Academia.eduAcademia.edu

Outline

Penelitian Tindakan Sekolah

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I; dan 2) apakah penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD N SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Diajukan Pada Penilaian Angka Kredit Unsur Pengembangan Profesi Kepala Sekolah untuk Kenaikan Pangkat dari Golongan IV a Ke IV b Oleh: SITI RAKHMIYATI, M. Pd. NIP: 19591107 198303 2 007 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN SD NEGERI SOROPADAN No. 108 SURAKARTA 2012 LEMBAR PENGESAHAN Yang bertandatangan di bawah ini menerangkan dengan sebenarnya bahwa karya tulis/ Penelitian Tindakan Sekolah yang disusun oleh: Nama : Siti Rakhmiyati, M.Pd. NIP : 19591107 198303 2 007 Pangkat/ Golongan : IV/ A Jabatan : Kepala Sekolah Unit Kerja : SD Negeri Soropadan I No. 108 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Dengan Judul: PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD N SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Telah diperiksa oleh Pengawas TK/SD Gugus V Gadjahmada UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dan dapat dijadikan sebagai referensi oleh segenap guru dan kepala sekolah yang berada di bawah naungan UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.. Demikian Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Surakarta, 25 September 2012 Pengawas TK/SD Gugus V Gadjahmada UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Penulis/ Peneliti E.S. Sulistyaningsih, S.Pd NIP. 19581229 197802 2 009 Siti Rakhmiyati, M.Pd. NIP. 19591107 198303 2 007 ii ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I; dan 2) apakah penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan. Penelitian dilakukan di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Subyek penelitian ini adalah guru kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Objek penelitian berupa supervisi klinis dalam pembelajaran membaca permulaan bagi siswa kelas I. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 dilakukan sebagai berikut: a) Supervisi klinis dilakukan melalui prosedur berbentuk siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan; b) Pada tahap pertemuan awal, kepala sekolah selaku supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan; c) Pada tahap pengamatan, guru melatih perilaku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan; dan d) Pada tahap pertemuan lanjutan, supervisor mengadakan analisis pendahuluan tentang rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini.; dan 2) Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya penguasaan guru terhadap aspek-aspek pembelajaran yang dilakukan dan berdampak pada meningkatnya penguasaan siswa dalam ketrampilan membaca permulaan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Kata kunci: supervisi klinis, kemampuan guru, pembelajaran membaca permulaan. iii PRAKATA Alhamdulillah hirobbil alaamiin. Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah dan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan sekolah ini. Penelitian tindakan ini mengambil judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD N SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013”. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai salah satu tanggungjawab kepala sekolah sebagai supervisor. Proses penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, secara khusus, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Kepala UPT Dikpora Kota Surakarta yang telah memberikan ijin guna melakukan penelitian tindakan ini. 2. Kepala UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang telah memberikan ijin guna melakukan penelitian tindakan ini. 3. Pengawas TK/SD Gugus V Gadjahmada UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penelitian ini. 4. Segenap guru kelas di SD Negeri Soropadan I No. 108 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan supervisi akademis yang dilaksanakan peneliti. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian tindakan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima segala masukan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa mendatang. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan yang membutuhkannya. Amin. Surakarta, 28 September 2012 Penulis Siti Rakhmiyati, M. Pd. NIP. 19591107 198303 2 007 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii ABSTRAK ................................................................................................... iii PRAKATA ................................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................ v DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5 KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori ........................................................................... 6 1. Supervisi Klinis ................................................................. 6 2. Membaca Permulaan .......................................................... 10 B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 27 C. Hipotesis Tindakan ................................................................. 28 METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ................................................................... 29 1. Subjek Penelitian ............................................................... 29 v 2. Lokasi Penelitian................................................................ 29 3. Waktu Penelitian ................................................................ 29 B. Prosedur Penelitian ................................................................ 30 C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...................................... 33 1. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 33 2. Alat Pengumpulan Data ..................................................... 33 D. Teknik Analisis Data ............................................................. 34 1. Analisis Data ..................................................................... 34 2. Indikator Kinerja Penelitian ............................................... 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V A. Hasil Penelitian ...................................................................... 36 1. Deskripsi Kondisi Awal ................................................... 36 2. Deskripsi Tindakan Siklus I ............................................. 39 3. Deskripsi Tindakan Siklus II ............................................ 49 B. Pembahasan Hasil Tindakan .................................................. 59 PENUTUP A. Simpulan ............................................................................... 64 B. Saran ..................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA vi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................ 30 Tabel 2 Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Kondisi Awal ........ 37 Tabel 3 Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus I 45 Tabel 4 Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Tindakan Siklus I .. 47 Tabel 5 Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus II ............................................................................................... 55 Tabel 6 Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Tindakan Siklus II . 57 Tabel 7 Perkembangan Tingkat Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran . 60 Tabel 8 Tingkat Penguasaan Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa Kondisi Awal – Tindakan Siklus II ............................................ vii 62 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran.................................................... 28 Gambar 2 Model Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart ............ 30 Gambar 3 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Kondisi Awal ....................................... 39 Gambar 4 Kegiatan Supervisi Klinis Tindakan Siklus I .......................... 41 Gambar 5 Pengamatan di Kelas pada Tindakan Siklus I ......................... 42 Gambar 6 Diagram Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus I ................................................................... Gambar 7 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan pada Tindakan Siklus I ......................... Gambar 8 Gambar 9 46 48 Kepala Sekolah Melaksanakan Supervisi Klinis di Ruang Kelas I pada Tindakan Siklus II ............................................. 52 Kegiatan Pembelajaran pada Tindakan Siklus II..................... 53 Gambar 10 Diagram Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus II ................................................................. 56 Gambar 11 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan pada Tindakan Siklus II ........................ 58 Gambar 12 Diagram Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Kondisi Awal – Tindakan Siklus II ....................... 61 Gambar 13 Diagram Penguasaan Ketrampilan Membaca Permulaan pada Siswa dari Kondisi Awal – Akhir Tindakan Siklus II ............. viii 62 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Ketrampilan membaca sebagai salah satu ketrampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran Bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1990). Pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan. Ketrampilan membaca dan menulis, khususnya ketrampilan membaca harus segera dikuasai oleh para siswa di SD karena ketrampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan 1 2 penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan, sedangkan dikelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis lanjut. Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran. Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994/1995:4). Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan ketrampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup menyelenggarakan tugas untuk 3 mencerdaskan bangsa, mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli. Menurut Badudu (1993: 131) pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD – SMU ialah guru terlalu banyak menyuapi, tetapi kurang menyuruh siswa aktif membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Proses belajar-mengajar di kelas tidak relevan dengan yang diharapkan, akibatnya kemampuan membaca siswa rendah. Rendahnya kemampuan membaca pada siswa kelas I di SD Negeri Soropadan No. 108 pada tahun pelajaran 2012/2013 disinyalir disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat. Hal ini dilandasi adanya kenyataan bahwa guru yang mengajar di kelas I tersebut kurang berpengalaman dalam menghadapi anak-anak kelas rendah. Supervisi Klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada perbaikan mengajar dengan menggunakan siklus yang sistimatis dalam perencanaan dan pengamatan serta analisis yang intensif dan tepat tentang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Jadi fokus dari supervisi klinis adalah pada penampilan guru secara aktual di kelas dan guru sebagai peserta yang aktif dalam proses supervisi tersebut. Berangkat dari pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD NEGERI SOROPADAN 4 NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013? 2. Apakah supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013?” C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. 2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD 5 Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 melalui supervisi klinis. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoretis. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut. 1. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepala sekolah tentang penyelenggaraan tugas sebagai pengawas dalam meningkatkan kemampuan guru melaksanakan supervisi pendidikan. 2. Bagi Guru a Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru agar dapat memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. b Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru agar dapat memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru untuk peningkatan mutu pembelajaran. 3. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk dapat memperoleh pembelajaran yang berkualitas melalui tindakan supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Supervisi Klinis a. Pengertian Supervisi Klinis Supervisi klinis berasal dari kata supervisi dan klinis (Purwanto, 2003: 14). Supervisi diartikan sebagai suatu bimbingan dan tuntunan kearah perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Sedangkan klinis dalam hal ini diartikan sebagai berikut: 1) Sebagai hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru yang berfokus pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru yan mengajar di kelas, maksudnya adalah tingkah laku yang sewajarnya,tidak dibuat buat; 2) Sebagai kegiatan observasi dari dekat dan dilakukan secara cermat; 3) Mendiskripsikan hasil/data observasi secara detail; 4) Sebagai hubungan yang kooperatif antara supervisor dan guru untuk bersama-sama mencermati penampilan guru dalam mengajar; 5) Mendorong guru melihat kekuranganya dalam mengajar dan menemukan cara unutk mengatasinya. Welles (dalam Purwanto, 2004) memberikan difinisi sebagai berikut: ”Supervisi Klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan 6 7 pada perbaikan mengajar dengan menggunakan siklus yang sistimatis dalam perencanaan dan pengamatan serta analisis yang intensif dan tepat tentang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional” Jadi fokus dari supervisi klinis adalah pada penampilan guru secara aktual di kelas dan guru sebagai peserta yang aktif dalam proses supervisi tersebut. Pengertian lain dikemukakan oleh Sudrajat (2010: 1) yang mengatakan bahwa supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata. b. Tujuan Supervisi Klinis Secara umum tujuan supervisi klinis, menurut Sudrajat (2010: 7) adalah untuk: 1) Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran; 8 2) Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran; 3) Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran; 4) Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses pembelajaran; dan 5) Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan. Mengacu pada tujuan tersebut di atas, maka supervise klinis memiliki karakteristik sebagai berikut (Sudrajat, 2010: 21-22): a) Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut; b) Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: pembelajaran berdasarkan mengembangkan (1) kurikulum, keterampilan hasil menganalisis pengamatan, terutama bahan (2) proses keterampilan pembelajaran, (3) keterampilan dalam proses pembelajaran; dan c) Fokus supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2) keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau. 9 c. Prinsip-prinsip dalam Supervisi Klinis Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis, adalah (Taufiq, 2007: 47): 1) Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan pebuh tanggung jawab; 2) Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil pengamatan; 3) Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tiidak bersifat menyalahkan; 4) Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama; 5) Hasil tidak untuk disebarluaskan; 6) Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di ruang lingkup pembelajaran; dan 7) Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus balikan. d. Prosedur Supervisi Klinis Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut (Sudrajat, 2010: 37): 1) Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (1) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang 10 terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan obeservasi. 2) Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan observasi. 3) Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara langsung, dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan. 2. Membaca Permulaan a. Hakikat Membaca Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memroses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991: 172). Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam 11 kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca permulaan. Para ahli telah mendefiniskan tentang membaca dan tidak ada criteria tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling benar. Menurut Harris dan Sipay (1980: 8) memebaca sebagai suatu kegiatan yang memebrikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak atau tertulis.Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan ketrampilan bahasa serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis. Dilain pihak, Gibbon (1993: 70-71) mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh m,akna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptfi saja, melainkan mengehdaki pembaca untuk aktif berpikir.Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang “bidang” pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu 12 sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca. Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual (Smith, 1985: 12). Informasi visual, merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca.Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dia menggunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan,maka isi bacaan itu akan berubah-ubah sesuai dengan pengalamn penafsirannya(Anderson, 1972: 211). Pembaca yang telah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan. Permaalan dibuat berdasarkan pada tiga kategori sistem yaitu aspek sistematis, sintaksis dan grafologis. Menurut Wilson dan peters (dalam Cleary, 1993: 284) bahwa membaca merupakan suatu proses menysun makna melalui interaksi dinamis diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang telah dinyatakan oleh bahasa tulis, dan konteks situasi pembaca. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa membaca adalah proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan 13 dan kompetensi kebahasaannya.Dalam proses pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh. b. Pengertian Membaca Permulaan Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori ketrampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209).Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambargambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna. Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, 14 diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi’ie, 1999: 7). Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca. 15 Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat. Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori ketrampilan, maksudnya menekankan pada proses penyajian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Muchlisoh. 1992: 209). Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyibunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya 16 menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna. Menurut Semiawan (2002: 206) Aktifitas membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang lambang fonem tersebut adalah huruf dibentuk menjadi suku kata, menjadi kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Aktifitas pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat visual memory, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat phonological memory terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari visual memory dan phonological memory. Akhirnya terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan/ kemampuan membaca. 17 Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Menurut Hamalik (1993: 284) bahwa membaca merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi dinamis diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang telah dinyatakan oleh bahasa tulis, dan konteks situasi pembaca. Para ahli telah mendefiniskan tentang membaca dan tidak ada cerita tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling benar. Menurut Badudu (1993: 8) membaca sebagai suatu kegiatan yang memebrikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak atau tertulis. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan keterampilan bahasa serta pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis. Dilain pihak, Syafi’ie (1999: 70-71) mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan 18 mengendaki pembaca untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang “bidang” pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca. Berdasarkan uraian tersebut di atas disimpulan bahwa membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif yang menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambanglambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat. c. Pembelajaran Membaca Permulaan Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). 19 Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16). Slamet (2007: 77) mengemukakan bahwa “Membaca permulaan dikelas 1 Sekolah Dasar dilasanakan pada dua tahap”. Tahap pertama, membaca dan menulis permulaan tanpa buku yang diberikan berkisar antara 4 sampai dengan 10 minggu. Waktu 4 sampai dengan 10 minggu tersebut tergantung pada situasi dan kondisi siswa. Mungkin siswa kelas satu berasal dari taman kanak- kanak atau tidak dari taman kanakkanak, dan sebagainya semakin singkat menulis dan membaca tanpa buku akan semakin baik, sehingga waktu semester pertama dapat dipergunakan untuk pembelajaran komunikasi tulis, yaitu pembelajaran dengan buku. Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan (Syafi’ie,1999: 16). Tingkatan 20 ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, Demikian pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan. Pengajaran membaca merupakan salah satu aspek kebahasaan yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Selain membaca aspek kebahasaan yang lain diajarkan di sekolah dasar adalah, menulis, menyimak, dan berbicara. Keempat aspek tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan yang bersipat menerima (reseptif) meliputi keterampilan membaca dan menyimak, serta keterampilan yang bersifat mengungkapkan (produktif) yang meliputi keterampilan menulis dan berbicara. Gorys keraf (2004: 29) menyatakan bahwa “membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas I dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan berbahasa guna menghadapi kelas berikutnya”. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik. Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar (2004), materi pembelajaran membaca yang tertuang dalam GBPP mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas I Sekolah Dasar 21 d. Tujuan Membaca Permulaan Pada dasarnya tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah memberi bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mengetahui dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacan dengan baik dan dapat menuliskannya dengan baik dan benar. Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Muchlisoh 1992: 31). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Ketrampilan membaca sebagai salah satu ketrampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakan mata dengan lincah, mengingat simbul-simbul bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan. Menurut pandangan “whole language” membaca tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan 22 satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan ketrampilan berbahasa yang lain. Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat ketrampilan berbahsa sekaligus, melainkan dapat hanya mengakut dua keterampilan saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna. e. Cara Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Kemampuan membaca menjadi dasar yang fundamental, tidak saja bagi pembelajaran bahasa Indonesia sendiri, tetapi juga untuk pembelajaran bidang studi yang lainnya. Dengan berusaha membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagai perkembangan dan pertumbuhan daya kreatifitas bernalar, sosial dan kreasinya. Mengingat pentingnya peranan membaca, maka guru berusaha meningkatkan kemampuan anak melalui pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran membaca permulaan. Sesuai dengan perkembangan siswa kelas awal. Pembelajaran membaca permulaan bertujuan agar siswa terampil membaca sederhana. keterampilan berbahasa yang diperlukan siswa, untuk menghadapi pembelajaran di kelas-kelas yang lebih tinggi. Ada enam komponen berbahasa yaitu; (a) fonem; (b) morfem; (c) sintakasis; (d) prosodi; dan (e) pragmatik”. Menurut Mulyono (2006: 94) ada 23 berbagai kemampuan belajar bahasa yaitu; (a) kognitif; (b) memori; (c) evaluasi; (d) memproduksi bahasa; (e) pragmatik atau fungsi bahasa. Menurut Slamet (2007: 139) mengemukakan bahwa” Ada tiga hal dalam meningkatkan pengajaran membaca (1) pengembangan aspek sosial anak; (2) pengembangan fisik anak; (3) pengembangan kognitif anak”. Yakni membedakan bunyi, mengembangkan kata, dan makna. Pengajaran membaca yang perlu dilakukan guru meningkatkan kemampuan membaca antara lain (1) peningkatan ucapan; (2) kesadaran ponemik (bunyi bahasa ); (3) hubungan huruf-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca; (4) membedakan bunyi-bunyi merupkan hal yang penting dalam perolehan bahasa, khususnya membaca; (5) kemampuan mengingat; (6) membedakan huruf; (7) oreantasi kekiri dan kekanan; (8) keterampilan pemahaman; dan (9) penguasaan kosa kata Harimurti Kridalaksana (2005: 42). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulan bahwa untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan guru perlu mengetahui karakteristik peserta didik baik apektif, kognitif, psikomotorik yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan peserta didik dalam memahami bacaan untuk memberi dan memberi bekal. Ada beberapa cara untuk meningkatkan membaca permulaan diantaranya melalui pendekatan kontektual, pendekatan komunikatif metode sas, metode abjat, dan lain-lain namun disini untuk penelitian ini 24 dalam memilih untuk meningkatkan kemampuan membaca memlalui pendekatan suku kata. f. Pendekatan dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Menurut Tarigan, dkk (2003:70) Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelatif yang menangani hakekat bahasa, pengajaran bahasa, dan pembelajaran bahasa”. Pendekatan bersifat aksiomatik. Metode merupakan rencana keseluruhan penyajian bahan bahasa secara rapi, tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkonteraksi, dan kesemuannya itu didasarkan pada pendekatan terpilih. Metode bersifat prosedural. Didalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak metode. Teknik merupakan suatu muslihat, tipudaya dalam menyajikan bahan. Teknik harus sejalan dengan metode dan serasi dengan pendekatan. Teknik bersifat implementasi. Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelatif yang menangani teori bahasa dan pemerolehan bahasa Tarigan (1989: 3.5). Pendekatan adalah serangkaian asumsi yang bersifat aksiomatik tentang sifat hakekat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa. Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi bersifat aksiomatik mengenai hakekat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa yang digunakan sebagai landasan melaksanakan dan menilai proses belajar. dalam merancang, 25 Metode pembelajaran kemampuan membaca ialah rencana pembelajaran kemampuan membaca, yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarakan,… bahan ajar tersebut disusun berdasarkan urutan tingkat kesukaran, yakni yang mudah berlanjut pada yang lebih sukar. Disamping itu, guru merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remidi serta mengembangkan bahan ajar tersebut (Slamet, 2007: 51). Menggunakan metode secara tepat dan akurat, guru akan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran dengan efektif dan efisien. Jadi guru sebaiknya dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat di jadikan sebagai alat yang paling efektif untuk mencapai tujuan (Djamarah dan Zain, 1996: 109). Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode yang dapat dipergunakan, Metode mengajar yang biasa digunakan di sekolah, antara lain: (1) metode SAS; (2) Metode Abjad dan metode bunyi; (3) metode kupas rangkai suku kata; (4) metode kata lembaga; (5) metode global, Akhadiah, dalam (Slamet 2007: 62). Berdasarkan uraian tersebut di atas bahwa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai agar efektif dan efisen sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik maka guru sebaiknya mampu menentukan serta memilih pendekatan dan metode yang tepat. 26 Pendekatan suku kata merupakan salah satu aspek dalam pengajaran membaca permulaan yang didasarkan pada kemampuan berbahasa lisan anak. Pendekatan ini sangat mementingkan kondisi awal pembelajaran sehingga dalam pelaksanaannya, pengajaran membaca didahului dengan suku kata yang diungkapkan secara lisan. Dalam proses membaca dengan buku, diusahakan agar anak selalu merasakan apa yang dipelajarinya itu merupakan sesuatu yang ada dalam konsep pemahamannya, sehingga anak akan selalu merasa senang karena merasa berhasil dan merasakan kebermaknaan hal yang dipelajarinya. Menurut Hasan Alwi dkk (2003: 55) mengemukakan "Suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan nafas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem". Menurut Pamungkas (2007: 7) Dalam bahasa Indonesia dinyatakan bahwa "setiap suku kata ditandai oleh sebuah vokal". Vocal itu dapat diikuti maupun didahului oleh konsonan. Disisi lain pendekatan suku kata berbahasa dikatakan juga sebagai pendekatan yang mengintegrasikan aspek kebahasaan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan menggunakan berbagai materi dan aktivitas yang dikaitkan dengan dunia anak itu sendiri. Pendekatan suku kata mempunyai hubungan dengan belajar membaca seorang anak. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan suku kata pada dasarnya merupakan pendekatan pengajaran awal yang menekankan pada peranan suku kata sebagai bahan 27 pengajaran. Suku kata dalam hal ini sangat penting karena didasarkan pada satu hembusan nafas yang memiliki konsep yang nantinya akan dilahirkan dalam bentuk bahasa. Jadi , dengan kata lain bahasa yang digunakan oleh seorang sejak masih kanak-kanak hingga usia lanjut, merupakan suku kata dan kebutuhan orang tersebut untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan. B. Kerangka Pemikiran Membaca permulaan merupakan pembelajaran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di masa mendatang. Kemampuan guru dalam pembelajaran membaca awal menjadi penentu keberhasilan siswa. Kekurangpahaman guru terhadap metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam membaca permulaan. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya siswa kelas I yang belum mampu membaca meskipun sudah mendekati pertengahan semester. Untuk itu diperlukan suatu upaya perbaikan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Upaya tersebut adalah melalui tindakan supervis klinis. Dengan adanya tindakan perbaikan melalui supervise klinis tersebut maka diharapkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca awal semakin meningkat. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca. Kerangka pemikiran tersebut di atas selanjutnya dapat divisualisasikan ke dalam diagram skematis sebagai berikut. 28 - Pemahaman guru terhadap metode pembelajaran membaca permulaan kurang optimal - Masih banyak siswa kelas I belum dapat membaca Kondisi Awal - Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran - Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses pembelajaran Tindakan - Pemahaman guru terhadap metode pembelajaran membaca permulaan meningkat - Kemampuan siswa kelas I dalam membaca meningkat Kondisi Akhir Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pemikiran dan kajian teori di atas, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: ”supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013”. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas I SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Alasan pemilihan subjek adalah bahwa kemampuan guru dalam mengajar membaca permulaan pada kelas I perlu diperbaiki. 2. Lokasi Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu supervisi klinis guna meningkatkan kinerja guru kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013, maka penelitian dilakukan di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. 3. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) minggu, yaitu dimulai pada minggu III bulan Juli 2012 hingga minggu IV bulan September 2012. Adapun jadwal kegiatan penelitian dapat disajikan ke dalam tabel berikut. 29 30 Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian Bulan No. 1 2 3. 4. Kegiatan Juli III IV Agst III IV September III IV Tahap Persiapan Pelaksanaan a. Pengumpulan Data b. Analisis Data Penyusunan Draf Laporan Penelitian Penyusunan Laporan Penelitian B. Prosedur Penelitian Desain penelitian tindakan yang dinilai akurat dalam mencapai tujuan tersebut adalah model desain alur dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 65). Setiap siklus terdiri dari dua atau tiga tindakan, sedangkan setiap tindakan mencakup empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi-evaluasi. Agar lebih jelas, model tindakan yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan ke dalam bagan skematis sebagai berikut. Perlakuan Perencanaaan Siklus I Refleksi Perlakuan Pengamatan Perencanaaan Siklus II Pengamatan Refleksi Gambar 2 Model Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart (Sumber: Arikunto, 2010) 31 Penelitian dilakukan dengan dua siklus tindakan. Setiap siklus diakhiri dengan tahapan refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dan dimaknai dengan menggunakan analisis deskriptif prosentase dan untuk mengetahui perubahan hasil tindakan dilakukan dengan membandingkan hasil supervisi pada tindakan siklus sebelumnya. Seperti dinyatakan diatas bahwa desain penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap-tiap siklus berisi empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. a. Perencanaan Langkah ini diwujudkan dengan penyusunan skenario program supervisi klinis yang hendak dilakukan. Perencanaan dilakukan dengan memperhatikan hasil identifikasi permasalahan yang dilakukan serta mempersiapkan perangkat yang diperlukan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut: 1) pra observasi, yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara supervisor dengan guru mengenai apa yang akan diamati dan diperbaiki dari pengajaran yang dilakukan; 2) mempersiapkan instrumen supervisi berupa instrumen wawancara dan instrumen observasi. Instrumen wawancara terdiri dari dua jenis, yaitu wawancara pembelajaran. sebelum pembelajaran dan wawancara setelah 32 b. Pelaksanaan Langkah ini diwujudkan dengan melaksanakan skenario program supervisi klinis yang telah disusun dan disepakati bersama antara guru dengan supervisor. Langkah-langkah dalam kegiatan ini meliputi antara lain langkah sebagai berikut: 1) Melakukan observasi, yaitu supervisor mengamati guru dalam mengajar sesuai dengan fokus yang telah disepakati; 2) Supervisor melakukan wawancara sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran; c. Pengamatan Observasi dilaksanakan pada saat berlangsungnya kegiatan supervisi klinis guna perbaikan kinerja guru dalam pembelajaran. Langkah-langkah dalam tahapan ini antara lain meliputi: 1) Supervisor melakukan observasi dengan mengacu pada instrument observasi yang telah disusun. Aspek-aspek yang diamati meliputi aspek persiapan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. 2) Supervisor dan guru bersama-sama melakukan analisis terhadap hasil pengamatan. d. Refleksi Hasil Tindakan Tahap refleksi dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Dari hasil analisis dilakukan refleksi untuk menentukan siklus berikutnya. Pada tahap ini supervisor dan guru merumuskan langkah-langkah perbaikan, dan pembuatan rencana untuk perbaikan. Rencana tindakan penelitian 33 dilaksanakan atau disusun terperinci setiap siklusnya, sesuai jadwal dan alokasi waktu berdasarkan rancangan penelitian. C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan analisis dokumen. a. Observasi Observasi dilakukan terhadap praktek pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dengan lima indikator yang meliputi: a) penyusunan program pembelajaran, b) pelaksanaan program pembelajaran, c) pelaksanaan evaluasi, d) analisis evaluasi, dan e) pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. b. Wawancara Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Fokus wawancara ditekankan pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru. c. Dokumen Adapun analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen-dokumen administrasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yang meliputi RPP dan evaluasi hasil pembelajaran 2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar observasi. 34 D. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Prosedur analisisnya menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulangulang sampai program dinyatakan berhasil. 2. Indikator Kinerja Penelitian Keberhasilan tindakan supervisi didasarkan pada 8 (delapan) aspek penilaian ketrampilan guru dalam pembelajaran. Ke delapan keterampilan dasar mengajar, meliputi: 1) Keterampilan memberi penguatan, 2) Keterampilan bertanya, 3) Keterampilan variasi, 4) Keterampilan menjelaskan, 5) membuka dan menutup pelajaran, 6) Keterampilan mengelola kelas, 7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,dan 8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Skala penilaian pada setiap aspek terdiri dari 1 untuk ketrampilan sangat kurang, 2 untuk ketrampilan kurang, 3 untuk ketrampilan cukup, 4 untuk ketrampilan baik, dan 5 untuk ketrampilan sangat baik. Guru dianggap mampu apabilan mempunyai penilaian dengan skala cukup pada setiap aspek penilaian. Dengan demikian maka indikator keberhasilan tindakan supervisi klinis dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tindakan supervisi klinis dianggap berhasil apabila guru memperoleh nilai 3 atau cukup pada setiap aspek penilaian. 35 b. Tindakan supervisi klinis dianggap berhasil apabila guru memperoleh nilai 3 atau cukup dengan tingkat pencapaian > 70% dari 8 aspek penilaian yang dilakukan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal Kelas I di SD Negeri Soropadan No. 108 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta pada tahun pelajaran 2012/2013 memiliki 32 orang siswa. Hasil pengamatan pada kondisi awal mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa belum dapat membaca. Hal ini ditunjukkan dari hasil laporan penilaian yang dilakukan oleh guru kelas, yaitu bahwa siswa yang sudah memiliki kemampuan membaca awal dengan ketuntasan 65 baru mencapai 15 siswa atau 46,88%. Sisanya sebanyak 17 siswa atau 53,12% belum dapat membaca. Pengamatan pada aspek metode pembelajaran yang digunakan guru menunjukkan bahwa guru menggunakan metode mengajar yang kurang tepat. Hal ini ditunjukkan dengan dokumen RPP yang disusun guru yang masih belum sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pengamatan selanjutnya dilakukan terhadap ketrampilan guru dalam pembelajaran. Ketrampilan difokuskan pada 8 aspek keterampilan dasar mengajar, yaitu 1) Keterampilan memberi penguatan, 2) Keterampilan bertanya, 3) Keterampilan variasi, 4) Keterampilan menjelaskan, 5) membuka dan menutup pelajaran, 6) Keterampilan 36 37 mengelola kelas, 7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,dan 8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Penilaian dilakukan dengan skala 1 – 5, yaitu 5 untuk ketrampilan Sangat Baik, 4 untuk ketrampilan Baik, 3 untuk ketrampilan Cukup, 2 untuk ketrampilan Kurang, dan 1 untuk ketrampilan Sangat Kurang. Dengan demikian maka skor minimum yang diperoleh adalah 8 dan skor maksimum sebesar 40. Hasil penilaian pada aspek ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan mengindikasikan bahwa guru masih mempunyai kemampuan yang kurang dalam pembelajaran, yaitu dengan skor rata-rata sebesar 2,0. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu upaya perbaikan untuk meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan. Data penilaian ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada kondisi awal dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 2 Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Kondisi Awal No. 1 2 3 4 5 Aspek Penilaian Keterampilan memberi penguatan (A) Keterampilan bertanya (B) Keterampilan melakukan variasi (C) Keterampilan menjelaskan (D) Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran (E) 6 Keterampilan mengelola kelas (F) 7 Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (G) 8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (H) Total Skor Rata-rata Skor 2 2 1 2 3 Keterangan Kurang Kurang Sangat Kurang Kurang Cukup 2 2 Kurang Kurang 2 Kurang 16 2 Kurang 38 Hasil pengamatan terhadap ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada kondisi awal menunjukkan bahwa kelemahan yang paling menonjol pada guru adalah pada aspek ketrampilan melakukan variasi. Ketrampilan melakukan variasi yang masih kurang pada guru kelas I mencakup ketrampilan melakukan variasi: 1) dalam gaya mengajar yang meliputi variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, pergantian posisi guru, kontak pandang serta gerakan badan dan mimik; 2) pola interaksi dan kegiatan; serta 3) penggunaan alat bantu pengajaran yang meliputi alat/bahan yang dapat didengar, diihat, dan dimanipulasi. Kelemahan yang masih ada pada guru terutama terlihat dari penggunaan alat bantu pembalajaran di mana guru tidak menggunakan gambar dalam mengajar membaca permulaan. Hal ini berdampak pada adanya kesulitan bagi siswa yang belum dapat membaca untuk mengikuti apa yang diajarkan guru. Data ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada kondisi awal berdasarkan aspek penilaian tersebut di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut. 39 3 3 2 2.5 2 2 2 2 2 2 1 1.5 1 0.5 0 A B C A D B C E D E F F G G H H Gambar 3 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Kondisi Awal 2. Deskripsi Tindakan Siklus I a. Perencanaan Berdasarkan hasil pengamatan pada kondisi awal, selanjutnya disusun suatu perencanaan untuk tindakan perbaikan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan ini antara lain meliputi sebagai berikut: 1) Kepala sekolah selaku supervisor dengan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan; 2) Pada tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung; 3) Kepala sekolah selaku supervisor bersama-sama dengan guru mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran. 40 4) Kepala sekolah selaku supervisor bersama-sama dengan guru mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati. 5) Kepala sekolah selaku supervisor bersama-sama dengan guru memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya 6) Kepala sekolah selaku supervisor bersama-sama dengan guru membahas tentang instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan. b. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan supervisi klinis pada tindakan Siklus I dilaksanakan pada minggu ke IV bulan Juli tahun 2012, yaitu pada hari Sabtu, 28 Juli 2012. Pelaksanaan supervisi dilakukan di ruangan kepala sekolah dengan memanggil guru kelas I ke ruangan kepala sekolah. Kegiatan tatap muka dengan guru adalah berupa pertemuan pendahuluan. Pada pertemuan ini, kepala sekolah menanyakan beberapa hal kepada guru tentang persiapan yang dilakukan guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Beberapa hal yang menjadi fokus dalam pertemuan awal sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran antara kepala sekolah dengan guru meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) KD/Indikator yang 41 akan disajikan guru dalam pembelajaran; 2) metode yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran KD tersebut dan alasan guru memilih metode tersebut; 3) Alat dan bahan (Sumber Belajar) yang disiapkan guru dan alasan menggunakan alat tersebut; 4) menyimak penjelasan guru tentang tahapan pembelajaran yang akan disajikan; 5) memeriksa persiapan tertulis apa saja yang disiapkan guru; 6) menanyakan tentang materi yang dianggap sulit oleh siswa berdasarkan perkiraan guru dan alasannya; 7) menanyakan tentang kompetensi yang bisa dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan harapan guru; dan 8) menanyakan hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari guru pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Gambar 4. Kegiatan Supervisi Klinis Tindakan Siklus I 42 c. Pengamatan Pengamatan dilakukan di kelas pada saat guru mengajar. Pengamatan pada tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 Juli 2012. Pada tahap ini, guru melatih perilaku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Kepala sekolah mengamati dan mencatat perilaku guru ketika mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang diminta oleh guru untuk dicatat dan diamati. Gambar 5 Pengamatan di Kelas pada Tindakan Siklus I Hasil pengamatan maupun wawancara pada tindakan Siklus I dapat dipaparkan sebagai berikut: 43 1) Hasil Wawancara Pertemuan Pendahuluan Wawancara yang dilakukan pada pertemuan pendahuluan di ruangan kepala sekolah mengindikasikan hasil-hasil sebagai berikut: a) KD/Indikator yang akan disajikan guru dalam pembelajaran belum memuaskan. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya kesesuaian antara KD dengan indikator dalam pembuatan RPP yang dilakukan oleh guru. b) Metode yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran KD tersebut kurang tepat. Metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah sehingga kurang tepat bagi siswa kelas I yang belum dapat membaca. c) Alat dan bahan (Sumber Belajar) yang disiapkan guru hanya berupa buku teks, yaitu satu siswa menghadapi satu buku. Langkah ini kurang tepat karena siswa belum dapat membaca sehingga diperlukan alat bantu pembelajaran. Berangkat dari hal ini, kepala sekolah menyarankan penggunaan alat peraga berupa gambar untuk membantu siswa dalam memahami bacaan yang hendak diajarkan. d) Tahapan pembelajaran yang akan disajikan oleh guru yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup masih perlu disempurnakan. Hal ini dikarenakan guru masih lemah dalam hal melakukan variasi dalam pembelajaran. 44 e) Hasil pemeriksaan terhadap persiapan tertulis yang dipersiapkan guru menunjukkan bahwa guru belum dapat menyusun RPP dengan benar. Untuk itu kepala sekolah selaku supervisor memberikan bimbingan kepada guru dalam menyusun RPP dengan baik. f) Materi yang dianggap sulit oleh siswa berdasarkan perkiraan guru antara lain adalah apabila ada kata yang sulit atau sering tertukar misalnya ba, da, pa, ka,qa, ya, za dan sa. g) Guru sudah mengetahui dengan baik tentang kompetensi yang bisa dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan harapan guru. h) Guru kesulitan dalam menjelaskan tentang hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari guru pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Hasil Pengamatan di Kelas Hasil pengamatan di kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu kemampuan siswa dalam membaca permulaan dan ketrampilan guru dalam pembelajaran. Kemampuan siswa dalam membaca pemahaman diketahui dari hasil pengamatan secara kasar yang dilakukan kepala sekolah pada saat kunjungan kelas, sedangkan ketrampilan guru dalam pembelajaran diamati berdasarkan 8 aspek ketrampilan sesuai kesepakatan antara guru 45 dengan kepala sekolah pada pertemuan pendahuluan. Hasil-hasil pengamatan dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Kemampuan Siswa dalam Membaca Permulaan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara kasar, jumlah siswa yang sudah dianggap dapat membaca permulaan mengalami peningkatan dibandingkan pada kondisi awal. Hal ini diindikasikan dari banyaknya siswa yang sudah dapat menguasai ketrampilan membaca permulaan sudah mencapai sekitar 21 orang siswa atau 65,63%, sedangkan sisanya sekitar 11 siswa atau 34,37% belum dapat membaca. Tabel 3 Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus I No Kemampuan Membaca Jumlah % 1. Tuntas 21 65.63 2. Belum Tuntas 11 34.37 Jumlah 32 100.00 Data kemampuan membaca permulaan siswa pada tindakan Siklus I di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram berikut. 46 21 25 20 11 15 10 5 0 Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Gambar 6 Diagram Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus I b) Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran Hasil penilaian pada aspek ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus I mengindikasikan bahwa ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat ketercapaian ketrampilan pada skala cukup yang mencapai 50% dari 8 aspek penilaian. Data penilaian ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus I dapat disajikan sebagai berikut: 47 Tabel 4 Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Tindakan Siklus I No. 1 2 3 4 5 Aspek Penilaian Keterampilan memberi penguatan (A) Keterampilan bertanya (B) Keterampilan melakukan variasi (C) Keterampilan menjelaskan (D) Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran (E) 6 Keterampilan mengelola kelas (F) 7 Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (G) 8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (H) Total Skor Rata-rata Skor 3 2 2 3 3 Keterangan Cukup Kurang Kurang Cukup Cukup 3 2 Cukup Kurang 2 Kurang 20 2.5 Kurang (+) Hasil pengamatan terhadap ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus I menunjukkan bahwa kelemahan yang masih ada pada guru adalah pada empat aspek ketrampilan, yaitu: 1) ketrampilan bertanya; 2) ketrampilan melakukan variasi; 3) ketrampilan penggunaan membimbing diskusi kelompok kecil; dan 4) ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Data ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus I berdasarkan aspek penilaian tersebut di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut. 48 3 3 3 3 3 2.5 2 2 2 2 2 1.5 1 0.5 0 A B C A D B C E D E F F G G H H Gambar 7 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan pada Tindakan Siklus I d. Refleksi Hasil Tindakan Berdasarkan hasil pengamatan baik yang dilakukan di kelas maupun dari hasil wawancara pada pertemuan awal yang dilakukan antara guru dengan kepala sekolah, selanjutnya dapat dikemukakan refleksi hasil tindakan Siklus I sebagai berikut. 1) Ketrampilan guru dalam persiapan pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan pada kondisi awal. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya pengetahuan guru dalam penyusunan RPP dibandingkan tahap sebelumnya, meskipun masih memerlukan perbaikan dalam beberapa hal. 2) Metode pembelajaran yang dilakukan guru sudah semakin baik. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya siswa yang menguasai ketrampilan membaca permulaan dibandingkan tahap sebelumnya. 