Plankton, Bentos, Density, Diversity, Pepe River: Pendahuluan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

BIOEDUKASI 85 Volume 5, Nomor 2 Halaman 81-91

ISSN:1693-2654 Meti Indrowati plankton, bentos, density , diversity, Pepe river Agustus 2012

IDENTIFIKASI JENIS, KERAPATAN DAN DIVERSITAS PLANKTON BENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR PERAIRAN SUNGAI PEPE SURAKARTA IDENTIFICATION, DENSITY AND DIVERSITY OF PLANKTON AND BENTOS AS BIOINDICATOR AT PEPE RIVER SURAKARTA METI INDROWATI1, TJAHJADI PURWOKO2, ESTU RETNANINGTYAS2, RARAS IKA YULIANTI1, SITI NURJANAH1, DWITO PURNOMO1, PANDU HARYO WIBOWO1
1

Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2Biologi FMIPA UNS

ABSTRACT
Plankton and benthos are two communities of organisms that can be used as bioindicator of aquatic environment. The purpose of this research were to determine kinds, density and diversity of plankton and benthos in Pepe river Surakarta as bioindicator. Study site was devided into 3 station as sampling location. Data sampling of identifying the type, density and calculating the value of diversity index (ID) according to Shannon Wiener formula. Investigations carried out measurements of environmental parameters, namely temperature, pH and Dissolved Oxygen The result showed that 1) identified 20 kinds of plankton in Pepe river Surakarta namely Spirogyra, Eustbidentat, Pleurosigma, Oscilatoria, Euglena, Aungilospora, Gonatozygon, Dendrospora, Amoeba, Blepharisma sp, Hapalosiphon, Skeletonema, Synura, Stentor, Worochinia, Leptomitus, Peridinium, Paramecium, Volvox, Rhizosolenia, and Lyngbia with the composition and density vary between each sampling site, 2) Identified 3 kinds of benthos in Pepe river Surakarta namely Melanoides sp, Lymnaea sp and Fimbria fimbriata with the composition and density vary between each sampling site and 3 ) the Shannon Wiener Diversity Index (ID) of plankton and benthos in Pepe river Surakarta ranged from 0.98 to 1.98, showing the condition of polluted waters from mild to severe, varied between sampling sites. Kata kunci : plankton, bentos, density , diversity, Pepe river

Pendahuluan
Perairan sungai merupakan salah satu ekosistem yang menjadi salah satu komponen utama dari lingkungan. Kondisi perairan sungai secara tidak langsung dapat menunjukkan kondisi lingkungan . Pe-

juga menghasilkan limbah yang apabila tidak ditangani dengan tepat dapat mengganggu keseimbangan Efek jangka panjang

lingkungan.

dari degradasi kualitas lingkungan dimungkinkan menjadi efek domino negative bagi sektor lain diantaranya kesehatan, sosial dan ekonomi. Sungai Pepe atau Kali Pepe merupakan salah satu sungai yang melintas di dalam kota Surakarta.

satnya pembangunan suatu kawasan di satu sisi membawa dampak positif berupa produk yang bermanfaat bagi masyarakat, akan tetapi di sisi lain

BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 81-91 Daerah hulu dimulai dari lereng gunung Merapi, melintasi beberapa kabupaten sebelum memasuki kota Surakarta dan daerah hilir bermuara di Bengawan Solo. Berdasar peta kota Surakarta yaitu peta Banjir dan Situasi Tanggul dari Proyek Bengawan Sala (PBS) Direktorat Jenderal Pengairan tahun 2001, terlihat bahwa Sungai Pepe merupakan salah satu elemen penting dalam menopang kehidupan lingkungan kota Surakarta. Sepanjang aliran Sungai Pepe terdapat dua pintu air yaitu Tirtonadi dan Demangan yang dibangun sebagai upaya pengelolaan genangan air dan banjir di kota Surakarta. Posisi Sungai pepe yang membelah dalam kota Surakarta dan tepiannya yang padat dengan hunian penduduk serta pesatnya pertumbuhan industri di Sungai pepe Surakarta membuat Sungai Pepe berpotensi besar menjadi tempat membuang limbah baik domestik maupun industri. Adanya limbah tersebut berpengaruh pada kualitas lingkungan perairan yang diantaranya dapat ditunjukkan keberadaannya menjadi penanda

84

kondisi lingkungan.

