Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Tingkat Kesiapan Menghadapi Menarche

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN

TINGKAT KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE

Tita Restu Yuliasri & Dyah Ayu Tri Puspita Ning Tyas
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan, Bantul
e-mail : tita_dheta@yahoo.com

Abstract: The Knowledge Level of Reproductive Health with The Readiness Level to Face Menarche.
Information on reproductive health is essential to be disseminated including reproductive tract infections because
women are more susceptible to reproductive tract infection than men, and for women, reproductive tract has
negative consequences for the future, such as infertility, cervical cancer, ectopic pregnancy and disorders in the
fetus/ infant. To find out the correlation between knowledge level about reproductive health with the readiness
level to face menarche for girls at Juru Gentong State Elementary School class IV and V. This study was
conducted by the method of analytic survey with cross sectional design. The population is the entire female
students at Juru Gentong State Elementary School with the total of 381 students. Sampling techniques was
purposive sampling. Samples were 55 girls. The data was collected using a questionnaire. The data analysis used
univariate and bivariate-analysis. Bivariate analysis was performed by chi-square test. There is a relationship
between the knowledge level about reproductive health with the readiness to face menarche for girls at Juru
Gentong State Elementary School, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

Keywords: knowledge, readiness to face menarche

Abstrak: Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Tingkat Kesiapan Menghadapi Menarche.
Informasi tentang kesehatan reproduksi penting untuk disebarluaskan termasuk infeksi saluran reproduksi karena
perempuan lebih mudah terkena infeksi saluran reproduksi dibandingkan dengan pria, dan pada perempuan
saluran reproduksi mempunyai dampak buruk ke masa depan seperti kemandulan, kanker leher rahim, kehamilan
di luar kandungan dan kelainan pada janin/ bayi. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dengan tingkat kesiapan menghadapi menarche pada siswi SD Negeri Juru Gentong kelas IV dan V.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi
yaitu seluruh siswi putri SD Negeri Juru Gentong berjumlah 381 siswi. Teknik sampling adalah purposive
sampling. Sampel adalah 55 remaja putri. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis data
menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square. Ada hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi di
SD Juru Gentong, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

