Fistel Vesicovaginalis, Ureterocutaneous, Dan Ureterorectalis
Fistel Vesicovaginalis, Ureterocutaneous, Dan Ureterorectalis
Fistel Vesicovaginalis, Ureterocutaneous, Dan Ureterorectalis
CASE REPORT
FAKULTAS KEDOKTERAN
NOVEMBER 2013
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH :
Juliet C. G. Umbas
C11108204
PEMBIMBING :
dr. M. Tontowi Jauhari
SUPERVISOR:
dr. Syakri Syahrir, Sp. U
BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN
: Juliet C. G. Umbas
NIM
: C111 08 204
Judul`
Telah menyelesaikan tugas case report dalam rangka kepaniteraan klinik pada
bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Supervisor
Pembimbing
Laporan Kasus
Summary
Reporting case, female 55 years old with vesicovaginalis,
ureterocutaneous, and ureterorectalis fistulae with extravasation urine to genital
organs as the chief complaint. Patient has been having this complaint for 1
month. On anamnesis there are true incontinence symptom such as urine
extravasation to the vagina without feeling of urinating and without realizing it,
persistantly, and do not change when the patient lying, sitting or standing. There
are also complaint where her feces is mixed with urine when the patient defecate.
History of histerectomy two months ago, followed by severe flank pain on the left
side for two days post operation and urine coming out from the unhealed
operation wound 1 month later.
Urographine CT-scan is done to conclude left hydronephrosis and left
hydroureter caused by total obstruction of the left distal ureter. There are relation
between left ureter to the rectum and abdominal wall, and bladder to vagina.
Left nephrotomy is done to diverse the urine temporarily and after that
there is no visible of left ureter fistulae track with the rectum and abdominal
wound that proved by APG examination, and healing of abdominal wound.
Ringkasan
Dilaporkan kasus fistel vesicovaginalis, ureterocutaneous, dan
ureterorectalis pada wanita umur 55 tahun dengan keluhan utama kencing
merembes melalui liang kemaluan yang dialami sejak 1 bulan. Pada anamnesis
didapatkan gejala true incontinence berupa urine keluar melalui liang vagina
tanpa rangsangan miksi dan tanpa disadari, terus menerus, baik waktu berbaring,
duduk ataupun berdiri. Terdapat pula keluhan tinja bercampur urine saat buang air
besar. Riwayat menjalani operasi pengangkatan tumor kandungan 2 bulan lalu,
yang disusul dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang kiri selama 2 hari pasca
operasi, dan luka operasi terbuka disertainya keluar urine pada luka 1 bulan
kemudian.
Dilakukan pemeriksaan CT Scan urografin dengan bukti adanya
hidronefrosis dan hidroureter kiri akibat obstruksi total ureter kiri bagian distal,
adanya hubungan ureter kiri dengan rectum dan dinding abdomen serta vesica
urinaria dengan vagina.
Dilakukan operasi nefrostomi kiri dengan tujuan diversi sementara urine
dan dan memberikan hasil tidak tampak lagi trek fistel ureter kiri dengan rektum
dan dinding abdomen yang dibuktikan dengan pemeriksaan APG, serta luka
abdomen yang mulai mengering.