Krebs (2006)

menjelaskan bahwa kriteria organisme indicator dalam lingkup spesies atau diantaranya yaitu, dikenal

secara taksonomi dan stabil, sehingga diketahui toleransi dan requirementsnya, tinggal menetap di suatu wilayah, dapat diteliti dengan mudah, spesises bersifat khusus pada habitat tertentu dan spesies berhubungan dekat dengan kelompok taksa lain yang juga bisa sebagai indikator Secara khusus bahwa bioindikator komunitas adalah kelompok atau yang

organisme

keberadaannya atau perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi lingkungan, apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan berpengaruh terhadap keberadaaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai penunjuk kualitas lingkungan.

Keragaman jenis dan kerapatan makhluk hidup di perairan sungai merupakan sebagian dari bioindikator yang dapat menunjukkan kualitas lingkungan. Plankton dan bentos

dengan parameter kimia, fisika dan biologi. Parameter biologi dalam hal ini bioindikator sering dipergunakan sebagai salah satu parameter kualitas perairan. Bioindikator dapat berupa organisme atau respon biologi yang

merupakan dua golongan makhluk hidup yang dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas perairan. Plankton memiliki sifat unik karena posisinya yang berada di dasar piramida makanan, sehingga

85

Meti Indrowati plankton, bentos, density , diversity, Pepe river penelitian Astirin dkk (2001), Ferianita fachrul dkk (2005) serta Ari Susilowati dkk (2001). penelitian tersebut Hasil-hasil

pengetahuan akan kondisi jenis dan kerapatan plankton dapat menjadi dasar analisa kemelimpahan sumber daya serta memegang peran penting dalam mempengaruhi produktifitas primer perairan sungai. Sementara itu bentos juga memiliki sifat istimewa di mana kondisi makroskopisnya memungkinkan untuk digunakan sebagai biomonitor yaitu metode pemantauan kualitas air dengan menggunakan indikator biologis dengan memanfaatkan partisipasi masyarakat. Beberapa jenis dari bentos salah satunya yang berasal dari kelas gastropoda diketahui memiliki peran sebagai bioremidiator lingkungan dengan salah satunya ditunjukkan dengan ke-

menunjukkan

bahwa plankton dan bentos terbukti efektif sebagi bioindikator perairan sungai. Berdasarkan latar belakang di atas dilakukan penelitian tentang identifikasi jenis dan kerapatan

plankton bentos sebagai bioindikator perairan Sungai Pepe Surakarta. Hasil dari penelitian diharapkan

dapat memberi gambaran riil tentang kondisi atau kualitas perairan sungai pepe Surakarta dari aspek biologis sehingga dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam pengembangan kawasan kota Surakarta

melimpahan jumlah/kerapatan untuk sepesies tertentu pada perairan

maupun wilayah penopang sekitarnya secara berkelanjutan.

tercemar (Indrowati

dkk, 2003).

Metode Penelitian
Penelitian sepanjang perairan dilakukan Sungai di Pepe

Selain itu bentos juga efektif sebagai bioindikator dikarenakan memiliki respon yang berbeda respon yang berbeda pencemar terhadap yang suatu masuk bahan dalam

Surakarta dengan menentukan 3 lokasi penelitian yaitu hulu,tengah dan hilir. penelitian Dalam setiap lokasi atau stasiun diambil

perairan sungai dan bersifat immobile 1977; (Hynes, 1974; Hilsenshoff, dkk, 2005).

sampel pada 3 titik yaitu tepi kiri,tengah dan tepi kanan sebagai substasiun. substasiun,dilakukan pengambilan ulangan. sampel Pada 3 tiap kali sebagai