49 Jumlah siswa yang sudah dianggap mampu menguasai ketrampilan membaca permulaan mengalami peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya, yaitu dari 42.5% menjadi 65.0%. 3) Penguasaan ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca ketrampilan lebih baik dibandingkan tahap sebelumnya. Pada kondisi awal, tingkat penguasaan guru terhadap 8 aspek ketrampilan yang dinilai baru mencapai 1 aspek atau 12.5% yang sudah mencapai ketrampilan dengan skala Cukup. Pada tindakan Siklus I, tingkat penguasaan guru terhadap aspek ketrampilan mengajar mencapai 4 aspek atau 50% dengan skala Cukup. 4) Hal-hal yang masih dianggap kurang dijadikan sebagai masukan bagi guru untuk perbaikan pada tindakan Siklus II. 3. Deskripsi Tindakan Siklus II a. Perencanaan Perencanaan tindakan Siklus II dilakukan dengan mengacu pada hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Kepala sekolah sebagai supervisor melakukan analisis pendahuluan tentang catatan/rekaman hasil observasi yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan pada tahap pertemuan lanjutan. 2) Kepala sekolah sebagai supervisor menanyakan pendapat guru secara umum ketika ia mengajar serta memberi penguatan. 50 3) Kepala sekolah sebagai supervisor bersama-sama dengan guru mengkaji ulang tujuan pelajaran. 4) Kepala sekolah sebagai supervisor bersama-sama dengan guru mengkaji ulang target keterampilan serta perhatian utama guru. 5) Kepala sekolah sebagai supervisor menunjukan serta mengkaji bersama guru hasil observasi (Rekaman data). 6) Kepala sekolah sebagai supervisor menanyakan pendapat guru tentang hasil rekaman data tersebut. 7) Kepala sekolah sebagai supervisor bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya terjadi atau tercapai. 8) Kepala sekolah sebagai supervisor bersama-sama dengan guru menentukan dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada tindakan berikutnya. b. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan supervisi klinis pada tindakan Siklus II dilaksanakan pada minggu ke III bulan Agustus tahun 2012, yaitu pada hari Senin, 20 Agustus 2012. Pelaksanaan supervisi dilakukan di ruangan kelas I dengan cara kepala sekolah mendatangi ruangan kelas setelah jam pelajaran selesai. Kegiatan tatap muka dengan guru adalah berupa pertemuan pendahuluan. Pada pertemuan ini, kepala sekolah menanyakan 51 beberapa hal kepada guru tentang persiapan yang dilakukan guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Beberapa hal yang menjadi fokus utama sebagai langkah perbaikan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) kepala sekolah dengan guru mengkaji ulang KD/Indikator yang akan disajikan guru dalam pembelajaran; 2) kepala sekolah dengan guru mengkaji ulang metode yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran KD tersebut; 3) kepala sekolah dengan guru mengkaji ulang alat dan bahan (Sumber Belajar) yang disiapkan guru; 4) kepala sekolah menyimak penjelasan guru tentang tahapan pembelajaran yang akan disajikan; 5) kepala sekolah memeriksa persiapan tertulis apa saja yang disiapkan guru; 6) kepala sekolah menanyakan tentang materi yang dianggap sulit oleh siswa berdasarkan perkiraan guru dan alasannya; 7) kepala sekolah menanyakan tentang kompetensi yang bisa dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan harapan guru; dan 8) kepala sekolah menanyakan hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari guru pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. 52 Gambar 8 Kepala Sekolah Melaksanakan Supervisi Klinis di Ruang Kelas I pada Tindakan Siklus II c. Pengamatan Pengamatan dilakukan di kelas pada saat guru mengajar. Pengamatan pada tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 September 2012. Pada tahap ini, guru melatih perilaku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan guna perbaikan. Kepala sekolah mengamati dan mencatat perilaku guru ketika mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang diminta oleh guru untuk dicatat dan diamati. 53 Gambar 9 Kegiatan Pembelajaran pada Tindakan Siklus II Hasil pengamatan maupun wawancara pada tindakan Siklus II dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Hasil Wawancara Pertemuan Pendahuluan a) KD/Indikator yang akan disajikan guru dalam pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan sudah adanya kesesuaian antara KD dengan indikator dalam pembuatan RPP yang dilakukan oleh guru. b) Metode yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran KD tersebut sudah tepat. Metode yang digunakan oleh guru adalah mengambil dan menempel suku kata disertai gambar. Penempelan suku kata yang dilakukaa guru pada saat 54 berlangsungnya membaca permulaan merupakan bagian dari terbentuknya sebuah kata. Suku kata itu dapat terbentuk melalui proses sintesis dari dua huruf dan mungkin juga terbentuk melalui proses dari sebuah kata. c) Alat dan bahan (Sumber Belajar) yang disiapkan guru sudah tepat. d) Tahapan pembelajaran yang akan disajikan oleh guru yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup masih perlu disempurnakan. Kelamahan yang ada masih pada aspek ketrampilan melakukan variasi dalam pembelajaran. e) Hasil pemeriksaan terhadap persiapan tertulis yang dipersiapkan guru menunjukkan bahwa guru semakin baik dalam penyusunan RPP. Untuk itu kepala sekolah selaku supervisor hanya memberikan bimbingan perbaikan kepada guru dalam menyusun RPP dengan lebih baik. f) Materi yang dianggap sulit oleh siswa berdasarkan perkiraan guru sudah diminimalisir. g) Guru sudah mengetahui dengan baik tentang kompetensi yang bisa dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan harapan guru. h) Guru dapat menjelaskan tentang hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari guru pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. 55 2) Hasil Pengamatan di Kelas a) Kemampuan Siswa dalam Membaca Permulaan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara kasar, jumlah siswa yang sudah dianggap dapat membaca permulaan mengalami peningkatan dibandingkan pada tindakan sebalumnya. Hal ini diindikasikan dari banyaknya siswa yang sudah dapat menguasai ketrampilan membaca permulaan sudah mencapai sekitar 27 orang siswa atau 84.38%, sedangkan sisanya sekitar 5 siswa atau 15.62% belum dapat membaca dengan baik. Data ketrampilan membaca permulaan siswa pada tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut. Tabel 5 Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus II No Kemampuan Membaca Jumlah % 1. Tuntas 27 84.38 2. Belum Tuntas 5 15.62 Jumlah 32 100.00 Data kemampuan membaca permulaan siswa pada tindakan Siklus II di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram berikut. 56 27 30 25 20 15 5 10 5 0 Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Gambar 10 Diagram Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Tindakan Siklus II b) Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Hasil penilaian pada aspek ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus II mengindikasikan bahwa ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan semakin meningkat dibandingkan pada tindakan sebalumnya. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat ketercapaian ketrampilan pada skala cukup yang mencapai 6 dari 8 aspek penilaian atau 75.0%. Data penilaian ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus II dapat disajikan sebagai berikut: 57 Tabel 6 Penilaian Ketrampilan Mengajar Guru Pada Tindakan Siklus II No. 1 2 3 4 5 Aspek Penilaian Keterampilan memberi penguatan (A) Keterampilan bertanya (B) Keterampilan melakukan variasi (C) Keterampilan menjelaskan (D) Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran (E) 6 Keterampilan mengelola kelas (F) 7 Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (G) 8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (H) Total Skor Rata-rata Skor 4 4 3 4 5 Keterangan Baik Baik Cukup Baik Sangat Baik 4 3 Baik Cukup 3 Cukup 30 3.75 Cukup (+) Hasil pengamatan terhadap ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus II menunjukkan bahwa kelemahan yang masih ada pada guru adalah pada dua aspek ketrampilan dengan nilai yang masih pada skala Kurang. Kedua aspek tersebut adalah: 1) aspek melakukan variasi; dan 2) aspek ketrampilan penggunaan membimbing diskusi kelompok kecil. Atas dasar hal tersebut maka guru perlu meningkatkan ketrampilan pada kedua aspek tersebut. Data ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada tindakan Siklus II berdasarkan aspek penilaian tersebut di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut. 58 Gambar 11 Diagram Ketrampilan Mengajar Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan pada Tindakan Siklus II d. Refleksi Hasil Tindakan Mengacu pada hasil tindakan perbaikan melalui supervisi klinis pada tindakan Siklus II, selanjutnya dapat dikemukakan refleksi hasil tindakan sebagai berikut: 1) Supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah dapat meningkatkan ketrampilan guru kelas I dalam pembelajaran membaca permulaan. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya penguasaan guru terhadap aspek-aspek pembelajaran pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. 2) Supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah dapat meningkatkan pembelajaran membaca permulaan bagi guru kelas I. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya ketrampilan siswa dalam penguasaan membaca permulaan pada setiap siklus 59 tindakan. Hasil ini menunjukkan bahwa guru semakin baik dalam penguasaan metode pembelajaran membaca permulaan. 