144 Diagnosis PerMenKes No 5
144 Diagnosis PerMenKes No 5
144 Diagnosis PerMenKes No 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
KELOMPOK UMUM
Tuberkulosis (TB) Paru
Morbili
Varisela
Malaria
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
Leptospirosis
Infeksi Pada Umbilikus
Kandidiasis Mulut
Lepra
Keracunan Makanan
Alergi Makanan
Exanthematous Drug Eruption
Fixed Drug Eruption (FDE)
Reaksi Anafilaktik
Syok
B
1
2
3
C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
E
1
2
3
TELINGA
Otitis Eksterna
Otitis Media Akut
Serumen Prop
F
1
HIDUNG
Benda Asing di Hidung
G
1
2
3
4
5
6
7
NEUROLOGI
PSIKOLOGIS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kejang Demam
Vertigo
Delirium
Tetanus
Rabies
Epilepsi
Status Epileptikus
Migren
Bell's Palsy
Tension Headache
1
2
3
4
Insomnia
Demensia
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Gangguan Psikotik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
M
1
2
3
4
5
6
7
8
N
1
SALURAN KEMIH
Infeksi Saluran Kemih
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
DIGESTIVE
Refluks Gastroesofageal
Gastritis
Intoleransi Makanan
Malabsorbsi Makanan
Demam Tifoid
Gastroenteritis
Disentri Basiler dan Disentri Amuba
Apendisitis Akut
Perdarahan Saluran Makanan Bagian Atas
Perdarahan Saluran Makanan Bagian Bawah
Hemororid Grade 1-2
Hepatitis A
Hepatitis B
Parotitis
Askariasis
Cutaneus Larva Migrans
Penyakit Cacing Tambang
Skistosomiasis
Strongiloidiasis
Taeniasis
Peritonitis
Kolesistitis
D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
MATA
Mata Kering/Dry eye
Buta Senja
Hordeolum
Konjungtivitis
Blefaritis
Perdarahan Subkonjungtiva
Benda aAsing di Konjungtiva
Astigmatism
Hipermetropia
Miopia Ringan
Presbiopia
Katarak pada Pasien Dewasa
Glaukoma Akut
KARDIOVASKULAR
Angina Pektoris
Infark Miokard
Takikardia
Gagal Jantung Akut dan Kronik
Cardiorespiratory Arrest
Hipertensi Esensial
Infark Serebral/Stroke
H
1
2
3
4
5
6
MUSKULOSKELETAL
Fraktur Terbuka
Fraktur Tertutup
Polimialgia Reumatik
Artritis Reumatoid
Artritis, Osteoartritis
Lipoma
RESPIRASI
KULIT
Epistaksis
Furunkel Pada Hidung
Faringitis
Rhintis Akut
Rhintis Alergik
Rhinitis Vasomotor
Tonsilitis
Laringitis
Bronkitis Akut
Influenza
Pneumonia Aspirasi
Pneumonia dan Bronkopneumonia
Pertusis
Asma Bronkial
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Miliaria
Veruka Vulgaris
Reaksi Gigitan Serangga
Herpes Zoster
Herpes Simpleks
Skabies
Pedikulosis Kapitis
Dermatofitosis
Pitiriasis versikolor/ Tinea versikolor
Pioderma
Dermatitis Seboroik
Dermatitis Atopik
Dermatitis Numularis
Liken simpleks kronik (neurodermatitis sirkumkripta)
Dermatitis Kontak Alergik (DKA)
Dermatitis Kontak Iritan
Napkin Eczema (dermatitis popok)
Pitiriasis Rosea
Moluskum Kontagiosum
Urtikaria
Filariasis
Luka Bakar Derajat I dan II
KESEHATAN WANITA
Hiperemesis Gravidarum
Kehamilan Normal
Pre-eklampsia
Eklampsia
Abortus
Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan
Ketuban Pecah Dini (KPD)
Persalinan Lama
Perdarahan Post Partum
Ruptur Perineum Tingkat 1-2
P
1
2
3
4
5
Penyakit Kelamin
Fluor Albus / Vaginal discharge Non Gonore
Sifilis
Gonore
Vaginitis
Vulvitis
Mastitis
No.
1
Diagnosis
Tuberkulosis (TB) Paru
kode
ICPC II ICD X
A70
A15
Komp.
4A
Anamnesa
Pbatuk berdahak 2 minggu
Pbatuk disertai dahak dapat bercampur darah
Pbatuk darah
Psesak nafas
Pnyeri dada
Ppleuritic chest pain
Pbadan lemah
Pnafsu makan
Pberat badan
Pmalaise
Pberkeringat malam tanpa kegiatan fisik
Pdemam meriang > 1 bulan
Pemeriksaan Fisik
Pdemam (subfebris/ tinggi dekali)
Prespirasi
PBB (BMI < 18,5)
Pauskultasi :
suara nafas bronkhial/amforik/ronkhi basah/
suara nafas melemah di apex paru
Pemeriksaan Penunjang
Edarah:
Plimfositosis/monositosis
PLED
PHB
Esputum: (sewaktu-pagi-sewaktu)
Pmikroskopis BTA
Pkultur kuman
ETB non paru, spesimen dapat
diambil dari bilas lambung
cairan serebrospinal, cairan
pleura atau biopsi jaringan.
Etes tuberkulin (mantoux test)
untuk TB pada anak, positif
bila W indurasi 10 mm.
Eradiologi:
Pfoto thorax PA-lateral/
top lordotik
Pbercak awan dengan batas
yang tidak jelas atau dapat
batas jelas (tuberkuloma)
Pkavitas
Ppleuritis
Pefusi pleura
Morbili
A71
B05.9
4A
Pdemam
Pkonjungtivitis
Plimfadenopati general
Ppada orofaring ditemukan koplik spot
sebelum munculnya eksantem (lesi
makula dan papula eritem)
Penegakan diagnosis
Standar Diagnosis:
batuk 2 minggu tidak jelas
penyebabnya, harus dievaluasi
untuk TB
Komplikasi:
a. Komplikasi paru: atelektasis,
hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis,
pneumotoraks, gagal napas
b. TB ekstraparu: pleuritis, efusi
pleura, perikarditis, peritonitis, TB
kelenjar limfe
c. Kor Pulmonal
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
Komplikasi:
otitis media, pneumonia,
ensefalitis, trombositopenia.
Faktor Risiko:
Anak yang belum imunisasi campak.
Peksantem hilang dalam 4-6 hari,
menghilang dengan urutan sesuai
urutan muncul dengan warna sisa
coklat kekuningan atau deskuamasi
ringan
3
Varisela
A72
B01.9
4A
Faktor Risiko:
a. Anak-anak
b. Riwayat kontak dengan penderita
c. imunodefisiensi
Komplikasi:
a. Pneumonia, ensefalitis, hepatitis
b. Pada kehamilan menyebabkan
sindrom varisela kongenital
Malaria
A73
B54
4A
Periode demam:
Pkulit terlihat memerah, teraba panas,
suhu tubuh dapat > 40C, kulit kering
Ppucat
Pnadi teraba cepat
Anamnesis:
Trias malaria (panas, menggigil,
berkeringat)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan mikroskopis
Pnafsu makan
Psakit perut
Pmual, muntah, diare
Ptakipneu
Klasifikasi:
a. Malaria falsiparum
b. Malaria vivaks
c. Malaria ovale
d. Malaria malariae
e. Malaria knowlesi
Faktor Risiko:
a. Riwayat menderita malaria sebelumnya
b. Tinggal di daerah yang endemis malaria
c. Pernah berkunjung 1-4 minggu di daerah
endemic malaria
d. Riwayat mendapat transfusi darah
Komplikasi:
a. Malaria serebral.
b. Anemia berat.
c. Gagal ginjal akut.
d. Edema paru atau ARDS.
e. Hipoglikemia.
f. Gagal sirkulasi atau syok.
g. Perdarahan spontan
h. Kejang berulang > 2kali per 24 jam
i. Asidemia
j. Makroskopik hemoglobinuria
A77
A90
A91
4A
Pnyeri retroorbital
Pmialgia/atralgia
Pruam
Pgusi berdarah
Pmimisan
Pnyeri perut
Pmual/muntah
Phematemesis/melena
Faktor Risiko:
a. Tinggal didaerah endemis dan padat
penduduknya
b. Pada musim panas dan kelembaban
tinggi
c. Sekitar rumah banyak genangan air
DBD:
*Peningkatan hematokrit >20%
dan atau menurun dibandingkan
nilai hematokrit sebelumnya
>20% setelah pemberian cairan.
*Trombositopenia (<100.000/ul).
Klasifikasi:
a. Derajat I: demam disertai
gejala konstitusional yang
tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah
uji bendung
b. Derajat II; seperti derajat I
namun disertai perdarah spontan
di kulit dan atau perdarahan lain
c. Derajat III: kegagalan sirkulasi
d. Derajat IV: syok berat, nadi
tak teraba, TD tidak terukur
Komplikasi:
Dengue Shock Syndrome (DSS)
6 Leptospirosis
A78
A27.9
4A
Faktor Risiko:
Riwayat bekerja atau terpapar lingkungan
yang terkontaminasi kencing tikus.
A78
4A
Ppanas
Prewel
Ptidak mau menyusu
Faktor Risiko:
a. Imunitas belum sempurna
b. Luka umbilikus
c. Kulit tipis sehingga mudah lecet
Pfebris
Pikterus
Pnyeri tekan pada otot
Pruam kulit
Plimfadenopati
Phepatomegali
Psplenomegali
Pedema
Pbradikardi relatif
Pkonjungtiva suffusion
Pgangguan perdarahan
Pkaku kuduk
EDarah rutin
Pleukosit antara 3000-26000/ul
dengan shift to the left
Ptrombositopenia yang ringan
pada 50% pasien
EUrin rutin
Psedimen urin (eritrosit ,
leukosit, hyalin, granular)
Pproteinuria ringan
Komplikasi:
a. Meningitis
b. Distress respirasi
c. Gagal ginjal
d. Gagal hati
e. Gagal jantung
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
Komplikasi:
a. Necrotizing fasciitis
b. Peritonitis
c. Trombosis vena porta
d. Abses
8 Kandidiasis mulut
A78
B37.9
4A
Pbercak merah
Poral trush
Epewarnaan gram
Epelarut KOH 10%
Faktor Risiko:
Imunodefisiensi
Lepra
A78
A30
4A
Faktor Risiko:
a. Sosial ekonomi rendah.
b. Kontak lama dengan pasien
c. Imunokompromais
d. Tinggal di daerah endemik lepra
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
Diare
Pada kulit:
Pbercak berbentuk plakat
Pkulit mengkilat
Pkering bersisik
Pkulit tidak berkeringat dan berambut
Pbaal
Philang sensasi nyeri dan suhu
Pvitiligo
Pdapat ditemukan nodul
Pemeriksaan mikroskopis
kuman BTA pada sediaan
kerokan jaringan kulit.
Klasifikasi:
Pausibasilar (PB)
Multibasilar (MB)
Pada syaraf:
Ppenebalan nervus perifer
Pnyeri tekan pada syaraf
Pkesemutan
Pnyeri anggota gerak
Pkelemahan agg. gerak dan atau wajah
Pdeformitas
Pulkus yang sulit sembuh
Pada ekstrimitas:
Dapat terjadi mutilasi.
Komplikasi:
a. Arthritis.
b. Sepsis.
c. Amiloid sekunder.
d. Reaksi kusta
10 Keracunan makanan
A86
T.62.2
4A
Pdiare akut
Pdarah pada lendir atau tinja
Pnyeri perut
Pkram otot perut
Pkembung
Pdehidrasi
Pnyeri tekan peurt, BU atau
Epemeriksaan mikroskopis
dari feses
Epewarnaan Gram, KOH dan
metilen biru Loeffler
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
dehidrasi berat
Faktor Risiko:
a. Riwayat makan/minum tidak higienis
b. Konsumsi daging /unggas kurang matang
c. Konsumsi makanan laut mentah
11 Alergi makanan
A92
4A
Eprick test
Euji provokasi makanan
Eeliminasi makanan
Komplikasi:
reaksi alergi berat
Faktor Risiko:
Terdapat riwayat alergi di keluarga
12 Exanthematous drug
eruoption
S07
L27.0
4A
Komplikasi:
eritroderma
Faktor Risiko:
a. Riwayat konsumsi obat
b. Riwayat atopi diri dan keluarga
c. Alergi terhadap alergen lain
d. Riwayat alergi obat sebelumnya
13 Fixed Drug Eruption (FDE)
A85
L27.0
4A
Faktor Risiko:
a. Riwayat konsumsi obat
b. Riwayat atopi diri dan keluarga
c. Alergi terhadap alergen lain
d. Riwayat alergi obat sebelumnya
14 Reaksi anafilaktik
A92
4A
Pgejala prodromal:
kulit: gatal, kulit kemerahan
gastrointestinal: perut kram, mual,
muntah, diare
Pgangguan sirkulasi
Pgangguan respirasi
Plesi khas:
a. Vesikel, bercak
b. Eritema
c. Lesi target berbentuk bulat lonjong
atau numular
d. Kadang-kadang disertai erosi
e. Bercak hiperpigmentasi dengan
kemerahan di tepinya
Komplikasi:
infeksi sekunder
Ptempat predileksi:
a. Sekitar mulut
b. Daerah bibir
c. Daerah penis atau vulva
Psesak, RR
Psianosis
Phipotensi
Ptakikardi
Pedema periorbital
Pmata berair
Phiperemi konjungtiva
Purtikaria dan eritema
3 kriteria:
onset akut suatu penyakit:
terlibatnya kulit, jaringan
mukosa atau kedua-duanya
salah satu dari respiratory
compromise
penurunan TD atau gejala yang
berkaitan dengan disfungsi organ
sasaran
dua atau lebih gejala berikut:
keterlibatan jaringan mukosa kulit
respiratory compromise
penurunan TD atau gejala yang
berkaitan
gejala GIT yang persisten
penurunan TD
*dewasa: TD sistolik <90mmHg
atau penurunan darah sistolik
>30% dari TD awal
*bayi dan anak: TD sistolik rendah
sesuai umr atau penurunan darah
sistolik >30%
Komplikasi:
Kerusakan otak, koma,kematian
15 Syok
K99
R57.9
3B
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
kerusakan otak, koma, kematian
Terapi
Jenis Obat
OAT
Dosis
Kriteria Rujukan
a. TB dengan komplikasi/
keadaan khusus
b. Suspel TB-MDR
Asiklovir:
Dewasa: 5x800mg/hari
Anak: 4x20mg/KgBB
(dosis maksimal 800 mg)
Wsupportif:
menjaga cairan tubuh
Wsimtomatis:
PCT
Antibiotik jika infeksi
sekunder
Vitamin A
Edukasi bahwa ini self
limiting disease.
WNutrisi TKTP
WHINDARI Aspirin
WLosio kelamin
WAntivirus oral selama 7-10
hari, efektif diberikan
pada 24 jam pertama
setelah lesi timbul
Edukasi bahwa ini self limiting
disease.
Valasiklovir:
Dewasa: 3x1000mg/hari
?Kina 10mg/KgBB/kali
(3x/hari selama 7 hari)
?Doksisiklin
Dewasa 3,5mg/KgBB/hari
8-14tahun 2,2mg/KgBB/hari
(2x/hari selama 7 hari)
?Tetrasiklin 4-5mg/KgBB/kali
(4x/hari selama 7 hari)
?Kina 10mg/KgBB/kali
(3x/hari selama 7 hari)
?Primakuin 0,25mg/KgBB/hari
(selama 14 hari)
?Klindamycin 10mg/KgBB
DHP selama 3 hari
Untuk profilaksis
Doksisiklin
WSimtomatis
Parasetamol 3x500-1000mg
WPemeliharaan volume
cairan sirkulasi
WSupportif
Observasi ketat
dehidrasi
hipotensi
perdarahan
gagak ginjal
WAntibiotik secepat mungkin
doksisiklin
ampisilin
eritromisin
penisilin injeksi (kasus berat)
WPerawatan lokal
Antiseptik (Klorheksidin atau
iodium povidon 2,5%)
Salep antibiotik
WPerawatan sistemik
Kloksasilin oral bila tanpa
gejala sistemik.
anak tampak sakit
cek sepsis
Diberikan antibiotik kombinasi
dengan aminoglikosida.
Bila tidak ada perbaikan
pertimbangkan kemungkinan
MRSA.
WGentian violet 1%
WNistatin
Untuk MB
*Hari ke1 setiap bulannya:
(obat diminum depan petugas)
rifampisin, lampren (klofazimin)
dan dapson/DDS
*Hari ke2-28 setiap bulannya:
lampren dan dapson/DDS
WAntihistamin
WKortikosteroid
WKortikosteroid
WAntihistamin
1 minggu.
?Setirizin 2x10mg/hari selama 7 hari
?Loratadin 1x10mg/hari selama 7 hari
WKortikosteroid
WAntihistamin
WTopikal tergantung lesi
erosi atau madidans:
kompres dengan NaCl 0,9%
atau Larutan Permanganas
kalikus 1/10.000 sampai
lesi kering
lesi kering lanjutkan dengan
kortikosteroid potensi ringan
sedang
WPosisi trendeleburg
WOksigen 3-5liter/menit, pada
keadaan ekstrim surgical
airway perlu dipertimbangkan
WIFVD: Dextran, RL, NaCl
WAdrenalin
WAminofilin
bila bronkospasme belum
hilang dengan adrenalin
WAntihistamin dan
Kortikosteroid
dapat diberikan setelah mulai
membaik
Syok obstruktif
*Penyebab harus diketahui
dan segera dihilangkan.
*Pericardiosintesis untuk
tamponade jantung.
*Dekompresi jarum atau pipa
thoracostomy atau keduanya
pada tension pneumothorax.
*Dukungan ventilasi dan jantung,
thrombolisis, mungkin prosedur
radiologi intervensional untuk
emboli paru.
*Laparotomi dekompresif untuk
abdominal compartment.
Syok kardiogenik
*Optimalkan pra beban dengan
infus cairan.
