Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
3 pages
1 file
Nim : 14121610722 Kelas/semester : IPA-Biologi B/1 Asisten Praktikum : 1. Dewi Fortuna R 2. Lulindayati PUSAT LABORATORIUM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2012 DERAJAT KEASAMAN Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H + ) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan. Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan. Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsurunsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini tentang derajat keasaman yaitu sebagai berikut. A. TUJUAN 1. Menentukan sifat asam dan basa dari beberapa bahan melalui pengukuran pH 2. Menentukan harga pH dari beberapa konsentrasi asam Berdasarkan tujuan tersebut sebelum di praktikkan harus ada dasar teori yang mendukung pada praktikum kali ini tentang derajat keasaman, agar apa yang akan diujikan sesuai dengan apa yang di praktikkan pada praktikum kali ini. Adapun dasar teori suatu derajat keasaman yaitu sebagai berikut . B. DASAR TEORI Dalam mempelajari reaksi asam dan basa dalam larutan, konsentrasi ion hydrogen adalah kunci yang menunjukkan keasaman/kebasaan suatu larutan. Dalam air murni pada temperature 25 0 C konsentrasi ion hydrogen adalah 10 -7 M (mol per Liter) yang akan sama dengan harga konsentrasi ion hidroksidanya. Sedangkan hasil kali konsentrasi ion-ion dalam air adalah : 10 -7 M x 10 -7 m = 10 -14 M 2 disebut sebagai Kw (konstanta air) b. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH-] atau pH < 7. c. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH-] atau pH > 7. Karena pH dan konsentrasi ion H + dihubungkan dengan tanda negatif, maka makin besar konsentrasi ion H + makin kecil pH, dan karena bilangan dasar logaritma adalah 10, maka larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan ion H + sebesar 10n.
jangan lupa follow!
1. Mengidentifikasi sifat asam basa dengan indicator lakmus. 2. Memperkirakan pH larutan dengan indikator: a. Penolptalain (PP) b. Metil Merah (MM) c. Metil Biru (MB) d. Bromtimol Biru (BTB) 3. Menentukan pH larutan dengan indicator universal. C. Dasar Teori Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam atau basa dapat dilakukan dengan menggunakan indikator kertas lakmus, dimana warna kertas lakmus tersebut dapat berubah warna apabila dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa. Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa, dan larutan bersifat netral berbeda. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat dari masing-masin gkertas lakmus tersebut berbeda. Namun, apabila ingin mengetahui berapa pH suatu larutan diperlukan indikator universal atau pH-meter. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai inidkator diletakkan dalam plat tetes yang sudah diisi larutan uji yang akan diukur pH-nya.kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.nilai pH ditunjukkan dengan skala secara sistematis dengan nomor 0-14. Ada juga cara lain, yaitu menguji larutan tersebut dengan beberapa indikator yang telah diketahui trayek pH-nya dalam table. Dalam percobaan ini, siswa diharapkan dapat memperkirakan pH larutan yang tidak diketahui harga pH-nya, yakni larutan cuk, amoniak, A, B, C, D, E, dan F dengan menggunakan indikator Pnolptalain, Metil Merah, dan
Semoga ini berguna buat temen-temen :D
Academia Green Energy, 2024
One of the main factors when building an industrial plant is the life cycle cost which opposes several energy efficiency considerations. Throughout running the plant and with the advancement of technologies, several economically attractive modifications start to appear. In addition, the environmental impact of fossil-fuel burning has prompted the efforts to minimize carbon emissions through energy efficiency enhancement. The paper illustrates, through a case study, the concept of the near-optimum synergy for utility-process systems integration of a full conversion oil refinery’s plant. The objective of the study is to identify all technically and economically viable operation and design options/actions/modifications that reduce facility’s overall energy demand and greenhouse gas emissions. The study included several energy efficiency enhancement approaches to reach the optimum utility-process systems integration of existing refinery at minimum capital cost. The analysis started by identifying the major equipment, the heat exchangers network (HEN), and the overall site plot plan. The case study’s covers optimizing the energy demand and supply side to reach profitable and greener utility-process systems synergy. The enhancement options include load management, waste heat recovery, HEN optimization, and optimum energy supply.
Polonia Sacra, 2023
Centre for Independent Studies, 2016
Revista Chilena de Pediatría, 2015
International Journal of …, 2010
Archive for Rational Mechanics and Analysis, 1991
Materials Research Express, 2018