Jurnal Anemia Anak PDF
Jurnal Anemia Anak PDF
Jurnal Anemia Anak PDF
1 : 35 - 42
ISSN: 9772302139009
ABSTRACT
Iron deficiency, anemia, cause a negative impact on health such as lowering levels of endurance,
lowering concentration power of learning and child development disorders. This research aims
to identify iron deficiency, anemia, status and nutrient intake in school age children at five
orphanages in Denpasar.
The design of this research was cross-sectional study conducted at five orphanages in Denpasar.
The 48 school age children were assigned using a systematic random sampling. Data of hemoglobin
level were coollected using Cyanmethaemoglobin; nutrient intake and iron inhibitors using a SQ-
FFQ and questionnaire. Data were analyzed descriptively and presented in tables and narrative.
From examination of 48 samples, results of anemia proportion in school age children at five
orphanages amounted to 29.16%. Most sampeles (> 80%) already got sufficient recommended
RDA, except for vitamin A that still far below recommended RDA. From 48 of 28 samples (58,33%)
have a habit of consuming milk and as many as 38 samples (79,16) consume tea.
The conclusion of this study is that school age children are vulnerable to iron deficiency, anemia,
and have the habit of consuming iron inhibitors.
atau eritrosit yang disebut sebagai hemoglobin. dan atau ayah), anak yang dititipkan orang
Anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh faktor tuanya karena tidak mampu, biasanya tinggal,
ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik mendapat pendidikan, dan juga dibekali
yang mempengaruhi kejadian anemia, antara berbagai keterampilan agar dapat berguna
lain pengetahuan tentang gizi khususnya di kehidupannya nanti. Di Kota Denpasar
anemia, tingkat pendidikan orang tua, tingkat terdapat 12 panti asuhan yang menampung
ekonomi, infeksi, dan kebiasaan hidup. lebih dari 210 anak usia sekolah. Panti
Faktor intrinsik yang mempengaruhi kejadian asuhan adalah salah satu institusi yang harus
anemia, antara lain kehilangan darah secara mendapatkan perhatian penuh karena anak-
kronis, seperti pada penyakit ulkus peptikum, anak yang ada di panti asuhan memerlukan
hemoroid, infestasi parasit, asupan zat besi perlindungan kesejahteraan dalam masa
tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat, pertumbuhan dan perkembangannya.
peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk Kecukupan konsumsi zat gizi yang seimbang
pembentukan sel darah, yang berlangsung harus dipenuhi oleh anak usia sekolah dan zat
pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, gizi yang perlu diperhatikan pada anak usia
masa kehamilan dan menyusui (Siswono, sekolah adalah energi, protein, Fe, vitamin A,
2004). vitamin C dan Ca.
Anak usia sekolah merupakan fase Mengingat dampak dari anemia
yang sangat penting dalam pertumbuhan. defisiensi besi dapat menimbulkan penurunan
Periode anak usia sekolah ini disebut juga konsentrasi belajar maka diperlukan deteksi
dengan istilah latency, yakni periode dimana dini pada anak usia sekolah. Penelitian ini
proses pertumbuhan berlanjut dari masa bertujuan untuk menggambarkan status
balita, namun dengan efek pertumbuhan yang anemia defisiensi besi dan tingkat kecukupan
tidak sebesar pada periode sebelumnya. Pada zat gizi (energi, protein, vitamin A dan zat
fase ini, tubuh dengan optimal menyimpan besi) serta mengetahui konsumsi pendorong
cadangan nutrisi yang diperlukan anak pada dan penghambat penyerapan zat besi anak
fase pubertas nantinya. Selain itu, anak usia usia sekolah pada lima panti asuhan di Kota
sekolah merupakan fase dimana aktivitas Depasar.
anak berlangsung sangat dinamis dan aktif
sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang METODE
memadai. Dengan demikian kecukupan zat
gizi menjadi hal utama yang harus dipenuhi Rancangan penelitian ini adalah
oleh keluarga (Akhmadi, 2009). penelitian crossectional yang dilakukan di
Siswono (2004) menyatakan pada lima panti asuhan yaitu Panti Asuhan Bala
anak usia prasekolah dan sekolah, anemia Keselamatan, Panti Asuhan William Both,
defisiensi besi dapat mengganggu proses Panti Asuhan Darma Jati II, Panti Asuhan
tumbuh kembang, menurunkan daya Tunas Bangsa, dan Panti Asuhan Puka Usaha
konsentrasi belajar, dan memudahkan anak Mulia, dengan alasan bahwa lima panti
terserang penyakit. Penelitian menunjukkan asuhan tersebut mempunyai populasi anak
adanya kolerasi erat antara kadar hemoglobin usia sekolah yang paling banyak diantara 12
(status anemia) dengan kesanggupan anak panti yang ada di Kota Denpasar. Penelitian
untuk belajar. Anemia defisiensi besi dapat dilaksanakan selama lima bulan (Februari-
menurunkan konsentrasi belajar sehingga Juni) tahun 2010.
