tidak hadir. Pada masa ini, anak
sudah dapat menggambar manusia secara
101
sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai
menyadari bahwa pemahamannya tentang bendabenda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan
melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga
dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat
simbolis.
Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak
sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa
untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat
membayangkan objek atau orang tersebut memiliki
sifat yang berbeda dengan yang sebenarnya.
Contoh: Citra bertanya kepada ibunya tentang gajah
yang mereka lihat dalam perjalanan mereka ke
sirkus beberapa bulan yang lalu.
b. Berpikir egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir
tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak
setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh
sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara
pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut
Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak
pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana
segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia
2-4 tahun.
Berpikir
secara
egosentris
ditandai
oleh
ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif
atau cara berpikir orang lain. Anak berasumsi
102
bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa
sebagaimana yang mereka lakukan.
c. Berpikir intuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan
untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar
atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui
dengan pasti alasan untuk melakukannya. Subfase
berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun.
Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif
karena pada saat ini anak kelihatannva mengerti dan
mengetahui sesuatu.
3. Tahap konkret-operasional (usia 7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak dapat berpikir secara logis
mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentukbentuk yang berbeda (Desmita, 2009). Tetapi dalam
tahapan konkret-operasional masih mempunyai
kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan
aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang
konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan
suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan
yang konkrit, maka ia belum mampu untuk
menyelesaikan masalah ini dengan baik.
4. Tahap operasional formal (usia 11 tahun-dewasa)
Anak usia 11 tahun keatas dalam tahap operasi
formal: tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda103
benda atau peristiwa-peristiwa kongkret, ia mempunyai
kemampuan berpikir abstrak. Jika menghadapi masalah
eksperimen, mulai bekerja bereksperimen dengan
barang-barang, dan menyadari kompleksnya faktorfaktor yang ada, hipotesis dan diuji secara sistematik,
setiap faktor dipisahkan dengan menguji dengan konsep
yang dimiliki. Perkembangan kognitif anak usia SMP
adalah pada tahap operasional formal artinya tidak perlu
berpikir dengan pertolongan benda-benda atau
peristiwa-peristiwa
kongkret
dapat
dikatakan
mempunyai kemampuan berpikir abstrak.
Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari
penalaran klasifikasi, penalaran konservasi, penalaran
teoritis, penalaran kombinasi, penalaran proporsional,
penalaran fungsional, mengontrol variabel, penalaran
analogi,
penalaran
proposisional,
penalaran
korelasional, penalaran kemungkinan. Ditahap ini
remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis,
dan lebih idealistik.
C.
Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Malkus, Feldman, dan Gardner dalam (Sujiono, 2013)
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai kapasitas
untuk tumbuh, menyampaikan, dan menghargai maksud
dalam penggunaan beberapa sistem simbol yang secara
kebetulan ditonjolkan dalam suatu bentuk setting sistem
simbol ini meliputi kata, gambar, isyarat, dan angka.
104
Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak
dalam berpikir dan kemampuan untuk memberikan alasan.
1. Masa kanak-kanak awal
a. Pengertian perkembangan kognitif masa kanakkanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal.
Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun, sebagai tahap
praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk
terlibat dalam operasi atau manipulasi mental yang
mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik
perkembangan dalam tahap kedua adalah perluasan
penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan
representional, yang pertama kali muncul pada
akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori
(Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak
yang sedang berada dalam periode sensitif atau
masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi
tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Anak taman kanakkanak adalah anak yang sedang berada dalam
rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok
individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 46 tahun secara formal dapat ditempuh di taman
kanak-kanak.
b. Kemampuan yang mampu dikuasai anak
Pada tahap ini kemampuan anak berada pada tahap
praoperasional. Dikatakan praoperasional karena
105
pada tahap ini anak belum memahami. Fase
praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga subfase,
yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir
secara egosentris dan subfase berpikir secara
intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi
perkembangan
kognitif
anak.
Pada
fase
praoperasional, anak tidak berpikir secara
operasional yaitu suatu proses berpikir yang
dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu
aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya
dengan kegiatan yang telah dilakukannya
sebelumnya.
Fase ini merupakan fase permulaan bagi anak
untuk
membangun
kemampuannya
dalam
menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir
anak pada fase ini belum stabil dan tidak
terorganisasi secara baik. Dengan kata lain, anak
belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara
kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
Kemampuan lain yang dikuasai anak tahap ini
antara lain:
1. Memahami identitas
Anak memahami bahwa perubahan di
permukaan tidak mengubah karakter alamiah
sesuatu. Contoh : Boris mengetahui bahwa
gurunya sedang berbusana bajak laut tetapi
orang itu tetap gurunya yang berada di dalam
kostum.
106
2. Memahami sebab akibat
Anak mengetahui bahwa peristiwa memiliki
sebab dan akibat. Contoh : Anas melihat bola
menggelinding dari balik tembok, lalu dia
melihat belakang tembok untuk mencari siapa
yang menendang bola tersebut.
3. Mampu mengklasifikasi
Anak mengorganisir objek, orang, dan
peristiwa kedalam kategori yang memiliki
makna. Contoh: Susan memilah mainannya ke
kelompok bagus dan jelek.
4. Memahami angka
Anak dapat berhitung dan bekerja dengan
angka. Contoh : Rosa membagi permen kepada
teman-temannya dan menghitung permen yang
dia punya untuk memastikan setiap orang
mendapatkan permen yang sama.
5. Empati
Anak
menjadi
lebih
mampu
untuk
membayangkan apa yang dirasakan oleh orang
lain. Contoh : Budi mencoba untuk
menenangkan temannya yang sedang kecewa
dan menangis.
6. Teori pikiran
Anak menjadi lebih dasar akan aktivitas mental
dan fungsi pikirannya. Contoh : Putri ingin
menyimpan beberapa potong coklat untuk
dirinya sendiri, karena itu ia menyimpan coklat
107
dari adiknya ke dalam kotak pensil. Dia
mengetahui bahwa coklatnya akan aman
didalam kotak tersebut karena sang adik tidak
akan mencarinya ke tempat yang biasanya
tidak terdapat coklat.
D.
Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik
1. Masa kanak-kanak awal
Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan
cara dieja, pemahamannya hanya satu kata dan
terkadang anak sulit diajak belajar membaca. Solusi :
Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak
untuk membaca.
2. Masa kanak-kanak akhir
Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini
umumnya menggunakan sistem klasikal yang
menempatkan kecepatan memahami isi bacaan
berdasarkan kecepatan rata-rata memahami isi buku
atau siswa merasa bahwa pembelajaran membaca
pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat.
Solusi : Guru mengefektifkan pembelajaran membaca
interpretatif dengan mengelompokkan siswa menjadi 8
kelompok dengan memahami isi bacaan & sharing.
3. Masa remaja
Permasalahan membaca pemahaman di masa
SMP/SMA lebih ke kurang memahami isi bacaan,
seharusnya dengan membaca pemahaman secara serius.
108
BAB VI
Perkembangan Motorik
A.
Orientasi Perkembangan Motorik
Gagne dan Briggs (1978: 49-50) mengatakan bahwa
hasil belajar merupakan gambaran kemampuan yang
diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang
dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu:
keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik dan sikap. Perkembangan mengandung
makna adanya pemunculan sifat-sifat baru yang berbeda dari
sebelumnya (Kasiram, 1983: 23), mengandung arti bahwa
perkembangan merupakan perubahan sifat individu menuju
kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifatsifat sebelumnya.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam perkembangan individu secara
keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik
terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh
Hurlock (1996) melalui: a) keterampilan motorik, anak dapat
menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti
anak merasa senang dengan memiliki keterampilan
memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau
memainkan alat-alat mainan, b) melalui keterampilan motorik,
anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulanbulan pertama dalam kehidupannya ke kondisi yang
independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini
109
akan menunjang perkembangan rasa percaya diri, c) melalui
perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia
kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih
menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris, dan d)
melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan
anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya,
sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk
dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan
terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
Perkembangan keterampilan motorik sangat penting
bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan
tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf,
otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi
motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh
yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan
otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar
anak bisa berkembang dengan optimal. Berikut tabel tahap
perkembangan motorik dan kognitif pada anak:
110
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Motorik
1. Perkembangan sistem Saraf.
Sistim saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan
motorik karena sistim saraf lah yang mengontrol gerak
motorik pada tubuh manusia.
2. Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk bergerak.
Karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya
dengan fisik maka kemampuan fisik seseorang akan
sangat berpengaruh pada perkembangan motorik
seseorang. Anak yang normal perkembangan
motoriknya akan lebih baik dibandingkan anak yang
memiliki kekurangan fisik.
111
3. Keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik,
maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik
yang lebih luas lagi. Karena semakin dilatih
kemampuan motorik anak akan semakin meningkat.
4. Lingkungan yang mendukung.
Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan
jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak
mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di
luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena
dapat menstimulasi perkembangan otot.
5. Aspek psikologis anak.
kemampuan motorik yang baik berhubungan erat
dengan self-esteem.
a. Umur.
1. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah
pada masa prenetal, tahun pertama kehidupan
dan pada masa remaja.
2. Jenis kelamin setelah melewati pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
b. Genetik.
1. Genetik merupakan bawaan anak yaitu
potensial anak yang akan menjadi ciri khasnya.
Kelainan genetik akan mempengaruhi proses
tumbuh kembang anak.
2. Kelainan kromosom.
Pada umumnya kelainan kromosom akan
disertai dengan kegagalan pertumbuhan.
112
C.
Prinsip-Prinsip Perkembangan Motorik
Perkembangan seringkali melibatkan perubahan.
Perkembangan motorik ditandai dengan adanya perubahan
ukuran, perubahan proposi, hilangnya ciri lama, dan
mendapatkan ciri baru.
1. Hasil proses kematangan dan belajar.
Proses kematangan yaitu warisan genetik individu.
Sedangkan proses belajar yaitu perkembangan yang
berasal dari latihan dan usaha setiap individu.Walaupun
pola perkembangan sama, setiap anak akan mengikuti
pola pola perkembangan yang dapat diramalkan dengan
cara dan kecepatannya sendiri-sendiri.