Kata Kunci : pengetahuan, kesiapan menghadapi menarche


Informasi tentang kesehatan reproduksi penting untuk disebarluaskan termasuk infeksi saluran
reproduksi karena perempuan lebih mudah terkena infeksi saluran reproduksi dibandingkan dengan
pria, dan pada perempuan saluran reproduksi mempunyai dampak buruk ke masa depan seperti
kemandulan, kanker leher rahim, kehamilan di luar kandungan dan kelainan pada janin/ bayi (Depkes,
2008).
Pada wanita yang mengalami menarche, banyak hal yang harus diketahui yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi. Pada saat menarche diperlukan persiapan yang matang agar proses
reproduksi dapat terlaksana secara sehat. Salah satu hal yang harus dipersiapkan terhadap proses
reproduksi adalah tentang personal hygine sehingga tidak berrisiko terjadinya infeksi saluran kemih
(ISK). Salah satu faktor penyebabnya adalah karena uretra wanita lebih pendek dari pada laki-laki.
Selain itu kesulitan yang timbul dalam proses perawatan diri yaitu pemenuhan personal diri saat
menarche atau perawatan genetalia ketika menstruasi. Sekitar 50% dari perempun yang pernah
mengalami ISK akan mengalami kelainan struktur saluran kemih. ISK akan mengganggu sirkulasi
dengan terbentuknya jaringan perut yang merupakan faktor terjadinya gagal ginjal kronik dan
hipertensi (Manuaba, 2003).
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai
pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun,
yaitu menjelang masa dewasa muda akan mengalami perubahan yang ditandai dengan kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial (Soetjiningsih, 2004). Transisi
dari masa kanak-kanak menjadi remaja diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja
akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-
perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh, penampilan fisik
dan karakteristik fisiologis tubuh yang besar sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja.
Perubahan ini ditimbulkan oleh kematangan fisik individu yang komplek, saling berkaitan dan
memuncak serta kemampuan reproduksi. Transformasi ini dikenal sebagai pubertas dan disertai
perubahan besar dalam status psikologis dan tanggung jawab di masa remaja. Perubahan- perubahan
fisik yang terjadi sebagai hasil pertumbuhan tulang dan otot serta adanya perkembangan organ
reproduksi eksternal dan internal ditandai dengan adanya menarche (Henderson, 2003).
Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun
atau pada masa awal remaja dan sebelum memasuki masa reproduksi. Pengertian menstruasi adalah
perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai dengan pengelupasan (deskuamasi) endometrium
(Proverawati dan Misaroh, 2009). Datangnya menstruasi menimbulkan reaksi positif maupun negatif.
Reaksi positif seperti mengalami sesuatu yang membuat mereka menjadi wanita yang lebih dewasa
sedangkan reaksi negatif seperti: merasa kurang percaya diri, malu, menjauhkan diri dari pergaulan
serta menganggap hal ini sebagai penyakit. Masalah yang sering muncul adalah kecemasan dan
ketakutan serta diperkuat oleh keinginan remaja putri untuk menolak proses fisiologi tersebut (Zakaria,
2002). Permulaan menstruasi akan menjadi peristiwa yang menakutkan bagi beberapa remaja putri
yang kurang mempersiapkan dirinya terlebih dahulu. Banyak remaja putri yang mengalami rasa sakit
saat menstruasi walaupun tidak semua remaja putri mengalaminya. Selain rasa sakit yang mereka
alami, banyak diantara mereka yang direpotkan karena harus memakai pembalut dan menggantinya
disaat-saat tertentu (Prawirohardjo, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian Indriyani, (2008) didapatkan kesimpulan bahwa pengetahuan dan
sikap yang baik akan mempengaruhi kesiapan dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian lain
bahwa komunikasi ibu dengan anak memiliki hubungan positif dengan kesiapan menghadapi
menarche. Hal ini berarti apabila komunikasi ibu dengan anak berlangsung efektif maka remaja akan
siap dalam menghadapi menarche (Fajri, dkk, 2011). Perawatan organ genetalia itu juga dipengaruhi
oleh adanya informasi tentang kesehatan reproduksi dari rumah dan sekolah. Adanya keterbatasan
orang tua dalam membicarakan tentang perawatan organ genetalia eksternal mempengaruhi kurangnya
kesiapan mental dalam menghadapi menarche dini, sehingga kadang anak tertutup baik dengan orang
tua/ keluarga atau teman sebayanya (Indriyani, 2008).
Hasil studi pendahuluan terhadap 10 siswi kelas IV dan V di SD Negeri Juru Gentong
Kecamatan Banguntapan ditemukan ada enam anak yang masih belum paham tentang kesehatan
reproduksi dan menarche. Siswi di SD ini dianggap memiliki kriteria remaja awal yang akan
menghadapi menarche. Usia siswi SD yang digunakan sebagai responden dalam studi pendahuluan
adalah usia 10 dan 11 tahun. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dengan tingkat kesiapan menghadapi menarche pada siswi SD Negeri
Juru Gentong kelas IV dan V.

METODE

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Juru Gentong Kecamatan Banguntapan Bantul.


Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.
Populasi yang digunakan yaitu seluruh siswi putri SD Negeri Juru Gentong yang berjumlah 381 siswi.
Teknik sampling adalah purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner untuk
memperoleh data tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan kesiapan menghadapi
menarche. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat dilakukan
dengan uji chi- square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dengan jumlah responden sebanyak 55 responden. Berdasarkan hasil penelitian,
karakteristik umur responden diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur
No Umur Responden F %
1 9-10 tahun 35 63,6
2 11-12 tahun 20 36,4
Total 55 100

Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini adalah sebagian besar
berusia 9-10 tahun sebanyak 35 responden (63,6%) dan sebagian kecil berusia 11-12 tahun sebanyak
20 responden (36,4%). Hal ini menunjukkan bahwa dari segi umur siswi kelas IV-V di SD Juru
Gentong, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta kebanyakan usianya sudah memasuki remaja yang siap
menghadapi menarche.

