Nama: Retno Tri Lestari
Npm: 2101011081
Kode: AA038F
Ujian Tengan Semester
1. Jelaskan kolerasi antara aqidah dan akhlak!
Jawaban :
Aqidah secara umum adalah kepercayaan, keimanan, keyakinan secara mendalam dan benar lalu merealisasikannya dalam perbuatannya. Sedangkan aqidah dalam agama Islam berarti percaya sepenuhnya kepada ke-Esa-an Allah, dimana Allah-lah pemegang kekuasaan tertinggi dan pengatur atas segala apa yang ada di jagad raya.
Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang berakibat timbulnya berbagai perbuatan secara spontan tanpa disertai pertimbangan Akhlak dapat juga diartikan sebagai perangai yang menetap pada diri seseorang dan merupakan sumber munculnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara spontan tanpa adanya pemaksaan.' Dari berbagai pengertian tentang akhlak, maka dapat ditarik sebuah benang merah bahwa akhlak adalah sifat dasar manusia yang dibawa sejak lahir dan tertanam dalam dirinya.
Aqidah dan akhlak sangat erat kaitannya. Aqidah yang kuat dan benar tercermin dari akhak terpuji yang ia miliki, dan sebaliknya. Dalam konsepsi Islam, aqidah akhlak tidak hanya sebagi media yang mencakup hubungan manusia dengan Allah swt, tetapi juga mencakup hubungan manusia dengan sesamanya ataupun dengan alam sekitarnya karena sejatinya Islam adalah Rahmatan lil alamin. Jika hubungan-hubungan tersebut dapat diterapkan secara selaras maka itulah yang dimaksud implementasi sejati aqidah akhlak dalam kehidupan yang membuat bahagia dunia dan akhirat. Aqidah dan akhlak juga seyogyanya diajarkan dalam perguruan tinggi karena masuk dalam rumpun keilmuan Islamic studies. Untuk membelajarkan aqidah akhlak di perguruan tinggi hendaknya mengetahui lebih dahulu dasar-dasar dari metodologi studi Islam agar pemahaman terhadap aqidah akhlak lebih komprehensif dan informasi yang diperoleh merupakan perpaduan berbagai unsur keilmuan yang kita kenal dengan integrasi-interkoneksi keilmuan. Selain itu, sebaiknya pembelajaran aqidah akhlak di perguruan tinggi menerapkan pola saintific cum doctriner atau penggabungan antara pendekatan ilmiah dan doktrin agama.
Wahyudi, Dedi. 2017.Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajaran. Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books
Pendidikan akidah akhlak perlu diberikan kepada peserta didik sejak usia kanak-kanak hingga dewasa untuk menjaga mereka agar tidak terjerumus aliran yang membawa mereka dalam kemusyrikan serta kemurtadan. Peserta didik wajib dibekali pendidikan serta pemahaman Akidah yang benar serta kuat. Akidah merupakan iman kepada Allah SWT sebagai sumber serta Pencipta segala yang ada di alam ini, beribadah, berdoa, serta meminta tolong hanya kepada Allah SWT, serta mengagungkan kesucian Allah SWT. Pemahaman tentang iman perlu ditanamkan dalam otak serta hati peserta didik sejak usia dini. Sehingga seluruh tubuh serta aliran darahnya tergambar bahwa mereka adalah makhluk Allah SWT yang taat serta tunduk kepada ketentuan-Nya.
Wahyudi, Dedi dan Devi Septya Wardani. 2017. Upaya Meningkatkan Aaktivitas dan Belajar Akidah Akidah Akhlak Melalui Multimedia LCD Proyektor. Vol 18, no 1 2017
Akhlak dalam pandangan Islam harus berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup hanya disimpan dalam hati, namun harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik. Dengan kata lain bahwa untuk mempergunakan dan menjalankan bagian aqidah dan ibadah, perlu pula berpegang kuat dan teguh dalam mewujudkan bagian lain yang disebut dengan bagian akhlak. Sejarah risalah ketuhanan dalam seluruh prosesnya telah membuktikan bahwa kebahagiaan di segenap lapangan kehidupan hanya diperoleh dengan menempuh budi pekerti (berakhlak mulia).
Aqidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa aqidah hanya merupakan layang-layang bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak. Oleh karena itu Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan akhlak. Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan kebaikan
akhlaknya. Sabda beliau: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim) Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai iman yang lemah. Dengan kata lain bahwa iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk. Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda: ”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula yang lain”. (HR. Hakim)
Azty Alnida,DKK. 2018. Hubungan antara Aqidah dan Akhlak dalam Islam. Vol. 1, No. 2 Th 2018
2. Jelaskan konsep- konsep dasar aqidah!
Iman
Pengertian Iman dan Tanda-Tanda Orang yang Beriman
Iman serta takwa merupakan konsep yang terpenting untuk diketahui serta diterapkan dalam kehidupan manusia. Begitu juga untuk mempelajarinya merupakan kewajiban bagi setiap muslim sejak dini hingga tanpa batas usia, seperti dalm konsep Islam dari buaian hingga kiang lahat. Secara bahasa, iman berasal dari bahasa Arab yaitu aminayu’mini-imanan yang artinya percaya. Berhubungan dengan Akidah iman bermakna al-tashdiq yaitu pembenaran pembenaran terhadap suatu hal yang tidak dapat dipaksakan oleh siapapun karena iman terletak dalam hati seseorang.