2. Dapat diramalkan.
Pola perkembangan fisik dapat diramalkan semasa
kehidupan pra dan pasca lahir. Perkembangan motorik
akan
mengikuti
hukum
chepolocaudal
yaitu
perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dari
kepala ke kaki. Hukum yang kedua yaitu proximodialis
yaitu perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Pola
perkembangan mempunyai karateristik yang dapat
diramalkan Karakteristik dalam perkembangan anak
juga dapat diramalkan, hal ini berlaku baik untuk
perkembangan fisik maupun mental.
Semua anak mengikuti mengikuti pola perkembangan
yang sama dari satu tahap ke tahap yang lainnya. Setiap
tahap memiliki bahaya yang potensial. Beberapa hal
yang menyebabkannya antara lain dari lingkungan
bahkan dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat
113
mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik,
psikologis, dan sosial anak. Stimulasi yang bisa
diberikan unruk mengoptimalkan perkembangan
motorik anak antara lain :
a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab
dan latin) dan menggambar.
b. Keterampilan berolah raga (seperti senam) atau
menggunakan alat-alat olah raga.
c. Gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat,
memanjat dan berlari.
d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan
kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban.
D.
Perkembangan Motorik Kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat
termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot
besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh
anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik
kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena
proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju
perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak
lainnya.
Motorik berasal dari kata ”motor” yang merupakan
suatu dasar biologis atau mekanika yang menyebabkan
terjadinya suatu gerak (Gallahue). Dengan kata lain, gerak
(movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang
didasari oleh proses gerak motorik. Hari Yuliarto (2010:5)
mengatakan yang dimaksud motorik kasar ialah segala
114
sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan
tubuh. Ada tiga unsur dalam perkembangan motorik pada
manusia, yaitu: Otot Saraf Otak.
Berdasarkan tiga unsur diatas bentuk perilaku gerak
yang dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk yaitu : motorik
kasar (melibatkan otot-otot besar, saraf dan otak) dan motorik
halus (melibatkan otot-otot kecil, saraf dan otak). Ketiga
unsur ini melaksanakan masing-masing perannya secara
interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan,
saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya
untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna
keadaannya. Kemampuan gerak dasar pada perkembangan
motorik menurut Depdiknas (2007 : 3) antara lain:
1. Kemampuan gerak lokomotor
Kemampuan gerak lokomotor digunakan untuk
memindahkan tubuh dari satu tempat ke temapt yang
lain atau mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan
loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan,
berlari, skipping, melompat, meluncur, dan lari.
2. Kemampuan gerak non-lokomotor
Kemampuan non-lokomotor dilakukan di tempat, tanpa
ada ruang yang memadai. Kemampuan non-lokomotor
terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan
menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan
memutar, mengocok, melingkar, melambungkan.
3. Kemampuan gerak manipulative
Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak
tengah menguasai macam-macam objek. Kemampuan
115
manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki,
tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan.
Manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi
mata kaki dan mata tangan, yang mana koordinasi ini
cukup penting untuk proses berjalan dalam ruang gerak.
Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari;
gerakan menerima (menangkap) objek adalah
kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan
menggunakan bola karena dalam menangkap bola
membutuhkan konsentrasi.
E.
Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan
gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian
anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini
dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih.
Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok
termasuk contoh gerakan motorik halus. Gerakan motorik
halus mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan
seni. Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot
kecil. Oleh karena itu gerakan motorik halus tidak terlalu
membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi
yang cermat serta ketelitian. Depdiknas (2007 : 7)
Keterampilan motorik halus mulai berkembang, setelah
diawali dengan kegiatan yang amat sederhana seperti
memegang pensil, memegang sendok, dan mengaduk.
Keterampilan motorik halus lebih lama pencapaiannya dari
116
pada keterampilan motorik kasar karena keterampilan motorik
halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya
konsentrasi, kontrol, kehati-hatian dan koordinasi otot tubuh
yang satu dengan yang lain. Seiring dengan pertambahan usia
anak, kepandaian anak akan kemampuan motorik halus
semakin berkembang dan maju pesat.
Perkembangan motorik halus juga memiliki beberapa
fungsi, diantaranya yaitu menurut Hurlock (Depdiknas, 2007 :
10) dalam buku pedoman pembelajaran seni yang mencatat
beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik bagi
konstelasi
perkembangan
individu,
yaitu:
Melalui
keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang
dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar
bola atau memainkan mainan yang lainnya.
Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari
kondisi tidak berdaya pada bulan pertama kehidupannya, ke
kondisi yang bebas dan tidak bergantung. Anak dapat
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lainnya, dan dapat
berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi seperti ini akan
menunjang perkembangan percaya diri anak. Melalui
keterampilan motorik pula anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah. Pada usia pra sekolah atau usia
dini anak sudah dapat dilatih menggambar, melukis, berbaris,
dan persiapan menulis.
117
BAB VII
Konsep Diri
A.
Orientasi Konsep Diri
Menurut Adi W. Gunawan (2005), yang menyebut
dirinya seorang Re-Educator dan Mind Navigator mengatakan
konsep diri diibaratkan sebagai sebuah sistem yang
menjalankan komputer mental yang mempengaruhi
kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri yang telah terinstall akan masuk ke pikiran bawah sadar dan mempunyai
bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran
seseorang. Semakin baik konsep diri maka akan semakin
mudah seseorang untuk berhasil.
Konsep diri (self-concept) merupakan salah satu dari
beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi
pencapaian prestasi belajar. Linn (1993) mengatakan bahwa
konsep diri dapat diformulasikan melalui dunia yang
dilihatnya, artinya bahwa konsep diri seseorang dapat
dinyatakan melalui pandangan tentang diri pribadinya.
Formulasi lain sebagaimana dijelaskan Samana (1988) bahwa
konsep diri merupakan gambaran dan penilaian terhadap diri
sendiri mencakup seluruh aspek kepribadiannya. Hurlock
(1989) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan penilaian
terhadap dirinya sendiri yang meliputi karakteristik fisik,
psikis, sosial emosional, aspirasi, dan prestasi. Konsep diri
seseorang diyakini dapat mempengaruhi prestasi belajar
sebagaimana Fink (1982) menyatakan bahwa anak yang
mempunyai konsep diri kurang, ada korelasi yang signifikan
118
dengan rendahnya prestasi belajar oleh siswa yang dicapai di
sekolah. Pernyataan ini dapat dibenarkan karena penilaian diri
dapat mempengaruhi tingkah laku, sedangkan prestasi belajar
merupakan hasil dari tingkah laku itu. Pudjiyogyanti (1988)
memberikan pernyataan senada bahwa konsep diri
mempunyai peranan yang menentukan terhadap prestasi
belajar sebab dengan evaluasi diri mengenai kemampuan dan
perilakunya maka akan lebih condong dan optimis untuk
menunjukkan prestasi hasil kemampuannya itu.
Hurlock (1988) melihat konsep diri sebagai faktor
penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Ahli ini
menyatakan bahwa konsep diri sebagai inti kepribadian
merupakan aspek penting terhadap mudah tidaknya
berhubungan dengan orang lain. Interaksi positif siswa dengan
guru dalam proses belajar mengajar, menunjukkan
kemampuan penyesuaian diri dari siswa tersebut adalah baik,
sehingga hal itu akan mendukung tercapainya prestasi belajar
yang lebih baik. Senada dengan pernyataan-pernyataan di atas
adalah Marsh (1984) mengatakan bahwa konsep diri yang
semakin baik maka akan semakin kecil manefistasi
kecemasannya. Proses belajar mengajar yang diikuti anak dan
anak mempunyai penilaian diri yang positif, maka hal itu akan
mendukung bentuk-bentuk tingkah laku yang positif pula.
Sementara tingkah laku yang positif dapat mengurangi atau
bahkan dapat menghilangkan sifat-sifat cemas , takut, rendah
diri dan lain sebagainya sehingga mendorongnya untuk
berprestasi lebih baik.
119
Fitts (1971) melihat bahwa pengamatan seseorang
terhadap dirinya dapat dilihat dari dua dimensi yaitu dimensi
internal dan dimensi eksternal. Pada dimensi internal, individu
melihat dirinya sebagai suatu kesatuan unik dan dinamis
ketika ia melakukan pengamatan dan penilaian terhadap
identitas dirinya, tingkah lakunya dan kepuasan dirinya.
Sedangkan dimensi eksternal adalah pengamatan dan
penilaian terhadap diri yang timbul ketika individu
berinteraksi dengan dunia luar, khususnya hubungan interpersonal. Kedua dimensi ini beserta bagian-bagian diri yang ada
saling berhubungan membentuk suatu kepribadian.
1. Dimensi Internal
Berdasarkan dimensi internal, Fitts melihat ada 3 bagian
dari diri yaitu identitas diri sebagai pelaku dan diri sebagai
penilai.
a. Identitas (self identity)
Diri identitas merupakan aspek paling mendasar dari
konsep
diri.
Aspek
ini
merupakan
ciri
mempertanyakan "siapa aku?". Dalam diri identitas
terkumpul seluruh label dan simbol yang digunakan
seseorang untuk menggambarkan diri. Bertambahnya
pengalaman, label seseorang akan bertambah.
Semua ini menambah pengenalan diri dan menolong
menggambarkan diri dalam menjawab pertanyaan
identitasnya. Sumber utama diri identitas adalah diri
sebagai pelaku. Diri identitas dapat mempengaruhi
cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan
120
juga dengan diri sendiri. Dengan demikian diri
identitas mempunyai hubungan dengan diri pelaku
dan hubungan ini secara umum berlaku timbal balik (
Fitts, 1971).
b. Diri sebagai pelaku (behavioral Self)
Diri sebagai pelaku merupakan persepsi seseorang
terhadap tingkah lakunya atau caranya bertindak.
Dalam melakukan sesuatu seseorang didorong oleh
stimulus eksternal dan internal. Konsekuensi dari
tingkah laku mempengaruhi dipertahankan atau tidak
suatu tingkah laku. Di samping itu juga menentukan
apakah suatu tingkah laku baru diabstraksikan,
disimbolisasikan atau dimasukkan dalam diri
identitas.
c. Diri sebagai Penilai (judging self)
Manusia cenderung menilai sejauh mana hal-hal
yang dipersepsikan memuaskan bagi dirinya.