Suwondo

Penelitian tentang plankon maupun bentos dari aspek kerapatan dan keragaman jenis telah dilakukan para peneliti guna mengetahui kondisi perairan tertentu, diantaranya melalui

Penelitian dilakukan me-

lalui dua tahap utama yaitu pengam-

BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 81-91 bilan sampel plankton bentos serta penghitungan bentos. kerapatan plankton bentos dilakukan Sauber dengan dan

84

menggunakan

Selain itu juga dilakukan

Ekman Grab disesuaikan dengan kondisi di setiap stasiun apakah berarus deras/tidak dan dasar berpasir/berbatu. Sampel bentos yang sudah diambil selanjutnya disaring dengan saringan

pengukuran parameter kimia fisika sungai meliputi DO Dissolved

Oxigen. pH dan Suhu. 1. Pengambilan sampel plankton bentos Pengambilan sampel plankton menggunakan plankton net atau jaring plankton, dengan diameter mulut jaring 31 cm, panjang 80 cm dan ukuran mata jaring 60 mikrom. Sampel yang sudah

bertingkat dan diawetkan dengan formalin 4%. Sampel diambil diidentifikasi dengan di bentos yang sudah

selanjutnya laboratorium mikroskop, dan buku

bantuan stereo

terjaring dalam plankton net dimasukkan botol flakon dan diberi formalin 4% sebagai 2.

mikroskop

identifikasi bentos (Roberts dkk, 1982) Penghitungan kerapatan plankton bentos Kerapatan atau densitas plankton dihitung dengan rumus sebagai berikut (Ari Susiolowati dkk, 2001) :

pengawet.

Selanjutnya sampel

dibawa ke laboratorium untuk dilakukan identifikasi jenis dan dihitung Identifikasi kerapatannya. jenis dilakukan

melalui pengamatan di bawah mikroskop dan dibantu buku identifikasi plankton.

Selanjutnya dilakukan analisis penghitungan kerapatan atau

Keterangan : n : densitas (kerapatan) plankton. a : cacah individu plankton dalam 1 ml sampel. c : volume konsentrasi plankton dalam flakon (5 ml). L: volume plankton yang dicuplik (liter). Sedangkan kerapatan atau densitas bentos dihitung dengan rumus (Cox, 1999):

densitas sampel berdasar metode sapuan di atas objek glass sedgwick rafter dengan satuan individu per meter kubik. Pengambilan sampel bentos

dilakukan pada titik yang sama dengan lokasi pengambilan

plankton. Pengambilan sampel

S 10.000 c r l 1

85

Meti Indrowati plankton, bentos, density , diversity, Pepe river

N = kerapatan bentos S = jumlah spesies c = jumlah individu tiap spesies 3.

r = jumlah ulangan pengambilan l = luas bidang pengambilan pada alat (cm2)

Pembahasan
Penelitian sepnajang aliran dilakukan sungai di Pepe

Surakarta dengan 3 stasiun yaitu stasiun 1, 2 dan 3 yang masingmasing berlokasi di daerah hulu

Interpretasi Data

(stasiun 1, dekat terminal tirtonadi setelah pintu air tirtonadi) pangkal perairan sungai pepe memasuki

Dilakukan interpretasi data melalui uji lanjutan pengukuran Indeks Diversitas plankton bentos yang dihitung berdasarkan rumus Shanon & Weaver yaitu: H = phi ln phi dangkan phi = se-

dalam kota Surakarta, stasiun 2 daerah tengah berlokasi di kelurahan ketelan dan daerah hilir yaitu stasiun 3 sekitar Pintu Air Demangan yang merupakan daerah muara pertemuan dengan aliran bengawan Solo. Berdasar hasil pengambilan dan penghitungan kerapatan

Dimana: H = Indeks Diversitas (ID) Shanon-Wiener N = Jumlah total seluruh spesies n = Jumlah spesies X Selanjutnya nilai ID tiap stasiun dikonversikan ke dalam standart baku mutu air untuk mengetahui tingkat pencemaran (Wisnu Wardhana, 2006).