Secara syara’, iman merupakan pembenaran atas ajaran Nabi Muhammad SAW yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada nabi, iman kepada kitab, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar. Secara istilah iman merupakan keyakinan yang tertanam di dalam hati, diikrarkan dengan lisan, serta diwujudkan dengan amal perbuatan. Jadi dapat dipahami bahwa iman merupakan keselarasan antara hati, lisan, serta perbuatan terhadap sesuatu yang dibawa serta diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam Al Qur’an banyak dijelaskan mengenai tanda-tanda atau kriteria-kriteria orang-orang yang beriman (mu’minun) antara lain: Pertama, ketika disebut asma Allah SWT bergetar hatinya serta berusaha agar ilmu Allah SWT tidak pernah lepas dari ingatannya dan saat dibacakan ayat Al Qur’an hatinya bergejolak. Kedua, senantiasa tawakal serta bekerja keras dan diiringi dengan doa serta harapan. Ketiga, shalat tepat pada waktunya serta menjauhi larangan Allah SWT. Keempat, mengeluarkan zakat atas rezeki yang diterimanya dari Allah SWT. Kelima, senantiasa menjaga kehormatan dan menghindari ucapan yang tidak bermanfaat.
Wahyudi, Dedi. dan Lilis Marwiyanti. 2017. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE DALAM MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK. Vol 7, no 2 th 2017
Kufur
Kata kufur atau kafir mempunyai lebih dari satu arti. Kufur dalam banyak pengertian sering diantagoniskan atau sebagai keadaan yang berlawanan dengan iman.Adapun yang dimaksud kufur dalam pembahasan ini adalah keadaan tidak beriman kepada Allah SWT. Maka orang yang kufur atau kafir adalah orang yang tidak percaya atau tidak beriman kepada Allah baik orang tersebut bertuhan selain Allah maupun tidak bertuhan seperti paham komunis (ateis).
Dengan demikian, kufur merupakan keadaan di mana seseorang tidak mengikuti ketentuan-ketentuan syariat yang telah digariskan oleh Allah Swt. Oleh sebab itu, kufur mempunyai lubang-lubang yang kalau tidak hati-hati seorang manusia akan terjerumus ke dalam lubang yang menyesatkan, seperti syirik, nifak, mjurtad, tidak mau bersyukur, dan sebagainya.
faktor-faktor penyebab pengingkaran yaitu:
1) Faktor-faktor Internal,
yaitu sifat negatif pada diri manusia Kepicikan dan kebodohan, Kesombongan dan keangkuhan, Keputusasaan dalam hidup, dan Kesuksesan dan kesenangan dunia
2) Faktor-faktor Eksternal,
yaitu faktor lingkungan, kemiskinan, politik dan budaya.
Puspitaningrum, Yuni. 2020. Konsep Iman , Kufur, dan Nifaq. vol 18 no 2 th 2020
Tauhid
Secara etimologis, tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidutauhidan yang berarti Esa, keesaan, atau mengesakan Allah meliputi seluruh pengesaan.7 Adapun secara terminologis, Tauhid berarti mengesakan Allah, sebagai satu-satunya Zat dalam Rububiyyah-Nya, Uluhiyyah-Nya, segala sifat, dan nama-nama-Nya.8 Tauhid yang artinya mengesakan Allah SWT, tiada Tuhan kecuali Allah. Tauhid adalah ilmu yang membahas secara keseluruhan tentang sang pencipta alam ini hingga seluruhnya dapat dimengerti oleh makhluk Allah, agar senantiasa selalu menyembah Allah SWT.
Tauhid adalah pegangan yang sangat pokok bagi seorang manusia dalam kehidupan. Tauhid menjadi salah satu landasan utama menjadi barometer diterimanya sebuah amalan shalih. karena sebab utama diterimanya suatu amalan adalah adanya iman didalam hati.Tauhid akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti. Karena apabila melakukan amalan shalih tanpa didasari Tauhid semuanya akan siasia. Dia mengetahui untuk siapa dan untuk apa melakukan sebuah kabaikan tersebut. Ketika manusia melakukan sesuatu tanpa suatu sebab dan tidak mengetahui untuk apa dia melakukan suatu kebaikan maka manusia akan melakukan segala sesuatunya dalam kehidupan dengan semena-mena tanpa sebuah aturan yang jelas. Belajar ilmu tauhid fardhu Ain bagi seluruh mukalaf, baik laki-laki maupun perempuan. Tauhid adalah konsekuensi yang harus ditegakkan dalam penguatan identitas keagamaan seorang muslim. Itulah yang menjadi alasan utama bagi seorang muslim menjadikan suatu Ilmu Tauhid adalah kepentingan yang pasti, untuk mempelajari serta memahami ilmu tauhid dengan tujuan dipelajari sehingga memiliki kefahaman tentangnya.