Interaksi antara diri identitas, diri pelaku dan
integrasi dalam keseluruhan konsep diri meliputi
bagian diri yang ketiga yaitu diri sebagai penilai. Diri
penilai berfungsi sebagai pengamat dan pemberi nilai
standar, pembanding dan terutama sebagai penilai
diri. Juga mediator antara dua diri berbeda. Penilaian
diberikan pada label-label di dalam diri identitas atau
diri pelaku secara terpisah, misalnya “Saya pintar"
atau "Saya tidak suka melakukan itu".
Penilaian belajar dan "saya pintar" berarti orang
tersebut memberi label pada keseluruhan diri dan
121
bukan pada tingkah laku tertentu. Namun orang
tersebut bisa juga mengatakan "Saya melakukan itu
tapi saya bukan orang yang terbiasa melakukan hal
demikian", hal ini berarti, orang tersebut tidak setuju
dengan tingkah laku tadi.
2. Dimensi Eksternal
a. Diri Fisik (physical self)
Merupakan persepsi dan perasaan seseorang terhadap
keadaan fisik, kesehatan, keterampilan, penampilan
diri, seksualitas dan gerak motorik.
b. Diri Etika Moral (Moral Ethical self)
Merupakan persepsi seseorang tentang dirinya
ditinjau dari standar pertimbangan nilai-nilai etis dan
moral. Selain itu juga berkaitan dengan hubungan
seseorang dengan Tuhannya, rasa puas seseorang
pada kehidupan keagamaannya, nilai-nilai moral
yang dianut berkenaan dengan apa yang baik dan
yang jahat dan rasa puas seseorang dalam kehidupan
agamanya.
c. Diri Personal (personal self)
Merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai
pribadi terlepas dari keadaan fisik dan hubungan
dengan orang lain dan sejauh mana ia merasa kuat
sebagai pribadi. Misalnya perasaan diri sebagai orang
gembira, orang tenang dan santai atau seorang
pembenci.
122
d. Diri Keluarga (family self)
Merupakan perasaan dan harga diri seseorang
sebagai anggota keluarga dan di tengah-tengah teman
dekat. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh
perasaan seseorang terhadap dirinya sebagai anggota
keluarga dan terhadap peran maupun fungsi yang
dijalankannya selaku anggota keluarga.
e. Diri Sosial (Social self)
Merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya
dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
lebih luas.
B.
Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui pengalaman dan interaksi
yang dialami secara berulang. Konsep diri bukan bawaan
sejak lahir. Seorang anak, ketika lahir belum menyadari
dirinya dan lingkungannya (Tanamal, 2004). Gunarsa (1999)
juga mengatakan seorang bayi baru dilahirkan belum
mengenali diri dan lingkungan sekitarnya. Namun sesudah
masa kelahiran, bayi mulai belajar secara perlahan-lahan
melalui pengalaman dengan tubuh dan lingkungannya, dan
mulai berkembang kesadaran tentang dirinya yang timbul
seiring dengan meningkatnya kemampuan persepsi.
Symonds (dalam Fitts, 1971) sependapat dengan hal
tersebut dan mengatakan bahwa konsep diri bukan merupakan
faktor bawaan, tetapi merupakan hasil interaksi individu
dengan lingkungannya. Mead (dalam Burns, 1993)
mengatakan bahwa konsep diri individu berkembang sebagai
123
hasil hubungan antara proses aktifitas sosial seperti
pengalaman dan hubungan dengan individu lain dalam proses
tersebut. Konsep diri merupakan hasil perkembangan
perhatian individu mengenai bagaimana orang lain bereaksi
terhadap dirinya. Dengan demikian ia dapat mengantisipasi
reaksi-reaksi orang lain dan memunculkan tingkah laku
sesuai. Individu tersebut pada akhirnya belajar untuk
menginterpretasikan lingkungan seperti dilakukan orang lain.
Perkembangan konsep diri terjadi melalui dua tahapan primer
yang terbentuk melalui pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan keluarga dan tahapan sekunder saat anak telah
memiliki hubungan luas di luar lingkungan keluarga
(Gunarsa, 1995).
Pada masa bayi, kedekatan antara bayi dengan orang tua
menentukan rasa aman dan rasa cinta seorang bayi. Perasaan
aman dan cinta ini menentukan konsep diri terutama
berhubungan dengan anggapan orang tua terhadap dirinya
(Papalia, 2004). Kerenggangan hubungan antara orang tua dan
bayi akan menyebabkan kecemasan dan ketidakpercayaan
bayi terhadap orang tua. Akibatnya kelak perkembangan
sosial dan kepribadian anak akan terhambat karena anak akan
cenderung menghindari interaksi dengan orang lain. Santrock,
(2003) mengatakan bahwa pengalaman kedekatan bayi
menentukan derajat ketergantungannya terhadap lingkungan,
temperamen, tingkat emosional, kemandirian dan pergaulan
anak dikemudian hari.
Pengalaman awal yang diterima anak di dalam keluarga
akan dinilai sebagai perasaan diterima atau ditolak, yang akan
124
membentuk harapan serta tingkah laku yang diterima oleh
orang lain. Selanjutnya bersama keluarga pula anak belajar
tentang peran-peran yang akan dimainkan dalam masyarakat,
seperti nilai-nilai, sikap dan perilaku pantas dan tidak pantas,
atau baik dan buruk. Oleh karena itu, pengaruh keluarga
terhadap perkembangan anak lebih besar dibandingkan
pengaruh sosial lain (misalnya teman sebaya). Hubungan
buruk dengan keluarga merupakan hal serius karena dapat
mengurangi perasaan aman dan anak yang kurang
hubungannya dengan orang tua akan mengalami trauma
emosional hebat (Santrock, 2003) sehingga mempengaruhi
konsep dirinya.
Pada akhir masa kanak-kanak (6 tahun - pubertas)
lingkungan sosial anak semakin meluas dan berarti pengaruh
sosial di luar keluarga pada anak semakin besar. Dalam
berhubungan dengan lingkungan di luar rumah, anak
menemukan tuntutan baru dan membingungkan dari
kelompok berbeda dengan orang tua. Pengaruh teman-teman
sebaya dan reference group mulai memegang peranan penting
dalam pembentukan konsep diri anak. Anak semakin
mengidentifikasi diri dengan kelompok usianya dan
mengadopsi tingkah laku per group-nya. Namun demikian
hubungan
keluarga
masih
sangat
mempengaruhi
perkembangan kepribadian (Santrock, 2003). Pengaruh
mendalam dari hubungan anak dengan keluarga jelas terlihat
dalam berbagai bidang kehidupan seperti berikut ini:
125
a. Hubungan keluarga sehat dan bahagia menentukan
sikap anak terhadap sekolah yang positif dan
menimbulkan dorongan berprestasi.
b. Hubungan keluarga mempengaruhi penyesuaian diri
secara sosial di luar rumah.
c. Cita-cita dan prestasi anak diberbagai bidang sangat
dipengaruhi oleh sikap orang tua.
d. Hubungan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam
perkembangan kepribadian anak. Pandangan anak
tentang diri sendiri merupakan cermin langsung dari
apa yang dinilai dan dari cara anak diperlakukan oleh
anggota keluarga.
Papalia (2004) mengatakan konsep diri mulai terbentuk
selama masa "middle childhood" (6-12 tahun/pertengahan
masa kanak-kanak). Pada masa ini konsep diri berkembang
lebih realistik dan anak mulai tahu apa yang mereka butuhkan
untuk hidup dan untuk masa depannya. Anak mulai memiliki
gambaran diri positif atau negatif mengenai dirinya sendiri,
yang melekat untuk waktu lama setelah masa kanak-kanak.
C.
Konsep Diri Positif dan Negatif
1. Positif
Dalam proses pembentukan, konsep diri dapat
berkembang ke arah positif dan negatif pada setiap individu
karena konsep diri diperlukan untuk berinteraksi dengan
orang lain. Montana (2001) memberikan ciri-ciri tingkah laku
individu yang mempunyai konsep diri positif yaitu:
126
a. Bercita-cita menjadi pemimpin (menginginkan
kepemimpinan).
b. Mau menerima kritikan yang bersifat membangun.
c. Mau mengambil resiko lebih sering.
d. Bersifat mandiri terhadap orang lain.
e. Yakin bahwa keberhasilan dan kegagalan tergantung
pada usaha, tindakan dan kemampuan seseorang.
f. Bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya.
g. Percaya ia mempunyai kontrol dan pengaruh
terhadap
peristiwa
atau
kejadian
dalam
kehidupannya.
h. Menerima tanggung jawab atas tindakannya sendiri.
i. Sabar menghadapi kegagalan dan frustasi, tahu
bagaimana cara menangani kegagalan secara positif.
j. Dapat menangani pekerjaan yang ambisius.
k. Merasa mampu menangani atau mempengaruhi
lingkungannya dan bangga terhadap perilaku dan
tindakannya.
l. Menangani persoalan dengan keyakinan dan
kepercayaan.
2. Negatif
Selain konsep diri positif, individu dapat membentuk
konsep diri negatif. Montana (2001) memberikan ciri-ciri
tingkah laku individu yang mempunyai konsep diri negatif.
Individu yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
127
a. Menghindari peran-peran pemimpin.
b. Menghindari kritikan dan tidak mau mengambil
resiko.
c. Tidak mempunyai atau kurang mempunyai
kemampuan untuk bertahan terhadap tekanan.
d. Kurang memiliki motivasi belajar, bekerja dan
umumnya ia mempunyai kesehatan emosi dan
psikologis kurang baik.
e. Mudah terpengaruh dan menyalahgunakan obat-obat
terlarang, mengandung diluar nikah, keluar dari
sekolah atau terlibat kejahatan.
f. Lebih merasa perlu untuk dicintai dan diperhatikan
sehingga ia lebih mudah untuk dipengaruhi oleh
orang lain.
g. Ia akan berbuat apa saja untuk menyesuaikan diri dan
menyenangkan orang lain. Orang dewasa berpikir dia
adalah anak baik karena ia adalah orang yang
menyenangkan.