Frekuensi berdasarkan pengetahuan kesehatan reproduksi hasil analisis data adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
No Tingkat Pengetahuan F %
1 Baik 38 69,0
2 Cukup 14 25,5
3 Kurang 3 5,5
Total 55 100

Berdasarkan tabel 2. di atas, dapat diperolah informasi bahwa sebagian besar siswi SD di Juru
Gentong, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan
reproduksi yaitu sebesar 69,0% dari total responden. Untuk kategori pengetahuan cukup terdapat
sebanyak 25,5% dari total responden, sedangkan untuk kategori kurang terdapat sebanyak 5,5% dari
total responden.

Frekuensi berdasarkan kesiapan menghadapi menarche adalah sebagai berikut:


Tabel 3. Kesiapan Menghadapi Menarche
No Kesiapan F %
1 Siap 41 74,5
2 Tidak siap 14 25,5
Total 55 100

Berdasarkan tabel 3. di atas, dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswi SD di Juru
Gentong, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta yang memiliki kesiapan menghadapi menarche yaitu
sebesar 74,5% dari total responden. Sedangkan yang belum memiliki kesiapan menghadapi menarche
sebesar 25,5% dari total responden.

Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kesiapan menghadapi menarche:


Tabel 4. Tabel silang pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kesiapan menghadapi menarche
Pengetahuan Kesiapan Jumlah % x2 P Value
Siap Tidak Siap
F % F %
Baik 37 67,3 1 1,8 38 69,1
Sedang 4 7,2 10 18,2 14 25,4
34,811 0,000
Rendah 0 0 3 5,5 3 5,5
Total 41 74,5 14 25,5 55 100

Hasil uji statistik dengan uji chi- square didapatkan hasil bahwa x2 hitung (34,811) > x2 tabel (5,991)
dengan p-value (Asymp.sig) yaitu 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p-value < 0,05), maka Ho ditolak dan
H diterima, sehingga ini berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi SD Juru Gentong, Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta.

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


Berdasarkan tabel 2. di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan
tingkat pengetahuan yaitu sebesar 69,0% dari total responden. Untuk kategori pengetahuan cukup
terdapat sebanyak 25,5% dari total responden, sedangkan untuk kategori kurang terdapat
sebanyak 5,5% dari total responden.
Berdasarkan analisis yang dilakukan sebagian besar responden memiliki pengetahuan
yang baik (69,0%) yang terdiri dari pengetahuan tentang pengertian menstruasi sebanyak 88,2%
dapat menjawab dengan benar pertanyaan tentang menstruasi (butir soal no 1, 3, 9, 10, 17)
tentang personal hygiene (butir soal no 5, 6, 13, 15, 16) sebanyak 90,8% dapat menjawab dengan
benar pertanyaan tentang kebersihan selama menstruasi. Sedangkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi yang kurang diketahui oleh sebagian responden adalah tentang organ
reproduksi yang berperan dalam menstruasi (butir soal no 2, 18) dan apa yang bisa terjadi bila
seseorang sudah mentruasi (butir soal no 8, 11, 14).
Dari persentase di atas, sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi yang baik. Hal ini kemungkinan disebabkan perolehan informasi yang baik.
Informasi dapat diperoleh remaja putri dari orang tua, teman, media massa atau buku, serta
petugas kesehatan. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting diperoleh oleh
seorang remaja putri yang akan menghadapi masa-masa peralihan dari kanak-kanak menuju
dewasa. Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa rasa ingin tahu yang sangat besar menjadikan
remaja mencari sumber-sumber informasi tentang perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada
dirinya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Herlina, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan remaja tentang menstruasi dengan personal hygiene saat
menstruasi. Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin
tinggi pengetahuan seseorang, makin mudah menerima informasi, sebaliknya pengetahuan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.

