Academia.eduAcademia.edu

MAKALAH PEREKONOMIAN DUA SEKTOR

MAKALAH PEREKONOMIAN DUA SEKTOR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Aplikasi Komputer Dosen Pembimbing Muhamad Ekhsan, S.Kom, MM Disusun Oleh Hafipah Damayanti NIM : 112011125 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PELITA BANGSA BEKASI 2021 i KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah tentang Motivasi Diri Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah Wawasan serta pengetahuan kita mengenai Motivasi Diri. Saya juga menyadari Sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata Sempurna. Oleh sebab itu, Saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi Perbaikan makalah yang telah Saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak Ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang Membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun inidapat berguna bagi Saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya Saya mohon maaf apabila Terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan Saya memohon kritik dan Saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan Datang. Bekasi, April 2021 Penyusun ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 BAB II ISI..............................................................................................................2 A.Hubungan antara konsumsi dan pendapatan.................................................................................................2 B. Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung......................................2 BAB III......................................................................................................2 PENUTUP................................................................................................ 3 KESIMPULAN ....................................................................................... 4 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 5 iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri. Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa dilakukan dengan membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk melihat bagaimana perubahan pendapatan terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dan tabungan. Kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan konsumsi disebut dengan Marginal Propensity to Consume (MPC). Sedangkan kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan tabungan disebut dengan Marginal Propensity to Save (MPS). Uraian dalam makalah ini bertujuan untuk melihat dengan lebih mendalam lagi dan membuktikan bahwa tingkat kegiatan ekonomi bergantung kepada tingkat pengeluaran agregat yang dilakukan oleh seluruh golongan masyarakat dan dibahas penentuan tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu perekonomian dua sector atau perekonomian sederhana. Tingkat kegiatan ekonomi dalam perekonomian yang lebih maju dan lebih rumit corak kegiatannya. Uraian ini menjelaskan mengenai bagaimana pengeluaran agregat akan menentukan tingkat kegiatan ekonomi dinamakan : analisa tingkat keseimbangan perekonomian Negara atau analisa penentuan tingkat pendapatan Nasional. 4 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Perekonomian Dua Sektor Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor perusahaan dan sektor rumah tangga. Dalam perekonomian tidak terdapata pajak dan pengeluaran pemerintah. Perekonomian itu juga tidak melakukan perdagangan luar negeri dan dengan demikian perekonomian itu tidak melakukan kegiatan ekspor dan impor. Dalam perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang diperoleh rumah tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gji, upah, sewa, bunga dan keuntungan adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional. Dan oleh karena itu pemerintah tidak memungut pajak maka pendapatan nasional (Y) adalah sama dengan pendapatan disposebel (Yd) atau Y = Yd. Pendapatan yang digunakan rumah tangga akan digunakan untuk dua tujuan yaitu untuk pengeluaran konsumsi dan ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan kepada penanam modal atau nvestor dan akan digunakan untuk memebeli barang – barang modal seperti mesin – mesin, peralatan produksi lain, mendirikan bangunan pabrik dan bangunan kantor. Ciri-ciri aliran pendapatan dalam perekonomian dua sektor 1. Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan memperoleh aliran pendapatan berupa gaji, upah, sewa, bunga, dan untung. 2. Sebahagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor rumahtangga akan di gunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasajasa yang di hasilkan oleh sektor perusahaan. 3. Sisa dari berbagai jenis pendapatan rumahtangga tidak di gunakan untuk pengeluaran konsumsi akan di tabung dala institusi-institusi keuangan. 4. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh institusiinstitusi keuangan dari sektor rumahtangga. 5 6 A.Hubungan Antara konsumsi Dan Pendapatan Daftar konsumsi dan tabungan rumahtangga (dalam ribu rupiah). Ciri khas dari hubungan di antara pendapatan disposable, pengeluaran konsumsi dan tabungan, yaitu ; 1. Pada pendapatan yang rendah rumahtangga mengorek tabungan. Pada waktu pendapatan disposable adalah (Yd = 0), pengeluaran konsumsi adalah Rp 125 ribu. Ini berarti rumahtangga harus menggunakan harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. Tabungan negative atau mengorek tabungan akan selalu dilakukan oleh rumahtangga apabila pendapatannya masih di bawah Rp 500 ribu. 2. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi. Biasanya pertambahan pendapatan adalah lebih tinggi daripada pertambahan konsumsi. Contoh dalam table 4.1 menunjukkan apabila pendapatan bertambah sebanyak Rp 100 ribu, konsumsi bertambah sebanyak Rp 75 ribu. Sisa pertambahan pendapatan itu (Rp 25 ribu) ditabung. 3. Pada pendapatan yang tinggi rumahtangga menabung. Disebabkan pertambahan pendapatan selalu lebih besar dari pertambahan konsumsi, maka pada akhirnya rumahtangga tidak “mengorek tabungan”. Ia akan mampu menabung, sebahagian dari pendapatannya. Table 4.1 menunjukkan apabila pendapatan rumahtangga lebih dari Rp 500 ribu, konsumsinya lebih rendah dari pendapatannya. Sebagai contoh, pada pendapatan Rp 900 ribu, konsumsinya adalah Rp 800 ribu dan ini menunjukkan rumah tangga sudah menabung sebanyak Rp 100 ribu. B. Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung Untuk memahami dengan baik sifat hubungan di antara pendapatan disposibel dengan konsumsi, dan pendapatan disposebel dengan tabungan perlulah di terangkan dua konsep penting beikut: a. MPC ( Marginal Propensity to Consume ): perbandingan di antara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (∆Yd) yang diperoleh. MPC = ∆C ∆Yd b. APC ( Average Propensity to Consume ): perbandingan diantara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd). APC = C Yd c. Contoh Menghitung MPC dan APC (1) selalu bertambah sebanyak Rp 200 ribu dan ini mengekibatkan konsumsi , yang ditunjukkan dalam kolom (2),juga senantiasa bertambah sebnyak Rp 150 ribu. Maka MPC , yang ditunjukkan kolom (3) adalah 0,75 dan dibuktikan dengan penghitungan berikut : MPC = ∆C = 150 ribu = 0,75 ∆Yd 200 ribu 6 7 a b c 1. 2. a) b) c) Dalam contoh 2 digambarkan pendapatan disposebel juga selalu bertambah sebanyak Rp 200 ribu, tetapi kenaikan konsumsi rumah tangga makin kecil pertambahannya. Sifat hubungan diantara pertambahan pendapatan disposebel dan konsumsi adalah : Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 200 ribu menjadi Rp 400 ribu, konsumsi naik dari Rp 300 ribu menjadi Rp 460 ribu. Pada perubahan pendapatan dan konsumsi ini MPC adalah : ( 460 – 300 ) / ( 400 – 200 ) = 0,8 Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 400 ribu menjadi Rp 600 ribu, konsumsi bertambah dari Rp 460 ribu menjadi Rp 610 ribu. Maka MPC : ( 610 – 460 ) / ( 600 – 400 ) = 0,75 Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 600 ribu menjadi Rp 800 ribu, konsumsi bertambah dari Rp 610 ribu menjadi Rp 750 ribu. Maka MPC : ( 750 – 610 ) / ( 800 – 600 ) = 0,70 Untuk penhitungan APC dapat dilihat pada kolom (4). Dari contoh 1 dan 2 dapat dilihat bahwa APC berubah-rubah nilainya, dan nilainya makin lama makin rendah. Apabila Yd lebih kecil dari C, maka APC lebih besar dari 1 (sebagai contoh pada Yd = Rp 200 ribu , C = Rp 300 ribu, maka APC = 300 / 200 = 1,5 ) ; dan apabila Yd lebih besar dari C, maka APC lebih kecil dari 1 (sebagai contoh pada Yd = Rp 800 ribu, C = Rp 750 ribu, maka APC = 750 / 800 = 0,9375). Kecondongan Menabung Marjinal MPS ( Marginal propensity