prestasi anak akan menurun (Depkes RI, 2001); Populasi adalah anak usia sekolah yang
(Sediaoetama, 2006). tinggal pada lima panti asuhan yang berjumlah
Panti asuhan adalah wadah yang 75 anak dan telah memenuhi kriteria inklusi
menampung anak yatim piatu. Di dalam panti (berusia 9-12 tahun dan bersedia diteliti serta
asuhan, anak yatim piatu (tidak memiliki ibu dalam keadaan sehat) dan eksklusi penelitian
(31,25%) sampel mengkonsumsi mie dengan sebagai sumber karbohidrat selain mie.
fekuensi 1 kali setiap hari, bukan sebagai Sumber protein hewani sebagian besar berasal
makanan pokok tetapi sebagai pendamping dari daging ayam, dan tahu, tempe sebagai
lauk pauk nasi. Sumber protein hewani dan sumber protein nabati selain kacang-kacangan.
nabati yang di konsumsi yaitu daging ayam, Jenis sayuran yang di konsumsi sampel seperti
telur ayam, ikan segar, ikan teri segar, tempe, bayam, kol, wertel, kangkung, buncis dan
tahu, kacang tanah, kacang merah. Sebanyak kacang panjang. Sebagian besar sampel tidak
15 sampel (31,25%) mengkonsumsi tempe mempunyai kebiasaan mengkonsumsi buah
setiap hari dengan frekuensi 1-2 kali sehari, dan setiap harinya, namun buah yang biasanya
sebanyak 8 sampel (16,67%) mengkonsumsi di konsumsi sampel seperti apel, jeruk, dan
telor ayam setiap hari. Rata-rata semua sampel melon. Jajanan yang sering di konsumsi yaitu
mengkomsumsi sayuran seperti bayam, kol, biskuit, coklat, wafer dan makanan ringan
kangkung, buncis, kacang panjang, dan wortel lainnya dan hal ini merupakan jenis jajanan
dengan frekuensi 2-4 kali dalam seminggu. yang digemari anak usia sekolah (pada
Semua sampel hanya mengkonsumsi buah- umumnya).
buahan dengan frekuensi 1-2 kali seminggu, Analisis zat gizi terhadap makanan yang
biasanya buah yang di konsumsi seperti apel, dikonsumsi sampel meliputi rata-rata asupan
jeruk, pepaya, dan melon. Sebanyak 22 sampel energi, protein, vitamin A, dan zat besi yang
(45,83%) mengkonsumsi susu setiap hari dan dapat dilihat pada Tabel 3.
sebanyak 6 sampel (12,50%) mengkonsumsi Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
teh setiap hari. Pemakaian bahan makanan bahwa semua sampel (100%) sudah mencukupi
dalam seminggu dapat dilihat pada Tabel 2. energi sesuai AKG yang di anjurkan LIPI
Berdasarkan tabel diatas diketahui (2004), sedangkan dalam hal protein dan zat
bahwa semua sampel mengkonsumsi nasi besi sebagian besar (>80%) sudah mencukupi
Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan jenis bahan makanan yang dikonsumsi dalam
seminggu
Bahan makanan % Bahan Makanan %
Nasi 100,00 Kol 83,33
Mie 81,25 Kangkung 72,91
Roti 20,83 Buncis 39,58
Jagung 31,25 Kacang panjang 52,08
Singkong 22,91 Wortel 77,08
Daging ayam 83,33 Apel 45,83
Telor ayam 68,75 Jeruk 62,50
Ikan segar 54,16 Pepaya 31,25
Ikan teri segar 25,00 Melon 41,66
Tempe 100,00 Susu 58,33
Tahu 100,00 Teh 79,16
Kacang tanah 27,08 Bubur kacang o 60,41
Kacang merah 16,66 Biskuit/coklat/wafer 91,66
Bayam 62,50
menunjang kekurangan asupan zat besi bagi C adalah membantu penyerapan zat besi,
tubuh (Wirakusumah, 1999). sehingga jika terjadi kekurangan vitamin
Arisman (2004) menyatakan bahwa anak C, maka jumlah zat besi yang diserap akan
usia sekolah merupakan salah satu golongan berkurang dan bisa terjadi anemia, sedangkan
yang rawan mengalami anemia. Faktor utama faktor penghambat dapat dilihat waktu
timbulnya anemia adalah karena faktor pangan kebiasaan mengkonsumsi susu dan asupan
yang tidak seimbang dan kurang beragam. kalsium.