Tetapi
keperluan
untuk
menyenangkan orang lain dapat menimbulkan
masalah bagi dia.
h. Mereka mudah frustasi, menyalahkan orang lain atas
kekurangannya.
i. Menghindar dari keadaan-keadaan sulit untuk tidak
"gagal" dan bergantung pada orang lain.
128
D.
Peranan Konsep Diri
Konsep diri dalam kehidupan sehari-hari berperan
penting pada setiap individu sehingga menentukan
perilakunya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Bagaimana individu memandang diri, akan nampak dari
seluruh perilaku. Dengan kata lain, perilaku individu akan
sesuai dengan cara individu memandang diri sendiri.
Apabila individu memandang dirinya tidak mempunyai
cukup kemampuan untuk melakukan tugas, maka seluruh
perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuan tersebut
(Pudjijoyanti, 1985). Menurut Pudjijogyanti (1985) dalam
karyanya tentang konsep diri dalam proses belajar mengajar,
diungkapkan bahwa ada tiga alasan yang dapat menjelaskan
peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku yaitu:
1. Mempertahankan keselarasan batin (inner consistency).
Pada dasarnya individu berusaha mempertahankan
keselarasan batinnya. Apabila timbul perasaan, pikiran
atau persepsi tidak seimbang atau saling bertentangan
satu sama lain, maka akan terjadi situasi psikologis tidak
menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan
tersebut, individu akan mengubah perilaku.
2. Membantu individu dalam menafsirkan pengalaman.
Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara
individu satu dengan individu lain. Hal ini disebabkan
masing-masing individu mempunyai sikap dan
pandangan berbeda terhadap diri sendiri. Tafsiran
negatif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh
pandangan dan sikap negatif terhadap diri sendiri.
129
Sebaliknya, tafsiran positif terhadap pengalaman hidup
disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap
diri sendiri.
3. Menentukan harapan hidup.
McCandless, 1970 (dalam Pudjijogyanti, 1985)
mengemukakan bahwa konsep diri merupakan
seperangkat harapan serta penilaian perilaku atas
harapan-harapan setiap individu. Jika individu
memandang negatif dirinya maka dapat menyebabkan ia
tidak mempunyai motivasi untuk mendapat hasil
terbaik.
Berdasarkan penjelasan Pudjijogyanti (1985), konsep
diri mempunyai peranan penting dalam menentukan dan
mengarahkan seluruh perilaku. Konsep diri merupakan
mediator atau pengarah perilaku individu yang dipengaruhi
oleh interpretasi pada pengalaman-pengalaman yang ditemui
sehingga mempengaruhi tingkah laku.
130
BAB VIII
Perkembangan Sosial
A.
Orientasi Perkembangan Sosial
Hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia
yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari
tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi
kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga
berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang
perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja
memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan
pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan
bahwa
pengertian
perkembangan
sosial
adalah
berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan
dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Menurut Hurlock perkembangan sosial berarti perolehan
kemampuan perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial
dengan perilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi
tuntutan yang di berikan oleh kelompok sosial, dan memiki
sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya. Syamsu
Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial
merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
131
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial,
dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orangorang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang
lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka
telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan
anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti
senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan
Hartono (1999) menyatakan bahwa: “Hubungan sosial
(sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana
dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia
menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan
sosial juga berkembang amat kompleks.”
1. Pada Masa Bayi
Interaksi sosial dengan orang lain sudah dimulai sejak
masa bayi dengan cara yang sangat sederhana. Pada tahun
pertama kehidupan, interaksi sosial anak sangat terbatas, yang
utama dengan ibu dan pengasuhnya. Interaksi tersebut
dilakukan dengan pandangan, pendengaran dan bau badan.
Kepedulian terhadap lingkungan hampir tidak ada, sehingga
apabila kebutuhannya sudah terpenuhi anak tidak peduli lagi
terhadap lingkungan.
132
Senam bayi merupakan suatu kegiatan yang bisa di
katakan sebagai bentuk permainan gerakan pada bayi.
Tujuannya
untuk
merangsang
pertumbuhan
dan
perkembangan, serta kemampuan pergerakan bayi secara
optimal. Kemampuan sosialnya memberikan dukungan untuk
bersosialisasi dan melatih anak agar terampil melakukan
interaksi dan komunikasi. Anak di beri kesempatan untuk
bergaul dengan orang lain dan tidak memberikan
perlindungan yang berlebihan.
Pada masa bayi ini bayi senang sekali bila diajak
berhubungan atau berteman oleh orang lain, misalnya diajak
berbicara, bermain dan sebagainya. Makin besar anak makin
membutuhkan tidak hanya kontak fisik namun juga kontak
psikis. Kontak fisik dapat diwujudkan dengan menggendong,
menggandeng, mengelus rambut, mencium, memandikan.
Sedangkan kontak psikis dapat berupa pemberian perhatian,
kasih sayang, dorongan. Beberapa perilaku lazim yang sering
muncul pada masa bayi antara lain:
a. Imitasi (peniruan), yakni bayi senang sekali meniru
tingkah laku atau sikap orang-orang dewasa yang ada
disekitarnya, misalnya menirukan orang tertawa,
tersenyum, tepuk tangan dan sebagainya.
b. Shyness (perasaan malu), yakni pada masa ini anak
mudah sekali merasa malu atau takut terhadap orangorang yang belum dikenalnya. Akan tetapi
sebaliknya anak menjadi tidak mudah takut atau
malu setelah dapat mengenal lebih terhadap orang
tersebut.
133
c. Dependency (ketergantungan), yakni anak tidak
dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
d. Acceptance or the authority, menerima kekuatan atau
kekuasaan yang melebihi dirinya yang ada diluar
dirinya.
e. Rivalry (persaingan dan resistant behavior). Resistant
behavior bertujuan untuk menunjukkan kekuatan.
f. Attention seeking (perhatian akan sesuatu).
Pada masa ini timbul niat atau kemauan anak untuk
mengenal lebih lanjut atas apa yang dilihatnya,
misalnya bermain-main dengan jenggot anaknya.
g. Cooperation behavior
Manifestasi tingkah laku dapat diwujudkan dalam
bentuk bermain bersama-sama temannya, bergurau
dengan temannya, tergaul dan ergabung dengan
teman-temannya.
h. Implikasi pada pendidikan Bayi membutuhkan
perawatan dan pemberian kasih sayang, lingkungan
perlu memberikan rangsangan motorik yang
kontinyu untuk membantu perkembangan motorik.
Pemaksaan dan reaksi orang dewasa yang menolak
dapat mengakibatkan kemunduran, anak akan
menjadi takut dan tidak bahagia. Pemberian afeksi
bagi bayi lebih dipentingkan daripada terus memaksa
bayi melakukan sesuatu prilaku yang tidak mungkin
dilakukan.
134
2. Perkembangan sosial pada masa prasekolah
Selama masa prasekolah, banyak anak yang mulai
mengadakan hubungan dekat dengan orang-orang non
keluarga. Pada saat anak menjelajahi dunia prasekolah mereka
mengalami serangkaian situasi sosial yang baru dan
bervariasi. Beberapa situasi baru berhubungan dengan
bermain. Pada masa ini, anak sudah mulai membentuk
masyarakat kecil yang anggotanya terdiri dari dua atau tiga
anak. Mereka bermain bersama-sama walaupun kelempok itu
hanya dapat bertahan dalam waktu yang relatif singkat.
Dalam perkumpulannya ia harus bergaul dan
menyesuaikan dirinya dengan anak yang lain. Kadang-kadang
ia berkelahi dengan temannya sendiri. Di lingkungan
keluarga, anak suka menuntut kasih sayang ibunya hanya
untuk diriya sendiri. Dalam dirinya mulai timbul perasaan iri
hati kepada orang seisi rumah khususnya kakak atau adik
yang membutuhkan perhatian ibunya. Pada masa ini yang
sangat menonjol adalah sikap simpatinya.
Rasa simpati sudah dikenal sangat sederhana, seperti
sikap menolong, melindungi teman, membela teman yang lain
dan sebagainya. Ia tidak merasa takut atau malu jika berada
diantara orang-orang yang disukainya. Tetapi ia akan merasa
takut berada diantara orang-orang yang tidak disukainya.
Implikasi dalam pendidikan, sebagai pendidik perlu
mengetahui bahwa bermain adalah sarana belajar yang luar
biasa ampuh bagi anak kecil. Sebagai pendidik perlu
mendorong anak menggunakan inisiatifnya pada pengalaman
sehari-hari. Bila anak mengalami kesulitan bergabung dengan
135
teman-teman sebayanya pendidik harus memberi contoh
bagaimana cara berpartisipasi dan bergabung dalam
kelompok.
3. Perkembangan sosial pada masa sekolah
Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia
pra sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai oleh
meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak mulai melepaskan
diri dari keluarga dan makin mendekatkan diri pada orangorang di samping keluarga.
a. Kegiatan bermain dibanding dengan masa
sebelumnya anak pada usia sekolah ini mau tidak
mau akan mengurangi waktu bermain daripada masa
sebelumnya. Bermain sangat penting bagi
perkembangan fisik, psikis dan sosial anak. Dengan
bermain anak berinteraksi dengan teman yang akan
memberikan berbagai pengalaman berharga.
b. Interaksi dengan anak-anak sebaya. Meluasnya
lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak
menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar
pengawasan orang tua. Interaksi dengan teman
sebaya
merupakan
permulaan
hubungan
persahabatan. Persahabatan pada awal masa sekolah
pada umumnya terjadi atas dasar aktivitas bersama.
Hubungan persahabatan itu bersifat timbal balik dan
memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) ada saling
pengertian, (b) saling membantu, (c) saling percaya,
(d) saling menghargai dan menerima. Teman sebaya
136
pada umumnya adalah teman sekolah atau teman
bermain di luar sekolah. Minat terhadap kegiatan
kelompok mulai timbul. Mereka memiliki temanteman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama,
seperti belajar bersama, melihat pertunjukan,
bermain dan sebagainya.
