163 304 1 SM 1 PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

110 IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 18, No.

4, November 2007

Hartiniati
1

Abstract The upgrading Kalimantan low rank coal is
performed using slurry dewatering process in a stirred batch
autoclave (inner volume of 5 liters) equipped with a con-
denser, a pressure control valve (PCV), and a receiver. The
experiment is carried out at 3.5 kg/cm
2
G nitrogen pressure,
250
o
C heater temperature and 150 rpm agitator speed. Kero-
sene and low sulfur waxy residue (LSWR) are used as oil sol-
vents. The fluidity of slurry is studied with the ratio of oil to
coal (O/C) at 1.5 to 2 wt/wt and the concentration of LSWR at
0.5 to 2% in oil. The temperature profile during operation is
evaluated to investigate the process performance. Moreover,
pH, TSS and TDS contents in water product is also analyzed.
A centrifuge separator (cap. 200 gram, 1000 rpm) is used to
remove oil in coal slurry, and it is found that almost all added
oil can be recovered. The study suggests that calorific value of
upgraded coal (as received basis) increases sharply from
5,178 kcal/kg to 7342 kcal/kg, following drastic reduction in
total moisture, from 25,5% to 4,97%. The contents of ash,
volatile matter and elements do not change very much from
that of raw coal. This phenomenon shows that no chemical
reaction occurs in the process. The wastewater from the
process is clean enough thereby a simple wastewater
treatment is required in commercial plant. Re-absorption test
shows that stable moisture content in coal is achieved at 7.5
wt% for 13 days. The temperature profile suggests that the
slurry dewatering process can be applied effectively to
Kalimantan low rank coals producing excellent upgraded coal
characteristics.
KeywordsLow Grade Coal, Slurry Dewatering, Up-
grading
I. PENDAHULUAN


atubara merupakan salah satu sumberdaya energi
alternatif yang paling potensial di Indonesia meng-
ingat jumlah cadangannya yang besar melampaui minyak
dan gas. Namun potensi batubara yang besar tersebut pada
kenyataannya belum dimanfaatkan secara maksimal. Salah
satu kendalanya adalah, hampir 60% dari seluruh total ca-
dangan batubara yang ada merupakan batubara muda yang
tidak memiliki nilai jual baik (non-marketable) karena
nilai kalornya yang rendah (3500-4000 kkal/kg) dan kadar
airnya yang tinggi (>30%). Hal ini menyebabkan kesulitan
dalam penyimpanan dan biaya pengangkutan per kalori
menjadi sangat mahal. Kenyataan tersebut menghambat
kemungkinan eksploitasi potensi batubara Indonesia
secara besar-besaran [6].
Untuk dapat digunakan sebagai produk batubara yang
bernilai tinggi, tantangannya adalah bagaimana mening-
katkan kualitas batubara yang rendah tersebut menjadi
layak jual, yang dicirikan dengan nilai kalor yang tinggi,
aman dalam penyimpanan, dan pengangkutannya juga

Naskah diterima 5 Desember 2006; selesai revisi pada 1 April 2008
1
Hartiniati adalah Peneliti Pusat Teknologi Pengembangan Sumber-
daya Energi, BPPT Jakarta, INDONESIA
(e-mail: hartiniati@yahoo.com)