Apabila Ilmu Tauhid sudah meresap serta tertanam didalam diri manusia, maka akan tubuh didalam jiwanya darah yang mengalir atas ketenangan dari Allah. Dalam jiwanya akan tumbuh perasaan yang puas dan selalu bersyukur akan segala sesuatu ketetapan yang telah diberikan dari Allah SWT. Sehingga hatinya akan bersih dari pemikiran buruk dan jiwanya akan merasakan tenang. Karena dia akan menjadi sesosok manusia yang selalu berusaha dalam menggapai sesuatu, akan menerima dengan ikhlas apabila sesuatu yang telah dia usahan tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Sekuat apapun kita akan merubah takdir, seseorang yang memiliki ilmu tauhid dia akan meyakini bawasannya hanya Allah lah yanga maha memberi ketetapan atas kehidupannya. Allah yang lebih tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk diri dan kehidupannya. Separti ada pada Q.S Al Baqarah ayat 126 “....Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyikai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimua. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Syirik
Syirik berasal dari bahasa arab asysyirkatu yang berarti persekutuan,5 yakni membuat tandingan bagi Allah SWT. Syirik merupakan perbuatan melampaui batas. Padahal kita ketahui dalam Q.S. Adz-Dzariyat ayat ke lima puluh enam bahwa hakikatnya Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain untuk menyembah Allah SWT. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan kita menyembah-Nya, karena kemuliaan Allah tidak akan bertambah dan berkurang jika kita menyembah atau tidak menyembah-Nya. Namun, kitalah yang butuh untuk menyembah-Nya. Karena ada beberapa hal yang akan kita peroleh ketika kita menyembah-Nya. Seperti halnya: hati akan menjadi tentram, terhindar dari perbuatan tercela, dan juga kita akan sehat. Penelitian menyebutkan bahwa gerakan shalat memiliki faedah luar biasa dalam tubuh manusia.
Mukmin
Definisi kata mukmin berasal dari bahasa Arab. Kata mukmin secara etimologi atau bahasa merupakan kalimah isim fā’il dari taṣrifan (morfologi/ perubahan kata) āmanayu’minu-īmanan yang memiliki arti yang berarti mempercayai. mukmin merupakan orang yang beriman.
Seorang mukmin yang beriman kepada Allah SWT, ia harus senantiasa melakukan semua yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Jika ia beriman kepada kitabkitab Allah, maka ia harus menerapkan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya. Jika ia beriman kepada Rasul-Rasul-Nya Allah, maka ia harus melaksanakan ajaran-ajaran yang disampaikan para Rasul dengan sebaik-baiknya.
Muttaqin
Muttaqin atau Taqwa menurut bahasa adalah takut, sedangkan menurut istilah menjalani apa yang telah disyariatkan-Nya serta menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Allah memerintahkan orang muslim untuk bertaqwa sebelum memerintahkan hal-hal lain, agar taqwa itu menjadi pendorong bagi mereka untuk melaksanakan perintah– perintah-Nya
Bertaqwa kepada Allah adalah memelihara diri dari murka dan siksa Allah, dengan cara tidak melanggar agama dan syari’atNya. Ibnu jarir meriwayatkan dari Qatadah; Bahwa dia berkata mengenai penafsiran ayat ini : maksudnya, dekatkanlah dirimu pada Allah dengan mematuhi-Nya dan melakukan amal perbuatan yang membuat-Nya ridho.”
Bahwa seseorang dapat dikatakan bertaqwa harus memiliki lima hal diantarany: peratama; tidak suka bergaul, kecuali dengan orang yang dapat memperbaiki agamanya dan dapat membuatnya memelihara kemaluan dan lisannya. Kedua, jika mendapat musibah besar dalam urusan duniawi, ia menganggapnya sebagai hukuman karma. Ketiga, jika mendapatkan dalam musibah agama meskipun sedikit, ia bersedih. Keempat, tidak suka perutnya dipenuhi dengan makanan yang halal sekalipun, karena khawatir tercampur dengan yang haram. Kelima, memandang orang lain bersih dari dosa, sementara memandang dirinya dengan penuh dosa
Arif, moh. 2013. MEMBANGUN KEPRIBADIAN MUSLIM MELALUI TAKWA DAN JIHAD. Vol 2 no 2 tahun2013
Musyirik
Musyrik adalah memiliki keyakinan dan perbuatan yang mengakui ada kekuatan lain selain Tuhan. Artinya ada tuhan-tuhan kecil lain yang dianggap atau dipercayai memiliki kekuatan yang dapat membantu kesuksesan manusia. Keyakinan adanya kekuatan lain selain Tuhan bisa muncul dari berbagai fenomena, seperti dari batu besar, dari kuburan, dari pohon besar, dari jabatan atau kekuasaan, dari kekayaan material seperti uang dan hal hal lain yang menyebabkan seseorang beranggapan bisa menyelesaikan persoalan dengan kekuatan atau kekayaan yang dimiliki. Memiliki keyakinan bahwa jabatan atau kekuasaan memiliki daya yang bisa menyelematkan karir seseorang juga termasuk bagian dari musyrik. Memiliki anggapan atau keyakinan bahwa duit atau meteri bisa menyelesaikan persoalan juga bisa dikategorikan musyrik. Memiliki keyakinan bahwa dokter memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit juga bisa di katakan musyrik. Musyrik menyangkut urusan perasaan atau hati, hanya dirinya sendiri yang mengetahui apakah musyrik atau tidak. Walaupun secara formal beragama Islam tetapi dalam kehidupan sosial sehari-hari memiliki keyakinan ada kekuatan lain selain Tuhan maka juga masuk kategori musyrik.
