Analisis Protein
Analisis Protein
Analisis Protein
PROTEIN ANALYSIS
By. Jaya Mahar Maligan
Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
FTP - UB
2014
Protein
Complex Nutrition compound that contains of
Nitrogen molecule, composed from amino
acids with peptide bond.
Protein has amina group (NH2) ->
distinguished from Carbohydrate and Lipid
Synthesize in plant and animal tissue
Protein
Protein
Protein Function
1. Essential for growth and tissue care
2. Essential compound precursor (enzyme,
hormone, hemoglobin, neurotransmitter
3. Control body liquid balance (intracellular
liquid, extracellular liquid and intravascular
liquid)
Protein Function
4.
5.
6.
7.
Protein Classification
Source :
1. Endogen protein : body tissue
2. Eksogen protein : diet
Synthesize :
1. Essential protein
2. Non essential protein
Protein Classification
Essential :
Leu, Ile, Val, Trp, Phe, Thr, Lis, His, Met
Conditional Essential :
Pro, Ser, Arg, Cys, Gly, Tyr
Non Essential :
Ala, Gln, Glu, Asp, Asn
Protein Classification
Amino Acid Precursor
Met, Ser : Cys
Phe : Tyr
Glu, Gln, Asp : Arg
Glu : Pro
Ser : Gly
Protein Classification
Amino Acid Function :
Incomplete protein
ex. Zein (jagung)
Complete protein
ex. Glisin (soy), glutenin (wheat), animal prot
Partially complete protein
ex. Gliadin (wheat), legumin (beans)
Protein Classification
Protein Form:
Fibrous : higher mechanical stress, low
solubility
ex. Collagen, elastin, keratin, miosin
Globular : more soluble, easy
denatured
ex. Albumin, globulin, histon, protamin
Conjugated protein (bounded to
prosthetic groups)
ex. Lipoprotein, phosphoprotein,
nucleoprotein
Protein Structure
Protein Denaturation
Denaturation
is a process in which proteins lose the tertiary
structure and secondary structure then present
in their native state,
by application of some external stress or
compound such as a strong acid or base, a
concentrated inorganic salt, an organic solvent
(e.g., alcohol or chloroform), or heat
Increase the protein digestibility
Protein Digestibility
Influenced by :
Processing technique
Anti-nutrition compound
Reaction between protein and
another compound
PER
Digestibility
AAS
PDCAAS
Egg
Cows milk
Beef
Soy
Wheat
3.8
3.1
2.9
2.1
1.5
98
95
98
95
91
121
127
94
96
47
118
121
92
91
42
Analisis Protein
Prinsip:
Pengukuran jumlah atau kadar N dalam bahan
pangan
Reaksi spesifik suatu senyawa/reagen dengan
ikatan peptida
Metode:
Kualitatif : Biuret, Ninhidirin
Kuantitatif : Kjeldahl, Biuret, Titrasi Formol
Metode Kjeldahl
Analisis protein kuantitatif protein tak
langsung
Penentuan protein kasar (crude protein)
Pengukuran kadar N dalam bahan pangan
Tahapan : destruksi, destilasi, titrasi
Kadar Protein = Kadar N x faktor konversi
Faktor konversi : 100/16 = 6.25 (umum)
Metode Kjeldahl
Metode Kjeldahl
Kelemahan
Senyawa lain selain protein yang mengandung
N terukur sebagai protein
Misal senyawa bernitrogen: asam amino
bebas, urea, amonia, asam nukleat, nitrit,
nitrat, amida, purin, pirimidin
Metode Kjeldahl
1. Tahap Destruksi
Tujuan : melepaskan nitrogen dari protein
Sampel dipanaskan dalam larutan asam sulfat
pekat
Unsur C dan H teroksidasi menjadi H2O, CO2, CO
Unsur N berubah menjadi amonium sulfat
(NH4)2SO4
Asam sulfat juga mendestruksi KH dan lemak
Metode Kjeldahl
1. Tahap Destruksi
Diperlukan katalisator untuk mempercepat
proses destruksi
Tujuan : Mempertinggi titik didih asam sulfat,
Suhu destruksi lebih tinggi (370-410 C)
Jenis:
Campuran Na2SO4 dan HgO (20:1)
K2SO4
CuSO4
Metode Kjeldahl
2. Tahap Destilasi
Dilakukan dengan menambahkan NaOH
Pada tahap ini amonium sulfat dipecah
menjadi amonia
Amonia yang dibebaskan ditampung dalam
larutan asam standar biasanya HCl atau asam
borat 4% yang jumlahnya berlebihan
Metode Kjeldahl
3. Tahap titrasi
Jika larutan asam penampung yang digunakan HCl, sisa
asam klorida yang tidak bereaksi dengan amonia
(membentuk NH4Cl) dititrasi dengan NaOH
Jika digunakan indikator PP akhir titrasi adalah
perubahan larutan menjadi merah muda permanen
(dari asam ke basa)
atau jika digunakan indikator MR larutan berubah
menjadi kuning
Buat titrasi untuk blanko (tanpa sampel)
Metode Kjeldahl