mudah dan murah. Disisi lain, pemanfaatan batubara
juga sangat rentan dengan isu lingkungan. Oleh karena
itu aplikasi teknologi batubara bersih, murah dan ramah
lingkungan yang sekarang sedang berkembang secara
pesat menjadi suatu keharusan.
Elemen paling penting yang merupakan konsep dasar
dari setiap proses up-grading batubara adalah proses
penghilangan kandungan air atau pengeringan (drying).
Secara lebih sederhana, proses ini dapat meningkatkan
nilai kalor, sehingga meningkatkan pula efisiensi dalam
proses pembakaran [3],[4],[7].
Beberapa teknologi proses up-grading yang dikem-
bangkan saat ini diantaranya dapat dilihat pada Tabel 1.
Berbagai proses tersebut dibedakan berdasarkan kondisi
reaksinya, jenis media perpindahan panas, tipe reaktor,
kualitas limbah cair dan biaya pengolahan.
Aplikasi teknologi proses up-grading batubara pe-
ringkat rendah harus mempertimbangkan beberapa kri-
teria penting yaitu layak secara tekno-ekonomi dan se-
minimal mungkin melibatkan perubahan kimiawi batu-
bara. Ini berarti bahwa proses up-grading pada tem-
peratur dan tekanan rendah lebih diinginkan agar
proses-proses pelepasan senyawa organik atau proses
pirolisa dapat ditekan sehingga limbah cair dan emisi
gas yang dihasilkan hampir tidak ada. Operasi pada
temperatur dan tekanan rendah juga akan menurunkan
biaya operasi dalam jumlah yang sangat berarti.
Evaluasi awal menunjukkan bahwa proses Up-gra-
ding Brown Coal sangat menarik diterapkan untuk batu-
bara muda Indonesia. Proses tersebut dirancang khusus
menghasilkan produk batubara yang setara dengan sub-
bituminus dan bituminus melalui teknik slurry dewa-
tering[1],[2].
Proses dewatering dan stabilisasi (coating) berlang-
sung secara bersamaan sehingga pada saat pelepasan air
dalam fase minyak menyebabkan fraksi minyak berat
terabsorbsi ke dalam permukaan internal dari pori-pori
batubara. Penyerapan minyak ke dalam struktur pori-
pori batubara tersebut menyebabkan produk batubara
yang dihasilkan tidak saja terbebas dari sifat mudah
terbakar (spontaneous combustion free) tetapi juga tidak
mudah menyerap air (re-wetting free).
Proses pelepasan air (dewatering) dalam batubara
berlangsung secara fisika dan bukan secara kimia,
sehingga air buangannya tidak terkontaminasi senyawa
phenol dan senyawa organik lainnya. Selain itu, tidak
melibatkan proses pirolisa maupun pelepasan emisi gas
buang karena berlangsung pada temperatur maksimum
150
o
C dan tekanan maksimum 3,5 atm. Oleh karena
kondisi operasinya yang rendah, sifat produk batubara
yang dihasilkan diharapkan tidak banyak mengalami pe-
rubahan kecuali peningkatan nilai kalor (sampai sekitar
6500 kkal/kg) dan penurunan kadar air serta stabil
Slurry Dewatering Process to Improve Quality
of Low Grade Coal
B


IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 18, No. 4, November 2007 111
dalam penyimpanan. Keunggulan lainnya dari proses ini,
peralatan dan operasionalnya relatif lebih murah karena
beroperasi pada tekanan dan temperatur yang relatif
rendah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi energi
[5],[6].

TABEL 1
BERBAGAI TEKNOLOGI PROSES UP-GRADING [4], [5]

Prinsip Metode
Evaporasi Flash method
Steam tube dryer (STD)
Steam fluidized bed dryer
(SFBD)
Slurry dewatering (UBC)
SynCoal
Non-evaporasi Mechanical dewatering
Fleissner process
Hot water dewatering (HWD)
Pirolisis Encoal
K-Fuel (Koppelman process)

Dalam tulisan ini, proses peningkatan kualitas (up-
grading) batubara muda Indonesia yang diperoleh dari
daerah Berau, Kalimantan Timur dievaluasi berdasarkan
profil kondisi operasi selama proses slurry dewatering
berlangsung. Selanjutnya, karakteristik produk batubara
hasil up-grading dibandingkan dengan batubara umpan,
termasuk kualitas air buangannya. Selain itu juga dilaku-
kan investigasi pengaruh konsentrasi minyak (coating)
serta kecenderungan produk batubara yang dihasilkan un-
tuk menyerap air kembali (re-absorption).
Pengujian ini dilakukan menggunakan fasilitas lab-
scale reaktor kapasitas 5 liter tipe batch di Laboratorium
Pencairan Batubara, P3TKKE-BPPT, Kawasan PUSPIP-
TEK, Serpong, Tangerang.

II. BAHAN DAN METODE
A. Batubara Muda
Batubara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
batubara dari Kalimantan Timur (Berau Lati) yang dikla-
sifikasikan sebagai batubara muda. Sebelum diumpankan
ke dalam autoclave, batubara terlebih dahulu digerus de-
ngan ukuran diameter partikel -4,75 mm +2.36 mm. Se-
dangkan umpan batubara untuk kebutuhan analisa prok-
simat, ultimat dan nilai kalor digerus hingga lolos 60
mesh.