Pendahuluan
Fistel adalah komunikasi abnormal antara dua epitel permukaan. 1 Fistula
vesicovaginalis merupakan bentuk hubungan yang paling sering ditemukan antara
traktus urinarius efferent dan traktus genitalia.2
Angka kejadian terbentuknya fistula yang akibat histerektomi telah di
hitung antara 1 per 1330 operasi di Inggris UK. Dilaporkan pula bahwa angka
kejadian penyakit ini akibat radiasi untuk keganasan ginekologi adalah antara
1% dan 4%, sedangkan akibat eksenterasi pelvik mungkin sekitar 10%.3 Penelitian
epidemiologi juga menyatakan bahwa kasus Fistula vesicovaginalis lebih sering
ditemukan pada primipara (43-62,7)% dan multipara yang lebih 4 kali melahirkan
(>20-25%). Angka kejadian juga ditemukan lebih tinggi pada wanita dengan
tinggi badan kurang dari 150 cm, usia kurang dari 25 tahun (65%), wanita
berpendidikan rendah (92%).4 Fistel vesicocutaneous jarang terjadi. Hal ini
disebabkan karena kekuatan dari m. rectus abdominis yang berada diantara vesica
urinaria dan kulit.5
Penyebab tersering dari fistula traktur urinarius adalah trauma saat
operasi.1
Kebocoran urine yang tidak terkontrol (inkontinensia) melalui vagina
merupakan gejala khas pada pasien Fistula vesicovaginalis.6,7 Pada fistel
vesicocutaneous terjadi kebocoran urine secara terus menerus yang menyebabkan
terjadinya maserasi dan kehancuran dari kulit bersamaan dengan terjadinya
infeksi, rasa tidak nyaman, dan bau tidak sedap. 8 Gejala dan tanda-tanda fistula
ureteroenterica adalah adanya urine di feces.1
Pemeriksaan Fisis
Status Generalis : Sakit sedang/ gizi cukup/ composmentis
Status Vitalis
:T
: 120/80 mmHg
N
: 84 kali/menit
P
S
: 20 kali/menit
: 36,7oC
Status Urologis
Regio costovertebra (D) et (S)
Inspeksi
: tampak warna kulit sama dengan sekitar, alignment
vertebra baik, gibbus tidak ada, tidak tampak tanda-tanda inflamasi,
massa tumor tidak ada
Palpasi
: Nyeri tekan tidak ada, massa tumor ridak ada,
ballottement ginjal tidak teraba
Perkusi
: Nyeri ketok tidak ada
Regio abdomen
Inspeksi
: tampak bekas luka operasi laparotomi, dengan luka
operasi terbuka dibawah umbilicus sepanjang 3 cm, tampak pus, leakage
cairan tidak ada, massa tumor tidak ada
Palpasi
: abdomen shoufle, massa tumor tidak ada, nyeri tekan
tidak ada
Perkusi
Regio suprapubik
Inspeksi
: Datar, tampak scar bekas luka operasi telah mengering,
tidak ada massa tumor, tidak tampak fistel, tidak tampak tanda-tanda
inflamasi, tidak tampak bulging buli-buli
Palpasi
: nyeri tekan tidak ada, tidak teraba buli-buli, tidak teraba
massa tumor
Regio genitalia externa
Vulva
Inspeksi
tidak tampak
Inspeksi
Vaginal Toucher:
- teraba mukosa vagina licin, tidak teraba massa tumor
- teraba fornix, nyeri tekan (+), portio sulit dievaluasi, teraba kateter
dalam uretra. Kesan tidak ada hubungan langsung dengan vagina
-
pada pemeriksaan VT
Handschoen : flour albus ada, darah tidak ada, rembesan urine ada
Rectal Toucher:
- Sphincter ani mencekik
- Mukosa rectum licin, ampula recti berisi skibala
- Hanschoen : lendir (-) darah (-) feses (+) rembesan urine tidak ada
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium lengkap (18-10-2013):
WBC
9,3
HBsAg
Nonreactive
RBC
3,49
antiHCV
Nonreactive
HGB
10,4
CT
800
HCT
31,4
BT
300
PLT
379
PT
GDS
97
APTT
Ureum
13
INR
0,98
Kreatinin
0,8
Na
133
SGOT
24
3,1
Cl
97
SGPT
10
Warna
Kuning keruh
Blood
150
pH
Leukosit
500
BJ
1.010
Vit. C
Protein
Negatif
Sedimen leukosit
30
Glukosa
Negatif
Sedimen eritrosit
40
Bilirubin
Negatif
Sedimen torak
Urobilinogen
Normal
Sedimen kristal
Keton
Negatif
10
Nitrit
Positif
Sedimen lain-lain
1/3 proksimal.
Loop-loop usus yang terscan dalam batas normal.
Tampak osteofit pada CV lumbalis (spondylosis lumbalis). Tulang-
Diagnosis :
-
Fistel vesicovaginalis
Fistel ureterocutaneous
Fistel ureterorectalis
Laporan Operasi:
Kontrol di poliklinik
Diskusi
Fistula adalah komunikasi abnormal antara dua epitel permukaan. Fistula
Vesicovaginal (VVF) adalah hubungan abnormal antara epithelium vagina dan
epithelium vesica urinaria yang menyebabkan kebocoran urine melalui vagina.1
Fistula vesicocutaneous adalah hubungan abnormal antara vesica urinaria dengan
permukaan tubuh.8 Fistula ureterorectalis adalah hubungan abnormal antara
epithelium ureter dan epithelium rectum yang menyebabkan kebocoran urine
melalui rectum.