Akibat dari anemia untuk anak usia sekolah Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
adalah penurunan kapasitas dan kemampuan hampir semua anak mempunyai asupan
belajar dan juga anak menjadi lebih mudah vitamin C yang kurang dari AKG yang
terinfeksi. Berdasarkan penelitian rata-rata dianjurkan. Asupan yang kurang tersebut
asupan zat gizi makanan yang meliputi energy disebabkan oleh kurangnya konsumsi buah-
(1931,75 Kkal), protein (61,59 gram), zat besi buahan sehingga tingkat kecukupan vitamin
(19,38 mg ) dan vitamin A (400,84 RE). C kurang dari AKG yang dianjurkan. Rata-
Kecukupan zat gizi adalah rata- rata frekuensi dalam seminggu, anak panti
rata asupan gizi harian yang cukup untuk asuhan tersebut hanya mengkonsumsi 1-
memenuhi kebutuhan gizi bagi semua orang 2 kali buah. Susu sapi merupakan bahan
sehat bagi kelompok umur, jenis kelamin, makanan yang banyak mengandung kalsium
dan fisiologi tertentu. Menurut Hardinsyah sedangkan teh merupakan bahan makanan
dan Tambunan (2004), nilai asupan harian yang mengandung tanin. Kalsium dan tanin
zat gizi yang diperkirakan dapat memenuhi dapat menghambat penyerapan zat besi.
kebutuhan zat gizi mencakup 50% bagi orang Penyerapan zat besi dapat dihambat
sehat bagi kelompok umur, jenis kelamin, dan oleh asupan yang mengandung kalsium.
fisiologi tertentu. Sejumlah studi menyatakan bahwa kalsium
Dari 14 anak di lima panti asuhan yang terkandung dalam makanan dapat
Denpasar yang mengalami anemia (29,16%) menghambat penyerapan zat besi. Konsumsi
diketahui 11 anak (71,5%) memiliki tingkat tinggi kalsium dalam jangka panjang, seperti
kecukupan protein yang baik dan ada 8 anak yang dinyatakan Minihane dan Fairweather-
(57,1%) tingkat kecukupan besi (Fe) yang Tait (1998) tidak akan mengurangi status
baik. Penelitian ini menemukan bahwa ada besi (simpanan besi) tubuh pd individu
beberapa kemungkinan anak mengalami yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
anemia defisiensi besi, yang pertama faktor diit tinggi kalsium. Akan tetapi hal ini perlu
pendorong yang kurang baik (konsumsi delaskan dengan mekanisme yang jelas efek
vitamin C yang kurang) dan adanya faktor kalsium pada mereka yang defisiensi besi.
penghambat yang tinggi (dari 14 sampel yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengalami anemia 13 sampel mempunyai sebagian besar (>50%) mempunyai kebiasaan
faktor penghambat) dan faktor lain di luar mengkonsumsi susu setiap hari bersamaan
penelitian ini. dengan makan utama dan begitu pula halnya
Asupan protein yang dikonsumsi dalam mengkonsumsi teh. Menurut penelitian
sebagian besar berasal dari protein nabati Besral dan Sahar (2007), ada pengaruh yang
(non hem) seperti kacang merah, kacang tanah signifikan antara kebiasaan minum teh
dan kacang hau yang memungkinkan dapat terhadap kejadian anemia pada usila. Dalam
menghambat penyerapan zat besi ketika penelitian ini juga menyebutkan usila yang
dikonsumsi secara bersama-sama dengan memiliki kebiasaan minum teh setiap hari
makanan sumber heme. mempunyai resiko 92 kali lebih tinggi untuk
Penyerapan zat besi di dalam tubuh menderita anemia dibandingkan dengan usila
manusia dipengaruhi oleh faktor pendorong yang tidak mempunyai kebiasaan minum teh
dan penghambat. Salah satu fungsi vitamin setiap hari.
Hardinsyah &Tambunan, V. (2004). Angka Besral, M., L & Sahar, L. (2007). Pengaruh
Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Minum Teh Terhadap Kejadian Anemia
Serat Makanan. Di dalam Widya Karya Pada Usila Di Kota Bandung. Akademi
Nasional Pangan dan Gizi VIII Ketahanan Perawat Depkes, Bandung.
Pangan dan Gizi di Era Otonomi daerah Gibson, S. (1999). Iron Intake And Iron Status
dan Globalisasi, 2004. Lembaga Ilmu Of Preschool Shilderen. Public Health
Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Nutrition: association with brekfast
Minihane, A., M & Fairweather-Tait, S., J. (1998). cereals vitamin C and meat.
Effect of calcium supplementation on Ma A, Xuecun C, Mingci Z, Yu Wang, Rongxian
daily nonheme-iron absorption and Xu & Juesheng Li. (2002). Iron status
long-tern irons status. Am J Clin Nutr, and dietary intake of Chinese pregnant
68: 96-102. women with anaemia in the third
trimester. Asia Pacific J Clin Nutr, 11(3):
171175