*Optimalkan kontraktilitas
jantung dengan inotropik,
selain itu dapat dipakai
dobutamin atau vasoaktif lain.
*Sesuaikan pasca beban.
Vasokonstriktor dapat dipakai
bila pasien hipotensi dan SVR
rendah.
Vasodilatasi mungkin diperlukan
untuk menurunkan SVR, tahanan
pada aliran darah dari jantung
yang lemah.
Obat yang dapat dipakai adalah
nitroprusside atau nitrogliserin.
*Jantung dekompensasi dapat
diberikan diuretik.
Syok distributif
*Resusitasi cairan segera dan
setelah terkoreksi dapat
diberikan vasopressor.
*Obat yang dapat dipakai
adalah dopamin, nor-epinefrin
dan vasopresin.
Syok neurogenik
*Mengamankan jalan nafas dan
resuitasi cairan, setelah itu
dapat diberikan epinefrin.
*Epinefrin akan memperberat
bradikardi sehingga dapat
ditambahkan dopamin, efedrin,
agen antimuskarinikatropin
dan glikopirolat.
No.
1
Diagnosis
Anemia
Anemia
Anemia
Anemia
Anemia
Anemia
kode
ICPC II ICD X
B82
Komp.
Anamnesa
D64.9
defisiensi besi
hemolitik
makrositik
aplastik
megaloblastik
4A
3A
3A
2
2
Faktor Risiko:
a. Ibu hamil
b. Remaja putri
c. Pemakaian obat cephalosporin,
chloramphenicol jangka panjang
d. Status gizi kurang
e. Faktor ekonomi kurang
Pemeriksaan Fisik
Mukokutaneus:
Ppucat
Psianotik
Patrofi papil lidah (a.defisiensi besi dan
a.pernisiosa)
Palopesia (a.defisiensi besi)
Pikterik (a.hemolitik)
Pkoilonikia (a.defisiensi besi)
Pglositis (a.pernisiosa)
Prambut kusam
Pvitiligo (a.pernisiosa)
Edarah:
PHb
PHt
Pleukosit
Ptrombosit
Peritrosit
Pmorfologi darah tepi
PMCV
PMCH
PMCHC
Pretikulosit
Kardiovaskular:
Ptakikardi
Pbising jantung
Respirasi:
Ptakipneu
Mata:
Pkonjungtiva anemis
B90
Z21
4A
Faktor Risiko:
a. Hubungan seksual yang berisiko
b. Pengguna napza suntik
c. Transfusi
d. Pembuatan tato dan atau alat medis/
alat tajam yang tercemar HIV
e. Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
f. Pasangan serodiskordan
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
a. Gagal jantung
b. Syncope
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan HIV
Limfadenitis
L04.9
B70
4A
Faktor Risiko:
a. Riwayat penyakit seperti tonsilitis
b. Riwayat perjalanan dan pekerjaan
ke daerah endemis penyakit tertentu
c. Paparan terhadap infeksi / kontak
sebelumnya kepada orang dengan
infeksi saluran nafas atas, faringitis
oleh Streptococcus, atau TB
EPemeriksaan skrining TB :
BTA sputum, LED, mantoux test.
EDarah perifer lengkap
Komplikasi:
a. Pembentukan abses
b. Selulitis
c. Sepsis
d. Fistula
Terapi
Jenis Obat
anemia defisiensi besi
anemia dikoreksi peroral:
sulfas ferrous
ferrous fumarat
ferrous glukonat
jika tidak dapat mentoleransi
koreksi peroral atau kondisi
akut maka dilakukan koreksi
parenteral segera
Dosis
Kriteria Rujukan
a. Anemia berat, indikasi .
transfusi (Hb < 6 mg%)
b. Untuk anemia karena
penyebab yang tidak
termasuk kompetensi dokter
layanan primer
Antiretroviral (ARV)
WKompres hangat
WPenyebabnya virus dapat
sembuh sendiri
WPenyebabnya bakteri:
antibiotik oral
WPenyebabnya mycobacterium
tuberkulosis: OAT
No.
1
Diagnosis
Reflux gastroesofageal
kode
ICPC II ICD X
D84
K21.9
Komp.
4A
Anamnesa
PRasa panas dan terbakar di retrosternal
atau epigastrik dan dapat menjalar ke leher
PKeluhan bertambah berat dengan posisi
terlentang
PTerjadi terutama setelah makan banyak dan
berlemak
PMuncul malam hari
PRasa cairan asam di mulut
PCegukan, mual, muntah
Pemeriksaan Fisik
Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD
Pemeriksaan Penunjang
EPengisian kuesioner GERD
EPPI test
EEndoskopi (standar baku untuk
diagnosis definitif)
Efungsi pankreas
Easam empedu
Etolerantasi laktosa dan xylose
Eabsorbsi pankreas
Eabsorbsi B12
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Faktor Risiko:
Usia > 40 thn, obesitas, kehamilan, merokok,
kopi, alkohol, coklat, makan berlemak,
beberapa obat sepertia nitrat, teophylin dan
verapamil, pakaian yang ketat, sering
mengangkat beban berat.
Gastritis
D07
K29.7
4A
Faktor Risiko:
a. Pola makan yang tidak baik.
b. Sering minum kopi dan teh.
c. Infeksi bakteri atau parasit.
d. Pengunaan obat analgetik dan steroid.
e. Usia lanjut.
f. Alkoholisme.
g. Stress.
h. Penyakit lainnya
3
Intoleransi makanan
Malabsorbsi makanan
Demam tifoid
D29
D29
D70
A01.0
4A
3A
4A
Penegakan diagnosis
Komplikasi:
a. Esofagitis
b. Ulkus esofagus
c. Perdarahan esofagus
d. Striktur esofagus
e. Barrets esophagus
f. Adenokarsinoma
g. Batuk dan asma
h. Inflamasi faring dan laring
i. Cairan pada sinus dan
telinga tengah
j. Aspirasi paru
Komplikasi:
a. Pendarahan saluran cerna atas.
b. Ulkus peptikum.
c. Perforasi lambung.
d. Anemia.
Komplikasi:
dehidrasi
PSuhu tinggi
PBau mulut karena demam lama
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Komplikasi:
dehidrasi
PNyeri otot
PPegal-pegal
PInsomnia
PAnoreksia
PMual, muntah
PGangguan GIT: konstipasi, meteorismus
atau diare
PNyeri abdomen
PBAB berdarah
*limfositosis relatif
*monositosis
*anesosinofilia
*trombositopenia ringan
*HB pada minggu 3 dan 4
Eserologi widal
Kenaikan titer 4 kali lipat
pada pemeriksaan ulang
dengan interval 5-7 hari.
Etes TUBEX
PPemeriksaan penunjang
Edarah rutin
Efeses lengkap
Pfebris
Pnyeri perut
Pdehidrasi
Ptenesmus
Epemeriksaan tinja
Faktor Risiko:
Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan
yang kurang.
Gastroenteritis
(disentri, kolera, giardiasis)
D73
A09
4A
Faktor Risiko:
a. Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan
yang kurang.
b. Riwayat intoleransi lactose, alergi obat.
c. Infeksi HIV atau infeksi menular seksual.
D70
4A
Komplikasi:
terjadi pada minggu 2 dan 3.
a. Tifoid ensefalopati
b. Syok septik
c. Peritonitis
d. Hepatitis tifosa
e. Pankreatitis tifosa
f. Pneumonia
Komplikasi:
syok hipovolemik
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
a. Haemolytic uremic syndrome.
b. Hiponatremia berat.
Apendisitis akut
S87
K.35.9
3B
c. Hipoglikemia berat.
d. Ensefalopati.
e. Komplikasi intestinal.
f. Bisul dan hemororid
Ppenilaian hemodinamik
Pevaluasi jumlah perdarahan
Pstigmata penyakit hati kronis:
*ikterus
*spider nevi
*asites
*splenomegali
*eritema palmaris
*edema tungkai
Pmassa abdomen
Pnyeri abdomen
Prangsangan peritoneum
Prectal toucher untuk melihat warna feses
Paspirat dari NGT
*putih keruh --> perdarahan tidak aktif
*merah --> perdarahan masif
Edarah lengkap
Efaal hemostasis
Efaal hati
Efaal ginjal
Egula darah
Eelektrolit
Egolongan darah
Epertanda hepatitis B dan C
Erontgen dada
EEKG
Eendoskopi (gold standard)
Ekontras barium (OMD) dengan
angiografi atau skintigrafi
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Pnyeri abdomen
Pterabanya massa di abdomen
Pfissura ani
Ppada RT adanya darah, massa
Ppucat
Ptakikardi
Phipotensi postural
Phepatosplenomegali
Pikterus
Pspider nevi
Inspeksi
Ppenderita berjalan membungkuk
Pkembung
Ppenonjolan perut kanan bawah pada
appendicular abses
Palpasi
Pnyeri tekan Mc Burney
Prebound tenderness
Pdefans muscular
Provsing sign
Ppsoas sign
Pobturator sign
Perkusi
Pnyeri ketok (+)
Auskultasi
Pperistatltik normal tetapi bila sudah
terjadi perforasi peristaltik (-)
Rectal Toucher
Pnyeri tekan pada jam 9-12
Komplikasi:
a. Perforasi appendix
b. Peritonitis umum
c. Sepsis
*Tanda perforasi:
Pnyeri seluruh abdomen
Ppekak hati hilang
Pbisis usus hilang
*Apendiks yang mengalami gangren atau
perforasi dengan gejala:
a. Gejala progresif dengan durasi > 36 jam
b. Demam tinggi lebih dari 38,5C
c. Lekositosis (AL lebih dari 14.000)
d. Dehidrasi dan asidosis
e. Distensi
f. Menghilangnya bising usus
g. Nyeri tekan kuadran kanan bawah
h. Rebound tenderness sign
i. Rovsing sign
j. Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal
9
D14
D15
1
2
3A
3B
Faktor Risiko:
Sering mengkonsumsi obat-obat NSAID.
D70
3A
4A
3A
3A
2
Komplikasi:
a. Syok hipovolemia
b. Aspirasi pneumonia
c. Gagal ginjal akut
d. Anemia
e. Sindrom hepatorenal
f. Koma hepatikum
Komplikasi:
a. Syok hipovolemik
b. Gagal ginjal akut
c. Anemia
D95
4A
Ptenesmus ani
Ptelangiektasia
Ptanda-tanda anemia
inspeksi
*hemoroid derajat 1, tidak menunjukkan
suatu kelainan
*hemoroid derajat 2, bagian hemoroid yang
tertutup kulit terlihat bengkak
*hemoroid derajat 3 dan 4, massa yang
menonjol dari lubang anus yang bagian
luarnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya
oleh mukosa yang berwarna keunguan
atau merah
palpasi
*pada stadium awal tidak dapat dideteksi
dengan palpasi
*setelah berlangsung lama dan telah prolaps,
hemororid dapat diraba
Eanoskopi
Eprogtosigmoidoskopi
Edarah rutin
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Pfebris
PSclera ikterik, jaundice
Phepatomegali
PWarna urine seperti teh
PTinja seperti dempul
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Faktor Risiko:
a. Penuaan
b. Lemahnya dinding pembuluh darah
c. Wanita hamil
d. Konstipasi
e. Konsumsi makanan rendah serat
f. Peningkatan tekanan intraabdomen
g. Batuk kronik
h. Sering mengedan
i. Penggunaan toilet yang berlama-lama
12 Hepatitis A
D72
4A
PDemam
PMata dan kulit kuning
PPenurunan nafsu makan
PNyeri otot dan sendi
PLemah, letih, lesu
PMual, muntah
PWarna urin seperti teh
PTinja seperti dempul
Komplikasi:
a. Hepatitis A Fulminan
b. Sirosis Hati
c. Ensefalopati Hepatik
d. Koagulopati
Faktor Risiko:
a. Sanitasi makanan atau minuman kurang
b. Menggunakan alat makan dan minum
penderita hepatitis
13 Hepatitis B
D72
3A
Pkonjungtiva ikterus
Ppembesaran hati dan sedikit nyeri tekan
Psplenomegali dan limfadenopati
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
a. Sirosis Hati
b. Ensefalopati Hepatik
c. Kanker Hati
Faktor Risiko:
a. mempunyai hubungan kelamin dengan
penderita
b. memakai jarum suntik bergantian
c. menggunakan alat-alat yang bisa melukai
bersama-sama dengan penderita
d. bekerja yang terpapar darah manusia
e. transfusi darah
f. hemodialisis
g. anak yang dilahirkan dari ibu yang
menderita hepatitis B
14 Parotitis
D83
K11.2
4A
Pdemam
Ppembengkakan pada kelenjar parotis
mulai dari depan telinga hingga raang
bawah
Pnyeri terutama saat mengunyah dan
mulut terasa kering
Pdemam
Ppembengkakan kelenjar parotis
Peritema pada kulit.
Pnyeri tekan di kelenjar parotis
Pterdapat air liur purulen
Eanti-SS-A
Eanti-SS-B
Efaktor rhematoid
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
D96
B77.9
4A
Pnafsu makan
Pperut membuncit
Plemah
Ppucat
PBB
Pmual, muntah
Pgangguan karena larva biasanya terjadi
pada saat berada di paru, perdarahn kecil
dinding alveolus, batuk, demam, eosinofili
Pgangguan yang disebabkan cacing dewasa
biasanya ringan seperti mual, nafsu makan
berkurang, diare atau konstipasi, pada
anak dapat terjadi malabsorbsi, ileus
Panemis
Ptanda-tanda malnutrisi
Pnyeri abdomen
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
anemia defisiensi besi
Faktor Risiko:
a. Kebiasaan tidak mencuci tangan.
b. Kurangnya penggunaan jamban.
c. Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk.
d. Kebiasaan tidak menutup makanan.
16 Cutaneus larva migrans
D96
B76.9
4A
Tidak ada
Pkonjungtiva pucat
Pground itch
Epemeriksaan mikroskopis
pada tinja segar
Komplikasi:
Terjadi infeksi sekunder.
Faktor Risiko:
Sering berjalan tanpa alas kaki atau kontak
dengan tanah atau pasir.
17 Penyakit cacing tambang
D96
B76.0
B76.1
4A
Faktor Risiko:
a. Kurangnya penggunaan jamban keluarga.
b. Menggunakan tinja sebagai pupuk.
c. Tidak menggunakan alas kaki.
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Klasifikasi:
a. Nekatoriasis
b. Ankilostomiasis
Komplikasi:
anemia
18 Skistosomiasis
D96
B65.9
B65.2
4A
fase akut
Pdemam
Pnyeri kepala
Pnyeri tungkai
Purtikaria
Pbronchitis
Pnyeri abdomen
Ppruritic rash
fase kronis
S. hematobium:
Phematuria
Ptidak nyaman hingga nyeri saat berkemih
S. mansoni, S. japonicum, S. mekongi:
Pnyeri abdomen
Pdiare berdarah
S. japonicum:
Ppembesaran perut
Pkuning pada kulit dan mata
Faktor Risiko:
Orang-orang yang tinggal atau datang
berkunjung ke daerah endemik dan terpajan
skistosomiasis akut
Plimfadenopati
Phepatosplenomegaly
Pgatal pada kulit
Pdemam
Purtikaria
PBAB berdarah (bloody stool)
skistosomiasis kronik
Phipertensi portal dengan distensi abdomen,
hepatosplenomegaly
Pgagal ginjal dengan anemia dan hipertensi
Pgagal jantung dengan gagal jantung kanan
Pintestinal polyposis
Pikterus
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
a. gagal ginjal
b. gagal jantung
D96
B78.9
4A
Emikroskopik tinja
Edarah
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Emikroskopik tinja
Emakroskopik tinja
Edarah tepi
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Faktor Risiko:
a. Kurangnya penggunaan jamban.
b. Tanah yang terkontaminasi.
c. Penggunaan tinja sebagai pupuk.
d. Tidak menggunakan alas kaki.
20 Taeniasis
D96
B68.9
4A
Komplikasi:
sistiserkosis
Faktor Risiko:
a. Mengkonsumsi daging yang dimasak setengah
matang/mentah
b. Higiene yang rendah dalam pengolahan
makanan bersumber daging
c. Ternak yang tidak dijaga kebersihan kandang
dan makanannya
21 Peritonitis
22 Kolesistitis
D99
D98
K65.9
K81.9
3B
3B
Pdemam
Pkolik perut kanan atas atau epigastrium
dan teralihkan ke bawah angulus scapula
kanan, bahu kanan atau yang ke sisi kiri
berlangsung 30-60 menit tanoa peredaan
Pserangan muncul setelah konsumsi
makanan besar atau berlemak malam hari
Pflatulens dan mual
Pikterik
Pteraba massa kandung empedu
Pnyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis
lokal, tanda murphy (+)
Edarah: leukositosis
Faktor Risiko:
Riwayat kolesistitis akut sebelumnya.
Komplikasi:
septikimia dan syok
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
a. Gangren atau empiema
kandung empedu
b. Perforasi kandung empedu
c. Peritonitis umum
d. Abses hati
Terapi
Jenis Obat
Dosis
Omeprazole 2x20mg/hari
Lansoprazole 2x30mg/hari
WH2 Bloker
H2 Bloker 2x/hari
?Ranitidin 150mg/kali
?Famotidin 20mg/kali
?Simetidin 400-800mg/kali
PPI 2x/hari
?Omeprazole 20mg/kali
?Lansoprazole 30mg/kali
Antasida 3x500-1000mg/hari
WPPI
WAntasida
Domperidon 3x10mg
Kriteria Rujukan
a. Pengobatan empirik tidak
menunjukkan hasil
b. Pengobatan empirik menunjukkan
hasil tetapi kambuh kembali
c. Adanya alarm symptom
1. Berat badan menurun
2. Hematemesis melena
3. Disfagia
4. Odinofagia
5. Anemia
WSimtomatik
antipiretik dan mengurangi
Kloramfenikol
Dewasa: 4x500mg selama 10 hari
keluhan GIT
WDefinitif
antibiotik
Lini pertama:
kloramfenikol, ampisilin,
amoksisilin, kotrimoksazol
Lini kedua:
ceftriaxone, cefotaxime,
kuinolon
WAntidiare
loperamide, difenoksilat
atropine, tinktur opium, bismut
subsalisilat, atapulgit, smectite,
hidrasec
WAntimikroba
kuinolon, trimetropim/
sulfamethoxazole, metronidazole
atapulgit 4x2tablet/hari
smectite 3x1sachet
hidrasec 3x1/hari
WProbiotik
WCairan
Antibiotik
Jika setelah 2 hari menunjukkan
perbaikan, terapi diteruskan
selama 5 hari. Bila tidak ada
perbaikan, antibiotik diganti
dengan jenis lain.