4. Perkembangan sosial pada masa remaja
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan
teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan
denga masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan
lawan jenis. Pemuasan interlektual juga didapatkan oleh
remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat
untuk memecahkan masalah. Mengikuti organisasi sosial juga
memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja,
namun demikian agara remaja dapat bergaul dengan baik
dalam kelompoknya diperlukan kompentensi sosial yang
berupa kemampuan dan keterampilan berhubungan dengan
orang lain. Suatu penelitian longitudinal yang dilakukan oleh
Bronson, menyimpulkan adanya tiga pola orientasi sosial,
yaitu:
a. Withdrawal vs. Expansive
Anak yang tergolong withdrawal merupakan anak
yang mempunyai kecenderungan menarik diri dalam
kehidupan sosial, sehingga dia lebih senang hidup
menyendiri. Sebaliknya anak expansive suka
menjelajah, mudah bergaul dengan orang lain
sehingga pergaulannya luas.
137
b. Reaxtive vs aplacidity
Anak yang reactive pada umumnya memiliki
kepekaan sosial yang tinggi sehingg mereka banyak
kegiatan, sedangkan anak yang aplacidity
mempunyai sifat acuh tak acuh bahkan tak peduli
terhadap kegiatan sosial. Akibatnya mereka terisolir
dalam pergaulan sosial.
c. Passivity vs Dominant
Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak
mengikuti kegiatan sosial namun mereka cukup puas
sebagai anggota kelompok saja, sebaliknya anak
yang
dominant
mempunyai
kecenderungan
menguasai dan mempengaruhi teman-temannya
sehingga memiliki motivasi yang tinggi untuk
menjadi pemimpin.
B.
Karakteristik Teori Perkembangan Sosial
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri sendiri kepada sikap yang bekerja sama
atau mau memperhatikan kepentingan orang lain. Berkat
perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan
lingkungan masyarakat. Dalam proses belajar di sekolah,
kematangan perkembangan sosial dapat di manfaatkaan atau
di maknai dengan memberikan tugas kelompok, baik yang
membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan
pikiran.
138
Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang
sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati
dan tanggung jawab. Pada masa remaja berkembang “social
cognition“, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain.
Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik,
baik menyangkut sifat bribadi, minat, nilai-nilai, maupun
perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sifat
“conformity“, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau
mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau
keinginan orang lain. Apabila kelompok teman sebaya yang di
ikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan
agama dapat dipertanggung jawabkan maka kemungkinan
besar anak tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik.
Sebaliknya, bila kelompok itu menampilkan sikap dan
perilaku yang melecehkan nilai moral anak akan melakukan
perilaku seperti kelompok tersebut. Selama masa dewasa,
dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan
kompleks di bandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan
yang luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda
dengan orang yang lebih muda. Hal itu disebabkan oleh
peristiwa kehidupan yang di hubungkan dengan keluarga dan
pekerjaan.
C.
Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial
Perlu kiranya untuk memahami karakteristik psikososial
siswa sekolah dasar agar pengembangan konsep diri yang
positif melalui penerapan umpan balik menjadi efektif dan
139
efisien. Semua ini berkaitan erat dengan jenis umpan balik
yang diberikan dengan kebutuhan siswa yang dipengaruhi
oleh karakteristik khusus yang dimilikinya. Berikut ini
beberapa indicator yang menjadi bagian dari aspek psikososial
siswa sekolah dasar:
1. Karakterisitik Perkembangan Mental, diantaranya
adalah:
a. Munculnya sifat kepahlawanan yang kuat.
b. Perhatian kepada teman sekelompok makin kuat.
c. Mulai memiliki rasa tanggung jawab untuk menjadi
dewasa.
d. Beberapa anak mudah putus asa dan akan bangkit
bila tidak sukses.
2. Karakterisitik Perkembangan Sosial dan Emosional,
antara lain:
a. Mudah dibangkitkan.
b. Mulai tumbuh rasa kasih sayang seperti orang
dewasa.
c. Senang
sekali
memberikan
pujian
dan
mengagungkan.
d. Mengkritik tindakan orang dewasa.
e. Rasa bangga berkembang.
f. Ingin mengetahui segala sesuatu.
g. Merindukan pengakuan dari kelompok.
h. Bangga dengan kesuksesan yang diraihnya.
i. Menyukai kegiatan kelompok.
j. Loyal terhadap kelompoknya (gang).
140
3. Karakterisitik Perkembangan Konsep Diri, antara lain:
Perkembangan konsep diri pada anak besar berkaitan
erat dengan perkembangan pada aspek psikologis dan sosial
yang turut dipengaruhi oleh lingkungan. Pada masa usia anak
sekolah, anak mulai mengembangkan konsep- konsep yang
perlu bagi kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah
pembentukan konsep diri. Pada masa awal usia sekolah, pada
umumnya anak dituntut untuk dapat mengerjakan atau
menyelesaikan sesuatu dengan baik bahkan sempurna.
Kemampuan melakukan hal-hal tersebut menumbuhkan
kepercayaan diri atas kecakapan atau kemampuan diri hingga
pada akhirnya akan memiliki penilaian yang positif terhadap
diri sendiri. Kalau tidak, pada diri anak akan mulai tumbuh
bibit perasaan rendah diri (inferiority) yang mungkin akan
dibawanya pada traf perkembangan psiko-sosial selanjutnya.
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak
mewujudkan dalam bentuk-bentuk interaksi sosial di
antaranya:
1. Pembangkangan
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini
terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin
atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak
sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai
muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya
pada usia 3 tahun dan mulai menurun pada usia
empat atau lima tahun.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak
memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras
141
kepala, tolol dan sebagainya, sebaiknya orang tua
mau memahami sebagai proses perkembangan anak
dari sikap dependent menuju ke arah independent.
2. Agresif
Sifat ini merupakan perilaku menyerang balik secara
fisik maupun kata-kata. Agresif merupakan salah
satu bentuk reaksi terhadap rasa frustasi. Biasanya
bentuk ini di wujudkan dengan menyerang seperti ;
mencubit, menggigit, menendang dsb. Sebaiknya
orang tua berusaha mereduksi, mengurangi
agresifitas anak.
3. Berselisih atau bertengkar
Terjadi apabila anak merasa terganggu oleh sikap
dan perilaku orang lain. Seperti direbut mainannya.
D.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Sosial
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang
memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses
pendidikan
yang
bertujuan
mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak di tentukan oleh
keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan
orang lain banyak di tentukan oleh keluarga.
142
2. Kematangan
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik di perlukan
kematangan fisik dan psikis sehingga mampu
mempertimbangkan proses sosial, memberi dan
menerima nasihat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional, di samping itu kematangan
dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial sangat di pengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak
akan banyak memperhatikan kondisi normatif tang telah
di tanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan adalah proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, anak memberikan warna kehidupan
sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka
di masa yang akan datang.
5. Kapasitas mental: Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memcahkan
masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi
berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak.
Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan
berkemampuan berbahasa baik. Oleh karena itu jika
perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat
menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.
143
Pemikiran perkembangan sosial anak terwujud dalam
refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik
dari hasil pergaulan dengan orang lain. Hasil pemikiran
dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering
ada yang merahasiakannya. Pikiran anak sering dipengaruhi
oleh ide dan teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap
situasi dan orang lain, termasuk pada orang tuanya.
Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan
menyalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan
keadaan bagaimana yang semestinya nenurut alam pikirannya.
Di samping itu pengaruh egosentris sering terlihat antara lain:
1) Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik
beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih
jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang
mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyebabkan
persoalan.
2) Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum di
sertai pendapat orang lain dalm penilaiannya. Melalui
banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta
dalam menghadapi orang lain, maka sikap ego semakin
berkurang dan mengakhiri masa remaja sudah sangat
kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul
dangan baik.
144
E.
Implikasi
Perkembangan
Sosial
terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja yang dalam masa mencari dan ingin
menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi
menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belum memahami
benar tentang norma-norma social yang berlaku di dalam
kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan
hubungan sosial yang kurang serasi, karena mereka sukar
untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam
kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap
canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah
pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya
pengembangan hubungan sosial remaja yang diawali dari
lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja
dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk
mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim
kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara
maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan
dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk
mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian, remaja
akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan
dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota
keluarga lainnya. Dalam konteks bimbingan orang tua
terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis
pola asuh orang tua yaitu:
145
a) Pola asuh bina kasih (induction)
Pola asuh ini biasanya diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan
penjelasan yang masuk akal terhadap setiap
keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.
b) Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Pola asuh ini biasanya diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan
kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun
anak tidak dapat menerimanya.
c) Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Pola asuh ini biasanya diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan cara menarik sementara
cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa
yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak
sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang
tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti
sediakala.
Dalam
konteks
pengembangan
kepribadian remaja, termasuk di dalamnya
pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang
disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterapkan
adalah pola asuh bina kasih (induction).
Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang
tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan
yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya
harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau
alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja
akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk
146
kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak
terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya.
2. Lingkungan Sekolah
Proses mengembankan hubungan social remaja, guru
juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang
bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang
diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang
anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru
kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya sematamata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain
menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para
peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung
jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial
remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
3. Lingkungan Masyarakat
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan
untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku
yang bermanfaat. Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti,
bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi
sesamanya dan masyarakat.
147
BAB IX
Intelegensi
A.
Orientasi Intelegensi
Orientasi intelegensi meliputi kemampuan intelegensi,
kemampuan berpersepsi dan kemampuan mengakses
informasi, berfikir logika, memecahkan masalah kompleks
menjadi simple dan memahami ide yang abstrak menjadi
konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi dengan kemampuan
yang dimiliki anak. Kecerdasan menurut Steven J. Gould dari
Harvard (1994) adalah kapasitas mental umum yang meliputi
kemampuan untuk memberikan alasan, membuat rencana,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, menghadapi ide yang
kompleks, belajar dari pengalaman, dan dapat diukur dengan
tes IQ yang tidak dipengaruhi oleh budaya dan genetic yang
berperan besar. Secara bertahap IQ distabilkan selama masa
anak dan setelah masa itu hanya sedikit perubahannya.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara
rasional. Oleh karena itu inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berfikir
rasional itu. Definisi yang mudah dimengerti adalah
kemampuan untuk mengerti ide yang kompleks, mampu
beradaptasi dengan efektif terhadap lingkungannya, mampu
belajar dari pengalaman, mampu melaksanakan tugas dalam
berbagai macam situasi, mampu mengatasi hambatan dengan
menggunakan pikirannya.
