Jurnal Anemia Anak PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Arc. Com. Health Juli 2012 Vol. 1 No.

1 : 35 - 42
ISSN: 9772302139009

STATUS ANEMIA GIZI BESI DAN KONSUMSI ZAT GIZI PADA


ANAK USIA SEKOLAH DI LIMA PANTI ASUHAN DI KOTA
DENPASAR

K. Melisa L. Dewi, Ni Ketut Sutiari, M.Si*, Luh Putu Lila Wulandari


(PS.IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana)
*Korespondensi: Gedung PS.IKM, Fak.Kedokteran Universitas Udayana, Jl.P.B Sudirman, Denpasar.
Telp/fax: (0361) 7448773, Hp: 081338718750,
email: k_sutiari@yahoo.com

ABSTRACT

Iron deficiency, anemia, cause a negative impact on health such as lowering levels of endurance,
lowering concentration power of learning and child development disorders. This research aims
to identify iron deficiency, anemia, status and nutrient intake in school age children at five
orphanages in Denpasar.
The design of this research was cross-sectional study conducted at five orphanages in Denpasar.
The 48 school age children were assigned using a systematic random sampling. Data of hemoglobin
level were coollected using Cyanmethaemoglobin; nutrient intake and iron inhibitors using a SQ-
FFQ and questionnaire. Data were analyzed descriptively and presented in tables and narrative.
From examination of 48 samples, results of anemia proportion in school age children at five
orphanages amounted to 29.16%. Most sampeles (> 80%) already got sufficient recommended
RDA, except for vitamin A that still far below recommended RDA. From 48 of 28 samples (58,33%)
have a habit of consuming milk and as many as 38 samples (79,16) consume tea.
The conclusion of this study is that school age children are vulnerable to iron deficiency, anemia,
and have the habit of consuming iron inhibitors.

Keywords: Anemia, Iron Deficiency, Nutrient Intake, School-Age Children

PENDAHULUAN Kelompok yang paling tinggi prevalensinya


adalah ibu hamil sekitar 55% dan usia lanjut

A nemia defisiensi besi merupakan


defisiensi yang paling banyak
ditemukan di seluruh dunia. Anak-anak
yaitu sekitar 45%. Prevalensi anemia defisiensi
besi pada bayi dan anak usia dua tahun 48%,
anak usia prasekolah 40%, anak usia sekolah
merupakan salah satu kelompok yang paling 25% dan wanita tidak hamil 35%. Prevalensi
rentan terkena anemia defisiensi besi di anemia di negara yang sedang berkembang
samping kelompok usia subur. Kondisi ini empat kali lebih besar dibandingkan dengan
tentu sangat berpengaruh bagi kehidupan negara maju. Diperkirakan prevalensi anemia
manusia karena masa anak merupakan masa pada anak sekolah di negara berkembang
vital bagi pertumbuhan dan perkembangan dan maju adalah 42% dan 17%. Prevalensi
tubuh yang besar dan menurunkan prestasi anemia pada anak bawah lima tahun (balita)
belajar sehingga berpengaruh terhadap di Indonesia adalah sebanyak 33,7% anak laki-
pembentukan kualitas sumber daya manusia laki dan 49,2% anak perempuan. Prevalensi
pada masa produktif (Waya, 2004); (Depkes usia 5-14 tahun 42,8% anak lelaki dan 49,2%
RI, 2001). anak perempuan.
Organisasi kesehatan dunia (WHO, 2004) Anemia defisiensi besi adalah suatu
memperkirakan sekitar 40% dari penduduk keadaan yang ditandai dengan menurunnya
di dunia terkena anemia defisiensi besi. kadar zat warna merah dalam sel darah merah