plankton, teridentifikasi jenis-jenis palankton, nilai densitas dan indeks diversitas tersaji dalam Tabel 1. berikut :

Tabel 1. Hasil identifikasi jenis, densitas dan indeks diversitas plankton di Sungai Pepe Surakarta Golongan/spesies Stasiun 1 2 3 Jumlah individu 259 29 Spirogyra 51 0 0 Eustbidentat 1 0 1 Pleurosigma 5 79 2 Oscilatoria 13 1 1 Euglena 1 29 48 Aungilospora 8 3 3 Gonatozygon 2 0 1 Dendrospora 1 Golongan/spesies Stasiun 1 2 3 Jumlah individu 19 12 Amoeba 2 1 0 Blepharisma sp 8

BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 81-91 Hapalosiphon Skeletonema synura Stentor Worochinia Leptomitus peridinium Paramecium Volvox Rhizosolenia Lyngbia
Jumlah kelompok ditemukan Jumlah Total Individu Dalam Benda Uji Densitas : Jumlah Individu / ml ID (indeks Diversitas) Kategori 19 133 0.392 1.98 TERCEMAR RINGAN 1 8 7 9 7 1 5 2 1 0 0 0 28 5 2 11 0 0 0 0 1 0 14 145 0.434 1.89 TERCEMAR RINGAN 0 2 0 9 0 0 1 23 5 47 1 14 479 1.078 0.99 TERCEMAR BERAT

84

Suhu Analisis :

26 o C

Tabel 2. Hasil identifikasi jenis, densitas dan indeks diversitas bentos di Sungai Pepe Surakarta
stasiun 1 spesies melanoides lymnaea Fimbria fimbriata jumlah DENSITAS ID spesies Melanoides Lymnaea Fimbria fimbriata Jumlah DENSITAS ID spesies melanoides lymnaea Fimbria jumlah densitas ID Jumlah individu 6 3 6 15 222.2 1.05492 jumlah individu 16 10 26 52 770.4 1.02629 jumlah individu 20 6 20 46 681.5 0.98995 tercemar berat tercemar sedang phi 0.434783 0.130435 0.434783 ln phi -0.83291 -2.03688 -0.83291 phi ln phi -0.36213 -0.26568 -0.36213 -0.98995 Stasiun 3 tercemar sedang phi 0.307692 0.192308 0.5 ln phi -1.17865 -1.64866 -0.69315 phi ln phi -0.36266 -0.31705 -0.34657 -1.02629 stasiun 2 phi 0.4 0.2 0.4 ln phi -0.91629 -1.60944 -0.91629 phi ln [phi -0.36652 -0.32189 -0.36652 -1.05492

Kondisi bioindikator diantaranya keanekaragaman jenis dan densitas dapat menjadi petunjuk dalam menentukan

kualitas perairan tersebut.

Reynolds

(2006) menjelaskan bahwa plankton memiliki karakteristik tertentu dalam

BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 81-91 strategi adaptasi terhadap lingkungannya, diantaranya melalui C strategies (kompetisi), Ruderal strategies yaitu memiliki toleransi terhadap beberapa stressing lingkungan serta SS strategies yaitu beberapa plankton yang toleransi tinggi terhadap stress lingkungan yang kronik. Sejalan dengan pendapat tersebut, hasil analisa sampel yang diambil yaitu plankton di stasiun 1 menunjukkan ada 19 golongan/jenis Kondisi plankton parameter dalam kondisi tercemar

84 ringan

sedangkan berdasar keberadaan bentos teridentifikasi bahwa perairan dalam kondisi tercemar sedang. Hal ini dapat diklarifikasi dengan penunjuk lain

diantaranya pH. Data pengukuran pH di lokasi menunjukkan nilai 7.2. Berdasar keputusan Gubernur jateng No

