Miopia 1
Miopia 1
Miopia 1
ABSTRACT
Myopia is a refractive error with incidents between 50% to 80,3% at some
hospitals in Indonesia. Based on World Health Organization, the prevalence of
myopia is increasing. The prevalence of myopia among medical students is nearly
twice as high as in general population. Risk factor that associated with myopia is
genetic or herediter, near work activitis and prevention attitudes. The aim of this
study is to determine the relationship between heredity, near work activities and
prevention attitudes in students of Faculty Medicine of Riau University with
incidence of myopia. This study was analytic observational cross sectional study.
The subjects in this study are medical students of Faculty Medicine of Riau
University grade 2010, 2011 and 2012. Total samples in this study is 85 people
taken with stratified random sampling technique. The data of relationship
between heredity with myopia was analyzed by chi-square test, relationship
between myopia with near work activities for variable reading book and work
study task was analyzed by kolmogorov-smirnov test, for variable reading for
pleasure (hobby), watching televison, using computer or laptop was analyzed by
chi-square test and relationship between prevention attitudes with myopia was
analyzed by kolmogorov-smirnov test. The result of this study showed a significant
association for heredity with myopia (p = 0,001). There were no statistically
association between reading and work study task (p = 0,492), reading for
pleasure or hobby (p = 0,895), wathcing television (p = 0,774), using computer or
laptop (p = 0,680). No association between prevention attitudes with myopia (p =
0,144).
Keyword : myopia, heredity, near work activities, prevention attitudes
PENDAHULUAN
Miopia merupakan kelainan mata
yang paling banyak di seluruh dunia
dan merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang signifikan. Di
Indonesia,
prevalensi
kelainan
refraksi menempati urutan pertama
pada penyakit mata dan ditemukan
jumlah penduduk kelainan refraksi di
Indonesia hampir 25% populasi
penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.1
Menurut perhitungan WHO, tanpa
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
Mahasiswa
diminta
untuk
menghitung jari pemeriksa, pada
jarak 6m, 2 m, sampai dengan 1m.
Dalam hal demikian maka visus dari
mahasiswa dinyatakan dalam per-60
Apabila mahasiswa tak dapat
menghitung jari, maka dipergunakan
lambaian tangan pemeriksa pada
jarak 1m sampai 6 m . Dalam hal ini,
maka visus penderita dinyatakan
dalam per 300. Apabila lambaian
tangan tak terlihat oleh mahasiswa,
maka kita periksa visusnya dengan
cahaya (sinar baterai). Untuk ini
maka visus dinyatakan dalam per tak
terhingga.8
Penelitian ini telah lolos kaji
etik dari Unit Etika Penelitian
Tabel 1.1 Karakteristik responden
Kedokteran
Universitas
Riau
No.59/UN19.1.28/UEPKK/2014.
15 orang
70 orang
85 orang
17,6
82,4
100
51 orang
34 orang
85 orang
60
40
100
48 orang
37 orang
85 orang
56,5
43,5
100
8 orang
20 orang
20 orang
85 orang
16,6
41,7
41,7
100
14 orang
11 orang
18 orang
5 orang
85 orang
29,2
22,9
37,5
10,4
100
berdasarkan tingkat
pendidikan
responden pertama kali mengalami
miopia paling banyak pada tingkat
pendidikan SMA yaitu 18 orang
(37,5%), diikuti dengan tingkat
pendidikan SD yaitu 14 orang
(29,2%), tingkat pendidikan SMP
yaitu 11 orang (22,9%) dan paling
sedikit pada tingkat pendidikan
perguruan tinggi yaitu 5 orang
(10,4%).
2. Distribusi
miopia
pada
responden dan pada kedua
orangtuanya
Hubungan antara miopia dengan
faktor keturunan pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas
Riau dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Distribusi miopia pada responden dan pada kedua orang tuanya
Miopia
Total
p
n
%
n
%
n
%
Ayah
4
4,7
0
0
4
4,7
Riwayat dan
Ibu
miopia
pada
Ayah
15
17,64 3
3,52
18
21,17 0,001
orangtua atau
Ibu
Tidak 29
34,11 34
40
63
74,11
Total
48
56,47 37
45,52 85
100
Berdasarkan tabel 2.1 didapatkan
bahwa orang dengan riwayat miopia
hasil dari 85 responden didapati
memiliki kemungkinan lebih besar
bahwa 37 orang tidak mengalami
untuk mengalami miopia daripada
miopia dan 48 orang yang
emetropia.
mengalami
miopia,
4
orang
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
mempunyai kedua orang tua yang
dilakukan oleh Melita Perty Arianti
miopia. 15 orang lainnya mempunyai
dimana dari 44 responden yang
salah satu orang tua yang mengalami
mengalami miopia, didapatkan 18
miopia. Dan 29 orang tidak memiliki
responden memiliki riwayat miopia
orang tua yang miopia.