Munafik
Nifak atau munafik adalah suatu perbuatan yang lahir dan batinnya tidak sama. Secara lahiriah beragama Islam, namun jiwanya atau batinnya tidak beriman. Munafik adalah orang yang melakukan perbuatan nifak, yaitu orang yang secara lahiriah mengaku beriman kepada Allah, mengaku beragama Islam, bahkan dalam beberapa hal kelihatan seperti berbuat dan bertindak untuk kepentingan Islam, tetapi sebenarnya hatinya mempunyai maksud lain yang tidak didasari iman kepada Allah. Memang sulit mengetahui orang munafik sebab mereka sering bersama atau berada di sekeliling kita. Menghadapi orang-orang munafik harus berhati-hati karena keberadaan mereka seperti musuh dalam selimut. Mereka selalu mengikuti dan mengawasi gerak-gerik yang dilakukan orang Islam.
Orang-orang munafik suka memanfaatkan segala situasi untuk menghancurkan Islam dari dalam. Oleh sebab itu, untuk mengetahui apakah seseorang munafik atau tidak, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya yang merugikan atau bertentangan dengan kepentingan agama Islam.
Baik dari segi agama maupun moral, sikap ataupun perbuatan munafik dipandang sangat hina. Itulah sebabnya Allah akan menghukum perbuatan mereka dengan dimasukkan dalam dasar neraka sebagai firman Nya dalam Surah An-Nisa¹:45 :
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dan neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka".
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung: CV Pustaka Jaya, 2009, hal. 21-22
Dalil Aqli
Dalil Aqli adalah dalil yang didasarkan pada penalaran akal yang sehat.16 Akal merupakan indera yang diciptakan oleh Allah SWT, dengan kelebihan diberikannya muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan melahirkan sejumlah aktifitas pemikiran yang berguna bagi kehidupan manusia. Dalil aqli juga bisa diartikan sebagai sebuah petunjuk dan pertimbangan akal fikiran yang sehat dan obyektif, yang tidak dipengaruhi oleh nafsu dan ambisi. Jadi dalil ini adalah penalaran secara murni dan bebas, dan kebenarannya relatif.
Dalil Naqli
Dalil Naqli adalah dalil yang didasarkan pada Al-Qur‟an dan Sunnah.17 Walaupun akal manusia dapat menghasilkan kemajuan ilmu dan teknologi, namun harus didasari bahwa betapapun kuatnya daya pikir manusia, ia tidak akan mampu mengetahui hak Dzat Allah yang sebenarnya. Manusia tidak memiliki kemampuan untuk menyelidiki yang ghaib, untuk mengetahui yang ghaib itu kita harus puas dengan wahyu Allah. Wahyu itu yang disebut dalil Naqli.
Kebenaran dalil naqli ini bersifat qat’iy (pasti), kebenarannya mutlak serta berlaku untuk semua ruang dan waktu. Dalil Naqli ada dua yaitu Al-Qur‟an dan hadist Rasul. Hal-hal yag tidak dapat dijangkau oleh akal, cukup diyakini kebenarannya tanpa harus membuktikan dengan akal. Termasuk ke dalam bagian ini adalah hakikat hal-hal yang ghaib, seperti kiamat, alam barzah, alam mahsyar, surga, neraka, malaikat dan sebagainya
Wahyudi, Dedi. 2017. Bunga Rampai Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya. Kota Metro: CV.IQRO.
3. Jelaskan distingsi antara akhlak, prilaku, karakter, tabiat, moral, dan etika!
Jawaban:
Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama’ dari “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara, perbuatan yang dilakukan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan pujian.
Wahyudi, Dedi. dan Rani Hidayaturoman. 2018. UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BANDONGAN. vol 4 tahun 2018
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Karakter merupakan unsur pokok dalam diri manusia yang dengannya membentuk karakter psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda- beda. karakter adalah sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis.
Zubaedi, "Desain Pendidikan Karakter", (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group,2012,Cet.2) hlm. 12
Tabiat adalah perangai, watak, budi pekerti, perbuatan yang selalu dilakukan, kelakuan, tingkah laku. tabiat manusia merupakan watak atau tingkah laku yang di miliki setiap manusia. tabiat adalah perilaku manusia yang atau secara alami sudah ada didalam diri manusia. tetapi tabiat manusia itu berbeda-beda. Tabiat erat kaitannya dengan kejiwaan seseorang dalam ilmu umum orang-orang yang membunyai tabiat buruk seperti tempramental, sedih yang berlarut-larut akan berobat ke psikiater atau ahli jiwa karena pengobatan jiwa secara tidak lansung perlahanlahan akan mengubah tabiah seseorang menjadi lebih baik.
Moral berasal dari bahasa latin "mores" yang artinya dat kebiasaan. Jika dalam baha Indonesia diartikan pula dengan kata "susila" Letak perbedaan etika dan moral adalah jika etika lebih bersifat teori, jika moral lebih menonjol ke praktis. Etika juga disebut dengan etik. Etik merupakan cerminan dari pandangan masyarakat mengenai hal yang baik dan buruk serta perilaku perilaku yang dapat diterima atau tidak di dalam suatu masyarakat.moral adalah sesuatu yang berhubungan dengan prinsip-prinsip tingkah laku; akhlak, budi pekerti, dan mental, yang membentuk karakter dalam diri seseorang sehingga dapat menilai dengan benar apa yang baik dan buruk.tujuan moral adalah mencapai kemaslahatan duniawi dan ukhrawi. Akhlak merujuk pada nilai-nilai agama, sedangkan moral merujuk pada kebiasaan
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op.cit., h. 44
Etika merupakan suatu sistem nilai yang menjadi patokan seseorang melakukan sesuatu, moral merupakan suatu kebiasaan atau adat istiadat sedangkan akhlak itu sendiri merupakan sebuah sifat yang telah melekat dalam diri, sehingga akan muncul sesuai dengan keadaan hati. Pada intinya, akhlak, moral dan etika itu sendiri sangat berkaitan erat dan saling berhubungan, jika salah satu tidak dilakukan dan diterapkan dalam diri seseorang terutama peserta didik, maka yang akan terjadi adalah pelanggaran norma-norma yang berlaku.