660.1/26/1990 tentang ambang batas baku mutu air Golongan C menunjukkan bahwa nilai pH tersebut berada dalam ambang normal yaitu dalam kisaran 6.58.5. hal senada juga terlihat dari

teridentifikasi.

lingkungan yang lain yaitu DO dissolved oxygen menunjukkan angka 3.1 ppm paling tinggi dibanding stasiun 2 (2.0 ppm) dan satsiun 3 (0.5 ppm).

pengukuran parameter lain yaitu DO yang menunjukkan nilai 3.1 yang berarti masih memenuhi syarat baku mutu yaitu > 3 ppm. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi perairan sungai pepe Surakarta pada stasiun 1 masih memiliki toleransi untuk berkembangnya biota perairan seperti plankton dan bentos. Hal ini

Penghitungan densitas enunjukkan angka 0.392 dengan nilai ID indeks diversitas Shanon Wiener 1.98 yang berarti

tercemar ringan. Sementara itu hasil identifikasi sampel bentos di satsiun 1 menunjukkan ada 3 jenis bentos teridentifikasi yaitu golongan Melanoides, Lymnaea dan fimbria fimbriata. densitas atau Hasil penghitungan kerapatan bentos

menunjukkan bahwa di lokasi tersebut, ketersediaaan sarana untk kelangsungan biota air plankton bentos yang

teridentifikasi masih mencukupi. Lebih jauh data analisa sampel dari stasiun 1 menunjukkan bahwa kelompok yang yang paling banyak

menunjukkan angka 222.2 dan nilai ID 1.054 yang menunjukkan bahwa perairan tersebut berada dalam kondisi tercemar sedang. Pada stasiun yang sama, berdasar nilai ID menunjukkan kondisi yang berbeda dimana berdasar keberadaan plankton teridentifikasi bahwa perairan

ditemukan adalah Spyrogira. Menurut Astirin dkk (2001), diversitas di suatu perairan biasanya dinyatakan dalam

jumlah spesies yang terdapat di tempat tersebut. Semakin besar jumlah spesies

85

Meti Indrowati plankton, bentos, density , diversity, Pepe river yang ditemukan pada stasiun II adalah sebesar 0,434. Kerapatan tersebut tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan stasiun I dan III. Kerapatan pada stasiun II tergolong sedang dengan 14 jenis genus yang ditemukan dan persebaran jumlah yang merata walaupun terdapat beberapa jenis genus yang jumlahnya menonjol atau paling banyak jumlahnya dibandingkan jenis yang lain. Hali ini menunjukkan bahwa hanya beberapa jenis planton yang memp bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan yang ada, serta berkembang biak secara maksimal. Hasil identifikasi bentos di

akan semakin besar pula diversitasnya. Hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah individu dapat dinyatakan dalam bentuk indeks diversitas. Dari data yang diperoleh dapat diketahui kerapatan jenis (densitas) plankton yang ditemukan pada stasiun I adalah sebesar 0,392. Kerapatan jenis ini tergolong rendah dibandingkan dengan kerapatan pada stasiun lainnya, tetapi jumlah jenis yang ditemukan banyak dan jumlahnya tersebar merata. Menurut Astirin (2001) keanekaragaman dan junlah organisme dalam komunitas planton di badan air tawar biasanya merupakan fungsi dan banyaknya jumlah bahan organik yang tersedia. Kemelimpahan jenis dan jumlah organisme yang ditemukan pada stasiun 1 tersebut salah satunya dikarenakan adanya jumlah bahan organik yang tersedia berdasarkan kebutuhan organisme yang menempati habitat tersebut, sehingga organisme tersebut dapat berkembang biak secara maksimal. Pada stasiun 2, teridentifikasi 14 jenis plankton dengan hasil perhitungan densitas atau kerapatan sebesar 0.434 dan nilai ID 1.89 yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut dalam kondisi tercemar ringan. Dari data plankton yang teridentifikasi di stasiun 2 , golongan yang paling banyak ditemukan adalah Anguillospora. Kerapatan jenis atau densitas spesies