Kasus berat.
WApendiktomi
WAntibiotik spektrum luas
Penatalaksanaan sesuai
penyebab.
Kehilangan darah samar
memerlukan suplementasi besi
jangka panjang.
Obat antiinflamasi.
Kombinasi estrogen progesteron.
sukralfat 3-4x1gram
WAntipiretik
WAntiemetik
WH2 Bloker
WPPI
WAntipiretik
WAntiemetik
WH2 Bloker
WPPI
WSimtomatis
WAntibiotik spektrum luas
Ibuprofen 2x400mg/hari
Metoklopramid 3x10mg/hari
Domperidon 3x10mg/hari
Simetidin 3x200mg/hari
Ranitidin 2x150mg/hari
Omeprazole 1x20mg/hari
WPirantel pamoat
WMebendazole
WAlbendazole
WTiabendazol
WAlbendazol
WPirantel pamoat
WMebendazole
WAlbendazole
WSulfasferosus
WPrazikuantel
walaupun pemberian single
terapi sudah bersifat kuratif,
tetapi setelah 2-4 minggu dapat
dilakukan pengulangan
WAlbendazole
WMebendazole
WAlbendazole
WMebendazole
Antibiotik
WGolongan penisilin
WSefalosporin
Wmetronidazol
No.
1
Diagnosis
Mata kering/dry eye
kode
ICPC II ICD X
F99
H04.1
Komp.
4A
Anamnesa
Pmata terasa gatal, berpasir
Psensasi terbakar, merah, perih
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Pvisus normal
Pfoamy tears pada konjungtiva forniks
Ppenilaian produksi air mata dengan tes
Schirmer hasil <10mm (N=>20mm)
PAnamnesis
PPemeriksaan Oftalmologi
Faktor Risiko:
a. Usia
b. Penggunaan komputer lama
c. Penyakit sistemik
d. Penggunaan lensa kontak
2
Buta senja
F99
H53.5
4A
Penegakan diagnosis
Komplikasi:
a. Keratitis
b. Penipisan kornea
c. Infeksi sekunder oleh bakteri
d. Neovaskularisasi kornea
Tanda-tanda defisiensi vitamin A:
Pbercak bitot pada konjungtiva
Pkornea serosis
Pkulit tampak kering dan bersisik
Tidak diperlukan
Tidak diperlukan
Faktor Risiko:
a. Defisiensi vitamin A
b. Retinitis pigmentosa
3
Hordeolum
F72
H00.0
4A
Komplikasi:
a. Selulitis palpebra.
b. Abses palpebra.
Konjungtivitis
Konjungtivitis infeksi
Konjungtivitis alergi
4A
F70
F71
H10.9
H10.1
Faktor Risiko:
a. Daya tahan tubuh yang menurun
b. Adanya riwayat atopi
c. Penggunaan kontak lens dengan
perawatan yang tidak baik
d. Higiene personal yang buruk
PAnamnesis
PPemeriksaan Oftalmologi
Klasifikasi konjungtivitis:
a. konjungtivitis bakterial
konjungtiva hiperemis, sekret
purulen atau mukopurulen dapat
disertai membran atau pseudomembran
b. konjungtivitis virus
konjungtiva hiperemis, sekret
mukoserous, pembesaran kelenjar
kelenjar preaurikular
c. konjungtivitis alergi
konjungtiva hiperemis, riwayat
atopi atau alergi dan keluhan gatal
Komplikasi:
keratokonjungtivitis
5
Blefaritis
F72
H01.0
4A
Tidak diperlukan
Tidak diperlukan
Komplikasi:
a. Blefarokonjungtivitis
b. Madarosis
c. Trikiasis
Faktor Risiko:
a. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
b. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.
c. Daya tahan tubuh yang menurun.
6
Perdarahan subkonjungtiva
F75
H57.8
4A
Faktor Risiko:
a. Hipertensi
b. Trauma tumpul atau tajam
c. Penggunaan obat pengencer darah
d. Benda asing
e. Konjungtivitis
7
F76
T15.9
4A
Pnyeri
Pmata merah dan berair
Psensasi benda asing
Pfotofobia
Tidak diperlukan
Komplikasi:
Tergantung pada jumlah, ukuran
dan jenis benda asing.
Faktor Risiko:
Pekerja di bidang industri yang tidak
memakai kacamata pelindung.
Astigmatism
Astigmatism ringan
F91
Hipermetropia
F91
10 Miopia ringan
H52.2
4A
F91
H52.0
H52.1
4A
4A
Ppenglihatan kabur
Ppasien memicingkan mata untuk dapat
melihat lebih jelas
Phanya dapat membaca dengan jarak
lebih dekat
Tidak diperlukan
PAnamnesis
PPemeriksaan Oftalmologi
Tidak diperlukan
PAnamnesis
PPemeriksaan refraksi subjektif
Tidak diperlukan
Faktor Risiko:
Genetik
Komplikasi:
a. Esotropia
b. Glaukoma sekunder
c. Ambliopia
PAnamnesis
PPemeriksaan refraksi subjektif
11 Presbiopia
F91
H52.4
4A
Tidak diperlukan
PAnamnesis
PPemeriksaan refraksi subjektif
Pvisus menurun
Prefleks pupil dan TIO normal
Ptidak ditemukan kekeruhan kornea
Pkekeruhan lensa
Piris shadow test (+)
Tidak diperlukan
PAnamnesis
PPemeriksaan Oftalmologi
Trias glaukoma:
a. Peningkatan TIO
b. Perubahan patologis pada diskus optikus
c. Defek lapang pandang yang khas
Faktor Risiko:
Usia lanjut >40 tahun
F92
H26.9
Komplikasi:
Glaukoma
Faktor Risiko:
a. Usia lebih dari 40 tahun.
b. Penyakit sistemik seperti Diabetes Mellitus.
c. Pemakaian tetes mata steroid secara rutin.
13 Galukoma akut
F93
H40.2
4A
Faktor Risiko:
a. Glaukoma akut : bilik mata depan dangkal
b. Glaukoma kronik :
1. Primer:
usia >40 tahun, riwayat keluarga glaukoma.
2. Sekunder :
Penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus.
Pemakaian tetes mata steroid secara rutin.
Riwayat trauma pada mata
PAnamnesis
PPemeriksaan Oftalmologi
Klasifikasi:
Galukoma akut
Pvisus
PTIO
Pkonjungtiva bulbi: hiperemia kongesti,
kemosis dengan injeksi silier, injeksi
konjungtiva
Pedema kornea
Pbilik mata depan dangkal
Ppupil mid dilatasi, refleks pupil negatif
Galukoma kronik
Pvisus dapat normal
Plapangan pandang menyempit
PTIO
Ppada funduskopi, C/D rasio meningkat
Terapi
Jenis Obat
Air mata buatan
Dosis
Karboksimetilselulosa tetes mata
Kriteria Rujukan
Jika timbul komplikasi
Vitamin A
Wsistemik
Infeksi bakteri
Kloramfenikol tetes mata
Gonore
Kloramfenikol tetes mata dan
suntikan
Alergi
Flumetolon tetes mata
Viral
Salep acyclovir 3%
?eritromisin
?basitrasin
?gentamisin
KCl
Timolol
Tetes mata kobinasi
No.
1
Diagnosis
Otitis eksterna
kode
ICPC II
ICD X
H70
H60.9
Komp.
4A
Anamnesa
Prasa sakit pada telinga, terutama bila
daun telinga disentuh dan waktu mengunyah
Prasa gatal yang hebat dan rasa penuh
pada liang telinga
Pkurang pendengaran
Faktor Risiko:
a. Lingkungan yang panas dan lembab
b. Berenang
c. Membersihkan telinga secara berlebihan
d. Memasukkan air ke dalam telinga
e. Penyakit sistemik diabetes
H71
H66.0
4A
Faktor Risiko:
a. Bayi dan anak
b. Infeksi saluran napas berulang
c. Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
Serumen prop
H81
H61.2
4A
Pemeriksaan Fisik
Pnyeri tekan pada tragus
Pnyeri tarik daun telinga
PKGB regional dapat membesar dan nyeri
Ppada liang telinga:
*otitis eksterna sirkumskripta
furunkel atau bisul, liang telinga sempit
*otitis eksterna difusa
liang telinga sempit, hiperemis, odem,
sekret sedikit
*otomikosis
terlihat jamur seperti serabut kapas
*herpes zoster otikus
lesi kulit vesikuler
Ppada pemeriksaan kenala kadang
didapatkan tuli konduktif
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sediaan langsung
jamur dengan KOH untuk
otomikosis.
Penegakan diagnosis
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Klasifikasi:
a. otitis eksterna akut:
otitis eksterna sirkumskripta
otitis eksterna difus
b. infeksi pada 2/3 dalam liang
telinga akibat bakteri/jamur
c. herpes zoster otikus
Komplikasi:
Stenosis liang telinga.
Pdemam
Pdengan otoskopi:
* pada stadium oklusi tuba terdapat
retraksi membran, warna membran suram,
refelks cahaya ngeatif
*pada stadium hiperemis, membran tampak
hiperemis serta edema
*pada staidum supurasi, membran menonjol
ke arah luar (bulging) bewarna kekuningan
*pada staidum perforasi, membran ruptur
dan nanah keluar mengalir ke liang telinga
luar
*pada stadium resolusi, bila membran tetap
utuh maka perlaha-lahan akan normal
kembali, bila telah perforasi maka sekret
akan berkurang dan mengering
Pdengan pemeriksaan penala dapat
ditemukan tuli konduktif
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Pdengan otoskopi:
obstruksi liang telinga oleh material
berwarna kuning kecoklatan/kehitaman
Pdengan pemeriksaan penala dapat
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Komplikasi:
a. Otitis Media Supuratif Kronik
b. Abses sub-periosteal
c. Mastoiditis akut
Komplikasi:
Faktor Risiko:
a. Dermatitis kronik liang telinga luar
b. Liang telinga sempit
c. Produksi serumen banyak dan kering
d. Adanya benda asing di liang telinga
e. Kebiasaan mengorek telinga
Terapi
Jenis Obat
Dosis
Kriteria Rujukan
a. Herpes zoster otikus
b. Otitis eksterna nekrotikan
WTopikal
Otitis eksterna sirkumskripta
salep ikhtiol
salep polymixin B atau basitrasin
Otitis eksterna difus
memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik seperti
campuran polimiksin B, neomisin,
hidrokortison dan anaestesi topikal
Otomikosis
mencuci liang telinga dengan
asam asetat 2% dalam alkohol 70%
setiap hari selama 2 minggu. Tetes
telinga siap beli dapat digunakan
seperti asetat-nonakueous 2% dan
m-kresilasetat
WOral sistemik
Antibiotik sistemik
Analgetik paracetamol dan ibuprofen
Pengobatan herpes zoster
WTopikal
Stadium oklusi
Obat tetes hidung HCl efedrin 0,5%
(atau oksimetazolin 0,025%) untuk
anak <12 tahun
HCl efedrin 1% (atau oksimetazolin
0,05%) untuk anak >12tahun
Stadium perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama
3-5 hari
Antibiotik adekuat yang tidak
ototoksik seperti ofloxacin tetes
tinga sampai 3 minggu
WOral sistemik
Antihistamin
Antipiretik
Antibiotik
Stadium oklusi dan hiperemis
Penisilin dan eritromisin
Jika terdapat resistensi, diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat
atau sefalosporin.
Stadium supurasi
Dilakukan miringotomi dan
pemberian antibiotik.
Jika kuman sudah resisten (infeksi
berulang), kombinasi amoksisilin
dan asam klavulanat.
?Ampisilin
Dewasa 4x500mg sehari
Anak 4x25mg/KgBB sehari
?Amoksisilin
Dewasa 3x500mg sehari
Anak 3x10mg/KgBB sehari
?Eritromisin
Dewasa 4x500mg sehari
Anak 4x10mg/KgBB sehari
?Amoksisilin
Dewasa 3x500mg sehari
Bayi/Anak 50mg/KgBB/hari
?Eritromisin
Dewasa 3x500mg sehari
Bayi/Anak 50mg/KgBB/hari
?Cotrimoxazole
Dewasa 2x2 tablet (480mg)
Anak 2x5ml (240mg)
?Amoksisilin + Asam klavulanat
Dewasa 3x625mg
No.
1
Diagnosis
Benda asing di hidung
kode
ICPC II
ICD X
R87
T17.1
Komp.
4A
Anamnesa
Phidung tersumbat
Faktor Risiko:
a. anak <12 tahun
b. keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme, epilepsi
c. emosi, gangguan psikis
d. ukuran, bentuk serta sifat benda asing
e. kecorobohan
Pemeriksaan Fisik
Pdengan bantuan spekulum dan lampu
kepala ditemukan adanya benda asing
Pemeriksaan Penunjang
Bila sudah terjadi infeksi sinus,
perlu pemeriksaan radiologi.
Penegakan diagnosis
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Komplikasi:
Benda asing dapat masuk
ke laring dan saluran
nafas bagian bawah.
Terapi
Jenis Obat
Wtindakan untuk mengeluarkan
Wfarmakoterapi
*antibiotik sistemik selama
3-5 hari hanya diberikan
bila terjadi laserasi
*antibiotik sistemik selama
5-7 hari hanya diberikan
pada kasus yang telah
menimbulkan infeksi
Dosis
Kriteria Rujukan
Pengeluaran benda asing
tidak berhasil.
No.
1
Diagnosis
Angina pektoris
kode
ICPC II
ICD X
K74
I20.9
Komp.
3B
Anamnesa
Nyeri dada yang khas seperti rasa ditekan
atau terasa berat seperti ditimpa beban
yang sangat berat.
Pnyeri dada di daerah sternum atau di
bawah sternum, atau dada sebelah kiri
dan kadang menjalar ke lengan kiri,
punggung, rahang, leher atau ke lengan
kanan
Pnyeri dada seperti tertekan benda berat
atau seperti diperas atau terasa panas,
kadang hanya mengeluh perasaan tidak
enak di dada
Pnyeri dada biasanya timbul saat beraktivitas,
nyeri dada segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya
Plamanya nyeri dada berlangsung 1-5 menit,
bila berlangsung .20 menit, mungkin pasien
mengalami IMA
Psesak napas, perasaan lelah, keringat dingin
Pemeriksaan Fisik
Pdapat tidak menunjukkan kelainan
Pwalau jarang, saat auskultasi dapat
terdengar derap atrial atau ventrikel
dan murmur sistolik daerah apeks
Pfrekuensi denyut jantung dapat menurun,
menetap atau meningkat
Ppembesaran jantung
Pemeriksaan Penunjang
EEKG
Efoto toraks
Infark miokard
K75
I21.9
3B
Komplikasi:
Infark miokard
EEKG
Ekadar enzim dan isoenzim
Takikardia
K79
3B
Ppalpitasi
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Klasifikasi:
a. STEMI
b. NSTEMI
Faktor Risiko:
yang tidak dapat diubah
a. pria >45 tahun, wanita >55 tahun
b. jenis kelamin laki-laki
c. riwayat keluarga dengan PJK
yang dapat diubah
a. Mayor
1. Peningkatan lipid serum
2. Hipertensi
3. Merokok
4. Konsumsi alkohol
5. Diabetes Melitus
6. Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
b. Minor
1. Aktivitas fisik kurang
2. Stress psikologik
3. Tipe kepribadian
3
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Klasifikasi:
a. Stable Angina Pectoris
Keluhan nyeri dada timbul bila
melakukan suatu pekerjaan
1. Selalu timbul sesudah latihan berat
2. Timbul sesudah latihan sedang
3. Timbul waktu latihan ringan
4. Ttimbul jika gerak badan ringan
b. Unstable Angina Pectoris
Dapat terjadi saat istirahat atau
bekerja. Keluhan bertambah
progresif.
c. Angina Prinzmetal
Terjadi spasme arteri koroner.
Faktor Risiko:
yang tidak dapat diubah
a. pria >45 tahun, wanita >55 tahun
b. jenis kelamin laki-laki
c. riwayat keluarga dengan PJK
yang dapat diubah
a. Mayor
1. Peningkatan lipid serum
2. Hipertensi
3. Merokok
4. Konsumsi alkohol
5. Diabetes Melitus
6. Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
b. Minor
1. Aktivitas fisik kurang
2. Stress psikologik
3. Tipe kepribadian
2
Penegakan diagnosis
Komplikasi:
a. aritmia letal
b. perluasan infark dan
iskemia paska infark,
disfungsi otot jantung,
defek mekanik, ruptur
miokard
EEKG
PAnamnesis
Tachicardy Unspecified
Supraventicular Tachicardy
Ventricular Tachicardy
Psesak napas
Pmudah lelah
Pnyeri atau rasa tidak nyaman di dada
Pdenyut jantung istirahat lebih dari 100bpm
PTD terjadi pada kondisi yang tidak stabil
Ppusing
Psinkop
Pberkeringat
Pkesadaran bila terjadi gangguan hemodinamik
R00.0
I47.1
I47.2
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
kematian
Faktor Risiko:
a. Penyakit Jantung Koroner
b. Kelainan Jantung
c. Stress dan gangguan kecemasan
d. Gangguan elektrolit
4
K77
I50.9
3B
3A
Pdyspneu deffort
Portopneu
Pparoxysmal nocturnal dyspneu
Plemas, mual, muntah dan gangguan mental
Faktor Risiko:
a. Hipertensi
b. Dislipidemia
c. Obesitas
d. Merokok
e. Diabetes melitus
f. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
g. Riwayat infark miokard
EEKG
Efoto toraks
Edarah perifer lengkap
Kriteria Framingham:
minimal 1 kriteria mayor
dan 2 kriteria minor
Kriteria mayor
a. Paroxysmal nocturnal dyspneu
b. Distensi vena-vena leher
c. JVP
d. Ronkhi
e. Terdapat kardiomegali
f. Edema paru akut
g. Gallop (S3)
h. Refluks hepatojugular positif
Kriteria minor
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam
c. dyspneu deffort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. penurunan kapasitas vital paru
g. takikardi >120 kali per menit
Komplikasi:
a. Syok kardiogenik
b. Gangguan keseimbangan
elektrolit
Cardiorespiratorry arrest
Hipertensi esensial
K 80
K86
I10
3B
4A
Ptidak sadar
Ptidak ada nafas
Ptidak teraba nafas
Ptidak teraba denyut nadi di karotis dan
femoralis
EEKG
Eurinalisis
Etes gula darah
Etes kolesterol
Eureum kreatinin
Efunduskopi
EEKG
Efoto toraks
Faktor Risiko:
yang tidak dapat dimodifikasi
a. Umur
b. Jenis kelamin
PPemeriksaan fisik
Komplikasi:
Hipoksia ensefalopati,
kerusakan neurologi permanen
dan kematian.