Indonesian Journal of Public Health 35


Dewi, et.al Vol. 1 No. 1 : 35 - 42

atau eritrosit yang disebut sebagai hemoglobin. dan atau ayah), anak yang dititipkan orang
Anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh faktor tuanya karena tidak mampu, biasanya tinggal,
ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik mendapat pendidikan, dan juga dibekali
yang mempengaruhi kejadian anemia, antara berbagai keterampilan agar dapat berguna
lain pengetahuan tentang gizi khususnya di kehidupannya nanti. Di Kota Denpasar
anemia, tingkat pendidikan orang tua, tingkat terdapat 12 panti asuhan yang menampung
ekonomi, infeksi, dan kebiasaan hidup. lebih dari 210 anak usia sekolah. Panti
Faktor intrinsik yang mempengaruhi kejadian asuhan adalah salah satu institusi yang harus
anemia, antara lain kehilangan darah secara mendapatkan perhatian penuh karena anak-
kronis, seperti pada penyakit ulkus peptikum, anak yang ada di panti asuhan memerlukan
hemoroid, infestasi parasit, asupan zat besi perlindungan kesejahteraan dalam masa
tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat, pertumbuhan dan perkembangannya.
peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk Kecukupan konsumsi zat gizi yang seimbang
pembentukan sel darah, yang berlangsung harus dipenuhi oleh anak usia sekolah dan zat
pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, gizi yang perlu diperhatikan pada anak usia
masa kehamilan dan menyusui (Siswono, sekolah adalah energi, protein, Fe, vitamin A,
2004). vitamin C dan Ca.
Anak usia sekolah merupakan fase Mengingat dampak dari anemia
yang sangat penting dalam pertumbuhan. defisiensi besi dapat menimbulkan penurunan
Periode anak usia sekolah ini disebut juga konsentrasi belajar maka diperlukan deteksi
dengan istilah latency, yakni periode dimana dini pada anak usia sekolah. Penelitian ini
proses pertumbuhan berlanjut dari masa bertujuan untuk menggambarkan status
balita, namun dengan efek pertumbuhan yang anemia defisiensi besi dan tingkat kecukupan
tidak sebesar pada periode sebelumnya. Pada zat gizi (energi, protein, vitamin A dan zat
fase ini, tubuh dengan optimal menyimpan besi) serta mengetahui konsumsi pendorong
cadangan nutrisi yang diperlukan anak pada dan penghambat penyerapan zat besi anak
fase pubertas nantinya. Selain itu, anak usia usia sekolah pada lima panti asuhan di Kota
sekolah merupakan fase dimana aktivitas Depasar.
anak berlangsung sangat dinamis dan aktif
sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang METODE
memadai. Dengan demikian kecukupan zat
gizi menjadi hal utama yang harus dipenuhi Rancangan penelitian ini adalah
oleh keluarga (Akhmadi, 2009). penelitian crossectional yang dilakukan di
Siswono (2004) menyatakan pada lima panti asuhan yaitu Panti Asuhan Bala
anak usia prasekolah dan sekolah, anemia Keselamatan, Panti Asuhan William Both,
defisiensi besi dapat mengganggu proses Panti Asuhan Darma Jati II, Panti Asuhan
tumbuh kembang, menurunkan daya Tunas Bangsa, dan Panti Asuhan Puka Usaha
konsentrasi belajar, dan memudahkan anak Mulia, dengan alasan bahwa lima panti
terserang penyakit. Penelitian menunjukkan asuhan tersebut mempunyai populasi anak
adanya kolerasi erat antara kadar hemoglobin usia sekolah yang paling banyak diantara 12
(status anemia) dengan kesanggupan anak panti yang ada di Kota Denpasar. Penelitian
untuk belajar. Anemia defisiensi besi dapat dilaksanakan selama lima bulan (Februari-
menurunkan konsentrasi belajar sehingga Juni) tahun 2010.
prestasi anak akan menurun (Depkes RI, 2001); Populasi adalah anak usia sekolah yang
(Sediaoetama, 2006). tinggal pada lima panti asuhan yang berjumlah
Panti asuhan adalah wadah yang 75 anak dan telah memenuhi kriteria inklusi
menampung anak yatim piatu. Di dalam panti (berusia 9-12 tahun dan bersedia diteliti serta
asuhan, anak yatim piatu (tidak memiliki ibu dalam keadaan sehat) dan eksklusi penelitian