2. Kesiapan Menghadapi Menarche


Berdasarkan tabel 3. di atas dapat diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswi yang
memiliki kesiapan menghadapi menarche yaitu sebesar 74,5 % dari total responden. Hal ini
terlihat dari jawaban kuisioner yang menunjukkan sebagian besar responden (98,1%) merasa
menstruasi adalah hal yang wajar dan pasti akan dialami oleh setiap perempuan (butir soal no 8,
18). Sedangkan yang belum memiliki kesiapan menghadapi menarche sebesar 25,5 % dari total
responden. Hal ini terlihat dari jawaban kuisioner yang menunjukkan sebagian besar responden
(50%) merasa bingung apa yang harus dilakukan jika pertama kali mendapat menstruasi (butir
soal no 4, 9, 11).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Indriyani, dkk (2008) yang menunjukkan hasil bahwa
78% responden siap menghadapi menarche dan 22% tidak siap menghadapi menarche. Hasil uji
korelasi Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dan kesiapan
menghadapi menarche. Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam hal ini menarche adalah objek, sehingga
setelah tahu benar tentang objek tersebut individu akan memberikan respon yang baik terhadap
objek tersebut.
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa pada masa remaja terjadi perubahan hormon
dalam tubuh yang berpengaruh pada labilnya emosi. Pertumbuhan kemampuan intelektual remaja
cenderung membuat mereka bersikap kritis. Sikap ini jika dibimbing dan diarahkan dengan baik
akan berakibat konstruktif dan berguna. Kesiapan biasanya terjadi bilamana remaja mendapat
informasi yang menyeluruh mengenai menarche terlebih dahulu sebelum mengalaminya.

3. Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kesiapan menghadapi menarche


Dari hasil analisis hubungan menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
baik dan siap menghadapi menarche adalah sejumlah 37 (67,3%). Hasil uji korelasi Chi Square
didapatkan hasil bahwa x2 hitung (34,811) > x2 tabel (5,991) dengan p-value (Asymp.sig) yaitu
0,000 lebih kecil dari 0,05 (p-value < 0,05), maka Ho ditolak dan H diterima, sehingga ini
berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan kesiapan
menghadapi menarche.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian Yenni (2003) terhadap remaja putri SLTPN 1
Tembalangan Sampang-Madura yang melibatkan 30 responden menunjukkan bahwa pengetahuan
remaja putri tentang menarche didapatkan rata-rata persentase 89,3% termasuk dalam kategori
positif. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa makin baik pengetahuan responden maka akan
semakin siap pula responden mengalami menarche, sebaliknya semakin kurang pengetahuan
responden maka akan semakin tidak siap responden tersebut untuk mengalami menarche.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Fifi (2007) terhadap 30 siswa yang
belum menstruasi di SLTP Kebumen Jawa Tengah, dengan pengetahuan yang cukup akan
membantu remaja dalam memahami dan mempersiapkan diri untuk menghadapi menarche.
Pengetahuan tentang haid pertama sangat penting diperlukan oleh remaja putri untuk menghadapi
menarche.
Wilopo (2005) berpendapat bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa. Seiring bertambahnya usia terjadi proses perubahan yang meliputi perubahan
fisik, psikis, sosial dan perilaku. Terjadi proses perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial,
moral, kepribadian dan kesadaran beragama. Kematangan emosi dan kesiapan mental perlu
disiapkan dalam menghadapi menarche, karena semakin muda usia siswi maka semakin belum
siap untuk menerima peristiwa haid, sehingga menarche dianggap sebagai gangguan yang
mengejutkan selain itu menarche yang terjadi sangat awal dalam artian masih sangat muda
usianya dan kedisiplinan diri dalam hal kebersihan badan masih kurang.
Selain itu, sebagian besar remaja putri pertama kali mengalami menarche saat berumur 12
tahun atau kadang ada yang di bawah 12 tahun. Kemungkinan untuk mendapatkan pengetahuan
atau informasi mengenai menstruasi sangat kurang kalau tidak ada peran dari pihak keluarga
maupun dari pihak sekolah dimana tempat bagi para remaja putri mendapatkan ilmu.
Terdapat 25,5% responden yang belum siap dalam menghadapi menarche. Hal ini
disebabkan karena ada bagi sebagian remaja putri merasa tabu saat membicarakan masalah
menstruasi pada keluarganya yakni: ibu, kakak perempuan sehingga remaja putri memiliki
pengetahuan kurang tentang perubahan fisik dan psikologis terkait dengan menstruasi yang jarang
diperhatikan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan responden
maka semakin siap dalam menghadapi menarche, sebaliknya semakin kurang pengetahuan
responden maka semakin tidak siap responden tersebut menghadapi menarche. Pada usia remaja
banyak pengetahuan yang harus dimiliki oleh para remaja putri mengenai kesehatan dirinya.
Karena pada usia remaja terjadi perkembangan kepribadian yang penting yaitu pencarian identitas
diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik
dengan peran yang penting dalam hidup. Bila sejak dini remaja putri telah dibekali pengetahuan
yang baik tentang kesehatan reproduksi maka akan berdampak baik pada pelaksanaan saat
mengalami menstruasi.