Dapat ditarik kesimpulan distingsi antara akhlak, prilaku, karakter, tabiat, moral, dan etika yaitu:
Akhlak menyangkut hal yang berhubungan dengan perbuatan baik, buruk, benar dan salah dalam tindakan seseorang manusia yang panutannya bersumber dari Al-Qur'an dan Hadis Rasulullah saw.
Perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap.
Karakter merupakan sikap atau perbuatan yang meninjukkan kita melakukan apa
Tabiat adalah perilaku manusia yang atau secara alami sudah ada didalam diri manusia.
Moral lebih dipahami sebagai suatu prinsip atau kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku benar atau salah.
Etika yang bersumber dari hasil budaya dan adat istiadat suatu tempat yang berlaku dalam suatu masyarakat.
4. jelaskan pengertian tauhid, pembagian, dan dalilnya!
Jawaban:
Pengertian
Secara etimologis, tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidutauhidan yang berarti Esa, keesaan, atau mengesakan Allah meliputi seluruh pengesaan.7 Adapun secara terminologis, Tauhid berarti mengesakan Allah, sebagai satu-satunya Zat dalam Rububiyyah-Nya, Uluhiyyah-Nya, segala sifat, dan nama-nama-Nya.8 Tauhid yang artinya mengesakan Allah SWT, tiada Tuhan kecuali Allah. Tauhid adalah ilmu yang membahas secara keseluruhan tentang sang pencipta alam ini hingga seluruhnya dapat dimengerti oleh makhluk Allah, agar senantiasa selalu menyembah Allah SWT.
Sebagai makhluk hidup ciptaan Allah SWT, manusia wajib bertauhid kepada Allah. Karena tauhid merupakan kunci pokok agar kehidupan manusia menjadi lebih baik, dan tidak kembali pada jaman jahilliyah yaitu jaman kebodohan karena tidak ada manusia yang mengenal, mempercayai serta meyakini bahwa Allah SWT itu Esa. Dalam ilmu tauhid tidak bisa sembarangan dalam menetapkan keesaan Allah SWT, karena harus mengambil dalil-dalil yang benar dan sudah tentu shahih.
Ilmu Tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang persoalan keesaan Allah SWT dan perkara-perkara yang berkaitan denga nnya. Tauhid yakni suatu asas yang menjadikan Allah sebagai sumber satu-satunya Ilmu. Ilmu yang selama ini didapatkan oleh seluruh makhluk hidup itu bersumber hanya dari Allah SWT, tidak ada yang tiba-tiba berilmu melainkan kehendak dari Allah SWT, sebagai manusia yang beriman wajib mengetahui keesaan Allah yang mana bukan hanya bersumber dari satu aspek, akan tetapi dari beberapa aspek yang memang itu sudah menjadi kepemilikan Allah SWT.
Pembagian dan Dalilnya
Macam-macam Ilmu Tauhid
Tauhid al-Rububiyyah
Tauhid al-Rububiyyah diambil dari kalimat Rabbinas, bermakna, hanya Allah satu-satunya pemilik, pengendali alam raya, dan mematikan sebagaimana dijelaskan Q. S. Ar- Rum (30): 40: Artinya: “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rizki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)”.
Maksudnya Allah adalah sang pencipta yang mengurus segala alam serta isinya. Dan manusia haruslah taat pada semua perintahnya dan menjauhi larangannya.
Hampir semua umat manusia mempercayai adanya Tuhan yang mengatur segala alam semesta ini. Meskipun banyak yang mempercayai adanya banyak Tuhan. Karena sangatlah penting memahami Tuhan dalam istilah Al Rububiyah.
Wahyudi, Dedi. 2017. Bunga Rampai Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya. Kota Metro: CV.IQRO.Islam coba menggambarkan kepada manusia tentang keseluruhan ajaran Tuhan yang mungkin dapat dimengerti. Islam merupakan agama yang menghambakan kepada Allah SWT. sebagai realitas utama. Maksud Rabb atau Tuhan di sini adalah sebagai sang pencipta, yang menguasai, dan mengatur segala alam dan isinya. Dengan ini manusia dapat menyadari bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah. Dengan demikian maka manusia akan sadar akan kehambaaannya kepada Allah.
Seseorang yang mengaku beriman tetapi masih meyakini atau mempercayai sesuatu selain dari Allah, maka keimanannya akan sia-sia karena mereka telah dicap oleh Allah sebagai orang musyrik dan baginya tidak ada ampunan. Landasan dalil-dalil tauhid Rububiyah dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
Artinya : Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Yang menguasai di hari Pembalasan.(Qs.Al-Fatihah :1-4).
Kekuasaan Allah tersebut merupakan salah satu penjabaran dari tauhid rububiyyah, yakni keyakinan bahwa saat terjadi hari kiamat hanya Allah lah yang berkuasa.Sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.”(Qs. Al-A’araf : 54).
A. Syihabuddin HS, Membuka Tabir Ummi Al-Qur’an, ( Bandar Lampung : Gunung Pesagi, 2002),h. 8
Tauhid al- Uluhiyyah
Kata Uluhiyyah diambil dari kata ilah yang bermakna yang di sembah dan yang dita’ati.Kata ini digunakan untuk menyebut sesembahan yang haq dan yang bathil, sebagaimana sembahan yang haq terlihat misalnya dalam firman Allah berikut ini :
Artinya : “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)”.(Qs. AlBaqoroh :255).
Tauhid al- Uluhiyyah adalah pengakuan terhadap keesaan Allah yang terlafazkan dalam kalimat “laa ilaaha illallah”, Yang artinya:” tiada Tuhan selain Allah”. Menurut Rasyid Rida, kita sebagai umat islam diharuskan memahami apa itu Tauhid al- Uluhiyyah. Maksudnya memahami apa itu Tauhid al- Uluhiyyah adalah sebuah rencana Muhammad saw. Yang paling utama untuk mengajak seluruh umat manusia agar bribadah kepada Allah.
Tauhid Uluhiyyah diambil dari kalimat Ilaahinnas, yang berarti suatu keyakinan bahwa hanya Allah swt yang paling berhak disembah. Dijelaskan pada Q.S.Al-Anbiya(21):25:“Dantidaklah kami mengutus seorang Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada mereka bahwa tiada Tuhan selain Aku, maka beribadahlah hanya kepada-Ku.” Orang orang yang mempunyai Tauhid Rububiyyah belum tentu dia memiliki Tauhid Uluhiyyah.
Dengan kata lain Tauhid Uluhiyah ialah percaya sepenuhnya, bahwa Allah-lah yang berhak dan paling pantas menerima semua peribadatan makhluk, dan hanya Allah sajalah yang sebenarnya dan yang harus disembah sebagaimana tujuan utama manusia diciptakan didunia yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.( Qs. Ad-Dzariyat :56).
Jenis tauhid ini adalah inti dari dari dakwah para rosul, mulai dari rosul pertama hingga yang terakhir. Sebagaimana firman Allah sebagai berikut :
Artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orangorang yang mendustakan (rasul-rasul)”.(Qs. An-Nahl : 36)
Manusia ditentukan oleh tiga ketaatan, yaitu islam, iman dan ihsan. Islam yang berartikedamaian, iman yang berarti membenarkan disertai dengan percaya, dan mengamalkan, sedangakn ihsan adalah kebaikan yang terpuji. Jadi Tauhid Uluhiyyah memiliki arti bahwa hanya Allah swt yang sang maha pencipta dan yang mengatur segala kehidupan di alam semesta ini dan dia adalah Tuhan yang paling berhak untuk disembah. Dalam konsep Uluhiyah menjadi suatu pernyataan yang menyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah, serta tujuan hidup hidup manusia di muka bumi ini adalah untuk taat dan tunduk kepada segala perintah Allah SWT.
Tauhid as Asma wa al Shifat
Kita selaku umat islam diwajibkan untuk mengetahui sifat-sifat Allah, yaitu bahwa Allah SWT, itu mustahil bi kulli kamaal (sifat dalam semua kesempurnaanya). Adapun sifat wajib dan mustahil bagi Allah yang harus diketahui oleh setiap orang yang sudah mukalaf yaitu : Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhalafatu lil-Hawadist, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah, Qodrat, Irodat, ‘Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, Kalam, Qadiran, Muridhan, Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman‖. Pembagian sifat wajib Allah ada empat bagian :
Pertama, sifat nafsiyah yakni suatu hal yang wajib bagi Dzat Allah bersifat dengan sifat wujud (ada), yang wujudnya tidak disebabkan oleh suatu sebab apapun. Sifat nafsiah ini hanya memiliki satu sifat, yaitu wujud. Kedua, sifat salbiah yakni suatu sifat yang menafikan (meniadakan) semua sifat yang tidak layak bagi Allah. Sifat salbiah ini memiliki lima sifat yakni : Qidam, Baqa’ Mukhalafatu lil Hawadits, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah. Ketiga, sifat maani yaitu semua sifat maupun yang berdiri pada Dzat Allah yang maujud, yang mewajibkan Dzat itu bersifat dengan suatu hukum sifat ma’nawiyah. Sifat ma’ani ini meliputi tujuh sifat yaitu : Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, Kalam. Keempat sifat ma’nawiyah yaitu suatu hal yang tetap (tsabit) bagi Dzat Allah bersifat dengan ma’nawiyah. Oleh karenanya terdapat ikatan yang kuat antara sifat Ma’ani dan ma’nawiyah. Dan sifat ma’nawiyah ini meliputi tujuh sifat yaitu : Qadiran, Muridhan, Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman
Wahyudi, Dedi dan Devi Septya Wardani. 2017. UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MELALUI MULTIMEDIA LCD PROYEKTOR. Vol 18 no. 1 tahun 2017
Makna tauhid asma wa sifat adalah beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan sunah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam, serta meniadakan kekurangankekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diri-Nya, dan apa yang disampaikan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam yang terdiri dari sifat-sifat tahrif (pengubahan kata), ta’thil (meniadakan sama sekali), takyif (menanyakan bagaimana keadaan), dan tamtsil (mencontohkan dengan sifat selain Allah).
