e-Modul Mata Pelajaran Sejarah
Indonesia
Modul Elektronik (e-Modul)
SMAN 1 SUMBAWA BESAR
Penyusun
menu
:
Dian Sukmawati,S.Pd.
(Guru SMAN 1 Sumbawa Besar)
Editor :
Aminu Irfanda S, S.Pd. M.Pd.
Agus Surya Pratama, S.Pd.
Drs. Lalu Karna
Anna Nurhasanah, S.Pd. M.Pd.
Mulyawansyah, S.PdT.
Ade Maulana, S.Pd
Daftar Isi
COVER
PENGEMBANG
DAFTAR ISI
PETUNJUK
GLOSARIUM
PENDAHULUAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.
Tujuan Pembelajaran
B.
Dinamika Politik Awal Demokrasi Terpimpin
C.
Peta Kekuatan politik Nasional
D.
Kebijakan politik Luar Negeri Masa Demokrasi Terpimpin
E.
Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi terpimpin
H.
Rangkuman Pembelajaran
I.
Latihan Pembelajaran
EVALUASI AKHIR PEMBELAJARAN
PENILAIAN DIRI
DAFTAR PUSTAKA
Glosarium
1
2
3
4
Nawaksara :
Judul pidato presiden Soekarno pada 22 Juni 1966,
menyampaikan pidato Nawaksara dalam persidangan
MPRS. Nawa berasal dari bahasa sansekerta yang berarti
sembilan dan aksara berarti huruf atau istilah. Pidato ini
berisikan sembilan pokok persoalan yang dianggap penting
oleh presiden Soekarno selaku mandtaris MPR. Isi pidato
tersebut
hanya
sedikit
menyinggung
sebab-sebab
meletusnya peristiwa berdarah yang terjadi pada 30
September 1965.
Dokumen Gilchrist:
Dokumen atau catatan yang dibuat Gilhrist duta besar Inggris
pada tahun 1960an. Dokumen ini yang dijadikan alasan PKI
menuduh AD akan melakukan kudeta terhadap Soekarno
Konsepsi Presiden 1957:
Konsepsi presiden Soekarno yang bertujuan untukmengatasi
dan meyelesaikan krisi wibawaan kabinet yang sering
dihadapi dengan dibentuknya kabinet yang anggotanya
terdiri atas 4 partai pemenang dan dibentuknya dewan
Nasional.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
Keputusan atau ketetapan presiden Soekarno terkait dengan
kondisi politik yang tidak stabil akibat Dewan Konstituante
tidak berhasil meyelesaikan tugasnya menyususn UUD baru.
Dekrit ini berisi 1. pembubaran Dewan Konstituante, 2.
Kembali ke UUD 45 dan tidak berlaku lagi UUD, 3.
Pembentukan MPRS dan DPAS.
5
Dwikora :
Dwi komando rakyat yaitu komando presiden Soekarno
untuk melakukan konfrontasi kepada malaysia yang
diucapkan pada tangangal 3 Mei 1964 yaitu 1. perhebat
ketahanan Revolusi Indonesia, 2. Bantuan perjuangan rakyat
Manila, Singapura, Sabah Serawak dan Berunai untuk
membubarkan negara boneka Malaysia.
6
GANEFO :
Games Of The Emerging Forces merupakan Salah satu
proyek
mercusuar
presiden
Soekarno
untuk
menyelenggarakan pesta olahraga negara-negara New
Emerging Forces (NEFOS)
7
Konfrontasi
:
Cara menentang musuh atau kesulitan dengan berhadapan
langsung atau terang-terangan. Misalnya konfrontasi
Indonesia dan malaysia.
Kamu dapat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang
berurutan. Jangan memaksakan diri sebelum benar-benar menguasai
bagian dalam modul ini, karena masing-masing saling berkaitan.
Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan, dan evaluasi.
Latihan dan evaluasi menjadi alat ukur tingkat penguasaan kamu
setelah mempalajari materi dalam modul ini. Jika kamu belum
menguasai 80% dari setiap kegiatan, maka kamu dapat mengulangi
untuk mempelajari materi yang tersedia dalam modul ini. Apabila
kamu masih mengalami kesulitan memahami materi yang ada dalam
modul ini, silahkan diskusikan dengan teman atau guru kamu.
Selamat mempelajari modul ini, semoga kamu berhasil dan sukses
selalu.
menu
Nex
Demokrasi Terpimpin
A. Deskripsi Singkat Materi
“Masalah kita, bangsa Indonesia, hanya bisa dipecahkan dengan
perumusan nilai-nilai murni bangsa sendiri….”
Kutipan diatas merupakan pidato Presiden Soekarno di depan Dewan
Konstituante Republik Indonesia yang akan bersidang menyusun
UUD baru menggantikan UUD Sementara 1950. Harapan Bung Karno
bahwa UUD yang baru terbentuk nanti memuat nilai-nilai bangsa
Indonesia, sehingga bisa menyelesaikan permasa-lahan yang sedang
dihadapi bangsa Indonesia. Presiden Soekarno mencoba
mengusulkan pemikirannya melalui Kon-sepsi Presiden 1957 yang
merupakan gagasan pembaharuan kehidupan politik dengan sistem
Demokrasi Terpimpin sebagai upaya penyelesaian permasalahan
bangsa Indonesia. Soekarno berpendapat bahwa sistem Demokrasi
Terpimpin merupakan jawaban terhadap kegagalan sistem Demokrasi
Liberal yang memun-culkan pergolakan, pembangkangan, dan
instabilitas politik. Bagaimanakah penerapan sistem Demokrasi
Terpimpin? Apakah Demokrasi Terpimpin mampu mengatasi
permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia sesuai dengan
harapan Bung karno?
B. Prasyrat
Untuk dapat mempelajari materi ini, terlebih dahulu kalian harus
menguasai materi yang disajikan sebelumnya, yakni mengenai proses
berakhirnya Demokrasi Liberal. Dalam materi tersebut disajikan
latarbelakang dan juga faktor-faktor penyebab tuntutan pembaharuan
dengan sistem Demokrasi Terpimpin dan jatuhnya pemerintahan
parlementer, sehingga terjadi perubahan dalam bidang politik, sosial,
ekonomi, dan hukum.
Prev
menu
Next
Petunjuk Penggunaan e-Modul
Salam pelajar Indonesia, tetap semangat dalam belajar ya, selalu
menjadi bagian dari generasi emas bangsa Indonesia ini. Dengan
menggunakan modul ini kalian akan belajar konsep Sejarah Indonesia
yang tidak terlalu sulit, yaitu tentang Demokrasi Terpimpin.
Pada modul ini kalian akan mempelajari Masa Demokrasi Terpimpin
meliputi Perkembangan Politik, perkembangan Ekonomi, dan Politik
Luar Negeri.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan kalian memiliki kompetensi
dasar sebagai berikut :
3.3
Menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi
bangsa Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin. .
4.3
Melakukan penelitian sederhana tentang kehidupan politik
dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin dan menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis.
Modul ini terbagi menjadi empat sub topik kegiatan belajar yang harus
kalian ikuti, yaitu:
Pertama : Dinamika Politik masa Demokrasi terpimpin.
Kedua
: Peta Kekuatan Politik Nasional.
Ketiga
: Kebijakan Politik Luar Negeri Masa Demokrasi
Terpimpin.
Keempat : Perkembangan Ekonomi Terpimpin.
Supaya belajar kalian dapat bermakna maka yang perlu kalian
lakukan adalah :
1. Pastikan kalian mengerti target kompetensi yang akan dicapai
2. Mulailah dengan membaca materi. Catatlah atau tandai bagianbagian yang belum kalian pahami sebagai bahan diskusi
bersama teman dan guru.
3. Kerjakan soal latihannya dan tes akhir modul untuk mengetahui
seberapa pemahaman kalian tentang materi yang telah disajikan.
4. Jika sudah lengkap mengerjakan soal latihan, cobalah buka kunci
jawaban yang ada pada bagian akhir dari modul ini. Hitunglah
skor yang kalian peroleh.
5. Jika skor masih dibawah 79, cobalah baca kembali materinya,
usahakan jangan mengerjakan ulang soal yang salah sebelum
kalian membaca ulang materinya.
6. Pelajari kembali soal-soal yang belum terjawab, apabila masih
menemukan kesulitan, diskusikanlah bersama teman atau guru.
Gunakan bacaan-bacaan lain/referensi yang dapat menunjang
kalian untuk dapat menguasai materi yang disajikan.
7. Jika skor kalian sudah minimal delapan puluh, kalian bisa
melanjutkan ke pembelajaran berikutnya;
>>> Selamat Belajar <<<
Untuk mengetahui apakah kalian sudah mencapai kompetensi yang
diharapkan dari modul ini atau belum, maka kalian harus dapat :
1. Menjelaskan korelasi antara berakhirnya masa Demokrasi Liberal
dan munculnya masa Demokrasi Terpimpin.
2. Menganalisis bentuk persaingan diantara kekuatan-kekuatan
politik pada masa Demokrasi Terpimpin.
3. Mengidentifikasi kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi
pada masa Demokrasi Terpimpin.
4. Meneladani sikap pantang menyerah dan proaktif tokoh sejarah
dalam mempertahankan kedaulatan NKRI.