Fistula vesicovaginalis merupakan bentuk hubungan yang paling sering
ditemukan antara traktus urinarius efferent dan traktus genitalia. 2 Angka kejadian
terbentuknya fistula yang akibat hsiterektomi telah di hitung antara 1 per 1330
operasi di Inggris UK. Dilaporkan pula bahwa angka kejadian penyakit ini akibat
radiasi untuk keganasan ginekologi adalah antara 1% dan 4%, sedangkan akibat
eksenterasi pelvik munkin sekitar 10%.3 Penelitian epidemiologi juga menyatakan
bahwa kasus Fistula vesicovaginalis lebih sering ditemukan pada primipara (4362,7)% dan multipara yang lebih 4 kali melahirkan( > 20-25%). Angka kejadian
juga ditemukan lebih tinggi pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm,
usia kurang dari 25 tahun (65%), wanita berpendidikan rendah (92%). 4 Fistel
vesicocutaneous jarang terjadi. Hal ini disebabkan karena kekuatan dari m. rectus
abdominis yang berada diantara vesica urinaria dan kulit.5
Penyebab tersering dari fistula vesicovaginalis pada negara berkembang
adalah trauma saat melahirkan sedangkan di Negara maju seperti Amerika serikat
Fistula vesicovaginalis
diduga mengalami cedera pada vesica urinaria yang tidak terduga dan
mengakibatkan terjadinya urinoma. Urine yang terkumpul ini akan mencari
bagian yang paling lemah dan tipis untuk mengalir yaitu line sutura vaginalis.
Akibatnya akan terbentuk jalur mukosa antara vesica urinaria dan vagina.
Mekanisme yang mungkin berikutnya adalah nekrosis akibat penjahitan yang
tidak benar antara lingkar vagina dengan bagian belakang vesica urinaria. 10
Penyebab tersering dari fistel vesicocutaneous adalah trauma ekstensif dengan
fraktur pelvis, radiasi pelvis karena keganasan, dan komplikasi pasca operasi
histerektomi radikal dan hip arthroplasty.5 Normalnya, sistem saluran kemih
benar-benar terpisah dari saluran pencernaan. Hubungan mungkin terjadi dapat
berupa fistula ureteroenterik yang merupakan hasil dari (1) ketidaklengkapan
pemisahan dua sistem selama perkembangan embrio (misalnya, kegagalan dari
septum urorectal untuk membagi kloaka), (2) infeksi, (3) kondisi inflamasi, (4)
kanker, (5) trauma atau benda asing, atau (6) penyebab iatrogenik (baik risiko
postoperatif atau sebagai komplikasi pengobatan). Dalam praktik kedokteran
umum, penyakit usus yang terjadi berdekatan dengan kandung kemih dan
mengerupsi ke dalamnya adalah penyebab paling umum dari kesalahan hubungan
dari kedua sistem.11 Pasien kami diduga mengalami fistel ureterocutaneous dan
fistel ureterorectalis diduga karena adanya cedera ureter pada saat operasi. Pada
ligasi ureter yang tidak terdeteksi, sebagian dinding ureter mengalami nekrosis
karena tekanan yang disebabkan oleh iskemia. Segmen ureter yang iskemik
akhirnya akan melemah, sehingga dapat terjadi urinoma yang besar sehingga
terjadi ekstravasasi urine ke dalam jaringan periureteral yang kemudian akan
menyebabkan pembentukan fistel.12, 13
Kebocoran urine yang tidak terkontrol (inkontinensia) melalui vagina
merupakan gejala khas pada pasien Fistula vesicovaginalis. Pasien
mungkin
mengeluh adanya inkontinensia urine yang terus menerus (pagi dan malam) atau
meningkatnya sekret vagina yang terjadi setelah operasi pelvik atau radioterapi
pelvik dengan atau tanpa didahului tindakan operasi . Namun pada kasus dengan
fistula yang kecil, gejala ini mungkin bersifat intermitten. 6,7 Pada pasien kami
urine mengalir terus menerus melalui vagina tanpa ada sensasi miksi. Pada fistel
vesicocutaneous terjadi kebocoran urine secara terus menerus yang menyebabkan
terjadinya maserasi dan kehancuran dari kulit bersamaan dengan terjadinya
infeksi, rasa tidak nyaman, dan bau tidak sedap. 8 Gejala dan tanda-tanda fistula
ureteroenterica adalah adanya urine di feces. Gejala lain terjadi terutama pada
saluran kemih. Gejala termasuk gejala iritasi dan gejala-gejala yang terkait dengan
kronisitas infeksi saluran kemih (ISK). Tanda-tanda lain termasuk temuan
abnormal urine, malodorous urine, pneumaturia, debris dalam urine, hematuria,
dan infeksi saluran kemih.1 Pada pemeriksaan urinalisis pasien kami didapatkan
peningkatan leukosit dan eritrosit (leukosit 500 WBC/ul, sedimen leukosit 30 lpb,
dan sedimen eritrosit 30 lpb) yang merupakan tanda infeksi saluran kemih. Hal ini
terjadi karena diduga ada hubungan langsung antara ureter dan rectum berupa
fistel ureterorectalis.