3. Tahap titrasi
Jika larutan asam penampung yang digunakan HCl, sisa
asam klorida yang tidak bereaksi dengan amonia
(membentuk NH4Cl) dititrasi dengan NaOH
Jika digunakan indikator PP akhir titrasi adalah
perubahan larutan menjadi merah muda permanen
(dari asam ke basa)
atau jika digunakan indikator MR larutan berubah
menjadi kuning
Buat titrasi untuk blanko (tanpa sampel)
Metode Kjeldahl
3. Tahap titrasi
Jika larutan penampung adalah asam borat/HBO3
(asam lemah), banyaknya asam borat yang bereaksi
dengan amonia dapat diketahui dengan titrasi dengan
HCl 0.1N dengan indikator MR+BCG
HCl akan mentitrasi amonium-borat menjadi
amonium klorida sehingga pada akhir titrasi terjadi
kelebihan HCl/asam kuat
Akhir titrasi ditandai dengan perubahan larutan dari
biru/hijau menjadi merah muda
Metode Kjeldahl
Metode Kjeldahl
Perhitungan
% N= ml NaOH (blanko-sampel) X N NaOH X 14.008 X 100%
berat sampel (g) X 1000
Kadar protein : % N x faktor konversi
Metode Kjeldahl
Metode Biuret
Metode Biuret
Keunggulan
Pengukuran kadar protein (direct method)
Mendeteksi ikatan peptida protein (spesifik)
Tidak mendeteksi nitrogen dr senyawa non peptida
Sederhana, cepat, murah
Tahapan analisis:
Pembuatan kurva standart, preparasi, penetapan
sampel dg spektrofotometer, perhitungan
Metode Biuret
Keunggulan
Pengukuran kadar protein (direct method)
Mendeteksi ikatan peptida protein (spesifik)
Tidak mendeteksi nitrogen dr senyawa non peptida
Sederhana, cepat, murah
Metode Biuret
Pembuatan kurva standar
Buat larutan standar BSA atau kasein dalam air dengan konsentrasi 0.5
mg/ml.
Masukkan ke dalam tabung reaksi 0 (blanko), 0.1, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8. dan
1.0 ml larutan protein standar. Tambahkan air sampai volume total
masing2 sebanyak 4 ml.
Tambahkan 6 ml pereaksi Biuret ke dalam masing2 tabung reaksi. Campur
rata.
Simpan tabung pada suhu 37C selama 10 menit atau pada suhu kamar
selama 30 menit sampai terbentuk warna ungu yang sempurna.
Ukur absorbansi pada panjang gelombang 520 nm.
Metode Biuret
Preparasi sampel
Timbang sampel padat. Hancurkan sampel padat dengan
menggunakan waring blender. Hancuran yang diperoleh disaring
lalu disentrifugasi.
Supernatandidekantasi untuk dipergunakan selanjutnya (protein
yang terdapat dalam supernatan adalah soluble protein).
Sampel cair yang berupa protein konsentrat, isolat yang tidak
keruh, maka persiapan sampel cukup dengan pengenceran saja.
Jika cairannya keruh atau mengandung bahan-bahan yang
menganggu seperti glukosa maka harus dilakukan perlakuan
sebagai berikut:
Metode Biuret
Timbang ekstrak. Ekstrak dimasukkan ke dalam
tabung reaksi seperti pada waktu penetapan
standar, kemudian tambahkan air sampai volume
total masing-masing 1 ml.
Tambahkan 1 ml TCA (Tri Chloroacetic Acid) 10%
pada masingmasing tabung reaksi sehingga protein
akan terdenaturasi.
Sentrifusa pada 3000 rpm selama 10 menit sampai
protein yang terdenaturasi mengendap, supernatan
dibuang dengan cara dekantasi.
Metode Biuret
Ke dalam endapan tambahkan 2 ml etil eter, campur
merata lalu sentrifusa kembali untuk menghilangkan
residu TCA. Biarkan mengering pada suhu kamar.
Ke dalam endapan kering ditambahkan air 4 ml,
campur merata.
Tambahkan 6 ml pereaksi biuret, alkali dalam
pereaksi ini akan melarutkan endapan yang tersisa
0.1-1.0 ml sampel (dipipet tepat) dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian diperlakukan seperti
penetapan standar
Studi Kasus
1.
2.
3.
4.
Studi Kasus
5. Jika berat sampel susu bubuk yang digunakan 1.49 g
dalam analisis protein (kjeldahl) dan jumlah larutan
NaOH (0.9 N) yang dibutuhkan untuk titrasi sampel
adalah 0.28 ml dan untuk blanko 40.56 ml, berapa
kadar protein sampel?
6. Konsentrat protein kacang tunggak sebanyak 0,5 g
dilarutkan dalam 10 ml akuades. Kemudian 1 ml larutan
sampel tersebut diencerkan menjadi 100 ml. Sebanyak
1 ml sampel digunakan untuk penetapan protein
dengan metode Biuret. Jika absorbansi adalah 1,08
berapa kadar proten dalam konsentrat tersebut
(%b/b)?
Studi Kasus
Tabel absorbansi (soal no 6) sebagai berikut
Volume (ml)
0.01
0.1
0.23
0.2
0.47
0.4
0.62
0.6
0.85
0.8
1.06
1.0
1.28