II. BAHAN DAN METODE
B. Batubara Muda
Batubara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
batubara dari Kalimantan Timur (Berau Lati) yang di-
klasifikasikan sebagai batubara muda. Sebelum di um-
pankan ke dalam autoclave, batubara terlebih dahulu
digerus dengan ukuran diameter partikel -4,75 mm
+2.36 mm. Sedangkan umpan batubara untuk kebutuhan
analisa proksimat, ultimat dan nilai kalor digerus hingga
lolos 60 mesh.
C. Minyak Ringan dan Berat (coating agent)
Minyak fraksi ringan dan berat dalam proses ini ber-
peran sebagai coating agent. Minyak fraksi berat (heavy
oil) yang digunakan merupakan residu minyak bumi,
yaitu LSWR (Low Sulfur Waxy Residue). Sedangkan
minyak fraksi ringan (light oil) yang di gunakan adalah
minyak tanah (kerosine) yang juga merupakan produk
fraksinasi minyak bumi.
Minyak berat dan minyak ringan sebelum digunakan
didistilasi secara vakum pada 10 mmHg untuk menge-
tahui fraksi LO (light oil), MO (middle oil) dan HO
(heavy oil). Data hasil destilasi minyak tanah dan LSWR
ditunjukkan pada Tabel 2.

TABEL 2
HASIL FRAKSI DESTILASI MINYAK

Fraksi Distilasi
Pelarut
H
2
O LO MO HO BTM
M. tanah 0,00 34,45 63,48 0,80 2,07
LSWR 16,72 0,00 10,98 17,56 54,74
*
Hasil pengujian lab. Pencairan Batubara, Serpong























Gambar 1. Skema metode pengujian peningkatan kualitas batubara muda
M
P
G
TR
5L AUTOCLAVE
CW
N2
PCV
Cake
M
Minyak
Centrifuge
Dewatered Slurry
Pemisahan BB/Minyak
Kondisi Operasi :
Tekanan N2 : 350 kPa
Suhu Pemanas : 250 deg.C
Kec. Pengaduk : 150 rpm
Umpan:
BB < 3 mm
M. Tanah + LSWR
Kualitas Limbah Cair:
BOD, COD, pH, dll
Produk Upgrading:
Pengeringan vakum
Analisis poksimat, ultimat, kalor, dll
Condenser
Receiver
Minyak
Air
(200 gr)

112 IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 18, No. 4, November 2007
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0 10 20 30 40 50 60 65 70 80 90 100 110 120 130 140 150 155
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
LEGEND
Temperature (C)
Water Recovery (%)
Oil Recovery (%)

Gambar 2. Rekaman operasi pengujian dengan autoclave 5 liter

D. Metode Pengujian
Gambar 1 menunjukkan skema metode pengujian pe-
ningkatan kualitas batubara muda. Batubara 1000 gr
dengan ukuran partikel (-4.75 mm +2,36 mm) digunakan
sebagai sampel. Minyak tanah (1302,5gr) dan LSWR
(6,5gr) digunakan sebagai pelarut coating. Proses slurry
dewatering dilakukan pada kondisi tekanan 3,5 kg/cm
2
G
dengan variasi rasio O/C (1,5; 1,75; 1,9; 2 berat/berat)
dan konsentrasi minyak berat (LSWR) (0,5; 1; 1,5; 2 %
berat dalam minyak). Sebelum operasi, autoclave dibilas
dengan nitrogen (3X). Pemanasan elektrik pada 250
o
C
dengan kecepatan pengadukan 150 rpm, katup pengatur
tekanan (pressure control valve) dioperasikan dengan
hati-hati untuk mempertahankan tekanan operasi 3,5
kg/cm
2
G.
Operasi dihentikan jika produk air yang keluar dari
kondensor lebih dari 90% dan atau temperatur dalam
autoclave mencapai 190
o
C. Selanjutnya autoclave di di-
nginkan sampai temperatur ruang dan produk slurry
diambil dari autoclave. Produk air dari kondensor diana-
lisis untuk mengetahui kadar COD (chemical oxygen de-
mand), BOD (biochemical oxygen demand), TDS (total
dissolved solid), TSS (total suspended solid) dan pH
(derajat keasaman).
Separator centrifuge digunakan untuk memisahkan mi-
nyak dari slurry batubara (cake). Peralatan ini dioperasi-
kan pada kecepatan 1500 rpm dengan kapasitas 200 gr
cake. Produk batubara up-graded dikumpulkan untuk se-
lanjutnya dikeringkan dan dianalisis untuk mengetahui
karakteristiknya seperti proksimat, ultimat dan nilai kalor.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kondisi Proses Slurry Dewatering
Gambar 2 menunjukkan rekaman operasi pengujian de-
ngan autoclave 5 liter. pemanasan awal selama satu jam
dilakukan untuk mencapai kondisi saturated pada
tekanan konstan 3,5 kg/cm
2
G sampai temperatur 150
o
C
(sesuai data dari steam table). Pada kondisi evaporasi
diperoleh total pengambilan air (dewatering) sekitar 10
persen selama 1 jam, sehingga proses dewatering harus
dilanjutkan hingga temperatur maksimum 190
o
C pada
kondisi superheating. Temperatur maksimum 190
o
C dite-
tapkan untuk menghindari batubara mengalami proses de-
komposisi secara termal. Pada akhir kondisi superhea-
ting, diperoleh total pengambilan air (dewatering) sekitar
83%. Keseluruhan waktu operasi dicapai selama 160
menit.
Hasil dari profil kondisi operasi ini juga merupakan
bagian dari uji performansi fasilitas peralatan up-grading
batubara di Laboratorium Pencairan Batubara, P3TKKE-
BPPT, Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang. Hasil
ini menunjukkan bahwa proses slurry dewatering dapat
diaplikasikan secara efektif untuk batubara muda Indo-
nesia. Dalam pengujian ini unit katup pengatur tekanan
menjadi suatu hal yang sangat penting untuk memperta-
hankan kestabilan proses (tekanan). Dimana dari data dan
hasil pengamatan tersebut telah ditetapkan sebuah pro-
sedur khusus untuk pengoperasian katup pengatur teka-
nan sehingga total dewatering dapat mencapai di atas
90%.