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Klasifikasi:
7 Infark serebral/stroke
K90
I63.9
3B
Faktor Risiko:
yang tidak dapat dimodifikasi
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Genetik
yang dapat dimodifikasi
1. Hipertensi
2. DM
3. Penyakit jantung
4. Dislipidemia
5. Merokok
Komplikasi:
a. hipertensi dengan komplikasi
b. proteinuria dan gangguan
fungsi ginjal
c. aterosklerosis
d. retinopati
e. stroke atau TIA
f. infark miokard
g. angina pectoris
h. gagal jantung
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Komplikasi:
Dehidrasi, pneumonia, ISK.
Terapi
Jenis Obat
Wmodifikasi gaya hidup
Wfarmakologi
nitrat dikombinasikan dengan
-blocker atau CCB non dihidropiridin
antiplatelet: aspirin
Woksigen dimulai 2l/menit
MONACO
M: Morfin
O: Oksigen
N: Nitrat
A: Aspirin
CO: Clopidogrel
Dosis
Morfin 2,5-5mg IV
Oksigen 2-4L/m
Nitrogliserin infus dengan dosis mulai dari
5mcg/m (titrasi) atau ISDN 5-10mg sublingual
maksimal 3 kali.
Aspirin dosis awal 160-320mg dilanjutkan
dosis pemeliharaan 1x160mg.
Clopidogrel dosis awal 300-600mg dilanjutkan
dosis pemeliharaan 1x75mg.
Kriteria Rujukan
Dilakukan rujukan ke layanan
sekunder untuk tatalaksana
lebih lanjut.
Keadaan stabil :
Dilakukan vagal manuver.
Bila dengan vagal manuver tidak
respon dilanjutkan pemberian
adenosin 6 mg bolus cepat. Bila
tidak respon boleh diulang 12mg
sebanyak 2 kali.
O2 nasal 4L/m.
maksimal
maksimal
maksimal
maksimal
No.
1
Diagnosis
Fraktur terbuka
kode
ICPC II
ICD X
L76
T14.
Komp.
3B
Anamnesa
Ppatah tulang terbuka setelah trauma
Pnyeri
Psulit digerakkan
Pdeformitas
Pbengkak
Pperubahan warna
Pgangguan sensibilitas
Pkelemahan otot
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi (look)
Padanya luka terbuka pada kulit
Palpasi (feel)
Probekan kulit yang terpapar dunia luar
Pnyeri tekan
Pterabanya jaringan tulang yang menonjol keluar
Pdeformitas
Ppanjang anggota gerak berkurang dibandingkan
sisi yang sehat
Gerak (move)
Pumumnya tidak dapat digerakkan
Pemeriksaan Penunjang
Efoto polos dalam proyeksi
AP dan lateral
Epemeriksaan radiologi lainnya
sesuai indikasi
Edarah rutin dan golongan darah
Penegakan diagnosis
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Klasifikasi:
Grade I
a. fraktur terbuka dengan luka
kulit <1cm dan bersih
b. kerusakan jaringan minimal,
frakturnya simple atau oblique
dan sedikit kominutif
Grade II
a. fraktur terbuka dengan luka
robek >1cm, tanpa ada kerusakan
jaringan lunak
b. flap kontusio avulsi yang luas
serta fraktur komunitif sedang
dan kontaminasi sedang
Grade III
Fraktur terbuka segmental atau
kerusakan jaringan lunak yang
luas atau amputasi traumatic,
derajat kontaminasi yang berat
dan trauma dengan kecepatan
tinggi.
Grade IIIa
fraktur segmental atau sangat
komunitif penutupan tulang
dengan jaringan lunak cukup
adekuat
Grade IIIb
kehilangan jaringan lunak yang
cukup luas, terkelupasnya daerah
periosteum dan tulang tampak
terbuka, kontaminasi berat
Grade IIIb
fraktur dengan kerusakan pembuluh
darah
Komplikasi:
a. Perdarahan, syok septik sampai
kematian
b. Septikemia, toksemia
c. Tetanus
d. Gangren
e. Perdarahan sekunder
f. Osteomielitis kronik
g. Delayed union
h. Nonunion dan malunion
i. Kekakuan sendi
j. Komplikasi lain oleh karena
perawatan yang lama
2
Fraktur tertutup
L76
T14.
3B
Inspeksi (look)
Pdeformitas dari jaringan tulang, namun tidak
menembus kulit
Panggota tubuh tidak dapat digerakkan
Palpasi (feel)
Pteraba deformitas tulang jika dibandingkan
sisi yang sehat
Pnyeri tekan
Pbengkak
Pmengukur panjang anggota gerak lalu
dibandingkan sisi yang sehat
Gerak (move)
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
kompartemen syndrom
Polimialgia reumatik
L99
M53.3
3A
Ppenampilan lelah
Ppembengkakan ekstremitas distal
Ppitting edema
Pkekuatan otot normal
Ptidak ada atrofi otot
Pnyeri pada bahu dan pinggul dan gerakan
Psinovitis transient pada lutut, pergelangan
tangan dan sendi sternoklavikula
ELED
Artritis reumatoid
L99
M53.3
3A
Gejala prodromal
Pmalaise
Panoreksia
Pseluruh tubuh terasa lemah
Gejala spesifik pada beberapa sendi
sendi PIP, sendi MCP, pergelangan
tangan, lutut dan kaki
Gejala sinovitis
Pbengkak
Pnyeri yang diperburuk dengan gerakan
kekakuan pagi hari >1 jam
Gejala ekstraartikular
Pepiskleritis
Pnyeri tenggorok
Pnyeri menelan atau disfonia yang
terasa lebih berat pada pagi hari
Pnyeri dada
Panemia
Manifestasi artikular
Ppada lebih dari 3 sendi terutama di sendi
tangan
Psimetris
Pimobilisasi sendi
Ppemendekan otot pada vertebra servikalis
Pdeformitas sendi tangan (swan neck,
boutonniere)
ELED
ERF serum
Eradiologi tangan dan kaki
EACPA/ anti CCP
ECRP
Eanalisis cairan sendi
Ebiopsi sinovium/nodul rheumatoid
Faktor Risiko:
a. Usia > 60 tahun.
b. Wanita, usia >50 tahun atau menopause.
c. Kegemukan.
d. Pekerja berat.
e. Faktor genetik.
f. Hormon seks.
g. Infeksi tubuh.
5
Artritis, Osteoartritis
L91
M19.9
3A
Pnyeri sendi
Phambatan gerakan sendi
Pkaku pagi
Pkrepitasi
Ppembesaran sendi
Pperubahan gaya berjalan
Manifestasi ekstraartikular
Pkulit: terdapat nodul rheumatoid pada daerah
yang banyak menerima penekanan, vaskulitis
Psoft tissue rheumatism, seperti carpal tunnel
syndrome atau frozen shoulder
Pkerato-konjungtivitis sicca, episkleritis/
skleritis, anemia
Pradang sendi krikoaritenoid, pneumonitis
interstitial, efusi pleura, fibrosis paru luas
Pperikarditis konstriktif, disfungsi katup,
fenomena embolisasi, gangguan konduksi,
aortritis, kardiomiopati
Komplikasi:
a. boutonnierre, swan neck, deviasi ulnar
b. carpal tunnel syndrom
c. sindrom felty
Phambatan gerak
Pkrepitasi
Ppembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Ptanda-tanda peradangan sendi
Pdeformitas sendi yang permanen
Pperubahan gaya berjalan
Eradiografi
Ebiopsi
Komplikasi:
deformitas permanen
Faktor Risiko:
a. Usia > 60 tahun.
b. Wanita, usia >50 tahun atau menopause.
c. Kegemukan.
d. Pekerja berat.
6
Lipoma
S78
D17.9
4A
Asimptomatik
Pbenjolan di kulit tanpa diertai nyeri
Pbenjolan membesar perlahan dalam
waktu yang lama
Pbisa timbul nyeri jika menekan saraf
Pjika di leher dapat timbul keluhan
menelan dan sesak
Faktor Risiko:
a. Adiposisdolorosis
b. Riwayat keluarga dengan lipoma
c. Sindrom Gardner
Klinis:
Massa bergerakdi bawah kulit, bulat,
lembut, pucat, diameter <6cm,
pertumbuhan sangat lama.
Terapi
Jenis Obat
a. Semua fraktur terbuka dikelola
secara emergensi
b. Lakukan penilaian awal akan adanya
cedera lain yang mengancam jiwa
c. Lakukan irigasi luka
d. Stabilisasi fraktur
e. Pasang cariran dan berikan antibiotik
e. Pencegahan tetanus
Dosis
Kriteria Rujukan
Langsung dirujuk setelah
penanganan awal.
WPrednison
WGlukokortikoid
WNSAID
WNSAID
Wsteroid
Wfisioterapi
WAnalgetik topikal
WNSAID
WCOX 1 (Diklofenak, Ibuprofen,
Piroksikam, Mefenamat, Metampiron)
WCOX 2 (Meloksikam)
No.
1
Diagnosis
Kejang demam
kode
ICPC II
ICD X
N07
R56.0
Komp.
4A
Anamnesa
Pdemam akut
Pkejang klonik umum atau tonik klonik,
singkat dan tidak ada tanda-tanda
neurologi post iktal
Pemeriksaan Fisik
Ptanda-tanda vital
Pmencari tanda trauma akut kepala
Padanya kelainan sistemik
Pterpapar zat toksik
Pinfeksi
Pkelaina neurologis fokal
Pemeriksaan Penunjang
Ekadar gula darah
Eelektrolit
Ehitung jenis
Eurin
Faktor Risiko:
a. Demam
b. Usia umumnya usia 6 bulan-6 tahun
c. Gen
Penegakan diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik.
Klasifikasi:
a. Kejang demam sederhana
1. Kejang generalisata
2. Durasi: < 15 menit
3. Kejang tidak disebabkan
penyakit yang berhubungan
dengan gangguan di otak
4. Kejang tidak berulang dalam
24 jam
b. Kejang demam kompleks
1. Kejang fokal
2. Durasi: > 15 menit
3. Dapat terjadi kejang berulang
dalam 24 jam
Komplikasi:
a. Kerusakan sel otak
b. Risiko kejang atipikal
2
Vertigo
N17
R42
4A
vertigo vestibular
Sensasi berputar
Timbulnya episodik
vertigo vestibular perifer
Ptimbulnya lebih mendadak setelah
perubahan posisi kepala
Prasa berputar yang berat
Pdiserati mual, muntah, keringat dingin
Pbisa disertai tinitus, atau ketulian
Ptidak disertai gejala neurologik fokal
vertigo vestibular sentral
Ptimbulnya lebih lambat
Ptidak terpengaruh oleh gerakan kepala
Prasa berputarnya ringan
Pjarang disertai mual, muntah
Ptidak disertai gangguan pendengaran
Pdapat disertai gejala neurologik fokal
seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis
Ppemeriksaan umum
Dilakukan sesuai etiologi.
Ppemeriksaan TD pada saat baring, duduk
dan berdiri dengan perbedaan lebih dari
30mmHg
Ppemeriksaan neurologis
1. Kesadaran : baik untuk vertigo vestibuler
perifer dan non vestibuler, dapat
menurun pada vertigo vestibular sentral
2. Nervus kranialis: dapat mengalami
gangguan pada nervus III, IV, VI, V sensorik,
VII, VIII, IX, X, XI, XII
3. Motorik: hemiparesis
4. Sensorik: hemihipestesi
5. Keseimbangan:
Tes nigtamus
Tes rhomberg
Sharpen rhomberg
Tes jalan tandem
Tes fukuda
Tes past pointing
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan neurologis
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Delirium
P71
F05.9
3A
EMMSE
Edarah lengkap
Egula darah
ESGOT, SGPT
Eureum, kreatinin
Eelektrolit terutama natrium
Eurinalisis
EAGD
Efoto toraks
Pautoanamnesis:
a. Pasien tidak mampu menjawab pertanyaan
sesuai dengan apa yang diharapkan
b. Perilaku yang tidak terkendali
Palloanamnesis:
Adanya gangguan medik lain yang mendahului
misalnya gangguan medik umum atau
penyalahgunaan zat.
Tetanus
N72
A35
4A
tetanus lokal
Pkekauan dan spasme yang menetap
Prasa sakit pada otot disekitar atau proksimal
luka, dpt menjadi tetanus umum
tetanus sefalik
Pbentuk tetanus lokal yang mengenai wajah
dengan masa inkubasi 1-2 hari
Pluka pada daerah kepala atau otitis media
kronis
Ptrismus, disfagia, rhisus sardonikus dan
disfungsi nervus kranial
Pjarang terjadi tetapi dapat menjadi
tetanus umum, prognosa jelek
tetanus umum/generalisata
Ptrismus
Piritable
Pkekakuan leher
Psusah menelan
Popistotonus
Prasa sakit dan kecemasan yang hebat
Pkejang umum yang dapat terjadi dengan
rangsangan ringan seperti sinar, suara dan
sentuhan dengan kesadarn yang tetap baik
tetanus neonatarum
Ppada bayi baru lahir
Pinfeksi tali pusat
Pketidakmampuan menetek, kelemahan,
irritable
Pkekakuan, spasme
tetanus lokal
Pkekauan dan spasme yang menetap
tetanus sefalik
Ptrismus
Prhisus sardonikus
Pdisfungsi nervus kranial
EEKG
ECT scan kepala
tetanus umum/generalisata
Ptrismus
Pkekakuan leher
Pkekauan dada dan perut (opisthotonus)
tungkai
Pkejang umum yang dapat terjadi dengan
rangsangan ringan seperti sinar, suara dan
sentuhan dengan kesadarn yang tetap baik
tetanus neonatarum
Pkekakuan dan spasme
Pposisi tubuh klasik: trismus, kekakuan
otot punggung menyebabkan opistotonus
yang berat dengan lordosis lumbal
Pekstremitas atas fleksi pada siku dan
tangan mendekap dada, pergelangan
tangan fleksi, jari mengepal
Pekstremitas bawah hiperekstensi dengan
dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi
jari-jari kaki
Komplikasi:
a. saluran pernafasan
asfiksia, aspirasi pneumonia,
ateletaksis, penumotoraks,
mediasrinal emfisema
b. kardiovaskular
takikardia, hipertensi, vasokonstriksi
perifer, rangsangan miokardium
c. tulang dan otot
perdarahan dalam otot, fraktur
kolumna vertebralis, miositis
ossifikans sirkumskripta
d. komplikasi yang lain
laserasi lidah, dekubitus
5 Rabies
6 Epilepsi
A77
N88
A82.9
G40.9
3B
3A
Stadium prodromal
Pdemam
Pmalaise
Pmual
Prasa nyeri di tenggorokan
Stadium sensoris
Pnyeri
Ppanas disertai kesemutan di bekas luka
Pcemas
Preaksi berlebihan terhadap rangsangan
sensoris
Stadium eksitasi
Ptonus otot dan aktivitas simpatis menjadi
meninggi
Phiperhidrosis
Phipersalivasi
Phiperlakrimasi
Ppupil dilatasi
Pmuncul macam-macam fobia
Pkontraksi otot faring dan pernafasan
Papneu, sianosis, konvulsan, takikardia
Ptindak tanduk penderita tidak rasional
Stadium paralisis
Pparesis otot yang terjadi secara progresif
Komplikasi:
a. gangguan hipotalamus
b. kejang dapat lokal/generalisata
sering bersamaan dengan aritmia
dan dyspneu
EEEG
Epencitraan otak
Elaboratorium lengkap
Ekadar OAE
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik umum
PPemeriksaan neurologis
8 Migren
N88
N89
G41.9
G43.A
3B
4A
Pkejang
Priwayat penyakit epilepsi
Ppernah mendapat OAE serta penghentian
obat secara tiba-tiba
Priwayat penyakit tidak menular
Priwayat gangguan imunitas
Pkejang
Pgangguan perilaku
Ppenurunan kesadaran
Psianosis
Ptakikardi
Ppeningkatan TD
Phiperpireksia
Ppencitraan
Pneuroimaging sesuai
indikasi
Komplikasi:
a. Asidosis metabolik
b. Aspirasi
c. Trauma kepala
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik umum
PPemeriksaan neurologis
Kriteria:
Nyeri kepala episodik dalam waktu
4-72 jam
dengan dua dari gejala:
nyeri kepala unilateral, berdenyut,
bertambah berat dengan gerakan,
intensitas sedang sampai berat
ditambah satu dari:
mual atau muntah, fonofobia atau
fotofobia
Komplikasi:
a. stroke iskemik
b. hemiparesis
9 Bell's palsy
N91
G51.0
4A
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik umum
PPemeriksaan neurologis
Bell's palsy adalah diagnosis eksklusi.