SIMPULAN
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan kesiapan
menghadapi menarche pada siswi di SD Juru Gentong, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dengan
hasil analisis x2 hitung (34,811) > x2 tabel (5,991).

DAFTAR RUJUKAN

Ali. M, Asrori M. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Aryani, dkk. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Permasalahannya. Jakarta: Salemba Medika.
Aziz, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Mustika.
Azwar, A. 2003. Metodelogi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya (Edisi Revisi II Cetakan Keempat).
Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.
Badriyah 2004. Petunjuk Islami Kesehtan Reproduksi Bagi Remaja. Jakarta. Gema Insani.
Depkes RI. 2008. Standar Pelayanan Kesehatan Reproduksi, SUB DINKESGA Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah.
Depkes RI. 2011. Materi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : DepKes RI.
Fajri, dkk. 2011. Hubungan Antara Komunikasi Ibu - Anak Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche.
Jurnal Psikologi Undip. Volume 10. No. 2. Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala.
Fifi, P. 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Kecemasan di SMP
Muhammadiyah Gombong.
http://www.digilib.stikesmuhgombong.ac.id/gdl.php?mod=browse&cp=read&id=jstikesmuhg
o-gdl-fifipancaw- Diakses 10 Juni 2013.
Henderson, Jones. 2003. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta. EGC.
Zakaria, Ibrahim. 2002. Psikologi Wanita. Bandung. Pustaka Hidayah.
Indriyani, Theresia L. dan Puspita S.R. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Murid SD Kelas VI
dengan Kesiapan Menghadapi Menarche di Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo Tahun
2008.
http://www.diligib.poltekkesmakasar.ac.id/gdl.php?mod=browse&cp=read&id=jpoltekkes-
gdl-indriyani-10 diakses Juni 2013.
Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita. Bandung. Mandor maju.
Manuaba. 2003. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Arcan.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahayu, dkk. 2011. Efektifitas Penyuluhan Peer Group Dengan Penyuluhan Oleh Petugas Kesehatan
Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Menarche. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan.
Volume 7. No. 3. Kebumen: STIKes Muhamadyah Gombong
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Proverawati, A dan Misaroh. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono, 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Yenni, V. 2003. Ciri Seks Sekunder, http://diligib.it.itb.ac.ad/go.php?id=jiptumm-gdl-s1-2003
syennividia799)hgweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/sslappage2.html. Diakses Juni 2013.

You might also like