36 Indonesian Journal of Public Health


Arc. Com. Health Juli 2012 Vol. 1 No. 1 : 35 - 42
ISSN: 9772302139009

(anak dalam keadaan sakit dan menstruasi HASIL


saat penelitian).
Sampel dihitung berdasarkan Sampel dalam penelitian ini adalah 48
besaran sampel penelitian crossectional anak dengan rata-rata umur 10 tahun (SD
(Sastroasmoro&Ismael, 2002) dan diperoleh 1,14). Umur terendah yaitu 9 tahun dan umur
48 sampel anak usia sekolah yang diambil tertinggi yaitu 12 tahun. Hasil penelitian
dengan metode systematic random sampling menunjukkan bahwa anak usia sekolah di lima
(acak sistematik). panti asuhan paling banyak berjenis kelamin
Pada penelitian ini data yang laki-laki yaitu 28 orang (58,33%) dan paling
dikumpulkan adalah: banyak pada kelompok umur 10-12 tahun
1. Status anemia yang dinyatakan dengan yaitu 34 anak (70,83%). Distribusi sampel
kadar Hb diperoleh dengan melakukan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok
pemeriksaan terhadap darah sampel. umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Pemeriksaan dilakukan dengan metode
Cyanmethemoglobin yaitu dengan cara Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur
mengambil darah kapiler sampel oleh dan jenis kelamin
petugas yang dalam penelitian ini Kategori N Persentase (%)
dibantu oleh petugas Laboratorium Kelompok Umur (n=48)
Kesehatan Provinsi Bali, dengan Umur 7 9 tahun 14 29,17
membuat luka pada ujung jari atau pada Umur 10 12 tahun 34 70,83
tumit dengan blood lancet sedemikian Jenis kelamin (n=48)
rupa sehingga darah kapiler dapat Laki-laki 28 58,33
keluar dengan sendirinya tanpa dipat. Perempuan 20 41,66
Selanjutnya darah diambil dengan pipet
mikro dan kadar Hb diukur dengan alat Anemia adalah keadaan dimana kadar
spektrometer. hemoglobin di bawah normal sesuai umur
2. Asupan zat gizi energi, protein, dan Fe dan jenis kelamin. Pada anak usia di atas satu
yang diperoleh dari konsumsi makanan tahun hingga masa pubertas dikatakan anemia
melalui wawancara yang berpedoman jika didapatkan kadar hemoglobin kurang
pada formulir SQ-FFQ. dari 12 g/dl (WHO, 2001).
3. Tingkat kecukupan zat gizi diperoleh Kadar Hb diukur dengan menggunakan
dengan menghitung jumlah asupan zat metode cyanmethemoglobin. Rata-rata kadar
gizi kemudian membandingkan dengan hemoglobin dari 48 sampel adalah 12,51
AKG tahun 2004 dan dinyatakan dalam 1,01 dengan kadar Hb terendah yaitu 9,90
bentuk persentase. dan tertinggi yaiu 15,00. Berdasarkan hasil
4. Asupan yang mendorong penyerapan penelitian didapatkan bahwa sebagian besar
yaitu vitamin C, dan asupan yang (70,84%) tidak anemia dan sebanyak 14 sampel
menghambat penyerapan yaitu tanin dan (29,16%) mengalami anemia.
Ca, yang terkandung dalam makanan Zat gizi yang diteliti meliputi energi,
yang dikonsumsi dikumpulkan dengan protein, vitamin A, dan zat besi, yang
jalan wawancara yang berpedoman berasal dari makanan yang di konsumsi.
pada formulir SQ-FFQ. Bahan makanan yang di konsumsi meliputi
makanan pokok, sumber protein hewani dan
Data yang telah dikumpulkan diolah nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, jajan dan
dengan perangkat computer dan dianalisis minuman.
secara deskriptif serta disajikan dengan tabel Berdasarkan hasil penelitian semua
atau narasi. sampel mengkonsumsi nasi setiap hari
dengan ferekuensi 2-3 kali sehari. Sebanyak 15