stasiun 2 menunjukkan jumlah dan jenis yang sama dengan stasiun 1 yaitu ada 3 golongan bentos berupa melanoides, lymnaea dan fimbria. densitas 770.4 bentos dan nilai Perhitungan angka yang

menunjukkan ID 1.026

menunjukkan bahwa kondisi perairan tercemar sedang. Hasil pengukuran

parameter lain yaitu pH sebesar 7.5 dan DO 2 ppm menunjukkan bahwa jumlah oksigen terlarut belum mencukupi sesuai baku mutu air golongan C (layak sebagai air minum). Pada stasiun 3, yang berlokasi di sekitar pintu air demangan, terlihat banyak sekali sampah rumah tangga melintas di aliran air sungai pepe.

BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 81-91 Sampah rumah tangga tersebut bervariasi dari sampah daun, plastik bahkan banyak terlihat sampah berupa bangkai hewan dan organ dalam ternak seperti usus Ruminansia. Kondisi bantaran terlihat

84 Jumlah kerapatan tersebut paling besar bila dibandingkan dengan kerapatan pada stasiun 1 dan 2. Tetapi hanya jenis Spirogyra lah yang paling banyak dan paling menonjol jumlahnya maupun ke-

sangat kotor dengan banyaknya kotoran manusia (tinja) di tangga penghubung antara daratan dengan dasar sungai. Pada sepanjang bantaran juga penuh dengan bangunan rumah yang menempel tepat di bibir sungai. Hal ini menyebabkan sungai berbau tidak enak dan sangat menyengat, keruh, dan banyak timbunan sampah. Keadaan sungai di lokasi ini sangat parah, airnya berwarna kemerahan karena tercemar limbah pabrik, banyak kotoran manusia dan sampah-sampah rumah tangga menumpuk di sisi sungai. Dari hasil pengkuran parameter lingkungan didapatkan hasil DO sebesar 0,55, PH 7,5, dan suhu sebasar 26 oC, sedangkan ID (Indeks Deversitas) yang diperoleh sebesar 0,99 yang menurut Shanon & Weaver tergolong tercemar sedang. Dari perolehan data tersebut

rapatannya. Hal ini dikarenakan keadaan sungai yang sudah tercemar sehingga bahan-bahan organik yang dibutuhkan oleh organisme hanya sedikit sehingga jenis planton yang mampu bertahan hidup hanya jenis tertentu saja atau jenis yang mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan. Pada lokasi ini Spirogyra mampu beradaptasi teradap kondisi lingkungan yang tergolong tercemar, sehingga jumlah organisme ini sangat melimpah. Hasil identifikasi bentos di stasiun 3 menunjukkan ada 3 golongan teridentifikasi yaitu Melanoides, Lymnaea dan Fimbria, sama dengan jenis yang dijumpai pada stasiun 1 dan 2. penghitungan densitas Hasil

menunjukkan

angka 681.5 dan ID 0.989 yang menunjukkan bahwa perairan dalam kondisi tercemar berat. Pengukuran lingkungan yang lain parameter yaitu DO

dapat diketahui jumlah spesies yang ditemukan adalah Spirogyra, sekitar jenis ini sangat melimpah di lokasi tersebut yaitu sejumlah 778 per SRCC atau sekitar 54 % dari jumlah semua jenis yang ditemukan. Kerapatan jenis atau densitas pada stasiun 3 adalah sebesar 1,078.

menunjukkan angka 0.5 sebuah angka yang jauh di bawah baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa dari perspektif

biologi kandungan oksigen di dalam air yang merupakan salah satu unsur penentu karakteristik kualitas air yang terpenting

85

Meti Indrowati plankton, bentos, density , diversity, Pepe river pai 1.98 , menunjukkan kondisi perairan tercemar ringan sampai berat, bervariasi keseluruhan, Surakarta plankton perairan berdasar bentos di tiap lokasi pengambilan sampel. Sebagai tindak lanjut dapat dilakukan penelitian terkait kondisi perairan sungai di kota Surakarta dengan tinjauan lain diantaranya saprobisitas guna menegaskan kesimpulan hasil penelitian.

dalam lingkungan kehidupan akuatis tidak terpenuhi. Secara sungai Pepe

bioindikator

menunjukkan kondisi bervariasi antara tercemar ringan sampai pada tercemar berat. Kondisi ini memerlukan upaya

penanganan lebih lanjut guna pencegahan kerusakan lingkungan sungai lebih jauh, sehingga sungai tetap dapat menjalankan fungsi sesuai peruntukannya.

Daftar Pustaka
Ari Susilowati, Wiryanto dan Ainur Rohimah. 2001. Kekayaan Fitoplankton dan Zooplankton pada Sungai sungai Kecil di Hutan Jobolarangan. Biodiversitas Vol 2 Nomor 2. C J Krebs. 2001. Ecology :the experimental Analysis of Distribution and Abundance 5th edition. San fransisco : Benjamin Cummings Cox, G.W. 1999. Laboratory Manual of general Ecology. San Diego : WCB Company Publisher C Reynolds. 2006. Ecology of Phytoplankton, Ecology Biodiversity and Conversation. Cambridge University Press M Ferianita Fachrul, Herman Haeruman, Lestari C Sitepu. 2005. Komunitas Fitoplankton sebagai Bio Indikator Perairan Teluk Jakarta. Jakarta : Seminar Nasional MIPA Univ. Indonesia M Ferianita Fachrul, Setijati H.Ediyono dan Monika Wulandari. 2008. Komposisi dan Model Kemelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Ciliwung Jakarta. Biodiversitas Vol 9 Nomor 4. M Indrowati, Wiryanto dan Prabang Setyono . 2003. Jenis dan Pola Distribusi Gastropoda di Sungai Pepe Surakarta. Enviro Jurnal Ilmiah lingkungan hidup Vol 3 Nomor 2

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1)Teridentifikasi 20 jenis plankton di Sungai Pepe Surakarta yaitu Spirogyra, Eustbidentat , Pleurosigma , Oscilatoria , Euglena , Aungilospora , Gonatozygon , Dendrospora , Amoeba , Blepharisma sp, Hapalosiphon , Skeletonema, Synura, Stentor, Worochinia,

Leptomitus, Peridinium, Paramecium, Volvox, Rhizosolenia, dan Lyngbia

dengan komposisi dan kerapatan bervariasi antara tiap lokasi pengambilan sampel, 2) Teridentifikasi 3 jenis bentos di Sungai Pepe Surakarta yaitu Melanoides sp, Lymnaea sp dan Fimbria fimbriata dengan komposisi dan kerapatan bervariasi antara tiap lokasi pengambilan sampel dan 3) Nilai Indeks Diversitas (ID) Shanon Wiener plankton bentos di sungai Pepe Surakarta berkisar antara 0.98 sam-

BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 81-91 OP Astirin, AD Setyawan dan Marti Harini. 2001. Keragaman Plankton sebagai Indikator Kualitas Sungai di Kota Surakarta. Biodiversitas Vol 3 Nomor 2. Roberts D, S Soemodiharjo dan W Kastoro. 1982. Shallow water Marine Molluscs of North West Java. Jakarta : Lembaga Oseanologi Nasional LIPI Suwondo, Elya febrita, Dessy dan Mahmud Alpusari. 2005. Kualitas biologi Perairan Sungai Senapelan, Sago dan Sail di Kota Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton Bentos. Jurnal Biogenesis Vol 1 Nomor 1. Wisnu Wardhana. 2003. Penggolongan Plankton. (materi pelatihan teknik Sampling dan identifikasi Plankton. Balai pengembangan dan Pengujian Mutu perikanan. Jakarta : 7-8 mei 2003. Wisnu Wardhana. 2006. Metode Prakiran Dampak dan Pengelolaannya. Materi Pelatihan Penyusun AMDAL. Jakarta : PPSML UI

84

You might also like