di keluarga, sedangkan dari 26
Dari hasil uji hipotesis Chi-Square
responden yang tidak mengalami
didapatkan nilai p = 0,001 yang
miopia, 3 orang memiliki riwayat
berarti terdapat hubungan bermakna
miopia di keluarga dan didapatkan
antara faktor keturunan dengan
nilai p 0,010 yang didapat dengan uji
miopia.Sehingga dapat dikatakan
Chi-Square.9 Penelitian lisa dan
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
Tabel 3.1 distribusi pemabahan visus pada responden dalam satu tahun terakhir
No
1
2
Terjadi penambahan
Ya
Tidak
Jumlah
Dari 48 responden yang mengalami
miopia didapatkan hasil 25 orang
(52,1%) mengalami penambahan
visus
Jumlah
Persentase (%)
25 orang
52,1
23 orang
47,9
48 orang
100
dalam satu tahun terakhir dan 23
orang (47,9%) tidak mengalami
penambahan
4.
Distribusi
responden
berdasarkan riwayat miopia di
keluarga
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
Jumlah
Persentase (%)
63 orang
74
22 orang
26
85 orang
100
orang (74%) dan yang memiliki
riwayat miopia di keluarga
22 orang (26%).
Jumlah
48 orang
15 orang
22 orang
85 orang
Persentase (%)
56,5
17,6
25,9
100
6.
Distribusi
responden
berdasarkan
usia
orangtua
pertama
kali
menggunakan
kacamata
Usia
Ayah
10-30 tahun
31-60 tahun
Jumlah
Ibu
10-30 tahun
31-60 tahun
jumlah
Jumlah
Persentase (%)
30 orang
24 orang
54 orang
55,6
44,4
100
35 orang
22 orang
57 orang
61,4
38,6
100
7.Distribusi
responden
berdasarkan alasan pertama kali
penggunaan kaca mata pada
Orangtuanya
Alasan
penggunaan
kacamata
pertama
kalli
pada
orangtua
responden dapat dilihat pada tabel
7.1
Tabel 7.1 Alasan penggunaan kacamata pertama kali pada orangtua responden
No Kelainan refraksi
Jumlah
Persentase (%)
1 Ayah
Melihat dekat
12 orang
22,2
Melihat jauh
42 orang
77,8
Melihat jauh dekat
0
0
Lain-lain
0
0
Jumlah
54 orang
100
2 Ibu
Melihat dekat
14 orang
24,6
Melihat jauh
41 orang
71,9
Melihat jauh dekat
2 orang
3,5
Lain-lain
0
0
jumlah
57 orang
100
Dari 54 responden yang Ayahnya
menggunakan kaca mata terdapat 14
menggunakan kaca mata terdapat 12
orang (24,6%) yang menggunakan
orang (22,2%) yang menggunakan
kacamata pertama kali dengan tujuan
kacamata pertama kali dengan tujuan
untuk melihat jauh, 41 orang (71,9%)
untuk melihat jauh, 42 orang (77,8%)
menggunakan kacamata pertama kali
yang
menggunakan
kacamata
dengan tujuan untuk melihat dekat
pertama kali dengan tujuan untuk
dan 2 orang (3,5%) menggunakan
melihat dekat dan 0 % menggunakan
kacamata pertama kali untuk melihat
kacamata pertama kali untuk melihat
jauh dekat dan
0% yang
jauh dekat dan lain-lain. Dan dari 57
menggunakan kacamata pertama kali
responden
yang
Ibunya
untuk lain-lain.
8
Distribusi
responden
berdasarkan hasil pemeriksaan
visus dengan snellen chart
Tabel 8.1 Hasil pemeriksaan visus responden dengan menggunakan kartu snellen
No Tajam penglihatan
Jumlah
Persentase (%)
1 Mata kanan
6/6 6/50
60 orang
70,6
>6/50 6/120
13 orang
15,3
>6/120 6/200
6 orang
7,1
>6/200 3/60
4 orang
4,8
>3/60 1/60
1orang
1,2
<1/60
0
0
Jumlah
85 orang
100
2 Mata kiri
6/6 6/50
58 orang
68,2
>6/50 6/120
13 orang
15,3
>6/120 6/200
8 orang
9,4
>6/200 3/60
5 orang
5,9
>3/60 1/60
1 orang
1,2
<1/60
0
0
Jumlah
85 orang
100
Pemeriksaan
visus
dengan
pemeriksaan visus responden dengan
menggunakan kartu snellen pada
menggunakan kartu snellen pada
mata kanan 85 responden didapatkan
mata kiri didapatkan hasil visus
hasil visus terbanyak antara 6/6
terbanyak antara 6/6 6/50 yaitu 58
6/50 yaitu 60 orang (70,6%), visus
orang (68,2 %), visus >6/50 6/120
>6/50 6/120 didapatkan 13 orang
didapatkan 13 orang (15,3 %),
(15,3%), >6/120 6/200 6 orang (7,1
>6/120 6/200 8 orang (9,4%),
%), >6/200 3/60 4 orang (4,7%),
>6/200 3/60 5 orang (5,9%), >3/60
>3/60 1/60 1 orang (1,2%), dan 0
1/60 1 orang (1,2%) dan 0 yang
yang memiliki visus <1/60. Dari
memiliki visus <1/60.
tabel 4.7 juga dapat dilihat hasil
Tabel 9.1 Proporsi miopia dan aktivitas melihat dekat pada responden
Variable
Riwayat
Kategori aktivitas melihat dekat
miopia
rendah
sedang
tinggi
n
%
n
%
n
%
13
15,3
30
35,3
5
5,9
Membaca dan ya
mengerjakan
tidak
14
16,4
23
27,1
0
0
tugas kuliah
Ya
8
9,4
31
36,4
9
10,7
Membaca
untuk
kesenangan
tidak
5
5,9
24
28,2
8
9,4
(hobi)
Ya
11
12,9
26
30,6
11
12,9
Menonton
televisi
tidak
8
9,4
18
21,3
11
12,9
10
11,8
31
36,4
7
8,2
Menggunakan Ya
komputer atau tidak
5
5,9
26
30,6
6
7
laptop
Berdasarkan tabel 9.1 dapat terlihat
untuk variabel membaca dan
mengerjakan tugas kuliah dari 48
responden yang mengalami miopia
paling banyak termasuk kedalam
kategori sedang yaitu 30 orang
(35,3%), 13 orang (15,3%) termasuk
kedalam kategori tinggi dan 5 orang
(5,9%) yang termasuk kedalam
kategori rendah. Dan dari 37
responden yang tidak mengalami
miopia paling banyak juga termasuk
kedalam kategori sedang yaitu 23
orang (27,1%), 14 orang (16,4%)
termasuk kedalam kategori rendah
dan paling sedikit 0 orang (0%) yang
termasuk kedalam kategori tinggi.
Dari tabel juga dapat dilihat nilai p
adalah 0,492.
Untuk variabel membaca untuk
kesenangan (hobi) dapat dilihat dari
48 responden yang mengalami
miopia paling banyak termasuk
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
0,492
0,895
0,774
0,680
10
11
Tabel 10.1 Proporsi miopia pada responden dan sikap pencegahan terhadap
kejadian miopia
Kategori sikap pencegahan terhadap kejadian
p
miopia
Buruk
Sedang
Baik
n
%
n
%
n
%
Ya
4
4,7
36
42,4
8
9,4
0,144
Riwayat
miopia
tidak
3
3,5
29
34,1
5
5,9
Dari 85 responden didapatkan 48
dekat juga dipengaruhi oleh posisi
orang yang mengalami miopia
saat melakukan aktivitas melihat
dengan sikap pencegahan 4 orang
dekat, pencahayaan yang digunakan
(4,7%)
yang
memiliki
sikap
saat melakukan aktivitas melihat
pencegahan yang buruk, 36 orang
dekat dan posisi serta jeda saat
(42,4%) yang memiliki sikap
melakukan aktivitas melihat dekat.
pencegahan yang sedang, 8 orang
Selain itu sikap pencegahan terhadap
(9,4%)
yang
memiliki
sikap
kejadian miopia ataupun perburukan
pencegahan yang baik. Dan dari 37
miopia juga dipengaruhi oleh
responden yang tidak mengalami
makanan yang dikonsumsi dan
miopia didapatkan hasil sikap
aktivitas olahraga.
pecegahan 3 orang (3,5%) yang
memiliki sikap pencegahan yang
SIMPULAN DAN SARAN
baik, 29 orang (34,1%) yang
Berdasarkan hasil penelitian yang
memiliki sikap pencegahan yang
telah dilakukan dapat diambil
sedang, 5 orang (5,9%) yang
kesimpulan,
kelompok
usia
memiliki sikap pencegahan yang
terbanyak terbanyak yaitu kelompok
buruk. Dinilai dari hasil persentase
usia 18-21 tahun (60%), jenis
yang didapat, dapat disimpulkan
kelamin terbanyak yaitu perempuan
tidak terdapat perbedaan yang nyata
(82,4%), terdapat lebih banyak
antara responden yang mengalami
responden yang mengalami miopia
miopia ataupun tidak mengalami
(56,5%), usia terjadinya miopia
miopia bila dinilai dari sikap
pertama kali pada kelompok usia 11pencegahannya terhadap kejadian
20 tahun (83,4%), tingkat pendidikan
miopia dan dari hasil uji hipotesis
pertama kali mengalami miopia
komparatif
komlogorov-smirnov
paling
banyak
pada
tingkat
didapatkan nilai p > dari 0,05 yaitu p
pendidikan SMA (37,5%). Terdapat
adalah 0,144 sehingga dapat
hubungan bermakna antara faktor
disimpulkan tidak terdapat hubungan
keturunan dengan kejadian miopia
bermakna antara miopia dengan
pada
mahasiswa
Fakultas
sikap pencegahan terhadap miopia
Kedokteran
Universitas
Riau
pada
mahasiswwa
Fakultas
angkatan 2010, 2011 dan 2012.