to save ) atau Kecondongan menabung marginal Adalah perbandingan diantara perubahan tabungan ( S ) dengan pertambahan pendapatan disposebel ( Yd ).Nilai MPS dihitung dengan menggunakan rumus : MPS = ( S ) ( Yd ) APS ( Average propensity to save ) atau Kecondongan menabung rata-rata Adalah perbandingan di antara tabungan ( S ) dengan pendapatan diposebel ( Yd )Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan rumus APS = SYd Contoh 1 : MPS tetap Contoh 2 : MPS Makin Besar Berdasarkan pada data tersebut MPS adalah seperti yang ditunjukan dalam perhitungan di bawah ini : Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 200 ribu menjadi Rp 400 ribu, tabungan berubah dari Rp -100 ribu menjadi Rp -60, maka MPS = { (-60 )– (-100)/(400-200)} = 0,20 Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 400 ribu menjadi Rp 600 ribu, tabungan berubah dari Rp -60 ribu menjadiRp -10, maka MPS = { (-10 )– (-60)/(600-400)} = 0,25 Apabila pendapatan disposebel bertambah dari Rp 800 ribut menjadi Rp 600 ribu, tabungan berubah dari Rp -10 ribu menjadiRp 50, maka MPS = { (50 )– (-10)/800-600} = 0,30 7 8 Kiita lihat bahwa nilai APS semakin besar apabila pendapatan disposebel bertambah. Pada mulanya nilainya negative, karena rumah tangga masih melakukan “ mengorek tabungan atau “dissaving” . Dibawah ini ditunjukan dua contoh perhitungan APS 1. Dalam contoh 1, apabila pendapatan disposebel adalah Rp 200 ribu, tabungan adalah Rp -100, maka APS adalah S/Y = -100/200 = -0,5 2. Dalam Contoh 2, apabila pendapatan disposebel adalah Rp 400 ribu, tabungan adalah Rp -60, maka APS adalah S/Y = -60/400 = -0,15 Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Pendapatan disposebel sangat mempengaruhi jumlah Kosumsi dan Tabungan sehingga MPS dan APS juga akan mengalami perubahan. Hubungan diantara Kecondongan mengkonsumsi dan Menabung Bukti MPS + MPC = 1 dan APC + APS = 1 Pembuktian dengan aljabar dapat kita lihat dari bahwa pendapatan disposebel sama dengan konsumsi rumah tangga ditambah dengan tabungan rumah tangga. Dalam persamaan : Yd = C + S Apa bila persaman tersebut kita bagi dengan Yd, maka : Yd = C + S Yd Yd Yd 1 = APC+APS ……terbukti Karena C/Yd = APC S/Yd = APS Hal ini juga terjadi apabila rumah tangga mengalami kenaikan pendapatan maka konsumsi dan tabungan akan bertambahlah. Hubungan diantara pertambahan pendapatan, pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut: ∆Yd = ∆C + ∆S Apabila masing – masing komponen dari persamaan di atas di bagi oleh ∆Yd, maka akan diperoleh : ∆Yd = ∆C + ∆S ∆Yd ∆Yd ∆Yd 1 = MPC + MPS…..terbukti Karena ∆C/∆Yd = MPC 8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perekonomian dua sektor atau perekonomian sederhana adalah suatu perekonomian yang hanya terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh jumlah dan mutu daripada faktor-faktor produksi. Menurut Keyness tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh besarnya pengeluaran agregat yang dilakukan masyarakat. Pengeluaran agregat tersebut akan menentukan sampai dimana sektor perusahaan harus melakukan kegiatannya untuk memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa. Dari sifat perputaran aliran pendapatan yang terdapat dalam gambar itu dapat diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatannya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Sebagai balas jasa kepada penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, sektor rumah tangga akan memperoleh aliran pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung. 1. Sebagian besar dari berbagai jenis pendapatan yang diterima oleh sektor rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan. 2. Sisa dari berbagai jenis rumah tangga yang tidak digunakan untuk pengeluaran konsumsi akan ditabung dalam badan-badan keuangan. 3. Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari sektor rumah tangga. 4. 9 DAFTAR PUSTAKA Sukirno, Sadono. 1987. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Lembaga Penerbit FEUI. Rosyidi, Suherman. 2002. Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Rajawali Pers. Boediono. 2009. Ekonomi Makro. BPFE Yogyakarta. Rahardja, Prathama. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi. Lembaga Penerbit FEUI. Dombusch, Rudiger. 1997. Ekonomi Makro. Rineka Cipta. 10