B. Hubungan Rasio O/C Dewatered Slurry terhadap O/C
Umpan
Gambar 3 menunjukkan hubungan O/C (minyak/batu-
bara) hasil upgrading (dewatered slurry) terhadap O/C
umpan. Pada konsentrasi LSWR = 0.5% berat dalam
minyak diperoleh O/C dewatered slurry tertinggi sebesar
1,43 dengan O/C umpan=2, sedangkan O/C dewatered
slurry terendah sebesar 0,78 dengan O/C umpan=1,5.
Pada konsentrasi LSWR = 1% berat dalam minyak diper-
oleh O/C dewatered slurry tertinggi sebesar 1,27 dengan
O/C umpan= 2, sedangkan O/C dewatered slurry teren-
dah 0,87 dengan O/C umpan = 1,5. Pada konsentrasi


IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 18, No. 4, November 2007 113
LSWR = 1,5% berat dalam minyak diperoleh O/C de-
watered slurry tertinggi sebesar 1,33 dengan O/C umpan
= 2, sedangkan O/C dewatered slurry terendah sebesar
0,9 dengan O/C umpan=1,5. Pada konsentrasi LSWR =
2% berat dalam minyak diperoleh O/C dewatered slurry
tertinggi sebesar 1,42, sedangkan O/C dewatered slurry
terendah sebesar 0,92 dengan O/C umpan = 1,5.
Rasio O/C dewatered slurry yang diperoleh merupakan
faktor yang sangat penting untuk merancang proses,
dimana hal ini berhubungan dengan kekentalan campuran
bubur batubara (slurry viscocity) sehingga memberikan
juga pengaruh yang signifikan terhadap keekonomian
proses.
Parameter yang mempengaruhi perancangan proses
tersebut antara lain pemindahan panas (heat transfer), pe-
nurunan tekanan (pressure drop) dan pola aliran (flow
pattern), yang menjadi parameter penting dalam kesta-
bilan pencampuran (mixing) dan pemompaan (pumping)
pada peralatan.
Hubungan antara viskositas slurry dan O/C umpan di-
tunjukkan pada Gambar 4, dimana kenaikan rasio O/C
umpan atau fluidity umpan dan dewatered slurry seiring
dengan penurunan viskositas slurry dan akan mengalami
kestabilan pada rasio O/C 1.4 (550 centiPoise).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio O/C dewa-
tered slurry yang lebih besar atau sama dengan 1,4 dapat
diperoleh pada kondisi O/C umpan=2, konsentrasi
LSWR=0,5 dan 2% berat dalam minyak. Sedangkan pada
kondisi O/C umpan=1,9 dan konsentrasi LSWR = 2%
berat dalam minyak diperoleh rasio O/C dewatered slurry
sebesar 1,37.
Pengaruh O/C umpan pada kondisi operasi sangat pen-
ting guna mendapatkan O/C dewatered slurry yang me-
menuhi persyaratan teknis, sedangkan penambahan kon-
sentrasi LSWR tidak terlalu berpengaruh pada kondisi
operasi untuk mendapatkan O/C dewatered slurry.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kondisi ope-
rasi O/C umpan=2 dan konsentrasi LSWR=0,5% berat
dalam minyak dapat memenuhi persyaratan teknis (O/C
slurry dewatered di atas 1,4) dan lebih baik secara
ekonomi.
C. Karakteristik Umpan dan Hasil Up-grading
Tabel 3 menunjukkan perbandingan karakteristik batu-
bara umpan dan batubara hasil dari proses slurry de-
watering. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa si-
fat produk batubara yang dihasilkan tidak banyak menga-
lami perubahan kecuali peningkatan nilai kalor (sampai
sekitar 7300 kkal/kg) dan penurunan kadar air secara
drastis dari 25,2 %as received menjadi 4,97 %as recei-
ved. Hal ini menandakan bahwa proses up-grading de-
ngan slurry dewatering dapat memberikan pengaruh yang
signifikan bagi peningkatan nilai kalor batubara muda
hingga setara dengan batubara bituminus.
Ditunjukkan pula bahwa kandungan abu, zat terbang,
kandungan elemental (C, H, N dan S) dari batubara tidak
mengalami perubahan yang berarti. Fenomena ini menun-
jukkan bahwa tidak terjadi reaksi kimia selama proses up-
grading dan penyerapan minyak ke dalam struktur pori-
pori batubara berlangsung dengan baik.
Gambar 5 menunjukkan produk hasil upgrading de-
ngan proses slurry dewatering. Cake adalah produk batu-
bara setelah proses penghilangan air. Sedangkan slurry
adalah bentuk umpan batubara campuran dengan pelarut.
Ditunjukkan pula bahwa pelarut fraksi berat (LSWR)
terabsorpsi secara efektif ke dalam pori-pori batubara.
0
500
1000
1500
2000
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
O/C
[berat minyak / berat batubara bebas air]
v
i
s
c
o
s
i
t
a
s