Prev
menu
Next
Kegiatan Pembelajaran
Prev
menu
Next
Demokrasi Terpimpin
Tujuan Pembelajaran
Untuk mengetahui keberhasilan dari akhir kegiatan pembelajaran ini,
sebaiknya kalian mengetahui tujuan pembelajaran yang diharapkan,
yaitu :
1. Menganalisis dinamika politik masa awal demokrasi Terpimpin
2. Menganalisis peta kekuatan politik nasional yang berlangsung
pada masa Demokrasi Terpimpin.
3. Menganalisis kebijakan politik luar negeri masa Demokrasi
terpimpin.
4. Menganalisis perkembangan ekonomi masa Demokrasi
Terpimpin.
Berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai, peserta
didik mampu :
1. Meneladani sikap pantang menyerah dan proaktif tokoh sejarah
dalam mempertahankan kedaulatan NKRI.
2. berpikir objektif dalam menghadapi kekuatan-kekuatan politik
agar tidak terpancing dalam emosi kelompok atau emosi
primordial.
Prev
menu
Next
A. Dinamika Politik Awal
Demokrasi Terpimpin
Latar belakang Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Kehidupan sosial politik Indonesia pada masa Demokrasi Liberal
(1950-1959) belum pernah menacapai kestabilan secara nasional.
Kabinet yang silih berganti membuat program kerja kabinet tidak
dapat dijalankan sebagaimana mestinya.Partai-partai politik saling
bersaiang dan saling menjatuhkan. Mereka lebih mengutamakan
kepentingan kelompok masing-masing. Disisi lain, Dewan
Konstituante yang dibentuk melalui Pemilihan Umum 1955 tidak
berhasil menyelesaikan tugasnya menyusun UUD baru bagi Republik
Indonesia.
Kondisi tersebut membuat presiden Soekarno berkeinginan untuk
menyederhanakan partai politik yang ada dan membentuk kabinet
yang berintikan 4 partai yang menang dalam Pemilu 1955. Untuk
mewujudkan keinginannya tersebut, pada tanggal 21 Februari 1957,
dihadapan para tokoh politik dan tokoh militer menawarkan
konsepsinya untuk menyelesaikan dan mengatasi krisis-krisis
kewibawaaan pemerintah yang terlihat dari jatuh bangunnya
kabinet. Lebih jauh Presiden Soekarno menekankan bahwa
Demokrasi Liberal merupakan demokrasi impor yang tidak sesuai
dengan jiwa dan semangat Bangsa Indonesia. Untuk itu ia
menggantikan dengan suatu demokrasi yang sesuai kepribadian
BangsaIndonesia yaitu Demokrasi Terpimpin.
Pokok-pokok pemikiran yang terkandung dalam konsepsi presiden
1957 sebagai berikut:
1. Pemberlakukan sistem Demokrasi terpimpin yang didukung oleh
kekuatan politik yang mencerminkan aspirasimasyarakat secara
seimbang. Langkah ini dilakukan untuk memperbarui struktur
politik bangsa Indonesia.
2. Pembentukan Kabinet Gotong royong berdasarkan perimbangan
kekuatan masyarakat. Kabinet tersebut terdiri atas wakil-wakil
partai politik dan kekuatan politik yang disebut golongan karya.
Upaya untuk menuju Demokrasi Terpimpin telah dirintis oleh Presiden
Soekarno sebelum dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
langkah pertama adalah Pada 6 Mei 1957 Presiden Soekarno
membentuk Dewan Nasional sebagai langkah pertama untuk
mewujudkan Konsepsi Presiden 1957. Melalui panitia perumus
Dewan Nasional, muncul usulan secara tertulis oleh kepala Staf
Angkatan Darat Mayor Jenderal A.H Nasution kepada Presiden
Soekarno tentang pemberlakuan kembali UUD 1945 sebagai
landasan Demokrasi Terpimpin.
Usulan Nasution kurang didukung oleh wakil-wakil partai di dalam
Dewan Nasional yang cenderung mempertahankann UUDS 1950.
Atas Desakan Nasution akhirnya presiden Soekarno menyetujui untuk
kembali ke UUD 45.
Presiden Soekarno mengeluarkan suatu keputusan pada 19 Februari
tentang pelaksanaan Demokrasi terpimpin dalam rangka kembali ke
UUD 1945. Keputusan ini kemudian disampaikan Soekarno di
hadapan anggota DPR Pada 2 maret 1959. Karena yang berwenang
menetapkan UUD adalahDewan konstituante, maka dalam sidang
konstitusi tanggal 22 April 1959 presiden Soekarno meminta
konstitante menetapkan kembali UUD 1945 apa adanya tanpa
perubahan dan menetapkannya sebagai konstitusi Negara yang
tetap.
Usulan presiden Soekarno tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan
pemungutan suara. Akan tetapi, hingga tiga kali pemungutan suara,
anggota konstituante gagal menyepakati konstitusi Negara.Usulan
presiden Soekarno tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan
pemungutan suara. Akan tetapi, hingga tiga kali pemungutan suara,
anggota konstituante gagal menyepakati konstitusi Negara.Pada 3
Juni 1959 sidang dewan konstituante memasuki masa reses dimana
beberapa fraksi dalam dewan konstituante menyatakan tidak akan
menghadiri sidang kecuali untuk membubarkan kostitaunte.
Kondisi ini membuat situasi politik menjadi sangat genting, konflik
politik antar partai semakin panas dan melibatkan masyarakat
didalamnya ditambah munculnya beberapa pemberontakan di daerah
yang mengancam kesatuan NKRI.Untuk mencegah munculnya eksesekses politik sebagai akibat ditolaknya usulan pemerintah kembali ke
UUD 45 oleh dewan konstituante, Kepala Staf Angakata Darat
(KSAD) selaku Penguasa Perang Pusat (Peperpu), A. H. Nasution
mengeluarkan PEPERPU/040/1959 atas nama pemerintah yang berisi
larangan adanya kegiatan politik, termasuk menunda semua sidang
Dewan Konstituante yang berlaku mulai 3 Juni 1959 pukul 06.00 Pagi.
KSAD dan ketua Umum PNI, Suwiryo menyarankan kepada Presiden
Soekarno untuk mengumumkan kembli berlakunya UUD 45 dengan
suatu Dekrit Presiden.
00:00 / 00:00
Pada tanggal 3 Juli 1959, Presiden Soekarno mengadakan pertemuan
dengan dewan DPR Sartono, Perdana Menteri Djuanda, dan anggota
Dewan nasional (Roeslan Abdoel Gani, dan Muh. Yamin), serta ketua
Makamah Agung, Mr. Wirjono Prodjodikoro untuk menyepakati
diberlakukannya kembali UUD 1945 sebagai konstitusi Negara tanpa
persetujuan konsituante. Pertemuan tersebut dilanjutkan dengan
pidato singkat Presiden Soekarno yang dikenal dengan Dekret
Presiden 5 Juli 1959 yang berisi tiga ketentuan pokok yaitu
1. Pembubaran konstituante
2. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) yang terdiri atas anggota DPR ditambah utusan daerah
dan golongan serta Dewan pertimbangan Agung Sementara
(DPAS).
Dekret Presiden 5 Juli 1959 merupakan jembatan politik dari era
Demokrasi Liberal menuju era demokrasi Terpimpin.
Situasi Politik Setelah Dekrit Presiden 1959
Dekret Presiden 5 Juli 1959 mendapat sambutan baik dari masyarakat
yang hampir selama 10 tahun merasakan ketidakstabilan kehidupan
sosila politik. Dekret juga didukung oleh TNI dan dua partai besar, PNI
dan PKI serta mahkamah Agung. bahkan KSAD, salah satu konseptor
Dekret, megeluarkan perintah harian kepad aseluruh jajaran TNI AD
untukmelaksanakan dan mengamankan Dekret Presiden. Dukungan
lain kemudian datang Dari DPR yang secara aklamasi menetapkan
bersedia bekerja terus dibawah naungan UUD 45.
Melalui Dekret Presiden, Konsep Demokrasi terpimpin yang
dirumuskan Presiden Soekarno melalui konsep 1957 direalisasikan
melalui Staatnoodrecht, hukum negara dalam bahaya perang. Sehari
setelah Dekret presiden 5 Juli 1959, perdana menteri Djuanda
mengembalikan mandat kepada Presiden Soekarno dan kabinet karya
pun dibubarkan.10 Juli 1959 Presiden Soekarno membentuk kabinet
baru yang dinamakan kabinet kerja yang dipimpin langsung oleh
Soekarno sebagaiPerdana Menteri, sedangkan Djuanda bertindak
sebagai menteri pertama dengan dua wakilnya yaitu J. Leimena dan
Subandrio. Kabinet kerja terdiri dari Sembilan menteri dan 24 menteri
muda sedangkan KSAD, angkatan Udara, Angkatan laut, Kepolisian,
dan jaksa Agung diangkat sebagai menteri Negara ex officio.
Untuk mengurangi pengaruh kepentingan partai politik maka tidak
satupun menteri dalam kabinet yang berasal dari ketua umum partai
politik sehingga untuk memberikan tekanan pada sifat nonpartai,
beberapa menteri keluar dari partainya seperti Subandrio (PNI) dan J.
Leimena (Partai Kristen Indonesia). Program kabinet meliputi
penyelengaraan keamanan dalam negeri, pembebasan Irian barat,
dan melengkapi sandang pangan rakyat.
Kabinet kerja terdiri atas lembaga Yudikatif, jaksa Agung, Ketua
mahkamah Agung, serta lembaga yang meliputi wakil ketua MPRS
dan Ketua DPR-GR sehingga seorang pejabat dapat memangku
jabatan pada dua bidang pemerintahan yang berbeda yaitu
memegang jabatan lembaga legislatife atau yudikatif dengan status
eksekutif. Sistem ini meninggalkan konsep Trias politica sekaligus
menyipang dari prinsip-prinsip demokrasi. Langkah ini mendapat
tentangan dari tokoh-tokoh partai politik tetapi tidak dihiraukan oleh
Presiden Soekarno.
Pembentukan kabinet kemudian diikuti Pembentukan dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) berdasarkan Penetapan
Presiden Nomor 3 tahun 1955 tertanggal 22 Juli 1959 yang langsung
diketuai oleh Presiden Soekarno dengan Roeslan Abdulgani sebagai
wakil ketua. DPAS bertugas menjawab pertanyaan presiden dan
berhak mengajukan usul kepada pemerintah.
17 Agustus 1959 Presiden Soekarno dalam pidato kenegaran untuk
merayakan ulang tahun kemerdekaan dengan lantang menjelaskan
dasar dikeluarkannya Dekret Presiden 5 Juli 1959 serta garis
kebijakan presiden Soekarno dalam mengenalkan Demokrasi
terpimpin. Presiden Soekarno menuraikan ideologi Demokrasi
Terpimpin yang isinya mencakup revolusi, gotong royong, demokrasi,
anti imperialisme-kapilatalisme, anti demokrasi Liberal, dan
perubahan secara total. Pidato ini berjudul “penemuan Kembali
Revolusi Kita”. DPAS menetapkan pidato Presiden Soekarno menjadi
GBHN dengan judul Manifesto Politik Republik Indonesia yang
disingkat Manipol.
31 Desember 1959, Presiden Soekarno membentuk MPRS yang
dilandasi oleh penetapan Presiden Nomor 2 tahun 1959 dibawah
pimpinan Charul Saleh. Anggota MPRS dipilih dan diangkat langsung
oleh Presiden Soekarno. Pengangkatan ini bertentangan dengan UUD
1945 yang menyatakan bahwa anggota MPR dipilih melalui
Pemilu.Tokoh-tokoh yang diangkat sebagai anggota MPRS harus
memenuhi beberap persyaratan yaitu:
1. Setuju kembali ke UUD 1945
2. Setia pada perjuangan Bangsa Indonesia
3. Setuju dengan Manipol.
Fungsi dan tugas MPRS tidak diatur berdasarkan UUD 45 tetapi
berdasarkan ketetapan Presiden Soekarno Nomor 2 tahun 1959
sehingga fungsi dan tugas MPRS hanya menetapkan GBHN.
Semetara itu, untuk DPR hasil pemilu 1955 tetap menjalankan
tugasnya dengan landdasan UUd 45 dengan syaratmenyetujui segala
perombakan yang diajukan pemerintah sampai dibentuknya DPR baru
berdasarkan Penetapan Presiden No. 1/1959.
Pada awalnya DPR lama seperti akan mengikuti apa saja yang akan
menjadi kebijakan Presiden Soekarno, hal ini ketika secara aklamasi
dalam sidang 22 Juli 1959 menyetujui Dekret Presiden 1959. Akan
tetapi benih konflik mulai timbul ketika Sartono selaku ketua DPR
menyarankan kepada Presiden untuk meminta mandat kepada
DPRuntuk melakukan perombakan struktur kenegaraan sesuai
dengan UUD 1945 dan untuk melaksanakan program kabinet. Bahkan
Sartono menyakinkan bahwa mandat tersebut pasti akan diberikan,
namun presiden Seokarno menolak, ia hanya akan datang ke DPR
untuk menjelaskan perubahan konstitusi dan lain-lain, bukan untuk
meminta mandat.Hal ini presiden tidak mau terikat dengan DPR.
Konflik terbuka antara presiden akhirnya terjadi ketika DPR menolak
rencana Anggaran Belanja Negara tahun 1960 yang diajukan
pemerintah.Penolakkan tersebut mambawa dampak pembubaran
DPR pada tanggal 5 maret 1960 oleh Presiden. Presiden membentuk
DPR-Gotong Royong (DPR GR). Para nggota yang ditunjuk Presiden
tidak berdasarkan perimbangan kekuatan partai politik, namun lebih
berdasarkan perimbangan kekuatan partai politik, namun lebih
berdasarkan perimbangan lima golongan, yaitu Nasionalis, ISlam,
Komunis, Kristen-Katolik, dan golonganFungsional. Sehingga dalam
DPR-GR terdiri atas dua kelompok besar yaitu wakil partai dan
golongan fungsional (karya) dengna perbandingan 130 wakil partai
dan 153 golongan fungsional. Pelantikan DPR-GR dilaksanakan pada
25 Juni 1960 dengn tugass pokok pelaksanaan Manipol,
merealisasikanamnaat peneritaan rakyat dan melakssanakan
demokrasi terpimpin. Kedudukan DPR-GR adalah pembantu
Presiden/Mandataris MPR dan memberikan sumbangan tenaga
kepada Pressiden untuk melakssanakan segala sesuatu yang telah
ditetapkan MPR.
Pembubaran DPR hasil Pemilu pada awalnya memunculkan reaksi
dari berbagai pihak, antara lain dari pimpinan NU dan PNI yang
mengancam akan menarik pencalonan anggotanya untu DPR-GR.
Akan tetap sikap ini berubah setelah jatah kursi NU dalam DPRGRditambah. Namun K.H. Wahab Chasbulla, Rais Aam NU,
menyatakan bahwa NU tidak bisa duduk bersama PKI dalam suatu
kabinet dan NU sesungguhnya menolak kabinet Nasakom dan
menolak kerjasama dengan PKI.
Tokoh PNI yaitu Mr. Sartono dan Mr. Iskaq Tjokroadisurjo merasa
prihatin terhadap perkembangan yang ada, bahkan Ishaq menyatakan
bahwa anggota PNI yang duduk dalam DPR-GR bukanlah wakil PNI,
sebab mereka adalah hasil dari penunjukkan.
Sikap tokoh partai yang menolak DPR-GR bergabung dalam
kelompok Liga Demokrasi. Tokoh yang terlibat dalam Liga Demokrasi
ini meliputi tokoh partai NU, Masyumi, Partai katolik, Parkindo, IPKI,
dan PSII danbeberap panglima daerahyang memberikan dukungan.
Liga Demokrasi mengusulkan untuk penangguhann DPR-GR. Ligaini
kemudian dibubarkan oelh Presiden.
Tindakan Presiden Seokarno lainnya dalam menegakkan Demokrasi
Terpimpin adalah membentuk Front Nasional yaitu organisasi masa
yang bertugas memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita
yang terkandung dalam UUD 1945. Lembaga baru ini dibentuk
berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 13 tahun 1959. Fron ini
diketuai oleh PResiden Soekarno.
Langkah Presiden Seokarno lainya adalah melakukan regrouping
kabinet berdasarkan Ketetapan Presiden no 94 tahun1962 tentang
penginterasian lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi dengan
eksekutif. MPRS, DPR-GR, DPA, mahkamah Agung, dan dewan
Perancang Nasional dipimpin langsung oleh Presiden . Proses
integrasi lembaga-lembaga Negara menyebabkan kedudukan
pimpinan lembaga tersebut diangkat menjadi menteri dan berhak ikut
serta dalam sidang-sidang kabinet tertentu dan juga ikut merumuskan
dan mengamankan kebijaka pemerintah pada lembaganya masingmasing.
Selain itu presiden juga membentuk suatau lembaga baru yang
bernama Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPRS)
berdasarkan ketetapan Presiden N0. 4/1962. MPPRS merupakan
badan pembatu pemimin Besar Revolusi (PBR) dalam mengambil
kebijakan khusus dan darurat untuk menyelesaikan revolusi.
Keanggotan MPPRS meliputi sejumlah menteri yang mewakili MPRS,
DPR-GR, Departemen-departemen, angkatan dan para pemimpin
partai politik Nasakom.
Penilaian terhadap pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
datang pertama kali dari M. Hatta, melalui tulisannya dalam majalah
Islam "Panji Masyarakat" pada tahun 1960 yang berjudul "Demokrasi
Kita". hatta mengungkapkan kritiknya kepada tindakan-tindakan
presiden, tugas DPR sampai pada pengamatan adanya "Krisis
Demokrasi", yaitu sebagai demokrasi yang tidak kenal batas
kemerdekaan, lupa syarat-syarat hidupnya, dan melulu anarki lambat
laun akan digantikan oleh diktator.
Prev
menu
Next
B. Peta Kekuatan Politik
Nasional
Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik terpusat di tangan Presiden
Soekarno yang memegang seluruh kekuasaan negara dengan TNI
AD
dan
PKI
disampingnya.
Presiden
Soekarno
selalu
mengungkapkan bahwa revolusi Indonesia memiliki lima gagasan
penting yang terangkum dalam Manisfesto Politik / Manipol USDEK
meliputi, UUD 45, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi
Terpimpin
dan
Kepribadian
Indonesia.
Dalam
perkembangannya, Manipol-USDEK menjadi ideologi resmi sekaligus
haluan Negara. Sejak tahun 1961 Manipol-USDEK menjadi salah satu
mata kuliah wajib yang tercakup dalam Tujuh Bahan Pokok
Indoktrinasi (Tubapi). Beberapa surat kabar yang pro masyumi dan
PSI menolak ide tersebut. Kedua surat kabr tersebut dilarang terbit
oleh pemerintah.
Pada masa Demokrasi terpimpin peran partai politik dibatasi oleh
pemerintah. Pembatasan partai politik dilakukan dengan cara
menerapkan penetapan Presiden no 7 tahun 1959 tentang syarat-
syarat penyederhanaan partai yang isinya sebagai berikut:
1. Menerima dan membela konstitusi 1945 dan pancasila
2. Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk
mewujudkan cita-cita politiknya
3. Partai politik setidaknya harusmemiliki cabang diseperempat
wilayah Indonesia
4. Presiden berhak menyelidiki adminsitrasi dan keuangan partai
5. Presiden berhak membubarkan partai yang terindikasi berusaha
merongrong politik pemerintah dan mendukung pemberontakan.
Hingga tahun 1961 hanya ada Sembilan partai politik yang diakui dan
dianggap memenuhi persyaratan oleh pemerintah. Melalui keputusan
presiden Nomor 128 tahun 1961 partai-partai yang diakui antara lain
PKI, Partai Murba, Partai katolik,PSII, PNI, NU, IPKI, Perti dan
partindo.
Dalam perkembangannya hubungan Presiden Soekarno dan DPR
hasil pemilu 1955 semakin tidak harmonis. Beberapa fraksi dalam
DPR menolak kebijakan Presiden Soekarno sehingga pecah konflik
antara Presiden dengan DPR. Konflik memuncak saat DPR menolak
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
tahun 1960 yang diajukan pemerinatah. Presiden menjadikan
masalah ini dalih untuk membubarkan DPR hasilpemilu 1955 yang
secara resmi dibubarkan Pada 24 Juni 1960. Selanjutnya, presiden
Soekarno membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPR-GR). Presiden memilih dan mengangkat sendiri anggota DPR
dan menegaskan bahwa seluruh anggota DPR terikat aturan yang
ditetapkan presiden.
Pada 17 Agustus 1961 Presiden Soekarno memperkenalkan ajaran
Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan pimpinan Nasional (Resopim)
yang bertujuan memperkuat kedudukan Presiden Soekarno. Inti
ajaran adalah seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara
harus dicapai melalui revolusi, jiwa oleh sosialisme, dan dikendalikan
oleh satupimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi
(PBR), yaitu Presiden Soekarno. Sosialisasi Resopim mengakibatkan
kedudukan lembaga tinggi dan tertinggi Negara ditetapkan dibawah
presiden.
Pada 1 Mei 1963 MPRS menetapkan Presiden Soekarno sebagai
presiden seumur hidup. Dalam menjalankan sistem pemerintahan
Demokrasi terpimpin Presiden Soekarno mendapat dukungan tiga
kekuatan besar yaitu komunis, agama dan nasionalis. Sistem
pemerintahan yang dikembangakan oleh Presiden Soekarno
memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya ideology
komunis.
Presiden Soekarno juga mengeluarkan ajaran nasionalis, agama dan
komunis (nasakom). Bagi Presiden Sekarno, Nasakom merupakan
cermin paham berbagai golongan dalam masyarakat Indonesia
sehingga persatuan Indonesia dapat terwujud jika melaksanakan dan
menerima ajaran Nasakom.Aajarn Nasakom mulai disebarkan kepada
masyarakat dan pencetus ajaran Nasakom diannggapsama dengan
upaya memperkuat kedududkan preseden karena jiak menolak ajaran
nasakom berarti menolak kebijakan presiden.
Dalam perkembangannya, PKI memanfaatkan ajaran Nasakom
dengan sebaik-baiknya. D.N. Aidit sebagai ketua PKI kemudian
berusaha menyebarkan cuplikan-cuplikan pidato Presiden Soekarno
seolah-olah sejalan dengan gagasan dan cita-cita politik PKI. PKI
berusaha memperoleh citra sebagia Pancasilais danpendukung
kebijakan-kebijakan Presiden Soekarno. Menurut ketua PKI, D.N.
Aidit, strategi tersebut menguntungkan bagi eksistensi PKI. Selain itu
melaksanakan Manipol secara konsekuen sama halnya dengan
melaksanakan program PKI.
PKI berhasil mendapatkan tempat dalam konstelasi politik Indonesia
melalui Nasakom. Strategi ini pula yang berhasil menyakinkan
Presiden Soekarno bahwa PKI merupakan partai pendukung utama
kebijakan
pemerintah.
Bahkan,
saat
presiden
Seokarno
membubarkan beberapa partai politik yang terlibat dalam
pemberontakan, PKI berhasil terhindar dari kebijakan pembubaran
tersebut. Presiden Soekarno pun seolah tidak peduli dengan
penolakan PKI dalam kabinet bahkan tetap memberikan porsi kabinet
kepada PKI. Setelah berhasil mendekati presiden Soekarno, PKI
berusaha mencari dukungan politik dari masyarakat.
Melihat kedekatan PKI dan Presiden Soekarno, Angkatan Darat tidak
tinggal diam. AD mengerahkan berbagai cara untuk menghambat
pergerakan PKI. Pimpinan AD kemudian mengeluarkan perintah untuk
menangkap D.N. Aidit dan melarang diterbitkan surat kabar harian
Rakyat. Tidanakan ini mendapat protes dari presiden Soekarno dan
memerintahkan agar segala keputusan AD dicabut kembali. Dalam
sebuah sidang di Istana Negara, AD mengingatkan presiden
Seokarno agar tidak terlampau percaya atas keloyalan PKI.
Peringatan tersebut tidak dihiraukan presiden Soekarno dan tetap
pada kebijakan melarang AD mengambil tindakan terhadap PKI.
Mamasuki tahun1964 serangan terhadap PKI semakin banyak.
Beberapa surat kabar yang berseberangan dengan PKI memberitakan
penemuan dokumen rahasia PKi yang berisikan rencana perebutan
kekuasaan. Akan tetapi pemberitaan tersebut dibantah oleh D.N. Aidit.
Peristiwa tersebut berkembang menjadi isu politik besar pada 1964
Presiden soekarno berupaya menyelesaikan permasalahan ini
dengna mengumpulkan seluruh pemimpin partai politik. Dalam
pertemuan tersebut, seluruh pemimpin partai politik sepakat
mengakhiri perseteruan karena pemerintah sedang berkonfrontasi
dengan Malaysia.
Prev
menu
Next
C. Kebijakan Politik
Luar
Negeri Masa
Demokrasi
Terpimpin
Pembebasan Irian Barat
Pembebasan Irian Barat merupakan salah satu program dalam setiap
kerja wajib kabinet yang berkuasa pada masa Demokrasi Liberal.
Upaya tersebut terus berlanjut dan menjadi salah satu agenda utama
pemerintah pada masa Demokrasi terpimpin.
a.
Latar Belakang masalah Irian barat
Keputusan KMB menetapkan bahwa masalah Irian Barat
akana diselesaikan satu tahun setelah penyerahan kedaulatan. Akan
tetapi, Belanda terus menunda penyelesaian masalah tersebut hingga
bertahun-tahun.
Kondisi
tersebut
mengecewakan
bangsa
Indonesia.Presiden Soekarno menegaskan bahwa perjuangan bangsa
Indonesia belum selesai sebelum Irian barat kembali menjadi bagian
NKRI dan Indonesia tidak akan mundur sejengkal pun dari Irian barat.
Dalam siding umum PBB 1961, Subandrio menegaskan bahwa
Indonesia akan melaksanakna konfrontasi di segala bidang, yaitu
bidang politik, ekonomi, dan militer.
b.
Perjuangan pembebasan Irian Barat
Pemerintah Indonesia melakukan upaya pembebasan Irian Barat
melalui empat cara, yaitu, konfrontasi ekonomi, konfrontasi politik,
konfrontasi militer dan diplomasi.
1.
Perjuangan Diplomasi
Perjuangan dilakukan secara bilateral, namun gagal
Indonesia membawa masalah Iran Barat ke dalam forum
internasional melalui konfrensi Colombo april 1954, dan Konfrensi
Asia Afrika April 1955 dengan mengirim beberapa diplomat yaitu
Subandrio, Mukarto, Notowidagdo, Zairin Zain, Adam Malik,
Ganis Harsono dan Alex Alatas. Dalam dua konfrensi ini,
Indonesia berhasil medapat dukungan dari Negara-negara
perseta Konfensi.
Indonesia mengajukan masalah Irian barat dalam siding Umum
PBB priode 1954-1957, akan tetapi upaya tersebut gagal karena
Indonesia tidakmendapat dukungan dua pertiga anggota sidang.
2.
Konfrontasi Politik
Pada 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB yang
dikukuhkan dalam UU no 13 tahun 1956. Pada 17 Agustus 1956,
Kabinet Ali Sastroamidjojo mengesahkan kekuasaannya atas Irian
barat dengan membentuk pemerintahan sementara Irian barat di
Soasiu, tidore. Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan
sementara ini adalah mendeklarasikan pembentukan Provinsi Irian
barat sebagai bagian dari republic Indonesia dengan Gubernur Zainal
Abidinsyah (bangsawan tidore)
10 Februari 1958 pemerintah membentuk front Nasional Pembebasan
Irian Barat. Pada 17 Agustus 1960 pemerintah secara resmi
memutuskan hubungan diplomatic dengnaKerajaan Belanda yang
ditandai dengan penutupan kantor perwakilan Belanda di Indonesia
dan pemaggilan Duta Besar Indonesia untuk Belanda.
3.
Konfrontasi Militer
Pemerintah Indonesia berencana membeli senjata dari AS namun
dialihkan ke negara-negara blok Timur, terutama Uni Soviet. Upaya
pembelian senjata dipimpin Jenderal A.H. Nasution (menteri
keamanan nasional). Pada 19 desember 1961, Presiden Soekarno
mengumumkan Tri Komndao Rakyat (trikora) diyogyakarta pada
acara peringatan Agresi Militer Belanda II. Trikora diharapkan
agarrakyat mendukung secara aktif usaha pengembalian Irian barat.
Isi Trikora yaitu:
Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua BelandaKibarkan
sang Merah putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
bersiaplah
untuk
mobilisasi
umum
guna
meperta-hankan
kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
13 januari 1962 pemerintah membentuk komando mandala
Pembebasan Irian Barat yang berbarkas di Makasar dengan Mayor
Jenderal Soeharto sebagai panglima. Mayor Jederal Soeharto
menyusun strategi pembebasan Irian barat dengan operasi militer
yang dijalankan oleh TNI. Operasi tersebut yaitu Operasi Benteng
Ketaton di fak-Fak dan kaimana, Operasi Serigala di Sorong dan
Teminabuan, Operasi Jatayu di Sorong, kaimana, dan Merauke serta
Operasi Jaya Wijaya dengan target utama kota Hollandia
(jayapura). Pada 15 Januari 1962 terjadi pertempuran di Luat Aru
antara kapal jenis motor torpedo boat ALRI dan dua kapal perusak
Belanda. Dalam pertempuran ini Komodor Yos Sudarso dan kapten
Wiratno gugur.
4.
Konfrontasi Ekonomi
Pembatalan Utang-utang Indonesia kepada Belanda senilai 3.661 juta
gulden. Melarang maskapai penerbangan Belanda melakukan
penerbangan dan pendaratan di wilayah Indonesia mulai tanggal 5
Desember 1957. Nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah no 23 tahun 1958 meliputi
perusahaan
penerbangan
komersial
Belanda
(KLM)
dan
Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM). Pemerintah Indonesia
memindahkan pasar komoditas Indonesia dari Rotterdan (pelabuhan
utama Belandda) ke Bremen (Jerman) sehingga Belanda yang
menjadi penyalur komoditas Indonesia untuk dipasarkan di Eropa pun
terkena dampak secara ekonomis.
c.
Persetujuan New York
Sekretaris Jenderal PBB, U Thant meminta kesediaan diplomat dari
AS, Ellsworth Bunker menjadi penengah perundingan antara
Indonesia-Belanda. Ellsworth Bunker mengusulkan agar:
Belanda menyerahkan Irian barat kepada Indonesia dengan
perantara PBB yaitu United Nations Temporary Executive
Authortity (UNTEA) dalam jangka waktu dua tahun.
Rakyat
Irian
barat
diberikan
kesempatan
menentukan
pendapatnya supaya tetap berada dalam wilayah RI atau
memisahkan diri.
Pada 14 Agustus 1962 Indonesia mengadakan perundingan di
Virgnia, Amerika Serikat dengan delegasi Indonesia dipimpin oleh
Adam Malik sedangkan deligasi Belanda dipimpin oleh Dr.Van Royen.
Adapun Ellsworth Bunker, menjadi penengah perundingan.
Perundingan menghasilan kesepakatan yang disebut persetujuan
New York. Salah satu isi persetujuan yaitu Belanda menyerahkan
Irian Barat kepada United nation Temporary Executive Authority
(UNTEA) selambatnya pada 1 Oktober 1962. Pemerintah sementara
PBB menggunakan tenaga Indonesia baik sipil maupun alat-alat
keamanan bersama dengan putra putri Irian Barat. Pada 31
Desember 1962 bendera Indonesia mulai dikibarkan disamping
bendera PBB. Selambat-lambatnya 1 Mei 1963 UNTEA atas nama
PBB menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Setelah penyerahan
Irian Barat pemerintah Indonesia diwajibkan melaksanakan
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).
d.
Pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat
Pepera dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 1969 – 4 Agustus 1969
yang diawasi langsung oleh PBB. Pepera dilaksanakan disetiap
kabupaten yang semula menghendaki Pepera dilakukan semua orang
dewasa baik pria maupun wanita. Dengan sistem one men one vote
sesuai praktek internasional. Namun Indonesia menginginkan Pepera
dilaksanakan dengan metode many men one vote. Metode ini lebih
sesuai dengan sistem yang dianut Indonesia yaitu musyawarah
mufakat atas dasar pancasila. Perwakilan PBB yang mengawasi
jalannya Pepera selanjutnya membawa hasil Pepera dalam sidang
umum ke 24 PBB pada November 1969. Dengan suara bulat Dewan
Musyawarah Pepera memutuskan bahwa Irian Barat tetap merupakan
bagian dari Republik Indonesia. Sidang Umum PBB tanggal 19
November 1969 sekaligus menyetujui hasil Pepera tersebut.
Konfrontasi Malaysia
Pada masa demokrasi Terpimpin, kondisi pencaturan politik dunia
didominasi oleh pertentangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Kedua Negara tersebut memiliki sistem politik dan pemerintahan yang
berbeda. Kedua Negara tersebut membangun sekutu mereka sendiri
yang kemudian dikenal dengan nama blok Barat dan blok Timur.
Pemerintah Indonesia menolak mengikatkan diri kepada salah satu
blok karena Indonesia memiliki konsep politik sendiri yang disebut
politik luar negeri bebas aktif. Meskipun demikian, arah politik luar
negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin ditentukan oleh
Presiden Soekarno. Salah satu kebijakan luar negeri Indonesia yaitu
konfronastai terhadap Malaysia
Konfrontasi berawal pada 27 Mei 1961 dari munculnya keinginan
Tengku Abdul Rahman dari persekutuan Tanah Melayu dan Lee Kuan
Yu dari Republik Singapura untuk menyatukan kedua Negara tersebut
menjadi Federasi Malaysia. Gagasan tersebut mendapat tentangan
dari Filipina dan Indonesia. Filipina menentang karena memiliki
keinginan atas wilayah Sabah di Kalimantan Utara karena
menganggap secara historis Sabah merupakan milik Sultan Sulu.
Pemerintah Indonesia menentang karena menurut Presiden Soekarno
pembentukan Federasi Malaysia merupakan sebagian dari rencana
Inggris untuk mengamankan kekuasaanya di Asia Tenggara.
Pembentukan Federasi dianggap sebagai proyek neokolonialisme
Inggris yang membahayakan revolusi Indonesia.
Konferensi Maphilindo (Mamaysia, Philipina dan Malaysia) di Filipina
pada tanggal 31 Juli-5 Agustus 1963 merupakan upaya untuk
meredakan ketenggangan diantara tiga Negara tersebut secara
damai. Konferensi menghasilkan tiga dokumen penting yaitu Deklarasi
Manila, persekutuan Manila dan Komunike Bersama. Inti pokok dari
ketiga dokumen tersebut adalah Indonesia dan Filipina menyambut
baik pembentukan Federasi Malaysia jika rakyat Kalimantan Utara
setuju.
Pembentukan Konferensi Malaysia disetujui oelh ketiga Negara untuk
meminta sekjen PBB melakukan pendekatan terhadap persoalan
sehingga diketahui keinginan rakyat didaerah-daerah yang akan
dimasukkan ke dalam Federasi Malaysia. Kemudian ketiga kepala
pemerintahan tersebut meminta Sekjen PBB membentuk tim
penyelidik.
Menindaklanjuti
permohonan
ketiga
pimpinan
pemerintahan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB membentuk tim
penyelidik yang dipimpin oleh Lawrence Michelmore. Tim ini memulai
tugasnya di Malysia pada tanggal 14 September 1963. Namun
sebelum misi PBB menyelesaikan tugasnya dan melaporkan hasil
kerjanya, Fedrasi Malaysia diproklamirkan pada tanggal 16
September 1963. Indonesia menganggap proklamasi tersebut sebagai
bentuk pelecehan atas martabat PBB dan pelanggaran Komunike
Bersama Manila, yang secara jelas menyatakan bahwa penyelidikan
kehendak Rakyat Sabah dan Sarawak harus terlebih dahulu
dilaksanakan.
Aksi-aksi demokrasi menentang terjadinya di Jakarta di balas pula
dengan aksi-aksi demokrasi besar terhadap kedutaan RI di Kuala
Lumpur, sehingga pada tanggal 17 September 1963, hubungan
diplomatic Indonesia Malaysia diputuskan. Pemerintah RI pada
tanggal 21 September memutuskan pula hubungan ekonomi dengan
Malaya, Singapura, Serwak dan Sabah. Pada akhir tahun 1963
pemerintah RI menyatakan dukungannya terhadap perjuangan rakyat
Kalimantan Utra dalam melawan Neokolonialisme Inggris.
Konflik di Asia Tenggara menarik perhatian beberpa Negara seperti
AS, Jepang dan Thailand dan menghendaki penyelesaian pertikaian
secara damai. Namun masalah pokok sengketa tidak terpecahkan
karena PM Federasi Laysia, Tengku Abdul Rahman tidak menghadiri
forum pertemuan tiga Negara.
Upaya lainnya, Indonesia, Malaysia dan Filipina melakukan
pertemuan antara menteri-menteri luar negeri di Bangkok. Namun
samapai dua kali pertemuan, tidak menghasilkan satu keputusan
positif sehingga diplomasi mengalami kemacatan. Ditengah
kemacetan diplomasi, pada tanggal 3 Mei 1964 Presiden Soekarno
mengucapkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) di hadapan apel besar
sukarelawan yang isinya:
1.
2.
Perhebat ketahanan revolusi Indonesia
Bantuan perjuangan revolusioner rakyat- rakyat Manila,
Singapura, Sarawak, Sabah dan berunai untuk membubarkan
Negara boneka Malaysia.
Untuk menjalankan konfrontasi Dwikora, presiden Soekarno
membentuk Komando Siaga dengan marsekal Madya Oemar Dani
sebagai Panglimanya.
Walaupun pemerintah Indonesia telah memutuskan melakukan
konfrontasi secara total, namunupaya penyelesaian diplomasi terus
dilakukan. Presiden RI menghadiri pertemuan puncak di Tokyo pada
tanggal 20 Juni 1964. Ditengah berlangsungnya Konfrontasi, Malaysia
dicalonkan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada
tanggal 7 Januari 1965. Kondisi ini mendorong pemerintah Indonesia
mengambil sikap menolak pencalonan Malaysia tersebut. Sikap
Indonesia ini langsung disampaikan Presiden Soekarno pada
pidatonya tanggal 31 Desember 1964 yang dengan tegas dan
sepontan menyatakan Indonesia keluar dari PBB. Keluarnya
Indonesia dari PBB menyebabkan Indonesia kehilangan satu forum
yang dapat digunakan untuk mencapai penyelesaian persengketaan
dengan Malaysia secara damai.
Politik Mercusuar
Kondisi ekonomi semakin memburuk karena anggaran belanja
Negara setiap tahunnya terus meningkat tanpa diimbangi dengan
pendapatan Negara yang memadai. penyebab pembengkaknya
anggaran belanja tersebut adalah pembangunan proyek-proyek
Mercusuar yang lebih bersifat politis dari pada ekonomi.
Politik mercusuar adalah politik untuk mencari kemegahan/keindahan
dalam pergaulan antara bangsa di dunia. Politik mercusuar digalakan
Presiden Soekarno karena menganggap Indonesia sebagai
mercusuar yang mampu menerangi jalan Negara-negara Nefo. Selain
mendirikan bangunan megah yang menghabiskan biaya miliyaran
rupiah, politik mercusuar diwujudkan melalui penyelenggaraan Asian
Games IV dan Games Of The New Emerging Force (Ganefo), yaitu
pesta olahraga Negara-negara Nefo pada 1963. Proyek-proyek
mercusuar ini meliputi pembangunan Monumen Nasional (monas),
pertokoan Sarinah, dan kompleks Olahraga Senayan.
Jembatan Ampera juga merupakan salah satu dari proyek mercusuar.
Pada awal pembangunannya jembatan ini diberi nama Jembatan
Soekarno. Dalam perkembangannya, nama jembatan tersebut diganti
menjadi Jembatan Ampera yang merupakan akronim dari amanat
penderitaan rakyat (Ampera). Kini, jembatan Ampera menjadi ikon
kota Palembang dan Provinsi Sumatra Selatan.
Prev
menu
Next
Demokrasi Terpimpin
D. Perkembangan Ekonomi Masa
Demokrasi Terpimpin
A. Sistem Ekonomi Terpimpin
Pada dasarnya sistem ekonomi terpimpin merupakan penguasaan
atau sekurang-kurangnya pengawasan terhadap alat-alat produksi
serta distribusi yang vital bagi perekonomian negara. Pemerintah
memiliki peranan besar dalam menentukan kebijakan ekonomi
sehingga pengaturan ekonomi lelalui sistem komado semakin
menonjol. Masalah kepemilikan asset national oleh Negara dan fungsi
social-politik ditempatkan sebagai masalah strategi nasional.
Pengambilalihan aset-aset milik pengusaha asing terutama Belanda
ditargetkan oleh pemerintah mampu menasionalisasikan 80%. Namun
dalam pelaksanaannya pemerintah hanya mampu menasionalisasikan sekitar 20% perusahan asing. Hal ini disebabkan para
pemilik modal sudah terlebih dahulu menarik modalnya dari
Indonesia. Dengan demikian kebijakan nasionalisasi perusahaan
Belanda mengalami kegagalan.
Sistem ekonomi terpimpin juga dilaksanakan dalam bentuk program
pembangunan nasional semesta berencana. Dalam mendukung ide
ini yang dicanangkan oleh presiden Soekarno, pemerintah berusaha
memaksimalkan peran badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
meningkatkan peranan koperasi,. Salah satu koperasi yang
dikembangkan adalah koperasi tani (koperta). Peranan koperta sama
dengan perusahan Negara sebagi alat ekonomi terpimpin. Pemerintah
juga memberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Desember
1959 yang berisikan ketentuan bahwa semua perusahaan milik
pengusaha Tionghoa dialihkan ke koperasi agar dapat menggantikan
jalur distribusi yang semula dikuasai oleh pengusaha Tionghoa.
Pengusaha swasta diorganisasikan sesuai bidangnya masing-masing
yang dikenal dengan Organisasi Perusahaan Sejenis (OPS) dan
Gabungan perusahaan Sejenis (GPS). OPS dan GBP bertugas
mengalokasikan bahan baku, perundingan, kontrak-kontra perburuhan
, dan pengumplan sumbnagn sukarela untuk kepentingan revolusi.
Dalam perkembangannya pemerintah juga membentuk badan
Musyawarah Pengusaha Swasta Nasiona (Bamunas) pada 10 Feb
1964 yang diatur dalam Peraturan presiden No,or 2 tahun 1964.
Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa bamunas bertugas
membimbing dan menggerakan pengusaha swasta nasional untuk
menyelesaikan revolusi nasional.
B. Kebijakan Pemerintah untuk Mengatasi Permasalahan
Ekonomi
Permasalahan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin disebabkan
oleh kekacauan kondisi politik dari ekonomi sebelum tahun 1959 yaitu
inflasi. Beberapa upaya pemerintah mengatassi permasalahan
ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin sebagai berikut:
a. Membentuk Dewan Perancang Nasional
Pada 15 Agustus 1959 Kabinet kerja membentuk Dewan perancang
Nasional (Deparnas). Deparnas dibentuk berdasarkan UndangUndang No 80 tahun 1958. Deparnas dipimpin oleh Muhammad
yamin dan bertugas mempersiapkan rancangan undang-undang
pembangunan
nasional
serta
menilai
penyelenggaraan
pembangunan. Pada 1963 Deparnas diganti menjadi badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Badan ini dipimpin
langsung oleh presiden Soekarno. Bappenas memiliki beberapa tugas
sebagai berikut:
1. Menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahunan, baik
nasional maupun daerah
2. Mengawasi dan menilai laporan pelaksanaan pembangunan
3. Menyiapkan dan menilai hasil kerja mandataris untuk MPRS
Hingga saat ini Bappenas masih berfungsi sebagai badan yang
bertugas merencanakan program pembangunan, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
b. Sanering/Devaluasi Mata uang rupiah
Pada 25 Agustus 1959 pemerintah menetapkan kebijakan sanering
mata uang kertas yang nilainya diturunkan menjadi 10%. Nilai mata
uang Rp 1.000 dan Rp. 500 yang ada dalam peredaran pada saat
berlakunya peraturan ini diturunkan nilainya menjadi Rp. 100 dan Rp
50. Mata uang pecahan seratus kebawah tidak didevaluasi.
Kebijakan Devaluasi mata uang rupiah bertujuan meningkatkan nilai
rupiah tanpa merugikan rakyat kecil. Sebagai tindaklanjut kebijakan
tersebut, pemerintah membentuk Panitai Penampung Operasi
Keuangan (PPOK) yang bertugas menindaklanjuti tindakan moneter
tanpa mengurangi tanggung jawab menteri, departemen, dan jawatan
yang bersangkutan.
c. Menekan Laju Inflasi
Daya beli masyarakat yang menurun tajam dikarenakan inflasi akibat
kekacauan politik sebelum 1959 yang terjadi bersamaan dengan
kekacauan ekonomi. Dalam rangka membendung inflasi, pemerintah
mengeluarkan peraturan Pemerintah Pengganti UU no 2 tahun 1959
dengan maksud untuk mengurangi banyaknya uang beredar serta
memperbaiki keuangan dan perekonomian Negara.
Pemerintah juga memberlakukan Kebijakan pembekuan sebagian
simpanan pada bank-bank yang nilainya diatas Rp. 25.000 dengan
tujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar. Pemerintah
menginstruksikan penghematan bagi instansi pemerintah dan
memperketat pengawasan semua pelaksanaan anggaran belanja,
serta menertibkan manajemen dan administrasi perusahaan-
perusahaan Negara. Dengan kebijakan moneter tersebut pemerintah
berhasil mengendalikan inflasi dan mencapai keseimbangan serta
kemantapan moneter dengan menghilangkan likuiditas dalam
masyarakat.
d. Deklarasi Ekonomi (Dekon)
Dalam rangka memperbaiki ekonomi, pemerintah membentuk Panitia
Tiga belass. Panitia ini terdiri atas ahli ekonomi, ahli politik, anggota
Mus. Dua tokoh terkemuka yang berggabung dalam Panitia Tiga
Belas adalah Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR),
anggota DPR, dan anggota DPA. Dua tokoh terkemuka yang
bergabung dalam Panitia Tiga Belas D.N. Aidit (PKI) danAli
Sastroamidjojo (PNI). Panitia ini menghasilkan konsep yang disebut
Deklarasi ekonomi (Dekon) sebagai strategi dasar ekonomi Indonesia
dalam rangka pelaksanaan Ekonomi Terrpimpin. Pressiden Soekarno
meresmikan Dekon pada 28 maret 1963 dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan
bebas dari sisa-sisa imperialism
2. Mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara
terpimpin. Pada dasarnya dekon
Pada dasarnya dekon memperhatikan berbagai priorotas seperti
mendorong usaha swasta, memperbesar produuksi perolehan devisa,
serta memberikan insentif kepada pihak pengusaha swasta yang
berhasil menaikkan milai ekspor dan impor. Dekon disusul dengan
empat belas peraturan pelaksanaan yang dikenal dedengan nama 26
Mei. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa pelakssanaan
ekonomi Indonesia adalah berdikari yaitu berdiri dikaki sendiri.
Pelaksanaan Dekon tidak terlepas dari campur tanggan politik PKI.
PKI bersedia melaksanakan Dekon selama pelaksanaan strategi
dasar ekonomi dilakukan orang-orang PKI. Peraturan 26 Mei yang
diterapkan dalam deklarasi Ekonomi mendapat kritikdari PKI karena
dianggap menguntungkan kaum imperialis. PKI juga berpendapat
bahwa penerapan peraturan 26 mei akan berdampak pada kenaikan
tariff listrik dan angkutan umum. Pada perkembangnnya, presiden
Soekarno menunda pelaksanaan peraturan 26 mei karena sedang
berkonsnsentrasi pada konfrontasi dengan Malaysia.
Dalam perkembangannya, kebijakan Deklarasi Ekonomi gagal
mengatasi keadaan ekonomi Indonesia yang semakin merosot.
Ketidak berhasilan kebijakan tersebut ddisebabkan pemerintah gagal
memperoleh pinjaman dana dari internasional Monetary Fund (IMF).
Situasi ini jugadipengaruhi oleh perkembangan politik bansga
Indonesia yang sedang berkonfrontasi dengan negara-negara barat
dan Malaysia.
F. Dana Revolusi
Pada 1964 Presiden mengeluarkan instruksi presiden no 018 tahun
1964 dan keputusan Presiden No 360 Tahun 1964. Instruksi tersebut
berisi ketentuan-ketentuan mengenai perhimpunan dan penggunaan
Dana Revolusi. Selanjutnya, presiden Seokarno menunjuk Menteri
urusan Bank Sentral Jusuf Muda Dalam untuk mengelola Dana
Revolusi.
Adapun ketentuan-ketentuan pengguanan dana devisa yaitu:
1. Dana Revolusi diperoleh dari devisa kredit jangka panjang
(deffered payment).
2. Adanya pungutan terhadap perusahaan atau perseorangan yang
mendapat fasilitas kredit antara 250 juta hingga 1 militar rupiah.
3. Perusahaan atau perseorangan tersebut diharuskan membayar
dengan valuta asing sesuai jjumlah yang ditetapkan
4. Hasil pengumpulan dana revolusi digunakan untuk membiayai
proyek-proyek mandataris presiden dikenal dengan proyek
mercusuar. Proyek ini bersifat pretise politik dengan
mengorbankan kondisi ekonomi dalam negeri.
Akibat dari kebijakan Dana revolusi yaitu:
1. Utang-utang negara semakin meningkat, sedangkan kegiatan
ekspor semakin menurun
2. Adanya kekacauan dibidang keuangann Negara akibat
pemberian fasilitas alokasi kredit kepada perseorangan atau
kepada perusahaan yang bukan sektor produksi dengan bunga
tertententu.
3. Tingkat inflasi menunjukan kenaikan yang semakin tidak
terkendali dimana pada 1959 tingkat inflasi hanya 19,24%
meningkat hingga mencapai 635,35% pada 1966.
Nilai positif yang dapat ditiru dari teladan para tokoh-tokoh bangsa
pada masa Demokrasi Terpimpin adalah sikap peduli dan proaktif.
Sikap peduli dan proaktif para meteri dan ahli ekonomi pada masa
Demokrasi Terpimpin ditunjukan dengan kesediaan mereka
menciptakan gagasan inovatif sebagai upaya menciptakan stabilitasi
perekonomian Indonesia.
Prev
menu
Next
Rangkuman Materi Demokrasi
Terpimpin
Dinamika politik yang terjadi pada masa Demokrasi terpimpin antara
lain diwarnai dengan tampilnya dua kekuatan Politik di Indonesia yang
saling bersaing, yaitu PKI dan Angkatan Darat.
Pada Masa Demokrasi Terpimpin pula, Indonesia melakukan operasi
militer untuk membebaskan Papua dari penjajahan Belanda (Trikora).
Selain itu konfrontasi dengan Malaysia juga terjadi (Dwikora).
Kebijakan ekonomi yang dilakukan pada masa Demokrasi terpimpin
antara lain berupa pembentukan Dewan Perancang Nasional dan
Deklarasi Ekonomi, serta dilakukan Devaluasi Mata Uang. Proyek
Mercusuar berupa pembangunan Monas, kompleks Olahraga
Senayan, Pemukiman Kebayoran juga berlangsung.
Prev
menu
Next
Latihan Pembelajaran
MULAI
Soal Latihan
Kerjakan soal-soal berikut dengan memilih jawaban yang paling
tepat!
Soal 1
Konsepsi Demokrasi Terpimpin dicetuskan oleh Presiden
Soekarno sejak 21 Februari 1957. Langkah pertama yang
ditempuh Soekarno dalam mewujudkan konsepsi tersebut
adalah….
A.
Membentuk Dewan Nasional
B.
Membubarkan Dewan Konstituante
C.
Meminta dukungan Angkatan Darat
D.
Membentuk kabinet gotong royong
E.
Membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara.
Soal 2
Masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno melakukan
penyimpangan terhadap UUD 45, salah satu bentuk
penyimpangan tersebut adalah….
A.
Pebredelan surat kabar yang menolak ideology ManipolUSDEK
B.
Penetapan Manipol-USDEK sebagai haluan Negara
C.
Pembubaran DPR hasil Pemilu 1955
D.
Pembatasan kegiatan partai politik
E.
Pembentukan Front Nasional
Soal 3
Pada masa Demokrasi terpimpin, PKI berusaha menyakinkan
Presiden Soekarno bahwa PKI merupakan partai pendukung
utama kebijakan pemerintah. PKI mencapai tujuan tersebut
dengan cara….
A.
Mengkritik kebijakan Presiden Soekarno melalui surat
kabar Harian rakyat
B.
Mendukung pengangkatan Soekarno sebagai presiden
seumur hidup
C.
Menyusupkan kader PKI dalam MPRS dan Angkatan
Darat
D.
Mengutip slogan - slogan Naskom dan pidato Soekarno
E.
Mengangkat D.N Aidit sebagai penasehat presiden
Soekarno
Soal 4
Pada 24 Juni 1960 Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil
Pemilu 1955. Pembubaran tersebut dilakukan karena ….
A.
DPR menolak ajaran Resopim yang dicetuskan Presiden
Soekarno
B.
anggota DPR tidak berasal dari partai politik pedukung
C.
anggota DPR didominasi oleh kader PKI
D.
DPR menolak RAPBN tahun 1960
E.
DPR menolak Ideologi Nasakom
Soal 5
Salah satu ajaran yang muncul pada masa Demokrasi terpimpin
adalah Revolusi, Sosialisme Indonesia dan pimpinan nasional
(Resipom). Ajaran tersebut bertujuan….
A.
Memperkuat kedudukan Presiden Soekarno
B.
Mempertegas arah politik luar negari Indonesia
C.
Menempatkan AD sebagai kekuatan politik pemerintah
D.
Menyatukan tiga ideologis besar yaitu, komunis, nasionalis
dan agama
E.
Mengkritik Pnyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN) gerakan Benteng
Soal 6
Pemerintah Indonesia berupaya memperjuangkan wilayah Irian
barat melalui Sidang Umum PBB tahun 1954-1957. Akan tetapi,
upaya terrsebut mengalami kegagalan karena…
A.
Pemerintah Indonesia memutus hubungan diplomatik
dengan Belanda
B.
Dua pertiga peserta sidang menolak pengajuan masalah
Irian Barat
C.
Masalah Irian Barat tidak didukung peserta Konferensi
Asia-Afrika
D.
Indonesia melakukan agresi militer terhadap wilayah Irian
Barat
E.
Irian Barat telah ditetapkan sebagai bagian Kerajaan
Belanda.
Soal 7
Pada 19 Desember 1961 Presiden Soekarno mengumumkan Tri
Komando Rakyat (Trikora) yang bertujuan….
A.
Mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air
dan bangsa Indonesia
B.
Menggerakan rakyat sebagai pendukung usaha
pengembalian Irian Barat
C.
Mengadakan agresi militer sebagai usaha pengembalian
Irian Barat
D.
Mengusahakan persenjataan ke Negara-negara blok
komunis
E.
Membentuk pemerintahan sementara di Irian Barat.
Soal 8
Amerika Serikat menekan Belanda agar bersedia berunding
dengan Indonesia mengenai masalah Irian barat. Tekanan
tersebut diberikan karena….
A.
Belanda kalah dari Indonesia dalam konfrontasi militer
Indonesia berhasil menguasai sebagian besar wilayah
B.
Irian Barat
C.
AS telah mengirim Ellsworth Bunker sebagai mediator
D.
AS mencegah keterlibatan Uni Soviet dalam konfrontasi
E.
Kedudukan Belanda tidak didukung sepenuhnya oleh
rakyat Irian Barat.
Soal 9
Pemerintah Indonesia menargetkan untuk menasionalisasi 80%
perusahaan asing. Akan tetapi pada praktiknya upaya tersebut
meleset dari target karena…..
A.
Pemilik perusahaan asing telah menarik modalnya dari
Indonesia
B.
Pemerintah
hiperinflasi
C.
Nasinalisasi perusahaan asing tidak mampu memperbaiki
ekonomi rakyat
D.
Perusahaan asing di
pengusaha Tionghoa
E.
Kebijakan nasionalisasi perusahaan asing membutuhkan
dana besar
Indonesia
focus
mengatasi
Indonesia
masalah
didominasi
oleh
Soal 10
Pada 1964 Presiden Soekarno menerapkan kebijakan Dana
Revolusi yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek
mandataris presiden. Kebijakan tersebut berdampak pada....
A.
Menurunnya nilai tukar rupiah
B.
Menurunnya tingkat inflasi
C.
Menurunnya pendapatan Negara
D.
Meningkatnya utang-utang Negara
E.
Meningkatnya cadangan devisa negara
Simpan »
Hasil Latihan Soal
Maaf..., nilai Anda 0
Anda belum mencapai KKM, silahkan belajar lagi
!!
NO
JAWABAN
KUNCI
KETERANGAN
1
-
-
??
2
-
-
??
3
-
-
??
4
-
-
??
5
-
-
??
6
-
-
??
7
-
-
??
8
-
-
??
9
-
-
??
10
-
-
??
menu
Next
menu
Next
Evaluasi Pembelajaran
MULAI
Evaluasi Pembelajaran
Kerjakan soal-soal berikut dengan memilih jawaban yang paling
tepat!
Soal 1
Perhatikan ciri-ciri berikut!
1.
2.
3.
4.
kebebasan partai politik di batasi
Presiden menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan
Anggota DPR dipilih melalui Pemilu
Pemerintahan dijalankan oleh perdana menteri
Ciri-ciri kehidupan politik pada masa Demokrasi Terpimpin
ditunjukan oleh angka ....
A.
1) dan 2)
B.
1) dan 3)
C.
2) dan 3)
D.
2) dan 4)
E.
3) dan 4)
Soal 2
PEPERPU/040/1959 merupakan peraturan yang berisi
laranganaktivitas
politik,
termasuk
aktivitas
anggota
Konstituante.Latar Belakang keluarnya peraturan tersebut adalah
….
A.
munculnya ideologi Nasakom
B.
Bubarnya DPR hasil Pemilu 1955
C.
Keluarnya Dekrit Presiden 5Juli 1959
D.
Konflik antar partai yang semakin memanas
E.
Tampilnya PKI sebagai partai pendukung pemerintah
Soal 3
Dalam kabinet kerja yang dibentuk oleh Presiden Soekarno
terdapat beberapa menteri yang memutuskan untuk keluar dari
partainya. Kondisi tersebut memberi pengaruh berupa …
A.
menurunnya jumlah menteri dari kalangan nonpartai politik
B.
menurunnya pengaruh kepentingan partai politik dalam
kabinet
C.
meningkatnya
Konstituante
D.
Meningkatnya jumlah kader tipa partai politik dalam jajaran
kabinet Kerja
E.
Meningkatnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan
Soekarno
tekanan
untuk
membubarkan
Dewan
Soal 4
Pada 24 Juli 1960 Presiden Soekarno membubrakan DPR hasil
Pemilu 1955. Pembubaran tersebut dilakukan karena ....
A.
DPR menolak ajaran Resopim yang dicetuskan Presiden
Soekarno
B.
Anggota DPR tidak berasal dari partai politik pendukung
C.
Anggota DPR didominasi oleh kader PKI
D.
DPR menolak RAPBN tahun 1960
E.
DPR menolak Ideologi Nasakom
Soal 5
Kedudukan Presiden Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin
semakin kuat setelah ia membentuk Front Nasional. Adapun
tugas Front Nasional adalah ….
A.
memperjuangkan cita-cita proklamasi dan UUD 1945
B.
memberi peluang bagi perkembangan ideologi komunis
C.
mendukung setiap kebijakan yang dikeluarkan Presiden
Soekarno
D.
menyusun undang-undang dasar baru pengganti UUDS
1950
E.
menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
Soal 6
Berlangsungnya perang dingin antara blok Barat dan Blok Timur
turut mempenngaruhi upaya Indonesia dalam pembebasan Irian
Barat. Pengaruh tersebut ditunjukan dengan ….
A.
pemberian bantuan militer Amerika Serikat kepada
Indonesia
B.
perubahan sikap Amerika Serikat mengenai masalah Irian
Barat
C.
penandatanganan kesepakatan
Indonesia-Uni-Soviet
D.
pembentukan pemerintahan sementara di irian barat oleh
Amerika Serikat
E.
penunjukkan Elisworth Bunker
perundungan Indonesia-Belanda
jual
beli
sebagai
senjata
penengah
Soal 7
Ide Presiden Soekarno tentang Games Of New Emerging Forces
pertama kali muncul pada pelaksanaan Asian Games tahun
1962. Presiden Soekarno memunculkan ide tersebut karena ….
A.
Asian Games diprakarsai oleh negara-negara Oldefo
B.
Indonesia bertindak sebagai tuan rumah Asian Games
C.
Asian Games dirasa tidak mencerminkan Spirit Bandung
D.
pemerintah Indonesia telah menyiapkan banyak bangunan
megah
E.
penyelengagaraan Asian Games menelan dana yang
terlalu banyak
Soal 8
Program
Pembangunan
Nasional
Semesta
Berencana
merupakan salah satu program yang dikeluarkan oleh Dewan
Perancang
Nasional
pada
1961.
Dalam
perkembangannya,perogram tersebut mengalami kegagalan
karena ....
A.
Sebagiaan besar alokasi dana pembangunan digunakan
untuk kampanye militer
B.
pengusaha swasta menolak untuk mendukung program
revolusi nasional
C.
rancangan anggaran pendapatan dan belanja diperketat
pengawasannya
D.
pemerintah gagal meningkatkan peranan koperasi dalam
pembangunan ekonomi
E.
Presiden Soekarno mengeluarkan deklarasi ekonomi yang
diprakarsai Panitia Tiga Belas
Soal 9
Kebijakan devaluasi mata uang rupaih diikuti dengan
pembentukan Panita Penampung Operasi Keuangan (PPOK).
Lembaga tersebut bertugas ….
A.
Menyelenggarakan pungutan wajib bagi perusahaan
swasta
B.
menyusun rancangan anggaran
pengeluaran keuangan negara
C.
menyusun rencana pendapatan negara jangka panjang
dan rencana tahunan, baik nasional maupun lokal
D.
menindaklanjuti tindakan moneter tanpa mengurangi
tanggung jawab menteri, departemen, dan jawatan yang
bersangkutan
pemasukan
dan
E.
mengalokasi bahan baku, perundingan, kontrak-kontrak
perburuhan, dan pengumpulan sumbangan sukarela untuk
kepentingan revolusi
Soal 10
Ajaran Nasakom yang dicetuskan Soekarno menimbulkan
kedekatan antara PKI dan Presiden Soekarno. Salah satu upaya
angkatan Darat mencegah kedekatan tersebut dilakukan dengan
cara ....
A.
melarang aktivitas Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra)
B.
melarang penerbitan surat kabar Harian Rakyat
C.
menolak usialan pembentukan Angkatan Kelima
D.
menentang ajaran Resopim dan Nasakom
E.
menolak konfrontasi dengan Malaysia
Simpan »
Hasil Evaluasi Akhir
Maaf..., nilai Anda 0
Anda belum mencapai KKM, silahkan belajar lagi
!!
NO
JAWABAN
KUNCI
KETERANGAN
1
-
-
??
2
-
-
??
3
-
-
??
4
-
-
??
5
-
-
??
6
-
-
??
7
-
-
??
8
-
-
??
9
-
-
??
10
-
-
??
menu
Selesai
menu
Selesai
Penilaian Diri
Nama Peserta
:
Mata pelajaran
:
Kelas
NO
1
2
3
4
5
:
Ketikkan Nama
Ketikkan Kelas
Ketikkan Mapel
PERNYATAAN
Saya mendukung penuh keberadaan
suprastruktur dan infrastruktur politik di
Indonesia
Saya meyakini sikap amanah dan bertanggung
jawab adalah sikap yang harus dimiliki oleh
suprastruktur dan infrastruktur politik di
Indonesia
Saya telah memahami dengan baik materi
suprastruktur politik dan siap
mengamalkannya
Saya telah memahami dengan baik materi
infrastruktur politik dan siap mengamalkannya
Saya telah memahami materi komunikasi
politik dengan baik dan saya siap
mengamalkannya
Periksa
YA
TIDAK
HASIL PENILAIAN DIRI
NAMA
: undefined
TINGKAT
PENCAPAIAN
KELAS
: undefined
0%
MATA PELAJARAN
: undefined
Pelajari Lagi
|
Lanjutkan
Daftar Pustaka
1. Abdulgani, Roeslan. 1971. 25 Tahun Indonesia. Djakarta: PT.
Gunung Agung
2. Kemendikbud. 2018. Sejarah Indonesia untuk SMA/SMK Kelas
XII. Jakarta: PT. Gramedia
Selesai
menu