10 Tension headache
N95
G44.2
4A
Klasifikasi:
a. nyeri kepala episodik bila nyeri
kepala tegang otot berlangsung
< 15 hari dengan serangan yang
terjadi , 1 hari per bulan
b. nyeri kepala tegang otot kronis
berlangsung > 15 hari selama 6
bulan terakhir
Terapi
Jenis Obat
WDiazepam per rektal atau lorazepam
harus segera diberikan jika akses IV
tidak dapat dibangun dengan mudah.
WLorazepam IV setara efektifitasnya
dengan diazepam iv dalam pengobatan
kejang tonik klonik akut.
WBuccal midazolam lebih efektif daripada
diazepam per rektal untuk anak. Bila
akses IV tidak tersedia, midazolam
adalah pengobatan pilihan.
Dosis
Kriteria Rujukan
WDiazepam
IV: 0,3mg/Kg dengan rata-rata 2mg/menit
(maksimal 5mg per dosis < 5tahun;
10mg untuk 5 tahun)
per rektal: 0,5mg/Kg (maksimal 20mg
per dosis)
?Lorazepam
IV: 0,05-0,1mg/Kg ddalam 1-2 menit
(maksimal 4mg per dosis)
per rektal: 0,1mg/Kg (maksimal 4mg per
dosis), dilarutkan dengan air
1;1 sebelum digunakan
?Midazolam
buccal: o,5mg/Kh maksimal 10mg
Wvestibular exercise
Wsimtomatis dengan antihistamin atau
kalsium antagonis
terapi BPPV
komunikasi dan informasi
antivertigo
Wmanajemen luka
Benzodiazepin rektal 10 mg
Wpengobatan preventif:
? Propranolol 40-240 mg/hr
? Nadolol 20-160 mg/hr
? Metoprolol 50-100 mg/hr
? Timolol 20-60 mg/hr
? Atenolol 50-100 mg/hr
? Amitriptilin 10-200 mg/hr
? Nortriptilin 10-150 mg/hr
? Fluoksetin 10-80 mg/hr
? Mirtazapin 15-45 mg/hr
? Valproat 500-1000 mg/hr
? Topiramat 50-200 mg/hr
?Gabapentin 900-3600 mg/hr
? Verapamil 80-640 mg/hr
? Flunarizin 5-10 mg/hr
? Nimodipin 30-60 mg/hr
Wlindungi mata
Wfisioterapi atau akupunktur
ai berat
Analgesik
?aspirin 600-900mg
?asetaminofen 1000mg
?ibuprofen 200-400mg
No.
1
Diagnosis
Insomnia
kode
ICPC II ICD X
P06
G47.0
Komp.
4A
Anamnesa
Psulit masuk tidur
Psering terbangun di malam hari atau
mempertahankan tidur yang optimal
Pkualitas tidur yang buruk
Pemeriksaan Fisik
Ppasien tampak lelah dan mata cekung
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan.
Penegakan diagnosis
Anamnesis.
Pedoman diagnosi:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk
tidur atau mempertahankan tidur
atau kualitas tidur yang buruk
b. Gangguan terjadi minimal 3 kali
seminggu selama minimal 1 bulan
c. Adanya preokupasi tidak bisa tidur
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas
dan atau kualitas tidur
Faktor Risiko:
a. Adanya gangguan organik
b. Adanya gangguan psikiatrik
Komplikasi:
Penyalahgunaan zat.
2
Demensia
P70
F03
3A
Pemeriksaan Fisik
Pkesadaran sensorium baik.
Ppenurunan daya ingat yang bersifat kronik
dan progresif.
Pgangguan fungsi memori dan bahasa
Pdilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan
gangguan neurologik atau penyakit sistemik
Faktor Risiko:
a. Usia > 60 tahun (usia lanjut).
b. Riwayat keluarga.
c. Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular
atau diabetes mellitus
P74
F41.2
3A
Pnafas pendek/cepat
Pberkeringat
Pgelisah
Pgangguan tidur
Pmudah lelah
Pjantung berdebar
Pgangguan lambung
Pdiare
Psakit kepala yang disertai rasa cemas/
khawatir
Faktor Risiko:
a. Adanya faktor biologis yang mem[engaruhi
b. Ciri kepibradian tertentu yang imatur dan
tidak fleksibel
c. Adanya stresor kehidupan
EMMSE
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Kriteria Diagnosis:
a. Penurunan kemampuan daya
ingat dan daya pikir yang sampai
meganggu kegiatan harian
b. Tidak ada gangguan kesadaran
c. Gejala dan disabilitas sudah
nyata untuk paling sedikit 6 bulan
Klasifikasi:
a. Demensia pada penyakit Alzheimer
b. Demensia Vaskular
c. Demensia pada penyakit Pick
d. Demensia pada penyakit CreufieldJacob
e. Demensia pada penyakit Huntington
f. Demensia pada penyakit Parkinson
g. Demensia pada penyakit HIV/AIDS
RR , TD dan tanda lain sesuai keluhan
fisiknya.
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Kriteria Diagnosis:
Berdasarkan ICD 10: adanya gejala
kecemasan dan depresi yang timbul
bersama-sama.
a. Gejala-gejala kecemasan
1. Kecemasankhawatir berlebihan,
sulit berkonsentrasi
2. Ketegangan motorik: gelisah, sakit
kepala, gemetaran, tegang, tidak
dapat santai
3. Aktivitas autonomik berlebihan:
palpitasi, keringat berlebihan,
sesak nafas, mulut kering, pusing,
keluhan lambung, diare
b. Gejala-gejala depresi
1. Suasana perasaan sedih/murung
2. Kehilangan minat/kesenangan
3. Mudah lelah
4. Gangguan tidur
5. Konsentrasi menurun
6. Gangguan pola makan
7. Kepercayaan diri yang berkurang
8. Pesimistis
9. Rasa tidak berguna/rasa bersalah
4
Gangguan psikotik
P98
F20
3A
Faktor Risiko:
a. Adanya faktor biologis yang mem[engaruhi
b. Ciri kepibradian tertentu yang imatur dan
tidak fleksibel
c. Adanya stresor kehidupan
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Kriteria Diagnosis:
Berdasarkan ICD 10-PC:
a. Halusinasi terutama halusninasi
dengar
b. Waham (delusi)
c. Perilaku kacau atau aneh
d. Gangguan proses pikir
e. Agitatif
f. Isolasi sosial (social withdrawal)
g. Perawatan diri yang buruk
Terapi
Jenis Obat
Dosis
Lorazepam 0,5 2 mg.
W Lorazepam
Diazepam 2 - 5 mg.
W Diazepam
Non farmakologi
W Modifikasi faktor risiko
W Modifikasi lingkungan sekitar
W Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari
W Ajarkan kepada keluarga agar dapat
membantu mengenal barang milik
pribadinya, mengenal waktu, kalender
harian, menyebutkan nama dan anggota
keluarga, mengenal lingkungan, bicara
dengan kalimat sederhana, bila perlu
gunakan isyarat dan sentuhan lembut
Kriteria Rujukan
Apabila setelah 2 minggu
pengobatan tidak menunjukkan
perbaikan atau terjadi perburukan
walaupun belum sampai 2 minggu.
Farmakologi
W Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase
(seperti donepzil, galantamine, rivastigmine)
atau memantine secara rutin untuk semua
kasus demensia.
W Bila pasien berperilaku agresif dapat
? Haloperidol 0,5-1mg/hari
diberikan antipsikotik dosis rendah.
Non farmakologi
W Konseling dan edukasi pasien dan
keluarga
WIntervensi psikososial
Farmakologi
W Antidepresan dosis rendah, dapat
dinaikkan apabila tidak ada perubahan
yang signifikan setelah 2-3 minggu.
a. Intervensi Psikososial
1. Informasi penting bagi pasien dan keluarga
2. Konseling pasien dan keluarga
b. Farmakologi
1. Berikan obat antipsikotik
? Haloperidol 2-3x2-5mg/hari
? Risperidon 2x1-3mg/hari
? Korpromazin 2-3x100-200mg/hari
Untuk haloperidol dan risperidon dapat
digabungkan dengan benzodiazepin, dosis
di tappering off setelah 2-4 minggu.
? Diazepam 2-3x5mg
? Lorazepam 1-3x1-2mg
? THD 2-4x2mg
? Propanolol 2-3x10-20mg
No.
1
Diagnosis
Epistaksis
kode
ICPC II ICD X
R06
R04.0
Komp.
4A
Anamnesa
Pkeluar darah dari hidung atau riwayat
keluar darah dari hidung
Ppasien sering menyatakan bahwa perdarahan
berasal dari bagian depan dan belakang
hidung
Ppada anamnesis harus ditanyakan mengenai
banyaknya perdarahan, frekuensi, lamanya,
perdarahan
Pemeriksaan Fisik
Rinoskopi anterior
Pemeriksaan harus dlakukan berurutan
dari anterior ke posterior untuk mengetahui
sumber perdarahan.
Pemeriksaan Penunjang
Edarah lengkap
Eskrining koagulopati:
PT, APTT, trombosit dan
waktu perdarahan
Efoto sinus paranasal
Rinoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dan sekret hidung
kronik.
Ppengukuran tekanan darah
R73
J34.0
4A
b. Epistaksis Posterior
~ Perdarahan berasal dari Arteri
Sfenopalatina dan A. Ethmoidalis
Posterior.
~ Perdarahan biasanya hebat dan
jarang berhenti spontan.
Komplikasi:
a. Sinusitis
b. Otitis media, haemotympanum,
laserasi palatum mole dan
sudut bibir
c. Syok dan anemia
Tidak diperlukan.
Faringitis
R74
J02.9
4A
a. Faringitis viral
Pfaring dan tonsil hiperemis
Peksudat
Plesi vesikular di orofaring
Pmakulopapular rash
Gejala khas berdasarkan jenisnya:
b. Faringitis bakterial
a. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus Ptonsil membesar
Pdiawali rhinitis, beberapa hari kemudian
Pfaring dan tonsil hiperemis tanpa eksudat
Ppetechiae pada palatum dan faring
faringitis
Pdemam, rinore, mual
Pkelenjar limfa leher anterior membesar,
Komplikasi:
a. Infeksi dapat menyebar ke
vena fasialis, vena oftalmika,
lalu ke sinus kavernosus
menyebabkan tromboflebitis
sinus kavernosus
b. Abses
c. Vestibulitis
Faktor Risiko:
a. Sosio ekonomi rendah
b. Higiene personal yang jelek
c. Rhinitis kronis
d. Kebiasaan mengorek-ngorek bagian dalam
hidung
3
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Klasifikasi:
a. Epistaksis Anterior
~ Paling sering berasal dari Pleksus
Kiesselbach, juga dapat berasal dari
A. Ethmoidalis Anterior.
~ Perdarahan dapat berhenti sendiri.
Faktor Risiko:
a. Trauma.
b. Infeksi/alergi seperti: rhinitis, sinusitis.
c. Penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan
kelainan pembuluh darah
d. Riwayat penggunaan obat-obatan seperti
koumarin, NSAID, aspirin, warfarin, heparin,
tiklodipin
e. Riwayat pemakaian semprot hidung steroid
jangka lama
f. Tumor.
g. Kelainan kongenital.
h. Adanya deviasi septum.
i. Pengaruh lingkungan.
Penegakan diagnosis
Edarah lengkap
Epewarnaan KOH
Epewarnaan gram
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang bila
diperlukan
Klasifikasi:
a. faringitis akut
1. faringitis viral
2. faringitis bakterial
b. Faringitis bakterial
Pnyeri kepala hebat
Pmuntah
Pdemam
Pbatuk jarang
c. Faringitis fungal
Pnyeri tenggoroka dan nyerimenelan
d. Faringitis kronik hiperplastik
Pmula-mula tenggorok kering, gatal
Pbatuk berdahak
e. Faringitis kronik atrofi
Ptenggorokan kering dan tebal
Pmulut berbau
f. Faringitis tuberkulosis
Pnyeri hebat pada faring dan tidak respon
dengan pengobatan bakterial non spesifik
g. faringitis gonorea atau faringitis luetika
Priwayat hubungan seksual
Faktor Risiko:
b. Menurunnya daya tahan tubuh.
c. Konsumsi makanan yang kurang gizi.
d. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol,
makanan, refluks asam lambung, inhalasi
uap yang merangsang mukosa faring
Rhinitis akut
R74
J00
4A
a. Rhinitis simpleks
Prasa panas di daerah belakang hidung
Phidung tersumbat
Prinore
Pbersin berulang-ulang
Ppada infeksi bakteri ingus menjadi
mukopurulen
Pdemam, malaise, sakit kepala
b. Rhinitis influenza
Pgejala sistemik umumnya lebih berat
disertai sakit pada otot
c. Rhinitis eksantematous
Pgejala terjadi sebelum tanda karakteristik
atau ruam muncul
d. Rhinitis iritan
Pingus yang sangat banyak dan bersin
e. Rhinitis difteria
Pdemam, toksemia, terdapat limfadenitis,
Pparalisis otot pernafasan
3. faringitis fungal
4. faringitis gonorea
b. faringitis kronik
1. faringitis kronik hiperplastik
2. faringitis kronik atrofi
c. faringitis spesifik
1. faringitis tuberkulosis
2. faringitis luetika
Komplikasi:
a. Sinusitis
b. Otitis media
c. Epiglotitis
d. Abses peritonsilar
e. Abses retrofaringeal.
f. Septikemia
g. Meningitis
h. Glomerulonefritis
i. Demam rematik akut
Tidak diperlukan.
Klasifikasi:
a. Rhinitis Virus
1. Rhinitis Simplek
2. Rhinitis Influenza
3. Rhinitis Eksantematous
b. Rhinitis Bakteri
1. Infeksi non spesifik
2. Rhinitis Difteri
c. Rhinitis Iritan
Komplikasi:
a. Otitis media akut.
b. Sinusitis paranasalis.
c. Infeksi traktus respiratorius
bagian bawah
Faktor Risiko:
a. Penurunan daya tahan tubuh.
b. Paparan debu, asap atau gas.
5
Rhinitis alergik
R97
J30.0
4A
Faktor Risiko:
a. Adanya riwayat atopi.
b. Lingkungan dengan kelembaban tinggi.
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang bila
diperlukan
Klasifkasi:
Rekomendasi WHO dari ARIA
berdasarkan sifat berlangsungnya:
a. Intermiten
Bila gejala < 4hari/minggu atau
< 4 minggu.
b. Persisten
Bila gejala > 4hari/minggu dan/
atau > 4 minggu.
Komplikasi:
a. Polip hidung
b. Sinusitis paranasal
c. Otitis media
6
Rhinitis vasomotor
4A
Ekadar eosinofil
Etes cukit kulit
Ekadar IgE spesifik
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang bila
diperlukan
Komplikasi:
a. Rhinitis akut
b. Sinusitis
Tonsilitis
R76
4A
Faktor Risiko:
a. Faktor usia, terutama pada anak.
b. Penurunan daya tahan tubuh.
c. Rangsangan menahun.
d. Higiene rongga mulut yang kurang baik.
Tonsilitis akut:
Ptonsil yang udem, hiperemis, terdapat
detritus
Ppalatum mole, arkus anterior dan arkus
posterior tampak udem dan hiperemis
Pkelenjar submandibula membesar dan
nyeri tekan
Tonsilitis kronis:
Ptonsil membesar dan permukaan tidak rata,
kriptus melebar, berisi detritus
Ppembesaran kelenjar submandibula dan
tonsil yang mengalami perlengketan
Tonsilitis difteri:
Ptonsil membengkak ditutupi bercak putih
kotor yang makin lama makin meluas dan
membentuk pseudomembran yang melekat
erat pada dasarnya sehingga bila diangkat
akan mudah berdarah.
Gradasi pembesaran tonsil :
1. T0: tonsil mausk di dalam fossa atau
sudah diangkat
2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan
volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati pilar
anterior sampai 1/4 jarak pilar
anterior-uvula
3. T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan
volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati 1/4 jarak
pilar anterior-uvula sampai 1/2 jarak
pilar anterior-uvula.
4. T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan
Edarah lengkap
Eusap tonsil untuk pewarnaan
gram
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang untuk
diagnosis definitif
Klasifikasi:
a. Tonsilitis akut:
1. Tonsilitis viral
2. Tonsilitis bakteri
b. Tonsilitis membranosa:
1. Tonsilitis difteri
2. Tonsilitis septik
3. Angina Plaut Vincent
4. Penyakit keganasan
c. Tonsilitis Kronik
Komplikasi:
a. Komplikasi lokal
1. Abses peritonsil (Quinsy)
2. Abses parafaringeal
3. Otitis media akut
b. Komplikasi sistemik
1. Glomerulonephritis
2. Miokarditis
3. Demam reumatik dan penyakit
jantung reumatik
Laringitis
R77
J04.0
4A
Klasifikasi:
a. Laringitis akut
Dapat disebabkan oleh virus dan
bakteri, keluhan berlangsung
<3minggu.
b. Laringitis kronik
Dapat terjadi setelah laringitis
akut yang berulang, dapat juga
diakibatkan oleh sinusitis kronis,
deviasi septum berat, polip hidung,
bronchitis kronis, merokok, alkohol,
vocal abuse.
c. Laringitis kronis spesifik
1. Laringitis tuberkulosa
2. Laringitis luetika
Faktor Risiko:
a. Penggunaan suara yang berlebihan.
b. Pajanan terhadap zat iritatif
c. Adanya GERD, bronkitis, dan pneumonia.
d. Rhinitis alergi.
e. Perubahan suhu yang tiba-tiba.
f. Malnutrisi.
g. Keadaan menurunnya sistem imun.
9
Bronkitis akut
10 Influenza
R78
R80
J20.9
J11
4A
4A
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang untuk
diagnosis definitif
Komplikasi:
a. Pneumonia
b. Bronkhitis
Pdemam
Pbersin, hidung meler
Pbatuk
Pfebris
Prinore
Pmukosa hidung edema
Tidak diperlukan.
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
a. Bronkopneumoni.
b. Pneumonia.
c. Pleuritis.
d. Penyakit-penyakit lain yang
diperberat seperti:jantung.
e. Penyakit jantung rematik.
f. Hipertensi.
g. Bronkiektasis
Secara klinis.
Psakit tenggorokan
Pnyeri sendi dan badan, lemah badan
Psakit kepala
Berdasarkan 4 kriteria:
a. Terjadi tiba-tiba/akut.
b. Demam.
c. Gejala saluran pernapasan
seperti batuk
d. Terdapat penyakit serupa
di lingkungan penderita.
Faktor Risiko:
a. Daya tahan tubuh menurun.
b. Kepadatan hunian dan kepadatan
penduduk yang tinggi.
c. Perubahan musim/cuaca.
d. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
e. Usia lanjut.
11 Pneumonia aspirasi
12 Pneumonia dan
bronkopneumonia
R99
R81
J69.0
J18.9
3B
4A
Faktor Risiko:
a. Umur, lebih rentan pada usia >65 tahun.
b. ISPA yang tidak ditangani.
c. Merokok.
d. Penyakit penyerta: DM, PPOK, gangguan
neurologis, gangguan kardiovaskuler.
e. Terpajan polutan/ bahan kimia berbahaya.
f. Tirah baring lama.
g. Imunodefisiensi, dapat disebabkan oleh
penggunaan steroid jangka panjang,
malnutrisi, HIV.
Efoto thorax
Edarah lengkap
Efoto thorax
Edarah lengkap
Eanalisa sputum
Egram sputum
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PFoto rontgen toraks
Komplikasi:
a. Gagal napas
b. Syok sepsis
c. Empiema
d. Abses
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Diagnosis definitif dilakukan
pemeriksaan penunjang.
Kriteria diagnosis:
Trias penumonia
a. Batuk
b. Demam
c. Sesak
Klasifikasi:
a. Berdasarkan klinis dan
epidemiologis:
1. Pneumonia komuniti
(community-acquired pneumonia)
2. Pneumonia nasokomial (hospital
-acqiured pneumonia/nosocomial
pneumonia)
3. Pneumonia aspirasi
4. Pneumonia pada penderita
Immunocompromised
b. Berdasarkan bakteri penyebab
1. Pneumonia bakterial / tipikal.
2. Pneumonia atipikal, disebabkan
Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia.
3. Pneumonia virus.
4. Pneumonia jamur sering
merupakan infeksi sekunder.
c. Berdasarkan predileksi infeksi
1. Pneumonia lobaris.
2. Bronkopneumonia.
3. Pneumonia interstisial
Komplikasi:
a. Efusi pleura.
b. Empiema.
c. Abses paru
d. Pneumotoraks
e. Gagal napas.
f. Sepsis.
13 Pertusis
R71
A37.8
4A
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang
Komplikasi:
a. Pneumonia
b. Encephalitis
c. Malnutrisi
Faktor Risiko:
a. Siapa saja dapat terkena pertusis.
b. Orang yang tinggal di rumah yang sama
dengan penderita pertusis.
c. Imunisasi amat mengurangi risiko terinfeksi,
tetapi infeksi kembali dapat terjadi.
14 Asma bronkial
R96
J45
4A
Psesak napas.
Pmengi pada auskultasi.
Ppada serangan berat digunakan otot
bantu napas
Klasifikasi:
Faktor Risiko:
a. Faktor Pejamu
Ada riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya, hipersensitif saluran napas,
jenis kelamin, ras atau etnik.
b. Faktor Lingkungan
1. Bahan-bahan di dalam ruangan: tungau,
debu rumah, binatang, kecoa.
2. Bahan-bahan di luar ruangan: tepung
sari bunga, jamur.
3. Makanan-makanan tertentu: bahan
pengawet, penyedap dan pewarna makanan.
4. Obat-obatan tertentu.
5. Iritan: parfum, bau-bauan merangsang.
6. Ekspresi emosi yang berlebihan.
7. Asap rokok.
8. Polusi udara dari luar dandalamruangan.
9. Infeksisalurannapas.
10. Exercise-inducedasthma
11. Perubahan cuaca.
Komplikasi:
a. Pneumotoraks.
b. Pneumomediastinum.
c. Gagalnapas.
Terapi
Jenis Obat
Dosis
Kriteria Rujukan
a. Curiga tumor
b. Epistaksis yang terus berulang
? Amoxicillin 3x500mg
? Cephalexin 4x250-500mg
? Eritromisin 4x250-500mg
W istirahat cukup
W minum air putih yang cukup
W berkumur dengan air yang hangat dan
berkumur dengan antiseptik
a. Faringitis luetika.
b. Timbul komplikasi
faringitis fungal
~ berikan nistatin
faringitis bakteri
~ antibiotik
faringitis gonore
~ sefalosporin generasi ke-3
W Jika diperlukan berikan obat batuk
W Kortikosteroid
? Metisoprinol (isoprenosine)
Dewasa: 60-100mg/KgBB dibagi dalam
4-6x/hari
Anak: 50mg/KgBB dibagi dalam 4-6x/hari
? Deksametason
Dewasa: 3x0,5mg selama 3 hari
Anak: 0,01mg/KgBB/hari dibagi dalam
3x/hari selama 3 hari
W istirahat cukup
W minum air putih yang cukup
W simptomatik
~ analgetik
~ antipiretik: paracetamol
~ antibiotik jika infeksi bakteri
~ dekongestan oral: pseudoefedrin,
fenilpropanolamin, fenilefrin
Rhinitis difteri.
~ kortikosteroid
Tonsilitis difteri:
~ anti difteri serum diberikan segera
tanpa menunggu hasil kultur
~ antibiotik
~ antipiretik
Angina plaut vincent:
~ antibiotik spektrum luas selama 1 minggu
? Metisoprinol (isoprenosine)
Dewasa: 60-100mg/KgBB dibagi dalam
4-6kali/hari
Anak <5tahun: 50mg/KgBB dibagi dalam
4-6kali/hari
? Penicillin G Benzatin 50.000U/KgBB IM
dosis tunggal
? Amoksisilin
Dewasa: 3x500mg selama 6-10 hari
Anak: 50mg/KgBB dosis dibagi 3kali/hari
? Eritromisin 4x500mg/hari
? Deksametason
Dewasa: 3x0,5mg selama 3 hari
Anak: 0,01mg/KgBB/hari 3kali/hari selama
3 hari
? Anti Difteri Serum 20.000-100.000 unit
? Penisilin
? Eritromisin 25-20mg/KgBB/hari
~ vitamin C
~ vitamin B kompleks
Tonsilitis kronis:
~ simptomatik
~ obat kumur yang mengandung desinfektan
~ indikasi tonsilektomi
Indikasi absolut:
1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan
obstruksi saluran nafas, disfagia berat,
gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmonar
2. Abses peritonsil yang tidak membaik
dengan pengobatan medis
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi
Indikasi relatif:
1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi
per tahun dengan antibiotik adekuat
2. Halitosis
3. Tonsilitis kronik atau berulang pada
karier streptococcus yang tidak membaik
dengan antibiotik laktamase
W Istirahat yang cukup
W Menghindari iritan yang memicu nyeri
tenggorokan atau batuk.
W Menghindari udara kering.
W Minum cairan yang banyak.
W Berhenti merokok dan alkohol.
W Bila diperlukan rehabilitasi suara .
W Pengobatan simptomatik
~ Parasetamol
~ Ibuprofen
~ Analgetik
~ Dekongestan nasal: PPA, efedrin,
pseudoefedrin
W Pemberian antibiotik bila peradangan
dari paru bila penyebab streptokokus
grup A: penicillin.
W PPI pada laringitis dengan penyebab GERD.
W Kortikosteroid jika laringitis berat.
W Pemasangan pipa endotrakea atau
trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.
W Laringitis tuberkulosa dinerikan OAT
W Laringitis luetika diberi penisilin dosis
tinggi
Didapatkan tanda-tanda
pneumonia.
?
?
?
?
?
?
W Pengobatan suportif
W Terapi definitif menggunakan antibiotik
1. Penisilin sensitif Streptococcus
pneumonia (PSSP)
? Golongan penisilin
~ Penisilin V
Dewasa: 4x250-500mg/hari
Anak: 25-50mg/KgBB dalam 4 dosis
~ Amoksisilin
Dewasa: 3x250-500mg/hari
Anak: 20-40mg/KgBB dalam 3 dosis
? Sefalosporin golongan 1
~ Sefadroksil
Dewasa: 500-1000mg dalam 2 dosis
Anak: 30mg/KgBB/hari dalam 2 dosis
? TMP-SMZ
? Makrolid
? Betalaktam oral dosis tinggi (untuk
rawat jalan): sefotaksim, seftriakson
dosis tinggi
? Makrolid
~ Azitromisin
Dewasa: 1x500mg selama 3 hari
Anak: 10mg/KgBB/hari dosis tunggal
? Fluorokuinolon respirasi
~ Siprofloksasin 2x500mg/hari
No.
1
Diagnosis
Miliaria
kode
Komp.
ICPC II ICD X
S02
S92
L74.3
4A
Anamnesa
Pgatal yang disertai timbulnya vesikel
Pbintil terutama muncul saat berkeringat
Pemeriksaan Fisik
Tergantung pada jenis miliaria.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan.
Penegakan diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik.
Klasifikasi:
a. Miliaria kristalina
1. terdiri atas vesikel miliar (1-2mm),
subkorneal tanpa tanda inflamasi,
mudah pecah dengan garukan,
deskuamasi dalam beberapa hari.
2. predileksi pada badan yang tertutup
pakaian.
3. gejala subjektif ringan dan tidak
memerlukan pengobatan
b. Miliaria Rubra
1. jenis tersering, vesikel miliar atau
papulo vesikel di atas dasar
eritematosa sekitar lubang keringat,
tersebar diskret.
2. gejala subjektif gatal dan pedih
pada di daerah predileksi.
c. Miliaria Profunda
1. kelanjutan miliaria pubra, papul
putih keras ukuran 1-3mm, mirip
folikulitis, dapat disertai pustul.
2. predileksi pada badan dan
ekstremitas
d. Miliaria Pustulosa
berasal dari miliaria pubra dimana
vesikelnya berubah menjadi pustul
Faktor Risiko:
Faktor Risiko
a. Tinggal di lingkungan tropis, panas,
kelembaban yang tinggi.
b. Pemakaian baju terlalu ketat.
Komplikasi:
Infeksi sekunder
2
Veruka vulgaris
S03
S12
B07
T63.4
4A
4A
Pgatal
Prasa tidak nyaman
Pterasa nyeri dan nyeri tekan
Pkemerahan
Phangat atau bengkak pada daerah gigitan
Preaksi sistemik:
gatal seluruh tubuh, urtikaria, angioedema,
ansietas, disorientasi kelemahan, cramping,
diare, vomiting, dizziness, sinkop, hipotensi,
sesak nafas.
Pdelayed reaction (10-14 hari setelah gigitan):
demam, malaise, sakit kepala, urtikaria,
limfadenopati, poliartritis
Tidak diperlukan.
Komplikasi:
Efek samping dari penggunaan
bahan kaustik dapat menyebabkan
ulkus.
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik.
Klasifikasi:
Berdasarkan waktu terjadinya
a. Reaksi tipe cepat
Terjadi segera hingga 20 menit
setelah gigitan, bertahan sampai
1-3 jam.
b. Reaksi tipe lambat
Terjadi >20 menit sampai beberapa
jam setelah gigitan.
Pada orang dewasa dapat muncul
3-5 hari setelah gigitan.
c. Reaksi tidak biasa
Sangat segera, mirip anafilaktik.
Berdasarkan bentuk klinis
Klasifikasi berdasarkan bentuk klinis:
a. Urtikaria iregular.
b. Urtikaria papular.
c. Papulo-vesikular.
Komplikasi:
a. Infeksi sekunder akibat garukan
b. Syok anafilaktik hingga kematian
4
Herpes zoster
S70
B02.9
4A
Faktor Risiko:
a. Umumnya terjadi pada orang dewasa
b. Imunodefisiensi
Komplikasi:
a. Neuralgia pasca-herpetik
b. Ramsay Hunt Syndrome
c. Pada imunodefisiensi, vesikel
sering menjadi ulkus
d. Ptosis paralitik, keratitis, skleritis,
uveitis, korioretinitis, neuritis optik
e. Paralisis motorik
5
Herpes simpleks
S71
B00.9
4A
Ptempat predileksi
HSV-1: daerah pinggang ke atas terutama
daerah mulut dan hidung
HSV-2: daerah pinggan ke bawah terutama
daerah genital
Puntuk infeksi sekunder, lesi dapat timbul
pada tempat yang sama dengan lokasi
sebelumnya
Ppapul eritem yang diikuti oleh munculnya
vesikel berkelompok dengan dasar eritem
Pvesikel dapat cepat menjadi keruh, pecah,
membasah dan berkrusta
Pkadang-kadang timbul erosi/ulkus
Epemeriksaan mikroskopis
dari kerokan kulit
Komplikasi:
Dapat terjadi pada individu dengan
gangguan imun, berupa:
a. Herpes simpleks ulserativa kronik.
b. Herpes simpleks mukokutaneus
akut generalisata.
c. Infeksi sistemik pada hepar, paru,
kelenjar adrenal, dan sistem saraf
pusat.
d. Pada ibu hamil, infeksi dapat
menular pada janin.
Faktor Risiko:
a. Individu yang aktif secara seksual.
b. Imunodefisiensi.
6 Skabies
S72
B86
4A
Ppruritus nokturna
Plesi timbul di stratum korneum yang tipis,
seperti di sela jari, pergelangan tangan
dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae
dan di bawah payudara (pada wanita) serta
genital eksterna (pria)
Faktor Risiko:
a. Masyarakat yang hidup dalam kelompok
yang padat
b. Higiene yang buruk
c. Sosial ekonomi rendah
Komplikasi:
Infeksi kulit sekunder oleh S. aureus.
7 Pedikulosis kapitis
S73
B85.0
4A
Faktor Risiko:
a. Status sosioekonomi yang rendah
b. Higienitas perorangan yang rendah
c. Prevalensi pada perempuan lebih tinggi
8 Dermatofitosis
Tinea barbae and tinea capitis
Tinea unguium
Tinea manuum
Tinea pedis
Tinea corporis
Tinea imbricate
Tinea cruris
Other dermatophytoses
S74
B35
B35.0
B35.1
B35.2
B35.3
B35.4
B35.5
B35.6
B35.8
4A
Faktor Risiko:
a. Lingkungan yang lembab dan panas
b. Imunodefisiensi
c. Obesitas
d. Diabetes Melitus
Komplikasi:
Infeksi sekunder bila pedikulosis
berlangsung kronis.
Klasifikasi:
Berdasarkan lokasi
a. Tinea kapitis: kulit dan rambut
kepala
b. Tinea barbe: dagu dan jenggot
c. Tinea kruris: genitokrural, sekitar
anus, bokong, perut bagian bawah
d. Tinea pedis et manum: kaki dan
tangan
e. Tinea unguium: kuku
f. Tinea korporis, pada bagian lain
yang tidak termasuk bentuk 5 tinea
di atas.
Bila terjadi di seluruh tubuh disebut
dengan tinea imbrikata.
Komplikasi:
Infeksi bakterial sekunder
9 Pitiriasis versikolor/
Tinea versikolor
S76
B36.0
4A
Faktor Risiko:
a. Sering dijumpai pada dewasa muda.
b. Cuaca yang panas dan lembab.
c. Tubuh yang berkeringat.
d. Imunodefisiensi
10 Pioderma
Impetigo
Skin infection other
Cutaneous abscess, furuncle
and carbuncle
Pyoderma
4A
S84
S76
L01
L02
L08.0
folikulitis
Ppapul eritema perifolikuler dan rasa
gatal atau perih
furunkel
Pvesikel atau pustul perifolikuler dengan
eritema di sekitarnya dan disertai nyeri
Komplikasi:
Jarang terjadi.
Faktor Risiko:
a. Higiene yang kurang baik
b. Defisiensi gizi
c. Imunodefisiensi
11 Dermatitis seboroik
S86
L21
4A
Faktor Risiko:
a. Genetik.
b. Faktor kelelahan.
c. Stres emosional.
d. Infeksi.
e. Defisiensi imun.
f. Jenis kelamin pria lebih sering.
g. Usia bayi bulan 1 dan usia 18-40 tahun.
h. Kurang tidur.
12 Dermatitis atopik
S87
L20
4A
Faktor Risiko:
furunkulosis
Pbeberapa furunkel yang tersebar
karbunkel
Pkumpulan dari beberapa furunkel
Pbeberapa furunkel yang berkonfluensi
membentuk nodus bersupurasi di
beberapa puncak
impetigo krustosa
Pvesikel dengan cepat berubah menjadi
pustul dan pecah sehingga menjadi
krusta kering kekuningan seperti madu
Ppredileksi di sekitar lubang hidung,
mulut, telonga atau anus
impetigo bulosa
Pvesikobulosa dengan lesi bula hipopion
(bula berisi pus)
ektima
Pkehilangan jaringan dermis bagian atas
c. Ulkus
d. Limfangitis
e. Limfadenitis supuratif
f. Bakteremia (sepsis)
Tidak diperlukan.
Pperabaan Kering,
Ppucat/redup,
Pjari tangan teraba dingin.
Pterdapat papul, likenifikasi, eritema,
eksoriasi, eksudasi dan krusta pada
lokasi predileksi
Ppredileksi:
a. Tipe bayi (infantil)
Dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan
tangan dan tungkai, serta lutut.
EIgE serum
Eskin prick test
Komplikasi:
Pada anak, lesi bisa meluas menjadi
penyakit Leiner atau eritroderma.