(
c
P
)
dewatered slurry
starting slurry

Gambar 3. Hubungan O/C (minyak/batubara) hasil upgrading
(dewatered slurry) terhadap O/C umpan


0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.4 1.6 1.8 2 2.2
O/C umpan
O
/
C

d
e
w
a
t
e
r
e
d

s
l
u
r
r
y
LSWR =0.5
LSWR =1
LSWR =1.5
LSWR =2

Gambar 4. Hubungan antara viskositas slurry dan O/C umpan

114 IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 18, No. 4, November 2007

Gambar 5. Produk cake, slurry dan minyak berat

TABEL 3
KARAKTERISTIK BATUBARA UMPAN DAN PRODUK BATUBARA UP-
GRADED

Parameter Batubara
Umpan
Batubara
Up-graded
Total Kand. Air
(% Ar)
Proksimat (% db)
Abu
Zat terbang
Karbon tetap
25,20

4,66
46,14
49,20
4,97

4,81
49,61
45,57
Ultimat (% daf)
C
H
N
S
O (diff.)

73,11
5,17
0,53
2,48
18,71

78,03
5,75
0,60
2,58
13,04
Nilai Kalor
(kcal/kg), Ar
5178 7342
* Hasil pengujian Lab. KA, B2TE-BPPT, Serpong

TABEL 4
KUALITAS AIR BUANGAN (LIMBAH CAIR) DARI PROSES SLURRY
DEWATERING

Parameter Uji Nilai Batas Baku Mutu
TDS (mg/L)
TSS (mg/L)
pH
126
< 0.1
3,43
2000-4000
200-400
6-9