3) Hal-hal yang masih dirasa kurang menjadi perhatian untuk perbaikan di masa mendatang. B. Pembahasan Hasil Tindakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru kelas I di SD Negeri Soropadan I No. 108 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Peningkatan ketrampilan tersebut diindikasikan dengan semakin meningkatnya penguasaan aspek-aspek pembelajaran oleh guru pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru kelas I di SD Negeri Soropadan I No. 108 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya penguasaan guru terhadap aspek-aspek pembelajaran yang dilakukan dan berdampak pada meningkatnya penguasaan siswa dalam ketrampilan membaca permulaan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Ketrampilan guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Pada kondisi awal, tingkat penguasaan guru terhadap aspek pembelajaran dengan skala cukup baru mencapai 1 aspek 60 ketrampilan atau 12.5%. Pada tindakan siklus I, ketrampilan guru mengalami peningkatan menjadi 50% atau 4 aspek ketrampilan dengan skala cukup. Ketrampilan guru mengalami peningkatan pada tindakan siklus II hingga mencapai 6 aspek ketrampilan dengan skala cukup atau 75%. Tabel 7 Perkembangan Tingkat Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Aspek Penilaian Keterampilan memberi penguatan (A) Keterampilan bertanya (B) Keterampilan menjelaskan (D) Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran (E) Keterampilan mengelola kelas (F) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (G) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (H) Ketercapaian Awal 2 Tindakan Siklus I 3 Siklus II 4 2 1 2 3 2 2 3 3 4 3 4 5 2 2 3 2 4 3 2 2 3 12.5% 50.0% 75.0% Data perkembangan ketrampilan guru dalam pembelajaran ketrampilan membaca permulaan dari kondisi awal hingga tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam diagram berikut. 61 Gambar 12 Diagram Ketrampilan Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Kondisi Awal – Tindakan Siklus II Meningkatnya penguasaa guru terhadap aspek-aspek ketrampilan dalam pembelajaran membaca permulaan mendorong adanya peningkatan penguasaan ketrampilan membaca permulaan pada siswa. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya penguasaan siswa terhadap ketrampilan membaca permulaan. Pada kondisi awal, tingkat penguasaan siswa terhadap ketrampilan membaca permulaan yang ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa pada KKM 65 baru mencapai 46.88% atau baru 15 orang dari 32 siswa yang sudah dapat membaca. Meningkatnya ketrampilan guru dalam pembelajaran, sebagai dampak supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah, menjadikan pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna. Hal ini berhasil meningkatkan penguasaan siswa terhadap ketrampilan membaca permulaan yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang sudah dapat membaca hingga menjadi 21 orang atau 65.63%. 62 Perbaikan yang terus dilakukan melalui supervisi klinis semakin meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang menguasai ketrampilan membaca permulaan sehingga mencapai 27 orang siswa atau mencapai 84.38% pada akhir tindakan Siklus II. Tabel 8 Tingkat Penguasaan Ketrampilan Membaca Permulaan Siswa Kondisi Awal – Tindakan Siklus II No. Ketuntasan 1. Tuntas 2. Blm Tuntas Jumlah Awal Jumlah % 15 65.63 17 34.37 32 100.0 Siklus I Jumlah % 21 65.63 11 34.38 32 100.0 Siklus II Jumlah % 27 84.38 5 15.62 32 100.0 Data tingkat penguasaan siswa terhadap ketrampilan membaca permulaan dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram berikut. 27 30 21 25 17 20 15 11 15 10 5 5 0 Awal Siklus I Tuntas Siklus II Belum Tuntas Gambar 13 Diagram Penguasaan Ketrampilan Membaca Permulaan pada Siswa dari Kondisi Awal – Akhir Tindakan Siklus II 63 Gambaran tersebut di atas menunjukkan bahwa peningkatan ketrampilan guru dalam pembelajaran yang dilakukan melalui supervisi klinis oleh kepala sekolah dapat berdampak terhadap meningkatnya kualitas pembelajaran. Dampak tersebut merupakan implikasi dari salah satu tujuan supervisi klinis, yaitu membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi pembelajaran. Proses belajar mengajar di kelas memerlukan pengusaan keterampilan dasar kuat untuk mendukung ketrampilan guru yang memiliki kepercayaan yang tinggi di depan kelas. Djamarah (2000) menyebutkan bahwa ada delapan keterampilan dasar mengajar, yaitu 1) Keterampilan memberi penguatan, 2) Keterampilan bertanya, 3) Keterampilan variasi, 4) Keterampilan menjelaskan, 5) membuka dan menutup pelajaran, 6) Keterampilan mengelola kelas, 7) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,dan 8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Pembahasan tentang bagian ini dikutip dari uraian Imran, Ali (1995) dan Winataputra. (2003). Ketrampilan guru dalam pembelajaran tersebut di atas dapat ditingkatkan melalui supervisi klinis yang dilakukan oleh supervisor, yaitu kepala sekolah. Hal ini sejalan dengan pengertian dari supervisi klinis itu sendiri, yaitu bahwa supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, selanjutnya dapat dikemukakan simpulan penelitian sebagai berikut: 1. Langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 dilakukan sebagai berikut: a. Supervisi klinis dilakukan melalui prosedur berbentuk siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan. b. Pada tahap pertemuan awal, kepala sekolah selaku supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. c. Pada tahap pengamatan, guru melatih perilaku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Di pihak lain supervisor mengamati dan mencatat perilaku guru ketika mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang diminta oleh guru. d. Pada tahap pertemuan lanjutan, supervisor mengadakan analisis pendahuluan tentang hasil observasi. 64 65 2. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran membaca permulaan pada guru Kelas I di SD Negeri I Soropadan No. 108 UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya penguasaan guru terhadap aspek-aspek pembelajaran yang dilakukan dan berdampak pada meningkatnya penguasaan siswa dalam ketrampilan membaca permulaan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. B. Saran Berdasarkan simpulan penelitian di atas, selajutnya dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi klinis yang dilakukan secara sistematis mampu meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada kepala sekolah agar lebih sabar dalam memberikan bimbingan kepada guru. 2. Bagi Guru Keberhasilan supervisi klinis sangat tergantung kepada sejauhmana pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan professional yang dimilikinya dan sejauhmana guru secara terbuka melaksanakan bimbingan yang telah diberikan oleh pengawas. Untuk itu guru harus lebih terbuka agar kepala sekolah mengetahui hambatan yang dihadapi guru. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Anderson, R. C. 1972. Language Skills in Elementary Education. New York: Macmillan Publishing Co, Inc Akhadiah, Sabarti dkk. 1991. Menulis I. Buku Materi Pokok. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan: Untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badudu. J. S. 1993. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah: Tinjauan dari Masa ke Masa, Bambang Kaswanti Purwo (ed), Pelba 6. Yogyakarta: Kanasius. Cleary, Linda Miller dan Michael D. Linn. 1993. Linguistics for Teachers. New York: McGraw-Hill Depdikbud. 1994/1995. Petunjuk Teknis Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Aswain zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Gibbons, Pauline. 1993. Learning to Learn in a Second Language. Australia: Heinemann Portsmouth NH. Harris A.J dan Edward R. Sipay. 1980. How to Increase Reading Ability. New York : Longman. Hamalik, Oemar. 1993. Praktek Keguruan. Bandung Tarsito. Imran, Ali. 1995. Pembinaan Guru Indonesia. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Joni, Raka T., 1990. Strategi Belajar Mengajar: Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta. P3G. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Keraf, Gorys. 2004. Narasi dan Argumentasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Muchlisoh. 1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud. 66 67 Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional.. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyono, Abdulrahman. 2006. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Rifai, Mohd. 1982. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars. Semiawan, Conny. R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi. Slamet, St. Y. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Smith, F. 1985. Reading. Cambridge: Cambridge University Press. Sudrajat, Akhmad. 2010. “Supervisi Klinis” Artikel. http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2010/03/28/instrumen-supervisi-klinis/ Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca di Kelas – Kelas Awal Sekolah Dasar. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia pada FPBS Universitas Negeri Malang. Malang: Universitas Negeri Malang. Tarigan, Djago. 1989. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Jakarta: Pusat. Taufiq, Akhmad. 2007. Peningkatan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permlaan dengan Menggunakan Media Kotak Ajaib sebagai Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan) pada Siswa Kelas I SD Negeri Jatra Timur Banyuates Sampang. Skiripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Vacca, Jo Anne L., Richard T. Vacca., and Mary K. Gove. 1987. Reading and Learning to Read. Boston: Scott, Foresman and Company. Winataputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086 SURAT KETERANGAN Nomor: 071/ 1024 Yang bertandatangan di bawah ini Kepala Sekolah Dasar Negeri Soropadan No. 108 Surakarta menerangkan bahwa dengan ini kami memberikan ijin kepada yang tersebut di bawah ini: Nama : Siti Rakhmiyati, M. Pd. NIP : 19591107 198303 2 007 Pangkat/ Gol. : Pembina/ IV A Unit Kerja : SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta Untuk melakukan penelitian tindakan dengan judul: ”PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I DI SD N SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013” Demikian surat ijin ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Surakarta, 10 Juli 2012 Kepala SD Negeri Soropadan No 108 Surakarta Siti Rakhmiyati, M. Pd Pembina NIP. 19591107 198303 2 007 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086 BERITA ACARA TINDAKAN SIKLUS I Pada hari ini, Sabtu tanggal Dua puluh delapan bulan Juli tahun Dua ribu dua belas telah dilaksanakan Kegiatan Supervisi Klinis Guna Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas I dalam Pembelajaran Membaca Permulaan. Pada Sekolah : SD NEGERI Soropadan No. 108 Surakarta Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086, Dimulai Pukul : 10.30 sampai dengan pukul 12.00 Catatan selama Kegiatan Supervisi Klinis berlangsung: .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya. Guru Kelas I Wasiyati, S.Pd SD NIP. .................................. Surakarta, 28 Juli 2012 Yang Membuat Berita Acara Kepala SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta Siti Rakhmiyati, M. Pd. NIP. 19591107 198303 2 007 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086 INSTRUMEN SUPERVISI KLINIS KONDISI AWAL 1. Nama Sekolah 2. Nama Guru : SD Negeri Soropadan No.108 : Wasiyati, S.Pd SD. 3. 4. 5. 6. 7. : I (satu) : Bahasa Indonesia : I ( Gasal ) : ……………………………………………… : Kelas Mata Pelajaran Semester Hari/Tanggal/ Jam Ke Kompetisi Dasar 8. Jumlah Siswa No : ….. orang, hadir …… orang, tidak hadir …. Aspek-aspek yang di observasi 1 2 3 4 5 Keterampilan memberi penguatan (A) Keterampilan bertanya (B) Keterampilan melakukan variasi (C) Keterampilan menjelaskan (D) Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran (E) 6 Keterampilan mengelola kelas (F) 7 Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (G) 8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (H) Jumlah Keterangan Ideal 5 5 5 5 5 Nilai Riil Ketercapaian 2 40% 2 40% 1 20% 2 40% 60% 3 5 2 40% 40% 5 2 5 2 40 16 40.0% Kurang 40% Catatan : ......................................................................................................................................... ............................................................................................................................... Guru Kelas Surakarta, 14 Juli 2012 Kepala Sekolah Wasiyati, S.Pd SD NIP. …………………….. Siti Rakhmiyati, M. Pd. NIP. 19591107 198303 2 007 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086 INSTRUMEN SUPERVISI KLINIS TINDAKAN SIKLUS I 9. Nama Sekolah 10. Nama Guru : SD Negeri Soropadan No.108 : Wasiyati, S.Pd SD 11. Kelas 12. Mata Pelajaran 13. Semester 14. Hari/Tanggal/ Jam Ke 15. Kompetisi Dasar : I (satu) : Bahasa Indonesia : I ( Gasal ) : ……………………………………………… : ……………………………………………… 16. Jumlah Siswa : ….. orang, hadir …… orang, tidak hadir …. No Aspek-aspek yang di observasi 1 2 3 4 5 Keterampilan memberi penguatan (A) Keterampilan bertanya (B) Keterampilan melakukan variasi (C) Keterampilan menjelaskan (D) Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran (E) 6 Keterampilan mengelola kelas (F) 7 Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (G) 8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (H) Jumlah Keterangan Ideal 5 5 5 5 5 5 5 5 40 Nilai Riil Ketercapaian 3 60% 2 40% 2 20% 3 60% 3 60% 3 2 2 60% 40% 40% 20 50.0% Kurang Catatan : ......................................................................................................................................... ............................................................................................................................... Guru Kelas Surakarta, 28 Juli 2012 Kepala Sekolah Wasiyati, S.Pd SD NIP. …………………….. Siti Rakhmiyati, M. Pd. NIP. 19591107 198303 2 007 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086 INSTRUMEN SUPERVISI KLINIS TINDAKAN SIKLUS II 17. Nama Sekolah 18. Nama Guru : SD Negeri Soropadan No.108 : Wasiyati, S.Pd SD 19. Kelas 20. Mata Pelajaran 21. Semester 22. Hari/Tanggal/ Jam Ke 23. Kompetisi Dasar : I (satu) : Bahasa Indonesia : I ( Gasal ) : ……………………………………………… : ……………………………………………… 24. Jumlah Siswa : ….. orang, hadir …… orang, tidak hadir …. No Aspek-aspek yang di observasi 1 2 3 4 5 Keterampilan memberi penguatan (A) Keterampilan bertanya (B) Keterampilan melakukan variasi (C) Keterampilan menjelaskan (D) Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran (E) 6 Keterampilan mengelola kelas (F) 7 Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (G) 8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan (H) Jumlah Keterangan Ideal 5 5 5 5 Nilai Riil Ketercapaian 4 80% 4 80% 3 60% 4 80% 5 5 100% 5 4 80% 5 3 60% 5 3 60% 40 30 75.0% Cukup Baik Catatan : ......................................................................................................................................... ............................................................................................................................... Guru Kelas Surakarta, 20 Agustus 2012 Kepala Sekolah Wasiyati, S.Pd SD NIP. …………………….. Siti Rakhmiyati, M. Pd. NIP. 19591107 198303 2 007 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SEKOLAH DASAR NEGERI SOROPADAN NO. 108 UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086 BERITA ACARA TINDAKAN SIKLUS II Pada hari ini, Senin tanggal Dua puluh bulan Agustus tahun Dua ribu dua belas telah dilaksanakan Kegiatan Supervisi Klinis Guna Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas I dalam Pembelajaran Membaca Permulaan. Pada Sekolah : SD NEGERI Soropadan No. 108 Surakarta Alamat : Jl. Srikoyo No. 8 Rt. 1/IV Karangasem Laweyan Surakarta, Telp. 0271-726086, Dimulai Pukul : 10.30 sampai dengan pukul 12.00 Catatan selama Kegiatan Supervisi Klinis berlangsung: .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya. Guru Kelas I Wasiyati, S.Pd SD NIP. .................................. Surakarta, 20 Agustus 2012 Yang Membuat Berita Acara Kepala SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta Siti Rakhmiyati, M. Pd. NIP. 19591107 198303 2 007

References (45)

  1. Lokasi Penelitian................................................................
  2. Waktu Penelitian ................................................................
  3. B. Prosedur Penelitian ................................................................
  4. C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................
  5. Teknik Pengumpulan Data .................................................
  6. Alat Pengumpulan Data .....................................................
  7. D. Teknik Analisis Data .............................................................
  8. Analisis Data .....................................................................
  9. Indikator Kinerja Penelitian ...............................................
  10. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ......................................................................
  11. Deskripsi Kondisi Awal ...................................................
  12. Deskripsi Tindakan Siklus I .............................................
  13. Deskripsi Tindakan Siklus II ............................................
  14. B. Pembahasan Hasil Tindakan .................................................. BAB V PENUTUP A. Simpulan ...............................................................................
  15. B. Saran .....................................................................................
  16. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
  17. Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
  18. Anderson, R. C. 1972. Language Skills in Elementary Education. New York: Macmillan Publishing Co, Inc
  19. Akhadiah, Sabarti dkk. 1991. Menulis I. Buku Materi Pokok. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
  20. Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan: Untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
  21. Badudu. J. S. 1993. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah: Tinjauan dari Masa ke Masa, Bambang Kaswanti Purwo (ed), Pelba 6. Yogyakarta: Kanasius.
  22. Cleary, Linda Miller dan Michael D. Linn. 1993. Linguistics for Teachers. New York: McGraw-Hill Depdikbud. 1994/1995. Petunjuk Teknis Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
  23. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
  24. Djamarah, Aswain zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Gibbons, Pauline. 1993. Learning to Learn in a Second Language. Australia: Heinemann Portsmouth NH.
  25. Harris A.J dan Edward R. Sipay. 1980. How to Increase Reading Ability. New York : Longman.
  26. Hamalik, Oemar. 1993. Praktek Keguruan. Bandung Tarsito.
  27. Imran, Ali. 1995. Pembinaan Guru Indonesia. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
  28. Joni, Raka T., 1990. Strategi Belajar Mengajar: Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta. P3G. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  29. Keraf, Gorys. 2004. Narasi dan Argumentasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
  30. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
  31. Muchlisoh. 1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud.
  32. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional.. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  33. Mulyono, Abdulrahman. 2006. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
  34. Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
  35. Rifai, Mohd. 1982. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
  36. Semiawan, Conny. R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.
  37. Slamet, St. Y. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
  38. Smith, F. 1985. Reading. Cambridge: Cambridge University Press.
  39. Sudrajat, Akhmad. 2010. "Supervisi Klinis" Artikel. http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2010/03/28/instrumen-supervisi-klinis/
  40. Syafi'ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca di Kelas -Kelas Awal Sekolah Dasar. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia pada FPBS Universitas Negeri Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.
  41. Tarigan, Djago. 1989. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Jakarta: Pusat.
  42. Taufiq, Akhmad. 2007. Peningkatan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permlaan dengan Menggunakan Media Kotak Ajaib sebagai Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan) pada Siswa Kelas I SD Negeri Jatra Timur Banyuates Sampang. Skiripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang
  43. Vacca, Jo Anne L., Richard T. Vacca., and Mary K. Gove. 1987. Reading and Learning to Read. Boston: Scott, Foresman and Company.
  44. Winataputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
  45. Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.