Sebagaimana Allah berfirman dalan Al-Quran surat Asy-Ayura : 11 berikut ini :
Artinya : “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasanganpasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat”.(Qs. As-Syu’ara: 11).
Tauhid as Asma wa al Shifat adalah menyakini bahwa Allah dan sifat-sifat-Nya sempurna, sedangkan ditafsirkan sebagai pengesaan Allah dari semua nama-nama dan sifat-sifatnya. Allah swt.36 Sangat berkuasa atas seluruh jagat raya ini. Tidak ada yang mampu menandingi kuasa-Nya, Allah adalah dzat yang maha sempurna. Dan juga tidak ada yang bisa menghaangi kehendak-Nya. Dalam alQur‟an terdapat nama-nama dan sifat-sifat Allah yang disebut berulang kali. Di sini manusia harus mengarahkan sifat dirinya kepada sifat-sifat yang Allah miliki, seperti Rasullullah saw. Dalam mengamalkan pandangan tauhid al- Asma adalah kita melihat sesuatu yang pemurah itu hanyalah Allah, Allah yang memberikan segala sesuatu dengan sangat murah. Tidak ada sifat apapun yang berdiri kepada-Nya dan semua karena asma-Nya.
5. Jelaskan hikmah beriman kepada!
Iman kepada Allah
Percaya adanya wujud Allah yaitu mempercayai bahwa Allah itu ada. Alam dunia merupakan tanda adanya Allah Sang Maha Pencipta. Semua yang terdapat di lingkungan alam semesta ini dapat dijadikan sebagai tanda tentang wujudnya Tuhan. Benda-benda yang ada di sekitar alam beserta unsur-unsurnya dapat mengokohkan dan menandakan bahwa semua itu pasti ada yang menjadikan serta mengaturnya. Bukti lain wujud Allah adalah apa yang pernah terjadi atas manusia itu sendiri atau kejadian kejadian yang pernah dialami manusia. Setiap manusia tentu pernah berdoa kepada Tuhannya kemudian dikabulkannya hajat permintaannya. Pernah pula meminta kepada-Nya dan apa yang diminta itupun diberikan-Nya. Diantara kejadian-kejadian manusia yang dialaminya tersebut, sesungguhnya telah mengarahkan diri sendiri untuk sampai kepada wujud Allah kesadaranNya.
Iman dapat mempengaruhi keadaan seseorang seperti; membebaskan jiwa dari penjajahan atau perbudakan dunia dengan segala isinya. Sebabnya adalah karena dengan beriman hanya percaya pada kekuasaan dan kekuatan Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya. Perasaan demikian menghilangkan ketergantungan kepada semesta dan semua isinya. Iman dapat dijadikan ketentraman jiwa. Hal ini disebabkan karena dia memilki tempat mengadu pembela, pelindung, pemelihara, pemberi rizki, penolong dan segalanya baginya di dalam hidup ini. Iman dapat menjadikan keberuntungan dalam hidup. Keimanan yang hakiki itu dapat menjadikan jiwa semakin berani dan ingin terus maju karena membela kebenaran. Hal ini dikarenakan agama Allah harus diatas segala-galanya. Iman dapat memunculkan sifat-sifat mulia. Hal ini disebabkan manakala akidah yang sebenar benarnya telah tertanam mendalam pada jiwa, maka seseorang yang telah menanamnya akan terlepas dari buruknya akhlak tercela seperti rakus, kikir, tamak, dan sebagai gantinya akan bersifat yang terpuji
Wahyudi, Dedi dan Devi Septya Wardani. 2017. UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MELALUI MULTIMEDIA LCD PROYEKTOR. Vol 18 no. 1 tahun 2017
Iman kepada hari Akhir
Hari kiamat atau Hari Penghakiman mungkin merupakan hari ketikaaalam semesta dibebani dan dilenyapkan yang mungkin merupakan tanda akhir dari kehidupan dunia yang menuju kehidupan yang tidak berkesudahan mulai saat ini. Mengakui pada hari terakhir berarti mengakui dengan sepenuh hati bahwa hari kehidupan di dunia ini akan datang. Jangka panjang adalah di mana orang tidak setuju untuk semua perbuatan mereka di dunia dan akan diberi kompensasi untuk menyetujui kegiatan mereka. Komitmen untuk memasuki Hari Akhir telah diungkapkan oleh Al-Qur'an dannHadist.nNamun dapat ditegaskan dengan akal (dalil aqli). Kita akan berpikir dengan andal bahwa segala sesuatuudi alam mengalamipperubahan. Dan segala sesuatu yang mengalami perubahan pasti akan membutuhkan sebuah kesimpulan. sesuatu yang ditutup dengan tanda-tandaaseluk beluk Al-Qur'anndan Hadits sangat memuaskan akal.
