Hynoterapi Untuk Berhenti Merokok PDF
Hynoterapi Untuk Berhenti Merokok PDF
Hynoterapi Untuk Berhenti Merokok PDF
HypnoterapiPsikologi
Teknik Anchor
IslamiTerhadap
Vol. 2 No.Perubahani 135
-148
2 (2016) 135
Budiman
Prodi Psikologi Islam UIN Raden Fatah Palembang
budipsiushpi@gmail.com
ABSTRACT
Adolescent smoking behavior is one of the behaviors that are formed through the influence
of the environment and the curiosity of a teenager on the enjoyment of cigarettes by a teenager.
Smoking is also not only occurs in adolescent boys by the results of the study found that smoking
behavior also applies to young women as well as children who are still in primary school. This
study examines the effectiveness Anchor Techniques of Hypnoterapy toward Adolescent Smoking
Behavior Change. Study for Client in The Clinic Maulana Center of Hypnotherapy Palembang. The
hypothesis of this study is there Effect of Anchor Techniques of Hypnoterapy smoke Adolescent
Behavior Change. Research for Clients in The Clinic Maulana Center of Hypnotherapy Palembang.
This study included a quantitative study in which research methods used was Quasi Experiment
design with pretest and posttest with non-control group design, a design study aimed at testing the
causal relationship (Polit & Beck, 2006). This study will be conducted at the Clinic Maulana
Center of Hypnotherapy Palembang on March-June 2015. The Clinic is located at street Kebun
Bunga complex BNI Block B 4 Sukarami Palembang and sampling techniques using purposive
sampling with 15 respondens and using t-test data analysis and MANOVA. The results of this study
stated that there Effect Anchor Techniues of Hypnotherapy toward Adolescent Smoking Behavior
Change. The changes meant is leading to better behavior and that, of 15 people treated with anchor
techniques of hypnotherapy 11 people stop smoking while two people can reduce the intensity and
frequency of smoking to 78% while the two others are only able to be able to reduce the intensity of
smoking 56, 3%. It is advisable to adolescents to be more selective in choosing friends relations,
peer groups, and the utilization of spare time with positive activities. Trying to avoid and try
smoking, improve self-control and self-regulation to the development of technology and information
in order to avoid negative environment.
ABSTRAK
Perilaku merokok remaja merupakan salah satu perilaku yang terbentuk melalui pengaruh
lingkungan dan keigintahuan seorang remaja atas kenikmatan rokok oleh seorang remaja. Perilaku
merokok juga tidak hanya terjadi pada ramaja laki-laki berdasarkan hasil studi menemukan bahwa
perilaku merokok juga berlaku atas remaja perempuan serta pada anak-anak yang masih di Sekolah
Dasar. Penelitian ini berjudul Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahan Perilaku
Merokok Remaja studi Pada Klien Di Klinik Maulana Center of Hypnotherapy Palembang.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Pengaruh Hypnotherapy dengan Teknik Anchor terhadap
Perubahan Perilaku Merokok Remaja Penelitian Pada Studi Pada Klien di Klinik Maulana Center of
Hypnotherapy Palembang. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dimana rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan Quasi Eksperiment dengan pretest and posttest with
ISSN: 2502-728X
136 PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
non control group design, suatu desain penelitian yang bertujuan menguji hubungan sebab akibat
(Polit & Beck, 2006). Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Maulana Center of Hypnotherapy
Palembang pada bulan MaretJuni 2015. Klinik beralamat di jalan kebun bunga komplek BNI Blok
B 4 Sukarami Palembang dan menggunakan purposive sampling dengan 15 respondens serta
menggunakan analisis data uji t dan manova. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada Pengaruh
Hypnotherapy dengan Teknik Anchor terhadap Perubahan Perilaku Merokok Remaja. Perubahan
yang dimaksudkan adalah mengarah pada perilaku yang lebih baik yakni,dari 15 orang yang
diterapi dengan menggunakan hipnoterapi dengan teknik anchor 11 orang berhenti merokok
sedangkan 2 orang dapat mengurangi intensitas dan frekuensi merokok hingga 78 % sementara
untuk 2 orang lagi hanya mampu mampu mengurangi intensitas merokok 56, 3%. Disarankan
kepada remaja agar dapat lebih selektif dalam memilih teman pergaulan, lingkungan pergaulan, dan
pemanfaatan waktu luang dengan kegiatan positif. Berusaha menghindari dan mencoba rokok,
meningkatkan kontrol diri serta regulasi diri terhadap perkembangan teknologi dan informasi agar
terhindar dari pergaulan negatif.
melalui media televisi, namun tampaknya tidak masalah perilaku merokok pada anak remaja
dilaksanakan secara konsisten. Dalam sekolah. Beberapa metode pendekatan pada
keputusan menteri penerangan RI No, 04 agregard anak sekolah dalam memberikan
A/Kep./MenPen./1993 tentang penyiaran pendidikan kesehatan diataranya adalah
televisi di Indonesia dalam pasal 20 ayat 1 menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar
disebutkan bahwa siaran niaga berupa iklan masyarakat memiliki pengetahuan tentang
program sponsor mengenai rokok dan bahaya merokok. Dengan demikian muncul
minuman keras beserta segenap produk sikap yang negatif terhadap rokok sehingga
sampingannya dalam bentuk apapun juga tidak diharapkan masyarakat bisa menjauhi perilaku
boleh ditanyangkan di televisi (Abadi, 1999). merokok yang merugikan kesehatan. Di dalam
Pada kenyataanya hampir pada setiap saat mata memberikan pendidikan kesehatan ini, ada
acara televisi dapat disaksikan dengan mudah beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu 1)
iklan mengajak orang merokok. menetapkan tujuan yang ingin dicapai, 2)
Perokok di Indonesia bukan hanya memilih materi yang cocok untuk mencapai
orang dewasa, melainkan juga para remaja tujuan, 3) menentukan subyek atau sasarannya,
anak-anak. Diperkirakan 25 % remaja 4) menentukan penyaji atau orang yang
Indonesia sudah mulai merokok (Aditama, menyampaikannnya, 5) memilih metode yang
1997). Tingginya jumlah perokok remaja juga cocok dalam penyajiannya, dan 6)
di laporkan bahwa 49% pelajar laki-laki di Pertimbangan situasi (Surachmad, 2003)
Jakarta merokok, sedangkan pelajar putrinya Metode pemecahan masalah kesehatan
sebanyak 8,8%, penelitian terhadap pelajar masyarakat mengalami perkembangan dengan
SMU di Yogyakarta menunjukkan bahwa mengunakan metode-metode komplementer.
19,9% pelajar tersebut merokok (Prabandari Metode komplementer yang mudah diterima
dan Prawitasari, 1994). Hasil survei oleh masyarakat diantaranya adalah metode
pendahuluan yang dilakukan pada 40 orang hypnoterapi, hypnoterapi merupakan salah satu
siswa di tiga sekolah SMU di kota Palu pendekatan kesehatan secara psikologis yang
terdapat 57,5% mengaku merokok, 17,5% digunakan untuk dapat merubah dan perilaku
merokok dan minum beralkohol dan 12,5% dan kebiasaan manusia. Manusia adalah
pernah menggunakan pil koplo. makhluk multi telenta yang diberikan anugerah
Tingginya prevalensi merokok di oleh Tuhan berupa akal dan pikiran. Dalam
negara-negara berkembang termasuk Indonesia, aktivitas keseharian manusia banyak
terutama di kalangan remaja, menyebabkan dipengaruhi oleh pikiran. Pikiran manusia
masalah rokok menjadi semakin serius. Apalagi terbagi atas dua, yaitu : pikiran alam sadar dan
dampak rokok itu sendiri juga meningkat justru pikiran alam bawah sadar.
pada perokok pasif, yaitu orang yang tidak Seorang pakar ilmu psikologi asal India
merokok tetapi terkena akibat buruk dari utara, Prof dr Kelvan vinath menuturkan bahwa
merokok (Kompas, 2003). pikiran bawah sadar memiliki kekuatan 70% di
Perilaku merokok di usia remaja saat bandingkan dengan pikiran sadar yang hanya
ini, menjadi perhatian penting bagi kesehatan memiliki kekuatan 30%. Pikiran bawah sadar
masyarakat, peran perawat komunitas terutama manusia menyimpan misteri yang luar biasa.
pada agregard anak sekolah dengan masalah Banyak hal yang menyangkut manusia
perilaku merokok merupakan tugas dan bersumber dari berbagai data dan nilai yang
tanggung jawab semua orang terutama bagi tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran
penggerak kesehatan sebagai kontribusi ilmu bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku
dan keterampilan dalam menanggulangi dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah
ISSN: 2502-728X
138 PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
sadar dapat merubah metabolisme, langsung sembuh setelah pulang dari tempat
mempercepat penyembuhan, atau bahkan praktik, padahal obatnya belum diminum.
memperburuk suatu kondisi penyakit. Ditambahkan dr. Charles, pasien
Berdasarkan uraian fenomena di atas apapun bisa menerapkan terapi pikiran,
peneliti berminat untuk melakukan penelitian terutama pasien penyakit kronis, atau menahun.
berjudul Efektivitas Hypnotherapy dengan Hampir 60-70 persen penyakit menahun
Teknik Anchor terhadap Perubahan Perilaku memiliki aspek psikologis yang besar, sehingga
Merokok Remaja Studi Pada Klien di Klinik aspek sugestif sangat diperlukan dalam terapi.
Maulana Center of Hypnotherapy Palembang. Terapii pikiran inii pada umumnya
menggunkan pendekatan pyhpnotherapy,
Hipnotherapi dengan memanfaat kondisi hypnosis seseorang
Dalam aktivitas keseharian manusia (state hypnpsis).
banyak dipengaruhi oleh pikiran. Pikiran Menurut American Psychologi
manusia terbagi atas dua, yaitu : pikiran lama Asosiation (APA) kondisi hipnosis pada
sadar dan pikiran alam bawah sadar. Seorang umumnya terkait dengan pengenalan sebuah
pakar ilmu psikologi asal India utara, Prof dr prosedur selama subjek tersebut disugesti
Kelvan vinath Mtk menuturkan bahwa pikiran untuk mengalami suatu pengalaman imajinatif.
bawah sadar memiliki kekuatan 70% di Induksi hipnosis merupakan sugesti inisial
bandingkan dengan pikiran sadar yang hanya yang luas menggunakan imajinasi seseorang
memiliki kekuatan 30%. Pikiran bawah sadar dan mungkin mengandung perincian lebih
manusia menyimpan misteri yang luar biasa. lanjut pada introduksinya. Sebuah prosedur
Banyak hal yang menyangkut manusia hipnosis biasanya digunakan untuk
bersumber dari berbagai data dan nilai yang memberikan dukungan dan mengevaluasi
tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran respon sugesti. Ketika menggunakan hipnosis,
bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku seseorang (subjek) dipimpin oleh orang lain
dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah (hypnotist) untuk memberikan respon terhadap
sadar dapat merubah metabolisme, sugesti untuk berubah pada pengalaman
mempercepat penyembuhan, atau bahkan subjektifnya, perubahan persepsi, sensasi,
memperburuk suatu kondisi penyakit. emosi, pikiran atau tingkah laku. Orang
Hal ini selaras dengan penuturan dr tersebut dapat juga mempelajari hipnosis diri
Charles E. Damping, SpKJ, staf pengajar di sendiri (self hypnosis) yang merupakan
Departemen Psikiatri FKUI. Efek tindakan untuk mengatur prosedur hipnosis
penyembuhan plasebo memang ada. Banyak atas kemauan orang tersebut. Jika subjek
pasien yang sembuh karena punya kenyakinan berespon terhadap sugesti hipnotis, umumnya
bahwa obat yang diberikan bisa menandakan bahwa hipnosis telah berhasil
menyembuhkan, meskipun diberikan obat dilakukan. Banyak pihak meyakini bahwa
kosong, cetusnya. Maka itu, kekuatan sugesti respon hipnosis dan pengalaman merupakan
amat manjur bagi penyembuhan kanker. Daya karakteristik keadaan hipnosis.
tahan tubuh meningkat ketika kita berpikiran Hipnotis di masa lalu indentik dengan
positif sehingga bisa memotivasi diri untuk kondisi tidur, terbaring, atau tidak bergerak.
melakukan hal-hal yang positif pula, seperti Pada masa kini, hipnotis lebih ditekankan pada
makan teratur, olahraga teratur, minum obat kondisi relaksasi yang dalam, baik secara fisik
secara teratur dan istirahat yang cukup. maupun mental. Saat ini dikenal beberapa
Masyarakat kita masih percaya akan kekuatan keadaan hipnotis seperti moving meditation,
sugesti, kata dr. Charles. Ada pasien yang hypnoidal state, serta automatic writing,
Budiman Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahani 139
dimana pasien melakukan aktivitas bawah rencana besar yang tak terlihat dari subyek
sadar dalam bentuk gerakan atau tindakan yang hipnotis.
dikendalikan oleh niat. Secara sederhana, dengan memiliki
Psikolog pada Pusat Hipnotis dasar ilmu hipnotis seorang Hypnotist dapat
Kedokteran RSPAD Gatot Subroto (pusat membuat seseorang (Subjek) sangat relaks dan
hipnotis kedokteran pertama di Indoneisa) Dra tenang. Bahkan pada orang-orang tertentu dan
Psi Adjeng Lasmini mengatakan, pada dalam situasi tertentu, seorang Hypnotist dapat
hipnotis, pasien diajak untuk relaks secara fisik membuat Subjek sangat tenang secara ekstrim,
dan mental dengan memusatkan perhatian sehingga masuk ke suatu tahapan yang dikenal
melalui sarana fiksasi berupa suara, tatapan, sebagai kondisi "Hypnotic" atau "Tertidur
dan sentuhan secara berulang dan monoton. Ini Hypnosis" atau trans hipnosis.
membuat pasien merasa semakin santai. Pada saat Subjek sudah dalam kondisi
Dalam kondisi hipnotis, lanjutnya, sangat rileks, atau dalam kondisi "Hypnos",
sugesti positif yang ditanamkan disusun dalam maka Hypnotist dapat memberikan sugesti-
kalimat yang sederhana. Karena pada kondisi sugesti yang relatif lebih mudah diterima oleh
ini kemampuan seseorang untuk merangkum Subjek dibandingkan dalam kondisi biasa.
kalimat demi kalimat mengalami penurunan. Untuk memberikan sugesti seorang
Seperti terapi lainnya, hipnotis juga dapat penghipnotis harus memiliki kekuatan mental
menimbulkan efek samping. Seperti dikatakan seperti percaya diri, kemampuan mensugesti
dr Erwin Kusuma SpKJ, program yang dengan meyakinkan, keberhasilan praktik
ditanamkan dalam hipnoterapi harus positif. Ini hipnotis adalah ketika subjek sudah berada
mengingat pasien tidak memiliki kemampuan pada situasi deep trance. Namun, untuk
merangkum (sintesis) karena kecerdasan mencapat tingkat ini, ada faktor yang
jasmaninya menurun. Bila hal ini tidak mempengaruhinya. Yakni, kondisi psikologis
diperhatikan, bukan tidak mungkin akan (Kejiwaan) subjek, tingkat keaktifan berpikir
muncul hasil yang tidak diinginkan, seperti subjek, suasana dan kondisi lingkungan,
timbul abreaksi (keluarnya rekaman bawah ketrampilan seorang hypnotist, waktu, serta
sadar secara serentak, seperti kekesalan dan tingkat kepercayaan subjek terhadap seorang
kesedihan, sehingga ungkapan dan tindakan hypnotist.
pasien tidak terkendali). 1. Tahap pre-induction
Para illusionis lainnya, tak lepas dari Pre-Induction (pra-induksi) merupakan
pengembangan maupun penerapan prinsip- suatu proses untuk mempersiapkan suatu
prinsip dasar ilmu psikologi. Upaya hipnotis situasi dan kondisi yang bersifat kondusif
tersebut merupakan tindakan manipulatif antara seorang penghipnosis dan Subjek.
terhadap kesadaran realitas obyek hipnotis. Agar proses Pre-Induction berlangsung
Dibutuhkan lebih dari sekedar kekuatan mental dengan baik, maka sebelumnya Hypnotist
saja untuk dapat memahami trick para harus dapat mengenali aspek-aspek
illusionis itu, karena pada saat hipnotis psikologis dari Subjek, antara lain : hal
dilakukan maka pada saat itu pula telah terjadi yang diminati, hal yang tidak diminati, apa
sinkronisasi antara psikis dengan fisik yang yang diketahui Subjek terhadap Hypnosis,
bersimulakrum. Seperti yang telah diteliti oleh dan seterusnya.
Carl Jung salah satu peletak dasar-dasar Pre-Induction dapat berupa percakapan
psikologi modern bahwa sinkronitas tersebut ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain
akan menghasilkan suatu interaksi yang terjadi yang bersifat mendekatkan seorang
dalam kesadaran dan digerakkan oleh satu Hypnotist secara mental terhadap seorang
ISSN: 2502-728X
140 PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
ISSN: 2502-728X
142 PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
ISSN: 2502-728X
144 PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
terutama pasien penyakit kronis, atau menahun. Ketika kita sudah dewasa dan dalam
Hampir 60-70 persen penyakit menahun kondisi sadar seperti sekarang ini, Critical
memiliki aspek psikologis yang besar, sehingga Factor akan menghalangi afirmasi atau sugesti
aspek sugestif sangat diperlukan dalam terapi. yang ingin kita tanamkan ke pikiran bawah
Terapi pikiran ini pada umumnya menggunkan sadar. Sugesti yang diucapkan dalam kondisi
pendekatan pyhpnotherapy, dengan memanfaat sadar terhalang oleh Critical Factor, sehingga
kondisi hypnosis seseorang (state hypnpsis). efeknya sangat kecil atau bahkan tidak ada
Pengaruh pikiran bawah sadar terhadap sama sekali karena ditolak mentah-mentah oleh
diri kita adalah 9 kali lebih kuat dibandingkan Critical Factor. Misalnya, seorang perokok
pikiran sadar. Itulah mengapa banyak orang yang sudah 20 tahun merokok mengatakan
yang sulit berubah meskipun secara sadar pada dirinya "Saya mau berhenti merokok
mereka sangat ingin berubah. Apabila terjadi sekarang", maka Critical Factornya mengkritik
pertentangan keinginan antara pikiran sadar dengan kata-kata yang terdengar dalam hati
dan bawah sadar, maka pikiran bawah sadar "Walah kamu mana bisa berhenti merokok,
selalu menjadi pemenangnya. kamu sudah terlalu lama merokok, apa kamu
Apabila kita ingin mengubah kebiasaan, mampu meninggalkan rokok?, omong kosong,
kepribadian, keyakinan yang negatif, kamu dulu juga sudah pernah mau berhenti
mengendalikan emosi, maka yang harus diubah merokok tapi nyatanya gagal." Hasilnya
adalah "program pikiran" yang ada di pikiran kemauan untuk berhenti merokok itu menjadi
bawah sadar. Misalnya, sebagian besar perokok lemah dan kita tidak berdaya untuk berhenti
tahu bahwa merokok itu merugikan. Bahkan merokok.
tidak sedikit yang ingin berhenti merokok. Perilaku merokok merupakan interaksi
Namun mereka seolah tidak bisa lepas dari antara faktor farmakologis dan psikologis.
kebiasaan merokok, meskipun segala usaha Secara psikologis mencakup aspek kontrol
telah dilakukan. Hal ini terjadi karena pikiran stimulus dan peran rokok sebagai reinforcer
bawah sadarnya selalu menginginkan rokok. untuk mendapatkan rasa nikmat dan relaks.
Tidak peduli sekuat apapun pikiran sadar Kenikmatan dan rasa relaks merokok
berusaha menolak rokok, selama pikiran bawah didapatkan ketika merokok dilakukan sesudah
sadarnya masih suka (baca: terbiasa) merokok, makan, sebagai penyerta minum kopi atau
maka berhenti merokok adalah hal yang minum minuman beralkohol. Perilaku yang
mustahil. dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti
Seorang anak kecil usia 0-3 tahun dalam kecemasan, ketegangan, kebosanan dan
pikirannya belum terbentuk Critical Factor, kelelahan (Lichstein, 1982).
sehingga anak kecil menerima perintah/informasi Perilaku merokok anak dipengaruhi
dari orang lain begitu saja tanpa berpikir panjang. oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan, sikap,
Anak kecil tidak menyaring informasi/sugesti, tingkah laku serta lingkungan anak. Hal lain
apapun yang diterima dari lingkungannya ikut mempengaruhi adalah keyakinan,
dianggap sebagai sesuatu yang benar. Usia 0-3 pengalaman, kondisi fisik, sarana atau
tahun ini adalah fase kritis dalam pertumbuhan prasarana, faktor psikologis serta sosial budaya.
anak. Jika kita banyak memberikan Faktor psikososial paling banyak dihubungkan
perintah/informasi yang positif, maka anak akan dengan perilaku merokok. Sebagai contoh yang
tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sukses, mendorong anak merokok diantaranya,
begitu sebaliknya.Seiring bertambahnya usia, memanfatkan merokok untuk mendapatkan
Critical Factor akan membentuk dan semakin rasa percaya pada diri sendiri, dapat diterima
menguat hingga dewasa. dalam pergaulan, merasa sangat maskulin pada
Budiman Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahani 145
anak laki-laki atau hanya ikut-ikutan karena ikut-ikutan karena teman merokok. Efek
teman merokok. Efek psikologis seperti psikologis seperti memberikan kesenangan,
memberikan kesenangan, ketenteraman, ketenteraman, konsentrasi. Jadi faktor yang
konsentrasi. Jadi faktor yang paling penting paling penting dan mendukung anak merokok
dan mendukung anak merokok adalah adalah lingkungan terdekatnya seperti orang tua,
lingkungan terdekatnya seperti orang tua, saudara, orang sekeliling seperti guru
saudara, orang sekeliling seperti guru memberikan contoh merokok.
memberikan contoh merokok.
Menurut American Psychologi Kesimpulan
Asosiation (APA) kondisi hipnosis pada Ada Pengaruh Hypnotherapy dengan
umumnya terkait dengan pengenalan sebuah Teknik Anchor terhadap Perubahan Perilaku
prosedur selama subjek tersebut disugesti untuk Merokok Remaja. Hal ini dibuktikan hasil uji
mengalami suatu pengalaman imajinatif. Induksi yaitu Uji statistik dengan t berpasangan diperoleh
hipnosis merupakan sugesti inisial yang luas nilai (p value) sebesar 0.00 lebih kecil dari alpa
menggunakan imajinasi seseorang dan mungkin 0.05 yang berarti bahwa ada pengaruh Program
mengandung perincian lebih lanjut pada hipnotherapi dengan merode anchor terhadap
introduksinya. Sebuah prosedur hipnosis perilaku merokok remaja. Rata-rata nilai perilaku
biasanya digunakan untuk memberikan laku merokok remaja pre-test 70,41 dengan
dukungan dan mengevaluasi respon sugesti. standar deviasi 10,58. Terdapat perubahan lebih
Ketika menggunakan hipnosis, seseorang baik setelah dilakukan hipnoterapi denga metode
(subjek) dipimpin oleh orang lain (hypnotist) anchor dengan rata-rata 81,45 dan standar deviasi
untuk memberikan respon terhadap sugesti untuk 10,27. Uji statistik dengan t berpasangan
berubah pada pengalaman subjektifnya, diperoleh nilai probabilitas (p value) sebesar 0,00
perubahan persepsi, sensasi, emosi, pikiran atau lebih kecil dari alpa 0,05 yang berarti bahwa ada
tingkah laku. Orang tersebut dapat juga pengaruh penerapan hipnotherapi dengan metode
mempelajari hipnosis diri sendiri (self hypnosis) anchor terhadap perubahan perilaku merokok
yang merupakan tindakan untuk mengatur remaja. Perubahan yang dimaksudkan adalah
prosedur hipnosis atas kemauan orang tersebut. mengarah pada perilaku yang lebih baik
Jika subjek berespon terhadap sugesti hipnotis, yakni,dari 15 orang yang diterapi dengan
umumnya menandakan bahwa hipnosis telah menggunakan hipnoterapi dengan metode anchor
berhasil dilakukan. Banyak pihak meyakini 11 orang berhenti merokok sedangkan kan 2
bahwa respon hipnosis dan pengalaman orang dapat mengurangi intensitas dan frekuensi
merupakan karakteristik keadaan hipnosis. merokok hingga 78 % sementara untuk 2 orang
Perilaku merokok anak dipengaruhi oleh lagi hanya mampu mampu mengurangi intensitas
beberapa faktor yaitu pengetahuan, sikap, tingkah merokok 56, 3%.
laku serta lingkungan anak. Hal lain ikut
mempengaruhi adalah keyakinan, pengalaman, Referensi
kondisi fisik, sarana atau prasarana, faktor
psikologis serta sosial budaya. Faktor psikososial Abadi, T. 1999. Menggugat Iklan Rokok,
paling banyak dihubungkan dengan perilaku Kompas, Senin, 30 Mei.
merokok. Sebagai contoh yang mendorong anak
Aditama, T.Y., 1992. Rokok dan Kesehatan.
merokok diantaranya, memanfatkan merokok
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
untuk mendapatkan rasa percaya pada diri
sendiri, dapat diterima dalam pergaulan, merasa Aditama, Y.T.1997 Rokok dan Kesehatan.
sangat maskulin pada anak laki-laki atau hanya Jakarta. UI-Press.
ISSN: 2502-728X
146 PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
Alwi, U. 1990. Manfaat Rokok Bagi Anda. Departemen Kesehatan. 1993. Informasi
Jakarta: Binadaya Press. tentang Kesehatan: Intitusu Kesehatan
Pintu menuju Dunia Bebas Asap Rokok.
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., dan Hilgard, Jakarta: PPKM.
E. R. 1994. Pengantar PsikologiJilid I.
Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Effendi, N. 1998. Rencana Perawatan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta:EGC.
Benyamin,P. 1996. Usaha Penghentikan
Merokok. Jurnal Respik Indonesia. 16 Ewles, L & Simnett, J. 1985. Promoting Health
(3) 118-120. (terjamahan).Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Brem, S.S. & Kassim, S.M.. 1990. Social Gathel, R.J.Baum, A. & Krantsz, D. S.1989. An
Psychology. Boston: Houghton Mifflin Introduksion to Health Psychology. New
Company. York: McGraw-Hill Book Company,
Budiman. 2013. Cara Cepat Belajar Hipnotis. New York.
Palembang : Neofrikri.
Hasanbasri, M. 1996. Komunikasi untuk
Budiman. 2013. Hypnotherapy Fundamental Kesehatan dan Perubahan
Workshop. The Indonesia Broad of Perilaku.Yogyakarta: Gadjah Mada
Hypnotherapy. IBH. Palembang. University Press.
Cameron R, Manske S, Brown KS, Jolin MA, Hiswani. 2000. Pendidikan Kesehatan dengan
Murnaghan D, Lovato C. 2007 Integrating MetodePenyuluhan dan Diskusi dalam
public health policy, practice, evaluation, Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap
surveillance, and research: the School Pasien D.M. Tipe II di RSUPirgadi
Health Action Planning and Evaluation Medan. Tesis. Yogyakarta. Program
System. Am J Public Health.;97(4):648 Pascasarjana UGM.
654.
Hurlock, E. B.1991.Psikologi Perkembangan
Cook, T.D. & Campbell, D. T. 1979. Quasi Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Experimentatiun: Design and Analysis Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Issues For Field Settings. Boston:
Houghton Mifflin Company. Karyani, U, & Sulistyanto, M. 2000. Hubungan
Antara Tahap Pembahasan dan
Cristen, G.A., & Cooper, H, H.K. 1979. Penghentian PL MRK dengan
Strategig Withdrawal From Cigarette Pengetahuan tentang Merokok dan
Smoking. American Cancen Society. Akibat Merokok. Laporan Penelitian.
Lembaga Penelitian Universitas
Darajat, Z. 1980. Pembinaan Remaja. Jakarta: Muhammadiyah Surakarta.
Bulan Bintang.
Kompas, 2003. Memang Tak Mudah
Darling H, Reeder AI, Williams S, McGee R. Perjuangan Kesehatan.
2006. Is there a relation between school
smoking policies and youth cigarette Krisriani, Ch, M. 1998. Jurnal Epidemiologi
smoking knowledge and behaviors? Indonesia, Vol. 2 Edisi 3 Depkes
Journal Health Education Res.;21(1):108- RI.Kesehatan.
-115.
Departemen kesehatan. 1990. Penyuluhan Krstanti. 1995. Perilaku Merokok dan Minum
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Alkohol pada Remaja. Jakarta:Badan
Departemen Kesehatan R.I. Litbangkes Depkes RI.
Budiman Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahani 147
Mantra, I.B. 1992. Perilaku sehubungan Shiffam, S . 1993. Assessing Smoking Patterns
dengan Kesehatan. Jakarta: DepKes. and motives. Jurnal Of Consulting and
Clinical Psychology. Vol. 61 (5), 732
Marat, S. 2008. Psikologi Perkembangan. 742.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. .Jakarta:
Meliono, I. 2007. Pengetahuan dalam Penerbit PT Gramedia Indonesia.
Kesehatan. MPKT Modul 1.Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI. Soewadi. 1993. Kecenderungan Neorosis
dengan merokok Berkala Ilmu
Monks, F, J., Knoers, A.M. P & Haditono, S. Kedokteran. Jil. XXV No.1.
R. 1999. Psikologi Perkembangan
Pengantar Dalam Berbagai Soldz, S. & xingjia Cui. 2001. patways through
Bagian.Yogyakarta: Gadjah Mada Adolescent Smoking Research. Journal
Universuty Press. Health Psychology. 21, 5, 11-21.
Mu tadin, Z. 2002. Remaja dan Rokok. www. Suhardi. 2005. Perilaku merokok di Indonesia
e-psikologi. Com. menurut Susenas dan SKRT. Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran. 125. 23-24.
Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan, Edisi-2,
Cetakan I, Jakarta. Penerbit EGC. Supardi, S., Heri Kusnanto,Y., Hersusanto,
Soeherman, B. 1982. Studi Pendahuluan
Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Tentang Beberapa Faktor Yang
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Mempengaruhi Merokok pada Anak di
Yogyakarta: Andi Offset. Yogyakarta. MKN, 10 (2): 62-69.
ISSN: 2502-728X
148 PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016