Kedokteran Universitas Riau. Hal ini
Tidak terdapat hubungan bermakna
mungkin
disebabkan
sikap
antara faktor lamanya aktivitas
pencegahan lebih mempengaruhi
melihat dekat dengan kejadian
perburukan dari miopia. Sedangkan
miopia pada mahasiswa Fakultas
untuk kejadian miopia selain
Kedokteran
Universitas
Riau
dipengaruhi aktivitas melihat dekat
angkatan 2010, 2011 dan 2012.
seperti lamanya aktivitas melihat
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
12
DAFTAR PUSTAKA
1.
Saw S.M, Hong R.Z,
Zhang M.Z, Fu Z.F, Ye M,
Tan D and Chew S.J., Near
Work Activity and Myopia in
Rural
and
Urban
Schoolchildren in China.
Journal
Pediatric
Ophthalmology Strabismus,
2001.
Available at :
http://www.ncbi.nim.nih.gov
(diakses
pada
tanggal
25oktober 2013)
2.
Dunway and Berger.
World Wide Distribution of
Visual Refractive Errors and
What to Expect at a Particular
Location. 2001
3.
Mutti D.O., Mitchell
G.L.,. Moeschberger M. L,
Jones L. A., Zadnik K.,
Parental Myopia, Near Work,
School Achievement, and
Childrens Refractive Error.
Investigative Ophthalmology
& Visual Science, 2002.
43(12), pp.3633-40.
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
4.
Woo WW, Lim KA,
Yang H, Refractive Errors in
Medical
Student
in
Singapore. Singapore Med J
2004;Vol 45(10) : 470
5.
Midelfart
A
and
Hertes S. Myopia Among
Medical Student in Norway
Invest Ophthlamol 45 sci 46:
E. Abstract 2005 ;562
6.
Sirlan
F.
Survei
pengetahuan,
Sikap
dan
Praktek Masyarakat di Jawa
Barat Terhadap Kesehatan
Mata;2005;245-51
7.
Sugiyono. Statistika
untuk Penelitian. Bandung:
2011. Alfabeta.
8.
Ganong wf. Buku ajar
fisiologi kedokteran ed 22.
Penglihatan. Jakarta: EGC,
2008;75
9.
Melita PA. Hubungan
Antara Riwayat Miopia di
Keluarga dan Lama Aktivitas
Melihat Dekat dengan Miopia
pada
Mahasiswa
PSPD
UNTAN angkatan 2010-
13
2012.
[skripsi] Fakultas
Kedokteran
Universitas
Tanjungpura . 2013
10.
Jones Jordan LA,
Sinnott LT, Manny RE,
Cotter SA, Kleinstein RN,
Mutti
DO,
et
all.
Earlyhildhood
Refractive
Error and Parental History
Myopia as Predictors of
Myopia. Invest Ophthalmol
Vis Sci. 2010 ; vol 51 (1) ;
115-121 . available at
http://www.jovs.org/content/5
1/1/115.short (diakses pada
tanggal 12 april 2014)
11.
Goss, D. Practice
Guideline Care of The Patient
with
Myopia
American
Optometric
Association.
Optometric Clinical. Avalaibe
at
http://www.aoa.org/document
s/CPG-15.pdf (diakses pada
tanggal 10 april 2014)
12.
Klein AP, Duggal P,
Lee KE, Cheng CY, Klein R,
Bailey-Wilson JE, Klein BE.
Linkage
Analysis
Of
Quantitative Refraction and
Refractive Errors in The
Beaver Dam Eye Study
[abstract].
2011
vol
13;52(8):5220-5 Avalaible at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/21571680 (diakses
pada tanggal 12 april 2014)
13.
Imam
Triharyo,
Wasisdi Gunawan, Suhardjo.
Pertambahan Miopia pada
Anak Sekolah Dasar Daerah
Perkotaan dan Pedesaan di
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Fakultas
Kedokteran
UGM/RS
dr.Sardjito.Yogyakarta. 2008.
Vol 6(2) 104-112