Hidronefrosis yang dialami oleh pasien kami diduga terjadi karena
merupakan komplikasi dari cedera ureter. Jika ligasi total pada ureter terjadi, urine
yang berasal dari ginjal ipsilateral terhambat mengalir ke vesica urinaria, yang
dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis dan kerusakan fungsi ginjal
ipsilateral yang progresif.12 Ekstravasasi urine kronik yang terjadi karena trauma
yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan pembentukan urinoma yang besar di
retroperitoneal. Hidronefrosis akut akibat ligasi ureter total menyebabkan nyeri
pinggang hebat pada saat awal pasca operasi.13
Untuk mendiagnosis adanya fistel dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan gejala klinis
yang sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas. Pemeriksaan vagina yang teliti
menggunakan spekulum dapat memberikan gambaran visual saluran fistula.
Kualitas dan kuantitas jaringan vagina dan sekitarnya harus dinilai. Kebanyakan
fistula yang berkembang setelah tindakan histerektomi biasannya berada di
lingkar vagina. Untuk saluran fistulous yang tidak mudah dilihat, vesica urinaria
bisa diisi dengan Metilen Biru yang diencerkan dan kebocoran cairan biru tersebut
dapat dinilai di vagina. Pada pasien ini telah dilakukan tes Dye dengan
menggunakan larutan methylen blue dan ditemukan adanya larutan methylen blue
yang keluar melalui luka bekas operasi dan anus. Pyelography Retrograde harus
dilakukan pada pasien yang dicurigai mkemiliki fistula ureterovaginal. Jika
diagnosis fistula vesicovaginalis masih sulit ditegakkan, cairan yang mengalir dari
vagina harus dapat dibuktikan sebagai urine. Diagnosis dapat dikonfirmasi jika
jumlah cairan yang dikumpulkan cukup untuk analisis kreatinin. Nilai kreatinin
yang ditemukan harus dua kali lebih banyak dari jumlah kreatinin serum. Jika
pengukuran kreatinin sama dengan atau kurang dari nilai kreatinin serum, maka
cairan tersebut harus diduga berasal dari sumber lain seperti cairan peritoneal,
cairan limfatik, sekresi tuba fallopi, atau cairan vagina.1
Tes diagnosis termasuk tes metilen biru dimana 1 ml cairan pekat metilen
biru dilarutkan dalam 100 ml nacl 0,9% kemudian dimasukkan kedalam vesico
urinaria via kateter dan masukkan tampon ke dalam vagina. jika tampon menjadi
berwarna biru maka dapat diindikasikan adanya fistula vesicovaginalis. jika
tampon yang dimasukkan tidak berwarna maka pemberian indigo carmine (5 ml
larutan 0.8%) via intravaskuler dapat dilakukan. Jika tampon menjadi berwarna
maka terdapat fistula urogenitalia. Namun jika tampon ini kembali tidak berwarna
maka dilakukan pemasangan tampon ketiga dan kali ini pasien diminta untuk
batuk sementara meatus uretra eksternannya diamati. Adanya warna pada bagian
distal tampon menandakan adanya inkontinensia stress atau fistula urogenitalia.