Keyakinan akan adanya hari akhir akannmemberikan kelihaiannatau dampak yang sangat besar dalam kehidupannmanusia, sedikit pun manusia akannmerasa bingung dengan disiplin yang akanndiberikan oleh Allah setelah hari kiamat, hal ini akan membuat individu terus menerus berhati-hati. dalam bertindak dan akan terus meningkatkan amal perbuatan. Di dunia. Pendapat Nurhayati Rusdi, "menerima bahwa akan ada hari pembalasan sebagai pengaturan acara yang harus diambil setelah hari itu akan mengarah pada pengajaran dan kehati-hatian di seluruh dunia, tidak ada yang lolos dari pengawasan Allah" Dari artikulasi ini terlihat bahwa seseorang yang menerima di hari ini Kesimpulannya akan mengarah pada pengajaran dan upaya untuk menjadi lebih unggul karena tidak ada perbuatan yang lepas dari pengawasan Allah. Dalam hal ini ajaran yang dimaksud adalah ajaran beribadah kepada Allah.
Iman kepada malaikat
Keyakinan pada malaikat adalah salah satu pelajaran paling Islam yang merupakan salah satu kolom Keyakinan. Dengan demikian, beriman kepada malaikat yang dirahmati Allah tidak sebatas mengetahui dan menerima kehadiran mereka, yang jauh lebih penting adalah mengetahui, memahami, dan meniru sifat-sifat mereka dimana para rasul yang dirahmati Allah ini adalah makluk yang terus menerus patuh dan bersujud kepada Allah SWT. yang tidak pernah melanggar. malaikat yang diberkahi adalah makhluk luar biasa yang tidak dapat dijangkau oleh potensi sentuhan manusia, tetapi dengan potensi alamnya (quwwah wijdaniyah), seorang penyembah dapat merasakan kehadiran para malaikat ini dan berusaha untuk menyesuaikan renungan dan perilaku mereka dengan nilai-nilai etika yang mereka rasakan. berhubungan dengan malaikat.
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid (Jakarta: Ummul Qur’an, 2012). Sebagai hamba Allah SWT. malaikat memiliki nilai-nilai akhlak, baik sifat khalqiyah maupun khuluqiyah yang luar biasa agung di hadapan Allah SWT.
Orang yang menerima dalam kehadiran malaikat akan mendapatkan kecerdasan dalam hidup mereka. Macam-macam kelihaian yang didapat adalah:
Menjadikan individu untuk senantiasa bertakwa dan tunduk kepada Tuhan.
Memahami dalam menaati Allah dan merasa tenang dan damai
Ingatlah selalu jika hidup di dunia singkat dan pasti kembali ke Sang Pencipta.
Malaikat mengamati kata-kata serta apa yang diperbuat kita;
Mengimani adanya malaikat merupakan salah satu pelajaran Islam yang paling banyak yang merupakan salah satu bentuk rukunn iman. Selanjutnya kepercayaan kepada para malaikat yang dirahmati Allah tidak sebatas untuk mengetahui dan menerima kehadiran mereka, yang jauh lebih utama aialah mengetahui,mmemahami, dan mencerminkan sifat-sifat mereka dimana paraamalaikat Allah ini adalah yang selalu sujud dan patuh kepada-NYA. Allah SWT. yang tidak pernah melanggar. malaikat adalah makhluk luar biasa yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan berwujud manusia, tetapi dengan potensi naluriahnya, seorang penyembah dapat merasakan kehadiran utusan yang diberkati ini dan berusaha untuk menyesuaikan renungan dan perilaku mereka dengan nilai-nilai etika yang mereka rasakan. berhubungan dengan malaikat.
Mahfud, Al-Islam ( Pendidikan Agama Islam ) (Jakarta: Erlangga, 2011).
Iman kepada kitab Allah
Kitab Allah artinya buku yang berisi wahyu-wahyu Allah. Iman kepada kitab-kitab Allah artinya mempercayai bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab Nya kepada para rasul-Nya agar dijadikan pedoman hidup bagi manusia dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu di antara pokok-pokok kepercayaan dalam Islam. Setiap orang muslim wajib beriman kepada kitab-kitab Allah, Pengingkaran kepada salah satu kitab Allah sama saja pengingkaran terhadap semua kitab-Nya.
Iman kepada kitab Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menurunkan kitab-kitabnya kepada rasul rasulnya untuk disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman hidup petunjuk bagi umat manusia supaya dapat meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Hikmah Beriman Kepada Kitab Allah
Mendapat petunjuk Allah
Orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan mendapatkan balasan dari Allah SWT berupa ganjaran.
Akan mendapat kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat
Memberikan kemantapan dalam menjalani keislaman
Dapat terlepas dari kesesatan
Menjadikan manusia tidak kesulitan kehidupan manusia menjadi aman tentram damai dan sejahtera khususnya Alquran mendapat ilmu pengetahuan yang luas
Iman kepada rasul Allah
Beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT merupakan rukun iman yang keempat. Hal tersebut, membawa makna bahwa setiap umat Islam harus mengakui dengan lisan, membenarkan dengan hati, dan mengamalkan dengan perbuatan jika Allah SWT benar-benar telah mengutus para RasulNya di dunia untuk menyebarkan risalah (tuntunan hidup).
Hikmah beriman kepada rasul Allah adalah sebagai
Menyempurnakan rukun iman yang keempat
Menjadikan kisah para Rasul sebagai suri teladan yang baik dalam hidup
Termotivasi untuk melakukan perilaku sosial yang baik dalam masyarakat
Tidak akan kehilangan arah dalam contoh manusia yang baik
Timbulnya rasa cinta (mahabah) kepada para Rasul dan mulai mencontoh perilaku-perilaku terpujinya
Mengetahui hakikat hidup seorang manusia, yaitu untuk taat beribadah kepada Allah SWT