D. Kualitas Air Buangan (wastewater)
Kualitas air buangan (limbah cair) dari proses slurry
dewatering skala laboratorium ditunjukkan pada Tabel 4.
Kualitas air buangan ini cukup bersih dengan nilai pH se-
besar 3,4 TDS 126 mg/L dan TSS < 0.1 mg/L. Nilai ini
masih di bawah ambang batas baku mutu limbah cair
yang ditetapkan oleh pemerintah (KEPMENLH No.
51/MENLH/10/1995).
Dari data awal ini dapat diketahui bahwa proses slurry
dewatering pada skala komersial hanya membutuhkan
unit pengolahan air buangan (wastewater treatment unit)
yang sederhana dengan beban (load) yang relatif lebih
kecil dan relatif aman untuk dibuang ke badan sungai.
E. Re-absorption Produk Batubara Up-graded
Sifat absorpsi dan sifat menolak air batubara berkait
erat dengan kadar oksigen dan sifat kemudahannya untuk
dibasahi. Kelemahan sejumlah oksigen berbagai gugus
fungsional membedakan batubara peringkat rendah dari
batubara peringkat tinggi (misalnya sifat-sifat permukaan,
kadar lengas, porositas). Apabila batubara tersebut dipa-
parkan, kelembaban atau air akan dengan cepat menyerap
kembali lengas yang hilang.
Gambar 6 menunjukkan hubungan antara kandungan
air dengan lamanya waktu pemaparan dari produk up-
graded batubara Berau. Kandungan air produk up-graded
batubara Berau pada kondisi awal setelah pengujian
sebesar 4,97%, kemudian dipaparkan pada udara terbuka
selama satu hari, terjadi kenaikan kandungan air sebesar
6,72%. Kandungan air up-graded batubara Berau mulai
mengalami kestabilan, yaitu tidak menyerap air kembali
(re-absorpsi free) pada hari kedua yaitu stabil sekitar
7,5% selama 13 hari pengujian.
0
2
4
6
8
10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Lama Pemaparan (Hari)
K
a
n
d
u
n
g
a
n

A
i
r

(
%

b
e
r
a
t
)

Gambar 6. Pengujian Re-absorpsi kandungan air pada produk up-
graded batubara Bera

Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses dewatering
dan stabilisasi (coating) berlangsung dengan baik, dima-
na fraksi minyak berat terabsorbsi ke dalam permukaan
internal dari pori-pori batubara menyebabkan produk ba-
tubara yang dihasilkan tidak mudah menyerap air.
IV. KESIMPULAN
1. Proses slurry dewatering terbukti menunjukkan per-
formansi yang sangat baik, sehingga dapat di apli-
kasikan secara efektif untuk batubara muda Indo-
nesia.
2. Total kandungan air (moisture) dari batubara hasil
upgrading sebesar 4,97% as received, dimana terjadi
penurunan kadar air yang cukup drastis dari total
moisture awal sebesar 25,2% as received. Terjadi
kenaikan yang signifikan untuk nilai kalor pada
produk batubara hasil upgrading dari 5178 kcal/kg
menjadi 7342 kcal/kg. Hasil analisa ultimat menun-
jukkan bahwa pada proses slurry dewatering tidak
terjadi perubahan yang berarti antara batubara
umpan dan batubara hasil proses tersebut.
3. Air buangan yang dihasilkan dari proses slurry de-
watering cukup bersih, sehingga pada tahap komer-
Cake Slurry
Minyak terpisah
LSWR


IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 18, No. 4, November 2007 115
sial hanya membutuhkan beban unit pengolahan air
limbah yang sederhana dan cukup aman untuk di-
buang ke badan sungai.
4. Kandungan air batubara hasil upgrading pada peng-
ujian re-absorpsi mulai mengalami kestabilan (tidak
mampu menyerap air kembali) pada hari kedua yaitu
sebesar 7,5% berat.
5. Pada kondisi operasi dimana O/C umpan = 2 dan
konsentrasi LSWR = 0,5% berat dalam minyak
dapat memenuhi persyaratan teknis (O/C dewatered
slurry diatas 1,4)
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Deguchi T, Shigeshisa T., Development of UBC Process:
Upgrading of Low Rank Coal, FTEC International Conference
on Fluid and Thermal Energy Conversion, July, 2000.
[2] Deguchi, T, Shigehisa, T., Demonstration of UBC Process in
Indonesia, Coal-Tech Conference Mine Mouth Power Plant,
Kobe Steel Ltd., Japan, 2002.
[3] DOE Topical Report, COMPCOAL A profitable process for
production of a stable high-Btu fuel from Powder River basin
coal, DOE/MC/30126-5102, US Department of Energy.
[4] J.A, David., C.Y, Young., Utilization of Low Rank Coals,
Envirosafe International Pty Ltd 1a Yarrbat Avenue, Balwyn, Vic
3133, Australia.
[5] Low-Rank Coal Upgrading Technology (UBC Process), Japan
Coal Energy Centre; the Institute of Applied Energy; Kobe Steel,
Ltd; Nissho Iwai Corp.
[6] UBC Palimanan Project Document, 2003
[7] Van Krevelen, D.W., Coal: Typology, Physics, Chemistry,
Constitution, Elsevier Science Publisher. 1993

You might also like