Kriteria mayor:
a. Pruritus
b. Dermatitis di muka atau ekstensor
pada bayi dan anak
c. Dermatitis di fleksura pada dewasa
d. Dermatitis kronis atau berulang
e. Riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya
Kriteria minor:
a. Xerosis.
b. Infeksi kulit.
c. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/
keratosis piliaris.
d. Pitriasis alba.
e. Dermatitis di papilla mamae.
f. White dermogrhapism dan delayed
blanch response.
g. Kelilitis.
h. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan.
i. Konjunctivitis berulang.
j. Keratokonus.
k. Katarak subskapsular anterior.
l. Orbita menjadi gelap.
m. Muka pucat atau eritem.
n. Gatal bila berkeringat.
o. Intolerans terhadap wol atau
pelarut lemak.
p. Aksentuasi perifolikular.
q. Hipersensitif terhadap makanan.
r. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan atau emosi
s. Tes kulit alergi tipe dadakan positif.
t. Kadar IgE dalam serum meningkat.
u. Mulai muncul pada usia dini.
Komplikasi:
a. Infeksi sekunder
b. Perluasan penyakit (eritroderma)
13 Dermatitis numularis
S87
L20.8
4A
Faktor Risiko:
a. Pria.
b. Usia 55-65 tahun (pada wanita 15-25 tahun).
c. Riwayat trauma fisis dan kimiawi
d. Riwayat dermatitis kontak alergi.
e. Riwayat dermatitis atopik.
f. Stress emosional.
g. Minuman yang mengandung alkohol.
h. Lingkungan dengan kelembaban rendah.
i. Riwayat infeksi kulit sebelumnya.
S87
L28.0
3A
Tidak diperlukan.
Tidak diperlukan.
Komplikasi:
Infeksi sekunder
Faktor Risiko:
Perempuan dengan puncak insidensi usia
30-50 tahun.
S88
L23
3A
Pgatal
Pdapat disertai bercak kemerahan
Priwayat kontak dengan bahan-bahan yang
berhubungan dengan riwayat pekerjaan,
hobi, obat topikal yang pernah digunakan
obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang
dapat menimbulkan alergi, serta riwayat
alergi di keluarga
Tidak diperlukan.
Tidak diperlukan.
Komplikasi:
Infeksi sekunder
Faktor Risiko:
a. Ditemukan pada orang-orang yang terpajan
oleh bahan alergen.
b. Riwayat kontak dengan bahan alergen
pada waktu tertentu.
c. Riwayat dermatitis atopic atau riwayat atopi
diri dan keluarga.
16 Dematitis kontak iritan
S88
L24
4A
Faktor Risiko:
a. Ditemukan pada orang-orang yang terpajan
oleh bahan iritan.
b. Riwayat kontak dengan bahan iritan pada
waktu tertentu.
c. Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru
masak, kuli bangunan, montir, penata rambut
d. Riwayat dermatitis atopik
Klasifikasi:
a. DKI akut:
1. Bahan iritan kuat, misalnya H2SO4
atau HCl termasuk luka bakar oleh
bahan kimia.
2. Lesi berupa: eritema, edema, bula,
kadang disertai nekrosis.
3. Tepi kelainan kulit berbatas tegas
dan pada umumnya asimetris.
b. DKI akut lambat:
1. Gejala klinis baru muncul sekitar
8-24 jam atau lebih setelah kontak.
2. Bahan iritan yang dapat menyebabkan
adalah podofilin, antralin, tretinoin,
etilen oksida, benzalkonium klorida
dan asam hidrofluorat.
3. Kadang-kadang disebabkan oleh
bulu serangga
c. DKI kumulatif/ DKI kronis:
1. Penyebabnya adalah kontak berulang
ulang dengan iritan lemah
2. Umumnya predileksi di tangan
3. Kelainan baru muncul setelah kontak
berminggu-minggu atau bulan, bahkan
bisa bertahun-tahun
4. Kulit dapat retak seperti luka iri,
ada kalanya kelainan hanya kulit
kering atau skuama tanpa eritema.
d. Reaksi iritan:
1. Merupakan dermatitis subklinis pada
seseorang yang terpajan dengan
pekerjaan basah, kelainan kulit
monomorfik
2. Umumnya dapat sembuh sendiri
e. DKI traumatik:
1. Kelainan kulit berkembang lambat
setelah trauma panas atau laserasi
2. Gejala seperti dermatitis numularis
3. Penyembuhan lambat
4. Predileksi paling sering di tangan
f. DKI non eritematosa:
Merupakan bentuk subklinis DKI,
Komplikasi:
Infeksi sekunder
17 Napkin eczema
(dermatitis popok)
S89
L22
4A
Komplikasi:
Infeksi sekunder
18 Pitiriasis rosea
S90
L42
4A
19 Moluskum kontagiosum
S95
B08.1
4A
Ppapul miliar
Eenukliasi
Faktor Risiko:
a. Terutama menyerang anak
b. Imunodefisiensi
20 Urtikaria
Urticaria, unspecified
Urtikaria akut
Urtikaria kronis
S98
L50
L50.9
4A
3A
Faktor Risiko:
a. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
b. Riwayat alergi.
c. Riwayat trauma fisik pada aktifitas.
d. Riwayat gigitan/sengatan serangga.
e. Konsumsi obat-obatan.
f. Konsumsi makanan.
g. Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
h. Penyakit autoimun dan kolagen.
i. Umur rerata adalah 35 tahun.
j. Riwayat trauma faktor fisik.
Komplikasi:
Infeksi sekunder.
Klasifikasi:
Berdasarkan waktu berlangsungnya
serangan:
a. urtikaria akut, <6minggu atau selama
4 minggu terus menerus
b. urtikaria kronis >6minggu
Berdasarkan morfologi klinis:
a. urtikaria papular (papul)
b. urtikaria gutata (tetesan air)
c. urtikaria girata (besar-besar)
Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan
yang terkena:
a. urtikaria lokal
b. urtikaria generalisata
c. angioedema
Berdasarkan penyebab dan mekanis
terjadinya:
a. urtikaria imunologik
~ keterlibatan IgE, reaksi hipersensitifitas
tipe I
~ keikutsertaan komplemen, reaksi
hipersensitifitas tipe II dan III
~ urtikaria kontak, reaksi hipersensitifitas
tipe IV
b. urtikaria non imunologik
c. urtikaria idiopatik
Komplikasi:
Angioedema dapat disertai obstruksi
jalan napas.
21 Filariasis
~ Filariasis due to
Wuchereria bancrofti
~ Filariasis due to
Brugia malayi
~ Filariasis due to
Brugia timori
S99
B74
B74.0
4A
B74.1
Manifestasi akut:
Pdemam berulang selama 3-5 hari, demam
dapat hilang bila beristirahat dan timbul
lagi setelah bekerja berat
Ppembengkakan KGB (tanpa ada luka), di
daerah lipatan paha, ketiak yang tampak
terasa panas dan sakit
Pradang saluranKGB yang terasa panas
dan sakit menjalar dari pangkal kaki atau
pangkal lengan ke arah ujung (retrograde
lymphangitis)
Pfilarial abses, pembengkakan KGB dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
Ppembesaran tungkai, lengan, buah dada,
kantung zakar, yang terlihat agak kemerahan
dan terasa panas (Early limphodema)
B74.2
Eidentifikasi mikrofilaria
PAnamnesis
Manifestasi akut:
Plimfangitis dan limfadenitis yang berlangsung
dari sediaan darah. Cacing PPemeriksaan fisik
PPemeriksaan penunjang identifikasi
3-15 hari, dan dapat terjadi beberapa kali
filaria dapat ditemukan
dalam setahun
dengan pengambilan darah
mikrofilaria
Plimfangitis akan meluas ke daerah distal
tebal atau tipis antara jam
Plimfangitis dan limfadenitis berkembang
10 malam sampai jam 2 pagi
lebih sering di ekstremitas bawah, selain
yang dipulas dengan Giemsa Komplikasi:
pada tungkai dapat mengenai alat kelamin
atau Wright
Pembesaran organ.
(tanda khas infeksi W. bancrofti) dan payudara Edarah tepi: leukositosis
dengan eosinofilia, sediaan
Manifestasi kronis:
darah jari yang diambil
Phidrokel,limfedema,elefantiasis dan
mulai pukul 20.00
Ediethylcarbamazine
chyluria yang meningkat sesuai bertambhanya
usia
provocative test
Manifestasi kronis:
Berkurangnya fungsi saluran limfe terjadi,
beberapa bulan sampai bertahun-tahun dari
episode akut.
Ppembesaran yang menetap (elephantiasis)
pada tungkai,lengan, buah dada, buah zakar
yang disebabkan oleh adanya cacing dewasa
pada sistem limfatik dan oleh reaksi
hiperresponsif berupa occult filariasis
22 Luka bakar derat I dan II
S24
4A
Edarah lengkap
EAGD
Eelektrolit
Kriteria:
Berat ringannya berdasarkan
American Burn Association:
a. Luka bakar Ringan
1. Luka bakar derajat II < 15%
2. Luka bakar derajat II < 10% pada
anak-anak
3. Luka bakar derajat III< 2%
b. Luka Bakar Sedang
1. Luka bakar derajat II 15-25% pada
orang dewasa
2. Luka bakar II 10-25% pada anak-anak
3. Luka bakar derajat III< 10%
c. Luka Bakar Berat
1. Luka bakar derajat II 25% atau lebih
pada orang dewasa
2. Luka bakar derajat II 20% atau lebih
pada anak-anak
3. Luka bakar derajat II 10% atau lebih
4. Luka bakar mengenai tangan, wajah,
telinga, mata, kaki dan genitalia
5. Luka bakar dengan cedera inhalasi,
disertai trauma lain.
Komplikasi:
Jaringan parut.
Terapi
Jenis Obat
Dosis
Prinsip:
a. Mengurangi pruritus
b. Menekan inflamasi
c. Membuka retensi keringat
Farmakoterapi:
W Topikal:
~ bedak kocok
~ lanolin topikal atau bedak salisil 2%
W Sistemik:
~ antihistamin sedatif
~ antihistamin non sedatif
Kriteria Rujukan
Tidak ada indikasi rujukan
? Asiklovir:
Dewasa: 5x800mg/hari
Anak: 4x20mg/KgBB
(dosis maksimal 800 mg)
? Valasiklovir:
Dewasa: 3x1000mg/hari
Pemberian obat tersebut selama 7-10
hari dan efektif diberikan pada 24 jam
pertama setelah timbul lesi.
W Antiviral
? Asiklovir 5x200mg/hari
? Valasiklovir 2x500mg/hari
Selama 7-10 hari.
sabun.
? Griseofulvin
Dewasa: 0,5-1 g
Anak: 0,25-0,5 g atau 10-25mg/KgBB/hari
terbagi dalam 2 dosis.
?Golongan azol:
Ketokonazol: 200 mg/hari,
Itrakonazol: 100 mg/hari
Terbinafin: 250 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari
pada pagi hari setelah makan.
W Topikal
Bayi
Asam salisilat 3% dalam minyak kelapa
atau vehikulum yang larut air atau kompres
minyak kelapa hangat 1x/ hari selama
beberapa hari.
Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1%
atau lotion selama beberapa hari.
Dewasa
Lesi di kulit kepala
Shampo selenium sulfida 1,8% atau
ketokonazol 2% shampo, zink pirition,
atau pemakaian preparat ter 2-5% dalam
bentuk salep dengan frekuensi 2-3 kali
seminggu selama 5-15 menit per hari.
Lesi di badan
Kortikosteroid topikal: desonid krim 0,05%,
(bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama
maksimal 2 minggu.
Pada kasus dengan inflamasi yang lebih
berat diberikan kortikosteroid kuat
(betametason valerat krim 0,1%).
Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu
dipertimbangkan krim ketokonazol 2%.
W Oral sistemik
Lesi madidans/basah
Kompres terbuka dengan larutan Kalium
permangat (PK) 1/10.000 menggunakan
3 lapis kasa bersih, selama masingmasing 15-20 menit/kali kompres sampai
lesi mengering.
W Glukokortikoid topikal
Glukokortikoid dapat dikombinasi dengan
tar, untuk efek anti inflamasi.
W Oral sistemik
W Oral sistemik
W Antipruritus
~ bedak asam salisilat 2%
~ mentol 0,25-0,5%
Urtikaria kronik
W Menghindari penyebab
W Farmakoterapi
~ Antihistamin (AH) oral nonsedatif
jaringan
Epinefrin subkutan
Prednison 60-80mg/hari selama 3 hari,
dosis diturunkan 5-10mg/hari.
W fisioterapi
W obat anti filaria adalah Diethyl
? DEC 6mg/KgBB, 3 dosis/hari setelah
Carbamazine Citrate (DEC) dan Ivermektin
makan selama 12 hari
Pada Tropical Pulmonary Eosinophylia (TPE)
pengobatan diberikan selama 3 minggu.
? Ivermektin diberikan dosis tunggal
150ug/KgBB, diberikan setiap 6 bulan
atau 12 bulan
W antibiotik dan/atau antijamur akan
mengurangi serangan berulang
W antihistamin dan kortikosteroid untuk
mengatasi efek smaping pengobatan
W pengobatan operatif
Formula Baxter:
a. Hari Pertama:
Dewasa: RL 4 cc x BB x % luas bakar per 24 jam
Anak:
Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1-3 Tahun : berat badan x 75 cc
3-5 Tahun : berat badan x 50 cc
jumlah cairan diberikan 8 jam pertama.
diberikan 16 jam berikutnya.
b. Hari kedua
Dewasa: hari I
Anak: diberi sesuai kebutuhan faali
No.
1
Diagnosis
Obesitas
Overweight
kode
ICPC II ICD X
T82
T83
Komp.
E66.9
Anamnesa
Biasanya pasien datang bukan dengan keluhan
kelebihan berat badan namun dengan adanya
gejala dari risiko kesehatan yang timbul.
Pemeriksaan Fisik
Ppengukuran Antropometri (BB, TB dan LP)
Ppengukuran lingkar pinggang
Ppengukuran tekanan darah
Pemeriksaan Penunjang
Ekadar gula darah
Eprofil lipid
Easam urat
Penegakan diagnosis
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Ppemeriksaan penunjang
Kategori obesitas:
Komplikasi:
a. Diabetes Mellitus tipe 2
b. Hipertensi
c. Serangan jantung
d. Ca kolon
e. Angina
f. Penyakit empedu
g. Ca ovarium
h. Osteoarthritis
i. Stroke
2
Tirotoksikosis
T85
E05.9
3B
Pberdebar-debar
Ptremor
Piritabilitas
Pintoleran terhadap panas
Pkeringat berlebihan
Ppenurunan BB
Ppeningkatan rasa lapar (nafsu makan )
Pdiare
Pgangguan reproduksi
Pmudah lelah
Ppembesaran kelenjar tiroid
Ppenderita merasa sukar tidur
Prambut rontok
Faktor Risiko:
Memiliki penyakit Graves (autoimun
hipertiroidisme) atau Stuma multinodular
toksik.
Hiperglikemia hiperosmolar
non ketotik
A91
R73.9
3B
Prasa lemah
Pgangguan penglihatan
Pkaki kejang
Pmual muntah
Pletargi
Pdisorientasi
Phemiparesis
Peksoftalmus
Ptakikardia
Pdemam tinggi sampai 40C
Ptremor halus
Pkulit hangat dan basah
Prambut rontok
Ppembesaran kelenjar tiroid
Pbruit pada tiroid
Pdermopati lokal
Pakropaki
Pgagal jantung kongestif
Pikterus
E gula darah
Pklinis
Komplikasi:
a. oklusi vaskular
b. infark miokard
c. low-flow syndrom
pernapasan
Ptidak ada pernapasan Kussmaul
d. DIC
e. rabdomiolisis
Hipoglikemia
Hipoglikemia ringan
Hipoglikemia berat
T87
E16.2
4A
3B
Prasa gemetar
Pperasaan lapar
Ppusing
Pkeringat dingin
Pjantung berdebar
Pgelisah
Ppenurunan kesadaran sampai koma dengan
atau tanpa kejang
Ppucat
Pdiaphoresis
PTD
Pfrekuensi denyut jantung meningkat
Ppenurunan kesadaran
Pdefisit neurologik fokal (refleks patologis
positif pada satu sisi tubuh) sesaat
Komplikasi:
a. Kerusakan otak.
b. Koma.
c. Kematian.
Diabetes
Diabetes
Diabetes
Diabetes
melitus
insulin dependent
non-insulin dependent
melitus tipe lain
E10
E11
4A
4A
3A
Keluhan:
Ppolifagia
Ppoliuri
Ppolidipsi
Ppenurunan BB yang tidak jelas sebabnya
Keluhan tidak khas DM :
Plemah
Pkesemutan
Pgatal
Pmata kabur
Pdisfungsi ereksi pada pria
ATAU
T91
E46
4A
Faktor Risiko:
a. Berat badan lahir rendah.
b. HIV.
c. Infeksi TB.
d. Pola asuh yang salah.
Komplikasi:
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Infeksi
e. Dehidrasi berat
f. Gangguan elektrolit
g. Hipoglikemi
h. Hipotermi
i. Hiperpireksia
j. Penurunan kesadaran
Hiperurisemia-Gout arthritis
T99
T92
E79.0
M10
4A
Eradiologis: pembengkakan
asimetris sendi dan kista
subkortikal tanpa erosi
Ekadar asam urat
Dislipidemia
T93
E78.5
4A
Faktor Risiko:
a. Umur pria 45 tahun dan wanita 55 tahun.
b. Riwayat keluarga penyakit arteri koroner
dini: ayah usia <55 tahun dan ibu < 65 tahun.
c. Kebiasaan merokok.
d. Hipertensi atau sedang mendapat obat
antihipertensi
e. Kolesterol HDL rendah (<40 mg/dl).
Faktor Risiko:
a. Usia & Jenis kelamin
b. Obesitas
c. Alkohol
d. Hipertensi
e. Gangguan Fungsi Ginjal
f. Penyakit-penyakit metabolik
g. Pola diet
h. Obat: Aspirin dosis rendah, Diuretik,
obat-obat TBC
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Komplikasi:
Menimbulkan terbentuknya batu
ginjal dan keadaan terminal berupa
gagal ginjal.
Pemeriksaan antropometri dan tekanan
darah.