Indonesian Journal of Public Health 37


Dewi, et.al Vol. 1 No. 1 : 35 - 42

(31,25%) sampel mengkonsumsi mie dengan sebagai sumber karbohidrat selain mie.
fekuensi 1 kali setiap hari, bukan sebagai Sumber protein hewani sebagian besar berasal
makanan pokok tetapi sebagai pendamping dari daging ayam, dan tahu, tempe sebagai
lauk pauk nasi. Sumber protein hewani dan sumber protein nabati selain kacang-kacangan.
nabati yang di konsumsi yaitu daging ayam, Jenis sayuran yang di konsumsi sampel seperti
telur ayam, ikan segar, ikan teri segar, tempe, bayam, kol, wertel, kangkung, buncis dan
tahu, kacang tanah, kacang merah. Sebanyak kacang panjang. Sebagian besar sampel tidak
15 sampel (31,25%) mengkonsumsi tempe mempunyai kebiasaan mengkonsumsi buah
setiap hari dengan frekuensi 1-2 kali sehari, dan setiap harinya, namun buah yang biasanya
sebanyak 8 sampel (16,67%) mengkonsumsi di konsumsi sampel seperti apel, jeruk, dan
telor ayam setiap hari. Rata-rata semua sampel melon. Jajanan yang sering di konsumsi yaitu
mengkomsumsi sayuran seperti bayam, kol, biskuit, coklat, wafer dan makanan ringan
kangkung, buncis, kacang panjang, dan wortel lainnya dan hal ini merupakan jenis jajanan
dengan frekuensi 2-4 kali dalam seminggu. yang digemari anak usia sekolah (pada
Semua sampel hanya mengkonsumsi buah- umumnya).
buahan dengan frekuensi 1-2 kali seminggu, Analisis zat gizi terhadap makanan yang
biasanya buah yang di konsumsi seperti apel, dikonsumsi sampel meliputi rata-rata asupan
jeruk, pepaya, dan melon. Sebanyak 22 sampel energi, protein, vitamin A, dan zat besi yang
(45,83%) mengkonsumsi susu setiap hari dan dapat dilihat pada Tabel 3.
sebanyak 6 sampel (12,50%) mengkonsumsi Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
teh setiap hari. Pemakaian bahan makanan bahwa semua sampel (100%) sudah mencukupi
dalam seminggu dapat dilihat pada Tabel 2. energi sesuai AKG yang di anjurkan LIPI
Berdasarkan tabel diatas diketahui (2004), sedangkan dalam hal protein dan zat
bahwa semua sampel mengkonsumsi nasi besi sebagian besar (>80%) sudah mencukupi

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan jenis bahan makanan yang dikonsumsi dalam
seminggu
Bahan makanan % Bahan Makanan %
Nasi 100,00 Kol 83,33
Mie 81,25 Kangkung 72,91
Roti 20,83 Buncis 39,58
Jagung 31,25 Kacang panjang 52,08
Singkong 22,91 Wortel 77,08
Daging ayam 83,33 Apel 45,83
Telor ayam 68,75 Jeruk 62,50
Ikan segar 54,16 Pepaya 31,25
Ikan teri segar 25,00 Melon 41,66
Tempe 100,00 Susu 58,33
Tahu 100,00 Teh 79,16
Kacang tanah 27,08 Bubur kacang o 60,41
Kacang merah 16,66 Biskuit/coklat/wafer 91,66
Bayam 62,50

Tabel 3. Asupan zat gizi makanan sampel


Zat gizi Tertinggi Terendah Rata-rata SD
Energi (Kkal) 2238,96 1646,12 1931,75 133,15
Protein (gram) 85,78 30,50 61,59 16,90
Besi (mg) 29,28 7,85 19,38 7,83
Vitamin A (RE) 824,59 124,32 400,84 210,53

38 Indonesian Journal of Public Health


Arc. Com. Health Juli 2012 Vol. 1 No. 1 : 35 - 42
ISSN: 9772302139009

AKG yang dianjurkan kecuali vitamin A yang PEMBAHASAN


masih berada dibawah AKG yang dianjurkan.
Anemia merupakan suatu gangguan
Tabel 4. Tingkat kecukupan zat gizi sampel
hematologis dengan adanya penurunan
Tingkat Kecukupan
Asupan Zat jumlah sel darah merah, jumlah hemoglobin
< AKG AKG
Gizi atau jumlah volume paket sel (hematokrit)
n % n %
atau suatu keadaan dimana kadar Hb
Energi (Kkal) 0 0 48 100,00 dalam darah kurang dari normal (WHO,
Protein (gram) 8 16,66 40 83,33
Vitamin A (RE) 30 62,50 18 37,50
2001). Kadar hemoglobin merupakan
Besi (mg) 9 18,75 39 81,25 parameter yang digunakan secara luas untuk
menetapkan prevalensi anemia. Berdasarkan
hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan
menggunakan metode cyanmethemoglobin
Vitamin C merupakan unsur yang dapat pada anak usia sekolah di lima panti asuhan
mendorong penyerapan zat besi. Jumlah asupan diketahui bahwa kadar Hb anak panti asuhan
vitamin C yang dikomsumsi dibandingkan 12,51 (SD=1,01). Kadar Hb dalam penelitian
dengan AKG dan di kelompokan menjadi ini tidak jauh beda dengan rata-rata kadar Hb
kurang apabila tingkat konsumsi vitamin C hasil Riskesdas (2008) pada anak 14 tahun
kurang dari 80% dan cukup apabila tingkat 12,67 (SD=1.58). Proporsi anemia pada anak
konsumsi vitamin C lebih dari atau sama usia sekolah di lima panti asuhan yaitu sebesar
dengan 80%. Rata-rata konsumsi vitamin C 29,16%, lebih besar dibandingkan dengan
yaitu 27,45 mg 7,22 dengan konsumsi vitamin kejadian anemia berdasarkan hasil Riskesdas
C tertinggi yaitu 40,12 mg dan terendah (2008) pada anak usia sekolah dan remaja
yaitu 14,57mg. Berdasarkan hasil penelitian (usia 5-14 tahun) mencapai angka 9,4%.
diketahui sebanyak 45 sampel (93,5%) asupan Anemia defisiensi besi anak usia sekolah
vitamin C masih kurang dari AKG. dapat disebabkan oleh kekurangan asupan zat
Susu adalah bahan makanan yang besi dan zat gizi lainnya yaitu energi, protein,
mengandung kalsium, sedangkan teh vitamin A dan faktor penghambat serta faktor
mengandung tanin, kedua unsur tersebut pendorong penyerapan zat besi (vitamin C,
dapat menghambat proses absopsi besi. Hasil kalsium, konsumsi teh, susu), disamping juga
penelitian menunjukan bahwa dari 48 sampel dipengaruhi oleh status gizi anak tersebut.
sebanyak 28 sampel (58,33%) mempunyai Defisiensi besi dalam makanan
kebiasaan mengkonsumsi susu setiap hari merupakan salah satu penyebab penting
bersamaan dengan makan utama dan sebanyak terjadinya anemia defisiensi besi. Pemasukan
38 sampel (79,16%) mempunyai kebiasaan besi dalam tubuh dipengaruhi oleh kualitas
mengkonsumsi teh setiap hari, diantaranya 12 dan kuantitas besi dalam makanan. Hal ini
sampel (25%) mempunyai kebiasaan lebih dari dapat terjadi pada orang yang mengkonsumsi
1 jam sesudah atau sebelum makan utama dan makanan yang kurang beragam. Jumlah besi
26 sampel (54,16%) bersamaan dengan makan dalam makanan di negara berkembang pada
utama. umumnya rendah sekitar 12-19 mg/hari, lebih
Rata-rata konsumsi kalsium (Ca) yaitu rendah dari jumlah yang dianjurkan (Bakta M,
2475,21 mg 2542,58 dengan konsumsi 1992).
kalsium (Ca) tertinggi yaitu 8217,79 mg dan Faktor utama yang menjadi penyebab
terendah yaitu 156,78 mg. anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat
besi yang berasal dari makanan sehingga tidak
mencukupi kebutuha tubuh. Pala makan yang
kurang beragam seperti menu yang hanya
terdiri nasi dan kacang-kacangan saja turut

Indonesian Journal of Public Health 39


Dewi, et.al Vol. 1 No. 1 : 35 - 42

menunjang kekurangan asupan zat besi bagi C adalah membantu penyerapan zat besi,
tubuh (Wirakusumah, 1999). sehingga jika terjadi kekurangan vitamin
Arisman (2004) menyatakan bahwa anak C, maka jumlah zat besi yang diserap akan
usia sekolah merupakan salah satu golongan berkurang dan bisa terjadi anemia, sedangkan
yang rawan mengalami anemia. Faktor utama faktor penghambat dapat dilihat waktu
timbulnya anemia adalah karena faktor pangan kebiasaan mengkonsumsi susu dan asupan
yang tidak seimbang dan kurang beragam. kalsium.
Akibat dari anemia untuk anak usia sekolah Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
adalah penurunan kapasitas dan kemampuan hampir semua anak mempunyai asupan
belajar dan juga anak menjadi lebih mudah vitamin C yang kurang dari AKG yang
terinfeksi. Berdasarkan penelitian rata-rata dianjurkan. Asupan yang kurang tersebut
asupan zat gizi makanan yang meliputi energy disebabkan oleh kurangnya konsumsi buah-
(1931,75 Kkal), protein (61,59 gram), zat besi buahan sehingga tingkat kecukupan vitamin
(19,38 mg ) dan vitamin A (400,84 RE). C kurang dari AKG yang dianjurkan. Rata-
Kecukupan zat gizi adalah rata- rata frekuensi dalam seminggu, anak panti
rata asupan gizi harian yang cukup untuk asuhan tersebut hanya mengkonsumsi 1-
memenuhi kebutuhan gizi bagi semua orang 2 kali buah. Susu sapi merupakan bahan
sehat bagi kelompok umur, jenis kelamin, makanan yang banyak mengandung kalsium
dan fisiologi tertentu. Menurut Hardinsyah sedangkan teh merupakan bahan makanan
dan Tambunan (2004), nilai asupan harian yang mengandung tanin. Kalsium dan tanin
zat gizi yang diperkirakan dapat memenuhi dapat menghambat penyerapan zat besi.
kebutuhan zat gizi mencakup 50% bagi orang Penyerapan zat besi dapat dihambat
sehat bagi kelompok umur, jenis kelamin, dan oleh asupan yang mengandung kalsium.
fisiologi tertentu. Sejumlah studi menyatakan bahwa kalsium
Dari 14 anak di lima panti asuhan yang terkandung dalam makanan dapat
Denpasar yang mengalami anemia (29,16%) menghambat penyerapan zat besi. Konsumsi
diketahui 11 anak (71,5%) memiliki tingkat tinggi kalsium dalam jangka panjang, seperti
kecukupan protein yang baik dan ada 8 anak yang dinyatakan Minihane dan Fairweather-
(57,1%) tingkat kecukupan besi (Fe) yang Tait (1998) tidak akan mengurangi status
baik. Penelitian ini menemukan bahwa ada besi (simpanan besi) tubuh pd individu
beberapa kemungkinan anak mengalami yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
anemia defisiensi besi, yang pertama faktor diit tinggi kalsium. Akan tetapi hal ini perlu
pendorong yang kurang baik (konsumsi delaskan dengan mekanisme yang jelas efek
vitamin C yang kurang) dan adanya faktor kalsium pada mereka yang defisiensi besi.
penghambat yang tinggi (dari 14 sampel yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengalami anemia 13 sampel mempunyai sebagian besar (>50%) mempunyai kebiasaan
faktor penghambat) dan faktor lain di luar mengkonsumsi susu setiap hari bersamaan
penelitian ini. dengan makan utama dan begitu pula halnya
Asupan protein yang dikonsumsi dalam mengkonsumsi teh. Menurut penelitian
sebagian besar berasal dari protein nabati Besral dan Sahar (2007), ada pengaruh yang
(non hem) seperti kacang merah, kacang tanah signifikan antara kebiasaan minum teh
dan kacang hau yang memungkinkan dapat terhadap kejadian anemia pada usila. Dalam
menghambat penyerapan zat besi ketika penelitian ini juga menyebutkan usila yang
dikonsumsi secara bersama-sama dengan memiliki kebiasaan minum teh setiap hari
makanan sumber heme. mempunyai resiko 92 kali lebih tinggi untuk
Penyerapan zat besi di dalam tubuh menderita anemia dibandingkan dengan usila
manusia dipengaruhi oleh faktor pendorong yang tidak mempunyai kebiasaan minum teh
dan penghambat. Salah satu fungsi vitamin setiap hari.

40 Indonesian Journal of Public Health


Arc. Com. Health Juli 2012 Vol. 1 No. 1 : 35 - 42
ISSN: 9772302139009

Anemia kekurangan zat besi pada DAFTAR PUSTAKA


anak-anak di Arab Saudi dan di Inggris juga
dilaporkan berhubungan dengan kebiasaan Waya, Sumitro. (2004). Fortifikasi Zat Besi pada
minum teh (Gibson, 1999). Dilaporkan juga Makanan Pendamping ASI. Pusat Studi
bahwa dampak dari interaksi teh dengan zat Kebakan Pangan dan Gizi, Jakarta.
besi ini bergantung pada status konsumsi zat Depkes RI. (2001). Program penanggulangan
besi dan karakteristik individu. anemia gizi pada wanita usia subur
Berbicara tentang penyerapan zat (WUS). Direktorat Gizi Masyarakat
besi terhadap timbulnya defisiensi besi dan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
anemia dapat delaskan oleh Ma et al (2002) Masyarakat, Jakarta.
bahwa status besi (iron status) dan penyerapan World Health Organization. (2004). Iron
zat besi terkait dengan zat gizi yang terdapat Deficiency Anemia and Prevalence
dalam makanan. Dan mengingat faktor Anemia. h!p://www.who//html (Akses:
pemicu (enhancers iron absorption): vitamin 18 Desember 2009).
C, retinol dan karoten dalam penelitiannya Siswono. (2004). Waktu Terbaik Mengkonsumsi
sangat rendah sehingga prevalensi anemia Vitamin. h!p://www.gizi.net/ (Akses: 8
masih ditemukan pada ibu wanita hamil, Desember 2009).
anak-anak dan orang tua. Hasil penelitian Akhmadi. (2009). Kebutuhan Gizi Anak Usia
pada anak panti asuhan ini tidak berbeda Sekolah dan Remaja. h!p://www.rajawan.
dengan penemuan Ma et al (2002). com/ (Akses: 4 Januari 2010)
Sediaoetama, Achmad D. (2006). Ilmu Gizi
SIMPULAN untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Dian
Rakyat, Jakarta.
Anak usia sekolah di lima panti asuhan Sastroasmoro, S & Ismael, S. (2002). Dasar-
Denpasar rawan mengalami anemia defisiensi dasar Metodologi Penelitian Klinis. CV.
besi, dengan proporsi sebesar 29,16%. Dari Sagung Seto, Jakarta.
segi tingkat kecukupan zat gizi, sebagian besar World Health Organization. (2001). Iron
(>50%) anak usia sekolah di lima panti asuhan
deficiency anaemia: assessment,
Denpasar sudah mencukupi angka kecukupan
prevention and control. World Health
gizi (AKG) yang dianjurkan. Bahan makanan
Organization, Geneva.
pendorong penyerapan zat besi (konsumsi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (2004).
vitamin C) masih kurang dari AKG dan anak
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.
panti asuhan tersebut sebagian besar memiliki
Di dalam: Widya Karya Nasional Pangan
kebiasaan mengkonsumsi teh dan susu setiap
dan Gizi VIII Ketahanan Pangan dan Gizi
hari (sebagai penghambat penyerapan besi)
di Era Otonomi daerah dan Globalisasi.
bersamaan dengan makan utama
LIPI, Jakarta.
Riskesdas. (2008). Laporan Riset Kesehatan
UCAPAN TERIMA KASIH
Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Ucapan terima kasih penulis
Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
kepada anak-anak panti asuhan yang mau
Bakta, M. (1992). Anemia Gizi. Lab/UPT Ilmu
berpartisipasi dalam penelitian ini. Terima
Penyakit Dalam Kedokteran UNUD/
kasih juga kami ucapkan kepada Ketua PS
RSUP, Denpasar.
IKM, Fakultas Kedokteran Unud yang telah
memberikan dukungan atas penelitian ini. Wirakusumah, E.S. (1999). Perencanaan Menu
Penulis juga mengucapkan terima kasih Anemia Gizi Besi. PT. Trubus Agriwidya,
kepada pihak petugas Laboratorium Daerah Jakarta.
Provinsi Bali yang telah membantu mengukur Arisman. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan.
kadar hemoglobin darah sampel. EGC, Jakarta.

Indonesian Journal of Public Health 41


Dewi, et.al Vol. 1 No. 1 : 35 - 42

Hardinsyah &Tambunan, V. (2004). Angka Besral, M., L & Sahar, L. (2007). Pengaruh
Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Minum Teh Terhadap Kejadian Anemia
Serat Makanan. Di dalam Widya Karya Pada Usila Di Kota Bandung. Akademi
Nasional Pangan dan Gizi VIII Ketahanan Perawat Depkes, Bandung.
Pangan dan Gizi di Era Otonomi daerah Gibson, S. (1999). Iron Intake And Iron Status
dan Globalisasi, 2004. Lembaga Ilmu Of Preschool Shilderen. Public Health
Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Nutrition: association with brekfast
Minihane, A., M & Fairweather-Tait, S., J. (1998). cereals vitamin C and meat.
Effect of calcium supplementation on Ma A, Xuecun C, Mingci Z, Yu Wang, Rongxian
daily nonheme-iron absorption and Xu & Juesheng Li. (2002). Iron status
long-tern irons status. Am J Clin Nutr, and dietary intake of Chinese pregnant
68: 96-102. women with anaemia in the third
trimester. Asia Pacific J Clin Nutr, 11(3):
171175

42 Indonesian Journal of Public Health

You might also like