148
Howard Gardner mengembangkan konsep penilaian
kecerdasan melalui kecerdasan majemuk dengan memandang
manusia tidak hanya berdasarkan skor standar semata
melainkan dengan ukuran kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan
untuk menghasilkan persoalan baru untuk diselesaikan,
kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memberikan
penghargaan dalam budaya seseorang. Kecerdasan majemuk
didasari oleh dua hal penting yaitu faktor biologi dan faktor
budaya. Ada berbagai kecerdasan yang tidak hanya dilihat
dari segi linguistik dan logika. Bagi Gardner tidak ada anak
yang bodoh atau pintar ; yang ada adalah anak yang menonjol
dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan. Dalam
menilai dan menstimulasi kecerdasan anak, orangtua dan guru
selayaknya denganjeli dan cermat merancang sebuah metode
khusus. Setiap manusia memiliki kecenderungan cerdas di
satu bidang tanpa harus bersusah payah mengasahnya.
Menurut Gardner, intelegensi bukan hanya sekedar
nilai-nilai IQ semata, melainkan merupakan kepingankepingan kemampuan yang berlokasi pada bagian-bagian
yang berbeda dari otak. Kemampuan-kemampuan ini saling
berhubungan, namun strategi mengembangkan potensi
kecerdasan anak bekerja secara mandiri. Intelegensi itu tidak
statis atau menetap sejak lahir Jean Piaget melakukan
penelitian pada perkembangan intelektual anak sejak lahir
hingga dewasa dan ia membagi perkembangan itu menjadi
empat tahap, yaitu tahap sensori motorik, praoperasional
formal. Dalam perkembnagan sensori-motorik, anak dapat
149
menghubungkan anatara indra dan aktifitas, motoriknya
melalui percobaan, dan anak mulai membedakan diri dari
realitas diluar dirinya. Pada perkembangan praopreasional,
anak mulai menggunakan bahasa dan dapat mengubah objekobjek kedalam bentuk simbol, baik dalam pikiran maupun
kata, namun masih bersifat egosentris. Perkembanagan
operasional konkret yaitu anak mulai mampu berpikir logis
dan memahami konsep konservasi.
B.
Jenis-Jenis Intelegensi
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan
linguistik
merupakan
kemampuan
menggunakan kata secara efektif. Pandai berbicara, gemar
bercerita dan dengan tekun mendengarkan cerita atau
membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan
linguistik yang menonjol .Potensi kecerdasan berbahasa yang
dimiliki seorang anak hanya akan tinggal potensi bila tidak
dilatih atau dikembangkan.
Pola asuh sangat berpengaruh dalam hal ini. Anak yang
tidak diberi kesempatan berbicara atau selalu dikritik saat
mengemukakan pendapatnya akan kehilangan kemampuan
dan ketrampilannya dalam mengungkapkan ide dan
perasaannya. Rangsangan dan latihan yang dilakukan terus
menerus oleh orang tua dapat mengembangkan ketrampilan
berbahasa anak sekalipun ia tidak memiliki kecerdasan
linguistik yang tinggi, walaupun hasilnya tidak sebesar bila
anak memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi. Hal-hal yang
dapat dilakukan untuk menstimulasi seperti misalnya
150
mengajak anak berbicara, membacakan cerita, bermain huruf
danangka, merangkai cerita, berdiskusi, bermain peran,
memperdengarkan lagu anak-anak dan sebagainya.
Hal-hal yang mungkin didapatkan pada anak dengan
kecerdasan linguistik seperti suka menulis kreatif di rumah,
mengarang kisah khayal atau menuturkan lelucon dan cerita,
sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil,
menikmati membaca buku di waktu senggang, mengeja katakata dengan tepat dan mudah, menyukai pantun lucu dan
permainan dengan kata-kata, menikmati mendengar kata-kata
lisan, mempunyai kosa kata yang luas untuk anak seusianya,
unggul dalam pelajaran sekolah yang melibatkan membaca
atau menulis.
2. Kecerdasan Matematika
Kecerdasan logika matematika pada dasarnya
melibatkan kemampuan untuk menganalisis masalah secara
logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola
matematika dan menyelidiki sesuatu secara alamiah. Ada juga
yang secara awam menjabarkan kecerdasan ini sebagai
kecerdasan ilmiah karena berkaitan dengan kegiatan berfikir
atau berargumentasi secara induktif dan deduktif, berfikir
dengan bilangan dan kesadaran terhadap pola-pola abstrak.
Anak yang memiliki nilai tinggi untuk kategori kecerdasan ini
suka melakukan eksperimen untuk membuktikan rasa
penasarannya antara lain dengan pertanyaan atau aksi
eksperimental. Anak yang seperti ini adalah anak yang selalu
yakin bahwa semua pertanyaaan memiliki suatu penjelasan
151
rasional yang masuk akal sehingga sering lebih merasa
nyaman berhadapan dengan sesuatu yang dapat dikategorisasi,
diukur, dianalisa dan ditilik kuantitasnya dalam berbagai cara.
Kecerdasan logika matematika juga terkait erat dengan
kecerdasan linguistik terutama dalam kaitannya dengan
penjelasan alasan-alasan logika. Beberapa kegiatan yang
dapat dengan mudah dilakukan pada anak untuk stimulasi
kecerdasan ini misalnya menyelesaikan puzzle, mengenal
bentuk geometri, memperkenalkan bilangan melalui sajak
berirama dan lagu, eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah
pikir ringan, pengenalan pola, eksperimen dialam,
memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep
matematika, menggambar dan membaca dan lainnya.
3. Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan visual-spasial memungkinkan orang
membayangkan bentuk geometri atau tiga dimensi dengan
lebih mudah karena ia mampu mengamati dunia spasial secara
akurat dan mentransformasikan persepsi ini termasuk di
dalamnya
adalah
kapasitas
untuk
memvisualisasi,
menghadirkan visual dengan grafik atau ide spasial dan untuk
mengarahkan diri sendiri dalam ruang secara tepat.
Kecerdasan ini juga membuat individu mampu menghadirkan
dunia ruang secara internal dalam fikirannya.
Cara inilah yang digunakan pelaut atau pilot pesawat
terbang ketika mengarungi ruang dunia. Begitu pula bagi
seorang pemain catur yang menghadirkan sebuah dunia
spasial yang terbatas. Anak-anak ini tampaknya mengetahui
152
letak semua barang di dalam rumah. Mereka berfikir dalam
bentuk visualisasi dan gambar. Merekalah yang paling
pertama dapat menemukan barang-barang hilang atau salah
taruh. Anak-anak seperti ini akan peka terhadap perubahan
interior rumah dengan memberikan reaksi suka atau tidak
suka.
Banyak diantara mereka mengagumi aneka mesin dan
peralatan aneh. Mereka mungkin bisa menjadi arsitek,
seniman, montir, insinyur atau perancang kota. Ketrampilan
atau kelebihan yang mungkin dimiliki seperti menonjol dalam
kelas seni di sekolah, memberikan gambaran visual yang jelas
ketika sedang memikirkan sesuatu, mudah membaca peta,
grafik dan diagram, menggambar sosok orang atau benda
yang persis aslinya, senang melihat film, slide atau foto,
menikmati melakukan teka-teki jigsaw, maze atau kegiatan
visual lain, sering melamun, membangun konstruksi tiga
dimensi yang menarik, mencorat-coret di atas secarik kertas
atau di buku tugas sekolah, lebih banyak memahami lewat
gambar daripada kata-kata ketika sedang membaca.
4. Kecerdasan Gerak Tubuh
Anak dengan kecerdasan gerakan tubuh di atas rata-rata
senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol
pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan dan keanggunan
dalam bergerak, dan mengeksplorasi dunia dengan ototototnya. Menurut Laurel Schmidt dikutip Amstrong setiap
orang memiliki kemampuan gerak tubuh dan beberapa orang
berpendapat bahwa kemampuan mengontrol fisik bukanlah
153
suatu bentuk dari kecerdasan. Namun Gardner dan peneliti
lain dalam bidang kecerdasan majemuk mempertahankan
pendapatnya. Individu dengan kecerdasan gerakan tubuh
secara alamiah memiliki tubuh yang atletis, memiliki
ketrampilan fisik, kemampuan dan merasakan bagaimana
seharusnya
tubuh
membentuknya
sehingga
mahir
menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan
perasaan. Kecerdasan ini juga termasuk ketrampilan
koordinasi, keseimbangan, kelenturan, kekuatan, fleksibilitas
dan kecepatan. Peran otak kanan dan kiri ternyata dapat
diaktifkan melalui gerakan tangan dan kaki dalam senam otak.
Dengan mengaktifkan kedua belahan otak, integrasi atau
kerjasama antar keduanya akan terjadi.
Hal ini dimungkinkan, mengingat kedua belahan otak
dihubungkan dengan corpus collusum yakni simpul saraf
komplek tempat terjadinya transmisi informasi antar belahan
otak. Bila sirkuit-sirkuit belahan otak tersebut cepat
menyilang maka kemampuan belajar anak bisa dibangkitkan.
Ketrampilan yang dapat dilihat pada anak dengan kecerdasan
gerak tubuh antara lain berprestasi dalam bidang olahraga
kompetitif, bergerak-gerak ketika sedang duduk, terlibat
dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, mendaki
dan lain-lain. Mereka perlu menyentuh sesuatu yang ingin
dipelajari, menikmati melompat, lari, gulat atau yang
serupalainnya. Anak dengan kecerdasan gerak tubuh juga
memperlihatkan ketrampilan dalam bidang kerajinan tangan,
pandai menirukan gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang
lain, sering “merasakan” jawaban masalah yang dihadapi di
154
rumah atau di sekolah, menikmati bekerja dengan tanah liat,
melukis dengan jari atau kegiatan kotor lainnya, sangat suka
membongkar berbagai benda dan kemudian menyusunnya
lagi.
5. Kecerdasan Musikal
Anak dengan kecerdasan musikal mudah mengenali dan
mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentrans-formasi katakata menjadi lagu dan menciptakanberbagai permainan musik.
Merekapun pintar melantunkan bait lagu dengan baik dan
benar, menggunakan kosa kata musikal, dan peka terhadap
ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah
potongan komposisi musik.
Kecerdasan musikal dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk berfikir atau mencerna musik, untuk mampu menyimak
pola-pola, mengenalinya dan mungkin mengubah komposisi
atau memanipulasinya. Apabila seorang anak tumbuh dan
dididik dalam sebuah budaya yang mengagungkan
ketrampilan atau kemampuan musik, besar kemungkinan
potensi musik anak terasah dan berkembang. Dengan
pemahaman teori Gardner, maka kecerdasan itu tidak hanya
dipengaruhi oleh sesuatu yang dibawa sejak lahir namun
kecerdasan inipun dapat diasah. Seringkali anak-anak dengan
kecerdasan musikal yang sangat menonjol dinilai pendidik
dan orangtua sebagai anak yang diberi karunia atau kelebihan
sejak lahir; sedangkan bakat membutuhkan latihan serta
stimulasi.
155
Namun perlu disadari bahwa talenta atau bakat maupun
karunia tidak ada artinya tanpa stimulasi. Meskipun setelah
ada stimulasi karunia kemudian membawa pengaruh cukup
besar pada prestasi yang dicapai anak. Ketrampilan yang
mungkin bisa didapat pada kecerdasan musikal seperti
memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, ingat melodi
lagu, berprestasi sangat bagus di kelas musik disekolah, lebih
bisa belajar dengan iringan musik, mengoleksi CD atau kaset,
bernyanyi untuk diri sendiri atau orang lain, bisa mengikuti
irama musik, mempunyai suara yang bagus untuk menyanyi,
peka terhadap suara-suara di lingkungannya, dan memberikan
reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk
bisa memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, serta
mampu membentuk dan menjaga hubungan, danmengetahui
berbagai peran yang terdapat dalam suatulingkungan sosial.
Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar
menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan
menggunakan beragam cara saat berinteraksi, adalah ciri-ciri
kecerdasan interpersonal yang menonjol. Pada dasarnya,
anak-anak akan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan
sosial dan menjadi pribadi yang mampu berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya, hal ini bergantung pada empat faktor.
Pertama, faktor kesempatan bersosialisasi. Kedua,
mampu menampilkan topik yang dapat dipahami dan menarik
bagi orang lain tapi pembicaraan yang bersifat sosial, tidak
156
bersifat egosentrik dan dapat diterima oleh lingkungan
sosialnya. Ketiga, anak harus mampunyai motivasi,
bergantung pada tingkat kepuasan yang diperoleh dari
aktivitas sosial anak. Jika ia memperoleh kesenangan melalui
hubungan sosial dengan orang maka iapun akan mengulangi
perilaku tersebut. Keempat, metode belajar saat berinteraksi
sosial dengan orang lain yang efektif melalui teladan yang
diberi oleh orang tua ataupun pendidik di rumah dan di
sekolah.
Salah seorang psikolog dari Inggris, NK Humphrey
dikutip dari Amstrong, mengatakan kecerdasan interpersonal
yang merupakan bagian dari kemampuan sosial ini,
merupakan hal penting dari kecerdasan manusia karena
manfaat terbesar dari pikiran manusia adalah untuk
mempertahankan kehidupan sosial dengan cara yang efektif.
Dengan
memberikan
kesempatan
anak
untuk
mengembangkan aspek kecerdasan ini melalui berbagai
kegiatan interpersonal, tentunya akan memberi manfaat sangat
besar bagi proses tumbuh kembang anak. Apalagi jika hal ini
juga ditunjang oleh rangsangan yang diberikan oleh orang tua
maupun guru. Anak akan memiliki efek penerimaan sosial
yang baik dengan kecerdasan interpersonal yang baik pula;
sehingga anak merasa senang dan aman saat berinteraksi di
lingkungan sosialnya. Ia lebih mampu mengembangkan
konsep diri yang menyenangkan, karena orang lain mengakui
keberadaannya.
157
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan
seseorang untuk memahami diri sendiri, mengetahui siapa
dirinya, apa yang dapat dilakukan, apa yang ingin ia lakukan,
bagaimana reaksi diri terhadap suatu situasi dan memahami
situasi seperti apa yang sebaiknya ia hindari serta
mengarahkan dan mengintrospeksi diri. Ada kalanya individu
sebagai sosok mahluk sosial memiliki keinginan untuk
memahami apa yang tengah terjadi pada dirinya, apa yang
sedang dirasakan saat itu, atau memahami apa yang dapat
ataupun yang ingin dikerjakan pada suatu saat.
Dampak dari kegiatan dalam diri ini akan menghasilkan
motivasi, empati, etika dan sikap altruisme, mementingkan
orang lain, pada diri individu yang bersangkutan. Tanpa
sumber batin ini akan sulit bagi seseorang individu untuk
membangkitkan kehidupan yang produktif dan bahagia.
Sebagian besar peneliti meyakini ketika seorang individu lahir
ke dunia, kepandaian intrapersonal telah berkembang dari
sebuah kombinasi antara keturunan, lingkungan dan
pengalaman. Untuk mengembangkan potensi intrapersonal,
lingkungan sekolah dipersiapkan untuk dapat mengorganisasi
dan mempertinggi kebanggaan diri pada masing-masing anak.
Sekolah diharapkan dapat memotivasi siswa yang
memiliki masalah kemampuan pemahaman diri, percaya diri
atau penghargaan terhadap diri sendiri dengan memberikan
pengajaran berdasarkan program 4A yaitu attention,
acceptance, appreciation, affection. Para pendidik dapat
memberikan rangsangan untuk mengembangkan potensi
158
intrapersonal anak dengan cara menciptakan citra diri positif,
menciptakan
suasana
sekolah
yang
mendukung
pengembangan kemampuan intra personal dan penghargaan
diri anak, menuangkan isi hati dalam sebuah buku harian,
memperbincangkan kelemahan, kelebihan dan minat anak,
memberi kesempatan untuk menggambar diri sendiri dari
sudut pandang anak, membayangkan diri di masa akan datang,
dan mengajakberimajinasi menjadi satu tokoh dari sebuah
cerita.
8. Kecerdasan Naturalis
Anak dengan kecerdasan naturalis yang tinggi padausia
sangat dini telah memiliki daya tarik yang besar terhadap
lingkungan alam sekitar termasuk pada binatang. Di usia yang
lebih besar, anak-anak tersebut sangat berminat pada biologi,
botani, ilmu hewan, geologi, meteorologi, palentologi atau
astronomi. Ide Gardner tentang kecerdasan naturalis ini baru
muncul tahun 1995 dan dipublikasikan tahun 1997. Uraian
tentang kecerdasan ini sangat sederhana bahkanhingga
sekarang teori tentang cerdas alam ini masih terus dalam
proses penyempurnaan Kecerdasan naturalis ini pada dasarnya
berkaitan dengan kemampuan merasakan bentuk-bentuk serta
menghubungkan elemen yang ada di alam. Di katakan bahwa
kecerdasan naturalis tidak ada korelasi langsung yang
berhubungan dengan saraf. Namun Leslie Owen Wilson
dalam tulisannya Theeighth intelligence: naturalistic
intelligence (dikutip dari majalah Ayah Bunda 2003),
mengatakan bahwa cerdas dalam berkaitan dengan wilayah
159
otak yang peka terhadap sensori persepsi, serta bagian otak
yang berkaitan dalam membedakan dan mengklasifikasi
sesuatu, yaitu otak bagian kiri.
Kecerdasan naturalis kecerdasan kecerdasan yang
dimiliki semua orang pada awal kehidupannya. Anak kecil
memiliki kecerdasan naturalis lebih baik daripada orang
dewasa, karena anak pada umumnya dapat menikmati
lingkungan alam secara mendalam dan tidak menganggap
lingkungan sekitarnya hanyalah latar belakang dari setiap
peristiwa yang ia alami. Para ahli sepakat bahwa kecerdasan
dapat berubah, tetapi perubahan kecerdasan sangat
dipengaruhi oleh waktu dan akan semakin terasah apabila
anak tersebut tetap tinggal di lingkungan yang terus menerus
memberinya rangsangan. Anak yang hidup dalam budaya
agraris, petani, pemburu, dan nelayan umumnya memiliki
kecerdasan naturalis yang menonjol dan kecerdasan ini
bertahan hingga mereka dewasa.
160
BAB X
Tokoh-Tokoh Perkembangan Anak
A.
Erikson (Perkembangan Psikososial)
Proses perkembangan psikososial tergantung pada
bagaimana individu menyelesaikan tugas perkembangannya
pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana
memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang
baik
itu
berlawanan
atau
tidak dengan
tugas
perkembangannya.
1. Trust vs Misstrust (0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidak berdayaannya
menyebabkan konflik basic trust dan misstrust, bila
anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan
mengembangkan
kepercayaan
diri
terhadap
lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
2. Autonomy vs shame and doubt (2 – 3tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan
baik sehingga terjadi peningkatan keterampilanmotorik,
anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta
dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap
dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak
bertindak dan berfikir ragu–ragu. Kedua orang tua objek
sosial terdekat dengan anak.
3. Initiative vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa
percaya diri dan mandiri, anak akan mengembangkan
kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk
161
4.
5.
6.
7.
melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap raguragu, maka ia akan selalu merasa bersalah dan tidak
berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai
sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain
semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa
mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih
banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya
diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan–harapan
kelompoknya dan dorongan yang semakin kuat untuk
mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berpikir bagaimana
masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya
serta perannya jika ia berhasil melewati tahap ini maka
ia tidak akan bingung menghadapi perannya.
Intimacy vs Isolation (dewasa awal)
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan
membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih
sayang dan keintiman, sedang yang tidak mampu
melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau
tersaing.
Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar
keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada
umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan
162
individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan,
khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap-tahap
silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka
mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan
persoalannya sendiri.
8. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu.
Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa
lalu akan menimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa
semuanya belum siap atau gagal akan timbul
kekecewaan yang mendalam.
B.
Kohlberg (Perkembangan Moral)
1. Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan
kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku anak.
Penilaian terhadap perilaku didasarkan atas akibat sikap
yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap
selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan
harapan–harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah,
yaitu senyum, pujian atau benda.
2. Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan
lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik
atau anak manis.
3. Purna Konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk
secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan
163
penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di
sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta
rasa hormatnya terhadap orang lain.
C.
Hurlock (Perkembangan Emosi)
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang
berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah
mengembangkan emosi heran, malu, gembira marah dan
takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat
tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti
rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang dan
pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar
terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembangan
emosi dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan.
164
BAB XI
Kesimpulan
Pengetahuan maupun kemampuan pendidik mengenai
perkembangan dan pertumbuhan siswa dari hulu hingga hilir
harus terus berkembang seiring dengan perkembangan era
siswa berada. Memahami dan mendekati mereka secara
sistematis akan menghadirkan serta menciptakan iklim belajar
yang nyaman walaupun di tengah keragaman perilaku yang
dimiliki siswa. Selanjutnya berpikir jernih merupakan sebuah
fungsi jiwa yang mengandung definisi maksud dan tujuan
memecahkan
masalah
seputar
pertumbuhan
dan
perkembangan siswa khususnya selama proses belajar.
165
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo (2013) Psikologi Belajar,
Jakarta; Rineka Cipta.
Andi Prastowo. 2014. Pemenuhan Kebutuhan Peserta Didik
Sd/Mi Melalui Pembelajaran Tematik-Terpadu. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 1, No.1, 1-13.
Desmita, 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dhias Fajar Widya Permana, Perkembangan Keseimbangan
pada Anak Usia 7 s/d 12 Tahun Ditinjau dari Jenis
Kelamin, Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia,
Volume 3. Edisi 1. Juli 2013.
Fatimah, Enung. (2010). Psikologi Perkembangan
(Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka
Setia, Edisi Revisi.
Hastin Budisiwi dan Sukoco KW. 2015. Kebutuhan
Psikologis Peserta Didik, Jurnal Penelitian Tindakan
Bimbingan Dan Konseling. Vol. 1, No.3: 58-64
Helmi Firmansyah.”Hubungan Motivasi Berprestasi Siswa
Dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani”. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 6, Nomor 1,
April 2009.
Mamin Suparmin, (2010) Makna Psikologi Perkembangan
Peserta Didik, Jurnal Ilmiah SPIRIT, 9 Vol. 10. No. 2.
Tahun 2010, Halaman 14-18, 25, 55.
Masganti. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Medan:
(Kelompok Penerbit Perdana Mulya Sarana) Anggota
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
Muhammad
Syamsussabri
(2013),
Konsep
Dasar
Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik, Jurnal
166
Perkembangan Peserta Didik, Volume 1, Nomor 1,
Mei, 1-9.
Ni Kadek Novia Purnamasari, I Gusti Agung Oka Negara, I
Made Suara. (2014), Penerapan Metode Demonstrasi
Melalui Kegiatan Melipat Kertas (Origami) Untuk
Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak, eJournal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,
Vol. 2, No 1.
Nur Fitri Jayanti, Sugi Purwanti (2012), Deskripsi FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Anak Dalam
Menghadapi Menarche, Jurnal Ilmiah Kebidanan,
Vol.3 No.1, Edisi Juni.
Purnomo, Halim (2016). Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dasar, Yogyakarta; K-Media.
-------------------- (2020). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:
LP3M-UMY.
Syah, Muhyibin, 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
167
BIODATA PENULIS
Halim Purnomo., Anak Ke 5 Putra dari
Bapak Abdul Muin (alm) dan Ibu Hj. Siti
Amaliyah (Watmah) di Desa Grinting
Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.
A. Identitas Keluarga
Istri : Husnul Khotimah Abdi, M. Pd. I
Anak 1: Malqie Dzilhani Purnomo (10 tahun)
Anak 2 : Ghaisan Nizhami Purnomo (7 tahun)
Anak 3: Awfa „Aheeda Sakhi Purnomo (6 tahun)
Anak 4: Nalendra Hazeeq Akhtar Purnomo ( 5 bulan)
B. Pendidikan Non Formal
1. Madrasah Diniyah Nurul Huda Grinting Bulakamba
Brebes, 1993-1995
2. Kuliyatul Mu‟alaimin Al-Islamiyah Pon-Pes Darunnajat
Bumiayu Brebes (Cabang Gontor Ponorogo), 19982003
C. Pendidikan Formal
1. MI Islamiyah Grinting, Bulakamba, Brebes.
2. MTs Al-Faqih Cirebon
3. SMP Muhammadiyah Kluwut
4. MTs Assalafiyah Bulakamba Brebes
5. MA Darunnajat Bumiayu Brebes
6. S1 STAI Haji Agus Salim Fak. Tarbiyah
7. S2 Psikologi Pendidikan Islam IAIN Syekh Nurjati
Cirebon
8. S3 Psikologi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
168
D. Pengalaman Organisasi 5 Tahun Terakhir
1. Pengurus Forum Silaturahim Pemuda Remaja Masjid
Indonesia (FSPRMI) Cabang Kota Cirebon 2011-2015.
2. Bendahara Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah
Kota Cirebon 2011-2015.
3. Ketua DKM Darussalam Kel. Kaliwadas – Sumber –
Cirebon 2015,
4. Anggota Majelis Dikdasmen PDM dan Sekretaris PCM
Kesambi Kota Cirebon 2015-2020. Selanjutnya pernah
menjabat sebagai Ketua Prodi S1 Tasawuf Psikoterapi
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Cirebon.
5. Dosen Tetap Pascasarjana Program Doktor (S3)
Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
E. Buku
1. Model Reward dan Punishment Perspektif Pendidikan
Islam, (Yogyakarta; DeePublish, 2012).
2. Memotivasi dengan Ganjaran (Yogyakarta; K-Media,
2013)
3. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
(Yogyakarta; K-Media, 2016).
4. Pedoman Praktis Penulisan Skripsi (Cirebon: Nurjati
Press, 2017).
5. Spiritulitas dan Perilaku Pengemis di Kota Cirebon
(Jakarta: Cakrawala Budaya, 2017)
6. Modul Bahasa Arab Kelas XI SMA (Cirebon:
Confident, 2017)
7. Modul Bahasa Arab Kelas XII SMA (Nurjati Press,
2018)
8. How to Speak English Fluently (K-Media, 2018)
169
9. Psikologi Pendidikan (LP3M UMY, 2019)
10. Tutorial Pembelajaran Berbasis Proyek (K-Media,
2019)
11. Book Chapter (LPPI-UMY, 2019)
12. Psikologi Peserta Didik (K-Media, 2020)
F. Jurnal
1. International UMRAN Islamic and Civilizational
Studies: Poor Behavior of Beggars in Cirebon City.
www.umran.utm.my
2. Implementasi Reward dan Punishment dalam
Menumbuhkan perubahan Perilaku Belajar Siswa di
SD
Muhammadiyah
3
Kota
Cirebon.
www.jurnal.unej.ac.id
3. Implementation of Task Based Instruction In EFL
Teaching Speaking Skill. www.journal.uniku.ac.id.
4. Sex Education Pattern For 12 Years Compulsary
Education
Age
In
Digital
Era,
http://dx.doi.org/10.2139/ssrn
5. Intervensi Psikologis Pada Pemerolehan Bahasa Anak,
http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/equalit
a/index
6. Penerapan Kantin Kampus Yang Halal dan Thayyib,
Seminar Nasional Abdimas II 2019 Sinergi dan
Strategi Akademisi, Business Dan Government (Abg)
dalam Mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat Yang
Berkemajuan di Era Industri 4.0
7. The Concept of Wasatiyyah in The Views of alZamakhshari
and
Fakhr
al-Dīn
al-Rāzī.
http://journal.umpo.ac.id/index.php/istawa/
8. Pengelolaan Kelas Belajar di Era 4.0. Jurnal
Elementaria Edukasia Volume 3 No 1 Tahun 2020.
170
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
School Relationship Management With The
Community: Analysis of Program Activity Needs.
http://journal.umpo.ac.id/index.php/alasasiyya/index.
Principals‟ Personality, Leadership, Teachers‟ Job
Satisfaction and Students‟ Achievement. International
Journal of Psychosocial Rehabilitation, Vol. 24, Issue
08, 2020.
A Charismatic Relationship: How a Kyai‟s
Charismatic Leadership and Society‟s Compliance are
Constructed? Journal of Indonesian Economy and
Business Volume 35, Number 2, 2020, 129 – 143.
Transforming Islamic Boarding School as Indonesian
of Islamic Educational Institution in the Digital Era.
International Journal of Psychosocial Rehabilitation,
Vol. 24, Issue 08, 2020 ISSN: 1475-7192.
Interconnection Of Science, Islamic Religion, and
Philosophy Of Science. Khatulistiwa: Journal of
Islamic Studies Vol. 10, No. 1. March 2020.
Pendidikan Karakter Islami pada Online Class
Management di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Tarbiyatuna Vol. 11
No. 1 (2020) pp. 91-100 pISSN: 2085-0889 | eISSN:
2579-4981
Journal
Homepage:
http://journal.ummgl.ac.id/index.php/tarbiyatuna/index
Managerial Leadership in Boarding and Public School:
An Idea and Experience from Indonesia. Talent
Development & Excellence Vol.12, No.2s, 2020,
4047-4059.
Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Berbasis Sains Budaya Lokal Di Sekolah dan
Madrasah.
https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/index
171
17. The Use of Active Learning Methods In Learning Fiqh
Subject at Islamic Boarding School. Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
23(1),
173-182.
https://doi.org/10.24252/lp.2020v23n1i14.
G. Riset Dikti
1. Hibah Penelitian 2016
2. Hibah Penelitian 2018
3. Hibah Penelitian Kolaborasi Luar Negeri 2020-2022
4. Hibah Penelitian DN 2020-2022
172