PAnamnesis
PPemeriksaan fisik
Ppemeriksaan penunjang
Klasifikasi:
Berdasarkan WHO:
Berdasarkan NECP:
Komplikasi:
a. Penyakit jantung koroner
b. Stroke
Terapi
Jenis Obat
Dosis
Kriteria Rujukan
a. Bila pasien merupakan obesitas
dengan risiko tinggi dan risiko
absolut
b. Jika sudah dipercaya melakukan
modifikasi gaya hidup selama 3
bulan, dan tidak memberikan
respon terhadap penurunan BB
~ Glukokortikoid
jadwal makan
g. DPP-IV inhibitor: bersama makan dan
atau sebelum makan
a. DM dengan komplikasi
b. DM dengan kontrol gula buruk
c. DM dengan infeksi berat
d. DM dengan kehamilan
e. DM type 1
No.
1
Diagnosis
Infeksi saluran kemih
kode
Komp.
ICPC II ICD X
U71
N39.0
4A
Anamnesa
Pdemam
Psusah BAK
Pnyeri saat diakhir BAK
Psering BAK
Pnokturia
Panyang-anyangan
Pnyeri pinggang dan nyeri suprapubik
Faktor Risiko:
Riwayat diabetes melitus, urolitiasis, higiene
pribadi buruk, riwayat keputihan, kehamilan,
riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya,
riwayat pemakaian kontrasepsi diafrahma,
kebiasaan menahan kencing, hubungan
seksual, anomali struktur saluran kemih.
Pemeriksaan Fisik
Pdemam
Pflank pain
Pnyeri tekan suprapubik
Pemeriksaan Penunjang
Earah Perifer Lengkap
Eurinalisis
Eureum dan kreatinin
Ekadar gula darah
Ekultur urine
Penegakan diagnosis
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
P Pemeriksaan penunjang
Komplikasi:
a. Gagal ginjal
b. Sepsis
c. Inkotinensia urine
d. ISK berulang atau kronik
kekambuhan
Terapi
Jenis Obat
Dosis
Kriteria Rujukan
No.
1
Diagnosis
Hiperemesis gravidarum
kode
Komp.
ICPC II ICD X
W05
O21.0
3B
Anamnesa
Pmual dan muntah hebat
Pamenore yang disertai muntah yang hebat
Pnafsu makan turun
Pberat badan turun
Pnyeri epigastrium
Plemas
Prasa haus yang hebat
Pgangguan kesadaran
Faktor Risiko:
Faktor endokrin, biokimiawi, dan psikologis.
Kehamilan normal
W90
O80.9
4A
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Pre-eklampsia
W81
O14.9
3B
Edarah
Eurinalisa
Etes kehamilan
P Anamnesis
Edarah, golongan darah
P Pemeriksaan fisik/obstetrik
Epada ibu hamil dengan
P Pemeriksaan penunjang
faktor risiko dianjurkan
untuk dilakukan pemeriksaan
BTA, TORCH, sifilis, malaria, Tanda tak pasti kehamilan:
HIV
tes kehamilan HCG (+)
EUSG
Tanda pasti kehamilan:
a. Bunyi jantung janin (bila umur
kehamilan/ UK> 8 minggu) dengan
BJJ normal 120-160 kali per menit.
b. Gerakan janin (bila UK> 12 minggu)
c. Bila ditemukan adanya janin pada
pemeriksaan USG dan obstetrik
pre-eklampsia ringan:
peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg
pre-eklampsia berat :
PTD 160/110mmHg
Pedema
Ppandangan kabur
Pnyeri di epigastrium atau nyeri kuadran
kanan atas abdomen
Psianosis
Faktor Risiko:
a. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan Ppertumbuhan janin terhambat
penyakit mikrovaskular
b. Sindrom antibody antiphospholipid (APS)
c. Nefropati
d. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan
kehamilan itu sendiri, dan faktor spesifik
dari ibu atau janin:
Pedema
Phipertensi
Pproteinuria
Pgangguan penglihatan
Psakit kepala hebat
Pnyeri perut bagian atas
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
P Pemeriksaan penunjang
Komplikasi:
a. Komplikasi neurologis
b. Stress related mucosal injury,
stress ulcer pada gaster
c. Jaundice
d. Disfungsi pencernaan
e. Hipoglikemia
f. Malnutrisi dan kelaparan
g. Komplikasi potensial dari janin
h. Kerusakan ginjal menyebabkan
hipovolemia
i. Intrauterine growth restriction
Pemeriksaaan obstetrik:
Abdomen :
a. Observasi adanya bekas operasi.
b. Mengukur tinggi fundus uteri.
c. Melakukan palpasi dengan manuever
Leopold I-IV.
d. Mendengarkan bunyi jantung janin.
Vulva/vagina
a. Observasi varises, kondilomata, edema,
haemorhoid atau abnormalitas lainnya
b. VT: memperhatikan tanda-tanda tumor
c. Inspekulo: memeriksa serviks, infeksi,
ada/tidaknya cairan keluar dari osteum
uteri
Penegakan diagnosis
Eproteinuria
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
P Pemeriksaan penunjang
Eklampsi
W81
O15.9
3B
Eproteinuria 2+
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
P Pemeriksaan penunjang
EUSG
EBHCG masih positif sampai
7-10 hari setelah abortus
Edarah perifer lengkap
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
P Pemeriksaan penunjang
Faktor Risiko:
a. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan
penyakit mikrovaskular
b. Sindrom antibody antiphospholipid (APS)
c. Nefropati
d. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan
kehamilan itu sendiri, dan faktor spesifik
dari ibu atau ayah janin
Abortus
Unspecified abortion, complete,
without complication
Unspecified abortion, incomplete
without complication
a. Abortus komplit
b. Abortus inkomplit
c. Abortus insipiens
W82
O03.9
O06.4
4A
3B
3B
a. Abortus Imminens
Priwayat terlambat haid dengan hasil
BHcg (+) dengan usia kehamilan < 20minggu
Pperdarahn pervaginamnya tidak terlalu
banyak, kecoklatan bercampur lendir
Ptidak disertai nyeri atau kram
b. Abortus insipiens
Pperdarahan bertambah banyak, merah segar
disertai terbukanya serviks
Pperut nyeri ringan atau spasme
c. Abortus Inkomplit
Pperdarahan aktif
Pnyeri perut hebat
Ppengeluaran sebagian hasil konsepsi
Pmulut rahim terbuka dengan sebagian
sisa konsepsi tertinggal
Ppasien dapat mengalami syok
d. Abortus komplit
Perdarahan sedikit
Pnyeri perut atau kram ringan
Pmulut sudah tertutup
Ppengeluaran seluruh hasil konsepsi
Faktor Risiko:
Faktor Maternal
a. Penyakit infeksi
2. Abortus insipiens
Osteum uteri terbuka, dengan terdapat
penonjolan kantong dan didalamnya
berisi cairan ketuban
Perdarahan berwarna merah segar
Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
Detak jantung janin masih ditemukan
3. Abortus inkomplit
Osteum uteri terbuka, dengan terdapat
sebagian sisa konsepsi
Perdarahan aktif
Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
4. Abortus komplit
Osteum uteri tertutup
Komplikasi:
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Perforasi
d. Syok
Perdarahan sedikit
Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan
B80
D50
4A
Pkonjungtiva anemis
Patrofi papil lidah
Pstomatitis angularis (cheilosis)
Pkoilonichia : kuku sendok (spoon nail),
Ekadar haemoglobin
Eapusan darah tepi
W92
42.9
3A
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
P Pemeriksaan penunjang
Persalinan lama
W92
O63.9
3B
Komplikasi:
a. Infeksi maternal dan neonatal
b. Persalinan prematur
c. Hipoksia janin
d. Deformitas janin
e. Meningkatnya insiden seksio
sesarea
Epartograf
Edopler
Eurin
Edarah tepi lengkap
Diagnosa klinis:
a. Distosia pada kala I fase aktif:
Grafik pembukaan serviks pada
partograf berada di antara garis
waspada dan garis bertindak,
atau sudah memotong garis bertindak.
b. Fase ekspulsi (kala II)memanjang:
Tidak ada kemajuan penurunan
bagian terendah janin pada
persalinan kala II. Dengan batasan
waktu:
1. Maksimal 2 jam untuk nulipara
dan 1 jam untuk multipara atau
2. Maksimal 3 jam untuk nulipara
dan 2 jam untuk multipara bila
pasien menggunakan analgesia
epidural
Komplikasi:
a. Infeksi intrapartum
b. Ruptura uteri
c. Pembentukan fistula
d. Cedera otot-otot dasar panggul
e. Kaput suksedaneum
f. Molase kepala janin
g. Kematian ibu dan anak
W17
O72.1
3B
Faktor Risiko:
a. Faktor Risiko prenatal:
Perdarahan sebelum persalinan,
Solusio plasenta,
Plasenta previa,
Kehamilan ganda,
Preeklampsia,
Khorioamnionitis,
Hidramnion,
IUFD,
Anemia (Hb< 5,8),
Multiparitas,
Mioma dalam kehamilan,
Gangguan faktor pembekuan dan
Riwayat perdarahan sebelumnya serta obesitas.
b. Faktor Risiko saat persalinan pervaginam:
Kala tiga yang memanjang,
Episiotomi,
Distosia,
Laserasi jaringan lunak,
Induksi atau augmentasi persalinan
dengan oksitosin,
Persalinan dengan bantuan alat,
Sisa plasenta, dan bayi besar (>4000 gram).
c. Faktor Risiko perdarahan setelah SC :
Insisi uterus klasik,
Amnionitis,
Preeklampsia,
Persalinan abnormal,
Anestesia umum,
Partus preterm dan postterm.
Komplikasi:
a. Syok
b. Kematian
W92
O70.0
4A
Perdarahan pervaginam.
Faktor Risiko:
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana
mestinya
c. Sebelumnya pada perineum terdapat
banyak jaringan parut
d. Pada persalinan dengan distosia bahu
e. Partus pervaginam dengan tindakan
11 Mastitis
X21
N61
4A
Faktor Risiko:
a. Primipara
b. Stress
c. Tehnik meneteki yang tidak benar
d. Pemakaian kutang yang terlalu ketat
e. Penghisapan bayi yang kurang kuat
f. Bentuk mulut bayi yang abnormal
(ex: cleft lip or palate), dapat menimbulkan
trauma pada puting susu.
g. Terdapat luka pada payudara.
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
Pklinis
Klasifikasi:
Ruptur perineum dibagi menjadi
4 derajat:
Deajat I
~ robekan hanya pada selaput
lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum
Deajat II
~ robekan mengenai selaput lendir
vagina dan otot perinea transversalis
tetapi tidak melibatkan kerusakan
otot sfingter ani
Derajat III
~ robekan mengenai perineum
sampai dengan otot sfingter ani:
Derajat III.a.
robekan <50% sfingter ani eksterna
Derajat III.b.
robekan >50% sfingter ani eksterna
Derajat III.c.
robekan juga meliputi sfingetr ani
interna
Derajat IV
~ robekan mengenai perineum
sampai dengan otot sfingter ani
dan mukosa rektum
Klasifikasi:
Mastitis dapat dibedakan menjadi
3 macam:
a. Mastitis yang menyebabkan
abses dibawah areola mammae.
b. Mastitis ditengah payudara yang
menyebabkan abses ditempat itu.
c. Mastitis pada jaringan dibawah
dorsal kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara
payudara dan otot-otot dibawahnya.
Komplikasi:
a. Abses mammae
b. Sepsis
Terapi
Jenis Obat
Dosis
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk setelah mendapat
penanganan awal.
W Memberikan imunisasi TT
Konsultasikan dan rujuk pada
kunjungan trimester 2 bila:
a. Gejala yang tidak diharapkan
b. Perdarahan pervaginam
c. Hb selalu < 7 gr/dl
d. Gejala Pre-eklampsia, hipertensi,
proteinuria
e. Diduga adanya fetal growth
retardation
f. Ibu tidak merasakan gerakan bayi
W Memberikan konseling
W Ajarkan metoda mudah untuk menghitung
gerakan janin dalam 12 jam menggunakan
karet gelang
W Diskusikan mengenai aktifitas seksual
selama kehamilan
Pre-eklampsi Ringan:
W Pantau keadaan klinis ibu tiap ANC
W Rawat jalan:
~ Ibu hamil banyak istirahat
~ Konsumsi susu dan air buah
~ Antihipertensi: metildopa dan nifedipin
Pre-eklampsi Berat:
W Pemberian MgSO4
1.
2.
3.
4.
5.
No.
1
Diagnosis
Fluor Albus /
Vaginal discharge Non Gonore
vaginal discharge
gonore pada perempuan
urogenital candidiasis
tikomoniasis urogenital
klamidia genital
kode
ICPC II ICD X
Sifilis
Syphilis male
Syphilis female
Early syphilis
Primary genital syphilis
Late syphilis
Syphilis, unspecified
N98.9
Komp.
4A
X14
X71
X72
X73
X92
3A
Y70
X70
A51
A51.0
A52
A53.9
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis
Epemeriksaan mikroskopis
tiga hari berturut-turut
Etes serologik sifilis (TSS)
Ehistopatologi dan imunologi
Faktor Risiko:
a. Berganti-ganti pasangan seksual.
b. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial.
c. Bayi dengan ibu menderita sifilis.
d. Hubungan seksual tanpa proteksi.
e. Sifilis kardiovaskular terjadi 3 kali
lebih tinggi
Komplikasi:
a. PID
b. Kematian
c. Infertilitas
d. Kehamilan ektopik
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
P Pemeriksaan mikroskopis
Klasifikasi:
a. sifilis kongenital
1. dini (prekoks): menular, bula
bergerombol, simetris
2. lanjut (tarda): tidak menular
3. stigmata: deformitas dan
jaringan parut
~ wajah: saddle nose, bulldog jaw
~ gigi hutchinson, mulberry molar
~ regades
~ koroidorenitis
~ onikia
b. aifilis akuisita
Komplikasi:
eritoderma
Gonore
X71
A54.9
4A
Pkencing nanah
Prasa panas dan gatal di distal uretra
disusul dengan disuria, polakisuria
dan keluarnya nanah kadang disertai
darah
Pnyeri saat terjadi ereksi
Pgejala terjadi pada 2-7 hari setelah kontak
seksual
Papabila terjadi prostatitis, keluhan
disertai perasaan tidak enak di perineum,
dan suprapubis, malaise, demam, nyeri
kencing hingga hematuri, retensi urin,
obstipasi
Ppada wanita gejala subyektif jarang
ditemukan, wanita umumnya datang
setelah terjadi komplikasi
Pkeluhan yang sering menyebabkan wanita
datang ke dokter adalah keluarnya cairan
hijau kekuningan dari vagina, disuria,
nyeri abdomen bawah
Prasa terbakar di daerah anus
Pmata merah pada neonatus dan dapat
terjadi keluhan sistemik
Epemeriksaan mikroskopis
Ekultur
Etes oksidasi dan fermentasi
Etes beta laktamase
Etes thomson dengan sediaan
urine
Epemeriksaan mikroskopis
cairan atau sekret vagina
Epemeriksaan pH cairan
vagina
Euji whiff
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
P Pemeriksaan penunjang
Klasifikasi:
a. Uretritis gonore
b. Servisitis gonore
Komplikasi:
Pada pria:
Lokal: Tynositis, parauretritis,
litritis, kowperitis.
Asendens: prostatitis, vesikulitis,
funikulitis, vas deferentitis,
epididimitis, trigonitis.
Pada wanita:
Lokal: parauretritis, bartolinitis.
Asendens: salfingitis, PID.
Disseminata:
Arthritis, miokarditis, endokarditis,
perkarditis, meningitis, dermatitis.
Faktor Risiko:
a. Berganti-ganti pasangan seksual.
b. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial.
c. Wanita usia pra pubertas dan menopause
lebih rentan terkena gonore.
d. Bayi dengan ibu menderita gonore.
e. Hubungan seksual dengan penderita
tanpa proteksi.
4
Vaginitis
X84
N76.0
4A
Ppruritus
Pkeputihan
Pdispareunia
Pdisuria
Pbau
Faktor Risiko:
a. Pemakai AKDR
b. Penggunaan handuk bersamaan
c. Imunosupresi
d. Diabetes melitus
e. Perubahan hormonal (misal : kehamilan)
f. Penggunaan terapi antibiotik spektrum luas
g. Obesitas.
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
P Pemeriksaan penunjang
Vulvitis
X84
N76.0
4A
P Anamnesis
P Pemeriksaan fisik
Komplikasi:
a. Infertilitas
b. Infeksi sekunder karena sering
digaruk
c. Vulva distrofi
Terapi
Jenis Obat
Vaginosis bakterial:
a. Metronidazole atau Clindamycin
secara oral atau per vaginam
b. Tidak perlu pemeriksaan silang
dengan pria
c. Bila sedang hamil atau menyusui
gunakan metronidazole
d. Pasien yang menggunakan IUD tembaga
dan mengalami vaginosis bakterial
dianjurkan untuk mengganti metode
kontrasepsi
Dosis
Kriteria Rujukan
a. Tidak terdapat fasilitas
pemeriksaan untuk pasangan
b. Dibutuhkan pemeriksaan
kultur kuman gonore
c. Adanya arah kegagalan
pengobatan
Vulvovaginal kandidiosis:
a. Dapat diberikan azole antifungal
b. Tidak perlu pemeriksaan pasangan
c. Pasien dengan vulvovaginal candidiosis
yang berulang dianjurkan untuk
pengobatan paling lama 6 bulan
d. Pada saat kehamilan, hindari obat
anti-fungi oral, dan gunakan imidazole
topikal hingga 7 hari
Chlamydia:
a. Azithromycin atau doxycyclie
Trikomonas vaginalis:
a. Obat minum nitromidazole
b. Pasangan seksual pasien harus
diperiksa
W Sifilis yang sedang dalam inkubasi
dapat diobati dengan regimen penisilin
atau dapat menggunakan ampisilin,
amoksisilin atau seftriakson
W Pengobatan profilaksis harus diberikan
pada pasangan pasien, namun
sebaiknya diberikan sejak 3 bulan
sebelumnya, tanpa memandang srologi
W Kontak seksual harus ditelusuri
W Pasien perlu diuji untuk penyakit lain
yang ditularkan secara seksual
Antibiotik
?
?
?
?