Pemberian infuse CO2
Tindakan pemeriksaan lain yang juga perlu dilakukan pada semua pasien
yang secara objektif menampakkan adanya fistula atau pada penilaian untuk bukti
apapun yang mengarah kepada prolaps maupun inkontinensia urine tipe stress
adalah voiding cystourethrogram (VCUG).1 CT scan tanpa kontras diikuti dengan
CT scan dengan kontras intravena dapat mendeteksi fistula antara traktus urinarius
dengan daerah sekitarnya.9
Ada beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan secara konservatif,
invasif minimal, dan pembedahan. Secara konservatif diharapkan penutupan
secara spontan dengan pemasangan kateter selama 19 hingga 54 hari. Secara
invasif minimal dapat digunakan injeksi lem fibrin ke dalam saluran fistula
dimana lem fibrin dapat memicu penyembuhan melalui efek stimulasi fibroblast
dan sintesis kolagen serta memiliki keuntungan yang alami. Tapi tindakan ini
biasanya digunakan pada fistel yang berukuran kecil. 10 Secara pembedahan dapat
dilakukan beberapa pendekatan. Pada pendekatan melalui vagina biasanya
diterapkan pada fistel vesicovaginalis yang berukuran kecil. Keuntungan utama
dari pendekatan vagina ini adalah angka kecacatan pasca pembedahan rendah.6
Sedangkan pendekatan via abdomen lebih berisiko bagi pasien, akan tetapi
diperlukan untuk perbaikan fistula yang berukuran lebih dari 2 cm, atau fistel
yang timbul pasca radiasi, atau setelah perbaikan sebelumnya gagal, atau jika
terdapat indikasi untuk operasi abdomen lainnya (cedera ureter atau fistel pada
usus) atau jika vagina terlalu sempit sehingga menghalangi pendekatan melaluiu
vagina.6
Daftar Rujukan
1. Martnez JA, Castellanos VH et al. Diagnosis and management of
vesicovaginal fistulas: twenty years of experience. Rev Mex Urol. 2011. Vol.
71(4); p. 200-206
2. Ijaiya MD. Vesicovaginal fistula : epidemiology and prevention. Postgraduate
Doctor Caribbean. 2004. Vol 18 (5) ; p. 179-82
3. Hilton P. Vesico-vaginal fistulas in developing countries. International Journal
of Gynecology and Obstetrics . 2003. Vol. 82; p. 285-295
4. Hadijono S, Wiknjosastro H. Beberapa Aspek Urologi wanita : Fistula
Urogenitalia. In: Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu Kandungan
Edisi 3. Jakarta: Bina Pustaka Sarwonono Prawirohardjo; 2011; p. 387-391
5. Lee, Tae Hwa, et al. Vesicocutaneous Fistula : An Unusual Complication of
Total Hysterectomy. J Womens Med. 2009. Vol. 2; p: 92-94
6. Manski D. Vesicovaginal fistula. [serial online]. 2013. [cited on 10th
November
2013].
Available
from:
http://www.urology-
textbook.com/vesicovaginal-fistula.html
7. Spurlock J, Chelmow D. Vesicovaginal Fistula [serial online]. 2012. [cited on
10th
November
2013].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/267943-overview#showall
8. Toufique H., Merani A. J., Vesicocutaneous fistula. 2011. J Pak Med Assoc.
Vol. 61, No. 9.
9. Burivong, et. al., Common Lower Urinary Tract Fistulas: A review of Clinical
Presentations, Causes and Radiographic Imaging. IJCRI. 2011. Vol 2(1). P: 17
10. Garthwaite M, Harris N . Vesicovaginal fistulae. [serial online]. 2010. [cited
on November 10th 2013]. Indian J Urol. 2010 Apr-Jun; 26(2): 253256.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2938551/
11. Basler
J.
Enterovesical
fistula.
Medscape
2012;
(online),
(http://emedicine.medscape.com, cited on 24th November 2013).
12. Vasavada, S. P., MD., Uretereal Injury During Gynecologic Surgery. 2013.
[cited
on
26th
November
2013].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/454617/
13. Tanagho, E.A., McAninch J.W., Smiths General Urology. 17 th Ed. USA:
McGraw Hill. 2008. p. 287-9.
14. Santucci, Richard A., MD., Ureteral Trauma Treatment & Management. 2012.
[cited
on
26th
November
2013].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/440933-treatment
15. Ellsworth, Pamela I, MD., Ureteroneocystostomy. 2012. [cited on 26 th
November
2013].
Available
http://emedicine.medscape.com/article/1893904-overview#a1
from: